tujuh perawi hadits terbanyak web viewia berhasil menghapal alquran di madrasah yang ada di desa...

22
Para Perawi Hadits: Imam An- Nasa'i, Dari Al-Mujtaba ke Sunan Nasa'i Senin, 15 Agustus 2011 16:13 WIB REPUBLIKA.CO.ID, Nama lengkap Imam An-Nasa’i adalah Abu Abdul Rahman Ahmad bin Ali bin Syuaib bin Ali bin Sinan bin Bahr Al- Khurasani Al-Qadi. Ia lahir di daerah Nasa’ pada 215 H. Ada juga sementara ulama yang mengatakan bahwa ia lahir pada 214 H. Ia dinisbahkan kepada daerah Nasa’ (An-Nasa’i), daerah yang menjadi saksi bisu kelahiran seorang ahli hadits kaliber dunia. Ia berhasil menyusun sebuah kitab monumental dalam kajian hadits, yakni Al-Mujtaba yang di kemudian hari kondang dengan sebutan Sunan An-Nasa’i. Pada awalnya, Nasa'i tumbuh dan berkembang di daerah Nasa’. Ia berhasil menghapal Alquran di madrasah yang ada di desa kelahirannya. Ia juga banyak menyerap berbagai disiplin ilmu keagamaan dari para ulama di daerahnya. Saat remaja, seiring dengan peningkatan kapasitas intelektualnya, ia pun mulai gemar melakukan lawatan ilmiah ke berbagai penjuru dunia. Apalagi kalau bukan untuk memburu ilmu-ilmu keagamaan, terutama disiplin hadits dan ilmu hadits. Belum genap 15 tahun, Nasa'i sudah melakukan pengembaraan ke berbagai wilayah Islam, seperti Mesir, Hijaz, Irak, Syam, Khurasan, dan lain sebagainya. Sebenarnya, lawatan intelektual yang demikian, bahkan dilakukan pada usia dini, bukan merupakan hal yang aneh di kalangan para Imam Hadis. Semua imam hadits, terutama enam imam hadits, yang biografinya banyak kita ketahui, sudah gemar melakukan lawatan ilmiah ke berbagai wilayah Islam semenjak usia dini. Dan itu merupakan ciri

Upload: lycong

Post on 30-Jan-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tujuh Perawi Hadits Terbanyak Web viewIa berhasil menghapal Alquran di madrasah yang ada di desa kelahirannya. ... Dan itu merupakan ciri khas ulama ... dari Umm an Nu’man dari Aisyah.Aisyah

Para Perawi Hadits: Imam An-Nasa'i, Dari Al-Mujtaba ke Sunan Nasa'iSenin, 15 Agustus 2011 16:13 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Nama lengkap Imam An-Nasa’i adalah Abu Abdul Rahman Ahmad bin Ali bin Syuaib bin Ali bin Sinan bin Bahr Al-Khurasani Al-Qadi. Ia lahir di daerah Nasa’ pada 215 H. Ada juga sementara ulama yang mengatakan bahwa ia lahir pada 214 H.

Ia dinisbahkan kepada daerah Nasa’ (An-Nasa’i), daerah yang menjadi saksi bisu kelahiran seorang ahli hadits kaliber dunia. Ia berhasil menyusun sebuah kitab monumental dalam kajian hadits, yakni Al-Mujtaba yang di kemudian hari kondang dengan sebutan Sunan An-Nasa’i.

Pada awalnya, Nasa'i tumbuh dan berkembang di daerah Nasa’. Ia berhasil menghapal Alquran di madrasah yang ada di desa kelahirannya. Ia juga banyak menyerap berbagai disiplin ilmu keagamaan dari para ulama di daerahnya.

Saat remaja, seiring dengan peningkatan kapasitas intelektualnya, ia pun mulai gemar melakukan lawatan ilmiah ke berbagai penjuru dunia. Apalagi kalau bukan untuk memburu ilmu-ilmu keagamaan, terutama disiplin hadits dan ilmu hadits.

Belum genap 15 tahun, Nasa'i sudah melakukan pengembaraan ke berbagai wilayah Islam, seperti Mesir, Hijaz, Irak, Syam, Khurasan, dan lain sebagainya. Sebenarnya, lawatan intelektual yang demikian, bahkan dilakukan pada usia dini, bukan merupakan hal yang aneh di kalangan para Imam Hadis.

Semua imam hadits, terutama enam imam hadits, yang biografinya banyak kita ketahui, sudah gemar melakukan lawatan ilmiah ke berbagai wilayah Islam semenjak usia dini. Dan itu merupakan ciri khas ulama-ulama hadits, termasuk Imam An-Nasa’i.

Kemampuan intelektual Imam Nasa’i menjadi kian matang dan berisi dalam masa pengembaraannya. Namun demikian, awal proses pembelajarannya di daerah Nasa’ tidak bisa dikesampingkan begitu saja, karena justru di daerah inilah, ia mengalami proses pembentukan intelektual. Sementara masa pengembaraannya dinilai sebagai proses pematangan dan perluasan pengetahuan.

Seperti para pendahulunya—Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, dan Imam Tirmidzi—Imam Nasa’i juga tercatat mempunyai banyak pengajar dan murid. Para gurunya memiliki nama harum yang tercatat oleh pena sejarah, antara lain; Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih, Al-Harits bin Miskin, Ali bin Kasyram, Imam Abu Dawud (penyusun Sunan Abu Dawud), serta Imam Abu Isa At-Tirmidzi (penyusun Kitab Al-Jami’ atau Sunan At-Tirmidzi).

Sementara murid-murid yang setia mendengarkan fatwa-fatwa dan ceramah-ceramahnya, antara

Page 2: Tujuh Perawi Hadits Terbanyak Web viewIa berhasil menghapal Alquran di madrasah yang ada di desa kelahirannya. ... Dan itu merupakan ciri khas ulama ... dari Umm an Nu’man dari Aisyah.Aisyah

lain; Abu Al-Qasim At-Thabarani (pengarang tiga buku kitab Mu’jam), Abu Ja’far At-Thahawi, Al-Hasan bin Al-Khadir Al-Suyuti, Muhammad bin Muawiyah bin Al-Ahmar Al-Andalusi, Abu Nashr Ad-Dalaby, dan Abu Bakar bin Ahmad As-Sunni. Nama yang disebut terakhir, disamping sebagai murid juga tercatat sebagai “penyambung lidah” Imam An-Nasa’i dalam meriwayatkan kitab Sunan An-Nasa’i.

Sudah mafhum di kalangan peminat kajian hadits dan ilmu hadits, para imam hadits merupakan sosok yang memiliki ketekunan dan keuletan yang patut diteladani. Dalam masa ketekunannya inilah, para imam hadits kerap kali menghasilkan karya tulis yang tak terhingga nilainya.

Tidak ketinggalan pula Imam Al-Nasa’i. Karya-karyanya yang sampai kepada kita dan telah diabadikan oleh pena sejarah antara lain; As-Sunan Al-Kubra, As-Sunan As-Sughra (kitab ini merupakan bentuk perampingan dari kitab As-Sunan Al-Kubra), Al-Khashais, Fadhail Al-Shahabah, dan Al-Manasik. Menurut sebuah keterangan yang diberikan oleh Imam Ibn Al-Atsir Al-Jazairi dalam kitabnya Jami Al-Ushul, kitab ini disusun berdasarkan pandangan-pandangan fiqh mazhab Syafi’i.

