tungau (miites)

25
Mites (Tungau) Tungau adalah sekelompok hewan kecil bertungkai delapan yang, bersama-sama dengan caplak, menjadi anggota superordo Acarina. Tungau bukanlah kutu dalam pengertian ilmu hewan walaupun sama- sama berukuran kecil (sehingga beberapa orang menganggap keduanya sama). Apabila kutu sejati merupakan anggota Insecta (serangga), tungau lebih berdekatan dengan laba-laba dilihat dari kekerabatannya. Hewan ini merupakan salah satu avertebrata yang paling beraneka ragam dan sukses beradaptasi dengan berbagai keadaan lingkungan. Ukurannya kebanyakan sangat kecil sehingga kurang menarik perhatian hewan pemangsa besar dan mengakibatkan ia mudah menyebar. Banyak di antara anggotanya yang hidup bebas di air atau daratan, namun ada anggotanya yang menjadi parasit pada hewan lain (mamalia maupun serangga) atau tumbuhan, bahkan ada yang memakan kapang. Beberapa tungau diketahui menjadi penyebar penyakit (vektor) dan pemicu alergi. Walaupun demikian, ada pula tungau yang hidup menumpang pada hewan lain namun saling menguntungkan. Di bidang pertanian, tungau menimbulkan banyak kerusakan pada kualitas buah jeruk (umpamanya tungau karat buah Phyllocoptura oleivera Ashmed dan tungau merah Panonychus citri McGregor)[1], merusak daun ketela pohon dan juga daun beberapa tumbuhan Solanaceae (cabai dan tomat). Tungau juga menyebabkan penyakit

Upload: andi-fahdina-f-aslam

Post on 24-Nov-2015

502 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

Tungau dan Mites

TRANSCRIPT

Mites (Tungau)Tungau adalah sekelompok hewan kecil bertungkai delapan yang, bersama-sama dengan caplak, menjadi anggota superordo Acarina. Tungau bukanlah kutu dalam pengertian ilmu hewan walaupun sama-sama berukuran kecil (sehingga beberapa orang menganggap keduanya sama). Apabila kutu sejati merupakan anggota Insecta (serangga), tungau lebih berdekatan dengan laba-laba dilihat dari kekerabatannya.

Hewan ini merupakan salah satu avertebrata yang paling beraneka ragam dan sukses beradaptasi dengan berbagai keadaan lingkungan. Ukurannya kebanyakan sangat kecil sehingga kurang menarik perhatian hewan pemangsa besar dan mengakibatkan ia mudah menyebar.

Banyak di antara anggotanya yang hidup bebas di air atau daratan, namun ada anggotanya yang menjadi parasit pada hewan lain (mamalia maupun serangga) atau tumbuhan, bahkan ada yang memakan kapang. Beberapa tungau diketahui menjadi penyebar penyakit (vektor) dan pemicu alergi. Walaupun demikian, ada pula tungau yang hidup menumpang pada hewan lain namun saling menguntungkan. Di bidang pertanian, tungau menimbulkan banyak kerusakan pada kualitas buah jeruk (umpamanya tungau karat buah Phyllocoptura oleivera Ashmed dan tungau merah Panonychus citri McGregor)[1], merusak daun ketela pohon dan juga daun beberapa tumbuhan Solanaceae (cabai dan tomat). Tungau juga menyebabkan penyakit skabies, penyakit pada kulit yang mudah menular.

Ada lebih dari 45 ribu jenis tungau yang telah dipertelakan[2]. Para ilmuwan berpendapat, itu baru sekitar 5% dari kenyataan total jenis yang ada. Hewan ini dipercaya telah ada sejak sekitar 400 juta tahun. Ilmu yang mempelajari perikehidupan tungau dan caplak dikenal sebagai akarologi.

Taksonomi tungau masih belum stabil karena banyaknya perubahan. Namun dapat dikatakan bahwa tungau mencakup semua anggota Acariformes, semua Parasitiformes kecuali Ixodida (caplak), dan beberapa familia dan genera yang belum pasti penempatannya.

