tradisi tumpeng pungkur pada upacara kematian …digilib.unila.ac.id/22637/19/skripsi tanpa bab...

43
TRADISI TUMPENG PUNGKUR PADA UPACARA KEMATIAN DI KAMPUNG GUNUNG SARI KECAMATAN ENGGAL KOTA BANDAR LAMPUNG (Skripsi) Oleh Dea Iswari FALKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Upload: haduong

Post on 25-Mar-2019

295 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

TRADISI TUMPENG PUNGKUR PADA UPACARA KEMATIAN DIKAMPUNG GUNUNG SARI KECAMATAN ENGGAL

KOTA BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

Dea Iswari

FALKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

ABSTRAK

TRADISI TUMPENG PUNGKUR PADA UPACARA KEMATIAN DIKAMPUNG GUNUNG SARI KECAMATAN ENGGAL

KOTA BANDAR LAMPUNGOleh

Sebagian masyarakat mengatakan bahwa tumpeng ini sengaja diposisikan salingmembelakangi dengan maksud sebagai simbol perpisahan antara arwah dengankerabatnya. Disamping itu juga sebagai simbol keikhlasan masyarakat Suku Jawaterhadap kerabatnya yang sudah meninggal. Membelakangi sebagai bukti bahwamereka tidak akan lagi melihat atau menangisi kepergian/perpisahan dengankerabatnya. Hal tersebut merupakan bentuk dari tindakan simbolis masyarakatSuku Jawa sebagai alat komunikasi dengan pihak lain dalam waktu yang panjang,meskipun hanya dilakukan pada saatyang singkat.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pelaksanaan tradisiTumpeng Pungkur pada upacara kematian bagi masyarakat Suku Jawa diKampung Gunung Sari Kecamatan Enggal Kota Bandar Lampung? Tujuan dalampenelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan tradisi Tumpeng Pungkurpada upacara kematian di Kampung Gunung Sari Kecamatan Enggal Kota BandarLampung. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara,observasi, dan dokumentasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalahmetode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, sedangkan teknik analisis datayang digunakan adalah reduksi data dan display atau penyajian data.

Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah tata cara pelaksanaantradisi Tumpeng Pungkur di Kampung Gunung Sari Kecamatan Enggal KotaBandar Lampung,mulai dari bahan-bahan yang digunakan, pembuatan TumpengPungkur, pembukaan acara, inti dari acara tradisi Tumpeng Pungkur, dan penutuptradisi Tumpeng Pungkur secara baik dan benar.

Dea Iswari

Tumpeng ungkur-ungkuran ini merupakan simbol penyempurnaan arwah.

TRADISI TUMPENG PUNGKUR PADA UPACARA KEMATIAN DIKAMPUNG GUNUNG SARI KECAMATAN ENGGAL

KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Dea Iswari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan SejarahJurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FALKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kampung Gunung Sari Kecamatan Tanjungkarang Pusat

(Enggal) Kota Bandar Lampung. Pada Tanggal 26 Januari 1992, merupakan

anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Guharto Kotjo, B.Sc dan

Ibu Trisnowati.

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah TK Fransiskus 1 Tanjungkarang yang

diselesaikan tahun 1998, SD Fransiskus 1 Tanjungkarang yang diselesaikan tahun 2005, SMP

Kartika II-2 Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2008, dan SMAN 6 Bandar Lampung

yang diselesaikan tahun 2011.

Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung melalui jalur UML (Ujian Masuk Lokal). Tahun 2012 penulis melaksanakan Kuliah

Kerja Lapangan (KKL) dan pada tahun 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)

di Desa/ Pekon Ciherang Kecamatan Gunung Alif Kabupaten Tanggamus, serta penulis juga

melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP PGRI 1 Gunung Alif.

PERSEMBAHAN

BismillahHirrohmanNirohim

Dengan Mengucap Syukur Allhamdulillah Atas Segala Kebesaran Allah.swt

Kupersembahkan Karyaku ini Kepada

Kedua Orang Tuaku

Bapak Guharto Kotjo, B.sc dan Ibu Trisnowati

Orang yang selalu memberikan semangat dan mendoakan keberhasilanku

Mbak dan Adikku

Maranantia Sukotjo, S.pd dan Puti Oktriola

Orang yang paling aku sayang dan aku cintai

Serta Almamaterku Tercinta

MOTTO

Kesakitan membuat anda berfikir, fikiran membuatanda bijaksana, kebijaksanaan membuat kita bisa

bertahan dalam hidup.

(John Pattrick)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi

petunjuk dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Tradisi Tumpeng Pungkur Pada Upacara Kematian Di Kampung

Gunung Sari Kecamatan Enggal Kota Bandar Lampung”. Sholawat serta

salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu kita

nantikan syafaat-Nya di hari akhir kelak.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga

mendapat banyak bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam

kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi Muhammad Fuad, M.Hum. Dekan Falkutas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. Wakil Dekan I Wakil Akademik dan

Kerjasama Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Wakil Dekan II Bidang Keuangan

Umum dan Kepegawaian Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd. Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan

Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Syaiful. M, M.Si.Ketua Program Studi Pendidikan telah

memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, kritik dan saran selama

perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.

7. Bapak Drs. Iskandarsyah, M.H. Pembimbing Akademik sekaligus

Pembimbing Utama yang telah sabar membimbing dan memberi masukan

serta saran yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

8. Bapak Drs. Wakidi, M.Hum. Pembimbing II yang telah sabar

membimbing dan memberi masukan serta saran yang sangat bermanfaat

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

9. Ibu Dr. Risma M. Sinaga, M.Hum. Pembahas yang telah bersedia

meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, serta nasihat

dalam proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi.

10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah dan para

pendidik di Unila pada umumnya yang telah memberikan ilmu

pengetahuannya kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Program

Studi Pendidikan Sejarah.

11. Orang tuaku, Saudara-saudaraku, dan Keluarga besarku, terimakasih atas

doa, bantuan, partisipasi dan kekeluargaan yang indah.

12. Kepada kedua sahabatku Anggun Puspawati dan Riantimala terimakasih

atas bantuan kalian dan persahabatan kita yang telah terjalin selama ini.

Dan juga teman-teman lainnya angkatan 2011 yang tidak dapat saya

sebutkan satu per satu. Terimakasih atas bantuan dan pertemenanan yang

indah. Terima kasih karena telah melalui masa-masa kuliah bersama.

