tumpeng robyong

4
Tumpeng Robyong Tumpeng robyong yaitu tumpeng yang digunakan untuk upacara dalam khitanan, hajatan, yang sifatnya bergembira atau suka cita. Tumpeng jenis ini memiliki ciri khas, yaitu di ujung atas tumpeng terdapat telur ayam utuh, terasi bakar, bawang merah utuh, dan cabai merah, kesemuanya ditusuk seperti satai menggunakan bilah dari bambu atau sujen. Di sekelikingnya ditancapi sayur-sayuran, sehingga terkesan meriah. Dulu, tumpeng robyong disajikan untuk acara-acara besar, seperti musim panen, mengusir penyakit, atau meminta hujan. Kini, jenis tumpeng tersebut dipakai untuk acara siraman, upacara pernikahan atau pemberkatan, dan syukuran. Biasanya, selain tumpeng besar, juga ada intuk-intuk atau tumpeng kecil yang mengelilingi tumpeng besar. Adapula tiga macam kembang, yakni mawar, melati, dan kenanga. Selain itu, bubur merah, putih, dan palang juga disajikan. Di puncak tumpeng, biasanya ditusukkan telur ayam, terasi, bawang merah Sajen Tumpeng Robyong Sajen ini diwujudkan dalam tumpeng (nasi putih yang dibuat bentuk kerucut) dililiti kacang panjang sudah masak melingkar sampai puncak tumpeng tetapi sudah tidak beraturan letaknya; di atas tumpeng berturut-turut dari bawah ke atas telur ayam masak yang masih ada kulitnya, trasi, bawang merah, dan lombok merah; di kanan kiri tumpeng terdapat sayur-sayuran dan lauk-pauk yang sudah masak dengan letak yang juga tidak beraturan. Macam sayur-sayuran antara lain: kacang panjang, wortel, kubis, daun so, kecambah, daun bayam, dan daun singkong). Macam lauk-pauk antara lain: tempe goreng, ayam goreng, ikan asin, dan telur ayam yang sudah masak. Tumpeng beserta perlengkapannya itu ditaruh di atas tampah yang sudah dialasi dengan daun pisang. Letak yang tidak beraturan dari segala isi tumpeng ini yang kemudian disebut tumpeng robyong. Makna sajen kelima ini masih menggambarkan bayi yang baru lahir akan memulai kehidupan di dunia. Dalam menjalani kehidupannya nanti, tentu selalu ada pergulatan. Ini identik dengan hasil pemutaran gunung meru dalam lanjutan cerita samudra manthana di atas. Sesudah Dewa Siwa berhasil mengaduk tujuh lautan yang mengelilingi Gunung Meru, suasana sekitar gunung menjadi porak-poranda. Ini digambarkan dengan letak sayuran dan lauk pauk yang tidak teratur, campur-aduk jadi satu yang

Upload: menma-himenma

Post on 17-Feb-2016

15 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Jenis-jenis tumpeng

TRANSCRIPT

Page 1: Tumpeng Robyong

Tumpeng RobyongTumpeng robyong yaitu tumpeng yang digunakan untuk upacara dalam khitanan, hajatan, yang

sifatnya bergembira atau suka cita. Tumpeng jenis ini memiliki ciri khas, yaitu di ujung atas tumpeng terdapat telur ayam utuh, terasi bakar, bawang merah utuh, dan cabai merah, kesemuanya ditusuk seperti satai menggunakan bilah dari bambu atau sujen. Di sekelikingnya ditancapi sayur-sayuran, sehingga terkesan meriah.

Dulu, tumpeng robyong disajikan untuk acara-acara besar, seperti musim panen, mengusir penyakit, atau meminta hujan. Kini, jenis tumpeng tersebut dipakai untuk acara siraman, upacara pernikahan atau pemberkatan, dan syukuran. Biasanya, selain tumpeng besar, juga ada intuk-intuk atau tumpeng kecil yang mengelilingi tumpeng besar. Adapula tiga macam kembang, yakni mawar, melati, dan kenanga. Selain itu, bubur merah, putih, dan palang juga disajikan. Di puncak tumpeng, biasanya ditusukkan telur ayam, terasi, bawang merahSajen Tumpeng Robyong

