laporan praktikum · laporan praktikum pengenalan bioekologi tungau dan gejala kerusakannya oleh :...
TRANSCRIPT
1
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA
KERUSAKANNYA
Oleh :
Golongan E/Kelompok 5A
1. Arya Widya Kunthi S. (161510501277)
2. Renjana Dyahpastika A. (161510501281)
3. Taufiq Iradah (161510501289)
LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
2
BAB 1. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tungau merupakan sekelompok jenis laba-laba yang memiliki ukuran tubuh
kecil dan juga tidak bersegmen. Tungau merupakan salah satu jenis hewan yang
tergolong dalam filum arthropoda dengan kelas Arachnida. Binatang jenis ini
memiliki struktur badan yang menyatu dengan kata lain bagian kepala, thoraks
dan abdomen gabung menjadi satu.
Morfologi yang dapat dilihat dari hewan jenis tungau yaitu memliki 4
pasang kaki yang terdapat bulu yang melekat. Bulu yang melekat tersebut
berfungsi untuk memudahkan tungau dalam berjalan. Tungau memiliki tipe mulut
penusuk dan penghisap yang digunakan untuk menghisap cairan yang terdapat
pada tanaman inang. Tipe mulut tungau memiliki banyak variasi tergantung pada
jenis hewan itu sendiri. Alat pernafasan tungau menggunakan trakea pada spirakel
atau melalui dinding tubuh. Bagian tungau antara lain gnathosoma, hysterosoma,
prodosoma, opisthoshoma dan juga idiosoma.
Hewan ini ada yang yang tergolong predator dan ada pula yang tergolong
parasit. Tungau parasit menimbulkan banyak kerusakan pada tanaman sehingga
dapat merugikan petani. Gejala kerusakan yang diakibatkan oleh tungau parasit
tanaman dapat terlihat pada bagian tanaman seperti daun. Gejala serangan tungau
pada daun seperti terdapat bercak-bercak yang terlihat pada daun, perubahan
warna daun dan bentuk daun yang berubah menjadi keriting dan menggulung ke
arah bawah.
Salah satu contoh tungau yang menjadi parasit tanaman yaitu tungau
kuning. Tungau ini biasanya menyerang tanaman terong, cabai, dll. Akibat dari
serangan tungau yaitu dapat merusak tanaman seperti meninggalkan bercak-
bercak kuning pada daun, sehingga menurunkan kualitas dan produktivitas dari
komoditas tanaman tertentu.
Penangan perlu dilakukan dalam pencegahan serangan tungau pada
tanaman. Pencegahan dapat melalui dengan alami seperti melakukan rotasi
tanaman, melakukan pengamatan rutin pada tanaman, dan juga meminimalisir
3
tungau dengan tidak menanam komoditas yang sama pada lahan yang sama.
Pencegahan secara kimia dapat dilakukan dengan memberikan insektisida atau
pestisida.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengenali morfologi tungau secara umum.
2. Mahasiswa dapat memahami gejala yang diakibatkan oleh tungau.
4
BAB 2. TIJAUAN PUSTAKA
Tungau merupakan organisme mikroskopis yang termasuk dalam ordo
Acarina famili Tarsonemidae, Tetranychidae, dan Eriophidae, ketiga family
tersebut merupakan famili tungau yang berperan sebagai hama pada tanaman.
Ukuran tungau kurang lebih 0,5 mm dan memiliki warna yang bermacam macam
ada yang hijau, kuning atau merah. Tungau tidak memiliki ruas pada tubuhnya
sehingga mulai dari mulut hingga badannya menjadi satu dan bentuknya seperti
kantung. Tipe alat mulut tungau bermacam-macam yaitu menggigit, menggergaji,
mengisap, dan menusuk (Pracaya, 2007).
