jenis-jenis tungau

32
V. JENIS-JENIS TUNGAU 1. Famili TARSONEMIDAE Jenis tungau dari famili ini mempunyai beberapa variasi biologi, yaitu berbadan lunak dan tidak mempunyai mata. Beberapa spesiesnya adalah fitofag, pada hal hidupnya pada sampah atau sebagai parasit. a. Polyphagotarsonemus ( = Hemitarsonemus ) latus Banks. atau yellow tea mite (sin. Tarsonemus translucens Green), tersebar luas dan bersifat polifag. Tungau dapat menyebar pada tanaman inang diantaranya kapas di Brasil, Uganda, dan Kongo; kacang-kacangan, castor, dan dahlia di Afrika Selatan; teh di Ceylon dan Jawa serta beberapa tanaman lainnya. Di Philipina tungau ini menjadi hama pada tanaman muda di green house (yaitu tomat, kentang, dan tembakau) dan di kebun-kebun bunga. Umumnya gejala serangan, daun berwarna coklat, daun menebal dan mati pada bagian pucuknya. Di Indonesia tungau ditemukan pada beberapa tanaman diantaranya tomat, lombok, karet, dan teh. Tungau ini merupakan hama yang cukup serius pada tanaman teh dan juga kadang-kadang pada tanaman kopi, sehingga dapat menyebabkan kerusakan (Kalshoven, 1981). Tungau ini juga sering ditemukan pada tanaman teh, yaitu di pucuk diantara bulu-bulu pada sisi bawah daun muda. Akibat serangan pada daun-daun muda, pucuknya memanjang dan mengalami khlorosis serta mengeriting. Setelah pemetikan daun teh biasanya tungau tersebar pada suatu tempat di atas daun- daun muda. Gejala serangan pada tanaman teh serupa dengan yang disebabkan oleh pink mite (Eriophyes sp.). Kerusakan pada tanaman kina, kadang-kadang meningkat bersamaan dengan terjadinya serangan thrips. Biji-biji kina yang terserang menjadi agak coklat warnanya, sedangkan tanaman karet yang terserang daun-daunnya mudah sekali rontok dan tumbuhnya menjadi tidak normal. Pada tanaman karet, tungau berada di atas daun muda yang lunak dan tidak dapat hidup pada daun tua, serta serangan umumnya terjadi setelah musim hujan. Kerusakan tanaman karet juga terjadi pada tanaman muda di persemaian.

Upload: tra-amanta-tha

Post on 19-Feb-2015

501 views

Category:

Documents


41 download

DESCRIPTION

uguihi

TRANSCRIPT

Page 1: jenis-jenis Tungau

V. JENIS-JENIS TUNGAU 1. Famili TARSONEMIDAE

Jenis tungau dari famili ini mempunyai beberapa variasi biologi, yaitu

berbadan lunak dan tidak mempunyai mata. Beberapa spesiesnya adalah fitofag,

pada hal hidupnya pada sampah atau sebagai parasit.

a. Polyphagotarsonemus ( = Hemitarsonemus ) latus Banks. atau

yellow tea mite (sin. Tarsonemus translucens Green), tersebar luas dan bersifat

polifag.

Tungau dapat menyebar pada tanaman inang diantaranya kapas di Brasil,

Uganda, dan Kongo; kacang-kacangan, castor, dan dahlia di Afrika Selatan; teh

di Ceylon dan Jawa serta beberapa tanaman lainnya. Di Philipina tungau ini

menjadi hama pada tanaman muda di green house (yaitu tomat, kentang, dan

tembakau) dan di kebun-kebun bunga. Umumnya gejala serangan, daun

berwarna coklat, daun menebal dan mati pada bagian pucuknya.

Di Indonesia tungau ditemukan pada beberapa tanaman diantaranya

tomat, lombok, karet, dan teh. Tungau ini merupakan hama yang cukup serius

pada tanaman teh dan juga kadang-kadang pada tanaman kopi, sehingga dapat

menyebabkan kerusakan (Kalshoven, 1981).

Tungau ini juga sering ditemukan pada tanaman teh, yaitu di pucuk

diantara bulu-bulu pada sisi bawah daun muda. Akibat serangan pada daun-daun

muda, pucuknya memanjang dan mengalami khlorosis serta mengeriting. Setelah

pemetikan daun teh biasanya tungau tersebar pada suatu tempat di atas daun-

daun muda. Gejala serangan pada tanaman teh serupa dengan yang disebabkan

oleh pink mite (Eriophyes sp.).

Kerusakan pada tanaman kina, kadang-kadang meningkat bersamaan

dengan terjadinya serangan thrips. Biji-biji kina yang terserang menjadi agak

coklat warnanya, sedangkan tanaman karet yang terserang daun-daunnya mudah

sekali rontok dan tumbuhnya menjadi tidak normal.

Pada tanaman karet, tungau berada di atas daun muda yang lunak dan

tidak dapat hidup pada daun tua, serta serangan umumnya terjadi setelah musim

hujan. Kerusakan tanaman karet juga terjadi pada tanaman muda di persemaian.

Page 2: jenis-jenis Tungau

27

Tungau yang menyerang juga dapat mendorong terjadinya penyakit yang

disebabkan oleh jamur Helminthosporium (Kalshoven, 1981).

Menurut Aart van Schoohoven (1978) bahwa, tungau juga dapat

menyerang tanaman kedele dan menyebabkan kerusakan setelah pembungaan,

khususnya pada cuaca lembab dan kering sehingga dapat menurunkan produksi

sampai 56 persen. Gejala serangan tungau pada tanaman kedelai dapat dilihat

dari kerusakan pada tepi (ujung) daun yang menggulung ke atas dan berwarna

terang. Daun muda tidak tumbuh dengan normal, sering menjadi kering;

demikian juga polong dapat diserang dengan menunjukkan jaringan luka berwarna

agak kecoklatan. Beberapa varietas kedelai menunjukkan gejala yang

menggulung ke bawah pada tepi daun dan berwarna gelap pada tangkai daun,

sehingga gejalanya mudah keliru dengan akibat serangan virus atau kekurangan

mineral.

Hasil penelitian Trisusilowati dan Purnomo (1997), bahwa tungau famili

Tarsonemidae dijumpai menyerang tanaman kedelai varietas Wilis dan Edamame

di Jember pada saat umur 45 – 53 hari setelah tanam. Gejalanya terjadi bentukan

berupa tonjolan seperti gall berwarna coklat tampak berderet atau bergerombol

menutup atau melekat pada permukaan batang. Bentukan serupa juga ada pada

daun. Dijumpai pula tonjolan berupa pintalan benang-benang berwarna putih.

Gejala serangan pada tanaman tomat, tanaman lebih cepat menjadi coklat

yaitu 8 – 10 hari setelah infestasi, dan 4 – 5 hari kemudian pertumbuhan bagian

pucuk seperti terbakar.

Tungau berukuran 0,25 mm, tubuhnya licin hampir jernih, berwarna hijau

kekuningan dengan kaki tipis dan bergerak cepat. Bentuk tungau trianguler,

nimfanya berwarna putih transparan. Biasanya nimfa terdapat pada daun-daun

muda dan segera setelah menjadi imago, tungau betina kemudian makan dan

meletakkan telur pada daun yang sama.

Telur tungau berdiameter 0,1 mm berwarna putih bersinar yang terletak di

daun bagian bawah. Siklus hidup tungau setiap fase sekitar 1 – 3 hari dan rata-

rata 2 hari pada temperatur 27 0C. Tungau jantan hidup selama 12 hari,

sedangkan yang betina 15 hari dan meletakkan telur rata-rata 48 butir (Aart van

Schoohoven, 1978). Imago betina yang tidak kawin hanya akan menghasilkan

tungau jantan (Pelley, 1968).

Page 3: jenis-jenis Tungau

28

Gambar 8. Polyphagotarsonemus latus (Kalshoven, 1981)

a. Telur, b. Larva (Bagian Lateral), c. Larva (Bagian Ventral), d. Nimfa Bagian Ventral, e. Imago Betina, dan f. Imago Jantan

Koloni tungau terjadi pada 2 atau 3 daun muda sekitar tunas, dan apabila

daunnya telah menjadi tua maka tungau akan bergerak ke atas pada daun-daun

muda. Di Afrika Selatan hidupnya tungau selama 9 hari pada musim dingin dan

hanya 4 hari pada musim kemarau. Sedangkan pada tanaman teh di Ceylon

sekitar 4 – 6 hari, dan pada tanaman kapas di Kongo siklus hidupnya 4,5 hari

pada suhu 24 0C (Le Pelley, 1968).