Karya Imam Al-Nasa’i paling monumental adalah Sunan An-Nasa’i. Sebenarnya, bila ditelusuri secara seksama, terlihat bahwa penamaan karya monumental beliau sehingga menjadi Sunan An-Nasa’i sebagaimana yang kita kenal sekarang, melalui proses panjang, dari As-Sunan Al-Kubra, As-Sunan As-Sughra, Al-Mujtaba, dan terakhir terkenal dengan sebutan Sunan An-Nasa’i.

Untuk pertama kali, sebelum disebut dengan Sunan An-Nasa’i, kitab ini dikenal dengan As-Sunan Al-Kubra. Setelah tuntas menulis kitab ini, Imam Nasa'i kemudian menghadiahkan kitab tersebut kepada Amir Ramlah (Walikota Ramlah) sebagai tanda penghormatan.

Amir kemudian bertanya kepada An-Nasa’i, "Apakah kitab ini seluruhnya berisi hadits shahih?"

Nasa'i menjawab dengan jujur, "Ada yang shahih, hasan, dan adapula yang hampir serupa dengannya."

Kemudian Amir berkata kembali, "Kalau demikian halnya, maka pisahkanlah hadits yang shahih-shahih saja!"

Atas permintaan Amir ini, Imam Nasa'i kemudian menyeleksi dengan ketat semua hadits yang telah tertuang dalam kitab As-Sunan Al-Kubra. Dan akhirnya ia berhasil melakukan perampingan terhadap As-Sunan Al-Kubra, sehingga menjadi As-Sunan Al-Sughra. Dari segi penamaan saja, sudah bisa dinilai bahwa kitab yang kedua merupakan bentuk perampingan dari kitab yang pertama.

Imam Nasa’i sangat teliti dalam menyeleksi hadits-hadits yang termuat dalam kitab pertama. Oleh karenanya, banyak ulama berkomentar, "Kedudukan kitab As-Sunan Al-Sughra di bawah derajat Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Di dua kitab terakhir, sedikit sekali hadits dhaif yang terdapat di dalamnya."

Nah, karena hadits-hadits yang termuat di dalam kitab kedua (As-Sunan Al-Sughra) merupakan

Page 3: Tujuh Perawi Hadits Terbanyak Web viewIa berhasil menghapal Alquran di madrasah yang ada di desa kelahirannya. ... Dan itu merupakan ciri khas ulama ... dari Umm an Nu’man dari Aisyah.Aisyah

hadits-hadits pilihan yang telah diseleksi dengan super ketat, maka kitab ini juga dinamakan Al-Mujtaba. Pengertian Al-Mujtaba bersinonim dengan Al-Mukhtar (yang terpilih), karena memang kitab ini berisi hadits-hadits pilihan, hadits-hadits hasil seleksi dari kitab Al-Sunan Al-Kubra.

Imam al-Nasa’i merupakan figur yang cermat dan teliti dalam meneliti dan menyeleksi para periwayat hadits. Ia juga telah menetapkan syarat-syarat tertentu dalam proses penyeleksian hadits-hadits yang diterimanya.

Abu Ali Al-Naisapuri pernah berujar, "Orang yang meriwayatkan hadits kepada kami adalah seorang imam hadits yang telah diakui oleh para ulama, ia bernama Abu Abdul Rahman An-Nasa’i."

Setahun menjelang kemangkatannya, Imam Nasa'i pindah dari Mesir ke Damaskus (Suriah). Dan tampaknya tidak ada konsensus ulama tentang tempat meninggalnya. Ad-Daruquthni mengatakan, Imam Nasa'i wafat di Makkah dan dikebumikan di antara Shafa dan Marwah. Pendapat yang senada dikemukakan oleh Abdullah bin Mandah dari Hamzah Al-’Uqbi Al-Mishri.

Sementara ulama yang lain, seperti Imam Adz-Dzahabi, menolak pendapat tersebut. Ia mengatakan, Imam Nasa’i meninggal di Ramlah, suatu daerah di Palestina. Pendapat ini didukung oleh Ibnu Yunus, Abu Ja’far At-Thahawi (murid Nasa’i) dan Abu Bakar An-Naqatah. Menurut pandangan terakhir ini, An-Nasa’i meninggal pada 303 H dan dikebumikan di Baitul Maqdis, Palestina.

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/11/08/15/lpypmr-para-perawi-hadits-imam-annasai-dari-almujtaba-ke-sunan-nasai

Para Perawi Hadits: Imam Abu Dawud, Sang Pencinta IlmuSelasa, 09 Agustus 2011 17:08 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Nama lengkap Abu Dawud ialah Sulaiman bin Al-Asy’as bin Ishak bin Basyir bin Syidad bin Amar Al-Azdi As-Sijistani. Ia adalah imam dan tokoh ahli hadits, serta penulis kitab Sunan Abu Dawud. Abu Dawud dilahirkan tahun 202 H di Sijistan. Sejak kecil Abu Dawud sangat mencintai ilmu dan sudah bergaul dengan para ulama untuk menimba ilmunya.

Sebelum dewasa, dia sudah mempersiapkan diri untuk melanglang ke berbagai negeri. Dia belajar hadits dari para ulama yang ditemuinya di Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri lainnya. Pengembaraannya ke beberapa negeri itu menunjang dia untuk mendapatkan hadits sebanyak-banyaknya. Kemudian hadits itu disaring, lalu ditulis pada kitab

Page 4: Tujuh Perawi Hadits Terbanyak Web viewIa berhasil menghapal Alquran di madrasah yang ada di desa kelahirannya. ... Dan itu merupakan ciri khas ulama ... dari Umm an Nu’man dari Aisyah.Aisyah

Sunan.

Abu Dawud sudah berulang kali mengunjungi Baghdad. Di kota itu, dia mengajar hadits dan fiqih dengan menggunakan kitab Sunan sebagai buku pegangan. Kitab Sunan itu ditunjukkan kepada ulama hadits terkemuka, Ahmad bin Hanbal. Imam Ahmad bin Hanbal pun memuji kitab tersebut. Sunan Abu Dawud adalah salah satu kitab hadits terkemuka yang disusun oleh Imam Abu Dawud. Kitab ini memuat 4.800 hadits terseleksi dari 50.000 hadits.

Abu Dawud telah berkecimpung dalam bidang hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini diketahui mengingat pada tahun 221 H, ia sudah berada di Baghdad, pusat dan metropolitan ilmu. Setelah itu, ia mengunjungi berbagai negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya.

Abu Dawud menimba ilmu selama bertahun-tahun. Di antara guru-gurunya adalah Imam Ahmad bin Hambal, Al-Qa’nabi, Abu Amr Adh-Dhariri, Abu Walid Ath-Thayalisi, Sulaiman bin Harb, Abu Zakariya Yahya bin Ma’in, Abu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, Ad-Darimi, Abu Ustman Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan lain-lain.

Adapun murid-murid Imam Abu Dawud antara lain Abu Isa At-Tirmidzi, Abu Abdur Rahman An-Nasa’i, putranya sendiri Abu Bakar bin Abu Dawud, Abu Awana, Abu Sa’id Al-Arabi, Abu Ali Al-Lu’lu’i, Abu Bakar bin Dassah, Abu Salim Muhammad bin Sa’id Al-Jaldawi dan lain-lain.

Sebagai ahli hukum, Abu Dawud pernah berkata, "Cukuplah manusia dengan empat hadist, yaitu: "Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya"; "Termasuk kebagusan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat"; "Tidaklah keadaan seorang mukmin itu menjadi mukmin, hingga ia ridha terhadap saudaranya apa yang ia ridha terhadap dirinya sendiri"; "Yang halal sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas pula, sedangkan di antara keduanya adalah syubhat."