Tungau dibagi menjadi dua macam yaitu tungau parasit dan tungau
predator. Tungau yang berperan sebagai pemangsa atau predator dikategorikan ke
dalam tiga tipe yaitu tipe I, tipe II, dan tipe III. Tungau predator tipe I dibagi
menjadi tiga subtype yaitu IA, IB, dan IC. Subtipe IA merupakan tipe tungau yang
memangsa tungau berspesies Tetranychus, subtipe IB merupakan tungau predator
yang cara memangsanya dengan menggunakan sarang (seperti laba-laba) dan
subtipe IC merupakan pemangsa tungau berspesies Tydeoidea. Tipe tungau yang
lain yaitu tipe II dan dijuluki sebagai tipe predator selektif. Tipe berikutnya yaitu
tipe III yang disebut sebagai predator umum atau generalis (McMurtry et
al.,2013).
Tungau menyerang berbagai tanaman salah satunya yaitu ubi kayu. Jenis
tungau yang menyerang ubi kayu yaitu tungau merah (Tetranychus urticae).
Tungau merah menyerang ubi kayu kemudian berkembang pesat pada keadaan
daerah yang kering. Salah satu solusi yang dapat dipakai untuk menghindari
serangan tungau merah adalah dengan menggunakan varietas tahan yang dinilai
efisien karena murah, mudah, dan tidak mencemari lingkungan (Indiati, 2012).
Tungau merah pada ubi kayu memerlukan suhu yang sedikit rendah yaitu
berkisar 150C agar telurnya dapat menetas. Tahap selanjutnya setelah menetas
yaitu fase larva yang membutuhkan suhu antara 20-250C. Setelah menyelesaikan
siklus hidupnya yaitu sekitar 35-40 hari maka tugau merah akan mati. Gejala yang
5
ditimbulkan tungau merah yaitu adanya bercak-bercak pada daun yang diserang
(Kaur and Zalom, 2017).
Setiap gejala dan serangan yang disebabkan oleh tungau bergantung pada
jenis tungau yang menyerang. Seekor tungau dapat mengkondisikan alat mulutnya
sesuai dengan kondisi tanaman yang akan diserangnya. Terutama bagian
epidermis suatu tanaman akan berpengaruh pada pengondisian alat mulut pada
tungau. Hal ini dapat disebut dengan proses evolusi (Chetverikov dan Craemer,
2015).
Tubuh tungau terdiri dari dua bagian yaitu gnathosoma dan idiosoma.
Gnathosoma merupakan bagian yang meliputi mulut sedangkan idiosoma
merupakan bagian yang terdiri dari kepala, dada, dan perut. Bentuk pada tungau
merah betina berbentuk elips, memiliki panjang 0,4 mm dan memiliki duri
sebayak 12 pasang. Tungau merah jantan berbentuk elips pula dan pada ujung
ekornya berbentuk runcing dan memiliki ukuran lebih kecil daripada tungau
merah betina (Pramudianto dan Kurnia, 2016).
Setiap makhluk hidup mempunyai tahap pertumbuhan dalam hidupnya,
tungau merah juga memiliki tahapan tersebut. Tahapan pertumbuhan pada tungau
merah dibagi menjadi empat yaitu telur, larva, protonimfa, dan deutonimfa. Tahap
ini memiliki ciri khusus yaitu terdapat fase istirahat diantara larva dan protonimfa.
Fase istirahat ini dinamakan protochtysalis sedangkan fase istirahat antara
protonimfa dengan deutonimfa disebut deutochrysalis (Santoso et al., 2014).
6
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Bioekologi Opt Acara 5 Tentang “Pengenalan Bioekologi
Tungau dan Gejala Kerusakannya” dilaksanakan pada hari Kamis, 02 November
2017 pukul 06.30-08.00 WIB di Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan Jurusan
Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Contoh tungau dan gejala pada tanaman yang ditimbulkannya
3.2.2 Bahan
1. Compound
2. Mikroskop
3. Jarum
3.3 Pelaksanaan Praktikum
1. Menggambar bentuk tungau serta menyebutkan bagian tubunya secara
umum.
