tugas_referat

63
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit Kulit dapat diobati dengan berbagai macam cara antara kain topikal, sistemik, dan secara intralensi. Pada makalah ini menjelaskan mengenai terapi antibiotik baik secara sistemik maupun secara topikal. Pemilihan Antibiotik tertentu sudah pasti bergantung pada diagnosis penyakit dan jika memungkinkan pada biakan in vitro dan study sensitifitas dari sampel klinis. Berbagai patogen yang diisoloasi dari sebagian besar dermatosis yang terinfeksi antara lain streptococcus B-hemolitiku grup A, Staphylococcus auerus atau keduanya. Patogen-patogen yang dijumpai pada luka bedah adalah patogen-patogen yang di jumpai di lingkungan. Oleh sebab itu, informasi mengenai pola regional resistensi obat penting dalam memilih suatu agen terapeutik. Pada penggunaan topikal dimaksudkan adalah sediaan yang digunakan pada kulit dengan efek lokal seperti pada sediaan lotion, salep, dan krim. 1,2 Sejarah antibiotik dimulai ketika ditemukannya obat antibiotik pertama oleh Alexander Flemming yaitu Penicillin-G. Flemming berhasil mengisolasi senyawa tersebut dari Penicillium chrysogenum syn. P. notatum. Dengan penemuan antibiotik ini membuka sejarah baru dalam bidang kesehatan karena dapat meningkatkan angka kesembuhan yang sangat 1

Upload: andisty-ate

Post on 10-Aug-2015

79 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS_REFERAT

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit Kulit dapat diobati dengan berbagai macam cara antara

kain topikal, sistemik, dan secara intralensi. Pada makalah ini

menjelaskan mengenai terapi antibiotik baik secara sistemik maupun

secara topikal. Pemilihan Antibiotik tertentu sudah pasti bergantung pada diagnosis

penyakit dan jika memungkinkan pada biakan in vitro dan study sensitifitas dari sampel

klinis. Berbagai patogen yang diisoloasi dari sebagian besar dermatosis yang terinfeksi

antara lain streptococcus B-hemolitiku grup A, Staphylococcus auerus atau keduanya.

Patogen-patogen yang dijumpai pada luka bedah adalah patogen-patogen yang di jumpai

di lingkungan. Oleh sebab itu, informasi mengenai pola regional resistensi obat penting

dalam memilih suatu agen terapeutik. Pada penggunaan topikal dimaksudkan adalah

sediaan yang digunakan pada kulit dengan efek lokal seperti pada sediaan lotion, salep,

dan krim.1,2

Sejarah antibiotik dimulai ketika ditemukannya obat antibiotik

pertama oleh Alexander Flemming yaitu Penicillin-G. Flemming berhasil

mengisolasi senyawa tersebut dari Penicillium chrysogenum syn. P.

notatum. Dengan penemuan antibiotik ini membuka sejarah baru

dalam bidang kesehatan karena dapat meningkatkan angka

kesembuhan yang sangat bermakna. Kemudian terjadilah penggunaan

besar-besaran antibiotik pada saat perang dunia untuk pengobatan

berbagai macam penyakit. Masalah baru muncul ketika mulai

dilaporkannya resistensi beberapa mikroba terhadap antibiotik karena

penggunaan antibiotik yang besar-besaran. Hal ini tidak seharusnya

terjadi jika kita sebagai pelaku kesehatan mengetahui penggunaan

antibiotik yang tepat.1,2

Kemajuan bidang kesehatan diikuti dengan kemunculan obat-

obat antibiotik yang baru menambah tantangan untuk mengusai terapi

medikamentosa ini. Antibiotik tidak hanya dari satu jenis saja.

1

Page 2: TUGAS_REFERAT

Beberapa senyawa-senyawa yang berbeda dan berlainan ternyata

mempunyai kemampuan dalam membunuh mikroba.1,2,3

Semua ini bertujuan akhir untuk meoptimalkan penggunaan

antibiotik yang tepat dan efektif dalam mengobati sebuah penyakit

sekaligus dapat mengurangi tingkat resistensi.2,3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu -anti

(melawan) dan -biotikos (cocok untuk kehidupan). Istilah ini

diciptakan oleh Selman tahun 1942 untuk menggambarkan semua

senyawa yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat

menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Namun istilah ini

kemudian digeser dengan ditemukannya obat antibiotik sinetis.

Penggunaan istilah antimikroba cenderung mengarah ke semua

jenis mikroba dan termasuk di dalamnya adalah antibiotik, anti

jamur, anti parasit, anti protozoa, anti virus, dll. Namun dalam

pembahasan ini hanya membicarakan proses penghambatan

antibiotik dalam membunuh bakteri.1,3,4

Mikroorganisme yang dihambat oleh antibiotik khusunya

adalah bakteri. Maka dari itu antibiotik bersinosim dengan anti-

bakteri. Antibiotik berbeda dengan istilah disinfectant karena

desifektant membunuh kuman dengan cara membuat lingkungan

yang tidak wajar bagi kuman. Sedangkan kerja dari antibiotik

adalah cenderung bersifat Toksisitas Selektif dalam arti dapat

membunuh kuman tanpa merugikan inang.1,3

B. KLASIFIKASI ANTIBIOTIK

Pembagian antibiotik dapat dibagi berdasarkan luasnya

aktivitas antibiotik, aktivitas dalam membunuh serta berdasarkan

2

Page 3: TUGAS_REFERAT

mekanisme obat antibiotik tersebut.

Berdasarkan luasnya aktivitas, antibiotik dibagi menjadi

antibiotik spektrum luas dan spektum sempit. Istilah luas

mengandung arti bahwa antibiotik ini dapat membunuh banyak

jenis bakteri sedangkan sebaliknya, istilah sempit hanya digunakan

untuk membunuh bakteri yang spesifik yang telah diketahui secara

pasti. Penggunaan spektrum luas digunakan apabila identifikasi

kuman penyebab susah dilakukan namun kerugiaanya dapat

menghambat pula bakteri flora normal dalam tubuh.1,4,5

Berdasarkan aktivitas dalam membunuh, antibiotik dibagai

menjadi Bactericidal dan Bacteristatic. Antibiotik yang mempunyai

sifat bakterisidal membunuh bakteri target dan cenderung lebih

efektif serta tidak perlu menggantungkan pada sistem imun

manusia. Sangat perlu digunakan pada pasien dengan penurunan

sistem imun. Yang termasuk baterisidal adalah β-lactam,

aminoglycoside, dan quinolone. Bakteriostatik justru bekerja

menghambat pertumbuhan bakteri dan dapat memanfaatkan

sistem imun host obat bakteriostatik yang khas adalah tetracycline,

sulfonamide, tetracycline, dan clindamycin.1,4,5

Bedasarkan mekanisme kerja, antibiotik dibagi menjadi 5

jenis, yaitu :1,3,4,5

A. Penghambatan sintetis dinding bakteri

B. Penghambat membran sel

C. Penghambatan sintetis protein di ribosom

D. Penghambatan sintetis asam nukleat

E. Penghambatan metabolik (antagonis folat)

Site of action dari masing-masing golongan terdapat

mekanisme kerja, farmakokintetik, farmakodinamik, serta aktivitas

antimikroba yang berbeda-beda. Perbedaan ini menyebabkan

perbedaan kegunaan di dalam klinik Karena perbedaan ini juga

maka mekanisme resisistensi dari masing-masing golongan juga

3

Page 4: TUGAS_REFERAT

mengalami perbedaan.4,5

Gambar 1. Tempat Kerja dari Masing-Masing Golongan Antibiotik

C. RESISTENSI OBAT ANTIBIOTIK

Resistensi obat antibiotik oleh mikroba dapat dibagai menjadi

berikut : 1,3

1. Mikroba menghasilkan enzim yang merusak aktivitas obat.

Misal : Stapilokokus yang resisten terhadap penicillin menghasilkan β-

lactamase yang merusak obat-obat β-lactam

2. Mikroba merngubah permeabilitas terhadap obat.

3. Mikroba mengembangkan suatu perubahan terhadap struktur

sasaran bagi obat

Misal : Berubahnya strukutr protein reseptor pada ribosom 30S

menyebabkan mikroba resisten terhadap golongan aminoglikan.