Abu Dawud menciptakan karya-karya yang bermutu, baik dalam bidang fiqh, ushuluddin, tauhid dan terutama hadits. Kitab Sunan Abu Dawud adalah yang paling banyak menarik perhatian, dan merupakan salah satu di antara kompilasi hadits hukum yang paling menonjol saat ini.

Tentang kualitasnya ini Ibnul Qayyim Al-Jauziyah berkata, "Kitab sunannya Abu Dawud Sulaiman bin Asy’ats As-sijistani rahimahullah adalah kitab Islam yang topiknya tersebut Allah telah mengkhususkan dia dengan sunannya. Di dalamnya banyak pembahasan yang bisa menjadi hukum di antara ahli Islam, maka kepadanya hendaklah para mushannif mengambil hukum, kepadanya hendaklah para muhaqqiq merasa ridha. Karena sesungguhnya ia telah mengumpulkan sejumlah hadits ahkam dan menyusunnya dengan sebagus-bagus susunan, serta mengaturnya dengan sebaik-baik aturan. Beliau bersikap hati-hati dengan membuang sejumlah hadits dari para perawi majruhin dan dhu’afa. Semoga Allah melimpahkan rahmat atas mereka dan memberikannya pula atas para pelanjutnya."

Setelah hidup penuh dengan kegiatan ilmu, mengumpulkan dan menyebarluaskan hadits, Abu Dawud wafat di Basrah, pada tanggal 16 Syawal 275 H. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan ridha-Nya kepadanya.

Page 5: Tujuh Perawi Hadits Terbanyak Web viewIa berhasil menghapal Alquran di madrasah yang ada di desa kelahirannya. ... Dan itu merupakan ciri khas ulama ... dari Umm an Nu’man dari Aisyah.Aisyah

Karya-karya Imam Abu Dawud antara lain: Kitab As-Sunan (Sunan Abu Dawud), Kitab Al-Marasil, Kitab Al-Qadar, An-Nasikh Wa Al-Mansukh, Fada'ilul A’mal, Kitab Az-Zuhud, Dalailun Nubuwah, Ibtida’ul Wahyu, dan Ahbarul Khawarij.

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/11/08/09/lpno5t-para-perawi-hadits-imam-abu-dawud-sang-pencinta-ilmu

Para Perawi Hadits: Imam Muslim, Murid Sekaligus Penerus BukhariSenin, 01 Agustus 2011 19:49 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Nama lengkapnya Imam Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz Al-Qusyairi An-Naisaburi. Ia adalah penulis kitab As-Sahih, terkenal dengan Sahih Muslim. Ia salah seorang ulama terkemuka yang namanya tetap dikenal hingga kini.

Imam Muslim dilahirkan di Naisabur pada 206 H. Ia belajar hadits sejak masih dalam usia dini, sejak usia 12 tahun. Ia mengembara ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan negara negara lainnya.

Dalam perjalannanya Imam Muslim banyak mengunjungi ulama-ulama kenamaan untuk belajar hadits kepada mereka. Di Khurasan, ia berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih. Di Ray ia berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu Ansan. Di Irak ia belajar hadits kepada Ahmad bin Hambal dan Abdullah bin Maslamah. Di Hijaz belajar kepada Sa’id bin Mansur dan Abu Mas’Abuzar. Di Mesir ia berguru kepada Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya, dan kepada ulama ahli hadits yang lain.

Muslim berkali-kali mengunjungi Baghdad untuk belajar kepada ulama-ulama ahli hadits, dan kunjungannya yang terakhir pada 259 H. Pada waktu Imam Bukhari datang ke Naisabur, Muslim sering datang kepadanya untuk berguru, sebab ia mengetahui jasa dan ilmunya.

Dan ketika terjadi fitnah atau kesenjangan antara Bukhari dan Az-Zihli, ia bergabung dengan Bukhari, sehingga hal ini menjadi sebab terputusnya hubungan dengan Az-Zihli. Muslim dalam Sahihnya maupun dalam kitab lainnya, tidak memasukkan hadits-hadits yang diterima dari Az-Zihli padahal ia adalah gurunya.

Hal serupa ia lakukan terhadap Bukhari. Ia tidak meriwayatkan hadits dalam Sahihnya, yang diterimanya dari Bukhari. Padahal ia pun sebagai gurunya. Nampaknya pada hemat Muslim, yang lebih baik adalah tidak memasukkan ke dalam Sahihnya hadits-hadits yang diterima dari kedua gurunya itu, dengan tetap mengakui mereka sebagai guru.

Page 6: Tujuh Perawi Hadits Terbanyak Web viewIa berhasil menghapal Alquran di madrasah yang ada di desa kelahirannya. ... Dan itu merupakan ciri khas ulama ... dari Umm an Nu’man dari Aisyah.Aisyah

Selain yang telah disebutkan di atas, Muslim masih mempunyai banyak ulama yang menjadi gurunya. Di antaranya Usman dan Abu Bakar, keduanya putra Abu Syaibah; Syaiban bin Farwakh, Abu Kamil al-Juri, Zuhair bin Harb, Amr an-Naqid, Muhammad bin al-Musanna, Muhammad bin Yassar, Harun bin Sa’id Al-Ayli, Qutaibah bin Sa’id dan lain sebagainya.

Jika Imam Bukhari merupakan ulama terkemuka di bidang hadits sahih, berpengetahuan luas mengenai ilat-ilat dan seluk beluk hadits, serta tajam kritiknya, maka Imam Muslim adalah orang kedua setelah Imam Bukhari, baik dalam ilmu dan pengetahuannya maupun dalam keutamaan dan kedudukannya.

Imam Muslim banyak menerima pujian dan pengakuan dari para ulama ahli hadits maupun ulama lainnya. Al-Khatib Al-Baghdadi berkata, "Muslim telah mengikuti jejak Bukhari, memerhatikan ilmunya dan menempuh jalan yang dilaluinya."

Pernyataan ini tidak berarti bahwa Muslim hanyalah seorang pengekor. Sebab ia mempunyai cirri khas dan karakteristik tersendiri dalam menyusun kitab, serta metode baru yang belum pernah diperkenalkan orang sebelumnya.

Abu Quraisy Al-Hafiz menyatakan bahwa di dunia ini orang yang benar-benar ahli di bidang hadits hanya empat orang; salah satu di antaranya adalah Muslim. Maksud perkataan tersebut adalah ahli ahli hadits terkemuka yang hidup di masa Abu Quraisy, sebab ahli hadits itu cukup banyak jumlahnya.

Imam Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit jumlahnya, di antaranya Al-Jami’ As-Sahih (Sahih Muslim), Al-Musnad Al-Kabir (kitab yang menerangkan nama-nama para perawi hadits), Kitab Al-Asma’ wa Al-Kuna, Kitab Al-’Ilal, Kitab Al-Aqran, Kitabu Su’alatihi Ahmad bin Hambal, Kitab Al-Intifa’ bi Uhub As-Siba’, dan lainnya.

Di antara kitab-kitab di atas, yang paling agung dan sangat bermanfat luas serta masih tetap beredar hingga kini ialah Al-Jami’ As-Sahih atau Sahih Muslim. Kitab ini merupakan salah satu dari dua kitab yang paling sahih dan murni sesudah Kitabullah. Kedua kitab Sahih ini diterima baik oleh segenap umat Islam.