1. Morflogi TungauSerangga dan tungau adalah jenis makhluk hidup yang terbanyak populasinya di dunia. Jika diperhatikan, kedua jenis tersebut paling banyak berasosiasi dengan kehidupan manusia. Berbagai usaha telah dilakukan oleh manusia untuk menunjang kelangsungan hidupnya, terutama untuk serangga dan tungau yang bermanfaat. Hal ini disebabkan karena adanya keragaman genetik yang dimiliki oleh serangga dan tungau, sehingga dapat beradaptasi pada berbagai habitat alamiah maupun buatan atau laboratorium. Tungau yang dalam bahasa Inggrisnya disebut mites atau ticks adalah salah satu hama yang mempunyai arti ekonomi yang cukup penting, karena keberadaannya yang sangat melimpah dan habitatnya yang sangat luas, seperti pada berbagai jenis tanaman, bahan yang disimpan, di dalam tanah bahkan tungau dapat ditemukan di tubuh manusia ataupun hewan peliharaan. Tungau termasuk ke dalam Filum Arthropoda. Sejak zaman dahulu, manusia telah bersaing dengan Arthropoda dalam mendapatkan makanan. Tungau termasuk ke dalam Sub Filum Chelicerata, Kelas Arachnida dan Ordo Acarina. Acarina berasal dari bahasa Yunani yaitu Akari yang artinya sejenis tungau. Acarina kebanyakan memiliki ukuran tubuh yang kecil yaitu antara 0,08 sampai 1,00 milimeter (mm), tetapi Acari terbesar bisa mencapai panjang antara 10 sampai 20 mm (beberapa kutu dan tungau beludru merah). Diperkirakan bahwa lebih dari 50.000 jenis telah dijelaskan pada tahun 1999. Pada saat ini, telah mencapai lebih dari satu juta jenis yang telah ditemukan. Studi mengenai tungau dan kutu, disebut Acarology. TaksonomiKekerabatan dari Acari sampai saat ini masih diperdebatkan dan beberapa skema taksonomi telah diusulkan untuk klasifikasi mereka. Dari buku manual Acarology edisi ketiga, Ordo Acarina dikelompokkan menjadi dua Super Ordo, yaitu:1. Super Ordo Parasitiformesa. Notostigmata (1 Family)b. Holothyrida (3 Family)c. Mesostigmata (80 Family)d. Metastigmata (3 Family)2. Super Ordo Acariformesa. Prostigmata (130 Family)b. Astigmata (60 Family)c. Cryptostigmata (130 Family)

berikut gambar-gambar tentang anatomi tungau:

TUNGAU Tungau merupakan komponen debu rumah yang paling penting karena paling sering menyebabkan alergi. Tungau merupakan binatang yang sangat kecil seperti kutu dan tidak tampak oleh mata. Tungau hidup dari serpihan kulit manusia dan biasanya tungau ini terdapat pada kasur dan bantal, terutama yang terbuat dari kapuk.1. Bionemic TungauSeluruh siklus/daur hidup tungau telinga Otodectes cynotis, mulai dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 21 hari. Daur tersebut melaui beberapa tahap dan mengalami perubahan bentuk.Tahap 1: TelurSetelah dewasa, tungau betina biasanya bertelur setiap hari. Setiap hari rata-rata menghasilkan 5 butir telur. Telur-telur tersebut diletakan di saluran telinga kucing. Setelah 4 hari telur tersebut menetas menjadi larva.Tahap 2: LarvaSetelah menetas, larva tungau hidup dan makan selama 4 hari kemudian beristirahat selama 24 jam. Selama masa istirahat tersebut terjadi pergantian kulit (molting) menuju tahap berikutnya.Tahap 3: NimfaPada tahap ini bentuk tungau sudah seperti bentuk dewasanya. Bentuk nimfa ini terdiri dari dua fase yaitu protonimfa dan deutonimfa. Masing-masing fase nimfa makan selama 3-5 hari, istirahat , kemudian molting menuju tahap berikutnya.Tahap 4: Tungau DewasaTungau dewasa berukuran + 0.4 mm, berwarna putih-krem atau kecoklatan dan dapat diihat oleh mata telanjang. atau kaca pembesar. Tungau teinga hidup dengan memakan sekresi telinga dan jaringan kulit saluran telinga yang mengelupas. Tungau dewasa dapat hidup dan mencapai umur 2 bulan.

