tugas_terkom_2

66
Uses and Gratification Theory (Teori Kegunaan dan Gratifikasi) Sejarah Teori Kegunaan dan Gratifikasi/kepuasan (Uses and Gratification Theory) pertama kali di rumuskan oleh Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch(1974). Teori ini menyatakan bahwa seseorang secara aktif mencari media tertentu dan muatan(isi) tertentu untuk menghasilkan kepuasan(atau hasil) tertentu. Awal penelitian teori ini sudah dimulai tahun 1940-an dimana research masih berfokus pada bagaimana anak-anak memilih bacaan komik dan saat adanya pemogokan Koran pada masa itu. Pada periode ini muncul ketertarikan lebih terhadap interpretasi psikologis. Selanjutnya pada tahun 1948 Lasswell menyampaikan empat intrepretasi fungsional dari media di tingkat macro- sociological. Media mencakup fungsi pengawasan, korelasi, hiburan dan transmisi budaya bagi masyarakat dan individu. Lebih lanjut dalam tahapan awal, Herta 1

Upload: stephen-harris

Post on 17-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

komunikasi

TRANSCRIPT

Page 1: tugas_terkom_2

Uses and Gratification Theory

(Teori Kegunaan dan Gratifikasi)

Sejarah

Teori Kegunaan dan Gratifikasi/kepuasan (Uses and Gratification Theory)

pertama kali di rumuskan oleh Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael

Gurevitch(1974). Teori ini menyatakan bahwa seseorang secara aktif mencari

media tertentu dan muatan(isi) tertentu untuk menghasilkan kepuasan(atau hasil)

tertentu.

Awal penelitian teori ini sudah dimulai tahun 1940-an dimana research

masih berfokus pada bagaimana anak-anak memilih bacaan komik dan saat

adanya pemogokan Koran pada masa itu. Pada periode ini muncul ketertarikan

lebih terhadap interpretasi psikologis. Selanjutnya pada tahun 1948 Lasswell

menyampaikan empat intrepretasi fungsional dari media di tingkat macro-

sociological. Media mencakup fungsi pengawasan, korelasi, hiburan dan transmisi

budaya bagi masyarakat dan individu. Lebih lanjut dalam tahapan awal, Herta

Herzog(1944) dia berusaha membagi alasan-alasan orang melakukan bentuk-

bentuk yang berbeda mengenai perilaku media, seperti membaca surat kabar, dan

mendengarkan radio. Herzog mempelajari mengenai peran dari keinginan dan

kebutuhan khalayak dan ia sering di asosiasikan sebagai pelopor teori kegunaan

dan gratifikasi. Selain itu teori kegunaan dan gratifikasi adalah perluasan dari teori

kebutuhan dan motivasi(Maslow,1970). Dalam teori kebutuhan dan motivasi,

Abraham maslow menyatakan bahwa orang secara aktif berusaha untuk

memenuhi hierarki kebutuhannya.

1

Page 2: tugas_terkom_2

Penelitian lain yang ada pada tahapan awal ini adalah yang dilakukan

Wilbur Schramm(1954), ia mengembangkan sebuah cara untuk menentukan

mengenai penawaran komunikasi massa mana yang akan dipilih oleh individu

tertentu. Fraksi pemilihan(fraction of selection) menggambarkan secara tepat

prose’s yang dilalui individu untuk memilih komunikasi massa yang ana yang

akan dipilih :

Imbalan yang dimaksudkan disini

adalah apakah komunikasi massa yang dipilih akan mampu memuaskan individu

yang menonton. Upaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sangat

bergantung pada tersedia tau tidaknya media dan kemudahan memanfaatkannya.

Maka dari kedua hal tersebut akan dieroleh suatu probabilitas seleksi dari media

massa tertentu.

Tahap kedua dari perkembangan teori kegunaan dan gratifikasi (kepuasan)

diawali oleh Jay Blumer dan Dennis McQuail(1969), memulai menguraikan

alasan kenapa orang menonton tayangan politik. Mereka menemukan beberapa

motif untuk menonton tayangan politik. Peneliti lainnya(McQuail, Blumler,

&Brown, 1972) menambahkan bahwa penggunaan media dapat dikategorikan

dalam empat pembagian dasar : pengalihan perhatian, hubungan personal,

identitas personal, dan pengawasan. Selanjutnya terdapat tiga peneliti Katz,

Gurevitch, dan Hadassah Haas(1973) mulai menekankan secara khusus

bagaimana orang melihat media massa. Ini dikaitkan dengan kebutuhan individu

terhadap media massa.

Janji Imbalan

Upaya yang diperlukan

Probabilitas seleksi

2

Page 3: tugas_terkom_2

Tahapan yang ketiga dan paling baru, peneliti kegunaan dan gratifikasi

tertarik dalam menghubungkan alasan khusus untuk penggunaan media dengan

variable seperti kebutuhan, tuuan, keuntungan dan konsekuensi penggunaan

media, dan factor individual (faber, 2000 ; Greene&Kremar, 2005; Haridakis &

Rubin, 2005 ; Rubin, 1994).

Pembahasan

Seperti yang sudah dituliskan di awal, Teori ini menyatakan bahwa

seseorang secara aktif mencari media tertentu dan muatan(isi) tertentu untuk

menghasilkan kepuasan(atau hasil) tertentu(Katz, Blumer, &Gurevitch, 1974). Ini

berarti dikatakan bahwa pengguna media adalah pihak yang aktif berkomunikasi.

Teori ini merupakan kebalikan dari teori peluru yang mengatakan bahwa audience

atau pengguna media merupakan pihak yang pasif. teori ini juga menyatakan

bahwa media punya pengaruh jahaat dalam kehidupan.

Teori kegunaan dan gratifikasi ada untuk menjelaskan kegunaan dan

fungsi media untuk individu, kelompok, dan masyarakat. Ada tiga tujuan dalam

pengembangan teori kegunaan dan gratifikasi yaitu :

Untuk menjelaskan bagaimana individu menggunakan media massa untuk

memuaskan kebutuhannya

Untuk mencari motif dari individu dalam menggunakan media

Untuk mengidentifikasi konsekuensi positif dan negatif dalam penggunaan

media secara individu

Selain itu, Terdapat lima asumsi yang dasar teori kegunaan dan

gratifikasi(Katz, Blumer, &Gurevitch, 1974), antara lain :

Khalayak aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada tujuan

3

Page 4: tugas_terkom_2

Inisiatif dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilihan media

tertentu terdapat pada anggota khalayak

Media berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan kebutuhan

Orang punya cukup kesadaran diri akan penggunaan media mereka, minat

dan motif sehingga dapat memberikan sebuah gambaran yang akurat

mengenai kegunaan tersebut kepada para peneliti

Penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai oleh khalayak

Kebutuhan dan kepuasan khalayak pengguna media massa ada bermacam-

macam, mereka menyesuaikan atas apa kesukaan diri mereka masing-masing.

McQuail dan koleganya(1972) mengindetifikasi beberapa cara untuk

mengklasifikasikan kebutuhan dan kepuasan khalayak. Klasifikasi kepuasan

khalayak tersebut dapat mencakup Pengalihan (diversion) yang bisa di

identifikasikan sebagai keluar dari rutinitas atau masalah sehari-hari, Hubungan

Personal(personal relationship) ini terjadi jika orang menggunakan media

sebagai ganti temannya, Identitas Personal(personal identity), cara untuk

menekankan nilai-nilai individu, dan Pengawasan (surveillance), mencari

informasi untuk membantu seseorang mencapai sesuatu.

Sedangkan kebutuhan khalayak dapat digolongkan menjadi lima, antara

lain:

Kognitif, kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi,

pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Contoh :

Televisi(menonton berita), film (dokumenter)

4

Page 5: tugas_terkom_2

Afektif, kebutuhan yang berkaitan dengan penugahan pengalaman

yang estetis, menyenangkan, dan emosional. Contoh :

Televisi(komedi situasi, drama)

Integrasi Personal, Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan

kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dan status individual. Contoh :

video(“bagaimana berbicara dengan keyakinan”)

Integrasi Sosial, kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan

kontak dengan keluarga, teman dan dunia. Contoh : internet (email,

chat room, dll)

Pelepasan Ketegangan, berkaitan dengan kebutuhan

menghindarkan tekanan, ketegangan, dan hasrat akan

keanekaragaman. Contoh : televisi, radio, film, video, internet

dari klasifikasi diatas tampak jelas bagaimana kebutuhan dan kepuasan

dari khalayak pengguna media massa digolongkan. Setelah ini akan dibahas

bagaimana khalayak aktif yang dimaksudkan dalam teori ini. Khalayak menjadi

sangat penting karena di dalam teori ini khalayak mengambil sebagai pusat

perhataon teori. Berikut ini adalah penggolongan aktivitas yang dilakukan

khalayak aktif, pertama, emdia punya kegunaan untuk orang, dan orang dapat

menempatkan media pada kegunaan tersebut, istilah ini disebut kegunaan(utility),

contoh: mendengarkan radio untuk mendengarkan siaran lalu lintas. Kesengajaan

(intensionality) terjadi ketika motivasi orang menentukan konsumsi mereka akan

isi media. Contoh ketika mereka ingin dihibur, mereka menonton komedi.