2. Memfoto dan mengamati beberapa contoh tungau serta gejala pada
tanaman yang di timbulkannya.
3.4 Variabel Pengamatan
1. Indentifikasi tungau
2. Gejala serangan
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan analisis statistika deskriptif.
7
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Macam-Macam Tungau Dan Gejala Kerusakan Pada Tanaman
KELOMPOK
DAN
KOMODITAS
GAMBAR KETERANGAN
1. Tungau
(Pholyphogustarsonemus
latus)
1. Tungau Kuning
2. Bagian Tubuh :
Memiliki 4 pasang kaki
Berwarna kuning
transparan
Ukuran tubuh <0,5 cm
3. Menyerang bagian daun
Gejala
1. Daun keriting menggulug
ke dalam adanya benang-
benang halus dipermukaan
bawah daun terdapat
bercak kuning pucat
2. Pertumbuhan tunas
terhenti, bunga cabai
menguning dan gugur,
pada serangan berat cabai
tidak dapat berbuah.
3. Bagian yang diserang
yaitu daun.
8
2. Tungau
(Pholyphogustarsonemus
latus)
1. Bagian tubuh tungau :
Gnatosoma : terletak di
bagian anterior yang
terdiri dari semua
bagian alat mulut.
Prodosoma : Segmen
tungkai 1-2
Hyterosoma : Bagian
metapodesoma terdapat
3-4 tungkai.
2. Jenis tungau = tungau
kuning
Gejala
1. Daun cabai menggelintir
dan menguning.
2. Daun berlubang.
3. Tanaman layu dan
mengkerut.
4. Daun kuning akibat
serangan tungau dan
menebal terdapat benang
halus.
3. Tungau (Tetranychus
cinnabarinus boisd)
1. Tungau merah
(Tetranychus cinnabarinus
boisd).
2. Kepala menjadi satu
dengan dada, berkaki 8
dengan panjang tubuh 0,3-
0,5 mm, kaki dan mulut
tungau merah berwarna
9
putih transparan.
3. Tungau merah menyerang
daun, sehingga daun
nampak bercak merah
karat.
4. Ketela pohon, jeruk.
Gejala
1. Daun berwarna kuning dan
menjadi karat.
2. Daun yang terserang akan
tampak benang halus yang
menjadi sarang tungau
pada bagian balik daun,
tanaman menjadi kering
kerdil.
3. Bagian yang diserang yaitu
pada daun.
4. Tungau (Tetranychus
cinnabarinus boisd).
1. Tubuh berwarna merah.
2. Kaki 4 pasang.
3. Menyerang daun
4. Panjang tubuh <0,3-0,5
mm
10
Gejala
1. Menyebabkan bercak
merah karat pada daun.
2. Serangan hebat membuat
tanaman kerdil.
5. Tungau
(Pholyphogustarsonemus
latus)
1. Memiliki 4 pasang kaki
2. Warna kuning transparan
3. Ukuran tubuh <0,5 cm
4. Menyerang bagian daun
Gejala
1. Muncul bintik kuning di
permukaan daun kemudian
menyebar keseluruh
bagian daun dan berwarna
coklat dan menghitam
2. Daun keriting, daun
menggulung ke arah
bawah, menebal
11
membentuk sendok
terbalik.
6. Tungau (Tetranychus
urticae koch).
1. Bagian tungau bercak dua
:
Alat mulut penusuk dan
penghisap.
Memiliki 4 pasang
kaki.
Terdapat kapitulum
Mempunyai dorsal
Tidak mempunyai
rambut di seluruh
tubuh.
Berbentuk oval,
panjang 0,3-0,4 mm.
Berwarna kuning pucat
dengan bercak hitam.
2. Tanaman yang diserang
yaitu tanaman terong.
Gejala
1. Warna daun dan tunas
kuning.
2. Selanjutnya coklat dan
kering.