2. Habitat Tungau Hidup tungau / akarina mengelompok pada tunas-tunas muda, daun, ranting, maupun buah dan tungau tersebut menghisap cairan yang ada dalam tanaman dengan moncongnya (alat mulutnya). Berbagai jenis tanaman, baik tanaman pangan, buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman hias, dan tanaman perkebunan dapat diserang oleh tungau karena mempunyai sifat polifag. Gejala serangan awal ditandai dengan perubahan warna pada bagian yang terserang misalkan daun, ranting, dan buah. Bagian tanaman yang terserang kelihatan berwarna coklat, atau ada bercak-bercak warna coklat. Warna coklat ini kalau diamati dengan cermat menggunakan kaca pembesar atau mikroskop, maka akan tampak sekelompok tungau pada bagian tersebut. Selain gejala tersebut maka gejala serangan tungau dapat berupa benjolan pada daun. Apabila benjolan tersebut dibelah, maka akan terlihat adanya tungau yang berada di dalamnya. Serangan selanjutnya akan menyebabkan jaringan tanaman menjadi kering dan mati, hal ini diakibatkan oleh cairan tanaman dihisap oleh tungau. Populasi tungau / akarina pada umumnya melimpah pada saat musim kemarau, sedangkan pada musim penghujan serangan / populasi akan menurun. Hal ini disebabkan pada musim penghujan, semua stadia (telur, larva, nimfa, maupun imago) yang menempel pada bagian tanaman terbawa oleh hujan. Tungau umumnya mempunyai alat mulut yang sesuai untuk menggigit, menusuk, dan menghisap. Siklus hidup tungau terdiri dari beberapa stadia yakni telur, larva dengan tiga pasang kaki, nimfa yang umumnya mempunyai empat pasang kaki, dan imago, akan tetapi pada tungau yang menyebabkan gall (famili Eriophydae) hanya mempunyai dua pasang kaki. Beberapa jenis tungau ditemukan sebagai predator (pemangsa) pada jenis tungau lain, sehingga dapat digunakan untuk usaha pengendalian secara hayati. Mengenai kerugian tanaman di Indonesia yang disebabkan oleh serangan tungau masih jarang dilakukan perhitungan atau penelitian. Hal ini disebabkan masih kurangnya perhatian para ahli terhadap tungau, dan belum adanya laporan dari para pengamat hama di lapang mengenai serangan tungau yang berbahaya.

3. MEKANISME PENULARAN PENYAKIT Scabiesis adalah penyakit kulit yang disebabkan tungau (sejenis kutu)scabies/sarcoptes. Penyakit ini sering menyerang anjing, kucing, kelinci dan dapat juga menular ke manusia. Sebagian besar scabiesis pada anjing dan kelinci disebabkan oleh tungau sarcoptes scabiei, sedangkan notoedres cati lebih sering menyebabkan scabiesis pada kucing. Selain notoedres cati, Sarcoptes scabiei juga dapat menyerang kucing.Tungau Notoedres cati, siklus hidup & cara penularan

Scabiesis pada kucing lebih sering disebabkan notoedres cati, seperti halnya sarcoptes scabiei yang lebih sering menyerang anjing. Tungau ini berukuran sangat kecil (0.2-0.4 mm), hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau kaca pembesar.

Tungau scabiesSeluruh siklus hidup tungau ini berada di tubuh induk semangnya. Tungau betina menggali dan melubangi kulit kemudian bertelur beberapa kali sambil terus menggali saluran-saluran dalam kulit induk semangnya. Lubang-lubang dalam kulit yang digali seekor tungau betina dapat mencapai panjang beberapa centimeter.Setelah bertelur beberapa kali, tungau betina mati. Dalam waktu 3-8 hari telur menetas menjadi larva berkaki enam. Larva yang telah dewasa berubah menjadi nimfa yang mempunyai delapan kaki. Nimfa dewasa berganti kulit menjadi tungau dewasa. Dalam saluranyang telah digali tungau betina tersebut, tungau dewasa melakukan perkawinan dan proses daur hidup berulang kembali. Satu siklus hidup memerlukan waktu 2-3 minggu.Scabiesis dapat menyerang kucing pada semua umur, baik jantan maupun betina. Penularan penyakit kulit ini terjadi melalui kontak fisik antar kucing atau kontak dengan alat-alat yang tercemar tungau seperti sisir, kandang, dll.Tanda & gejala terserang Scabies

Tanda-tanda awal terkena penyakit ini biasanya berupa rontok dan gatal disekitar telinga. Dipinggiran daun telinga terlihat ada kerak berwarna putih. Penyakit dapat menyebar dengan cepat ke daerah sekitar wajah, leher, hidung dan kelopak mata. Kadang-kadang tungau juga dapat menyebar hingga ke daerah perut dan telapak kaki.