4. Mikroba mengembangkan perubahan jalur metabolitk yang

dihambat

Misal : Bakteri yang resisten Sulfonamides tidak memerlukan PAB

ekstraseluler dimana awalnya bakteri ini sangat membutuhkannya.

4

Page 5: TUGAS_REFERAT

Mikroba mengembangkan perubahan enzim yang tetap dapat

melakukan fungsi metaboliknya tetapi lebih sedikit dipengaruhi oleh

obat. Asal resistensi-resistensi di atas dapat bersifat genetik maupun

non genetik. Yang non genetik dapat berasal dari berubahnya bentuk

suatu mikroba menjadi inaktif sehingga resisten terhadap obat-obat

yang kerjanya pada proses replikasi bakteri. Sedangkan genetik dapat

diturunkan dari mikroba satu ke keturunannya melalui mutasi

kromosom atau dari satu mikroba ke mikroba lain melalui plasmid.1,3,4

Resistensi silang saja terjadi dari satu jenis antibiotik ke jenis

lain. Misal suatu mikroba resisten terhadap suatu jenis antibiotik

dapat resisten terhadap jenis yang lain. Reaksi silang ini dapat

terjadi pada jenis-jenis yang berhubungan sacara kimia maupun

tidak.4,5,6

D. EFEK SAMPING

Efek samping penggunaan antibiotik dapat dikelompokkan menurut

reaksi alergi, reaksi idiosinkrasi, reaksi toksik, serta perubahan

biologik dan metabolik pada hospes.1,2

1. Reaksi alergi

Reaksi alergi dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik dengan

melibatkan sistem imun tubuh hospes. Terjadinya tidak bergantung

pada besarnya dosis obat. Manifestasi gejala dan derajat beratnya

reaksi dapat bervariasi. Prognosis reaksi seringkali sukar diramalkan

walaupun didasarkan atas riwayat reaksi alergi pasien. Orang yang

pernah mengalami reaksi alergi, misalnya oleh penisilin, tidak selalu

mengalami reaksi itu kembali ketika diberikan obat yang sama.

Sebaliknya orang tanpa riwayat alergi dapat mengalami reaksi alergi

pada penggunaan ulang penisilin. Reaksi alergi pada kulit akibat

penggunaan penisilin dapat menghilang sendiri, walaupun terapinya

diteruskan. Peristiwa ini mungkin berdasarkan pada desensitisasi.

Tetapi pada kejadian reaksi alergi yang lebih berat daripada eksantem

5

Page 6: TUGAS_REFERAT

kulit, sebaiknya terapi antibiotik tersebut dihentikan. Sebab makin

berat sifat reaksi pertama makin besar kemungkinan timbulnya reaksi

yang lebih berat pada pemberian ulang, berupa anafilaksis, dermatitis

eksfoliativa, angioedema, dan lain-lain. 1,2

2. Reaksi idiosinkrasi

Gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secara genetik

terhadap pemberian antibiotik tertentu. Sebagai contoh, 10% pria

berkulit hitam akan mengalami anemia hemolitik berat bila mendapat

primakuin, ini disebabkan mereka kekurangan enzim G6PD. 1,2

3. Reaksi toksik

Antibiotik pada umumnya bersifat toksik selektif, tetapi sifat ini relatif.

Efek toksik pada hospes dapat ditimbulkan oleh semua jenis antibiotik.

Yang mungkin dapat dianggap relatif tidak toksik sampai saat ini

adalah golongan penisilin. Dalam menimbulkan efek toksik, masing-

masing antibiotik dapat memiliki predileksi terhadap organ atau sistem

tertentu pada tubuh hospes. Golongan aminoglikosida pada umumnya

bersifat toksik terutama terhadap nervus octavus. Golongan tetrasiklin

cukup terkenal dalam mengganggu pertumbuhan jaringan tulang,

termasuk gigi, akibat deposisi kompleks tetrasiklin kalsium ortofosfat.

Dalam dosis besar obat ini bersifat hepatotoksik, terutama pada pasien

pielonefritis dan pada wanita hamil. Di samping faktor jenis obat,

berbagai faktor dalam tubuh juga dapat menentukan terjadinya reaksi

toksik, antara lain fungsi organ/sistem tertentu sehubungan dengan

biotransformasi dan ekskresi obat. 1,2

4. Perubahan biologik dan metabolik

Pada tubuh hospes, baik yang sehat maupun yang menderita infeksi,

terdapat populasi mikroflora normal. Dengan keseimbangan ekologik,

populasi mikroflora tersebut biasanya tidak menunjukkan sifat

6

Page 7: TUGAS_REFERAT

patogen. Penggunaan antibiotik terutama yang berspektrum luas

dapat mengganggu keseimbangan ekologik mikroflora sehingga jenis

mikroba yang meningkat jumlah populasinya dapat menjadi patogen.

Gangguan keseimbangan ekologik mikroflora normal tubuh dapat

terjadi di saluran cerna, napas, saluran kelamin dan pada kulit. Pada

beberapa keadaan perubahan ini dapat menimbulkan superinfeksi,

yaitu suatu infeksi baru yang terjadi akibat terapi infeksi primer

dengan suatu antibiotik. Mikroba penyebab superinfeksi biasanya ialah

jenis mikroba yang menjadi dominan pertumbuhannya akibat

penggunaan antibiotik berspektrum luas, khususnya tetrasiklin. 1,2

1. GOLONGAN INHIBITOR SINTETIS DINDING BAKTERI

Bakteri mempunyai lapisan luar yang kaku yang disebut

dinding sel. Dinding sel terdapat pada baik bakteri yang gram (+)

maupun bakteri gram (-). Dinding ini berfungsi mempertahankan

bentuk sel dari perbedaan tekanan osmotic internal dan eksternal

yang sangat tinggi. Pada kedua bakteri mempunyai suatu lapisan

yang bernama Peptidoglycan. Lapisan ini berfungsi mensintetis

dinding bakteri melalui reaksi yang disebut TRANSPEPTIDASI.

Lapisan ini lebih tebal pada bekteri gram (+) dan pada gram (-) di

antara peptidoglycan dan dinding terdapat lapisan membran lemak

sehingga terdapat gambaran membran bilayer.5,6

Preoses penghambatan sintetis dinding bakteri dapat melalui

2 jalur. Jalur pertama berasal dari penghambatan proses

transpeptidasi. Semua obat β-lactam dapat menghambat proses ini.