3. Menularkan virus saat
kemarau.
12
4.1.1 Data Kelompok
Berdasarkan tabel diatas tungau yang menyerang pada tanaman terong
yaitu tungau kuning (Pholyphogustarsonemus latus). Tungau ini memiliki ukuran
tubuh <0,5 mm, memiliki 4 pasang kaki, berwarna kuning transparan dan
menyerang pada bagian daun. Gejala yang diserang pada tanaman ini yaitu
muncul bintik kuning di permukaan daun yang kemudian menyebar keseluruh
bagian daun dan berwarna coklat dan menghitam, daun pada tanaman akan
keriting dan menggulung ke arah bawah, menebal membentuk sendok terbalik.
4.1.2 Data Golongan
Berdasarkan tabel diatas pada kelompok 1 dan 2 mengamati tungau pada
tanaman cabai. Tungau yang ditemukan adalah tungau kuning yang memiliki
ukuran tubuh <0,5 mm, memiliki 4 pasang kaki, berwarna kuning transparan dan
menyerang pada bagian daun. Gejala yang diserang pada tanaman ini yaitu
muncul bintik kuning di permukaan daun yang kemudian menyebar keseluruh
bagian daun dan berwarna coklat dan menghitam, daun pada tanaman akan
keriting dan menggulung ke arah bawah, menebal membentuk sendok terbalik.
Pada kelompok 3 dan 4 mengamati tungau pada tanaman singkong. Tungau yang
ditemukan yaitu tungau merah, tungau ini memiliki ciri kepala, thorak dan
abdomen menyatu menjadi badan, dan mulut tungau yang berwarna putih
transparan. Pada kelompok 6 yang diamati yaitu tungau bercak dua yang memiliki
ciri yang berbeda dengan tungau yang disebutkan sebelumnya yaitu pada bagian
sisi samping tungau ini berwarna kuning pucat dengan bercak hitam. Tungau ini
menyerang pada saat musim kemarau.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indiati (2012), tanaman ubi
kayu yang diletakkan pada rumah kaca diserang pada umur enam minggu dan
gejala yang ditimbulkan mulai muncul. Tungau merah merupakan tungau yang
menyerang tanaman singkong dan sejenis ubi lainnya. Tungau ini memiliki ciri-
ciri kepala yang satu dengan dada, memiliki kaki 8 dengan panjang tubuh <0,5
13
mm, kaki dan mulut berwarna putih transparan. Tipe mulut tungau yang mampu
menusuk dan menghisap cairan pada tanaman mengakibatkan tanaman menjadi
kering karena kekurangan cairan sel. Serangan tungau merah pada tanaman ubi
terjadi pada saat musim kemarau. Gejala serangan dari tungau merah berupa
bintik-bintik merah pada tulang daun ubi kayu kemudian bintik-bintik tersebut
menyebar ke seluruh bagian daun sehingga menyebabkan nekrosis dan warna
daun berubah menjadi warna coklat. Gejala yang ditimbulkan mempunyai tahap
mulai dari muncul bintik, hingga jika sudah parah dapat menyebabkan daun
kering dan rontok.
Menurut Moekasan dan Prabaningrum (2012), iklim yang mengalami
perubahan tidak menentu mempengaruhi budidaya tanaman salah satunya
budidaya tanaman cabai merah. Kemunculan organisme pengganggu tanaman
menjadi salah satu dampak yang diakibatkan oleh perubahan iklim yang tidak
menentu. Salah satu organisme parasit yang menyerang tanaman cabai pada saat
penelitian yaitu tungau Polyphagotarsonemus latus atau dapat disebut tungau teh
kuning dan dapat ditemukan pada daun pucuk. Sama halnya tungau merah, tungau
kuning memiliki bentuk tubuh oval dan memiliki panjang tubuh <0,5 mm. Gejala
yang disebabkan oleh tungau teh kuning adalah terdapat bercak kuning pada daun
dan akan mengarah ke bercak coklat nantinya, selain itu gejala lainnya adalah
pertumbuhan tanaman cabai menjadi terhambat sehingga akan menjadikan
tanaman cabai tersebut menjadi tanaman kerdil. Tungau kuning dapat
bereproduksi sangat cepat sehingga sangat sulit untuk membasmi tungau ini.