13. Kawan-kawan moderator seminar usul Adiwiranata (2013) dan seminar

hasil Muhammad Ilham (2012) yang telah membantu selama proses

seminar.

14. Kepala Kelurahan Kampung Gunung Sari Ibu Nurjanah, S.Sos. M.M. yang

telah bersedia memberikan bimbingan, arahan, informasi, mengenai

penelitian ini.

15. Masyarakat Jawa di Kampung Gunung Sari terutamaBapak Dulkosim,

Bapak Kusno, Bapak Sarjono, Bapak Siswo Suharjo, Ibu Ijah, Ibu

Sukinem, Ibu Keminem, Ibu Tuminah selaku sebagai subjek dalam

penelitian.

16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas segala amal kebaikan yang telah diberikan kepada

penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, akan

tetapi penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, 2016

Penulis,

Dea Iswari

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1B. Analisis Masalah ................................................................................ 3

1. Pembatasan Masalah ...................................................................... .....32. Rumusan Masalah .......................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian dan Ruang Lingkup ............ 31. Tujuan Penelitian............................................................................ 32. Kegunaan Penelitian....................................................................... 43. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 5

1. Konsep Masyarakat Jawa .................................................................. 52. Konsep Tumpeng Pungkur .................................................................. 63. Konsep Upacara Kematian dalam Masyarakat Jawa ....................... 7

B. Kerangka Pikir ........................................................................................ 9C. Paradigma .............................................................................................. 10

III. METODE PENELITIANA. MetodePenelitian .................................................................................... 12

1. Metode Kualitatif .............................................................................. 122. Metode Deskriftif ............................................................................... 12

B. FokusPenelitian...................................................................................... 13C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional......................................... 14

1. Variabel Penelitian ............................................................................. 142. Definisi Operasional .......................................................................... 14

D. Teknik Penentuan Informan.................................................................... 15

E. Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 161. Wawancara Mendalam....................................................................... 162. Observasi (pengamatan)..................................................................... 173. Pengumpulan Data Sekunder ............................................................. 174. Dokumentasi....................................................................................... 175. Studi Pustaka...................................................................................... 186. Teknik Analisis Data.......................................................................... 18

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil ........................................................................................................ 21

1. Gambaran Umum Daerah Penelitian.................................................. 211.1 Sejarah Kampung Gunung Sari................................................... 211.2 Letak dan Batas Administratif Kampung Gunung Sari ............. 221.3 Keadaan Geografis dan Iklim ..................................................... 231.4 Data Penduduk Kampung Gunung Sari ..................................... 23

2. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................. 252.1 Persiapan Tradisi Tumpeng Pungkur .......................................... 252.2 Hidangan Tradisi Tumpeng Pungkur .......................................... 28

2.2.1 Bahan-bahan ...................................................................... 292.2.2 Larangan dan Pantangan.................................................... 352.2.3 Tempat Penyajian Tumpeng .............................................. 36

2.3 Waktu Pelaksanaan Tradisi Tumpeng Pungkur di KampungGunung Sari ............................................................................... 38

2.4 Aktivitas Tradisi Tumpeng Pungkur ........................................... 392.4.1 Doa Bersama...................................................................... 392.4.2 Pemotongan Tumpeng Pungkur......................................... 39

B. Pembahasan............................................................................................. 411. Arti Pelaksanaan Tumpeng Pungkur .................................................. 41

1.1 Tumpeng Pungkur Sebagai Upacara Pelepas Kematian ............. 411.2 Tumpeng Pungkur Untuk Mencari Keselamatan dan

Menghormati Hal Gaib ............................................................... 422. Arti Tumpeng Pungkur Bagi Masyarakat........................................... 43

2.1 Tumpeng Pungkur Sebagai Wadah Sosialisasi ........................... 432.2 Tumpeng Pungkur Sebagai Upaya Melestarikan Tradisi............ 442.3 Pandangan Mengenai Tradisi Tumpeng Pungkur ....................... 44

V. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan ............................................................................................. 46B. Saran ...................................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1 Sejarah Pemerintahan Kampung Gunung SariKecamatan Enggal Kota Bandar Lampung 22

Tabel 2 Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin DiKampung Gunug Sari 23

Tabel 3 Data Mata Pencaharian Di Kampung Gunung SariKecamatan Enggal Kota Bandar Lampung 24

Tabel 4 Sistem Kepercayaan yang Dianut Masyarakat KampungGunung Sari Kecamatan Enggal Kota Bandar Lampung 24

Tabel 5 Data Sarana Peribadatan Di Kampung Gunung SariKecamatan Enggal Kota Bandar Lampung 25

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Rumah duka sebelum dilaksanakan upacara pemakaman 26

2. Jenazah yang akan dimandikan dan disholatkan 27

3. Nasi tumpeng yang dibuat harus putih/tidak berwarna 29

4. Nasi tumpeng yang akan dibelah dari ujung hingga kepangkal 30

5. Tumpeng yang diposisikan saling membelakangi/Tumpeng Pungkur 31

6. Tumis tempe yang digoreng basah 32

7. Mie bihun yang ditumis dengan kecap dan sedikit garam 33

8. Ayam ingkung yang telah digoreng 34

9. Kerupuk yang digoreng sebagai bahan pelengkap 35

10. Tumpeng Pungkur beserta lauk pauknya 36

11. Proses pemotongan dan pembagian Tumpeng Pungkur 40

12. Tumpeng Pungkur yang dibagikan beralaskan daun pisang 41

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbagai macam upacara adat yang terdapat di dalam masyarakat pada umumnya

dan masyarakat Suku Jawa khususnya adalah merupakan pencerminan bahwa

semua perencanaan, tindakan, dan perbuatan telah diatur oleh tata nilai luhur. Tata

nilai luhur tersebut diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi

berikutnya. Perubahan-perubahan tata nilai menuju perbaikan sesuai dengan

tuntutan zaman, yang jelas adalah bahwa tata nilai yang dipancarkan melalui tata

upacara adat merupakan manifestasi tata kehidupan masyarakat Suku Jawa yang

serba hati-hati dalam melaksanakan pekerjaan mendapatkan keselamatan baik

lahir maupun batin.