Imam Muslim telah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meneliti dan mempelajari keadaan para perawi, menyaring hadits-hadits yang diriwayatkan, membandingkan riwayat riwayat itu satu sama lain. Muslim sangat teliti dan hati-hati dalam menggunakan lafadz-lafadz, dan selalu memberikan isyarat akan adanya perbedaan antara lafadz-lafdaz itu. Dengan usaha yang sedemikian rupa, maka lahirlah kitab Sahih-nya.

Bukti konkret mengenai keagungan kitab itu adalah fakta bahwa Muslim menyaring isi kitabnya dari ribuan riwayat yang pernah didengarnya. Ia pernah berujar, "Aku susun kitab Sahih ini yang disaring dari 300.000 hadits."

Diriwayatkan dari Ahmad bin Salamah, yang berkata : “Aku menulis bersama Muslim untuk menyusun kitab Sahihnya itu selama 15 tahun. Kitab itu berisi 12.000 buah hadits.”

Page 7: Tujuh Perawi Hadits Terbanyak Web viewIa berhasil menghapal Alquran di madrasah yang ada di desa kelahirannya. ... Dan itu merupakan ciri khas ulama ... dari Umm an Nu’man dari Aisyah.Aisyah

Ibnu Salah menyebutkan dari Abi Quraisy Al-Hafiz, bahwa jumlah hadits Sahih Muslim itu sebanyak 4.000 buah hadits. "Kedua pendapat tersebut dapat kita kompromikan, yaitu bahwa perhitungan pertama memasukkan hadits-hadits yang berulang-ulang penyebutannya, sedangkan perhitungan kedua hanya menghitung hadits-hadits yang tidak disebutkan berulang," kata Ibnu salah.

Di dalam Sahih-nya, Imam Muslim menulis, "Tidak setiap hadits yang sahih menurutku, aku cantumkan di sini. Aku hanya mencantumkan hadits-hadits yang telah disepakati oleh para ulama hadits."

Ia juga pernah berkata, sebagai ungkapan gembira atas karunia Allah yang diterimanya, "Apabila penduduk bumi ini menulis hadits selama 200 tahun, maka usaha mereka hanya akan berputar-putar di sekitar kitab musnad ini."

Ketelitian dan kehati-hatian Muslim terhadap hadits yang diriwayatkan dalam Sahih-nya dapat dilihat dari perkataannya sebagai berikut: "Tidaklah aku mencantumkan sesuatu hadits dalam kitabku ini, melainkan dengan alasan. Juga tiada aku menggugurkan sesuatu hadits daripadanya melainkan dengan alasan pula."

Dalam penulisan Sahih-nya, Muslim, tidak membuat judul setiap bab secara terperinci. Adapun judul-judul kitab dan bab yang kita dapati pada sebagian naskah Sahih Muslim yang sudah dicetak, sebenarnya dibuat oleh para pengulas yang datang kemudian. Di antara pengulas yang paling baik membuatkan judul-judul bab dan sistematika babnya adalah Imam Nawawi dalam Syarahnya.

Imam Muslim wafat pada Ahad sore, dan dikebumikan di kampung Nasr Abad—salah satu daerah di luar Naisabur—pada hari Senin 25 Rajab 261 H. Ia wafat dalam usia 55 tahun.

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/11/08/01/lp92b1-para-perawi-hadits-imam-muslim-murid-sekaligus-penerus-bukhari

Para Perawi Hadits: Imam Bukhari, Perawi Hadits yang UtamaJumat, 29 Juli 2011 16:00 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Nama sebenarnya adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim dijuluki Al-Mughirah bin Bardizbah. Namun ia dikenal dengan sebutan Imam Bukhari. Ia lahir di Bukhara pada tahun 194 H.

Page 8: Tujuh Perawi Hadits Terbanyak Web viewIa berhasil menghapal Alquran di madrasah yang ada di desa kelahirannya. ... Dan itu merupakan ciri khas ulama ... dari Umm an Nu’man dari Aisyah.Aisyah

Semua ulama, baik dari gurunya maupun dari sahabatnya memuji dan mengakui ketinggian ilmunya. Ia seorang Imam yang tidak tercela hapalan haditsnya dan kecermatannya. Bukhari mulai menghapal hadits ketika umurnya belum mencapai 10 tahun. Ia mencatat lebih dari seribu guru, hapal 100.000 hadits shahih dan 200.000 hadits tidak shahih.

Karyanya yang amat masyhur di dunia Islam adalah "Al-Jami’us Shahih Al-Musnad min Haditsi Rasulillah wa Sunanihi wa Ayyamihi" yang kemudian terkenal dengan nama kitab "Shahih Al-Bukhari". Kata “Bukhari” sendiri maknanya adalah orang dari negeri Bukhara. Jadi kalau dikatakan "Imam Bukhari", maknanya ialah seorang tokoh dari negeri Bukhara.

Bukhari lahir pada hari Jum’at, 13 Syawal 194 H di tengah-tengah keluarga yang mencintai ilmu sunnah Nabi Muhammad SAW. Ayahnya, Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah, adalah seorang ulama ahli hadits yang meriwayatkan hadits-hadits Nabi dari Imam Malik bin Anas, Hammad bin Zaid, dan sempat pula berpegang tangan dengan Abdullah bin Mubarak. Riwayat-riwayat Ismail bin Ibrahim tentang hadits Nabi tersebar di kalangan orang-orang Irak.

Ayah Bukhari meninggal dunia ketika ia masih kecil. Di saat menjelang wafatnya, Ismail bin Ibrahim sempat membesarkan hati anaknya yang masih kecil sembari berpesan, "Aku tidak mendapati pada hartaku satu dirham pun dari harta yang haram atau satu dirham pun dari harta yang syubhat."

Tentu anak yang ditumbuhkan dari harta yang bersih dari perkara haram atau syubhat akan lebih baik dan mudah dididik kepada yang baik. Sehingga sejak wafatnya sang ayah, Bukhari hidup sebagai anak yatim dalam dekapan kasih sayang ibunya.

Muhammad bin Ismail atau Bukhari kecil mendapat perhatian penuh dari ibunya. Sejak usia belia ia telah hapal Alquran dan tentunya belajar membaca dan menulis. Kemudian pada usia sepuluh tahun, Bukhari mulai bersemangat mendatangi majelis-majelis ilmu hadits yang tersebar di berbagai tempat di negeri Bukhara.

Pada usia sebelas tahun, dia sudah mampu menegur seorang guru ilmu hadits yang salah dalam menyampaikan urut-urutan periwayatan hadits (yang disebut sanad). Masa kanak-kanaknya dihabiskan dalam kegiatan menghapal ilmu dan memahaminya sehingga ketika menginjak usia remaja (enam belas tahun), ia telah hapal kitab-kitab karya imam-imam ahli hadits dari kalangan tabi’it tabi’in (generasi ketiga umat Islam), seperti karya Abdullah bin Mubarak, Waqi’ bin Jarrah, dan memahami betul kitab-kitab tersebut.

Di awal usianya yang ke-18, Bukhari diajak ibunya bersama kakaknya yang bernama Ahmad bin Ismail berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Sesampainya di Makkah, Bukhari mendapati Kota Suci itu penuh dengan ulama ahli hadits yang membuka halaqah-halaqah ilmu. Tentu saja kondisi ini semakin menggembirakan hatinya. Oleh karena itu, setelah selesai pelaksanaan ibadah haji, ia tetap tinggal di Makkah sementara kakak kandungnya kembali ke Bukhara bersama ibunya.