Akibat serangan tungau pada tanaman kapas, daun-daunnya menjadi hijau

gelap dan tepi daun menggulung ke dalam yang akhirnya daun berlubang akan

tetapi tidak jatuh. Pada akhir musim tanam kapas, tungau pindah ke tanaman

inang lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan serupa. Tungau melukai daun

dengan cara menghisap cairan daun dan sering menyebabkan kerusakan pada

pucuk-pucuk bunga dan buah-buah muda.

Page 4: jenis-jenis Tungau

29

Tungau kuning (Polyphagotarsonemus latus) juga menyerang tanaman

wijen pada saat 21 hari setelah tanam. Gejala serangan pada daun yang masih

muda, di bagian pucuk tanaman terlihat bentuk daun abnormal, kaku kemudian

menebal, hijau tua dan melengkung ke bawah akhirnya menjadi keriting.

Serangan berat menyebabkan bunga akan gugur, tidak terbentuknya polong

sehingga produksi merosot (Helmy, 2008).

Pada tanaman jarak pagar, gejalanya daun yang baru tumbuh, daun caping

mengeras, sebaran hijau daun tidak sempurna, pertumbuhan tunas terhenti

sementara atau selamanya, tergantung kondisi lingkungan. Pada daun yang

sedang tumbuh dan berkembang, terlihat afanya cekungan-cekungan pada

permukaan daun, caping mengeras dan tunas akan tumbuh kembali, tetapi

menunjukkan adanya gejala serangan tungau. Pada serangan lebih lanjut, terlihat

serangan pada tunas daun yang terlihat lebih jelas. Tungau akan menyerang

tanaman jarak pagar sejak awal musim hujan dan akan meningkat pada musim

kemarau (Taufan dan Taufiq, 2007).

b. Steneotarsonemus (= Tarsonemus) bancrofti Mich., adalah tungau

pada tanaman tebu yang tersebar di daerah Pasifik Barat Daya. Tungau ini

banyak terdapat di dekat nodes (tunas-tunas baru) di celah-celah atas poros daun,

sedang di bagian tepi tidak terlihat dengan jelas (Kalshoven, 1981).

Tungau ini menyebabkan kerusakan seperti gall (pembengkakan), dengan

ciri khusus kekuningan dan akhirnya menjadi coklat kemerahan sampai hitam.

Tungau betina berukuran 0,4 mm dan yang jantan berukuran 0,3 mm. Tungaunya

bertungkai 4 pasang dan sangat peka terhadap cahaya matahari, dan lebih suka

menyembunyikan diri di tempat-tempat yang gelap seperti di bawah daun.

c. Steneotarsonemus (= Tarsonemus) pallidus Banks., cyclament (sin.

Tarsonemus fragariae Zimm.), strawberry tarsonemid mite.

Tanaman yang terserang daunnya menggulung, tunas gugur pada waktu

membuka atau dengan bunga-bunga kecil yang menggulung (Metcalf dan Flint,

1979).

Tubuh tungau sangat kecil dan sulit dilihat dengan mata, berwarna putih,

hijau, atau coklat keperakan. Tungau ini tercatat sebagai hama pada strawberry,

anggur, dan beberapa tanaman bunga-bungaan. Ditemukan pertama kali di New

Page 5: jenis-jenis Tungau

30

York pada tahun 1898 dan di Kanada tahun 1908 serta umumnya menyebar di

green house.

a b Gambar 9. Steneotarsonemus pallidus (Cyclamen Mite) (Metcalf dan Flint, 1979).

a. Imago Betina, b. Imago Jantan Tungau memakan pada beberapa bagian tanaman diantaranya bulu-bulu

daun dan antara lipatan-lipatan daun muda pada tunas. Pada daerah yang terlalu

dingin, tungau berada pada fase imago dan tungau mulai meletakkan telur pada

bulan Maret dan April.

Perkembangbiakannya sangat cepat dan pada musim panas, siklus

hidupnya mulai telur sampai imago adalah sekitar 2 minggu, dan setiap fase

tungau dapat ditemukan pada sekitar daun tanaman yang diserang. Pada saat

permulaan musim dingin tungau mencari perlindungan pada daun-daun pucuk.

Tungau dewasa panjangnya 0,25 mm yang pada tingkat pertumbuhan larva

berkaki 6 dan tingkat pertumbuhan nimfa berkaki 8. Pasangan kaki belakang

pada tungau betina terdapat seperti benang dan yang jantan seperti catut

(penjapit) (Metcalf dan Flint, 1979). Setiap imago betina menghasilkan sekitar 90

butir telur, dan 80 persen diantaranya akan berkembang menjadi tungau betina.

Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan fumigasi Methyl bromida

atau penyemprotan tanaman yang terserang dengan Kelthane, Endrin, atau

Thiodan khususnya pada saat tanaman tumbuh setelah pemangkasan. Pada

tanaman strawberry dapat menggunakan predator Typhlodromus bellinus dan T.

reticulatus.

2. Famili TETRANYCHIDAE Famili tungau ini sebagian besar terdiri dari jenis fitofag, dengan ukuran

tubuhnya tidak melebihi 1 mm dan berwarna kuning, coklat, kehijau-hijauan, atau

merah dan mempunyai mata. Jenis tungau ini bervariasi dengan panjang

Page 6: jenis-jenis Tungau

31

tubuhnya antara 0,25 – 0,5 mm. Tungau ini aktif merayap yang dapat diketahui

oleh mata kita sebagai bintik merah pada ujung depan tubuhnya, dan biasanya

berlindung pada permukaan daun dengan pelindung yang baik.

Bagian ujung pada masing-masing tarsus mempunyai rambut yang khas

dengan kait yang melintang pada ujungnya, dan bagian mulutnya menyerupai

jarum serta terlindung pada bagian dasarnya oleh lempeng mandibula (mandibular

plate). Umumnya bentuk respirasinya melalui sistem tracheal yang sederhana

dengan stigmata dorsal sekitar mandibular plate.

Tingkatan hidup tungau ini terdiri dari telur, larva (dengan 3 pasang kaki), 2

tingkatan nimfa (protonimfa dan deutonimfa) yang mempunyai 4 pasang kaki, dan

imago. Setiap pergantian kulit didahului dengan keadaan diam selama 1 atau 2

hari; selama keadaan ini tungau sangat resisten terhadap pengendalian dengan

kimia.

Tungau betina meletakkan telur setiap hari selama 2 – 3 minggu. Pada

kondisi lingkungan yang sesuai, maka siklus hidupnya berkisar antara 15 – 20

hari. Jenis kelamin tungau sangat ditentukan oleh adanya pembuahan. Tungau

jantan dihasilkan dari telur yang tidak dibuahi, sedangkan tungau betina dihasilkan

dari telur yang dibuahi.

Beberapa spesies tungau pada musim yang sangat dingin berada pada

fase telur di tanaman inangnya; sedangkan imago dan nimfa berada di dalam kulit

tanaman, di bawah daun-daun yang mati atau di dalam tanah. Daun-daun yang

diserang oleh tungau pertama kali akan kelihatan suram, tampak berbintik dan

akhirnya berubah seperti karat atau keperang-perangan. Tanaman atau buah

yang dihasilkan tidak dapat tumbuh dengan normal sebagaimana mestinya, dan

dalam beberapa keadaan akan terjadi defoliasi Selanjutnya apabila serangan

berat biasanya tanaman menjadi sangat kerdil atau bahkan dapat menyebabkan

kematian tanaman. Tungau lebih menyukai sisi daun bagian bawah, akan tetapi

mungkin juga ditemukan pada kedua sisi daun apabila keadaan serangan berat.

Tungau berkembangbiak selama musim panas, cuaca kering dan umumnya tidak

merusak pada musim dingin dengan cuaca lembab atau basah.

a. Tetranychus cinnabarinus (Boisduvall), carmine atau red spider mite.

Jenis tungau ini hampir selalu terdapat di daerah tropis, dan sebagai hama di

green house pada daerah-daerah beriklim sedang.

Page 7: jenis-jenis Tungau

32

Jenis tungau ini pertama kali ditemukan di Jawa pada cassava (ketela

pohon) oleh Leefmans pada tahun 1915, bersifat polifag yaitu terdapat juga pada

tanaman–tanaman seperti jeruk, kapas, kacang-kacangan, dan tanaman hias

serta pada tumbuhan pengganggu (gulma).

Pada daun cassava (ketela pohon) menunjukkan adanya bintik kuning,

yang kemudian menyatu sehingga jaringan daun seluruhnya menjadi kuning dan

akhirnya merah (hama merah). Tungau terlihat seperti bercak-bercak merah (red

spot) menyerupai jarum yang merayap di bagian bawah daun. Apabila tanaman

cassava terserang sangat berat, maka daun menjadi mengkerut dan akhirnya

gugur akan tetapi tanaman tidak mati. Pada tanaman kina akan terlihat daun

pada pembenihan menjadi berbintik dan mengeriting sehingga tanaman layu.