Tanaman terong merupakan jenis sayuran yang termasuk dalam tanaman
musiman. Penurunan produktivitas terong dapat terjadi jika tanaman tersebut
rusak atau mati. Penyebab terjadinya penurunan dari hasil produktivitas tanaman
terong salah satunya adalah terserang oleh tungau. Tungau yang menyerang
tanaman terong antara lain tungau kuning, tungau bercak dua dan tungau merah.
Suhu lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta
reproduksi tungau. Tungau bercak dua (Tetranychus urticae koch) memiliki ciri
mulut yang dapat menusuk dan menghisap cairan tanaman, memiliki bentuk
badan oval dan berkaki 8, yang membedakan tungau bercak dua dengan tungau
14
lainnya yaitu pada kedua sisi badannya yang berwarna kuning pucat dengan
bercak hitam. Gejala yang ditimbulkan akibat serangan ini adalah terdapat bercak
kuning pada daun yang diserang, pada bagian bawah daun akan tampak seperti
warna tembaga dan terdapat benang-benang halus. Tungau bercak dua dapat
berkembang lebih cepat saat suhu mencapai 25˚C, namun perkembangan tungau
dapat terhambat bila suhu lingkungan mengalami kenaikan (Kaur and Zalom,
2017).
15
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Tungau adalah sejenis laba-laba yang memiliki ciri morfologi tidak
bersegmen,memiliki bentuk tubuh bulat atau oval, memiliki 4 pasang kaki,
memiliki kepala, thoraks dan abdomen yang menyatu menjadi badan, dan
memiliki alat pernafasan pada dinding tubuh.
2. Tanaman yang terserang oleh tungau akan memiliki gejala terdapat bercak
kuning atau merah pada daun disertai lubang, daun menggulung ke arah
bawah dan menebal, dan juga membuat daun menjadi kering. Pada
serangan yang parah akan membuat tanaman menjadi kerdil sehingga
dapat menurunkan produktivitas tanaman tersebut,.
5.2 Saran
Pelaksanaan praktikum Pengenalan Biekologi Tungau dan Gejala
Kerusakannya berjalan dengan baik, kekurangan dalam pelaksanaan acara ini
yaitu peralatan yang tersedia di laboratorium minim jumlahnya sehingga
praktikan harus bergantian menggunakannya dan memakan waktu yang lebih
lama. Sebaiknya untuk peralatan yang akan digunakan dalam praktikum lebih
diperbanyak lagi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Chetverikov, Philipp E., dan Charnie Craemer. 2015. Gnthosomal Interlocking
Apparatus and Remarks on Functional Morphology of Frontal Lobes of
Eriophyoid Mites (Acariformes, Eriophyoidea). Crossmark. 1(3) : 32-48.
Indiati, S.W. 2012. Ketahanan Varietas/Klon Ubikayu Umur Genjah terhadap
Tungau Merah. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 31(1): 53 – 59.
Kaur, P and F. G. Zalom. 2017. Effect of temperature on the development of
Tetranychus urticae and Eotetranychus on strawberry. Entomologi and
Zoology Studies, 5(4): 441-444.
Moekasan, T.K dan Prabaningrum L. 2012. Penggunaan Rumah Kasa untuk
Mengatasi Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan pada Tanaman
Cabai Merah di Dataran Rendah,J Hort, 22(1): 66-76.
McMurtry, J. A., Gilberto J. D. M and Nazer F. S. 2013. Revision of The Lifestyle
of Phytoseiid Mites (Acari : Phytoseiidae) and Implications for Biological
Control Strategies. Systematic & Applied Acarologi, 18(4): 297-320.
Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pramurdianto dan Kurnia P. S. 2016. Tungau Merah (Tetranychus Urticae Koch)
pada Tanaman Ubikayu dan Cara Pengendaliannya. Buletin Palawija, 14(1):
36 – 48.
Santoso, S., Aunu R., Nelly M. G., Elna K dan Widi R. 2014. Biologi dan
Kelimpahan Tungau Merah Tetranychus sp. (Acari : Tetranychidae) pada
Dua Kultivar Jarak Pagar (Jatropha curcas). Jurnal Entomologi Indonesia,
11(1): 34 – 42.
17
LAMPIRAN
1. Lembar ACC dan Flowchart
Gambar 1. Tabel ACC
18
Gambar 2. Tabel ACC
19
Gambar 3. Tabel ACC
20
Gambar 4. Tabel ACC
21
Gambar 5. Tabel ACC
22
Gambar 6. Tabel ACC
23
Gambar 7. Tabel ACC
24
Gambar 8. Tabel ACC
25
Gambar 9. Flowchart Arya Widya (16-1277)
26
Gambar 10. Flowchart Renjana D. A (16-1281)
27
Gambar 11. Flowchart Taufiq Iradah (16-1289)
28
DOKUMENTASI
Gambar 12. Tungau Kuning (Pholyphogustarsonemus latus) pada cabai
Gambar 13. Gejala yang diakibatkan oleh tungau kuning
29
Gambar 14. Tungau merah (Tetranychus cinnabarinus boisd) pada tanaman
singkong
Gambar 15. Gejala yang diakibat oleh serangan tungau merah
30
Gambar 15. Tungau bercak dua (Tetranychus urticae koch) pada tanaman terong
Gambar 16. Gejala yang diakibat oleh serangan tungau bercak dua
31
LITERATUR
Indiati, S.W. 2012. Ketahanan Varietas/Klon Ubikayu Umur Genjah terhadap
Tungau Merah. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 31(1): 53 – 59.
32
Kaur, P and F. G. Zalom. 2017. Effect of temperature on the development of
Tetranychus urticae and Eotetranychus on strawberry. Entomologi and
Zoology Studies, 5(4): 441-444.
33
Moekasan, T.K dan Prabaningrum L. 2012. Penggunaan Rumah Kasa untuk
Mengatasi Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan pada Tanaman
Cabai Merah di Dataran Rendah,J Hort, 22(1): 66-76.
34
Santoso, S., Aunu R., Nelly M. G., Elna K dan Widi R. 2014. Biologi dan
Kelimpahan Tungau Merah Tetranychus sp. (Acari : Tetranychidae) pada
Dua Kultivar Jarak Pagar (Jatropha curcas). Jurnal Entomologi Indonesia,
11(1): 34 – 42.
35
Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pramurdianto dan Kurnia P. S. 2016. Tungau Merah (Tetranychus Urticae Koch)
pada Tanaman Ubikayu dan Cara Pengendaliannya. Buletin Palawija, 14(1):
36 – 48.
36
McMurtry, J. A., Gilberto J. D. M and Nazer F. S. 2013. Revision of The Lifestyle
of Phytoseiid Mites (Acari : Phytoseiidae) and Implications for Biological
Control Strategies. Systematic & Applied Acarologi, 18(4): 297-320.
37
Kaur, P., dan F. G. Zalom. 2017. Effect of Temperature on The Development of
Tetranychus urticae and Eotetranychus lewisi on Strawberry. Entomology
and Zoology Studies, 5(4): 441-444.
38
Chetverikov, Philipp E., dan Charnie Craemer. 2015. Gnthosomal Interlocking
Apparatus and Remarks on Functional Morphology of Frontal Lobes of
Eriophyoid Mites (Acariformes, Eriophyoidea). Crossmark. 1(3) : 32-48