Banyak sekali tradisi yang ada pada masyarakat Suku Jawa, mulai dari tradisi

dalam selamatan kehamilan, kelahiran bayi, pernikahan bahkan kematian, karena

memang tradisi-tradisi masyarakat Suku Jawa itu secara garis besar dapat dipilah

kedalam tiga pokok, yaitu (a) sistem upacara daur hidup dan sistem daur waktu,

(b) adat pergaulan, dan (c) kesenian sesuai dengan pendapat Edy Sedyawati yaitu

“Upacara-upacara daur hidup berkisar pada tiga tahapan penting dalam kehidupan

manusia, yaitu kelahiran, perkawinan dan kematian” (Sedyawati, 2012:429).

Salah satu tradisi yang menarik adalah tentang tradisi kematian pada masyarakat

Suku Jawa. Didaerah Jawa, tradisi-tradisi seperti ini masih mengakar kuat dalam

2

kehidupan masyarakatnya dan masih dilaksanakan hingga sekarang. Salah satu

tradisi untuk kematian yang dilakukan masyarakat Suku Jawa khususnya Jawa

Tengah adalah tradisi pembuatan Tumpeng Ungkur-ungkur dalam beberapa

masyarakat menyebutnya sebagai Tumpeng Pungkur.

Tradisi Tumpeng Pungkur hingga sekarang masih dapat kita jumpai dalam

kehidupan masyarakat Suku Jawa. Tradisi ini berisi ungkapan rasa perpisahan

keluarga dengan almarhum/almarhummah bahwa sudah berbeda alam dan harus

ikhlas. Tradisi Tumpeng Pungkur ini berarti ungkapan rasa perpisahan tanpa ada

ganjalan lagi. Keluarga yang ditinggalkan sudah mengikhlaskan dan merelakan

kepergian almarhum/almarhummah, dan memberikan doa restu bagi arwah untuk

melanjutkan perjalanan ke alam baka. Sedangkan bagi arwah sendiri telah rela

melepas urusan keduniawian, dan menetap dalam satu tujuan yaitu menghadap

kepada Sang Pencipta Alam Semesta sehingga, bagi arwah sudah tidak ada lagi

urusan dunia yang mengganjal atau membuat penasaran.

Tradisi Tumpeng Pungkur memerlukan beberapa rangkaian upacara

pelaksanaannya dan bahan-bahan yang dapat digunakan. Rangkaian upacara mulai

dari pengurusan jenazah (memandikan, mengkafankan, mensholatkan, dan

pemakaman). Selanjutnya ada pembuatan nasi tumpeng yang dilengkapi oleh

beberapa hidangan pelengkapnya seperti mie rebus, gebing kelapa, tempe yang

digoreng, ayam ingkung, dan kerupuk. Selesai pembutan akan dilakukan doa

bersama dan diakhiri dengan pemotongan Tumpeng Pungkur.

Tumpeng Pungkur ini merupakan simbol penyempurnaan arwah. Sebagian

masyarakat mengatakan bahwa tumpeng ini sengaja diposisikan saling

3

membelakangi dengan maksud sebagai simbol perpisahan antara arwah dengan

kerabatnya. Disamping itu juga sebagai simbol keikhlasan masyarakat Suku Jawa

terhadap kerabatnya yang sudah meninggal. Membelakangi sebagai bukti bahwa

mereka tidak akan lagi melihat atau menangisi kepergian/perpisahan dengan

kerabatnya. Hal tersebut merupakan bentuk dari tindakan simbolis masyarakat

Suku Jawa sebagai alat komunikasi dengan pihak lain dalam waktu yang panjang,

meskipun hanya dilakukan pada saat yang singkat.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tradisi

Tumpeng Pungkur pada upacara kematian di Kampung Gunung Sari Kecamatan

Enggal Kota Bandar Lampung.

B. Analisis Masalah

1. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah “Pelaksanaan Tumpeng

Pungkur Pada Upacara Kematian”

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah pelaksanaan tradisi

Tumpeng Pungkur pada upacara kematian di Kampung Gunng Sari Kecamatan

Enggal Kota Bandar Lampung?”

C. Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan tradisi

Tumpeng Pungkur di Kampung Gunung Sari Kecamatan Enggal Kota Bandar

Lampung.

4

2. Kegunaan Penelitian

2.1 Kegunaan Teoritis

Diharapkan karya ilmiah ini bisa menjadi bahan sumbangan pengetahuan dalam

rangka pengembangan ilmu pegetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial dan budaya

mengenai tradisi Tumpeng Pungkur pada upacara kematian pada masyarakat Suku

Jawa di Kampung Gunung Sari Kecamatan Enggal Kota Bandar Lampung.

2.2 Kegunaan Praktis

a. Bagi peneliti, sebagai pengetahuan dan menambah wawasan tentang

Tumpeng Pungkur dan pengalaman yang berharga.

b. Bagi masyarakat Kampung Gunung Sari, untuk tetap mempertahankan tradisi

yang telah ada.

3. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan tujuan di atas, maka peneliti berikan batasan ruang lingkup yang

akan mempermudah pembaca memahami isi karya tulis. Adapun ruang lingkup

tersebut adalah :

a. Objek Penelitian : Tradisi Tumpeng Pungkur pada upacara kematian

b. Subjek Penelitian : Masyarakat Kampung Gunung Sari

c. Tempat Penelitian : Kampung Gunung Sari Kecamatan Enggal Kota

Bandar Lampung

d. Waktu Penelitian : 2015

e. Konsentrasi Ilmu : Antropologi Budaya

REFERENSI

Edi Sedyawati. 2012. Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah.

Jakarta: PT Raja Grapindo Persada. Hlm 429.

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Masyarakat Jawa

Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang

dengan sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu

sama lainnya (Shadily, 1984: 47). Suku Jawa merupakan mayoritas penduduk

Indonesia. Mereka hidup dan tinggal di pulau Jawa. Akan tetapi mereka juga

tersebar diseluruh wilayah kepulauan Indonesia.