Pada tanaman kedelai terlihat tungau dewasa meletakkan telur di permukaan

bawah daun. Telur berwarna kuning pucat berbentuk bulat berukuran + 0,15 mm.

Pertumbuhan mulai dari telur sampai menjadi tungau dewasa berlangsung selama

kurang lebih 15 hari.. Larva berwarna kemerah-merahan dan lebih besar daripada

telur serta berkaki 3 pasang. Pada tingkat selanjutnya adalah nimfa (protonimfa

dan deutonimfa) berkaki 4 pasang dan nimfa berwarna kehijau-hijauan atau

kemerah-merahan dengan total periode nimfa 6 – 10 hari. Imago tungau ini

berukuran 0,5 mm berwarna merah tua dengan kaki dan bagian mulut berwarna

putih.

Gambar 10. Tetranychus cinnabarinus (Kalshoven, 1981)

Pada tanaman ketela pohon yang disukai oleh tungau adalah daun muda

yang ada di tengah-tengah, dan meletakkan telur sekitar 10 butir setiap hari.

Walaupun tungau makan dalam jumlah yang tidak begitu banyak, namun demikian

Page 8: jenis-jenis Tungau

33

perkembang biakannya sangat cepat khususnya pada musim kering. Sewaktu

populasi tungau sangat banyak maka daun seringkali berubah warna menjadi

keabu-abuan atau berwarna hitam kotor. Apabila keadaan daun berubah menjadi

tidak sesuai untuk perkembang biakannya, maka akan membuat jaringan benang

halus dan berpindah tempat dengan cara menggantung pada benang. Oleh

karenanya tanaman penuh dengan anyaman benang halus. Penyebaran

umumnya dengan menjatuhkan diri dari daun, dan dibantu dengan adanya tiupan

angin, serta dapat pula melalui pakaian manusia yang lewat sehingga membantu

mempermudah pemindahan tungau.

Tanaman inang tungau ini yang tercatat di Bogor adalah karet, pepaya,

pupuk hijau, dadap, tanaman polong, tomat, dan beberapa tanaman hias (Harnoto

dkk., 1985). Kerusakan pada ketela pohon umumnya cukup berat khususnya di

Jawa Tengah dan Jawa Timur, untuk itu pembersihan gulma dianjurkan sebagi

pengendalian utama. Di Eropa pengendalian tungau di dalam green house telah

berhasil dengan menggunakan predator Phytoseiulus persinilis (Ath Henr.) dan P.

macropilis (Banks.). Ke dua jenis tungau predator ini berkembangbiaknya lebih

cepat daripada jenis tungau famili Tetranychidae, dan telah diproduksi secara

komersial. Di Jawa diketahui pula beberapa jenis famili Coccinelidae (Stethorus

sp.) juga diketahui menyerang tungau.

b. Tetranychus urticae (= telarius, bimaculatus) Koch., two spotted

mite. Tungau ini bersifat kosmopolit dan polifag, yang merupakan hama utama

pada buah-buahan (apel dan pepaya), kapas, ketela pohon, dan lain sebagainya.

Di Indonesia juga dijumpai menyerang tanaman kedelai, walaupun serangannya

tidak berat (Oka, 2005).

Pengaturan tanaman yang baik dan pemeliharaan tanaman secara intensif

ternyata dapat mengurangi kerusakan akibat serangan tungau. Tungau ini berada

pada seluruh permukaan bawah daun, terutama pada daun yang letaknya

terlindung. Serangan tungau pada populasi tinggi akan menyebabkan rusaknya

khlorofil pada jaringan palisade, sehingga tanaman yang terserang menjadi

berkilau atau menunjukkan bercak-bercak putih pada daun. Serangan berat yang

terdapat pada daun akan menunjukkan warna terang, mengering, sering berwarna

coklat kemerahan sehingga tanaman menjadi lemah dan akhirnya mati.

Page 9: jenis-jenis Tungau

34

Gambar 11. Tetranychus urticae

Tungau pada waktu dulu disebut dengan nama yang sama sebagai T.

cinnabarinus. Tungau ini hampir serupa dengan T. cinnabarinus hanya tungau

betinanya tidak berwarna merah, akan tetapi hijau kekuningan dengan 2 bercak

hitam besar pada bagian punggungnya. Telurnya berwarna putih dan jernih, pada

kondisi yang tidak menguntungkan tungau akan melakukan diapause dan saat itu

tungau berwarna oranye tanpa bercak gelap.

Tungau ini pernah menjadi salah satu hama utama pada tanaman anggur.

Selama musim panas kerusakan pada tanaman anggur menjadi kekuning-

kuningan, mengeriting,daunnya rusak, dan pertumbuhan daun pucuk terhambat.

Tanaman menjadi merana dan menghambat pemasakan buah, bahkan tungau

sering menyerang bagian kayunya. Serangan berat dari tungau ini dapat juga

menyebabkan daun tanaman menjadi rontok seluruhnya. Kadang-kadang tungau

juga bersembunyi di celah-celah kulit pohon anggur atau di atas tanah di bawah

sisa-sisa tanaman.

Bentuk tubuh tungau betina oval dengan ukuran 0,3 – 0,35 mm, bahkan

perkembang biakan selama musim kemarau dapat mencapai 6 generasi dan

kadang-kadang dapat lebih. Pada kelembaban nisbi 60 – 70 persen, suhu siang

hari 28 0C dan suhu malam hari 25 0C, rata-rata jumlah telur setiap betina dapat

mencapai 40 butir. Pada tabel berikut ini akan disajikan siklus hidup tungau T.

urticae pada daun ketela pohon.

Page 10: jenis-jenis Tungau

35

Tabel 3. Siklus Hidup Tetranychus urticae pada Potongan Daun Ketela Pohon (Var. M Col 420) dibawah Kondisi Growth Chamber (Anonim, 1976)

Stadium Jumlah Pengamatan

Lama Rerata

…………..… hari ..………………… Jantan : Telur 6 3 – 4 3,18

Larva 6 2 – 4 2,66

Protonimfa 6 1 – 2 1,33

Deutonimfa 6 1 – 3 1,66

Telur – Imago 6 7 – 10 8,83

Betina :

Telur 44 3 – 4 3,09

Larva 27 2 – 5 2,85

Protonimfa 23 1 – 2 1,65

Deutonimfa 22 1 – 3 2,04

Telur – Imago 22 7 – 11 9,27

Daur Imago 20 8 – 22 15,05

Telur – Imago mati 20 17 – 32 24,35

Berdasarkan hasil penelitian Soemargono pada tahun 1977 di kebun

percobaan Proyek Penelitian Ketela Pohon di Desa Tapan Tulungagung mulai

bulan Juni hingga September, tentang dinamika populasi tungau T. bimaculatus

Harv. pada ketela pohon Mukibat menunjukkan bahwa :

a. Populasi T. bimaculatus pada bulan Juni menurun karena pengaruh curah

hujan yang tinggi (185 mm). Populasi akan meningkat setelah hujan berakhir,

yaitu permulaan bulan Juli dan populasi tertinggi pada pertengahan bulan

Agustus (suhu 30,2 0C dan kelembaban nisbi 62,25 persen). Penurunan

populasi pada bulan Agustus dipengaruhi oleh predator (Coccinelidae), karena

suhu dan kelembaban nisbi masih menguntungkan bagi kehidupan T.

bimaculatus.

b. Pertengahan sampai akhir September populasi tungau cukup rendah.

Rendahnya populasi diakibatkan karena banyaknya daun-daun yang rontok dan

curah hujan sudah mulai turun.

Page 11: jenis-jenis Tungau

36

c. Kepadatan dan distribusi tungau pada setiap tanaman lebih banyak pada daun

bagian atas dibandingkan dengan daun sebelah bawah, akan tetapi berlaku

sebaliknya pada musim hujan.

Hasil penelitian BALITKABI Malang di rumah kaca menunjukkan bahwa

tungau merah T. urticae yang menyerang ubi kayu dapat menurunkan hasil

sampai 95 persen. Sebaran populasi tungau pada tanaman ubi kayu umur 7

bulan terkonsentrasi pada daun tengah, sedikit sekali pada daun bawah dan

pucuk. Pada daun tersebut tungau merah banyak diam sepanjang tulang daun

dan di pusat tulang daun (Sinuraya, 2005).