Yang termasuk dalam antibiotik β-lactam adalah golongan Penicillin,

Cephalosporins, Carbapemems, dan Monobactam. Jalur berikutnya

melalui penghambatan sintetis peptidoglycan. Yang termasuk jalur

kedua ini adalah Vancomycin dan Bacitracin. Pembagian kelompok

ini dapat dilihat pada gambar di bawah. 5,6

7

Page 8: TUGAS_REFERAT

Gambar 2. Bagan Pembagian Antibiotik Golongan Inhibitor Sintetis Dinding Bakteri

I.1 PENICILLIN

Penicillin yang paling terkenal dan pertama ditemukan adlah

penicillin-G yang ditemukan oleh Flamming pada 1929. Senyawa ini

dihasilkan dari pembenihan spesies Penisillium notatum. Sifat dari

penicillin-G adalah kepekaannya terhadap penghacuran cincin β-

lactam oleh senyawa β-lactamase dan tidak aktif secara relative

terhadap kebanyakan bakteri gram negatif. Pengembangan

terhadap Penicillin menghasilkan turunan-turunan penicillin yang

lebih stabil terhadap asam dan aktif terhadap bakteri gram (-)

maupun gram (+).1,5,6

8

Page 9: TUGAS_REFERAT

1. Struktur kimia

Semua Penicillin mempunyai struktur dasar yang sama.

Terdapat cincin Beta lactam yang dikelilingi oleh cincin

tiazolodin. Beberapa turunan Penicillin didapatkan dengan

menambahkan senyawa lain pada gugus R. Struktur penicillin

dapat dilihat pada gambar.3,5,6

Gambar 3. Struktur dasa Penicillin. Terdapat cincin β-lactam (kiri) yang dikelilingi cincin tiazolid (kanan).

2. Resistensi

Mekanisme resistensi terhadap Penicillin dapat dibagi

dalam beberapa mekanisme : 6,7

a. Bakteri-bakteri tertentu seperti Staphylococcus aureus,

beberapa Haemophilus influenzae dan gonokokus

menghasilkan senyawa β-lactamse yang memecah cincin β-

lactam. Kontrol pembentukan β-lactamase dikontrol oleh

kromosom dan plasmid. Nafcillin tahan terhap β-lactamase

karena cincin β-lactam dilindungi oleh rantai samping R’.

b. Beberapa mikroba kurang mempunyai reseptor spesifik dan

kurangnya permeabilitas terhadap β-lactam.

c.Organisme yang dormant seperti Mycoplasma L resistant

terhadap penicillin karena tidak mensintetis peptidoglycan.

Zat-zat penghambat β-lactamase seperti clavulanic acid,

sulbactam dan, tazobactam dapat menghambat aktivitas β-

9

Page 10: TUGAS_REFERAT

lactamase yang dihasilkan bakteri yang resisten. Pemberian

tunggal obat ini kurang menunjukkan aktivitas antibakteri.

Namun kombinasi obat ini dengan obat-obat β-lactam, misalnya

clavulanic acid dan amoxcillin dapat efektif terhadap infeksi

saluran pernafasaan oleh H influenza penghasil β-lactamase.1,6,7

3. Farmakokinetik

Absorpsi peroral berbeda-beda dari masing-masing obat

penicillin tergantung dari kestabilan asam dan ikatan

proteinnya. Pemberian minimal harus diberikan 1 jam sebelum

atau sesudah makan untuk mengurangi ikatan pada makanan.

Absorpsi parenteral biasanya cepar. Pemberian IM sering

menimbulkan iritasi dan nyeri pada tempat suntikan. Pemberian

IV bolus intermittent dengan tetesan kontinue cenderung

disukai.2,3,7,8

Penicillin tidak larut dalam sel dan tidak masuk dalam sel

inang. Pemberian 6 gr perhari dapat menghasilkan kadar 1-6

μg/ml dalam darah. Penicillin yang terikat kuat pada protein

(oxacillin, dicloxacillin) menghasilkan kadar obat bebas yang

lebih rendah daripada yang terikat lemah (Ampicillin, Penicillin-

G). 2,3,7,8

Kadar penicillin pada jaringan setara dengan yang ada di

serum. Pada mata, protat, dan susunan syaraf pusat kadar ini

lebih rendah daripada di serum. Namun pada cairan serebospinal

kadar dapat mencapai 0,2 μg/mL jika diberikan 6 gr parenteral

sehingga tidak diperlukan suntika intratekal. 2,3,7,8

Ekskresi dilakukan kebanyakan oleh ginjal. Sekitar 10%

diekskresi di glomerulus dan 90% melalui tubulus dengan

kecepatan 2 gr/jm kecuali nafcillin dimana 80% diekskresi di

dalam saluran empedu. Waktu paruh Penicillin-G adalah ½-1 ja

dan pada gagal ginjal dapat mecapai 10 jam. Ampicillin

10

Page 11: TUGAS_REFERAT

diekskresi lebih lama. Sekresi di tubulus dapat dihambat dengan

pemberian probensid dan digunakan pada jika ingin mncapai

kadar sistemik dan cairan serebospinal yang tinggi. Pada

neonantus pemberian ini lebih lambat. Ekskresi juga dapat

melalui sputum dan air susu dan dapat menimbulkan alergi pada

bayi yang menyusui. 2,3,7,8

4. Kegunaan Klinik

Obat ini dikenal karena paling luas kegunaannya. Semua

penicillin oral harus diberikan minimal 1 jam sebelum/sesudah

makan.

a. Penicillin-G

Obat ini masih digunakan pada infeksi pneumococcus,

streptococcus, meningococcus, staphilococcus yang tidak

menghasilkan β-lactamase, gonococcus, Treponema pallidum,

Bacillus anthracic dan bakreti gram (+) lainnya, clostridium,

actinomyces, listeria, dan bacterioid. Kebanyakan dosis yang

digunakan adalah dosis sehari (6 gram) dan umumnya

diberikan secara bolus intermittent IV. Penicillin-V

diindikasikan pada infeksi ringan saluran pernafasan dengan

dosis harian 1-4 g. Pemberian oral tidak boleh diberikan

terhadap infeksi yang berat.8,9

b. Benzathine Penicillin

Obat ini berbentuk garam yang mempunyai kelarutan

dalam air yang sangat rendah dan menghasilkan kadar

rendah tetapi bertahan lama. Kegunaannya adalah diberikan

secara 1,2 juta unit IM untuk profilaksi reinfeksi streptokokus

selama 3-4 minggu.1,8,9

c. Ampicillin, Amoxicillin, carbenicillin, Ticarcillin, Piperacillin,

mezlocillin, Azlocillin

Obat ini berbeda dengan penicillin-G karena punya

akitivitas lebih besar terhadp bakteri gram (-). Ampicillin dan

11

Page 12: TUGAS_REFERAT

amoxicillin mempunyai aktivitas sama. Namun amoxicillin

lebih mudah diserap dalam usus. Diberikan secara oral untuk

ISK oleh bakteri koliformis gram (-) dan infeksi bakteri

campuran saluran nafas (sinusitis, otitis, bronchitis). Dosis

yang diberikan adalah 250-500 mg 3x sehari. Obat ini kurang

efektif terhadap enterobacter, pseudomonas dan

gastroenteritis salmonella noninvasive.1,8,9

Carbenicillin lebih efektif terhadap pseudomonas dan

proteus namun lebih cepat menjadi resisten. Pemberian

dengan dosis 12-30g/hari IV biasanya diberikan berkombinasi

dengan antibiotik golongan lain untuk pengobatan sepsis

pseudomonas pada luka baker.1,8,9

Ticarcillin menyerupai carbenicillin tetapi dosisnya

lebih rendah (200-300mg/kg/hari). Obat yang lain mempunyai

aktivitas yang kebanyakan sama.1,8,9

d. Penicillin yang resisten terhadap β-lactamase

Golongan yang resisten terhadap β-lactamase adalah

Oxacillin, Cloxacillin, Dicloxacillin, dan Nafcillin. Indikasi

penggunaan hanya digunakan pada infeksi staflokokus

penghasil β-lactamase. Dosis yang digunakan adalah 0,25-0,5

g setiap 4-6 jam peroral. Untuk infeksi yang berat diberikan 8-

12 g/hari nafcillin intermittent bolus IV tiap 2-4 jam (1-2 g tiap

pemberian). Methicillin jarang digunakan karena bersifat

nefrotoksis.3,6-9

5. Efek Samping

a. Hipersensitivitas

b. Neurotoksis pada dosis tinggi (>20.000 unit intratekal atau

>20juta parenteral)

c. Dyspepsia

d. Nefrotoksis (Methycillin)

12

Page 13: TUGAS_REFERAT

e. Gangguan pendarahan (Cabenicillin).1,8,9

I.2 CEPHALOSPORIN

Cephalosporin dihasilkan oleh jamur Cephalosporium.