“Orang Jawa sendiri membedakan dua golongan sosial, yaitu wong cilik

atau orang kecil yang terdiri dari sebagian massa petani dan mereka yang

berpendapatan rendah di kota. Golongan kedua adalah kaum priyai,

dimana termasuk pegawai dan golongan intelektual: kecuali itu, masih ada

kelompok ketiga yang jumlahnya kecil tapi mempunyai prastisi tinggi,

yaitu kaum priyai tinggi atau ningrat. Disamping lapisan sosial ekonomi,

masih dibedakan pula dan kelompok atas dasar keagamaan yang meskipun

secara nominal termasuk agama Islam namun berbeda cara

penghayatannya. Golongan pertama lebih ditentukan oleh tradisi Jawa pra

Islam dan disebut Jawa Kejawen dalam kepustakaan disebut kelompok

abangan. Golongan kedua adalah golongan orang Jawa beragama Islam

yang berusaha untuk hidup menurut ajaran Islam, disebut golongan Santri.

Namun apapun golongannya, mereka adalah orang Jawa dengan ciri

khususnya yang tercermin dalam sikap mereka menghadapi berbagai

macam segi kehidupan (Sardjiono, 1992: 13-14).

Berdasarkan pemaparan di atas masyarakat Suku Jawa oleh peneliti dibatasi,

masyarakat Suku Jawa adalah orang yang berasal dari pulau Jawa khususnya

Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang tinggal di Kampung Gunung

Sari Kecamatan Enggal Kota Bandar Lampung yang menjadi objek penelitian.

6

2. Konsep Tumpeng Pungkur

Pengertian Tumpeng Pungkur adalah suatu prosesi yang dilakukan oleh keluarga

seseorang yang telah tiada. Dalam beberapa masyarakat Suku Jawa menyebutnya

sebagai Tumpeng Ungkur-ungkuran. Ungkur-ungkuran dalam arti kata berarti

saling membelakangi. Secara konstektual tumpeng ini adalah sebuah tumpeng

yang dibuat dengan cara dibelah dari ujung sampai kepangkal tumpeng kemudian

diposisikan saling membelakangi. Tumpeng ini disajikan pada saat peringatan

kematian mulai dari hari pertama, ketiga, sampai hari ketujuh. Selain tumpeng

biasanya juga disertakan ubarampe (perlengkapan) lainnya. Seperti: sayur tujuh

macam misalnya, kangkung, kacang panjang, bayam, kubis, kecambah, wortel,

dan buncis; daun pisang; nasi untuk membuat tumpeng; telor ayam direbus; ayam

ingkung; dan gebing kelapa.

“Tumpeng ungkur-ungkuran ini merupakan simbol penyempurnaan

arwah. Sebagian masyarakat mengatakan bahwa tumpeng ini sengaja

diposisikan saling membelakangi dengan maksud sebagai simbol

perpisahan antara arwah dengan kerabatnya. Disamping itu juga sebagai

simbol keikhlasan masyarakat Suku Jawa terhadap kerabatnya yang sudah

tiada. Membelakangi sebagai bukti bahwa mereka tidak akan lagi melihat

atau menangisi kepergian/perpisahan dengan kerabatnya. Hal tersebut

merupakan bentuk dari tindakan simbolis masyarakat Suku Jawa sebagai

alat komunikasi dengan pihak lain dalam waktu yang panjang, meskipun

hanya dilakukan pada saat yang singkat” (Herusatoto, 1987:18).

Ada juga yang berpendapat bahwa:

Tumpeng Pungkur berupa nasi yang berbentuk gunungan yang dibelah

menjadi dua dari pucuk hingga dasar kemudian diletakan pada posisi

saling bertolak belakang atau saling ungkur-ungkuran. Tumpeng jenis ini

melambangkan perpisahan antara orang yang meninggal dan orang yang

masih hidup. Orang yang meninggal bakal berada di alam akhirat,

sementara orang yang masih hidup tetap berada di alam dunia. Tumpeng

pungkur juga dimaksudkan agar orang yang mengadakan selametan

terbebas dari segala pengaruh jahat atau sebagai tolak-bala (penolak mara

bahaya) hingga situasi keluarganya menjadi adem ayem. (Giri, 2010: 20)

7

Tradisi Tumpeng Pungkur hingga sekarang masih dapat kita jumpai dalam

kehidupan masyarakat Suku Jawa, walau banyak diantaranya yang sudah

mengalami perubahan baik di daerah asal maupun di daerah lain dimana

masyarakat kelompok ini tinggal. Masyarakat Suku Jawa memang tersebar tidak

hanya di Pulau Jawa, tetapi juga ke hampir seluruh wilayah di Indonesia,

termasuk Pulau Sumatera khususnya Provinsi Lampung. Di Provinsi ini, dapat

dengan mudah kita jumpai komunitas masyarakat Suku Jawa.

Tradisi ini berisi ungkapan rasa perpisahan tanpa ada ganjalan lagi. Masing-

masing baik yang ditinggalkan maupun yang meninggalkan merasa ikhlas, rela,

dan masing-masing menyadari bahwa sudah berbeda alam dan berlainan

urusannya. Bagi keluarga yang ditinggalkan sudah merasa ikhlas dan memberi

doa restu bagi arwah untuk melanjutkan perjalanan kealam baka. Bagi arwah

sendiri, telah rela melepaskan segala urusan keduniawian, dan menetapkan dalam

satu tujuan yaitu menghadap kepada Sang Pencipta Alam Semsta, sehingga bagi

arwah sudah tiada lagi urusan duniawi yang mengganjal atau membuat penasaran.

3. Konsep Upacara Kematian dalam Masyarakat Jawa

Koentjaraningrat mendefinisikan upacara adalah sebagai religious institution

yakni sebuah pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk

berhubungan dengan Tuhan atau dengan alam gaib. Menurutnya juga, sistem

upacara tersebut melaksanakan dan melambangkan konsep-konsep dalam sistem

keyakinan. Sistem upacara merupakan wujud kelakuan (behavioral manifestation)

dari religi (Koentjaraningrat, 1985:17).

8

Secara khusus, mengenai inti upacara bagi Suku Jawa, Clifford Geerzt

mengatakan bahwa di pusat seluruh sistem keagamaan orang Jawa terdapat suatu

upacara yang sederhana, formal, tidak dramatis dan hampir-hampir mengandung

rahasia slametan. Slametan adalah versi Jawa dari apa yang barangkali merupakan

upacara keagamaan yang paling umum di dunia (Geerzt, 1989: 13).

Dengan demikian, Clifford Geerzt menggambarkan pola dari upacara kematian

menurut Suku Jawa yang mengambil contoh dari daerah Mojokunto meliputi

perawatan jenazah seperti memandikan, mengusung jenazah ke makam, upacara

di kuburan, dan berakhir dengan diadakannya slametan (Geerzt, 1989: 91).