Pengendalian tungau ini dapat dilakukan dengan penyemprotan Tedion,

Kelthane, Chlorobenzilate, atau Aramite; juga Ethion yang disemprotkan 2 kali

dengan selang waktu penyemprotan 7 – 10 hari. Tungau akan menjadi resisten

terhadap akarisida, apabila digunakan satu atau beberapa kali akarisida yang

sama, sehingga perlu adanya kombinasi dalam memakainya. Pemakaian

akarisida yang sejenis hanya efektif dalam beberapa bulan saja, selain itu

akarisida dapat merusak tanaman kalau digunakan dosis yang terlalu tinggi.

Di daerah Kediri dan Kepanjen (Malang), T. urticae merupakan hama

penting pada tanaman bawang putih. Gejala serangan pada mulanya

menunjukkan permukaan daun bawang putih ada bercak-bercak berwarna,

selanjutnya daun akan menguning, layu, dan akhirnya kering. Tingkat serangan

tungau yang ringan biasanya daun akan menjadi kuning, sedangkan pada

serangan berat dapat menyebabkan tanaman mati.

Page 12: jenis-jenis Tungau

37

Gambar 12. Siklus Hidup Tetranychus urticae Koch. (Johansen, 1978)

a. Telur, b. Larva, c. Protonimfa, d. Deautonimfa, e. Imago

Tungau T. urticae yang menyerang tanaman apel seperti halnya tungau

yang lain, yaitu memiliki stadium telur, larva, nimfa, dan imago. Telur berwarna

putih, nimfanya berwarna merah kekuningan memiliki empat pasang kaki.

Tungau dewasa berwarna merah tua dan terdapat dua bercak gelap pada

punggungnya dan berkaki empat pasang, dengan ukuran panjang tubuh 0,6 mm.

Lama hidup tungau mulai dari stadium telur sampai dewasa lebih kurang 12 hari.

Tungau lebih suka menyerang daun apel muda dan daun setengah tua dengan

gejala serangan terlihat adanya bercak berwarna kuning, buram, coklat, dan

kering. Tungau ini menghisap cairan sel yang mengakibatkan terganggunya

proses fotosintesis.

Pengendalian tungau pada serangan masih ringan dapat dilakukan dengan

cara mekanis, yaitu mengambil daun yang terserang kemudian memusnahkannya

(dibakar). Sanitasi gulma disekitar tanaman perlu dilakukan; demikian pula

pemeliharaan tanaman, pemupukan yang berimbang akan dapat meningkatkan

ketahanan tanaman apel terhadap serangan tungau.

Page 13: jenis-jenis Tungau

38

Gambar 13. Gejala Serangan Tungau pada Daun Tanaman (Anonim. 2008)

Di alam ada beberapa jenis agen biotis, seperti predator Lycosa sp. (laba-

laba) dan parasit Aphidius sp. yang perlu diperhatikan kelangsungan hidupnya.

Apabila serangan terus meningkat dapat digunakan akarisida yang berbahan aktif

propargite (Omite 57 EC) atau berbahan aktif fenpropatin (Meothrin 50 EC), atau

berbahan aktif dikofol (Kelthane MF) yang disemprotkan pada interval1 – 2

minggu sekali dengan dosis 0,6 – 1 liter akarisida yang dilarutkan dalam 500 –

800 liter air untuk penggunaan setiap hektar lahan.

Tetranychus sp. yang hidup pada tanaman pepaya stadium dewasanya

berwarna merah tua, terdapat dua bercak gelap pada punggungnya dan berkaki

empat pasang. Telurnya berwarna putih dan nimfanya berwarna merah

kekuningan. Pada saat populasi tinggi akan tampak adanya benang-benang

transparan disekitar kelompok tungau merah ini. Lama hidup tungau dari telur

hingga mencapai dewasa sekitar 12 hari.

Bagian daun yang terserang adalah bagian bawah, sehingga menyebabkan

daun agak keriting. Permukaan daun akan tampak adanya bercak-bercak kuning,

coklat, dan kering. Serangan tungau ini akan meningkat pada musim kemarau

yang panas dan kering. Tanaman pepaya yang baru ditanam di lahan tegalan

pada musim kemarau (Agustus sampai Oktober), dan lahannya bekas tanaman

ubi kayu, maka akan mendapatkan serangan tungau tersebut.

Hasil penelitian Amir dkk. (1997) menunjukkan bahwa, kultivar tanaman

wijen Sesamindo danMarada putih, lebih tidak disukai oleh tungau Tetranychus

spp. daripada kultivar Lombok, Venezuela, dan Grati KKO.

Page 14: jenis-jenis Tungau

39

Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan cara mekanis (apabila

serangan masih ringan), yaitu memetik daun yang terserang kemudian

dikumpulkan dan dibakar. Sanitasi lahan terhadap gulma Saponaria officinalis,

Sonchus olevaceus, Galinsoqa parviflora, Euphorbia sp. perlu dilakukan karena

menjadi tanaman inangtungau merah ini. Ada agen biologi yang perlu dilindungi,

seperti laba-laba predator Lycosa sp. dan Schymnus sp. yang dapat menjadi

musuh alami bagi tungau tersebut.

Pengendalian terakhir dengan menggunakan akarisida yang berbahan aktif

dikofol (Kelthane MF) dan fenpropatin (Meothrin 50 EC). Penggunaan akarisida

pada konsep pengendalian hama terpadu harus dilaksanakan pada tahapan

terakhir, apabila cara-cara pengendalian lainnya sudah tidak mampu mengatasi

ledakan (out break) populasi tungau merah serta harus dilaksanakan secara

bijaksana; oleh karena itu akarisida digunakan pada tanaman pepaya yang

terserang saja dengan dosis 0,6 – 1 liter yang dicampur air sebanyak 500 – 800

liter untuk setiap liter akarisida dan disemprotkan pada daun pepaya dengan

interval 1 – 2 minggu sekali.

c. Oligonychus coffeae (Nietn.), red tea mite. Tungau ini namanya

diambil tanaman kopi di Ceylon oleh Nietner pada tahun 1861. Beberapa

sinonimnya adalah Tetranychus bioculatus Wood-Mason (1884), dan Oligonychus

merwei Tucker (1926).

Tungau ini menyebar di daerah tropis dan tercatat sebagai hama pada

tanaman kopi, teh, kapas, dan tanaman lain. Tungau telah lama diketahui di

Ceylon pada tanaman kopi, akan tetapi sekarang ditemukan pada lapisan atas

daun teh yang tua dan warna daun berubah menjadi coklat kekuningan berkarat

atau berwarna ungu.

Di Jawa serangan tungau ini pada tanaman kopi umumnya tidak begitu

serius, sedangkan di Kenya pada tanaman kopi yang ditanam pada daerah

dibawah 1.620 m menimbulkan kerusakan yang cukup serius. Apabila semak-

semak teh menjadi merah pada waktu musim kemarau, maka tanaman terserang

oleh tungau tersebut. Akan tetapi tungau ini tidak tahan terhadap air hujan dan

hanya telur saja yang masih bisa bertahan untuk hidup. Telur berwarna merah

terang berbentuk bola berukuran 0,15 mm. Telur yang menetas kulitnya meluruh

sehingga dapat dilihat dengan mata seperti bintik putih. Imagonya berukuran 0,4

Page 15: jenis-jenis Tungau

40

– 0,5 mm berwarna merah pada bagian anterior dan berwarna terang bagian

posteriornya, serta fase nimfanya berukuran sedikit lebih kecil daripada imagonya.

a b

Gambar 14. Oligonychus coffeae (Kalshoven, 1981) a. Telur, b. Imago

Tungau pada fase sebelum dewasa memerlukan waktu 2 minggu pada

suhu 21 – 22 0C, dan masa sebelum peletakan telur 1 – 2 hari. Siklus hidupnya

sekitar 3 minggu pada ketinggian 1.350 m. Imago betina dapat menghasilkan 40

– 50 butir telur.

Berbeda dengan di Srilanka dan India, hama ini tidak begitu penting di

Indonesia sehingga mudah dikendalikan. Agar memperoleh hasil yang baik dalam

pengendalian spider mite (Tetranychus spp.), dapat digunakan akarisida

diantaranya Metasystox, Busathion, dan Folidol. Pengujian menggunakan Eradex

juga pernah dilakukan untuk mengendalikan beberapa jenis tungau pada tanaman

teh, ternyata hasilnya cukup baik.

d. Olygonychus ilicis McGregor, merupakan hama kopi di Sao Paulo dan

Brasil. Tungau ini hidup pada lapisan atas daun dengan pelindung dari tenunan

yang kuat, dan menyebabkan daun menguning khususnya disekitar urat daun.

Penyebaran tungau dari daun ke daun melalui benang atau terbawa oleh adanya

angin (Le Pelley, 1968).