Selektivitas(selectivity), yaitu bahwa khalayak menggunakan media dapat

5

Page 6: tugas_terkom_2

merefleksikan ketertarikan dan prefensi mereka. Contoh : Jika anda suka jazz

mungkin anda akan mendengarkan suara Surabaya. Kesulitan untuk

mempengaruhi (imperviousness to infuence) menyatakan bahwa khalayak

membentuk pemahaman mereka sendiri dari isi dan bahwa makna mempengaruhi

apa yang mereka pikirkan dan lakukan. Mereka seringkali menghindari pengaruh

media tertentu. Contoh : seseorang memutuskan tetap menggunakan merek sony

untuk barang elektronik karena sudah terlanjur percaya kualitasnya.

6

Page 7: tugas_terkom_2

Agenda Setting Theory

(Teori Agenda Setting)

Sejarah

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Maxwell McCombs dan Donald

L.Shaw. teori ini muncul sekitar tahun 1973 dengan publikasi pertamanya

berjudul “The Agenda Setting Function of The Mass Media” Public Opinion

Quarterly No.37. Teori ini dikembangkan sebagai studi pada pemilihan presiden

1968 di mana Demokrat berkuasa Lyndon B. Johnson digulingkan oleh

penantangnya dari Republik Richard Nixon. Dalam pemilihan ini ditemukan

hubungan yang tinggi antara penekanan berita dengan bagaimana berita itu dinilai

tingkatannya oleh pemilih. Meningkatnya nilai penting suatu topik berita pada

media massa menyebabkan meningkatnya nilai penting topik tersebut bagai

khalayaknya.

Pembahasan

Secara singkat teori agenda setting ini mengatakan media(khususnya

media berita) tidak selalu berhasil memberitahu apa yang kita pikir, tetapi media

tersebut benar-benar memberithau kita berpikir tentang apa(Cohen, 1963).

Dua asumsi dasar yang paling mendasari penelitian tentang penentuan agenda

adalah:

(1)  Masyarakat pers dan mass media tidak mencerminkan kenyataan;

mereka    menyaring dan membentuk isu; (2) konsentrasi media massa hanya pada

7

Page 8: tugas_terkom_2

beberapa masalah masyarakat untuk ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih

penting daripada isu-isu lain;

Dengan kata lain, Agenda Setting menggambarkan betapa “powerful”-nya

(pengaruh) media, terutama dalam kemampuannya menunjukkan kepada kita.

Dengan demikian, teori ini mengandung asumsi bahwa media tidak semata-mata

mengabarkan informasi dan opini, melainkan lebih daripada itu, juga menyeleksi

dan menentukan informasi maupun opini tersebut. Artinya, media sebenarnya

hanya berkonsentrasi pada isu-isu tertentu yang jumlahnya mungkin sedikit, dan

kemudian membuat audiens menerima bahwa memang itulah isu-isu yang lebih

penting dibandingkan isu-isu lainnya yang banyak sekali.

Menurut William Dunn (1990), isu kebijakan merupakan produk atau

fungsi dari adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun

penilaian atas suatu masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi

suatu agenda kebijakan.

Ada beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan

publik diantaranya:

1.        Telah mencapai titik kritis tertentu jika diabaikan, akan menjadi ancaman yang

serius

2.        Telah mencapai tingkat partikularitas tertentu berdampak dramatis

3.        Menyangkut emosi tertentu dari sudut kepentingan orang banyak (umat manusia)

dan mendapat dukungan media massa

4.        Menjangkau dampak yang amat luas 

8

Page 9: tugas_terkom_2

5.        Mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat ;menyangkut

suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi mudah dirasakan

kehadirannya)

Contohnya ketika agenda media adalah memberitakan mengenai Juara

yang diperoleh oleh TIMNAS U-19 dan dimana dengan prestasi baik tersebut

sudah seharusnya kita mempertahankan pelatih indra syafrie maka dengan itu

khalayak juga akan membicarakan gelar juara dan dukungan untuk

mempertahankan indra syafrie sebagai pelatih.

Terdapat tiga jenis agenda setting yang disampaikan oleh Everett Rogers

and J.W. Dearing (1988): Khalayak, Media, dan agenda kebijakan. Dimana ketiga

agenda ini akan saling mempengaruhi, agenda media akan mempengaruhi agenda

khalayak, sehingga agenda khalayak akan mempengaruhi agenda kebijakan.

Untuk lebih memperjelas tiga agenda yang sudah disebutkan, dalam teori

agenda setting ini, ada beberapa dimensi yang berkaitan seperti yang

dikemukakan oleh Mannheim (Severin dan Tankard Jr, 1922) sebagai berikut :

1. Agenda Media terdiri dari dimensi berikut :

Visibilitas, jumlah dan tingkat menonjolnya berita

Audience Salience, relevansi isi berta terhadap kebutuhan khalayak

Valensi, menyenangkan atau tidak menyenangkan cara

pemberitaan bagi suatu peristiwa

2. Agenda Khalayak terdiri dari dimensi sebagai berikut :

Familiarity (keakraban), derajat kesadaran khalayak akan topik

tertentu

9

Page 10: tugas_terkom_2

Personal Sailence (penonjolan pribadi), relevansi kepentingan

individu dan ciri pribadi

Favorability (Kesenangan), yakni pertimbangan senang atau tidak

senang terhadap topik berita

3. Agenda Kebijakan terdiri dari dimensi-dimensi berikut :

Support (dukungan), kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu

berita tertentu

Likelihood of action(kemungkinan kegiatan), kemungkinan

pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan

Freedom of Action(kebebasan bertindak), yakni nilai kegiatan yang

mungkin dilakukan pemerintah

10

Page 11: tugas_terkom_2

Cultivation Theory

(Teori Kultivasi)

Sejarah

Riset pertama yang dilakukan oleh Gerbner pada tahun 1960 bersama

koleganya di Annenberg School for Communication bertujuan untuk mengetahui

dunia nyata seperti apa yang dibayangkan dan dipersepsikan oleh penonton

televisi. Tradisi pengaruh media dalam jangka waktu panjang dan efek yang tidak

langsung menjadi kajiannya dalam penelitian ini.

Pembahasan

Analisis kultivasi adalah sebuah teori yang memprediksikan dan

menjelaskan formasi dan pembentukan jangka panjang dari persepsi, pemahaman,

dan keyakinan mengenal dunia sebagai akibat dari konsumsi akan pesan-pesan

media. Teori ini termasuk dalam konteks komunikasi massa. Garis pemikiran

Gerbner dalam analisis kultivasi menunjukan bahwa komunikasi massa, terutama

televisi, mengkultivasi keyakinan tertentu mengenai kenyataan yang dianggap

sebagai sesuatu yang umum oleh konsumen komunikasi massa.

Menurut Miller (2005: 282), teori kultivasi tidak dikembangkan untuk

mempelajari "efek yang ditargetkan dan spesifik (misalnya, bahwa

menonton Superman akan mengarahkan anak-anak untuk mencoba terbang

dengan melompat keluar jendela) melainkan dalam

hal akumulasi dan dampak televisi secara menyeluruh, yaitu bagaimana

11

Page 12: tugas_terkom_2

masyarakat melihat dunia dimana mereka hidup ". Oleh karena itu disebut

'Analisis Budaya'.

Gerbner, Gross, Morgan, & Signorielli (1986) berpendapat bahwa

meskipun agama atau pendidikan sebelumnya telah berpengaruh besar pada

tren sosial dan adat istiadat, namun sekarang ini, televisilah yang merupakan

sumber gambaran yang paling luas dan paling berpengaruh dalam hidup. sehingga

televisi merupakan gambaran dari lingkungan umum kehidupan masyarakat.