Karena definisi upacara kematian dalam Suku Jawa sangat luas, maka upacara

kematian tersebut dapat dikelompokan menjadi dua bagian yakni:

1. Upacara pemakaman yang meliputi: upacara geblag atau

menyembahayangkan jenazah, upacara mensucikan atau memandikan

jenazah, upacara “telusupan” dan pemberangkatan jenazah, dan upacara

penguburan jenazah.

2. Upacara setelah pemakaman yang disebut “slametan” yang meliputi:

pemotongan Tumpeng Pungku, telung dina, pitung dina, patang puluh dina,

satus dina, pendak pisan, pendak pindo, sewu dina, dan kol (Mulyadi, 1984:

37).

Pendapat lain mengenai jalannya upacara kematian dikemukakan oleh Tim

Lembaga Research Kebudayaan Naional dengan memberikan keterangan

mengenai upacara kematian Suku Jawa sebagai berikut:

“Di daerah yang masyarakatnya beragama Islam pada umumnya mengikuti

cara yang sama dalam melaksanakan upacara pengurusan jenazah, yaitu

9

membujurkan jenazah, memandikannya, serta menguburkannya setelah ia

meninggal, maka ia dibujurkan dengan kepala berada di utara. Tangannya

dilipat di atas dada, matanya ditutup, dan rahangnya diikat agar mulutnya

tidak terbuka. Selanjutnya ia ditutupi dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Di daerah Jawa biasanya lalu dipasangi pelita dan dibakari dengan dupa.

Upaca memandikan biasanya dilakukan oleh keluarga terdekat, atau dapat

pula diserahkan kepada alim ulama. Pada umumnya, memandikannya ialah

dengan jalan memangkunya. Di daerah Jawa dikenal pula cara lain, yaitu

dengan meletakkannya diatas balai-balai. Apabila cara ini yang dipakai, maka

biasanya balai-balai itu dialasi dengan batang pisang. Kadang juga airnya

dicampur dengan daun kelor atau daun pisang yang dirobek-robek. Sebelum

jenazah dibungkus dengan kain kafan, maka ia disembahyangkan terlebih

dahulu. Selanjutnya barulah jenazah dibungkus dengan kain kafan, serta

kemudian diikat di tiga tempat, yaitu di kaki, pinggang, dan ujung kepala. Di

daerah Jawa, tali pengikat dibuka kembali, dan demikian juga muka jenazah

ditampakkan. Barulah kemudian peti ditutup. Seandainya tidak maka jenazah

dimasukan ke dalam semacam usungan. Pada malam harinya diadakan

slametan atau kenduri. Di daerah yang masyarakatnya menganut agama

Kristen, upacara kematian yang didasarkan Suku sudah digantikan oleh

upacara menurut agama” (Tim lembaga research kebudayaan nasional, 1984:

41-43).

Berdasarkan definisi dari para ahli diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang

dimaksud dengan upacara kematian adalah pola perilaku dalam melaksanakan

pengurusan jenazah yang meliputi perawatan, menyucikan, merapihkan, upacara

penguburan jenazah, hingga dilaksanakannya slametan dimana semua pola

perilaku tersebut merupakan simbol dari keyakinan.

B. Kerangka Pikir

Tradisi dalam kematian merupakan simbol kekentalan suatu tradisi dalam

masyarakat, tradisi dalam kematian juga bukan hanya kegiatan yang mengandung

unsur yang biasa saja tetapi mempunyai sebuah arti didalamnya. Masyarakat Suku

Jawa merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang melakukan tradisi

dalam kematian, tradisi dalam kematian masyarakat Suku Jawa tersebut

bermacam-macam, Suku Jawa Tengah memiliki tradisi yang berbeda dengan

Suku Jawa Timur dan juga berbeda dengan Suku Jawa Barat.

10

Tradisi untuk kematian yang terkenal dan dilakukan masyarakat Suku Jawa salah

satunya adalah tradisi Tumpeng Pungkur, setiap prosesi yang dilakukan

mempunyai makna-makna yang bermanfaat kerabat yang ditinggalkan.

Masyarakat Suku Jawa di Kampung Gunung Sari juga melakukan tradisi

Tumpeng Pungkur dalam prosesi memperingati kematian dalam masyarakat Suku

Jawa.

Seiring perkembangan zaman dalam keadaan modern masyarakat Kampung

Gunung Sari masih melaksanakan salah satu tradisi dari budaya mereka yakni

Tumpeng Pungkur pada upacara kematian. Masyarakat Kampung Gunung Sari

dari dahulu mayoritas masyarakatnya masih tetap melaksanakan tradisi Tumpeng

Pungkur dalam setiap pelepasan kematian. Hal ini membuktikan bahwa

masyarakat Suku Jawa di Kampung Gunung Sari Kecamatan Enggal Kota Bandar

Lampung masih tetap menjaga budaya leluhur mereka.

C. Paradigma

Paradigma dalam penelitian ini berupa penggambaran tradisi Tumpeng Pungkur

dalam memperingati kematian pada masyarakat Suku Jawa di Kampung Gunung

Sari Kecamatan Enggal Kota Bandar Lampung. Paradigma dalam penelitian ini

sebagai berikut.

11

.

Keterangan:

: Gaaris Hubungan

Tradisi Tumpeng Pungkur

Pelaksanaan Tradisi Tumpeng Pungkur

1. Pembukaan/Awal Pelaksanaan

2. Kegiatan Pelaksanaan

3. Penutup

REFERENSI

Hassan Shadily. 1984. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT Bima

Aksara. Hlm 47.

Maria A. Sardjono. 1992. Paham Jawa. Jakarta: Sinar Harapan. Hlm. 13-14.

Budiono Herusatoto. 1987. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta:

Hanindata. Hlm 18.

Giri Wahyana. 2010. Sajen dan Ritual Orang Jawa. Yogyakarta: Narasi. Hlm 20

Koentjaraningrat. 1985. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:

Gramedia. Hlm 17.

Clifford Geertz. 1989. Abangan, Santri, Priyai Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta:

Pustaka Jaya. Hlm 13.

_____________.Ibid.. Hlm 91.

Mulyadi, dkk. 1984. Upacara Tradisional Sebagai Kegiatan Sosialisasi Daerah

Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Dapartemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Hlm 37.