Rasa gatal yang timbul menyebabkan kucing sering menggaruk-garuk. Infeksi kronis/lama dapat menyebabkan penebalan dan keriput pada kulit ditutupi oleh kerak-kerak berwarna abu-abu kekuningan. Infeksi yang parah mengakibatkan luka dan berkembang menjadi infeksi sekunder.

DiagnosaPenyakit ini sering tertukar dengan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur (ringworm). Diagnosa penyakit biasanya dilakukan dengan cara memeriksa kerokan kulit dibawah mikroskop. Biasanya dalam kerokan kulit tersebut ditemukan banyak tungau.PengobatanObat klasik yang sering digunakan untuk mengatasi penyakit ini adalah sulfur/belerang. Sulfur juga merupakan obat klasik penyakit kulit yang disebabkan oleh ringworm/jamur. Mandikan kucing dengan shampoo/sabun yang mengandung sulfur, kemudian dicelup (dip) dengan cairan sulfur 2-3 %. Mandi dan dip sulfur dilakukan setiap tujuh hari sampai sembuh. Setidaknya diperlukan 6-8 kali mandi hingga penyakit sembuh.Cara lain yang sering digunakan adalah injeksi obat golongan avermectin seperti ivermectin, doramectin atau selamectin. Suntikan inilah yang sering salah kaprah disebut sebagai suntik jamur, seperti juga kesalahan diagnosa scabies yang sering salah kaprah disebut sebagai jamur.Lihat juga : suntikan anti jamur tidak membunuh jamurSetidaknya diperlukan dua kali suntikan ivermectin dengan selang waktu 2 minggu, agar penyakit dapat sembuh total.Bila dalam satu rumah terdapat beberapa ekor kucing, Pengobatan yang sama juga harus diakukan terhadap kucing lain. Karena bila tidak diobati, ada kemungkinan terjadi infeksi ulang dari kucing lain yang tidak diobati, akibatnya penyakit ini tidak pernah sembuh secara tuntas.PencegahanMencegah lebih baik daripada mengobati. Pencegahan bisa dilakukan dengan cara menghindari kontak dengan kucing liar atau kucing yang telah terkena penyakit ini. Kucing yang tinggal di dalam rumah biasanya jarang sekali terkena penyakit ini.Cuci dan desinfeksi alat-alat grooming seperti sisir, sikat, dll setelah digunakan pada kucing yang terkena penyakit ini.Hindari penitipan hewan atau tempat grooming yang tidak mempunyai sanitasi/kebersihan yang baik. Perhatikan juga apakah alat-alat grooming di desinfeksi sebelum digunakan terhadap kucing lain.Bila salah satu kucing menunjukan gejala penyakit ini, segera isolasi dan cegah kontak dengan kucing lain yang masih sehat. Mandikan dengan shampoo khusus atau bawa ke dokter hewan untuk pengobatan.Bisakah menular ke manusia ?Seperti juga tungau lain yang termasuk dalam keluarga sarcoptes, notoedres cati dapat menyerang manusia. Sepertihalnya pada kucing, scabies juga menyebabkan kemerahan dan gatal-gatal pada kulit manusia.Pada bagian yang terasa gatal biasanya terbentuk semacam benjolan kecil seperti jerawat, di dalamnya terdapat cairan. Bila pecah karena terus digaruk, tungau yang terdapat di dalamnya bisa menyebar ke daerah di sekitarnya. Rasa gatal yang ditimbulkan oleh tungau scabies cukup mengganggu.Pada manusia biasanya penyakit ini bersifat sementara dan sembuh dengan sendirinya. Beberapa orang mungkin mempunyai kekebalan tubuh yang kurang baik dan cenderung lebih sensitif terhadap serangan scabies ini.Pengobatan dan pencegahan bisa dilakukan dengan mencuci tangan atau bagian yang gatal dengan sabun yang mengandung sulfur seperti JF Sulfur. Obat lain yang bisa digunakan adalah salep scabicid.