Teori Kultivasi dalam bentuk yang paling dasar menunjukkan paparan

bahwa sesungguhnya televisi dari waktu ke waktu, secara halus

"memupuk" persepsi pemirsa tentang kehidupan realitas. Teori ini dapat memiliki

dampak pada pemirsa TV, dan dampak tersebut akan berdampak pula pada

seluruh budaya kita. Gerbner dan Gross (1976) mengatakan "televisi adalah

media sosialisasi kebanyakan orang menjadi peran standar dan perilaku.

Fungsinya adalah satu, enkulturasi".

Televisi memang sudah sangat melekat dikehidupan kita sehari-hari. Dari

televisilah kita belajar tentang kehidupan dan budaya. Tontonan seperti

acara sinetron maupun reality show yang sering menunjukkan kekerasan,

perselingkuhan, kriminal, dan lain sebagainya akan dianggap sebagai gambaran

bahwa itulah yang sering terjadi di kehidupan realita. Padahal belum tentu semua

yang terdapat pada tayangan itu adalah kejadian-kejadian yang sering terjadi

dikehidupan kita. Karena jika ditelaah, semua yang terdapat pada reality show

atau sinetron adalah hasil dari skenario belaka.

Lebih jauh dalam Teori Kultivasi dijelaskan bahwa pada dasarnya ada 2

(dua) tipe penonton televisi yang mempunyai karakteristik saling

12

Page 13: tugas_terkom_2

bertentangan/bertolak belakang, yaitu (1) para pecandu/penonton fanatik (heavy

viewers) adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4(empat) jam setiap

harinya. Kelompok penonton ini sering juga disebut sebagai khalayak ‘the

television type”, serta 2 (dua) adalah penonton biasa (light viewers), yaitu mereka

yang menonton televisi 2 jam atau kurang dalam setiap harinya.  Dan teori

kultivasi ini berlaku terhadap para pecandu / penonton fanatik, karena mereka

semua adalah orang-orang yang lebih cepat percaya dan menganggap bahwa apa

yang terjadi di televisi itulah dunia senyatanya.

Dalam penelitian yang dilakukannya, Gerbner juga  menyatakan

bahwa cultivation differential dari media effect untuk dijadikan rujukan untuk

membandingkan sikap penonton televisi. Dalam hal ini, ia membagi ada 4 sikap

yang akan muncul berkaitan dengan keberadaan heavy  viewers, yaitu:

1.      Mereka yang memilih melibatkan diri dengan kekerasan

Yaitu mereka yang pada akhirnya terlibat dan menjadi bagian dari berbagai

peristiwa kekerasan

2.      Mereka yang ketakutan berjalan sendiri di malam hari

Yaitu merekayang percaya bahwa kehidupan nyata juga penuh dengan

kekerasan, sehingga memunculkan ketakutan terhadap berbagai situasi yang

memungkinkan terjadinya tindak kekerasan. Beberapa kajian menunjukkan

bahwa untuk tipe ini lebih banyak perempuan daripada laki-laki.

3.      Mereka yang terlibat dalam pelaksanaan hukum

Yaitu mereka yang percaya bahwa masih cukup banyak  orang yang tidak

mau  terlibat dalam tindakan kekerasan.

13

Page 14: tugas_terkom_2

4.      Mereka yang sudah kehilangan kepercayaan

     Yaitu  mereka yang sudah apatis tidak percaya lagi dengan kemampuan hukum

dan aparat yang ada dalam mengatasi berbagai tindakan kekerasan.

Prose’s kultivasi dapat terjadi dalam dua cara, pertama adalah

mainstreaming ini terjadi ketika, terutama bagi penonton kelas berat, symbol-

simbol televisi mendominasi sumber informasi lainnya dan ide mengenal dunia.

Cara kedua kultivasi bekerja adalam melalui resonansi (resonance) terjadi ketika

hal-hal dalam televisi, dalam kenyataan, kongruen dengan realitas keseharian para

penonton. Sehingga apa yang terjadi di televisi terjadi juga di lingkungan mereka,

sehingga mereka benar-benar yakin akan kondisi tersebut, dan menggap hal itu

terjadi di semua tempat.

14

Page 15: tugas_terkom_2

Coordinated Management of Meaning Theory

(Teori Manajemen Makna Terkoordinasi)

Sejarah

Teori ini pertama kali dikembangkan oleh W.Barnett Pearce dan Vernon

Cronen(1980). Coordinated Management of Meaning Theory biasa disingkat

dengan sebutan CMM. Menurut Pearce dan Cronen orang-orang berkomunikasi

berdasarkan aturan tertentu. Aturan bukan hanya berfungsi membantu dalam

berkomunikasi, tetapi juga dalam menginterpretasikan apa yang dikomunikasikan

orang lain kepada kita, selain itu teori ini juga dapat membantu untuk menjelaskan

bagaimana individu saling menciptakan makna dalam sebuah percakapan. Dalam

teori ini juga dijalskan bagaimana setiap individu juga terdiri dari system

antarpribadi yang membantu menjelaskan tindakan dan reaksi mereka. Teori

CMM memiliki hubungan dengan sejumlah teori, antara lain : Speech Art,

Interaksi Simbolik, dan Teori Sistem.

Pembahasan

Teori CMM termasuk dalam konteks komunikasi interpersonal, yang

dimana teori ini memang membicarakan prose’s interaksi antara dua orang. Teori

CMM mengatakan pada dasarnya bahwa orang-orang yang terlibat dalam sebuah

percakapan membangun realitas social mereka sendiri dengan cara memperoleh

Pertalian Tertentu(Coherence), Tindakan yang Terkoordinasi(coordinating

action), serta Pengalaman Rahasia(experiencing mystery) ini adalah kunci dari

CMM.

15

Page 16: tugas_terkom_2

Pertalian tertentu/ koherensi(coherence) mengarahkan perhatian kita

pada kisah yang kita ceritakan yang membuat hidup kita berarti. Menurut Little

John(2008) Kisah atau cerita membantu pelaku komunikasi memahami sebuah

situasi, sehingga biasanya membuat koordinasi ketempat yang lebih tinggi. CMM

mengidentifikasi enam aspek cerita yang mempengaruhi penciptaan hubungan

dalam berbagai tingkatan atau berlawanan, kebingungan, dalam situasi

komunikasi. Anda dapat mengingat semua ini dengan model LUUUTT yang

merupakan kepanjangan dari : Stories LIVED, UNTOLD Stories, UNHEARD

Sories, UNKNOWN Stories, Stoies TOLD, dan Stories TELLING.

Menurut Little John(2008) Proses penceritaan ini menyediakan data dan

materi yang berasal dari maksud dan tindakan yang muncul. Ketika hubungan

yang terbagi tinggi (1) cerita yang dikisahkan mencerminkan kebenaran kisah

kehidupan, (2) cerita dikisahkan sesuai kisah yang di dengar, dan (3) hasil yang

secara konstruktif tidak dicegah dengan cerita yang tidak diketahui atau belum

pernah diceritakan.

Dalam koherensi para teoritikus CMM mengemukakan enam level

pemaknaan yang terorganisasi, level ini disusun secara hirarkis. yaitu Isi (content)

dimana data mentah dikonversikan menjadi makna, Tutur Kata (speech act)

yaitu tindakan-tindakan yang diakukan dengan cara berbicara, didalamnya

termasuk intonasi berbicara, sehingga kita bisa mengetahui maksud dari si

pembicara tersebut, Episode (episodes) episode adlah rutinitas komunikasi yang

memiliki awal, pertengahan, dan akhir yang jelas. Bisa dikatakan, episode

mendiskripsikan konteks dimana seseorang bertindak, Hubungan(Relationship)

adalah suatu hubungan dimana dua orang menyadai potensi dan keterbatasan

16

Page 17: tugas_terkom_2

mereka sebagai mitra dalam sebuah hubungan, Life Script (Naskah Kehidupan)

adalah kelompok-kelompok episode masa lalu dan masa kini, dan Pola Budaya

(Cultural Pattern) dimana manusia mendefinisikan diri mereka dengan kelompok

tertentu dalam kebudayaan tertentu.