Tim Lembaga Research Kebudayaan Nasional (LRKN)-LIPI. 1984. Kapita

Selekta Manifestasi Budaya Indonesia. Bandung: Penerbit Alumni. Hlm

41-43.

Sumber Internet:

Rosdian Fatah. 2012. “Pergeseran Nilai Upacara Adat Perkawinan Masyarakat

Tidore di desa Indonesia kota Tidore kepulauan” Universitas Negri

Gorontalo. Gorontalo. Dari web www.Digilib.Universitas Negri

Gorontalo.ac.id di akses pada 14 Januari 2015 Pukul 19.00 WIB.

12

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Metode Kualitatif

Metode kualitatif ialah metode penelitian yang digunakan dengan hasil akhir

berupa deskriptif atau penjelasan, penjelasan tersebut didapatkan peneliti melalui

proses yang panjang, penelitian dalam permasalahan ini merupakan penelitian

kebudayaan yang mana memakai metode kualitatif yang pengumpulanya

dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada narasumber.

Definisi penelitian kualitatif dijelaskan “Sebagai upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-

milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola mesintesiskannya mencari

dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari. Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar belakang

dan penelitian secara utuh” (Maleong 1998: 103).

2. Metode Deskriptif

Metode deskriptif, yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1994:

73). Metode deskriptif adalah gambaran secara tepat sifat-sifat suatu individu,

keadaan gejala lain dalam masyarakat. Dalam hal ini mungkin ada hipotesis-

13

hipotesis, mungkin belum tergantung sedikit banyaknya pengetahuan tentang

masalah yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1977: 42).

“Definisi metode deskriptif adalah penelitian yang berusaha

mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat

sekarang. Penelitian deskriptif merumuskan perhatian pada masalah aktual

sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian

deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang

menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap

peristiwa tersebut” (Noor, 2012: 34).

Dalam penelitian ini peneliti mengunakan metode penelitian deskriptif kualititatif

yang mana sesuai dengan permasalahan tersebut bahwasanya data yang akan

diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif atau data yang berbentuk

kata-kata, yang diperoleh peneliti secara aktual dari pengamatan yang ada pada

masyarakat yang menjadi objek penelitian.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian atau sering juga disebut batasan terhadap apa yang menjadi

permasalahan dan yang akan diteliti oleh peneliti. Masalah dalam penelitian

kualitatif yaitu fokus. Fokus penelitian memberikan kemudahan untuk membatasi

memperoleh data yang dibutuhkan di lapangan. Fokus penelitian bersifat tentatif

dimana dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi dan latar penelitian hal tersebut

yang menyebabkan fokus penelitian fungsi yang sangat penting untuk

mengarahkan penelitian. Dalam penelitian yang menjadi fokus penelitian adalah:

“Bagaimanakah pelaksanaan tradisi Tumpeng Pungkur pada upacara kematian di

Kampung Gunng Sari Kecamatan Enggal Kota Bandar Lampung?

14

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian menurut Peter Hagul dan Chris Maning menjelaskan bahwa

variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai (Peter Hagul dan Chris

Maning dalam Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989: 48)

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu

“Bagaimanakah pelaksanaan tradisi Tumpeng Pungkur pada upacara kematian di

Kampung Gunng Sari Kecamatan Enggal Kota Bandar Lampung?”

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberi tahukan

bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi

operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur

suatu variabel (Masri Singarimbun, 1989: 46)

Menurut Maryaeni bahwa:

Definisi operasional merupakan gambaran konsep, fakta, maupun relasi

konstektual atas konsep, fakta, dan relasi pokok berkaitan dengan

penelitian yang akan digarap, yang terealisasikan dalam bentuk kata-kata

dan kalimat. Berdasarkan realisasi tersebut peneliti diharapkan bisa

memahami dan menentukan bentuk-bentuk operasi yang akan dilakukan.

Apabila bentuk operasi itu secara esensial berkaitan dengan topik dan

masalah penelitian maka definisi operasional biasanya hanya merujuk

pada kata-kata ataupun terminologi yang terdapat dalam judul maupun

rumusan masalah (Maryaeni, 2012: 15).

Maka definisi operasional merupakan gambaran mengenai konsep penelitian

sehingga menjadi pijakan dan arah yang jelas bagi peneliti dalam penelitianya.

15

D. Teknik Penentuan Informan

Informan adalah sejumlah orang yang memberi respon atau tanggapan terhadap

apa yang diminta atau ditentukan oleh peneliti. Informan adalah pelaku yang ikut

menentukan berhasil tidaknya sebuah penelitian berdasarkan informasi yang

diberikan (Moryeni, 2005: 15). Informan adalah orang dalam latar penelitian,

yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi penelitian seorang

informan harus mempunyai pengalaman tentang latar penelitian. Syarat-syarat

seorang informan adalah jujur, taat pada janji, patuh pada peraturan, suka

berbicara, tidak termasuk pada kelompok yang bertentangan dengan latar

penelitian, dan mempunyai pandangan tertentu tentang suatu hal atau peristiwa

yang terjadi. Adapun syarat-syarat seorang informan adalah:

1. Umur informan harus benar-benar dapat mewakili dari suatu masyarakat.

2. Mutu kebudayaan dan psikologi seorang informan harus luas dan dapat

berbicara relevansi.

3. Informan hendaknya seorang penutur asli dari bahasa dan dialek yang sedang

dipelajari.

Berdasarkan kriteria yang telah disebutkan diatas, penentuan informan dalam

penelitian ini dilakukan secara purposive, dimana pemilihan informan dipilih

secara sengaja berdasarkan kriteria tersebut. Dalam peneletian ini kriteria

informan yang diambil adalah:

1. Sesepuh adat yang bertugas memberikan informasi tentang bagaimana prosesi

Tradisi Tumpeng Pungkur, makna dan manfaatnya bagi keluarga yang

ditinggalkan dalam memperingati kematian dalam adat istiadat Suku Jawa.