scabies parah

sebelum suntik ivermectin

2 minggu setelah suntik ivermectin

Definisi Scabies (penyakit kudis )Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. (Handoko, R, 2001)Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabiei yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Penyakit ini merupakan infeksi pada kulit yang disebabkan oleh kutu, penetrasi pada kulit terlihat jelas berbentuk papula, vesikel atau berupa saluran kecil berjejer, berisi kutu dan telurnya. Jika dapat terjadi komplikasi dengan kuman hemolytic streptococcus bisa terjadi glomerulonephritis akut. Penyakit scabies juga sering disebut dengan kutu badan. Penyakit ini tergolong penyakit yang mudah menular dari manusia ke manusia, hewan ke manusia, dan manusia ke hewan. Scabies merupakan penyakit yang menyebabkan rasa gatal pada kulit seperti sela-sela jari, siku, dan perut bagian bawah. Scabies juga identik dengan penyakit anak pondok atau asrama. Bukan bermaksud mendiskriminasikan pondok atau asrama tetapi, melihat kondisi pondok atau asrama yang kebanyakan kondisi kebersihannya kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan yang terlalu lembab karena kurang mendapat sinar matahari. Penyakit scabies ini menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam tindakan pengobatannya harus dilakukan dengan cepat dan secara menyeluruh individu dan lingkungan yang terserang scabies. Dilakukan tindakan seperti itu, karena apabila pengobatan hanya dilakukan secara individual maka akan mudah tertular kembali penyakit scabies. B. Epidemiologi ScabiesScabies ditemukan hampir di seluruh Negara dengan prevalensi yang bervariasi. Di beberapa Negara yang sedang berkembang, prevalensi scabies sekitar 6% - 27% populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja.Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi scabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini antara lain sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang bersifat promiskuitas atau sering bergonta-ganti pasangan, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografi serta ekologi. Selain itu, mudahnya penyakit ini menular dari manusia ke manusia, hewan ke manusia, dan menusia ke hewan melalui berbagai cara penularan.Kejadian wabah disebabkan oleh buruknya sanitasi lingkungan karena peperangan, pengungsian dan krisis ekonomi. Penyebaran scabies di Amerika Serikat dan Eropa yang terjadi ternyata terjadi pada situasi normal yaitu tanpa peperangan, tanpa krisis, menyerang masyarakat di semua tingkat sosial tanpa melihat usia, jenis kelamin, ras atau status kesehatan seseorang. Scabies endemis di sebagian besar negara berkembang. C. Penularan atau Transimisi ScabiesSecara umum, cara penularan scabies dibagi menjadi 2 yang didalamnya dapat dibagi-bagi lagi, yaitu:a. Penularan kontak langsung yaitu: penularan yang terjadi akibat kontak langsung antara penderita scabies dengan orang sehat seperti melalui: hubungan seksual antara penderita dengan orang sehat, kontak dengan hewan pembawa tungau seperti anjing, babi, kambing, dan biri-biri, dan faktor fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama dengan lingkungan padat penduduk, tidur bersama, dan berjabat tangan.b. Penularan tanpa kontak langsung yaitu: penularan yang terjadi melalui kontak tidak langsung antara penderita dengan orang sehat seperti: penggunaan handuk secara bergantian, penggunaan pakaian dan tempat tidur, sprei, dan bantal secara bersamaan.Penularan scabies biasanya melalui Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis yang kadang-kadang menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan misalnya anjing. Akan tetap menular kecuali kutu dan telur sudah dihancurkan dengan pengobatan, biasanya setelah dilakukan 1 atau 2 kali pengobatan dalam seminggu.D. Faktor Resiko ScabiesFaktor resiko scabies adalah:a. Sistem imun tubuhSemakin rendah imunitas seseorang maka, akan semakin besar kemungkinan orang tersebut untuk terjangkit atau tertular penyakit scabies. Namun, diperkirakan terjadi kekebalan setelah infeksi. Orang yang pernah terinfeksi akan lebih tahan terhadap infeksi ulang walaupun tetap masih bisa terkena infeksi dibandingkan mereka (orang-orang) yang sebelumnya belum pernah terinfeksi scabies.b. Lingkungan dengan hygiene sanitasi yang kurangLingkungan yang dimungkinkan sangat mudah terjangkiti scabies adalah lingkungan yng lembab, terlalu padat, dan dengan sanitasi buruk.c. Semua kelompok umurSemua kelompok umur, baik itu anak-anak, reaja, dewasa, dan tua mempunyai resiko untuk terjangkiti penyakit scabies. d. Kemiskinane. Seksual promiskuitas (berganti-ganti pasangan)f. Diagnosis yang salahg. Demografih. Ekologii. Derajat sensitasi individualE. Klasifikasi ScabiesPenyakit scabies atipik memiliki beberapa jenis, yaitu:a. Scabies pada orang bersih (scabies of cultivated)Scabies pada orang bersih ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.b. Scabies inconigtoScabies inconigto biasanya muncul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik tetapi, tungau tetap ada dan tetap bisa terjadi penularan. Scabies inconigto sering sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, lesi yang luas dan mirip penyakit lain.c. Scabies nodularPada scabies nodular terdapat lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat di bagian tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal, dan aksila. Nodus ini timbul akibat reaksi hipersensitivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari 1 bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun sudah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.d. Scabies yang ditularkan melalui hewanSeperti di Amerika, sumber utama kejadian scabies biasanya ditularkan oleh hewan yaitu anjing. Kelainan ini berbeda dengan scabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terjadi di daerah dimana orang-orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya, yaitu perut, dada, paha, dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4-8 minggu) dan dapat sembuh karena Sarcoptes scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada tubuh manusia.e. Scabies NorwegiaScabies Norwegia atau biasa disebut dengan scabies krustosa ditandai dengan lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokog, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Rasa gatal pada scabies Norwegia tidak menonjol tapi scabies bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Bentuk ini terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau sehingga dapat berkembang biak dengan mudah.f. Scabies pada bayi dan anakLesi scabies pada anak dapat terjadi di seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, dapat terjadi lesi di muka.g. Scabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)Pada penderita penyakit kronis atau orang tua yang terpaksa tinggal di tempat tidur dapat menderita scabies yang lesinya terbatas.