Senyawa ini mirip dengan Penicillin namun lebih resisten terhadap

β-Lactamase dan cenderung lebih aktif terhadap bakteri gram (+)

maupun gram (-).1

1. Struktur Kimia

Strutur ini mirip dengan penicillin yaitu adanya cincin β-

Lactam tetapi dilekati cincin dihydrithiazide dan terdapat

gugusan R1 dan R2 yang memungkinkan untuk dibuat turunan-

turunan cephalosporin dengan aktivitas yang lebih tinggi dan

toksisitas yang lebih rendah.1,7,9,10

Gambar 4. Struktur kimia cephalosporin

2. Aktivitas Antimikroba dan Resistensi

Aktivitas dan cara kerja antimikroba beserta mekanisme

resistensi cephalosporin analog dengan penicillin. 1,7,9,10

a. Cephalosporin Generasi Pertama

Yang termasuk obat ini adalah Cefadroxil (Duricef),

Cephradrin, Cephalotin (cephalothin; Keflin), Cephalexin,

(Keflex), Cephapirin (cephapirin; Cefadryl). 1,7,9,10

a.1 Aktivitas Antimikroba

Obat ini sangat aktif terhadap kokus gram positif seperti

13

Page 14: TUGAS_REFERAT

pneumokokus, streptokokus viridan, gourp streptokokus A

hemolitikum dan S aureus. Gram negatif yang juga dapat

dihambat antara lain E. coli, Klebsiella pneumoniae, dan Proteus

mirabilis. Kokus anaerob (Peptococcus, Peptostreptococcus)

biasanya sensitif kecuali B fragilis.1,3,5

a.2 Farmakologi dan Dosis

Oral : Cefalexin, Cefradrin, dan Cefadroxil diabsorpsi di

usus bervariasi. Pemberian 500 mg peroral hanya menghasilkan

kadara 15-20 μg/mL. Kadar dalam urin biasanya sangat tinggi

namun di jaringan biasanya kadarnya lebih rendah. Dosis

Cefalexin dan cefadrin diberikan 4 x 0,25-0,5 g dan cefadroxil

diberikan 3 x 0,5-1 g. Ekskresi terutama di urin dan dapat

dihambat dengan pemberian probenesid. Pada penderita gagal

ginjal dosis harus dikurangi.1,3,5

IV : infus IV diberikan sebanyak 1 gram dan mencapai

kadar puncak cefazolin sebanyak 90-120 μg/mL, cefalotin dan

cefazolin sebanyak 40-60 μg/mL, Dosisnya untuk Cefazolin 1-2

g /8 jam, cefalotin dan cefapirin adalah 1-2 g/6 jam.1,3,5

IM : jarang dilakukan.1

a.3 Penggunaan Klinik

Walau obat ini punya spectrum luas dan tidak terlalu

toksis, namun obat ini jarang digunakan selain sebagai obat

alternative untuk beberapa infeksi. Dapat digunakan untuk ISK,

luka kecil yang terdapat stafilokokus, dan infeksi ringan lainnya.

Untuk profilaksis pembedahan, Cefazolin lebih banyak digunakan

karena lebih murah serta dapat mengurangi resistensi terhadap

obat lain. Jangan digunakan untuk pengobatan infeksi berat.

Cephalosporin generasi pertama tidak dapat melakukan pentrasi

ke SSP dan tidak bisa digunakan untuk pengobatan

14

Page 15: TUGAS_REFERAT

meningitis.1,3,5

b. Cephalosporin Generasi Kedua

Contoh dari cephalosporin generasi kedua adalah cefaclor

(Keflor, Raniclor), cefamandol, cefmetazole, cefodoxim, cefonicid

(monocid), cefoxitin, cefprozil (cefzil), cefotetan, cefuroxime

(ceftin).5,7,9,10

b.1 Aktivitas Antimikroba

Aktivitas obat ini biasanya mirip dengan generasi pertama

namun mempunyai spektrum yang lebih luas terhadap bakteri

gram (-) : enterobacter, Klebsiella, dan Proteus indol-positif.

Untuk pengobatan H influenza cefamandol, cefuroxime,

cefonicid, dan ceforanid lebih efektif. Untuk pengobatan B fragilis

justru cefoxitin, cefmetazole, dan cefotetan lebih efektif. Semua

generai kedua tidak aktif terhadap enterokokus dan P

aeruginosa. 5,7,9,10

b.2 Farmakologi dan Dosis

Oral : Cefaclor, cefuroxim, cefprozil dapat diberikan peroral.

Dosis untuk dewasa biasanya 10-15 mg/kg/hari diberikan dalam

2-4 dosis terbagi. 5,7,9,10

IV : Setelah 1 gr IV dapat menghasilkan kadar serum 75-125

μg/mL. 5,7,9,10

IM : Biasanya sangat sakit. Pada gagal ginjal dibutuhkan

penyesuaian dosis 5,7,9,10

b.3 Penggunaan Klinik

Karena aktivitasnya terhadap H influenza, Cefaclor sering

digunakan untuk sinusitis dan otitis media pada pasien alergi

atau tidak ada respon terhadap Ampicillin. Hanya cefuroxim

15

Page 16: TUGAS_REFERAT

yang dapat menembus sawar otak. Cefoxitin, cefmetazole, dan

cefotetan yang efektif terhadap B fragilis dapat digunakan untuk

infeksi bakteri anaerob tersebut seperti peritonitis dan

divertikulitis.6,9,10

c. Cephalosporin Generasi Ketiga

Yang termasuk generasi ke 3 cephalosporin adalah

cefixime, cefotaxime, Ceftazidime, ceftizoxime, ceftriaxone, dan

moxalaktam. 6,9,10

c.1 Aktivitas Antimikroba

Yang khas untuk generasi ketiga adalah mencangkupi gram

negatif yang luas dan dapat menembus sawar otak. Selain itu

secara menetap generasi ketiga juga aktif terhadap enterobacter

citrobacter, S marcescens, dan Providencia, serta Haemophilus

dan Neisseria penghasil β-Lactamase. 6,9,10

c.2 Farmakologi dan Dosis

Kadar dalam darah adalah 60-140 μg/mL setelah

pemberian infus IV 1 gram. Kadar ini akan sama di semua

jaringan dan dapat mencapai sistem syaraf pusat. 6,9,10

Waktu paruh untuk ceftriaxone (7-8 jam) setelah

pemberian 15-30 g/kg/hari dibagi dalam dosis tiap 12-24 jam,

namun pada meningitis dosis ini diberikan setiap 12 jam. Obat

lain punya waktu paruh 1-1,7 jam dapat disuntikan setiap 6-8

jam dengan dosis 2-12 gram/hari. 6,9,10

Ekskresi utama melalui empedu, jadi pada gagal ginjal

obat ini memerlukan penyesuaian dosis. 6,9,10

c.3 Penggunaan Klinik

Karena penetrasi ke sawar otak, obat generasi ketiga

sering digunakan untuk mengobati meningitis termasuk yang

16

Page 17: TUGAS_REFERAT

disebabkan oleh meningokokusm H influenza, dan bakteri gram

(-) usus yang rentan. Pada sepsis yang tidak diketahui

penyebabnya obat ini juga sering digunakan.5,6

c.4 Efek Samping

Efek samping terhadap cephalosporin yang dapat muncul pada

umumnya antara lain adalah :5,6

Alergi

Hipoprotrombinemia dan kelainan perdarahan :