Sajen ini diwujudkan dalam tumpeng (nasi putih yang dibuat bentuk kerucut) dililiti kacang panjang sudah masak melingkar sampai puncak tumpeng tetapi sudah tidak beraturan letaknya; di atas tumpeng berturut-turut dari bawah ke atas telur ayam masak yang masih ada kulitnya, trasi, bawang merah, dan lombok merah; di kanan kiri tumpeng terdapat sayur-sayuran dan lauk-pauk yang sudah masak dengan letak yang juga tidak beraturan. Macam sayur-sayuran antara lain: kacang panjang, wortel, kubis, daun so, kecambah, daun bayam, dan daun singkong). Macam lauk-pauk antara lain: tempe goreng, ayam goreng, ikan asin, dan telur ayam yang sudah masak. Tumpeng beserta perlengkapannya itu ditaruh di atas tampah yang sudah dialasi dengan daun pisang. Letak yang tidak beraturan dari segala isi tumpeng ini yang kemudian disebut tumpeng robyong.

Makna sajen kelima ini masih menggambarkan bayi yang baru lahir akan memulai kehidupan di dunia. Dalam menjalani kehidupannya nanti, tentu selalu ada pergulatan. Ini identik dengan hasil pemutaran gunung meru dalam lanjutan cerita samudra manthana di atas. Sesudah Dewa Siwa berhasil mengaduk tujuh lautan yang mengelilingi Gunung Meru, suasana sekitar gunung menjadi porak-poranda. Ini digambarkan dengan letak sayuran dan lauk pauk yang tidak teratur, campur-aduk jadi satu yang mengelilingi tumpeng. Sementara itu di atas gunung, terdapat jilatan api (disimbolkan lombok merah), racun kalakutha (disimbolkan dengan bawang merah), kotoran-kotoran dalam bumi (dinamakan lendhut blegedapa) yang menghalang-halangi munculnya air amerta sudah terangkat dari dasar bumi (disimbolkan dengan trasi), kemudian disusul di bawahnya dengan munculnya air amerta yang masih dalam wadah tempayan, dalam tradisi Jawa Kuno dinamakan sweta kamandalu (disimbolkan dengan telur matang berkulit). Munculnya air amerta (air kehidupan) ini sebagai simbol mulai munculnya kehidupan di dunia.

Tumpeng KendhitTerbuat dari Nasi Putih. Di tengah gunungan nasi putih diberikan perasan kunyit warna kuning

mengelilingi tumpeng. Sambel Goreng Daging Giling, Capcai, Acar, Semur Daging, Terik Daging, Telur Ceplok, Pekedel, Kerupuk Udang, dan Rempeyek Kacang.

Tumpeng ini konon syahdan dibuat sebagai sebuah permohonan untuk keluar dari berbagai kesulitan permasalahan kehidupan yang sedang melanda, tidak diganggu oleh kekuatan jahat. Gangguan dan kesulitan kehidupan dilambangkan dengan warna kuning meliliut kunyit di tengah gunungan nasi

Page 2: Tumpeng Robyong

putih tumpeng. Lauk Pauk digambarkan sebagai lambang berbagai pemecahan masalah yang mungkin akan muncul sebagai pilihan solusi. Setiap jenis lauk menggambar sebuah jenis pemecahan masalah.

Tumpeng GundulSajen ini diwujudkan dalam tumpeng (nasi putih yang dibuat bentuk kerucut) tanpa dihiasi

dengan ubarampe apapun. Jadi wujudnya putih polos. Tumpeng ini dikelilingi oleh tujuh jenang dalam tujuh wadah cekenthong. Masing-masing cekenthong berlainan, misalnya satu cekenthong berisi jenang putih saja, tempat kedua jenang merah saja, tempat ketiga jenang putih palang jenang abang, tempat keempat jenang putih diselingi sedikit jenang abang, tempat kelima jenang baro-baro (jenang putih diberi parutan kelapa dan irisan gula Jawa), tempat keenam jenang abang palang jenang putih, dan tempat ketujuh separo jenang abang dan separo jenang putih. Semuanya ditempatkan dalam sebuah tampah yang telah diberi alas daun pisang.