Tungau betina bertelur 10 – 24 butir, masa bertelur 6 – 10 hari pada suhu

22,5 0C. Lama hidup imago betina sekitar 15 hari dan masa sebelum peletakan

telur 3 hari. Telur yang dihasilkan oleh tungau betina steril, hanya akan

menghasilkan imago jantan. Hasil pencatatan di lapang ternyata sekitar 80

persen dari telur yang dibuahi, akan menghasilkan imago betina.

Page 16: jenis-jenis Tungau

41

Tungau menyerang tanaman tua dan muda, khususnya pada tanaman di

daerah kering. Populasi terbesar sebelum musim hujan, dan menyenangi

keadaan kering. Pengendalian tungau ini dapat dilaksanakan dengan

menggunakan akarisida Parathion.

e. Olygonychus exiccator (Zehnt.), adalah tungau pada daun tebu di

Jawa dan Hawaii. Tungau ini membentuk koloni pada daun sebelah bawah yang

berwarna kuning kehijauan dengan sedikit bintik merah. Daun yang terserang

menjadi layu, selanjutnya kering dan akhirnya mati sebelum tua; akan tetapi

kerusakan ini terbatas pada pucuk ke dua dan tidak merugikan, dan tungau dapat

berkembang dengan cepat sekitar 10 hari.

f. Brevipalpus (= Tenuipalpus) phoenicis (Geijsk.) atau Brevipalpus

obovatus (Donn.), scarlet tea mite. Tungau ini penyebarannya meluas di daerah

tropis dan subtropis yaitu di pertanaman kopi di Brasil, Meksiko, Tanzania, Kenya,

dan India. Di Jawa diketahui bahwa tungau ini merusak tanaman teh. Pada

tanaman teh di Jawa Barat perkembangbiakannya dari telur sampai dewasa

kurang dari satu bulan. Tungau ini hidupnya polifag yaitu pada kopi, apel,

mangga, jeruk, pepaya, ketela pohon, dan lain sebagainya.

Tungau yang hidup pada tanaman teh berada di bagian bawah daun,

tangkai daun, dan ranting muda. Tungau ini lebih menyukai pada tempat yang

terlindung, pada sisi tulang daun atau pada luka-luka di tangkai daun dan ranting

muda. Warna coklat akan tampak pada tangkai daun dan pangkal daun yang

terserang. Warna coklat ini dapat memanjang sepanjang tulang tengah daun

sampai ke ujung, kemudian pangkal daunnya mati dan mengering. Serangan

berat akan menyebabkan bagian daun yang lainnya menjadi kecoklatan dan

rontok.

a b c

Gambar 15. Brevipalpus obovatus (Kalshoven, 1981) a. Telur, b. Imago Betina, c. Imago Jantan

Page 17: jenis-jenis Tungau

42

Menurut Oomen dalam Hidayat (1983) bahwa, selain tungau jingga

(Brevipalpus obovatus) pada tanaman teh, juga dijumpai jenis tungau yang lain,

seperti tungau kuning / yellow mite (Polyphagotarsonemus latus Bank), tungau

laba-laba merah / red spider mite (Oligonychus coffeae Nietn.), tungau merah

jambu / pink mite (Acaphyla theae Watt) dan tungau ungu / purple mite (Calacarus

carinatus Green). Semua tungau ini dapat ditemukan hampir di semua tempat

dan setiap waktu pada tanaman teh. Serangan tungau ini jarang diketahui karena

tungau mempunyai ukuran tubuh yang kecil, dan hidup bersembunyi sehingga

pengendaliannya sering terlambat.

Hasil penelitian Hidayat (1983) di kebun percobaan Balai Penelitian Teh

dan Kina Gambung-Bandung (tinggi tempat 1.250 m) menunjukkan bahwa,

populasi tungau jingga sangat rendah pada permukaan tanaman teh setelah

dipangkas, kemudian populasi akan meningkat sesuai dengan bertambahnya umur

tanaman teh dari pangkasan. Populasi tertinggi pada umur pangkas 31,33 bulan

yaitu 653,22 ekor. Meningkatnya populasi diduga karena makanan masih tersedia

dengan jumlah yang cukup, ruang gerak serta keadaan cuaca yang membantu;

sedangkan menurunnya populasi setelah dipangkas pada 31,33 bulan sampai saat

pangkasan berikutnya (pangkasan 4 tahun sekali) disebabkan karena adanya

kompetisi diantara spesies tungau jingga itu sendiri baik dalam ruang gerak atau

mencari makanan, juga kompetisi dengan hama lain dan adanya serangan

predator. Tanaman teh yang baru dipangkas sampai umur 5,74 bulan ternyata

tidak ditemukan tungau jingga. Tingkat kerusakan ekonomis tungau jingga pada

tanaman teh adalah, apabila setiap daun terdapat 24 telur dan tungau (Oomen

dalam Hidayat, 1983).

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara mekanis, yaitu mengambil

tungau pada daun bersamaan dengan waktu pemetikan dan sesudah itu

disemprot dengan pestisida (akarisida). Adapun akarisida yang dapat digunakan

untuk pengendalian tungau jingga ini diantaranya Morestan 25 WP, Morocide 40

EC, Kelthane MF, Omite 57 EC, dan Plictran 50 WP (Anonim, 1987). Akarisida

Kelthane MF disemprotkan pada tanaman teh yang terserang tungau jingga,

apabila setiap daun dijumpai 2 – 3 ekor tungau. Dosis yang dianjurkan sebanyak

0,6 – 1 liter per hektar, dengan volume semprot 500 – 600 liter per hektar.

Page 18: jenis-jenis Tungau

43

Di India bagian timur laut, tungau menjadi hama yang paling serius pada

tanaman teh. Padahal di India Selatan dan di kepulauan Melayu, peledakan

serangan tungau tampaknya hanya pada waktu kering yang lama.

Tungau betina bentuknya oval, warnanya kemerah-merahan dan ukuran

tubuhnya sekitar 0,25 x 0,12 mm; sedangkan tungau jantan bentuknya trianguler

dan lebih kecil daripada betina. Telur berbentuk elips berwarna kemerahan dan

diletakkan secara tunggal atau mengelompok di bawah lapisan daun.

g. Tenuipalpus orchidarum Parf. (sin. Brevipalpus pereger Donn),

tungau merah pada bunga anggrek. Tungaunya berukuran sangat kecil hanya 0,2

mm dan ditemukan pada daun. Perkembangan tungau ini sangat cepat, sehingga

dalam waktu singkat dapat menyebabkan kerusakan yang berat. Telur berwarna

merah, memanjang (empat persegi panjang) yang diletakkan pada sisi atas.

Kerusakan dapat meluas baik pada tanaman maupun pembibitan. Jenis-jenis

tanaman anggrek yang dapat terserang yaitu Phalaenopsis, Dendrobium,

Oncidium, Grammathophyllum dan Vanda (Toerngadi dkk., 1980).

Gambar 16. Tenuipalpus orchidarum (Kalshoven, 1981)

Serangan pada tingkat awal menunjukkan bahwa daun anggrek terlihat

bintik-bintik putih dan kadang-kadang bergerombol. Khusus pada anggrek bulan

(Phalaenopsis), bercak putih itu berwarna keperak-perakan dan transparan terlihat

pada permukaan daun. Pada anggrek jenis lainnya bercak putih keperak-

perakannya hanya terdapat pada permukaan bawah saja, sedangkan permukaan

atasnya hanya kelihatan menguning.

Pada tingkat selanjutnya bercaknya berubah menjadi merah kecil atau

besar, hal ini tergantung tingkat serangannya; sedangkan warna bagian daun

yang tidak diserang akan menjadi lebih tua. Di samping itu daun yang terserang

Page 19: jenis-jenis Tungau

44

juga akan memperlihatkan adanya lekukan-lekukan kecil. Serangan ini kalau tidak

segera diberantas, daunnya akan mati dan gugur sehingga tanaman anggrek

tumbuh merana. Tungau merah ini sangat berbahaya pada anggrek bulan,

karena serangan awal dapat mematikan.

Pengendalian tungau merah ini dapat dilakukan dengan cara pengendalian

hama secara terpadu (PHT), yaitu :

a. Budidaya tanaman sehat,

• Pemeliharaan tanaman pada anggrek yang baik, terdiri dari penyiraman

teratur, pemupukan berimbang, penambahan atau penggantian media

tumbuh.