F. Gejala dan Tanda ScabiesGejala penyakit scabies pada manusia adalah:a. Terdapat liang di permukaan kulitb. Gatalc. Kemerahan pada kulitd. Biasa terjadi infeksi sekundere. Pada bayi, terdapat bisul pada telapak tangan dan kakiTerdapat 4 tanda cardinal penyakit scabies pada manusia adalah:a. Pruritus nocturna, yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tngau akan lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panasb. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, yaitu misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksic. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika terjadi infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan statum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan kaki.d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Tanda-tanda umum scabies:a. Adanya papula (bintil)b. Adanya pustule (bintil bernanah)c. Adanya ekskoriasi (bekas garukan), dand. Bekas-bekas lesi yang berwarna hitam

4. PENGENDALIAN TUNGAUBeberapa usaha pengendalian yang dapat dilakukan untuk menghidari terjadinya peningkatan populasi tungau, diantaranya dengan cara mekanis, teknik budidaya, biologis, dan penggunaan bahan kimia (pestisida).

1. Mekanis Pengendalian tungau yang seringkali dilakukan dengan cara mekanis yaitu, mengambil secara langsung telur, larva, nimfa, atau imago kemudian dimusnahkan; dapat juga dengan menyemprotkan air beberapa kali sehingga tungau tercuci. 2. Teknik Budidaya Pengendalian dengan teknik budidaya dapat dilakukan dengan menggunakan tanaman atau varietas yang resisten (tahan), rotasi (pergiliran) tanaman, pemupukan, dan sanitasi lingkungan. Pemakaian varietas resisten terhadap serangan tungau belum banyak dilakukan. Hal ini disebabkan karena belum banyak para ahli yang menelitinya, lebih-lebih di negara kita ini. Di Mesir telah ditemukan varietas kapas yang tahan terhadap serangan tungau Tetranychus telarius yaitu Rahtim-101. Varietas ini memiliki bulu yang lebat dan bercabang sehingga menyulitkan stilet (alat mulut) tungau tersebut untuk menusuknya. Varietas ubi kayu Adira 4, Adira 1, Adira 2, Malang 2, dan Malang 6 adalah tahan terhadap tungau merah ubi kayu (Sinuraya, 2005). Pemupukan tanaman dapat dilakukan dengan tujuan untuk mengusahakan agar pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik, sehingga diperoleh hasil yang cukup tinggi; akan tetapi apabila jenis dan dosisnya kurang tepat maka dapat memberikan dampak sebaliknya. Sebagai contoh pada pemupukan N yang berlebihan pada tanaman kacang tanah, ternyata dapat meningkatkan serangan tungau Tetranychus telarius lebih tinggi. Sanitasi merupakan tindakan yang cukup penting, khususnya terhadap tanaman yang telah mendapat serangan tungau berat. Pada tanaman yang terserang berat, apabila telah dipanen sebaiknya dibersihkan dari sisa-sisa bagian tanaman yang menjadi tempat persembunyian tungau.Pengaturan pergiliran tanaman merupakan salah satu cara usaha pengendalian yang baik terhadap serangan tungau. Pada rotasi tanaman yang perlu diperhatikan adalah agar dalam penanaman berikutnya tidak menanam tanaman yang sama atau tanaman yang sedang menjadi inang bagi tungau saat itu. Selain itu diusahakan menanam tepat waktu, misalnya menanam ubi kayu pada lahan kering hendaknya diusahakan pada saat awal musim hujan.3. Biologis (Hayati) Usaha pengendalian biologis dapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami, namun demikian di lapang masih belum / bahkan kurang mendapat perhatian pada pengendalian serangan tungau. Penggunaan musuh alami ini akan dapat membantu pelestarian lingkungan (alam sekitarnya), bahkan dapat menghindari terjadinya resistensi (kekebalan) tungau terhadap bahan pengendali kimiawi (pestisida). Pada suatu percobaan di dalam green house (rumah kaca) menggunakan tungau Tarsonemus pallidus sebagai hama tanaman strawberry dengan menggunakan predator Typhlodromus bellinus, ternyata menunjukkan adanya goncangan-goncangan populasi yang teratur antara kedua populasi tersebut. Apabila populasi hama tinggi maka predator akan aktif, akan tetapi apabila populasi mangsa (hama) rendah maka hama tersebut relatif lebih aman sebab terdapat pelindung yang cukup pada bulu-bulu, duri-duri, maupun lekukan-lekukan tanaman inang; sedangkan predator akan bertahan pada embun-embun madu dan substitusi makanan lainnya, sambil menunggu meningkatnya populasi mangsa (Metcalf dan Flint, 1979).