diberikan vitamin K 10 mg 2 x seminggu untuk

pencegahan

Disulfiram-like effect (penghambatan metabolisme

alkohol) sehingga jangan dberikan untuk orang

alkoholisme

1.3 Obat β-Lactam Lainnya

Yang termasuk kelas β-Lactam yang lain adalah monobactam dan

carbapenem.1,5,6

a. Monobactam

Obat ini mempunyai cincin β-Lactam monosiklik dan ternyata juga

resisten terhadap β-Lactamase serta aktif terhadap beberpa gram

(-) seperti pseudomonas dan Serratia. Kelemahan obat ini adalah

tidak ada aktivitas terhadap bakteri gram (+) dan bekteri anaerob.

Contoh golongan ini adalah Aztreonam (azactam). Kadar dalam

serum adalah 100 μg/mL setelah pemberian 1-2 gram setiap 8 jam.

Waktu paruh 1-2 jam dan pada gagal ginjal dapat memanjang.1,2,5,6

b. Carbapenem

Obat ini adalah obat baru dengan cincin β-Lactam. Contohnya

adalah Imipenem. Obat ini mempunyai spektrum luas terhadap

bakteri gram (+), gram (-), dan anaerob. Obat ini juga punya

17

Page 18: TUGAS_REFERAT

kelebihan resisten terhadap β-Lactamase. Namun obat ini

diinaktifkan di tubulus sehingga konsentrasi dalam urin menjadi

rendah. Penetrasi baik di jaringan tubuh dan cairan serebrospinal.

Dosis biasanya 0,5-1 gram IV setiap 6 jam (waktu paruh 1 jam). 1,2,5,6

Kegunaan secara pasti belum ditentukan namun mungkin

digunakan atas pengobatan terhadap infeksi yang telah resisten.

Sejak Pseudomonas cepat menjadi resisten terhadap imipenem,

pemberian kombinasi obat ini dengan aminoglican perlu dilakukan. 1,2,5,6

Efek samping masih terbatas pada mual, muntah, diare, dan kulit

kemerahan serta pada gagal ginjal gejala ini semakin terlihat. 1,2,5,6

c. Vancomycin

Vancomycin dan bacitracin merupakan penghambat sintetis dinding

sel namun bukan termasuk golongan β-Lactam. Vancomycin

dihasilkan oleh Sterptomyces. Obat ini aktif terhadap bakteri gram

(+) khususnya staphylococcus. 1,2,5,6

c.1 Struktur Kimia

Struktur kimia vancomycin terdiri dari suatu glicopeptida dengan

erat molekul 1500 larut dalam air dan stabil. Mekanisme obat ini

adalah penghambatan sintetis peptidoglican di tingkan membrane

sel. 1,2,5,6

c.2 Aktivitas Antimikroba

Vancomycin bersifat bakterisid untuk gram (+) pada konsentrasi

0,5-3 μg/mL. Banyak staphylococcus yang sudah resisten terhadap

nafsilin dapat dibunuh dengan obat ini serta resistensi vancomycin

terjadi sangat lambat dan jarang. 1,2,5,6

c.4 Farmakokinetik

Vancomycin tidak diabsopsi di usus. Pengobatan peroral digunakan

untuk mengobati enterokolitis. Pemberian IV dengan dosis 0,5 gram

18

Page 19: TUGAS_REFERAT

dapat mencapai kadar serum 10-20 μg/mL (waktu paruh 1-2 jam).

Ekskresi dilakukan oleh ginjal. 1,2,5,6

c.5 Penggunaaan Klinik

Indikasi Vancomycin adalah untuk sepsis atau endocarditis yang

disebabkan oleh staphylocoocus yang sudah resisten terhadap obat

lain dengan dosis 0,5 gram IV tiap 6-8 jam. Pengobatan peroral

dengan dosis 0,125-0,5 gram tiap jam digunakan untuk enterokolitis

terutama Clostridium difficle. 1,2,5,6

c.6 Efek Samping

Jarang terjadi efek samping. Flebitis pada tempat suntikan dan

demam mungkin terjadi. Gejala flushing yang luas dapat juga

terjadi (red man syndrome). 1,2,5,6

E. Bacitracin

Bacitracin merupakan campuran polipeptida siklik yang

dihasilkan dari Tracy Bacillus subtilis. Aktif terhadap mikroba gram

(+). Karena efek toksisnya yang sistemik bacitracin jarang

digunakan.2,10,11

Aktivitas obat ini sama seperti vancomycin yaitu untuk gram (+)

khususnya staphylococcus. Obat ini susah diabsorpsi di usus ,kulit,

mukosa, atau yang lain jadi sering digunakan untuk pengobataan

topical dengan dosis 500 unit/gram untuk menekan lesi permukaan

kulit, pada luka, atau pada mukosa. 2,10,11

Efek sampingnya adalah kerusakan ginjal secara mencolok,

menyebabkan proteinuria, hematuria, dan retensi nitrogen sehingga

suah tidak digunakan. Reaksi alergi pada penggunakan topikal

jarang terjadi. 2,10,11

II. GOLONGAN INHIBITOR SINTETIS PROTEIN

Telah dibuktikan secara klinik bahwa Tetracyclin,

amonoglycoside, Chloramphenicol, Macrolides, dan Lyncomicin

19

Page 20: TUGAS_REFERAT

dapat menghambat sintetis protein melalui kerja di ribosom. Sel

bakteri secara umumnya mempunyai beberapa tipe ribosom antara

lain ribosom 30S, ribosom 50S, dan ribosom 70S. Ribosom 80S yang

terdapat manusia, tidak terdapat pada bakteri sehingga golongan

obat ini.1.7.9.10

II.1 Penghambat Sintetis Protein Di Ribosom

20

Page 21: TUGAS_REFERAT

Gambar 5. Bagan pembagian golongan obat penghambat sintetis protein

Kerja penghambatan di masing-masing ribosom mempunyai

mekanisme yang berbeda. Golongan yang beraksi di ribosom 30S

dan 70S adalah golongan tetracycline dan amiglycoside. Sedangkan

golongan lain beraksi di ribosom 50S. Penghambat sintetis protein

terbagi dalam 5 kelompok yaitu : Tetracyclin, Amoniglycoside,

Macrolide, Chloramphenicol, dan Lyncomycin. 1.7.9.10

a. Tetracycline

Tetracycline yang pertama kali ditemukan adalah

chlortetracycline yang diisolasi dari Streptomycecs aureofaciens. 1.7.9.10

a.1 Struktur Kimia

Semua tetracycline mempunyai struktur yang sama. Obat ini

tersedia sebagai hidroklorida yang lebih larut. Larutan tersebut

bersifat asam dan mudah berikatan erat dengan ion-ion logam

bervalensi 2 dan dapat mengganggu absorpsi dan aktivitas. 1.7.9.10

Gambar 6. Struktur kimia tetracyclines

a.2 Aktivitas Antimikroba

Tetracycline cenderung merupakan antibakteri spektrum

luas. Bersifat bakteristatik baik untuk gram (+) dan gram (-) ,

bakteri anaerob, riketsia, clamidia, micoplasma, serta untuk

21

Page 22: TUGAS_REFERAT

beberapa protozoa misalnya amuba. 1.7.9.10

Tetracyclin memasuki mikroba melalui difusi pasif dan

transport aktiv sehingga pada mikroba yang rentan terdapat

penumpukan obat ini di dalam sel. Tetracycline kemudian terikat

reversible ke reseptor pada subunit 30S ribosom dalam posisi

yang menghambat pengikatan aminoasil-tRNA ke tempat

akseptor pada komplek mRNA ribosom. Efek lanjut adalah

mencegah penambahan asam amino baru ke rantai peptide yang

tumbuh. 1.7.9.10

a.3 Resistensi

Resistensi muncul dengan perubahan permeabilitas pasif

dan juga tidak adanya transport aktif terhadap tetracycline.