Dalam hirarki ini terdapat Loops. Loops artinya prose’s

pencerminan/refleksi kembali makna dari level context yang lebih rendah kepda

level context yang lebihtinggi dan mempengaruhi makna yang ada pada level

context yang lebih tinggi. Istilah Loops dipergunakan untuk mendukung

pandangan bahwa komunikasi adalah prose’s yang terus berlangsung(ongoing),

dinamis, dan terus berubah (ever-changing). Loops terbentuk melalui komunikasi

intra-personal. Terdapat dua jenis Loops, yaitu Charmed loops dan strange loops.

Charmed Loops adalah ketika makna yang ada di masing-masing level context

selalu konsisten. Antara satu bagian dengan bagian yang lain saling

mengkonfirmasi. Strange Loops adalah ketika makna yang ada di masing-masing

level context berubah, menjadi tidak konsisten. Antara satu bagian dengan bagian

yang lain saling menegaskan sehingga menciptakan kebingungan.

Selanjutnya adalah Tindakan yang Terkoordinasi (Coordinating

Action), mengarahkan pandangan kita pada cara bagaimana tindakan-tindakan

yang kita lakukan secara bersamaan membentuk sebuah pola. Koordinasi ada

ketika dua orang berusaha untuk mengartikan pesan-pesan yang yang berurutan

dalam percakapan mereka. Tiga hasil mungkin muncul ketika dua orang sedang

berbincang, mereka mencapai koordinasi, mereka tidak mencapai koordinasi, atau

mereka mencapai koordinasi pada tingkat tertentu (Philipsen, 1995).

17

Page 18: tugas_terkom_2

Dalam koordinasi manusia dapat saling memuaskan tanpa saling mengerti.

Dengan kata lain, pelaku komunikasi dapat mengatur tindakan mereka dalam

berbagai cara yang kelihatannya logus untuk semua pihak, tetapi mereka

memahami apa yang sedang terjadi dengan cara yang sangat berbeda. Namun bisa

juga koordinasi menjadi pengalaman yang tidak memuaskan. Dua pelaku

komunikasi mungkin berorganisasi dengan baik tanpa harus menyenangi hal

tersebut. Dalam CMM sendiri hubungan tersebut disebut sebuah Unwanted

repetitive pattern (URP).

Salah satu cara yang digunakan individu untuk mengelola dan

mengkoordinasikan makna adalah melalui peggunaan aturan. Penggunaan aturan

dalam percakapan lebih dari sekedar kemampuan untuk menggunakan aturan. Hal

ini juga membutuhkan “kemampuan fleksibel yangtidak dapat disederhanakan

menjadi sebuah teknik belaka”(Cronen, 1995).

Pearce dan Cronen (1980) membagi dua tipe aturan. Aturan pertama

adalah Aturan Konstruktif (constructive Rules) yang menunjuk bagaimana

perilaku harus diintepretasikan dalam satu konteks. Yang kedua adalah Aturan

Regulatif (Regulative Rules) yang di dalam aturan ini mengacu pada urutan

tindakan yang dilakukan oleh seseorang dan menyampaikan apa yang akan terjadi

selanjutya dalam sebuah percakapan.

Yang ketiga adalah pengalaman misteri (experiencing Mystery)

digunakan untuk mengingatkan bahwa dalam kehidupan ada lebih dari sekedar

fakta yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pearce dan Cronen(1980) percaya

bahwa setiap upaya untuk menjalankan hidup kita untuk menemukan sekedar

fakta adalah kesalahan dan pada akhirnya akan gagal.

18

Page 19: tugas_terkom_2

Teori CMM berfokus pada diri dan hubungannya dengan orang lain. Serta

mengkaji bagaimana seseorang individu memberikan makna pada sebuah pesan.

Jika kita kembali melihat metafora mengenai teater, pertimbangan bahwa semua

aktor harus dapat berimprovisasi menggunakan pengalaman acting pribadinya,

serata merujuk pada naskah yang mereka bawa dalam drama mereka tersebut.

Mengacu pada hal tersebut CMM memiliki beberapa asumsis sebagai berikut :

Manusia hidup dalam komunikasi

Asumsi pertama dari CMM merupak pentingny akomuniakasi,

yaitu manusia hudup dalam komunikasi. Pearce (1989) berpendapat

bahwa, “komunikasi adalah, dan akan selalu, menjadi lebih penting bagi

manusia dan seharusnya”.

Manusia saling menciptakan realitas social

Kepercayaan bahwa orang-orang saling menciptakan realitas social

mereka dalam percakapan disebut juga Konstruksionisme Sosial (social

constructionism). Terkadang, individu-individu berkomunikasi untuk

mengekspresikan emosi mereka dan untuk merujuk pada dunia disekeliling

mereka. Akan tetapi dari mana datangnya ‘individu’, ‘emosi’, dan

‘peristiwa/ objek’? semua ini dikonstruksikan dalam prose’s komunikasi.

Realitas Sosial (social reality) mengacu pada pandangan

seseorang mengenai baimana makna dan tindakan sesuai dengan interaksi

interpersonalnya. Ketika dua orang terlebit dalam pembicaraan, masing-

masing telah memiliki banyak pengalaman bercakap-cakap di masa lalu

dari realitas social sebelumnya. Percakapan yang kini terjadi, akan

memunculkan realitas baru karena dua orang datang dengan sudut pandang

19

Page 20: tugas_terkom_2

yang berbeda. Melalu cara ini dua orang menciptakan realitas social yang

baru.

Transaksi informasi tergantung pada makana pribadi dan makna

interpersonal

Pada dasarnya, transaksi informasi tergantung pada makna pribadi

dan interpersonalnya, sebagaimana dikemukakan oleh Donald Cushman

dan Gordon Whiting (1972). Makna Pribadi (personal meaning)

didefinisikan sebagai makna yang dicapai ketika seseorang berinteraksi

dengan orang lain sambil membawa pengalaman yang unik kedalam

interaksi. Makna pribadi membantu orang-orang dalam penemuan;

maksudnya, hal ini tidak hanya mampu membuat kita mampu mengenali

diri sendiri, tapi juga mampu membantu mengenai penemuan diri orang

lain.

Ketika dua orang sepakat mengenai interpretasi satu sama lain,

mereka telah dikatak mencapai Makna Interpersonal (interpersonal

meaning). Untuk mencapai ini mungkin akan membutuhkan waktu, karena

hubungan bersifat kompleks dan dihadapkan pada berbagai isu

komunikasi, tergantung dari per-masalahan mana yang sedang dibahas.

Makana pribadi dan interpersonal didapatkan dalam percakapan dan

seringkali tanpa dipikirkan sebelumnya.

Social Construction

20

Page 21: tugas_terkom_2

(Konstruksi Sosial)

Sejarah

Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu tidak bisa

terlepaskan dari bangunan teoretik yang telah dikemukakan oleh Peter L. Berger

dan Thomas Luckmann. Peter L. Berger merupakan sosiolog dari New School for

Social Reserach, New York, Sementara Thomas Luckman adalah sosiolog dari

University of Frankfurt. Teori konstruksi sosial, sejatinya dirumuskan kedua

akademisi ini sebagai suatu kajian teoretis dan sistematis mengenai sosiologi

pengetahuan. Istilah konstruksi atas realitas sosial (social construction of reality)

menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman

melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in

the Sociological of Knowledge (1966). Ia menggambarkan proses sosial melalui

tindakan dan interaksinya, dimana individu menciptakan secara terus menerus

suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.

Asal usul konstruksi sosial dari filsafat konstruktivisme yang dimulai dari

gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Menurut Von Glaserfeld, pengertian

konstruktif kognitif muncul pada abad ini dalam tulisan Mark Baldwin yang

secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun, apabila

ditelusuri, sebenarnya gagasan-gagasan pokok konstruktivisme sebenarnya telah 5

dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang epistemolog dari italia, ia adalah cikal

bakal konstruktivisme (Suparno dalam Bungin, 2008:13) Dalam aliran filsafat,

gagasan konstruktivisme telah muncul sejak sokrates menemukan jiwa dalam

tubuh manusia, sejak Plato menemukan akal budi dan ide. Gagasan tersebut

21

Page 22: tugas_terkom_2

semakin lebih konkret lagi setelah Aristoteles mengenalkan istilah, informasi,

relasi, individu, substansi, materi, esensi dan sebagainya. Ia mengatakan bahwa,

manusia adalah makhluk sosial, setiap pernyataan harus dibuktikan kebenarannya,

bahwa kunci pengetahuan adalah logika dan dasar pengetahuan adalah fakta

(Bertens dalam Bungin, 2008:13). Aristoteles pulalah yang telah memperkenalkan

ucapannya ‘Cogoto, ergo sum’ atau ‘saya berfikir karena itu saya ada’ (Tom

Sorell dalam Bungin, 2008:13). Kata-kata Aristoteles yang terkenal itu menjadi

dasar yang kuat bagi perkembangan gagasan-gagasan konstruktivisme sampai saat

ini.