• Sanitasi, membersihkan gulma, memotong dan memusnahkan daun-daun

yang terserang organisme pengganggu tumbuhan (OPT).

b. Pemanfaatan Agensia Hayati

Memberi peluang dan memanfaatkan agensia hayati predator, seperti

Phytoseiulus persimilis, Typhlodromus sp. dan Athias henriot (Sianturi, 2005).

c. Monitoring

Lakukan pengamatan secara rutin, yaitu mingguan.

d. Penggunaan Pestisida secara Bijaksana

Apabila hasil pengamatan mingguan menunjukkan intensitas serangan ≥ 15

persen, maka dapat menggunakan akarisida yang direkomendasikan pada saat

ini.

h. Panonychus (= Metatetranychus) ulmi Koch. (sin. Paratetranychus

pilosus), european red mite. Hama menyebar di Benua Eropa, dan pertama kali

ditemukan di Amerika Serikat pada tahun 1911. Tungau ini menjadi salah satu

hama penting di Canada dan Amerika Serikat yang menyerang tanaman apel dan

peer.

Kerusakan pertama kali tampak pada tunas merekah sehingga pucuk-

pucuk dan daun-daun tidak tumbuh dengan normal, dan akhirnya menunjukkan

adanya lubang-lubang kecil pada bagian tepi yang terang.

Page 20: jenis-jenis Tungau

45

Gambar 17. Panonychus ulmi

Bentuk tungau amat kecil dan aktif biasanya berada di bagian bawah daun,

apabila serangan ringan daun akan berbintik dan pada serangan berat daun yang

sakit berwarna kecoklatan dan dalam waktu singkat akan terlihat tertutup oleh

debu dan daun gugur. Buah menjadi kecil dan mutunya rendah, bahkan tunas

buah lemah sehingga bentuk buah tidak normal. Walaupun tungau-tungau

memakan pada lapisan bawah daun, maka akan menunjukkan warna tidak normal

pada daun bagian atas dimulai dari pangkal daun menyebar sepanjang tulang

daun; yang akhirnya seluruh daun dan pucuk serta kemungkinan daun gugur

sebelum tua. Apabila serangan berat dapat dilihat dengan mata seperti sumbat

kemerahan dibawah tunas.

a b c d

e f

Gambar 18. Siklus Hidup Panonychus (= Metatetranychus) ulmi Koch. (Kalshoven, 1981). a. Telur, b. Larva, c. Protonimfa,

d. Deutonimfa, e. Imago Jantan, dan f. Imago Betina bagian lateral

Page 21: jenis-jenis Tungau

46

Tungau pada musim dingin berada pada fase telur berwarna merah terang

sampai oranye dan dapat bertahan selama 150 – 200 hari pada temperatur

dibawah 10 0C. Telur berukuran sekitar 0,1 mm yang diletakkan di bagian sisi

bawah daun dan menetas pada permulaan musim panas, kemudian larva

mengelompok pada daun-daun muda

Larva yang baru saja menetas berwarna merah terang berkaki 6,

panjangnya sekitar 0,15 – 0,20 mm dan setelah melalui tingkat protonimfa dan

deutonimfa kemudian tungau tumbuh menjadi imago. Bentuk tungau jantan

ramping dan pendek (panjangnya 0,3 – 0,35 mm) berwarna hijau kekuningan atau

coklat kemerahan, sedangkan yang betina berbentuk elips berwarna merah gelap

(sekitar 0,5 mm) dapat meletakkan telur sekitar 15 – 50 butir.

Lama hidup tergantung pada iklim, umumnya 8 – 15 generasi per tahun.

Perkembangbiakan tungau sangat cepat pada cuaca panas dan kering. Siklus

hidup mulai menetas sampai imago, rata-rata 20 hari pada suhu udara 12,5 0C;

sedang pada suhu 25 0C hanya berlangsung selama 4 hari (Metcalf dan Flint,

1979). Imago betina hidup sekitar 19 hari dan dapat meletakkan telur sekitar 20

butir pada musim kemarau. Telur imago betina yang dihasilkan tanpa perkawinan

akan menetas menjadi tungau jantan, sedangkan telur yang dihasilkan akibat

perkawinan akan menetas menjadi tungau betina sekitar 63 persen dan

selebihnya menjadi tungau jantan.

Warna tungau ini merah bata sampai coklat kemerahan dengan bintik putih

yang menarik pada bagian dasar duri punggung. (Johansen, 1978). Apabila pada

setiap daun ditemukan 4 – 6 ekor tungau pada bulan Juni, Juli, atau Agustus pada

saat musim panas, maka perlu diadakan pemberantasan untuk menghindari

terjadinya kerusakan tanaman akibat serangan tungau.

i. Tetranychus pasificus McGregor (pasific mite) dan Tetranychus

schoenei McGregor (schoenei mite). Kedua tungau ini merupakan hama di

kebun buah-buahan.

Daun tanaman yang terserang menjadi kekuning-kuningan, dan kalau

serangan berat daun akan berselaput. Serangan berat juga dapat menyebabkan

tidak terbentuknya daun, serta buah akan jatuh sebelum dipanen. Tanaman

inangnya adalah apel, peer, kapas, dan lain sebagainya. Tungau ini mirip dengan

tungau two spotted mite (Tetranychus urticae), dan hanya dapat dibedakan oleh

Page 22: jenis-jenis Tungau

47

para ahli. Kedua tungau ini panjangnya 0,4 mm dan imago betina pada musim

kemarau berwarna kehijauan dengan bintik gelap. Tungau tersebut pada musim

dingin, imago betinanya berwarna oranye terang berada di bawah kulit pohon atau

daun dan sampah-sampah diatas tanah. Pada saat menjelang musim kemarau

tungau pindah ke atas tanaman, yaitu pada ujung tanaman yang berwarna hijau

dan memakan bagian tanaman yang baru tumbuh. Dalam waktu singkat setelah

migrasi, setiap betina meletakkan telur sekitar 50 butir yang berwarna putih dan

kecil. Semua telur yang steril menghasilkan imago jantan, dan yang fertil hanya

80 persen yang menjadi imago betina serta sisanya menjadi imago jantan.

Tungau yang baru muncul adalah fase larva dengan 6 kaki, kemudian protonimfa

dan deutonimfa sebelum menjadi imago.

Siklus hidup tungau Tetranychus schoenei mulai menetas sampai imago

berkisar 28 hari pada suhu 12,5 0C, dan hanya 5 hari pada suhu 25 0C. Masa

sebelum peletakan telur 1 – 5 hari dan jangka waktu hidup imago betina 38 – 40

hari.

j. Bryobia arborea Morgan & Anderson (brown mite). Pada musim

kemarau tungau ini seringkali menimbulkan kerugian pada tanaman apel, dengan

menghisap getah tunas dan daun. Daun yang terserang akan berbintik dan

berwarna kekuningan, serta pada musim kemarau yang panjang maka banyak

daun yang jatuh. Selama masa istirahat (hibernasi) akan ditemukan telur-telur

berwarna merah, berukuran kecil yang tertahan di lapisan kulit pohon sekitar tunas

dan ujung ranting tanaman. Tanaman inangnya antara lain apel, peer, dan lain

sebagainya. Daerah penyebarannya meliputi Amerika dan Kanada.

Telur-telurnya menetas menjelang musim kemarau, kemudian tungau

memakan daun pada malam hari atau dibawah intensitas cahaya yang rendah.

Pada waktu siang hari tungau berkumpul pada bagian kayu. Tungau mungkin

memakan pada kedua lapisan daun, akan tetapi lebih menyukai lapisan daun

bagian atas. Telur-telur pada musim kemarau diletakkan pada ranting dan daun

sampai pada bulan September.

Imago berwarna coklat sampai kemerahan, bentuknya kecil dan ramping

menyerupai jarum. Sepasang kaki depan lebih panjang daripada ketiga pasang

kaki yang lainnya.

Page 23: jenis-jenis Tungau

48

Gambar 19. Bryobia arborea (Brown Mite) Gambar 20. Telur dan Imago B. praetiosa (Metcalf dan Flint, 1979) (Clover mite) (Gomez dan Mizell, 2008)

k. Panonychus (= Metatetranychus) citri McGregor (citrus red mite),

Eotetranychus (= Tetranychus) sexmaculatus Riley (six-spotted mite),

Eotetranychus lewisi McGregor (lewis spider mite), Brevipalpus lewisi

McGregor (flat mite), dan Eutetranychus banksi Pritchard & Baker (= Anychus

clarki) (texas citrus mite) adalah jenis-jenis tungau yang sering ditemukan sebagai

hama perusak tanaman jeruk.

Gambar 21. Panonychus citri (Citrus Red Mite)

Citrus red mite (Panonychus citri McGregor) mengakibatkan daun berbintik

dan serangan berat menjadi berwarna coklat dan akhirnya rontok, sedangkan

buah berwarna abu-abu atau kuning. Serangan six-spoted mite (Eotetranychus

sexmaculatus) terbatas pada bagian bawah daun, dan tungau membentuk koloni

yang akhirnya daun mengecil serta menguning sehingga daun sering gugur.