Resistensi ini muncul dipengaruhi genetik. Kontrol resistensi oleh

plasmid juga dapat resisteni terhadap obat golongan lain.

Penggunaan secara luas tetracycline bertanggung jawab

terhadap resistensi terhadap obat lain. 1.7.9.10

a.4 Farmakokinetik

Absopsi tetracycline di usus bervariasi antara beberapa

obat. Beberapa ada yang tetap di usus dan dikeluarkan di tinja.

Obat chlortetracycline hanya 30% diasorpsi. Jenis lain hanya 60-

80% untuk oxytetracycline dan demeclocycline, 90-100% untuk

doxycycline dan minocycline. Absorpsi paling baik di usus halus

bagian atas dan baiknya pada saat tidak makan karena dapat

diganggu jika ada kation bervalensi dua (Ca2+, Mg2+, Fe2+),

terutama dalam susu dan antasida. Pemberian parenteral

tetracycline biasanya diracik dengan buffer khusus. 1.7.9.10

Dalam darah terjadi ikatan protein berbagai tetracycline

sebesar 40-80%. Dengan dosis oral 500 mg tiap 6 jam dapat

mencapai kadar 4-6 μg/mL untuk tetracycline hydrochlorid dan

22

Page 23: TUGAS_REFERAT

oxytetracycline. Doycycline dan minocycline agak lebih rendah.

Suntikan IV membuat kadar lebih tinggi untuk sementara waktu.

Distribusi tidak dapat mencapai cairan serebrospinal. Minosiklin

khas karena konsentrasi yang tinggi di air mata dan air liur.

Tetracycline dapat melintasi plasenta dan air susu. 1.7.9.10

Ekskresi terutama di empedu dan urin. Di empedu

ekskresinya lebih banyak dan mungkin diabsorpsi kembali di

usus untuk mempertahankan kadar di serum. Sekitar 50% jenis

tetracycline diekskresi di glomerulus ginjal dan dipengaruhi oleh

keadaan gagal ginjal. Doxicycline dan minocycline diekskresi

lebih lambat sehingga di dalam serum lebih lama. 1.7.9.10

a.5 Kegunaan Klinik

Tetracycline merupakan obat spektrum luas pertama dan

telah digunakan sewenang-wenang. Merupakan obat terpilih

untuk infeksi Mycoplasma pneumoniae, Clamidia, serta ricetsia.

Obat ini juga berguna untuk infeki bakteri campuran infeksi

saluran pernafasan misalnya sinusitis dan bronchitis. Dapat

digunakan untuk infeksi Vibrio dan kolera namun resistensi telah

dilaporkan. 1.7.9.10

Tetracycline efektif untuk infeksi infeksi melalui hubungan

seksual yang disebabkan clamidia. Doxycycline efektif terhadap

leptospirosis. Untuk protozoa yang dapat dihabat oleh

tetracycline adalah Entamoeba hitolitika atau Plasmodium

falciparum (Doxicycline). 1.7.9.10

a.6 Efek Samping

Efek samping yang bisa timbul antara lain : 1.7.9.10

Efek samping pencernakan seperti mual, muntah dan

diare karena engubah flora normal. Hal ini

merupakan alasan penghentian dan pengurangan

23

Page 24: TUGAS_REFERAT

pemberian tetracycline.

Penumpukan di tulang dan gigi tetracycline sering

terjadi. Kontra indikasi pemberian pada ibu hamil

karena dapat menumpuk di gigi janin yang

menyeabkan kekuning-kuningan pada gigi serta

penumpukan di tulang yang menyebabkan gangguan

pertumbuhan pada janin dan anak umur dibawah 8

tahun.

Hepatotoksis juga dapat diberikan jika diberikan

pada dosis besar atau telah terjadi insuficiensi hepar

sebelumnya.

Trombosis vena dapat terjadi pada pemberian IV.

Hiperfotosensitif terutama demeclocycline.

Reaksi vestibular seperti pusing, vertigo, mual,

muntah (minocycline) .

b. Aminoglycoside

Aminoglycoside berasal dari berbagai spesies Streptomyces.

Sampai saat ini yang masuk kelompok ini adalah Stretomycin,

neomycin, gentamycinm dan lain-lain. Semua obat ini menghambat

sintetis protein dan punya kelemahan dalam berbagai macam

resistensi. Semua aminoglykoside punya potensi ototoksis dan

nefrotoksik.

Penggunaan pada umumnya digunakan terhadap bakteri enteric

gram (-) terutama pada bakteriemia, sepsis, atau endocarditis. 11,12

b.1 Struktur Kimia

Aminoglycoside memiliki inti heksosa di samping streptidin

atau deoxistreptamin. Dimana gula amino terikat dengan ikatan

glikosida. Aminoglycoside larut dalam air, stabil dalam larutan

dan lebih aktif dalam keadaan pH alkali daripada asam. 11,12

24

Page 25: TUGAS_REFERAT

Gambar 7. Struktur kimia Aminoglycoside secara umum

b.2 Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja aminoglycoside adalah pernghambatan

irreversible sintetis protein. Diawali dengan proses tranpot aktif

yang bergantung pada oksigen sehingga tidak efektif terhadap

kuman anaerob. Proses selanjutnya adalah berikatan dengan

subunit 30S ribosom. Proses sintetis dihambat degan cara

mengganggu “komplek awal” pembentukan peptide,

menginduksi kesalahan baca mRNA, serta pemecahan polisom

menjadi monosom yang tidak berfungsi. 11,12

b.3 Resistensi

Ada 3 mekanisme resistensi yang telah diketahui antara

lain : 11,12

Adanya enzim yag menginaktifasikan aminogycoside

dengan adenilasasi, asetilasi, dan fosforilasi.