Ia pergi bolak-balik antara Makkah dan Madinah, kemudian akhirnya mulai menulis biografi

Page 9: Tujuh Perawi Hadits Terbanyak Web viewIa berhasil menghapal Alquran di madrasah yang ada di desa kelahirannya. ... Dan itu merupakan ciri khas ulama ... dari Umm an Nu’man dari Aisyah.Aisyah

para tokoh. Sehingga lahirlah untuk pertama kalinya karya tulis dalam bidang ilmu hadits yang berjudul "Kitabut Tarikh". Ketika kitab karyanya ini mulai tersebar ke seluruh penjuru dunia Islam, khalayak ramai mulai memperbincangkan tokoh ilmu hadits tersebut dan semua orang amat mengaguminya.

Imam Bukhari pun akhirnya terkenal di berbagai negeri Islam. Ketika ia berkeliling ke berbagai penjuru negeri, para ulama ahli hadits menghormatinya. Bukhari berkeliling ke berbagai negeri pusat-pusat ilmu hadits seperti Mesir, Syam, Baghdad (Irak), Bashrah, Kufah dan lain-lainnya.

Di saat berkeliling ke berbagai negeri itu, pada suatu hari, ia duduk di majelisnya Ishaq bin Rahuyah. Di sana ada satu saran dari hadirin untuk kiranya ada upaya mengumpulkan hadits-hadits Nabi dalam satu kitab. Dengan usul ini mulailah Bukhari menulis kitab shahihnya dan kitab tersebut baru selesai dalam tempo enam belas tahun sesudah itu.

Ia menuliskan dalam kitab ini hadits-hadits yang diyakininya shahih setelah menyaring dan meneliti enam ratus ribu hadits. Dan seluruhnya dikumpulkan dalam Kitab Shahih-nya—yang kemudian terkenal dengan nama kitab Shahih Al-Bukhari. Kitab ini pun mendapat pujian dan sanjungan dari berbagai pihak di seantero negeri-negeri Islam. Sehingga ketokohannya dalam ilmu hadits semakin diakui kalangan luas di dunia Islam. Para imam-imam ahli hadits sangat memuliakannya, seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Ali bin Al-Madini, Yahya bin Ma`in dan lain-lainnya.

Karya-karya Bukhari dalam bidang hadits terus mengalir dan beredar di dunia Islam. Kepiawaiannya dalam menyampaikan keterangan tentang berbagai kerumitan di seputar ilmu hadits di berbagai majelis ilmu bersinar cemerlang. Tak heran jika majelis-majelis ilmu Imam Bukhari selalu dijejali ribuan para penuntut ilmu.

Dan bila ia memasuki suatu negeri, puluhan ribu bahkan ratusan ribu kaum Muslimin menyambutnya di perbatasan kota karena beberapa hari sebelum kedatangannya, telah tersebar berita akan datangnya imam ahli hadits. Kaum Muslimin pun berjejalan di pinggir jalan yang akan dilewatinya, hanya untuk sekedar melihat wajahnya atau kalau bernasib baik, kiranya dapat bersalaman dengannya.

Ketika akan kembali ke tanah kelahirannya di Bukhara, penduduk setempat melakukan berbagai persiapan untuk menyambutnya di pintu kota. Bahkan warga membangun gapura penyambutan di tempat yang berjarak satu farsakh (kurang lebih 5 kilometer) sebelum masuk kota Bukhara.

Dan ketika Imam Bukhari sampai di gapura “selamat datang” tersebut, ia mendapati hampir seluruh penduduk negeri Bukhara menyambutnya dengan penuh suka cita. Sampai-sampai disebutkan bahwa penduduk melemparkan kepingan emas dan perak di jalan yang akan diinjak oleh telapak kaki Bukhari. Mereka berdiri di kedua sisi jalan masuk kota Bukhara sambil berebut memberikan buah anggur yang istimewa kepada sang Imam Ahlul Hadits yang amat mereka cintai itu.

Tetapi suka cita penduduk negeri Bukhara ini tidak berlangsung lama. Beberapa hari setelah itu, para ahli fikih mulai resah dengan beberapa perubahan pada cara beribadah orang-orang Bukhara. Yang berlaku di negeri tersebut adalah madzhab Hanafi, sedangkan Bukhari mengajarkan hadits sesuai dengan pengertian ahli hadits yang tidak terikat dengan madzhab tertentu. Sehingga yang nampak pada masyarakat ialah sikap-sikap yang diajarkan oleh Ahli Hadits, dan bukan pengamalan madzhab Hanafi.

Page 10: Tujuh Perawi Hadits Terbanyak Web viewIa berhasil menghapal Alquran di madrasah yang ada di desa kelahirannya. ... Dan itu merupakan ciri khas ulama ... dari Umm an Nu’man dari Aisyah.Aisyah

Dengan berbagai perubahan ini keresahan para ulama fiqih tambah menjadi-jadi sehingga tokoh ulama fiqih di negeri tersebut yang bernama Huraits bin Abi Wuraiqa’ menganggap Imam Bukhari sebagai seorang pengacau yang akan merusak kehidupan keagamaan di kota itu. Maka Huraits dan kawan-kawannya mulai memengaruhi Gubernur Bukhara, Khalid bin Ahmad As-Sadusi Adz-Dzuhli, agar mengusir Imam Bukhari ini.

Gubernur Khalid pernah meminta Bukhari datang ke istananya untuk mengajarkan kitab At-Tarikh dan Shahih Al-Bukhari bagi anak-anaknya. Namun Imam Bukhari menolak permintaan gubernur tersebut. "Aku tidak akan menghinakan ilmu ini dan aku tidak akan membawa ilmu ini dari pintu ke pintu. Oleh karena itu bila anda memerlukan ilmu ini, maka hendaknya anda datang saja ke masjidku atau ke rumahku. Bila sikapku yang demikian ini tidak menyenangkanmu, engkau adalah penguasa. Silakan engkau melarang aku untuk membuka majelis ilmu ini agar aku punya alasan di sisi Allah di hari kiamat, bahwa aku tidaklah menyembunyikan ilmu (tetapi dilarang oleh penguasa untuk menyampaikannya)," ujarnya.

Tentu saja gubernur Khalid sangat kecewa dengan jawaban ini. Maka berkumpullah padanya hasutan Huraits bin Abil Wuraiqa’ dan kawan-kawan serta kekecewaan pribadinya. Gubernur Khalid akhirnya mengusir Imam Bukhari dengan paksa.

Bukhari meninggalkan Bukhara dengan penuh kekecewaan dan dilepas penduduk dengan penuh kepiluan. Ia berjalan menuju Desa Bikanda kemudian berjalan lagi ke desa Khartanka, yang keduanya adalah desa-desa negeri Samarkand. Di desa terakhir inilah ia jatuh sakit dan dirawat di rumah salah seorang kerabatnya di desa itu.

Dalam suasana hati yang terluka, tubuhnya yang kurus kering di usia ke-62 tahun, Bukhari berdoa mengadukan segala kepedihannya kepada Allah. "Ya Allah, bumi serasa sempit bagiku. Tolonglah ya Allah, Engkau panggil aku keharibaan-Mu."

Dan sesaat setelah itu, ia pun menghembuskan nafas terakhir. Ia wafat pada malam Sabtu di malam hari Raya Idul Fitri 1 Syawwal 256 H. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, ia sempat berwasiat agar mayatnya nanti dikafani dengan tiga lapis kain kafan tanpa imamah (ikat kepala). Ia juga berwasiat agar kain kafannya berwarna putih.