Pembahasan

Berger dan Luckman (Bungin, 2008:14) mulai menjelaskan realitas sosial

memisahkan pemahaman ‘kenyataan dan pengetahuan’. Realitas diartikan sebagai

kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas yang diakui sebagai memiliki

keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri.

Pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata

(real) dan memiliki karakteristik yang spesifik. Berger dan Luckman (Bungin,

2008:15) mengatakan terjadi dialektika antara indivdu menciptakan masyarakat

dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui

eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.

Proses dialektis tersebut mempunyai tiga tahapan; Berger menyebutnya

sebagai momen. Ada tiga tahap peristiwa. Pertama, eksternalisasi, yaitu usaha

pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan

mental maupun fisik. Ini sudah menjadi sifat dasar dari manusia, ia akan selalu

mencurahkan diri ke tempat dimana ia berada. Manusia tidak dapat kita mengerti

22

Page 23: tugas_terkom_2

sebagai ketertutupan yang lepas dari dunia luarnya. Manusia berusaha menangkap

dirinya, dalam proses inilah dihasilkan suatu dunia dengan kata lain, manusia

menemukan dirinya sendiri dalam suatu dunia.

Kedua, objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai baik mental maupun

fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan realitas

objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu

faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya.

Lewat proses objektivasi ini, masyarakat menjadi suatu realitas suigeneris. Hasil

dari eksternalisasi kebudayaan itu misalnya, manusia menciptakan alat demi

kemudahan hidupnya atau kebudayaan non-materiil dalam bentuk bahasa. Baik

alat tadi maupun bahasa adalah kegiatan ekternalisasi manusia ketika berhadapan

dengan dunia, ia adalah hasil dari kegiatan manusia. Setelah dihasilkan, baik

benda atau bahasa sebagai produk eksternalisasi tersebut menjadi realitas yang

objektif. Bahkan ia dapat menghadapi manusia sebagai penghasil dari produk

kebudayaan. Kebudayaan yang telah berstatus sebagai realitas objektif, ada diluar

kesadaran manusia, ada “di sana” bagi setiap orang. Realitas objektif itu berbeda

dengan kenyataan subjektif perorangan. Ia menjadi kenyataan empiris yang bisa

dialami oleh setiap orang.

Ketiga, internalisasi. Proses internalisasi lebih merupakan penyerapan

kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif

individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia

yang telah terobjektifkan tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas diluar

kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Melalui

internalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat. Bagi Berger, realitas itu

23

Page 24: tugas_terkom_2

tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan.

Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman semacam

ini, realitas berwajah ganda/plural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang

berbeda-beda atas suatu realitas. Setiap orang yang mempunyai pengalaman,

preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan

menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing-masing.

Selain konstruksi social yang terjadi secara umum di masyarakat, media

massa juga punya peranan yang sangat besar dalam prose’s konstruksi social.

Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Luckman

telah direvisi dengan melihat variabel atau fenomena media massa menjadi sangat

substansi dalam proses eksternalisasi, subyektivasi, dan internalisasi inilah yang

kemudian dikenal sebagai “konstruksi sosial media massa”. Substansi dari

konstruksi sosial media massa ini adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan

luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya

merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa

cenderung apriori dan opini massa cenderung sinis.

Proses konstruksi sosial media massa melalui tahapan sebagai berikut :

1. Tahap menyiapkan materi konstruksi

Menyiapkan materi konstruksi sosial media massa adalah tugas redaksi

media massa, tugas itu didistribusikan pada desk editor yang ada di setiap media

massa. Masing-masing media memiliki desk yang berbeda-beda sesuai dengan

kebutuhan dan visi suatu media. Isu-isu penting setiap hari menjadi fokus media

24

Page 25: tugas_terkom_2

massa, terutama yang berhubungan tiga hal yaitu kedudukan, harta, dan

perempuan. Ada tiga hal penting dalam penyiapan materi konstruksi sosial yaitu :

a. Keberpihakan media massa kepada kapitalisme. Sebagaimana

diketahui, saat ini hampir tidak ada lagi media massa yang tidak

dimiliki oleh kapitalis. Dalam arti kekuatan-kekuatan kapital untuk

menjadikan media massa sebagai mesin penciptaan uang dan

pelipatgandaan modal.

b. Keberpihakan semu kepada masyarakat. Bentuk dari keberpihakan

ini adalah dalam bentuk empati, simpati dan berbagai partisipasi kepada

masyarakat, namun ujung-ujungnya adalah juga untuk menjual berita

demi kepentingan kapitalis.

c. Keberpihakan kepada kepentingan umum. Bentuk keberpihakan

kepada kepentingan umum dalam arti sesungguhnya sebenarnya adalah

visi setiap media massa, namun akhir-akhir ini visi tersebut tak pernah

menunjukkan jati dirinya, namun slogan-slogan tentang visi ini tetap

terdengar. Jadi, dalam menyiapkan materi konstruksi, media massa

memosisikan diri pada tiga hal tersebut di atas, namun pada umumnya

keberpihakan pada kepentingan kapitalis menjadi sangat dominan

mengingat media massa adalah mesin produksi kapitalis yang mau

ataupun tidak harus menghasilkan keuntungan.

25

Page 26: tugas_terkom_2

2. Tahap sebaran konstruksi

Sebaran konstruksi media massa dilakukan melalui strategi media massa.

Konsep konkret strategi sebaran media massa masing-masing media berbeda,

namun prinsip utamanya adalah real time. Media cetak memiliki konsep real time

terdiri dari beberapa konsep hari, minggu atau bulan, seperti terbitan harian,

terbitan mingguan atau terbitan beberapa mingguan atau bulanan. Walaupun

media cetak memiliki konsep real time yang sifatnya tertunda, namun konsep

aktualitas menjadi pertimbangan utama sehingga pembaca merasa tepat waktu

memperoleh berita tersebut.

Pada umumnya sebaran konstruksi sosial media massa menggunakan

model satu arah, dimana media menyodorkan informasi sementara konsumen

media tidak memiliki pilihan lain kecuali mengonsumsi informasi itu. Prinsip

dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus

sampai pada pembaca secepatnya dan setepatnya berdasarkan pada agenda media.

Apa yang dipandang penting oleh media menjadi penting pula bagi pembaca.

3. Tahap pembentukan konstruksi realitas

a. Tahap pembentukan konstruksi realitas

Tahap berikut setelah sebaran konstruksi, dimana pemberitaan

telah sampai pada pembaca yaitu terjadi pembentukan konstruksi di

masyarakat melalui tiga tahap yang berlangsung secara generik.

Pertama, konstruksi realitas pembenaran; kedua, kesediaan dikonstruksi

oleh media massa; ketiga, sebagai pilihan konsumtif. Tahap pertama

adalah konstruksi pembenaran sebagai suatu bentuk konstruksi media

26

Page 27: tugas_terkom_2

massa yang terbangun di masyarakat yang cenderung membenarkan apa

saja yang ada (tersaji) di media massa sebagai sebuah realitas

kebenaran. Dengan kata lain, informasi media massa sebagai otoritas

sikap untuk membenarkan sebuah kejadian. Tahap kedua adalah

kesediaan dikonstruksi oleh media massa, yaitu sikap generik dari tahap

pertama. Bahwa pilihan seseorang untuk menjadi pembaca media massa

adalah karena pilihannya untuk bersedia pikiran-pikirannya

dikonstruksi oleh media massa.

Tahap ketiga adalah menjadikan konsumsi media massa sebagai

pilihan konsumtif, dimana seseorang secara habit tergantung pada

media massa. Media massa adalah bagian kebiasaan hidup yang tak bisa

dilepaskan. Pada tingkat tertentu, seseorang merasa tak mampu

beraktivitas apabila apabila ia belum membaca koran.

b. Pembentukan konstruksi citra

Pembentukan konstruksi citra bangunan yang diinginkan oleh

tahap konstruksi. Dimana bangunan konstruksi citra yang dibangun

oleh media massa ini terbentuk dalam dua model : 1) model good news

dan 2) model bad news. Model good news adalah sebuah konstruksi

yang cenderung mengkonstruksi suatu pemberitaan sebagai

pemberitaan yang baik. Pada model ini objek pemberitaan dikonstruksi

sebagai sesuatu yang memiliki citra baik sehingga terkesan lebih baik

dari sesungguhnya kebaikan yang ada pada objek itu sendiri.

Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang

27

Page 28: tugas_terkom_2

cenderung mengkonstruksi kejelekan atau cenderung memberi citra

buruk pada objek pemberitaan sehingga terkesan lebih jelek, lebih

buruk, lebih jahat dari sesungguhnya sifat jelek, buruk, dan jahat yang

ada pada objek pemberitaan itu sendiri.

4. Tahap konfirmasi

Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca memberi

argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap

pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini perlu sebagai bagian untuk

menjelaskan mengapa ia terlibat dan bersedia hadir dalam proses konstruksi

sosial. Ada beberapa alasan yang sering digunakan dalam konfirmasi ini yaitu a)

kehidupan modern menghendaki pribadi yang selalu berubah dan menjadi bagian

dari produksi media massa, b) kedekatan dengan media massa adalah life style

orang modern, dimana orang modern sangat menyukai popularitas terutama

sebagai subjek media massa itu sendiri, dan c) media massa walaupun memiliki

kemampuan mengkonstruksi realitas media berdasarkan subyektivitas media,

namun kehadiran media massa dalam kehidupan seseorang merupakan sumber

pengetahuan tanpa batas yang sewaktu-waktu dapat diakses.

28

Page 29: tugas_terkom_2

Symbolic Interactionism Theory

(Teori Interaksi Simbolik)

Sejarah

Teori interaksi simbolik ini pertama kali di rumuskan oleh Herbert

Blummer (1969) dia mengatakan bahwa prose’s interaksi ada dalam pembentukan

makna bagi individu. Selanjutnya inspirasi untuk meneliti mengenai teori ini

datang dari Dewey (1981), yang mengatakan bahwa kebiasaan manusia paling

baik dipahami secara langsung dalam praktiknya melalui hubungan interaktif

dengan lingkungan mereka.

Selain itu banyak yang menganggap gerakan interaksionisme simbolik

didirikan oleh George Herbert Mead dimana karya-karyanya benar-benar

membentuk inti dari Chicago school. Herbert Blumer, menjadi teladan penting

bagi Mead, menemukan istilah Interksionisme Simbolis, sebuah pernyataan yang

Mead sendiri belumpernah menggunakannya.

Pembahasan

Teori interkasi simbolik, sebuah pergerakan dalam sosiaologi, berfokus

pada cara-cara manusia membentuk makna dan susunan dalam masyarakat

melalui percakapan. Barbara Ballis Lal Meringkaskan dasar-dasar pemikiran teori

ini :

Manusia membuat keputusa dan bertindak sesuai dengan pemahaman

subjektif mereka terhadap situasi ketika mereka menemukan diri mereka

Kehidupan social terdiri dari prose’s-proses interaksi daripada susunan,

sehingga terus berubah

29

Page 30: tugas_terkom_2

Manusia memahami pengalaman mereka melalului makna-makna yang

ditemukan dalam simnol-simbol dari kelompok utama mereka dan bahasa

merupakan bagian penting dalam kehidupan social

Dunia terbentuk dari objek-objek social yang memiliki nama dan makan

yang ditentukan secara social

Tindakan manusia didasarkan pada penafsiran mereka, dimana objek dan

tindakan yang berhubungan dalam situasi yang dipertimbangkan dan

diartikan

Diri seseorang merupakan sebuah objek yang signifikan dan layaknya

semua objek social, dikenalkan melaului interkasi social dengan orang lain

Itu adalah dasar-dasar bagaimana teori ini bisa dipahami secara singkat

dan jelas, arah pembahasan teori ini ada dalam enam gambaran tersebut.

Selanjutnya menurut Griffin (1997) teori ini terdiri dari tiga prinsip utama,

yaitu Meaning (makna), Language (bahasa), dan thought (pikiran). Ketiga prinsis

ini yang membentuk penciptaan diri dan bagaimana seseorang bersosialisasi

dengan kelompok yang lebih besar.

Pertama, Meaning (makna) menyatakan bahwa orang-orang kan bertindak

kepada orang lain atau hal-hal lain sesuai dengan makan yang ia telah berikan.

Teori interaksionisme simbolis mempunyai prinsip bahwa makna memiliki arti

penting dalam perilaku manusia.

Kedua, Language (bahasa) merupakan sebuah sarana penyampaian makan

bagi orang-orang melalui symbol-simbol. Manusia mengindetifikasi makna

melalu pembicaraan dengan orang lain.

30

Page 31: tugas_terkom_2

Ketiga, Thought (pikiran) memodifikasi symbol sesuai denagn pemikiran

kita sendiri, dimana pikiran merupakan sebuah konsep mental dalam pembicaraan

yang mengakibatkan kita bisa memiliki sudat pandang berbeda dengan lawan

bicara kita.

Dengan adanya tiga unsure tersebut konsep diri dapat dibingkai. Orang

menggunakan konsep “Looking Glass Self”, mereka melihat diri mereka melalu

bagaimana orang lain memperlakukan diri mereka. Diri adalah fungsi bahasa,

tanpa kita berbicara tidak akan ada konsep diri yang terbentuk. Dengan banyak

nya jumlah orang lain di sekitar kita, sudah seharusnya kita memberikan

pandangan lebih terhadap pandangan orang lain terhadap diri kita.

Sedangkan menurut Mead, terdapat tiga konsep utama dala teori interaksi

simbolik, yaitu masyarakat, diri sendiri, dan pikiran.

Masyarakat (Society) atau kehidupan berkelompok, terdiri atas perilaku

koopertaif anggota-anggotanya. Kerjasama dalam masyarakat mengharuskan kita

memahami maksud orang lain yang juga mengharuskan kit auntuk mengetahui

apa yang akan kita lakukan selanjutnya. Masyarakat juga terdiri atas sebah

jaringan interaksi social dimana anggota-anggotanya menempatkan makana bagi

tindakan mereka dan tindakan orang lain dengan menggunakan symbol-simbol.

Diri Sendiri (Self), kita memiliki diri karena kita dapat merespon pada riri

sendiri sebagai sebuah objek. Kadang kita bereaksi dengan baik pada diri sendiri,

serta dengan merasa bangga, bahagia dan berani. Cara utama dapat melihat diri

kita sendiri adalah melalui pengambilan peran atau menggunakan sudut pandang

orang lain untuk melihat diri kita. Diri memiliki dua segi, masingmasing

mejalankan fungsi penting. I adalah bagian diri anda yang menurutkan kata hati,

31

Page 32: tugas_terkom_2

tidak teratur, tidak terarah dan tidak dapat ditebak. Me adalah refleksi umum

orang lain yang terbentuk dari pola-pola teratur dan tetap, yang dibagi dengan

orang lain.

Berpikir (Thought), berpikir bukan sebuah benda, malainkan sebuah

prose’s. hal ini tidak lebih dari sekedar berinteraksi dengan diri kita sendiri.

Berpikir melibatkan keraguan (menunda tindakan yang jelas) ketika kita

menfsirkan situasi. Di sini, anda berpikir untuk membaca situasi dan

merencanakan tindakan selnjutnya. Kita akan membayangkan beragam hasil dan

memilih serta menguji alternatif-alternatif yang mungkin ada.

Teori interkasi simbolis ada sebagai sebuah gerakan, untuk meneliti ara-

cara manusia berkomunikasi, berkelompok, atau bagaimana dapat membagi

makna atas suatu hal.

32

Page 33: tugas_terkom_2

Attribution Theory

(Teori Atribusi)

Sejarah

Pembuatan teori tentang atribusi dimulai Fritz eider (1946 – 1958),

seorang psikolog bangsa Jerman mengatakan bahwa kita cenderung

mengorganisasikan sikap kita, sehingga tidak menimbulkan konflk. Di lain pihak

Weiner dan rekan (misalnya, Jones et al, 1972; Weiner, 1974, 1986)

mengembangkan sebuah kerangka teoritis yang telah menjadi paradigma

penelitian utama psikologi social.

Pembahasan

Atribusi adalah sebuah teori yang membahas tentang upaya-upaya yang

dilakukan untuk memahami penyebab-penyebab perilaku kita dan orang lain.