4. Bahan Kimia (Pestisida) Pengendalian tungau dengan menggunakan pestisida (akarisida) hendaknya dilakukan, bilamana usaha-usaha pengendalian yang lainnya sudah tidak mungkin dapat dilakukan. Tidak semua pemakaian bahan kimia dalam menekan populasi hama akan berakibat lebih baik dalam menurunkan populasinya, bahkan hama tersebut bisa menjadi resisten. Selain itu tanpa memperhatikan keselamatan lingkungan akan dapat meningkatkan populasi hama yang kurang mendapat perhatian, juga secara langsung kemungkinan dapat mematikan serangga-serangga berguna sebagai akibat penggunaan pestisida. Akibat secara tidak langsung menyebabkan adanya bahaya kelaparan serangga berguna (musuh alami), sebagai akibat sangat berkurangnya mangsa sebagai makanannya.Di dalam kebun-kebuin yang tidak terpelihara ternyata populasi tungau hama Paratetranychus sp. tetap rendah, karena predator-predator sepanjang musim panas terus menerus aktif, sedangkan dalam kebun-kebun yang terpelihara baik ternyata jumlah predator sangat berkurang, sebagai akibat penyemprotan dengan pestisida (Collyer dalam Hadiwidjaja, 1955).Beberapa akibat buruk penggunaan DDT (Dikhloro diphenyl trikhlor etana) pada waktu yang lalu, ternyata dapat mematikan beberapa musuh alami dalam menekan populasi tungau. Pada percobaan di Bogor ternyata semua daun tanaman kapas gugur akibat gangguan tungau sesudah penyemprotan dengan DDT yang berulang-ulang. Percobaan lain menunjukkan bahwa serangan tungau lebih hebat pada kapas dalam pertengahan musim hujan, sebagai akibat dari percobaan DDT setiap minggu sehingga berakibat tanaman-tanaman gugur daunnya.Pada pohon apel di Selandia Baru ternyata serangan tungau Paratetranychus pilosus dan Bryobia praetiosa lebih berat akibat terbunuhnya predator. Demikian juga naiknya populasi tungau Paratetranychus citri disebabkan terbunuhnya predator Stethorus picvipes Csy., Conwentzia hageni Banks., dan Chrysopa californica Coq.Pada waktu lalu penggunaan sulfur yang digunakan secara langsung di atasnya, juga ditempatkan dalam tanah pada pengendalian tungau ternyata cukup efektif. Beberapa produk pestisida ternyata efektif apabila pertama kali dipakai, akan tetapi gejala resistensi telah berkembang pesat dan sering mengalami kesulitan untuk menemukan akarisida atau kombinasi yang efektif.Akarisida berasal dari nama latin, yaitu acari yang berarti tungau dan coedos yang berarti membunuh. Akarisida dalam bahasa Inggris disebut mitecide, adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan dapat mematikan tungau. Insektisida biasanya ada yang berfungsi ganda yaitu sebagai pembunuh serangga dan tungau. Akarisida yang pertama kali digunakan terhadap tungau fitofag adalah Azobenzine yang digunakan dalam green house. Perkembangan selanjutnya dihasilkan Sulphenone, Diphenysulphone, dan Tetradifon. Sulphide