Perubahan permeabilitas

Perubahan reseptor di ribosom

b.4 Kelompok Obat Aminoglycosida

b.4.1 Streptomycin

25

Page 26: TUGAS_REFERAT

Streptomycin dihasilkan dari Streptomyces grieus. Turunannya adalah

dihidrostreptomycin. Aktivitas antibakteri dan resistensi masih sama

dengan jenis yang lain. Streptomycin efektif untuk mikobakteria dan

beberapa spesies lain (infeksi pes, tularemia, dan bruselosis dengan

dosis 1 gram/hari ) serta pengobatan kombinasi untuk memperkuat

efektifitas antibakteri yang lain. Efek Samping yang bias timbul adalah

alergi dan gangguan vestibular-vertigo dan keseimbangan. 11,12

b.4.2 Gentamicin dan Tobramycin

Baik gentamycin dan tobramycin efektif terhadap gram (+) dan

gram negatif. Spktrum aktivitas kedua obat ini sama dengan

menghambat banyak strain stafilokokus, koliform, dan bakteri gram (-)

lainnya. Kombinasi yang efektif adalah dengan dengan karbenisilin

atau tikarsilin untuk pengobatan pseudomonas, proteus, enterobacter,

dan klebsiella. Namun banyak sterptokokus resisten terhadap

gentamycin. 11,12

Pemberian IM atau IV gentamycin atau tobramycin biasanya

digunakan untuk infeksi berat (sepsis) pseudomonas, enterobacter,

proteus yang telah resisten dengan obat lain. Dengan dosis 5-7

mg/kg/hari IM atau IV obat ini dipadukan dengan cephalosporin atau

penicillin untuk pengobatan yang lebih efektif. Kombinasi dengan

penicillin-G dapat digunakan untuk endocarditis yang disebabkan oleh

S viridans dan S faecalis. Gentamycin 0,1-0,3% dalam krim atau obat

salep sering digunakan untuk luka bakar, luka, dan lesi kulit yang

terinfeksi. Efek samping kedua obat analog dengan aminoglycoside

lain, seperti nefrotoksisitas dapat terjadi. 11,12

b.4.3 Kanamycin dan Neomycin

Kedua obat ini juga berhubungan erat karena mempunyai

resistensi silang yang lengkap. Neomycin susah diasorpsi secara oral,

ekskresi terutama di glomerulus. Penggunaan secara perenteral obat

26

Page 27: TUGAS_REFERAT

ini telah lama dihindari karena efek nefrotoksis dan ototoksis yang

jelas setelah pemberian. Peggunaan paling sering adalah untuk topical

atau suntikan ke dalam sendi, rongga pleura, atau rongga abses

dimana ada infeksi. Penggunaan peroral masih digunakan untuk

mengurangi flora usus sebelum pembedahan. 11,12

b.4.4 Amikacin

Amikacin merupakan turunan dari kanamycin yang kurang toksis

namun lebih resisten terhadap enzim penginaktif gentamycin sehingga

digunakan terapi kedua setelah gentamycin. Penggunaan amikacin

efektif untuk banyak bakteri Proteus, Pseudomonas, Enterobacter, dan

Serratia.1,5,7,8

b.4.5 Netilmycin

Keuntungan Netilmycin adalah obat ini cenderung lebih tahan

terhadap kerusakan yang ditimbulkan oleh bakteri yang resisten

terhadap gentamycin dan tobramycin. Indikasi terutama pada infeksi

iatrofenik serta infeksi yang beresiko untuk terjadi sepsis. 1,3,4

c. Macrolide

Macrolides termasuk golongan senyawa yang mempunyai cincin

makrolide. Contoh obat ini yang terkenal adalah erythromycin.

Penggunaan macrolide terbatas pada infeksi korinebakterium,

klamidia, mycoplasma dan legionella. Contoh macrolide adalah

Azitromycin, Clarithromycin, Erythromycin, dan Spiramycin.1,3,4

c.1 Erythromycin

Erythromycin merupakan obat macrolide yang dihasilkan dari

Streptomyces erythreus. Aktvitas dapat hilang pada suhu 200C dan pH

asam. Sediaan pada umumnya berupa garam. Erythromycin masih

efektif terhadap organisme gram positif, terutama pneumokokus,

streptokokus,, dan korinebakterium. Organisme lain seperti

27

Page 28: TUGAS_REFERAT

mycoplasma, Clamydia trachomatis, dan Helicobacterium juga peka.

Resistensi dijumpai pada beberapa pneumokokus dan streptokokus

dengan perubahan pada reseptor. Dikontrol dengan genetik dan

plasmid. 1,3,4

Karena tidak tahan asam, erythromycin basa dirusak di dalam

lambung dan pemberian peroral harus diberikan dalam bentuk enteric

coating atau dalam bentuk stearat ester. Dosis peroral 2 g/hari

mencapai kadar serum 2 μg/mL. Sejumlah besar hilang dalam feses.

Distribusi tidak dapat menembus sawar otak. Obat ini menembus

plasenta dan mencapai janin. Ekskresi dilakukan dalam empedu. 1,3,4

Erythromycin digunakan dalam infeksi Corynebacterium (difteri,

sepsis, eritrasma), Infeksi klamedia pada saluran pernafasan,

neonantus, mata, atau genialia, Pneumonia oleh Mycoplasma dan

Legionella. Dosis oral diberikan 0,25-0,5 gram tiap 6 jam. Efek samping

yang bisa muncul berupa anoreksia, mual, muntah, dan sifat toksis

terhadap hepar. 1,3,4

c.2 Spiramycin

Spiramycin punya spectrum yang sama dengan erythromycin

namun lebih lemah. Keutungannya adalah daya penetrasi yang kuat

di jaringan mulut, tenggorokan dan saluran nafas sehingga sering

digunakan untuk ISPA yang sukar dicapai dengan antibiotik lain.1,2,6

d. Chloramphenicol

Chloramphenicol berasal dari isolasi Stretomyces venezuelae. Sifat

kristal chloramphenicol sangat larut dalam alcohol dan sukar larut

dalam air. Namun Chloramphenicol suksinat sangat larut dalam air. 1,2,6

Obat ini mempunyai efek kuat penghambat sintetis protein mikroba.

Obat ini bersifat bakteriostatik untuk kebanyakan bakteri, namun tidak

efektif untuk klamidia. Mekanisme resistensi muncul dengan

28

Page 29: TUGAS_REFERAT

berkurangnya permeabilitas terhadap chloramphenicol dan munculnya

senyawa cholramphenicol acetyltransferase yang dapat

menginaktifasikan obat ini. 1,2,6

Obat ini sangat efektif untuk infeksi antara lain : 1,2,6

Salmonella simtomatik

Infeksi serius H influenza seperti meningitis,

Infeksi meningokokus dan pneumokokus pada

SSP

Infeksi anaerobik pada SSP

Pemberian diberikan secara oral (2 gram/hari) maupun parenteral

(chloramphenicol suksinat 25-5 mg/kg/hari). Obat ini dapat mencapai

SSP dengan kadar yang sama dengan di dalam serum. Obat ini mudah

diinaktifasikan di dalam hati. Ekskresi terutama di tubulus ginjal dab

sebagian kecil di empedu. Dosis tidak perlu dikurangi pada gagal ginjal

namun sangat dikurangi pada gagal hati. 1,2,6

e. Clindamycin / Lyncomycin

Clindamycin merupakan turunan dari lyncomycin. Keduanya

mempunyai aktivitas yang menyerupai erythromycin namun

clindamycin lebih kuat dalam mengatasi infeksi banyak bakteri kokus

gram (+), kecuali enterokokus, Haemopgilusm Niseria, dan

Mycoplasma yang resisten.2,3,5,9

Pemberian secara oral 0,15-0,3 gram tiap 6 jam sedangka untuk IV

diberikan 600 mg tiap 8 jam. Obat ini tidak dapat mencapai SSP.