Makna dari sajen tumpeng gundhul ini adalah menyimbolkan bahwa bayi yang lahir ke dunia tadi masih dalam keadaan polos, bersih, dan suci lahir batin. Ia lahir ke dunia belum mempunyai apa-apa dan belum ada apa-apanya. Yang dimiliki hanyalah yang berupa jiwa dan raga yang melekat pada dirinya. Ketujuh jenang yang mengelilingi tumpeng bermakna bahwa pada saat kelahiran bayi, (dalam tradisi Jawa Kuno dahulu) bayi itu selalu disertai oleh tujuh saudaranya, yang berasal dari darahnya, kawahnya, kotorannya, ari-ari, dan lain-lain. Masih dalam tradisi Jawa Kuno juga, ketujuh saudaranya ini akan menyertai dalam kehidupannya nanti. Jenang Putih adalah bubur yang berwarna putih.[1] Bubur putih merupakan ubo rampe yang terbuat

dari beras dan diberi sedikit garam.[1] Bubur putih ini dimaksudkan sebagai penghormatan dan harapan seseorang yang ditujukan kepada orang tua atau leluhurnya agar senantiasa diberi doa restu dan mendapatkan keselamatan.[1] Oleh nenek moyang orang Jawa, bubur putih dimaksudkan sebagai bibit dari ayah atau sperma atau darah putih.[1] Pada ritual sesaji, ubo rampe jenang putih ini selalu disertai dengan jenang abang karena masing-masing memiliki makna tersendiri dan menjadi semacam pangan yang tidak bisa dipisahkan.[1][3]

Jenang Abang adalah bubur yang berwarna merah. Bubur merah merupakan ubo rampe yang terbuat dari beras dengan dibumbui sedikit garam dan dicampur dengan gula Jawa sehingga berwarna merah.[1] Jenang Abangdimaksudkan sebagai penghormatan dan permohonan kepada orang tua agar diberi doa dan restu sehingga selalu mendapatkan keselamatan. [1] Jenang abang dimaksudkan pula sebagai lambang bibit dari ibu atau darah merah.

Jenang Baro-baro merupakan perlambang dari kehidupan mikrokosmos, artinya selain manusia yang hidup dibumi ini ada makhluk hidup lain yang diciptakan oleh Tuhan hidup berdampingan dengan manusia itu sendiri, yang keberadaannya sering terlupakan karena memang ukurannya yang tak dapat terlihat oleh mata secara sekilas yaitu hewan-hewan yang ukurannya serba kecil seperti misalnya semut, kutu, belalang, nyamuk, lalat, dan masih banyak lagi, yang kehidupan mereka juga mendukung kelangsungan ekosistem di bumi ini. Atas dasar itu, masyarakat jawa menyedekahi bangsa “kutu-kutu walang atogo” sebagai rasa kepedulian terhadap sesama makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Page 3: Tumpeng Robyong

Tumpeng PungkurTumpeng pungkur dibuat untuk upacara pemakaman. Pada tumpeng ini, nasi putih dibelah dua

secara vertikal sama rata dan diletakkan saling membelakangi. Ini maksudnya supaya orang yang meninggal pergi dengan tenang dan tidak mengingat dunia lagi. Tumpeng diisi dengan lauk pauk sayuran, telur rebus, ketan kolak, dan apem. Tumpeng pungkur didiamkan di rumah semalaman lalu dibuang atau dihanyutkan ke sungai.

Tumpeng pungkur berupa nasi yang berbentuk gunungan kemudian di belah menjadi dua dari pucuk sampai dasar kemudian diletakan pada posisi bertolak belakang atau saling ungkur-ungkuran. Tumpeng ini dilengkapi dengan jangan adem atau sayuran yang tidak pedas.kemudian dilengkapi pula dengan urapan atau gudangan,tetapi tidak menggunakan kecambah atau tauge,kangkung serta daun jlengor.

Tumpeng jenis ini melambangkan perpisahan antara orang yang telah meninggaldengan orang yang masih hidup.orang yang sudah meninggal bakal berada di dalam ahirat,sementara orang yang masih hidup tetap barada di alam dunia. Tumpeng pungkur jika dimaksudkan agar oarang yang mengadakan selamatan terbebas dari segala pengaruh jahat atau sebagai tolak-bala,sehingga situasi keluaraga senantiasa adam ayem.