Lewis spider mite (Eotetranychus lewisi McGregor) menyerang buah dan

Page 24: jenis-jenis Tungau

49

menyebabkan buah berwarna kuning kemerahan sampai merah. Flat mite

(Brevipalpus lewisi McGregor) menyebabkan lubang atau bintik pada buah jeruk,

sedangkan texas citrus mite (Eutetranychus banks) menyebabkan kerusakan

pada daun serupa dengan citrus red mite.

Penyebaran tungau ini meliputi daerah Kalifornia dan Florida; bahkan

hampir semua daerah yang yang ada tanaman jeruk di Amerika Serikat, semua

tingkat perkembangan tungau ini selalu ditemukan setiap tahun meskipun selama

musim dingin populasinya rendah. Telurnya ditempatkan pada daun atau pada

tenunan benang halus yang dihasilkan oleh tungau tersebut. Tungau betina

Panonychus citri meletakkan 20 – 50 butir telur selama 2 – 3 hari baik pada daun,

ranting, atau buah. Telurnya berwarna merah terang mempunyai tangkai vertikal

seperti tiang yang ujungnya menyebar garis-garis pada daun. Tungau yang

berada pada tingkatan larva berkaki 6 dan pada tingkat protonimfa dan deutonimfa

berkaki 8 selanjutnya tumbuh menjadi imago. Siklus hidupnya memerlukanwaktu

3 – 5 minggu tergantung pada suhu, serta dalam satu tahun dapat mencapai 12 –

15 generasi.

Imago Panonychus citri berwarna merah beledu atau agak ungu, dan

sekitar bulu-bulu keras yang sangat menarik muncul dari bonggol yang tampak

nyata. Kehidupan tungau six-spotted mite (Eotetranychus sexmaculatus) sangat

sederhana, telurnya tidak berwarna hingga kuning kehijauan yang disimpan

diantara selaput pada koloni dan terdapat tongkat tetapi tidak membentuk garis-

garis yang menyebar di ujungnya. Imagonya agak kemerah-merahan, kehijauan,

atau kekuningan dengan 6 bintik gelap dan bulu-bulu keras tidak muncul dari

bonggol yang tampak nyata. Pengendalian kelima jenis tungau ini juga masih

dititik beratkan dengan cara mekanis dan khemis.

3. Famili ERIOPHYIDAE Jenis-jenis tungau famili ini bentuknya memanjang dan hanya mempunyai 2

(dua) pasang kaki pada bagian anterior tubuhnya, serta tungau ini dapat

mengakibatkan timbulnya gall pada daun dan batang. Bentuk telur menyerupai

gelembung yang transparan dan penyebaran tungaunya melalui angin

(Kalshoven, 1981).

Page 25: jenis-jenis Tungau

50

a. Calacarus (= Eriophyes) carinatus (Gr.). Tungau ini menjadi hama

tanaman teh di pantai timur Sumatra dan juga terjadi di Jawa. Spesies tungau ini

pertama kali menyebar di India, dan akibat serangan tungau ini dapat

menyebabkan tanaman berwarna ungu, dan daun tertutup dengan tepung halus

diantara jaringan. Imagonya kecil dengan ukuran 0,15 – 0,20 mm dan berwarna

ungu gelap. Pembibitan tanaman teh pada musim kemarau kadangkala terserang

oleh hama ini.

Gambar 22. Calacarus carinatus (Kalshoven, 1981)

b. Eriophyes boisi Gerb. (= doctersi Nal.), adalah tungau yang

menyebabkan gall pada tanaman kina. Ukuran badannya hanay 0,12 – 0,14 mm.

Daun muda yang baru membukua kadang-kadang terserang sehingga berwarna

kuning keunguan.

a b c

Gambar 23. Eriophyes sp. dan Gejala Serangan Tungau (Kalshoven, 1981) a. Eriophyes boisi, b. Gall pada Daun akibat Serangan Tungau, c. Eriophyes indigoferae

c. Eriophyes ( = Acaphylla ) theae Watt., pink tea mite. Tungau ini

ditemukan di Indonesia dan India sebagai hama pada tanaman teh. Tanaman teh

Page 26: jenis-jenis Tungau

51

yang masih muda sering mendapat serangan, dan gejala pertama kali kelihatan

pada daun berwarna keputihan dan akhirnya menjadi kering. Walaupun demikian

tungau ini ternyata merupakan hama yang kurang penting.

Gambar 24. Eriophyes theae (Kalshoven, 1981)

Phyllocoptruta oleivora Ashmead, citrus rust mite. Tungau menghisap

getah kulit buah dan daun, sehingga dapat menurunkan mutu dan daya tarik buah.

Hama ini menyerang semua jenis buah jeruk, dan merupakan hama penting di

California.

Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan menggunakan

penghembusan sulfur atau penyemprotan kapur sulfur 2 – 4 kali atau dengan

menggunakan Zineb, dan Chlorobenzilate juga sangat efektif (Metcalf dan Flint,

1979).

Serangan tungau ini selain ada setiap tahun, akan tetapi populasi terendah

terjadi pada bulan Januari dan Pebruari. Tungau betina dapat menghasilkan telur

sampai 30 butir yang berbentuk bola, licin, dan warnanya kuning pucat yang

diletakkan pada buah dan daun; setelah 2 – 8 hari nimfa muncul dan kemudian

menyerang tanaman.

Tubuhnya berukuran 0,13 mm dengan 2 pasang kaki dekat kepala dan

abdomennya meruncing seperti lingkaran-lingkaran cincin, serta populasinya

tungau tertinggi pada bulan Juli.

a b

Gambar 25. Phyllocoptruta oleivora (citrus rust mite) (Metcalf dan Flint, 1979) a. Imago (perbesaran 700 kali), b. Telur (perbesaran 825 kali)

Page 27: jenis-jenis Tungau

52

e. Aceria ( = Eriophyes ) sheldoni Ewing, citrus bud mite. Tungau ini

tersebar luas pada daerah tropis dan subtropis diantaranya di pulau Jawa.

Penyerangannya secara sporadis dan merupakan hama yang cukup serius pada

semua jenis tanaman jeruk, bahkan menjadi hama yang serius pada jeruk melon

di Kalifornia. Hidupnya berada di dalam tunas dan bunga serta di bawah kelopak

(calyx), sehingga menyebabkan pembentukan yang aneh pada buah, daun,

bunga, tunas, dan ranting. Selain tanaman jeruk, tungau ini juga dapat

menyerang tanaman anggur. Tungau ini menyerang bunga dan buah, khususnya

pada buah-buah yang masih muda; akibat serangan pada buah bentuknya

menjadi tidak normal, akan tetapi tidak rontok serta buah masih dapat dimakan.

Tungau muncul pada musim kemarau dan penghujan, serta menghindari

cahaya. Telur tungau bentuknya bulat berwarna putih dalam tempat-tempat yang

terlindung pada tanaman dan menetas 2 – 6 hari. Tungaunya sangat kecil,

berwarna coklat kekuningan sampai kemerah-merahan, dan bentuknya seperti

sekrup berukuran 0,1 mm.

Pengendalian tungau ini dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia, yaitu

Chlorobenzilate.

f. Eriophyes pyri Pagenstecher, pear leaf blister mite. Hama ini hampir

selalu berada pada setiap pertumbuhan tanaman peer. Gejala serangan akan

kelihatan bisul kecoklatan pada bagian bawah daun peer dan apel.

Bisul-bisul mengelompok pada bagian ujung sisi bawah daun, apabila

diamati dengan menggunakan lensa pembesar maka pada bisul-bisul akan

ditemukan tungau mengelompok dan berukuran sangat kecil. Tungaunya

berwarna agak putih atau kemerahan, memanjang, lonjong, dan tubuhnya

berbentuk seperti cincin-cincin dan hanya mempunyai 2 pasang kaki yang berada

dekat kepala.

Tunas-tunas buah yang berwarna coklat dan membuka selama musim

dingin, akan menghasilkan bunga yang lemah dan tungau ini berada di bawah

tunas buah. Penyebarannya diketahui sekitar tahun 1870 di Amerika Utara pada

tanaman buah-buahan. Tungau dewasa berukuran 0,2 mm panjangnya, masuk

dalam tunas pada buklan Agustus dan September, serta keluar pada musim

dingin. Pada daerah-daerah tropis, telur disimpan di dalam tunas-tunas yang

akan muncul dan berkembang selama musim dingin pada bagian tunas tanaman.