Semua wasiat itu dilaksanakan dengan baik oleh kerabat yang merawat jenasahnya. Imam Bukhari dikuburkan di desa itu di hari Idul Fitri 1 Syawal 256 H, setelah shalat Dzuhur.

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/11/07/29/lp37o3-para-perawi-hadits-imam-bukhari-perawi-hadits-yang-utama

Tujuh Perawi Hadits Terbanyak Kita banyak menjumpai para perawi hadits. Masing masing perawi memiliki keistimewaannya sendiri sendiri. Namun diantara mereka, ada 7 orang yang paling banyak meriwayatkan hadist. Ada tujuh sahabat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) yang meriwayatkan lebih dari 1.000 hadis semasa hidupnya. Mereka tercatat sebagai sahabat-sahabat Rasul SAW yang terbanyak meriwayatkan hadis.

Page 11: Tujuh Perawi Hadits Terbanyak Web viewIa berhasil menghapal Alquran di madrasah yang ada di desa kelahirannya. ... Dan itu merupakan ciri khas ulama ... dari Umm an Nu’man dari Aisyah.Aisyah

Ketujuh sahabat tersebut adalah Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu (Ra), Abdullah bin Abbas Ra, Abu Hurairah Ra, Anas bin Malik Ra, Jabir bin Abdullah Ra, Said Al Khudri Ra, dan Aisyah Ra.

Berikut adalah uraian singkat mengenai ketujuh sahabat Rasulullah Saw tersebut:1. Abdullah bin Umar RaIa adalah putra Umar bin Khathab Ra dan saudara kandung Hafshah Ra, isteri Rasul Saw. Tercatat, Abdullah Ra telah meriwayatkan sebanyak 2.630 hadis (jumlah kedua terbanyak setelah Abu Hurairah Ra).Abdullah sangat setia mengikuti Rasul Saw. Jika Rasul Saw menunaikan shalat, ia bermakmum di belakangnya.Jika Rasul Saw berdoa dengan berdiri maka Abdullah Ra ikut berdiri dan mengamininya. Bahkan ketika Rasul Saw turun dari unta betina setelah mengelilingi kota Mekah dan menunaikan sholat dua rakaat, Abdullah Ra pun ikut mengitari Mekah dan sholat dua rakaat sesudahnya, sebagaimana yang ia saksikan.Tak heran jika Ummul Mukminin, Aisyah Ra, berkata, ”Tidak seorang pun sahabat yang setara Ibnu Umar (Abdullah Ra) dalam mengikuti jejak Rasulullah (Saw).”Abdullah Ra juga sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadis. Ia tak mau meriwayatkan suatu hadis, kecuali yang benar-benar ia ingat huruf demi hurufnya.Selain itu, Ibnu Umar Ra selalu bangun untuk menunaikan shalat Tahajjut dan memohon ampun di waktu sahur seraya menangis. Setiap kali ia mendengar ayat-ayat tandzir (peringatan) dilantunkan, ia selalu mengeluarkan air mata sebagaimana ayahnya.2. Abdullah bin AbbasPada usia tujuh tahun Abdullah Ra telah menempel pada Rasulullah Saw bagaikan alis dengan mata. Ia juga biasa dibonceng oleh Rasul Saw ketika berpergian, laksana orang dengan bayangannya. Abdullah Ra bercerita, ”Ketika Rasulullah (Saw) hendak shalat, beliau memberikan isyarat agar aku berdiam di belakangnya. Dan, setelah selesai shalat, beliau menatapku seraya bertanya, ‘Mengapa engkau tidak berdiri di sampingku Abdullah (Ra)?’ Aku menjawab, ‘Karena engkau sangat mulia dalam pandanganku. Aku sangat keberatan berdiri di sampingmu.’ Kemudian Rasulullah (Saw) mengangkat kedua tangannya seraya berdoa, ‘Ya Allah, karuniakanlah ilmu yang hak dan hikmah kepadanya,’.”Doa tersebut ternyata dikabulkan. Putra Abbas bin Abdul Muthalib , pamanda Rasulullah Saw, ini menjadi sosok yang berilmu luas dan ahli fikih yang mendetil.Sepanjang hidupnya ia telah meriwayatkan sebanyak 1.660 hadis.3. Abu Hurairah Ra

Nama aslinya Abdus Syamsi. Setelah masuk Islam saat Perang Khaibar, ia mengganti namanya menjadi Abdur Rahman As Shahri. Kemudian, oleh Rasulullah Saw, ia diberi gelar Hurairah, yang berarti ”Bapak kucing kecil.” Nama ini diberikan setelah ia membawa seekor kucing kecil ke hadapan Rasul Saw.Kecintaannya kepada Rasulullah Saw luar biasa. Sejak memeluk Islam ia belum pernah berpisah dengan Rasul Saw kecuali saat tidur. Selama empat tahun ia berteman dengan Rasulullah Saw hingga wafatnya, ia selalu mengikuti ke mana Baginda pergi.Abu Hurairah Ra bukan tipe penulis. Tak seperti Abdullah bin Amru Ra (meriwayatkan 700 hadis) yang selalu menuliskan apa yang ia dengar dari Rasulullah Saw.Namun, Abu Hurairah Ra memiliki ingatan yang sangat kuat. Ia pernah berkata, ”Tidak seorang pun dari

Page 12: Tujuh Perawi Hadits Terbanyak Web viewIa berhasil menghapal Alquran di madrasah yang ada di desa kelahirannya. ... Dan itu merupakan ciri khas ulama ... dari Umm an Nu’man dari Aisyah.Aisyah

sahabat-sahabat Rasulullah (Saw) yang menandingi aku dalam hal menghapal hadis kecuali Abdullah bin Amru (Ra). Sesungguhnya (perbedaannya adalah) ia menulis dan aku tidak.”Tak heran bila Abu Hurairah Ra tercatat sebagai sahabat Rasul Saw yang terbanyak meriwayatkan hadis.Rasul Saw sendiri pernah berkata kepada Abu Hurairah Ra, ”Barang siapa yang merentangkan selendangnya hingga hadisku selesai, lalu ia melipatnya kembali, maka ia tak akan lupa pada apa saja yang ia dengar dariku.”Setelah mendengar ini Abu Hurairah Ra langsung merentangkan selendangnya dan Rasulullah Saw mengutarakan hadis yang amat banyak, kemudian memeluk Abu Hurairah Ra. ”Demi Allah,” kata Abu Hurairah, ”Setelah itu aku tidak pernah lupa pada apa yang aku dengar dari beliau.”4. Anas bin Malik RaAnas bin Malik Ra berada pada urutan ketiga terbanyak meriwayatkan hadis. Ia telah meriwayatkan sebanyak 2.286 hadis, setingkat di bawah Abdullah bin Umar Ra. Ayahnya bernama Malik bin Nadhir Ra yang nasabnya bersambung dengan Adi bin Najjar Ra.Saat Anas Ra berusia 10 tahun, ibunya menyerahkan Anas kepada Rasulullah Saw untuk menjadi pelayan beliau.Rasulullah Saw memanggil Anas dengan sebutan Dzal Udunaini, yang artinya ”yang punya dua telinga.”Anas Ra tak mengikuti perang Badar, karena usianya saat itu masih sangat muda. Namun di perang-perang lain, Anas Ra selalu tampil berani. Tatkala Abu Bakar Ra bermusyawarah untuk mempergunakan tenaga Anas Ra,Umar Ra sangat memuji usul tersebut dan berkata, ”Anas (Ra) adalah seorang pemuda yang pandai menulis dan terkenal pula ketakwaannya, karena ia lama bersahabat dengan Rasulullah (Saw).”Ibnu Sirin berkata, ”Anas (Ra) adalah orang yang paling baik dalam melaksanakan shalat, di rumah atau di perjalanan.” Sedang Abu Hurairah Ra berkata, ”Saya belum pernah berjumpa dengan orang yang seperti Ibnu Sulaim (Anas Ra) dalam melaksanakan shalat.”5. Jabir bin Abdullah Ra