2. Tokoh masyarakat yang terdiri dari kepala Kampung Gunung Sari.

16

3. Penduduk di Kampung Gunung Sari.

4. Informan yang dipilih memiliki kesediaan dan waktu yang cukup.

E. Teknik Pengumpulan Data.

Dalam pengumpulan data, peranan alat pengumpul data sangat penting karena alat

inilah yang digunakan sebagai pedoman atau pegangan peneliti selama

pengumpulan data berlangsung. Selain itu ada berbagai macam alat pengumpulan

data yang digunakan sesuai dengan metode yang dipilih peneliti dalam proses

penelitian. Agar diperoleh data yang lengkap, akurat dan dapat dipertanggung

jawabkan kebenarannya, peneliti mempergunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut:

Teknik pengumpulan data merupakan cara pengumpulan data yang dibutuhkan

untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Umumnya cara pengumpulan data

dapat menggunakan teknik: wawancara (interview), angket (questionnaire),

pengamatan (observation), studi dokumentasi dan focus group discussion (FGD)

(Noor, 2012: 138).

1. Wawancara mendalam

Teknik wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data tentang

kehidupan manusia dalam suatu masyarakat yang berkaitan dengan penelitian.

Menurut seorang ahli “Wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)

yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Wawancara

mendalam ini dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara dengan

tujuan mendapatkan informasi secara mendalam dari permasalahan yang

dikaji. Wawancara mendalam ini dilakukan melalui percakapan secara

langsung atau bertatap muka dengan yang diwawancarai” (Herdiansyah,

2012:118).

17

Bentuk wawancara dipakai dalam penelitian ini adalah terarah (directed) dan tidak

terarah (nondirected) disertai dengan wawancara mendalam terhadap informasi

yang dipilih.

2. Observasi (pengamatan)

Menurut seorang ahli observasi adalah suatu penelitian secara sistematis dengan

menggunakan kemampuan indera manusia, pengamatan ini dilakukan pada saat

terjadi aktifitas budaya dengan wawancara mendalam (Endaswara, 2006:133).

Observasi yang digunakan oleh peneliti adalah melihat secara langsung mengenai

objek yang diteliti.

3. Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini akan difokuskan pada catatan-

catatan yang terdokumentasi (otentik dan tertulis), baik berupa arsip, gambar-

gambar, buku-buku dan kumpulan peraturan yang dapat digunakan sebagai

penunjang kebenaran.

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa

berbentuk tulisan, gambar, karya-karya dokumentasi, diri seseorang dokumen

yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita biografi,

peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto gambar

hidup, sketsa, dan lain-lain (Sugiyono, 2011: 329-330). Dalam penelitian ini

peneliti akan mendokumentasikan foto untuk mengetahui tata cara pelaksanaan

tradisi Tumpeng Pungkur pada upacara kematian di Kampung Gunung Sari.

18

5. Studi Pustaka

Menurut seorang tokoh antropologi “Studi pustaka adalah suatu cara

pengumpulan data dan informan dengan bantuan bermacam-macam materi yang

terdapat di ruang perpustakaan misalnya koran, majalah catatan-catatan, kisah-

kisah sejarah, artikel-artikel, dokumen dan sebagainya yang relevan dan

berhubungan dengan penelitian kebudayaan (Kontjaraningrat, 1990:133).” Studi

pustaka yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini didapat dari informan

yang dipilih, perpustakaan dan toko buku. Data yang didapat berupa teori-

teoriyang berkaitan dengan masalah penelitian.

6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

data kualaitatif. Langkah-langkah dalam menganalisa data dalam suatu penelitian

dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu serta mengorganisasikan data dengan

cara yang sedemikian rupa sehingga kesimpulannya dapat ditarik dan diverifikasi.

Pada tahap reduksi data, peneliti akan memilah secara teliti data yang dapat dan

tidak dapat dijadikan sebagai landasan utama sebelum disajikan dalam penelitian.

Langkah-langkah yang digunakan pada tahap ini sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data jumlah penduduk Kampung Gunung Sari.

2. Memilah berdasarkan suku penduduk Kampung Gunung Sari.

3. Penelitian difokuskan pada suku Jawa Kampung Gunung Sari.

19

4. Mengamati masyarakat Suku Jawa yang masih melaksanakan Tradisi

Tumpeng Pungkur.

b. Display (Penyajian Data)

Untuk penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Secara

teknis, data yang telah dipilih kemudian diorganisir ke dalam matriks yang akan

disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajian data dilakukan dengan

mendeskripsikan hasil temuan dari kegiatan wawancara terhadap informan serta

menampilkan dokumen sebagai penunjang data. Langkah-langkah yang

digunakan pada tahap ini sebagai berikut:

1. Mencari informasi mengenai pelaksanaan Tradisi Tumpeng Pungkur dalam

mayarakat Suku Jawa.

2. Mengamati prosesi tradisi Tumpeng Pungkur dalam masyarakat Suku Jawa.

c. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan

Pada tahapan ini penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat dengan

melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan

sehingga data yang ada dapat teruji kebenarannya. Hasil wawancara (data) dari

informan kemudian ditarik kesimpulannya (sesuai dengan masalah dan tujuan

penelitian) sehingga jelas maknanya. Langkah-langkah yang digunakan pada

tahap ini sebagai berikut:

1. Menggabungkan hasil wawancara dengan data yang diperoleh di lapangan

mengenai Tradisi Tumpeng Pungkur dalam upacara kematian pada

20

masyarakat Suku Jawa di Kampung Gunung Sari Kecamatan Enggal Kota

Bandar Lampung.

2. Menarik kesimpulan tentang Tradisi Tumpeng Pungkur dalam upacara

kematian pada masyarakat Suku Jawadi Kampung Gunung Sari Kecamatan

Enggal Kota Bandar Lampung.

REFERENSI

Lexi Moleong. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda

Karya. Hlm 103.

Hadari Nawawi. 1994. Penelitian Terapan. Gajah Mada: University. Hal 73

Koentjaraningrat. 1977. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT Dian

Rakyat. Hal 42.

Juliansyah Noor. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarrta: Kencana Prenada Media

Grup. Hlm 34 dan 138.

Singarimbun Masri dan Sofian Effendi (Ed.). 1989. Metode Penelitian Survai.

Jakarta: LP3ES. Hlm 46 dan 48.

Haris Herdiansyah.2012. Metode Penelitian Kualitatif. Salemba Humanika. Hlm

118.

Suwardi Endaswara. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan.

Yogyakarta: Pustaka Widia Tama. Hlm 133.