Definisi formalnya, atribusi berarti upaya untuk memahami penyebab di balik

perilaku orang lain, dan dalam beberapa kasus juga penyebab di balik perilaku

kita sendiri

Sementara menurut Weiner (Weiner, 1980, 1992) attribution theory is

probably the most influential contemporary theory with implications for academic

motivation. Artinya Atribusi adalah teori kontemporer yang paling berpengaruh

dengan implikasi untuk motivasi akademik. Hal ini dapat diartikan bahwa teori ini

mencakup modifikasi perilaku dalam arti bahwa ia menekankan gagasan bahwa

peserta didik sangat termotivasi dengan hasil yang menyenangkan untuk dapat

merasa baik tentang diri mereka sendiri.

33

Page 34: tugas_terkom_2

Teori yang dikembangkan oleh Bernard Weiner ini merupakan gabungan

dari dua bidang minat utama dalam teori psikologi yakni motivasi dan penelitian

atribusi.Teori yang diawali dengan motivasi, seperti halnya teori belajar

dikembangkan terutama dari pandangan stimulus-respons yang cukup popular dari

pertengahan 1930-an sampai 1950-an.

Sebenarnya istilah atribusi mengacu kepada penyebab suatu kejadian atau

hasil menurut persepsi individu. Dan yang menjadi pusat perhatian atau

penekanan pada penelitian di bidang ini adalah cara-cara bagaimana orang

memberikan penjelasan sebab-sebab kejadian dan implikasi dari penjelasan-

penjelasan tersebut. Dengan kata lain, teori itu berfokus pada bagaimana orang

bisa sampai memperoleh jawaban atas pertanyaan “mengapa”? (Kelly 1973)

Model Atribusi mengenai motivasi mempunyai beberapa komponen, yang

terpenting adalah hubungan antara atribusi, perasaan dan tingkah laku. Menurut

Weiner, urutan-urutan logis dari hubungan psikologi itu ialah bahwa perasaan

merupakan hasil dari atribusi atau kognisi. Perasaan tidak menentukan kognisi,

misalnya semula orang merasa bersyukur karena memperoleh hasil positif dan

kemudian memutuskan bahwa keberhasilan itu berkat bantuan orang lain. Hal ini

merupakan urutan yang tidak logis (weiner, 1982 hal 204).

Hubungan antara kepercayaan, pada reaksi afektif dan tingkah laku.

Penyebab keberhasilan dan kegagalan menurut persepsi menyebabkan

pengharapan untuk terjadinya tindakan yang akan datang dan menimbulkan emosi

tertentu. Tindakan yang menyusul dipengaruhi baik oleh perasaan individu

maupun hasil tindakan yang diharapkan terjadi.

34

Page 35: tugas_terkom_2

Menurut teori atribusi, keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat

dianalisis dalam tiga karakteristik, yakni :

1. Penyebab keberhasilan atau kegagalan mungkin internal atau eksternal.

Artinya, kita mungkin berhasil atau gagal karena factor-faktor yang kami

percaya memiliki asal usul mereka di dalam diri kita atau karena factor

yang berasal di lingkungan kita.

2. Penyebab keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat berupa stabil

atau tidak stabil. Maksudnya, jika kita percaya penyebab stabil maka

hasilnya mungkin akan sama jika melakukan perilaku yang sama pada

kesempatan lain.

3. Penyebab keberhasilan atau kegagalan dapat berupa dikontrol atau tidak

terkendali. Faktor terkendali adalah salah satu yang kami yakin kami

dapat mengubah diri kita sendiri jika kita ingin melakukannya. Adapun

factor tak terkendali adalah salah satu yang kita tidak percaya kita dengan

mudah dapat mengubahnya.

Merupakan factor internal yang dapat dikontrol, yakni kita dapat

mengendalikan usaha dengan mencoba lebih keras. Demikian juga factor

eksternal dapat dikontrol , misalnya seseorang gagal dalam suatu lembaga

pelatihan , namun dapat berhasil jika dapat mengambil pelatihan yang lebih

mudah. Atau dapat disebut sebagai factor tidak terkendali apabila kalkulus

dianggap sulit kareba bersifat abstrak, akan tetap abstrak, tidak akan terpengaruh

terhadap apa yang kita lakukan.

Secara umum, ini berarti bahwa ketika peserta didik berhasil di tugas

akademik, mereka cenderung ingin atribut keberhasilan ini untuk usaha mereka

35

Page 36: tugas_terkom_2

sendiri, tetapi ketika mereka gagal, mereka ingin atribut kegagalan mereka untuk

factor-faktor dimana mereka tidak memiliki kendali, sepeti mengajarkan hal buruk

atau bernasib buruk.

Menurut Weiner, factor paling penting yang mempengaruhi atribusi ada

empat factor yakni antara lain :

1. Ability yakni kemampuan, adalah factor internal dan relative stabil

dimana peserta didik tidak banyak latihan control langsung.

2. Task difficulty yakni kesulitan tugas dan stabil merupakan factor

eksternal yang sebgaian besar di luar pembelajaran control.

3. Effort yakni upaya, adalah factor internal dan tidak stabil dimana peserta

didik dapat latihan banyak control.

4. Luck yakni factor eksternal dan tidak stabil dimana peserta didik latihan

control sangat kecil.

Untuk memahami seseorang dalam kaitannya dengan suatu kejadian,

Weiner menunjuk dua dimensi yaitu :

a. Dimensi internal-eksternal sebagai sumber kausalitas

b. Dimensi stabil-tidak stabil sebagai sifat kausalitas

36

Page 37: tugas_terkom_2

Dimensi-dimensi menurut Weiner

STABILITY

LOCUS OF CONTROL

INTERNAL EKSTERNAL

STABIL KEMAMAMPUAN,INTELEGENSI,KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK FISIK

KESULITAN TUGASHAMBATAN LINGKUNGAN

TIDAK STABIL

EFFORT,MOOD,FATIQUE KEBERUNTUNGAN (LUCK)KEBETULAN (CHANCE)KESEMPATAN (OPORTUNITY)

4. ATRIBUSI KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN menurut Weiner

Ada dua macam dimensi pokok:

a. Keberhasilan dan kegagalan memiliki penyebab internal maupun

eksternal

b. Stabilitas penyebab, stabil atau tidak stabil

Kestabilan(locus of CTRL)

Tidak stabil(Temporer)

Stabil(Permanen)

Internal Usaha,mood,kelelahan

Bakat, kecerdasan, karakteristik fisik

Eksternal Nasib, ketidaksengajaan, kesempatan

Tingkat kesukaran Tugas

Teori atribusi juga menggambarkan secara khusus bagaimana kita

beratribusu terhadap diri kita sendiri. Salah satu hipotesis yang paling menarik

dalam teori atribusi adalah bahwa orang sampai kepada persepsi keadaan intern

mereka sendiri dengan cara yang sama dengan jika mereka sampai pada persepsi

tentang keadaan orang lain. Gagasan ini berasal dari asumsi umum bahwa emosi,

37

Page 38: tugas_terkom_2

sikap, ciri, dan kemampuan kita seringkali tidak jelas dan meragukkan kita

sendiri. Kita harus menyimpulkannya dari perilaku terbuka kita dan persepsi kita

tentang paksaan lingkungan di sekitar kita.

Pendekatan tersebut menyatakan bahwa dalam persepsi diri sendiri, seperti

halnya persepsi terhadap orang lain, maka kita mencari asosiasi penyebab-akibat

tetap serta menggunakan prinsip keraguan untuk membagi tanggung jawab

tentang berbagai sebab yang masuk akal. Jika kita mempersepsikan paksaan

ekstern yang kuat mendorong untuk sampai ke atribusi situasional. Andakata kita

terdapat paksaanekstern yang jelas, kita mengasumsi bahwa atribusi disposisional

akan lebih cepat. Pendekatan ini telah banyak mendorong diadakannya riset

tentang persepsi diri sendiri atas sikap, motivasi, dan emosi.

- Sikap

Sudah sejak lamapara psikolog mengasumsikan bahwa orang menilai

sikap mereka sendiri melalui introspeksi, yaitu dengan meninjau kembali berbagai

kognisi dan perasaan secara sadar.

- Motivasi

Gagasan yang sama telah diterapkan terhadap persepsi diri akan motivasi.