Page 28: jenis-jenis Tungau

53

Di Amerika tungau ini pada musim dingin berada pada stadia telur dan

menetas pada musim semi, segera setelah pembungaan pada musim semi maka

tungau aktif dan mulai memakan bagian bawah daun sehingga menyebabkan

terbentuknya bisul atau gall.

Gambar 26. Eriophyes pyri (bagian bawah) (Metcalf dan Flint, 1979)

Sejumlah generasi hidup pada daun dan aktifitasnya menurun selama

musim kemarau yang panas, dan bisul-bisul baru sering dihasilkan pada

pertumbuhan baru. Tungau yang menyerang buah akan menyebabkan timbulnya

bintik kuning kemerahan, sehingga dapat menyebabkan buah kecil dan tidak

normal.

4. Famili PHYTOSEIIDAE

Tungau pada famili ini merupakan jenis tungau yang hidupnya sebagai

predator, khususnya pemangsa famili Tetranychidae; sehingga dapat digunakan

dalam usaha pengendalian pada sejumlah tungau yang merusak buah-buahan

dan sayur-sayuran yang ada di green house maupun di lapang.

Tungau famili Phytoseiidae sering berkembangbiak dengan cepat, dan

akan mati apabila kekurangan makanan. Jenis tungau yang sangat memberikan

harapan untuk usaha pengendalian secara hayati yaitu Phytoseiulus persimilis,

akan tetapi spesies ini belum digunakan di Indonesia.

Page 29: jenis-jenis Tungau

54

a b

Gambar 27. Phytoseiulus persimilis a, Imago Phytoseiulus persimilis

b, Memangsa tungau T. urticae

Jenis tungau pada famili ini selain memangsa semua tungau yang

merugikan tanaman, juga memangsa binatang-binatang kecil lainnya seperti

Thrip, telur-telur ngengat dan lain sebagainya. Spesies lainnya yang berperan

sebagai predator adalah Typhlodromus luvea Oud. dan Typhlodromus luvearum

Oud. yang telah ditemukan pada tungau-tungau yang menyerang tanaman karet,

bunga tanaman kelapa dan juga pada koloni rayap serta sekitar telur-telur

belalang.

5. Famili ACARISIDAE (TYROGLYPHIDAE)

Tungau ini hidup pada bahan simpanan dan sampah, umumnya bertubuh

lunak, licin, berkaki pendek, berwarna putih atau abu-abu dan tidak begitu aktif.

Pada keadaan yang tidak menguntungkan akan istirahat, dan dapat hidup dalam

waktu yang cukup lama tanpa makan.

Penyebaran tungau dilakukan dengan beberapa cara diantaranya dengan melalui

hewan lain. Jenis-jenis tungau ini sering ditemukan pada biji dan beberapa bahan

simpanan diantaranya bungkil, daging kering atau ikan, keju bahan fermentasi,

jerami dan lain sebagainya. Beberapa bahan makanan yang terserang tidak

dapat dimakan, bahkan mengganggu bahan simpanan yang disimpan terlalu lama

(misalnya kopra).

Page 30: jenis-jenis Tungau

55

a. Acarus siro L. (= Tyroglyphus farinae ), flour atau grain mite. Tungau

sering ditemukan dalam tepung, keju, dan sejumlah produk lainnya serta bersifat

kosmopolit; khususnya pada kelembaban tinggi dan setelah terjadi penyerangan

cendawan. Tungau menyerang seluruh biji pada bagian embrio, dan tidak

menyebabkan bahan simpanan berbau.

a b

Gambar 28. Acarus siro Linnaeus (a, pada Keju dan b, pada Tepung) Siklus hidup tungau minimal 17 hari, yaitu pada keadaan suhu optimal 20

0C, dan kelembaban nisbi 90 persern. Setiap imago betina dapat menghasilkan

100 butir telur bahklan masih dapat hidup pada suhu rata-rata 0 0C.

Perkembangbiakan-nya dapat terjadi pada suhu 2,5 - 30 0C dan kelembaban nisbi

rendah sampai 12 persen. Jenis tungau lain yang dapat dijumpai pada bahan

simpanan yaitu A. farris, A. chaetoxysilos, Glycyphagus destructor dan

Tyrophagus longior (Anonim, t th.).

b. Rhyzoglyphus echinopus (Fumouse & Robin), bulb mite. Tungau

bersifat kosmopolit dan sering ditemui pada umbi bunga, umbi akar, rhizome,

akar, dan lain sebagainya. Tungu ini belum dapat dipastikan sebagai hama

utama, karena pernah dilaporkan oleh Nesbitt pada tahun 1945 bahwa tungau

hanya hidup pada substrat yang terlalu lembab.

Tanaman yang tumbuh dari bulb (tunas) sakit, akan menjadi kering dan

umumnya akan kelihatan sakit. Daun tanaman tidak tumbuh dan menggulung,

sehingga tanaman akan gagal menghasilkan bunga atau jika menghasilkan akan

menjadi jelek.

Page 31: jenis-jenis Tungau

56

Tungau berukuran sangat kecil, berwarna agak putih dengan 6 atau 8 kaki

yang berwarna coklat atau kemerah-merahan, ditemukan pada tempat-tempat

terlindung atau dalam lubang tunas. Penyebaran tungau umumnya di Amerika

Serikat dan Kanada. Tunas-tunas bunga yang diserang akan dijumpai semua

tingkat kehidupan tungau. Panjang tungau antara 0,5 – 1 mm, berwarna agak

putih dan dapat dilihat dengan mata. Telur diletakkan pada tunas dan akan segera

menetas menjadi larva berkaki 6, kemudian berubah menjadi nimfa berkaki 8 dan

selama fase ini hidupnya merusak bulb. Tungau tampaknya menyukai bulb yang

masih sehat dan melakukan migrasi melalui tanah, dari bulb yang busuk ke bagian

tanaman lainnya. Tungau ini juga dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat

lainnya melalui pengiriman bulb. Semua bulb yang terserang akan kelihatan lunak

seperti bubur sewaktu akan ditanam.

Tungau mengalami masa istirahat (hypopus) pada akhir fase larva

menjelang fase nimfa selama 1 – 2 minggu. Kehidupan tungau betina sekitar 1 –

2 bulan, dan yang jantan umurnya lebih pendek. Setiap tungau betina mampu

menghasilkan 50 – 100 butir telur.

Pencegahan tungau dapat dilakukan dengan pencelupan selama 10 menit

pada larutan 40 persen nicotine sulfat. Penggunaannya ialah 1 bagian nicotine

sulfat pada 400 bagian air panas 50 0C; atau 2 – 4 persen larutan kapur sulfur

pada 50 0C air selama 1 menit; dapat juga dikerjakan dengan pencelupan selama

3 jam dalam air pada suhu lebih kurang 42,5 0C. Penyimpanan bulb dalam

kontainer yang rapat denga 2 persen nicotine dust juga efektif.

c. Tyrophagus putrescentiae (Schr.), copra mite. Penyebaran tungau

meluas dan bersifat polifag, terdapat pada semua jenis bahan makanan kering

dan hasil-hasil lain yang disimpan seperti buah-buahan. Tungau juga dapat

menjadi hama yang cukup serius pada cendawan yang diusahakan, serta sering

disebut dengan cheese mite.

6. Famili PYEMOTIDIAE (PEDICULOIDIDAE)

Pyemotes (= Pediculoides ) ventricosus Newp., adalah tungau yang

bersifat predator kosmopolit pada seranga gudang. Tungau ini juga hidup di

lapang, menyerang serangga yang hidup pada tempat-tempat persembunyiannya.

Page 32: jenis-jenis Tungau

57

Imago betina yang masih muda berukuran 0,2 mm dan jantan 0,15 mm,

menyerang binatang-binatang yang berbadan lunak dan membunuhnya dalam

waktu 24 jam dengan cara menghisap cairan tubuh. Penyebarannya melalui

angin atau terbawa oleh binatang dan juga dapat terbawa dengan bahan

makanan.

Imago muda muncul dalam waktu 6 – 14 hari, kemudian kawin dan yang

jantan mencari mangsa. Tungau ini dapat menyerang hampir 100 persen larva

dan pupa Promecotheca cumingii pada musim kering, tetapi tidak menyerang

imago. Berkembangbiaknya sangat cepat sekitar 10 hari pada kondisi kering.

7. Famili PSEUDOLEPTIDAE Pseudoleptus vandergooti Oud., orange orchid mite. Tanaman yang

terserang menunjukkan warna gelap pada daun dan batang. Tungau umumnya

berukuran 0,3 mm, hidupnya berkoloni di bawah kulit daun yang mati menggulung.

Tanaman anggrek jenis Dendrobium spp. sangat disukai sehingga mudah

terserang.