dihasilkan pada tahun 1953 dengan nama Chlorbeside, dan Fluorbenside dihasilkan pada tahun 1955; selanjutnya dihasilkan Chlorfenson dan Fenson, juga efektif terhadap beberapa tungau.Beberapa akarisida yang sudah terdaftar pada komisi pestisida, dan beredar dipasaran antara lain : Omite 57 EC, Morestan 25 WP, Kelthane MF, Plictran 50 WP, Hostathion 40 EC, dan Silosan (Anonim, 1987). Angka yang tercantum pada nama pestisida mununjukkan kadar persentase bahan aktif yang dikandungnya. Apabila angkanya lebih besar dari 90 persen, maka pestisida tersebut murni (technical grade).Akarisida selain mengandung bahan aktif juga dilengkapi dengan bahan pelarut, perata, pengental, atau bahan lainnya yang tidak aktif. Hostathion 40 EC juga berguna sebagai insektisida dan nematisida, bahan aktifnya triazopos 420 g/l. Morestan 25 WP bahan aktifnya oksitiokvinon 25 persen, sedang Plictran 50 WP bahan aktifnya trisikloheksil hidroksi timah 50 persen. Akarisida-akarisida tersebut cara kerjanya bersifat racun kontak dan racun perut.Omite 57 EC. Bahan aktifnya 570 g/l propargite, berbentuk cairan berwarna coklat muda yang dapat diemulsikan. Akarisida ini bersifat selektif, bekerja lebih lama, berdampak kecil bagi manusia dan lingkungan serta sangat efektif pada tungau; sangat baik untuk mengendalikan tungau jingga pada tanaman teh. Penggunaan untuk mengendalikan tungau Brevipalpus phoenicis dengan dosis 0,75 1 liter per hektar.Pelaksanaan penyemprotannya dilakukan satu hari setelah tanaman teh dipetik dan diulangi 2 4 minggu sekali. Penyemprotan harus mengenai bagian atas dan bawah daun, dengan volume semprot 400 600 liter air per hektar.Meothrin 50 EC. Pestisida ini berfungsi ganda, yaitu sebagai insektisida dan akarisida. Bahan aktifnya fenpropatrin 50 g/l. Umumnya digunakan untuk mengendalikan tungau pada tanaman cabai, yaitu Tetranychus spp. Apabila tanaman terserang tungau disemprot dengan Meothrin, dosis yang digunakan adalah 0,5 1,6 liter per hektar dilarutkan dalam air sebanyak 500 800 liter.Morocide 40 EC. Akarisida berbentuk cairan mengandung bahan aktif binafakril sebanyak 40 persen, dapat digunakan untuk mengendalikan tungau jingga. Dosis yang digunakan adalah 1 1,5 liter per hektar, dilarutkan dalam 600 1.000 liter air. Penyemprotan dilakukan pada bagian atas dan bawah daun, dengan interval penyemprotan 2 minggu, dan penyemprotan terakhir dilakukan 7 14 hari sebelum panen.Kelthane MF. Akarisida berbentuk cairan yang dapat diemulsikan ke dalam air. Bahan aktifnya adalah dikofol sebanyak 42 persen, baik sekali untuk mengendalikan tungau jingga pada tanaman teh. Penyemprotan dilakukan apabila setiap daun dijumpai 2 3 ekor tungau dan penyemprotan terakhir dilakukan 7 14 hari sebelum panen. Dosis yang digunakan 0,6 1 liter per hektar, dilarutkan dalam 500 800 liter per hektar.