Setiap orang yang berjumpa dengannya, banyak menimba ilmu darinya. Di Masjid Nabi di Madinah, ia memiliki ‘halaqah’, tempat orang-orang menuntut ilmu dan bertakwa.Jabir bin Abdullah Ra pernah mengikuti peristiwa bersejarah bersama ayahnya dalam baiat Aqabah. Ia juga berjihad menyertai Rasulullah Saw dalam banyak peperangan, kecuali Perang Badar dan Perang Uhud. Di kedua perang ini, ayahnya, Abdullah bin Amru, mencegahnya untuk ikut.Setelah sang ayah wafat pada Perang Uhud, Jabir Ra tak pernah lagi absen menyertai Rasulullah Saw di medan jihad. Dan, selama berada di sisi Rasul Saw, Jabir telah mampu meriwayatkan 1.540 hadis.6. Said Al Khudri RaNama aslinya Saad bin Malik bin Sanan. Namun ia lebih dikenal dengan julukan Abu Said al Hudri. Ia adalah salah seorang sahabat yang dibaiat oleh Rasulullah untuk berpegang pada tali Allah dengan meninggalkan hal-hal yang tercela. Bersamanya dibaiat juga Abu Dzar Al-Ghifari, Sahal bin Saad, Ubbadah bin Shamit, dan Muhammad bin Maslamah. Dan, Abu Said tampil dalam perang Bani Musthalik, perang Khandak, dan perang sesudahnya sebanyak 12 kali.Abu Said telah meriwayatkan 1.170 hadis. Kepada orang yang bertanya untuk menulis hadis darinya, ia berkata, ”Jangan ditulis hadis, tapi hapalkanlah sebagaimana kami menghapalkannya.”7. Aisyah Ra

Page 13: Tujuh Perawi Hadits Terbanyak Web viewIa berhasil menghapal Alquran di madrasah yang ada di desa kelahirannya. ... Dan itu merupakan ciri khas ulama ... dari Umm an Nu’man dari Aisyah.Aisyah

Ia lahir di Mekah empat tahun sesudah kenabian Muhammad Saw. Ia adalah putri Abu Bakar Ra dan Ummi Ruman, dan isteri Rasul Saw, setelah wafatnya Khadijah Ra. Ia memeluk Islam selagi masih kecil, bersama delapan orang yang lain.Siti Aisyah adalah gadis yang cerdas dan pandai berbahasa. Ia juga menguasai ilmu kesehatan dan ilmu nasab. Seorang sahabat bernama Zuhri pernah berkata, ”Seandainya ilmu Siti Aisyah dibandingkan dengan semua ilmu isteri-isteri Nabi (Saw), dan semua wanita Arab, niscaya ilmu Siti Aisyah-lah yang lebih utama.”Sahabat yang lain, Anwar, berkata, ”Saya belum pernah melihat orang yang lebih pandai dari Aisyah tentang ilmu kesehatan, syair, dan ilmu fikih.”Rasulullah Saw begitu sayang kepada Aisyah Ra. Pada suatu kesempatan Rasul Saw berkata kepada Aisyah Ra, ”Rasa cintaku kepadamu ya Aisyah, seperti Al Urwatul Wutsqa (pegangan yang kuat).”Di kesempatan lain, seorang sahabat bernama Amru bin Ash bertanya kepada Rasulullah Saw tentang siapa yang paling beliau cintai. Beliau menjawab, ”Yang pertama adalah Aisyah, kemudian Abu Bakar, Umar bin Khathab, dan sahabat-sahabat yang lain.”Semasa hidupnya, Siti Aisyah telah meriwayatkan sejumlah 2.210 hadis. Keunggulan Siti Aisyah dalam meriwayatkan hadis, kadang-kadang ia bisa meng-istimbatkan (mengkonklusikan) beberapa masalah. Ia kerap berijtihad sendiri lalu diikuti oleh para sahabat yang lain.

http://mieftintegral.blogspot.com/2011/10/tujuh-perawi-hadits-terbanyak.html

Aisyah Binti Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhaAisyah adalah istri Nabi Shallalahu ‘alaihi Wassalam putri Abu Bakar ash-Shiddiq teman dan orang yang paling dikasihi Nabi, Aisyah masuk Islam ketika masih kecil sesudah 18 orang yang lain. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam memperistrinya pada tahun 2 H.Beliau mempelajari bahasa, Syair, ilmu kedokteran, nasab nasab dan hari hari Arab . Berkata Az-Zuhri “ Andaikata ilmu yang dikuasai Aisyah dibandingkan dengan yang dimiliki semua istri Nabi Shallallahu ’alaihi Wassalam dan ilmu seluruh wanita niscaya ilmu Aisyah yang lebih utama”. Urwah mengatakan “ aku tidak pernah melihat seorangpun yang mengerti ilmu kedokteran, syair dan fiqh melebihi Aisyah”.Aisyah meriwayatkan 2.210 hadits, diantara keistimewaannya beliau sendiri kadang kadang mengeluarkan beberapa masalah dari sumbernya, berijtihad secara khusus, lalu mencocokannya dengan pendapat pada sahabat yang alim. Berkenaan dengan keahlian Aisyah, Az-Zarkasyi mengarang sebuah kitab khusus berjudul Al-Ijabah li Iradi mastadrakathu Aisyah ‘ala ash Shahabah.Hadits yang dinisbatkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam menyatakan bahwa beliau bersabda “ Ambillah separuh agama kalian dari istriku yang putih ini “, Sesungguhnya hadist ini tidak bersanad. Ibnu Hajar. Al-Mizzi, Adz Dzahabi dan Ibnu Katsir menandaskan bahwa hadist itu dusta dan dibuat buat.Aisyah meriwayatkan hadits dari ayahnya Abu Bakar, dari Umar, Sa’ad bin Abi Waqqash, Usaid bin Khudlair dan lain lain. Sedangkan sahabat yang meriwayatkan dari beliau ialah Abu Hurairah, Abu Musa al-Asy’ari, Zaid bin Khalid al-Juhniy, Syafiyah binti Syabah dan beberapa yang lain. Tabi’in yang mengutip beliau ialah: Sa’id bin al-Musayyab, alqamah bin Qais, Masruq bin al-Ajda, Aisyah binti Thalhal, Amran binti Abdirrahman, dan Hafshah binti Sirin. Ketiga wanita yang disebutkan terakhir adalah murid murid Aisyah yang utama Ilmu Fiqh.