46

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Masyarakat Jawa di Kampung Gunung Sari adalah masyarakat yang masih

menjunjung tinggi kebudayaannya. Walaupun mereka sudah tidak lagi tinggal

dan menetap di Pulau Jawa, namun adat serta tradisi masih mereka junjung

tinggi dan mereka lestarikan. Kuatnya tradisi Jawa dapat dirasakan hingga

sekarang, dengan kenyataan bahwa tradisi Jawa saat ini tidak hanya

dilaksanakan oleh masyarakat keturunan Jawa, terbukti bahwa ada beberapa

masyarakat yang bukan bersuku Jawa yang mengadopsi tradisi adat Jawa.

2. Tradisi Tumpeng Pungkur juga mengajarkan bahwa tidak ada kehidupan yang

abadi, semua mahluk yang bernyawa pada akhirnya akan kembali kepada

Sang Maha Pencipta. Sebagai manusia harus bisa mengikhlaskan segala

cobaan yang telah Tuhan berikan dan bagi yang meninggalkan dan

ditinggalkan agar bisa melanjutkan urusannya masing-masing dan tidak lagi

saling meratapi ataupun saling mengganggu.

3. Tata cara dalam pembuatan maupun pelaksanaan yang terdapat dalam tradisi

Tumpeng Pungkur menunjukan bahwa pandangan hidup masyarakat Jawa

mengenai kehidupan sangatlah kompleks. Masyarakat Jawa di Kampung

Gunung Sari sadar akan pentingnya melestarikan tradisi adat Jawa. Bagi

mereka, keseimbangan dalam hubungan antara Tuhan, alam dan lingkungan

47

sangatlah penting. Dengan masih dilaksanakannya tradisi Tumpeng Pungkur,

masyarakat Jawa di Kampung Gunung Saru juga masih menempatkan

pengharapan akan suatu hal yang lebih baik dalam perjalanan kehidupannya.

B. Saran

Berdasarkan dengan penelitian yang telah dilaksanakan dengan judul Tradisi

Tumpeng Pungkur pada upacara kematian di Kampung Gunung Sari Kecamatan

Enggal Kota Bandar Lampung, ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan

yaitu:

1. Terhadap masyarakat Kampung Gunung Sari harus tetap menjaga tradisi yang

telah ada sejak dulu. Walaupun perubahan zaman yang semakin lama

semakin modern tradisi yang berasal asli dari Indonesia ini jangan

ditinggalkan. Masyarakat juga harus menyadari betapa penting mengetahui

urutan pelaksanaan yang terdapat dalam tradisi Tumpeng Pungkur ini jangan

sampai tradisi ini hilang karena modernisai.

2. Kepada pemerintah setempat agar dapat memberikan kontribusinya

setidaknya dengan menginventaris tradisi yang masih dilakukan oleh

masyarakat supaya niai-nilai luhur Jawa yang terkandung dalam tradisi

Tumpeng Pungkur sebagai salah satu bentuk kebudayaan agar tidak hilang

seiring berjalannya waktu serta supaya masyarakat dapat mengetahui identitas

dan jati diriya sebagai manusia Indonesia yang berkebudayaan, apalagi

dengan semakin modernnya zaman serta pengaruh asing yangmasuk ke

Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Endaswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan.Yogyakarta: Pustaka Widia Tama.

Geertz, Clifford. 1989. Abangan, Santri, Priyai Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta:Pustaka Jaya.

Herdiansyah, Haris.2012. Metode Penelitian Kualitatif. Salemba Humanika.

Herusutoto, Budiono. 1987. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta:Hanindata.

Koentjaraningrat. 1977. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT DianRakyat.

______________. 1985. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:Gramedia.

Moleong, Lexi. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja RosdaKarya.

Mulyadi, dkk. 1984. Upacara Tradisional Sebagai Kegiatan Sosialisasi DaerahIstimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Dapartemen Pendidikan danKebudayaan.

Nawawi, Hadari. 1994. Penelitian Terapan. Gajah Mada: University.

Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarrta: Kencana Prenada MediaGrup.

Profil Kampung Gunung Sari 2014

Sardjono, Maria. 1992. Paham Jawa. Jakarta: Sinar Harapan

Shadily, Hassan. 1984. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT BimaAksara.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (Ed.). 1989. Metode Penelitian Survai.Jakarta: LP3ES.

Tim Lembaga Research Kebudayaan Nasional (LRKN)-LIPI. 1984. KapitaSelekta Manifestasi Budaya Indonesia. Bandung: Penerbit Alumni.

Wahyana, Giri. 2010. Sajen dan Ritual Orang Jawa. Yogyakarta: Narasi.

Sumber Internet:

Fatah, Rosdian. 2012. “Pergeseran Nilai Upacara Adat Perkawinan Masyarakat

Tidore di desa Indonesia kota Tidore kepulauan” Universitas NegriGorontalo. Gorontalo. Dari web www.Digilib.Universitas NegriGorontalo.ac.id di akses pada 14 Januari 2015 Pukul 19.00 WIB.

Wawancara:

Dulkosim. 83 Tahun.Wawancara Di Rumah Kampung Gunung Sari. 20 Juni 2015.Sabtu.Pukul 08.00 WIB.

Ijah. 80 Tahun.Wawancara Di Rumah Kampung Gunung Sari. 20 Juni 2015.Sabtu.Pukul 10.00 WIB.

Kusno. 69 Tahun. WawancaraDi Rumah Kampung Gunung Sari. 20 Juni 2015.Sabtu.Pukul 13.00 WIB.

Sarjono. 70 Tahun.Wawancara Di Rumah Kampung Gunung Sari. 20 Juni 2015.Sabtu.Pukul 14.00 WIB.

Sukinem. 56 Tahun. WawancaraDi Rumah Kampung Gunung Sari. 20 Juni 2015.Sabtu.Pukul 15.30 WIB.

Siswo Suharjo. 52 Tahun. WawancaraDi Rumah Kampung Gunung Sari. 21 Juni2015.Minggu. Pukul 10.00 WIB.

Keminem. 76 Tahun. WawancaraDi Rumah Kampung Gunung Sari. 21 Juni2015. Minggu.Pukul 13.30 WIB.

Tuminah. 52 Tahun.Wawancara Di Rumah Kampung Gunung Sari. 21 Juni 2015.Minggu.Pukul 16.00 WIB.