Gagasannya adalah bahwa pelaksanaan tugas demi penghargaan tinggi, akan

menjurus kepada atribusi eksternal yaitu, saya melakukannya karena telah dibayar

tinggi untuknya. Melaksanakan tugas yang sama dengan penghargaan rendah akan

menjurus kepada atribusi intern yaitu saya tidak seyogianya telah melakukannya

demi sedikit uang tersebut, sehingga saya harus sudah melakukannya karena saya

benar-benar menikmatinya. Hal ini akan menjurus kepada ramalan paradoksal

bahwa penghargaan rendah akan menjurus ke minat intrinsik yang amat besar

38

Page 39: tugas_terkom_2

akan suatu tugas karena orang tersebut mengartibusikan pelaksanaan tugas tadi

dengan minat intrinsik, dan bukan dengan penghargaan ekstrinsik. Dengan kata

lain, pembenaran berlebihan untuk terlibat ke dalam suatu aktivitas akan

merongrong minat intrinsik akan aktivitas tersebut.

Penghargaan adakalanya menimbulkan akibat yang tidak diinginkan, yaitu :

penghargaan itu dapat menjauhkan orang secara aktual dari segala aktivitas yang

mungkin akan mereka nikmati, dan bukannya memberikan dorongan. Hukuman

pun dapat membuat aktivitas terlarang kelihatan lebih menarik, meskipun bukti

mengenai hal ini lebih sedikit jumlahnya.

- Emosi

Para ahli teori tradisional tentang emosi menyatakan bahwa kita mengenal

apa yang kita rasakan dengan mempertimbangkan keadaan fisiologis kita sendiri,

keadaan mental kita, dan stimulus ekstern yang menyebabkan keadaan tersebut.

Namun, bukti terakhir menunjukkan bahwa berbagai reaksi emosional secara

biokimia serupa. Kita dapat membedakan rangsangan tinggi dari rangsangan

rendah, tapi tidak dapat membedakan berbagai jenis emosi. Sebagai contoh, sukar

sekali membedakan berbagai jenis emosi. Sebagai contoh, sukar sekali

membedakan antara rasa cemburu yang berlebihan dari rasa cinta yang besar.

Oleh karenanya, kita memerlukan informasi lain guna mengidentifikasikan emosi

kita.

Stanley Schacter (1962) telah mengambil pendekatan persepsi-diri-sendiri

berdasar emosi. Ia menyatakan bahwa persepsi terhadap emosi kita tergantung

dari :

1. Tingkat rangsangan fisiologik yang kita alami dan

39

Page 40: tugas_terkom_2

2. Ciri kognitif yang kita terapkan seperti ”marah” atau ”senang.”

Untuk sampai kepada ciri kognitif, kta meninjau perilaku kita sendiri serta

situasinya. Jika secara fisiologik kita terangsang dan mentertawakan pertunjukkan

komedi di televisi, maka dapat kita simpulkan bahwa kita merasa senang. Jika kita

membentak seseorang karena dia telah mendorong kita dijalan yang padat, maka

dapat kita simpulkan bahwa kita marah. Pada setiap kasus, perilaku dan

interpretasi kita tentang keadaan akan melengkapi kita dengan ciri kognitif yang

memungkinkan kita untukmenginterpretasikan pengalaman intern kita mengenai

rangsangan emosi. Seperti teori Bem tentang teori persepsi-diri-sendiri, segi

pandangan in kembali menekankan sifat meragukan dari keadaan intern, dan

karena itu persepsi-diri-sendiri sangat bergantung dari persepsi atas perilaku yang

timbul dan lingkungan ekstern. 

Teori ini juga menjelaskan bagaimana atribusi terhadap orang lain.

Prinsip-prinsip teoritis biasanya diterapkan pada atribusi tentang mengatribusikan

perilaku orang lain. Pertanyaan yang paling pokok adalah sebagai berikut : 

• Bilakah kita menarik kesimpulan bahwa tindakan orang lain mencerminkan

pembawaan sejati seperti ciri, sikap, keadaan hati, atau keadaan intern lainnya?

• Bilakah kita menyimpulkanbahwa orang lain sesuai dengan situasi eksternnya?

Atau guna lebih menempatkannya secara kontras.

• Bilakah kita membuat kesimpulan pembawaan yang bertentangan dengan

kesimpulan situasional?, Kita tahu bahwa orang tidak selalu melakukan atau

mengatakan apa yang diyakininya. Seorang tawanan perang mungkin akan

mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan sikapnya yang sebenarnya. Atau,

40

Page 41: tugas_terkom_2

seorang pemudabarangkali akan gembira dan bahagia di sekolah setelah semalam

ia ditinggal pergi pacarnya. Sebaliknya, adakalanya tawanan perang

mengungkapkan kecaman yang murni keluar dari hatinya terhadap rencana

penyerangan negaranya. Hal ini pasti terjadi di Vietnam pada beberapa serdadu

Amerika dan penerbang. Dan pemuda tadi mungkin merasa lega sejati karena

hubungan dengan pacarnya selama ini membuatnya tertekan. Jadi, bagaimana kita

dapat membedakan bilakah tindakan seseorang itu benar-benar merupakan

cerminan sikap internnya atau merupakan ciri lain?

Prinsip keraguan menyatakan bahwa terlebih dahulu kita harus

mempertimbangkan apakah paksaan ekstern yang mungkin akan mengarahkan

seseorang untuk salah menempatkan sikapnya yang sejati atau tidak.

41

Page 42: tugas_terkom_2

Daftar pustaka

Book :

Nurudin, M.Si. . (2007) . Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : Raja Grafindo

Persada.

Turner , Lynn.H & West, Richard .(2007) . Pengantar Teori Komunikasi

Analisis dan Aplikasi. Buku 1. 3rd ed. Terj. Maria Natalia Darmayanti

Maer. Jakarta : Salemba Humanika

M. Freeland, Amber . (2012) . An Overview of Agenda Setting Theory in

Mass Communications, Texas

R. West & L. H. Turner . (2004) . Introducing Communication Theory:

Analysis and Application, 2nd. ed. NY: McGraw-Hill, NY

Littlejohn, Stephen W. & Foss, Karen A. . (2008) . Teori

Komunikasi :Theories of Human Communication. Ed 9. Terj. Mohammad

Yusuf Hamdan. Jakarta : Salmba Humanika

Non Book :

http://wsmulyana.wordpress.com/2009/01/09/teori-kultivasi/ [viewed on

1/10/2013]

http://nurudin-umm.blogspot.com/search/label/teori%20komunikasi%20massa

[viewed on 1/10/2013]

http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_kultivasi [viewed on 1/10/2013]

http://www.utwente.nl/cw/theorieenoverzicht/Theory%20Clusters/Mass

%20Media/Agenda-Setting_Theory.doc/ [viewed on 1/10/2013]

42

Page 43: tugas_terkom_2

www.academica.edu [viewed on 3/10/2013]

http://en.wikipedia.org/wiki/Agenda-setting_theory [viewed on 3/10/2013]

http://en.wikipedia.org/wiki/Uses_and_gratifications_theory [viewed on

4/10/2013]

http://www.utwente.nl/cw/theorieenoverzicht/Theory%20Clusters/

Communication%20and%20Information%20Technology/

Uses_and_Gratifications_Approach-1.doc/ [viewed on 4/10/2013]

http://www.scribd.com/doc/37141155/Coordinated-Management-of-Meaning-

Theory [viewed on 13/10/2013]

http://www.uky.edu/~drlane/capstone/interpersonal/cmm.htm [viewed on

13/10/2013]

http://www.utwente.nl/cw/theorieenoverzicht/Theory%20clusters/Language

%20Theory%20and%20Linguistics/Coordinated_Management_Meaning.doc/

[viewed on 13/10/2013]

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/163/BAB%20II

%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf?sequence=3 [viewed on 15/10/2013]

http://www.utwente.nl/cw/theorieenoverzicht/Theory%20Clusters/Interpersonal

%20Communication%20and%20Relations/Symbolic_Interactionism.doc/

[viewed on 15/10/2013]

http://studies-dianfebriani.blogspot.com/2010/03/attribution-theory.html [viewed

on 15/10/2013]

http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-atribusi-berner-weiner-dan-

implementasinya-dalam-pembelajaran-346951.html [viewed on 15/10/2013]

http://www.utwente.nl/cw/theorieenoverzicht/Theory%20Clusters/Interpersonal

%20Communication%20and%20Relations/attribution_theory.doc/ [viewed on

15/10/2013]

43

Page 44: tugas_terkom_2

44