Page 14: Tujuh Perawi Hadits Terbanyak Web viewIa berhasil menghapal Alquran di madrasah yang ada di desa kelahirannya. ... Dan itu merupakan ciri khas ulama ... dari Umm an Nu’man dari Aisyah.Aisyah

Sanad yang paling shahih adalah yang diriwayatkan oleh Yahya bin Sa’id dan Ubaidullah bin Umar bin Hafshin, dari Al Qasim bin Muhammad, dari Aisyah. Juga diriwayatkan oleh az-Zuhri atau Hisyam bin Urwah, dari Urwah bin az-Zubair, dari Aisyah. Yang paling Dlaif adalah yang diriwayatkan oleh al-Harits bin Syabl, dari Umm an Nu’man dari Aisyah.Aisyah wafat pada 57 H, dan Abu Hurairah ikut mensholatkannya.

Anas bin Malik (Wafat 93 H)Anas bin Malik urutan ke tiga dari sahabat yang banyak meriwayatkan hadist, Ia meriwayatkan sebanyak 2.286 hadits.Anas adalah (Khadam) pelayan Rasulullah yang terpercaya, ketika ia berusia 10 tahun, ibunya Ummu sulaiman membawanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam untuk berkhidmat. Ayahnya bernama Malik bin an-Nadlr. Rasulullah sering bergurau dengan Anas bin Malik, dan Rasulullah sendiri tidaklah bersikap seperti seorang majikan kepada hambanya.Anas sendiri pernah berkata:” Rasulullah Shallallahu alaihi wasssalam tidak pernah menegur apa yang aku perbuat, beliau juga tidak pernah menanyakan tentang sesuatu yang aku tidak kerjakan, akan tetapi beliau selalu mengucapkan Masya’allahu kan wa ma lam yasya”.Anas bin Malik tidak berperang dalam perang Badar yang akbar, karena usianya masih sangat muda. Tetapi ia banyak mengikuti peperangan lainnya sesudah itu. Pada waktu Abu Bakar meminta pendapat Umar mengenai pengangkatan Anas bin Malik menjadi pegawai di Bahrain, Umar memujinya :” Dia adalah anak muda yang cerdas dan bisa baca tulis, dan juga lama bergaul dengan Rasulullah”.Sedangkan Komentar Abu Hurairah tentangnya : “ Aku belum pernah melihat orang lain yang shalatnya menyerupai Rasulullah kecuali Ibnu Sulaiman (Anas bin Malik)”.Ibn Sirin berkata:” Dia (Anas) paling bagus Shalatnya baik di rumah maupun ketika sedang dalam perjalanan”.Pada hari hari terakhir masa kehidupannya, Anas pindah ke Basrah, Sebagian lain mengatakan kepindahannya karena terkena fitnah Ibn al-Asy’ats yang mendorong Hajjaj mengancamnya. Maka tidak ada jalan lain bagi anas bin Malik untuk pindah ke Basrah yang menjadikan satu satunya sahabat Nabi disana.Itulah sebabnya para Ulama mengatakan bahawa Anas bin Malik adalah sahabat terakhir yang meninggal di Basrah., pada wafatnya Muwarriq berkata: “ Telah hilang separuh ilmu. Jika ada orang suka memperturutkan kesenangannya bila berselisih dengan kami, kami berkata kepadanya, marilah menghadap kepada orang yang pernah mendengar dari Rasululah Shallallahu alaihi wassalam”.Sanad paling sahih yang bersumber awalnya dari : Malik, dari az-Zuhri, dan dia (Anas bin Malik). Sedangkan yang paling Dlaif dari Dawud bin al-Muhabbir, dari ayahnya Muhabbir dari Abban bin Abi Iyasy dari dia.Ia wafat pada tahun 93 H dalam usia melampaui seratus tahun.

Abu Hurairah (wafat 57 H)Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadist Nabi Shallallahu alaihi wassalam , ia meriwayatkan hadist sebanyak 5.374 hadist.Abu Hurairah memeluk Islam pada tahun 7 H, tahun terjadinya perang Khibar, Rasulullah sendirilah yang memberi julukan “Abu Hurairah”, ketika beliau sedang melihatnya membawa seekor kucing kecil. Julukan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam itu semata karena kecintaan beliau kepadanya.Allah Subhanahu wa ta’ala mengabulkan doa Rasulullah agar Abu Hurairah dianugrahi hapalan yang kuat. Ia memang paling banyak hapalannya diantara para sahabat lainnya.

Page 15: Tujuh Perawi Hadits Terbanyak Web viewIa berhasil menghapal Alquran di madrasah yang ada di desa kelahirannya. ... Dan itu merupakan ciri khas ulama ... dari Umm an Nu’man dari Aisyah.Aisyah

Pada masa Umar bin Khaththab menjadi Khalifah, Abu Hurairah menjadi pegawai di Bahrain, karena banyak meriwayatkan hadist Umar bin Khaththab pernah menentangnya dan ketika Abu Hurairah meriwayatkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wassalam :” Barangsiapa berdusta mengatasnamakanku dengan sengaja, hendaklah ia menyediakan pantatnya untuk dijilat api neraka”. Kalau begitu kata Umar, engkau boleh pergi dan menceritakan hadist.

Syu’bah bin al-Hajjaj memperhatikan bahwa Abu Hurairah meriwayatkan dari Ka’ab al-Akhbar dan meriwayatkan pula dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, tetapi ia tidak membedakan antara dua riwayatnya tersebut. Syu’bah pun menuduhnya melakukan tadlis, tetapi Bisyr bin Sa’id menolak ucapan Syu’bah tentang Abu Hurairah. Dan dengan tegas berkata: Bertakwalah kepada allah dan berhati hati terhadap hadist. Demi Allah, aku telah melihat kita sering duduk di majelis Abu Hurairah. Ia menceritakan hadist Rasulullah dan menceritakan pula kepada kita riwayat dari Ka’ab al-Akhbar. Kemudian dia berdiri, lalu aku mendengar dari sebagian orang yang ada bersama kita mempertukarkan hadist Rasulullah dengan riwayat dari Ka’ab. Dan yang dari Ka’ab menjadi dari Rasulullah.”. Jadi tadlis itu tidak bersumber dari Abu Hurairah sendiri, melainkan dari orang yang meriwayatkan darinya.Cukupkanlah kiranya kita mendengar kan dari Imam Syafi’I :” Abu Hurairah adalah orang yang paling hapal diantara periwayat hadist dimasanya”.Marwan bin al-Hakam pernah mengundang Abu Hurairah untuk menulis riwayat darinya, lalu ia bertanya tentang apa yang ditulisnya, lalu Abu Hurairah menjawab :” Tidak lebih dan tidak kurang dan susunannya urut”.Abu Hurairah meriwayatkan hadist dari /abu Bakar, Umar, Utsman, Ubai bin Ka’ab, Utsman bin Za’id, Aisyah dan sahabat lainnya. Sedangkan jumlah orang yang meriwayatkan darinya melebihi 800 orang, terdiri dari para sahabat dan tabi’in. diantara lain dari sahabat yang diriwayatkan adalah Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Jabir bin Abdullah, dan Anas bin Malik, sedangkan dari kalangan tabi’in antara lain Sa’id bin al-Musayyab, Ibnu Sirin, Ikrimah, Atha’, Mujahid dan Asy-Sya’bi.Sanad paling shahih yang berpangkal daripadanya adalah Ibnu Shihab az-Zuhr, dari Sa’id bin al-Musayyab, darinya (Abu Hurairah).Adapun yang paling Dlaif adalah as-Sari bin Sulaiman, dari Dawud bin Yazid al-Audi dari bapaknya (Yazid al-Audi) dari Abu Hurairah.Ia wafat pada tahun 57 H di Aqiq.

http://moehardian.wordpress.com/2011/04/12/sahabat-yang-banyak-meriwayatkan-hadits-part1/#more-217