Ekskresi terutama di dalam hati, empedu dan urin. 2,3,5,9

Indikasi yang penting adalah untuk mengobati infeksi anaerob berat

oleh Bacterioid dan kuman anaerob lainnya. Penggunaan lainnya

sering kali digunakan pada infeksi yang berasal dari saluran genital

wanita seperti sepsis karena keguguran atau abses pelvis. 2,3,5,9

III GOLONGAN INHIBITOR FUNGSI DAN SINTETIS ASAM NUKLEID

29

Page 30: TUGAS_REFERAT

Obat-obat penghambat sintetis DNA terdiri dari 3 golongan

mekanisme yaitu :2

1. penghambat replikai DNA

2. penghambat polymerase rNA

3. penghambat metabolisme nukleotid

Obat golongan inhibitor replikasi DNA bekerja dengan mem-blok

aksi gyrase dan DNA topoisomerase. Sedangkan golongan inhibitor

polymerase menghambat dengan cara berikatan kuat dengan rNA

polymerase. Golongan inhibotor metabolik nukleid seperti Acyclovir

menghambat sintetis DNA dengan cara konversi senyawa ini menjadi

tiphosphate dan menghambat thymidine kinase dan polymerase DNA

sehingga ada penambahan DATP ke dalam DNA dan kekurangan

tymine untuk replikasi DNA. 2,3,5,9

Golongan rifamycin menghambat dengan cara melekat pada enzim

polymerase rNA sehingga DNA yang telah bertrankripsi tidak bisa

diubah menjadi mRNA. Golongan terakhir menghambat DNA girase

sehinga tidak terjadi proses trankripsi pembelahan DNA. 2,3,5,9

Gambar 8. Bagan pembagian golongan penghambat sintetis DNA

30

Page 31: TUGAS_REFERAT

A. Quinolone

Quinolone merupakan turunan obat dari nalidixic acid. Obat-obat

pendahulu quinolone ini mempunyai spektrum yang lebih kecil dan

biasanya digunakan untuk antiseptik saluran kemih. Turunan terbaru

yang mempunyai aktivitas antimikroba lebih baik terbagi menjadi

beberapa generasi, antara lain : 2,3,5,9

Generasi I : cinoxacin, flumequine, nalidixic acid, oxolinic acid,

piromidic acid, pipemidic acid, rosoxacin

Generasi II : ciprofloxacin, enoxacin, fleroxacin, lomefloxacin,

nadifloxacin, norfloxacin, ofloxacin, pefloxacin, rufloxacin

Generasi III : balofloxacin, gatifloxacin, grepafloxacin,

levofloxacin, moxifloxacin, pazufloxacin, sparfloxacin,

temafloxacin, tosufloxacin

Genrasi IV : clinafloxacin, garenoxacin, gemifloxacin, sitafloxacin,

trovafloxacin, prulifloxacin.

Pemberian quinolone diberikan secara oral dan ekskresi terutama di

ginjal. Quinolone sering digunakan dalam infeksi saluran kemih

walaupun disebabkan karena infeksi bakteri yang kebal terhadap

bermacam-macam obat. Norfloxacin 400 mg atau ciprofloxacin 500 mg

diberikan peroral 2 kali sehari. Selain itu juga dapat diberikan untuk

diare infeksi, infeksi tulang, sendi, intra abdominal, serta pada infeksi

mikobakterium. 2,3,5,9

b. Metronidazole

Metronidazole sering digunakan sebagai obat antiprotozoa untuk

pengobatan tricomoniasis, giardia lambia, B coli, serta infeksi

amubiasis lainnya. Namun selain itu metronidazole mempunyai efek

antibakteri trhadap banyak kuman anaerob. Metronidazole diberikan

secara oral dan kemudian tersebar di jaringan tubuh sampai ke

serebrospinal. Ekskresi terutama di urin. Untuk pengobatan infeksi

31

Page 32: TUGAS_REFERAT

anaerob, metronidazole sering digunakan untuk menurunkfan infeksi

pasca operasi apendektomi, bedah kolon, dll. Beberapa infeksi seperti

B fragilis, klstridia kadang-kadang masih menunjukkan respon. 2,3,5,9

c.Rifamyicin

Rifamycin masih terbukti aktif terhadap beberapa kokus gram (+)

dan (-), serta beberapa bakteri enteric, mikobakterium, klamidia, dan

poxvirus. Sayangnya banyak laporan mengenai resistensi bakteri yang

cepat terhadap pengobatan tunggal rifamycin sehingga tidak boleh

diberikan sendiri. Rifamycin diabsopsi baik secara peroral, dan

diekskresikan melalui hati ke dalam empedu. 2,3,5,9

Rifamycin diberikan dengan dosis 600 mg/hari dapat diberikan

untuk pengobatan TB bersamaan dengan pemberian INH, etambutol,

dll. Efek sampingnya menimbulkan warna oranye pada urin, keringat,

air mata yang sebenarnya tidak berbahaya. 2,3,5,9

IV GOLONGAN PENGHAMBAT MEMBRAN SEL

32

Page 33: TUGAS_REFERAT

Gambar 9. Bagan pembagian obat penghambat fungsi membran sel

Yang termasuk golongan obat ini adalah polymyxin, polyenes,

imidazole, dll. Kerja golongan ini adalah mengganggu intregitas

fungisonal membran sitoplasma sehingga terjadi kematian pada

bakteri. Polymyxin bekerja pada membran bakteri gram (-) yang kaya

fosfatidil dan bekerja seperti detergen. Polyenes juga bekerja hampir

sama namun melekat pada jamur karena jamur mengandung

ergosterol sehingga akan terbentuk sebuah pori. Mekanisme lain

ditunjukkan oleh imidazole dengan cara penghambatan sintetis

ergosterol. 2,3,5,9

a. Polymyxin

Polymyxin merupakan golongan polipeptida basa dan aktif terhadap

bakteri gram (-). Obat ini mempunyai efek nefrotoksis yang hebat

sehingga banyak ditinggalkan kecuali polymyxin B dan E. 2,3,5,9

Polymyxin bekerja sebagai bakterisidal dan tidak dapat diabsorpsi

di dalam usus sehingga diberikan secara parenteral. Walaupun begitu

konsentrasi di dalam darah dan jaringan cenderung rendah karena

diikat erat oleh sel-sel mati. Ekskresi terutama di ginjal. 2,3,5,9

Penggunaan polymyxin sekarang dibatasi pada penggunaa topical.

Lerutan polymyxin B 1-10 mg/mL diberikan pada permukaan yang

terinfeksi, atau disuntikkan ke dalam pleura ataupun sendi. Efek

33

Page 34: TUGAS_REFERAT

samping yang ditakutkan pada pemberian sistemik adalah efek

nefrotoksisnya. 2,3,5,9

V. GOLONGAN INHIBITOR METABOLISME

Golongan ni mempunyai efek kerja seperti pada golongan

penghambat sintetis DNA, yaitu penghambatan dalam proses

pembentukan purin. Yang termasuk golongan ini adalah sulfonamide

dan trimetropim. Suatu kombinasi antara golongan sulfonamide –

thrimethropim dapat mengoptimalkan kerja golongan ini dengan

contoh co-tromoxazole. 2,3,5,9

Gambar 10. Bagan pembagian golongan penghambat metabolik

a. Sulfonamide

Sulfonamide secara struktural analog dengan asam p-amino

benzoat (PABA). Obat ini bekerja secara bakteriostatik. Cara kerjanya

adalah pengubahan sulfonamide oleh enzim dihidrofolat sintase

menjadi analog asam folat yang tidak berfungsi. Normalnya enzim

inilah yang bertugas mengubah PABA menjadi asasm dihidrofolat. Jadi

sulfonamide hanya efektif terhadap bakteri-bakteri yang tidak dapat

membuat PABA atau membutuhkan PABA ekstrasel. Resistensi muncul

apabila bakteri tersebut bermutasi memproduksi PABA yang

34

Page 35: TUGAS_REFERAT

berlebihan, perubahan struktur enzim. 2,3,5,9

Sulfonamide kebanyakan diberikan secara peroral dan dapat

didistribusikan ke semua jaringan termasuk ke cairan serebrospinal.

Ekskresi terutama dilakukan oleh glomerulus ginjal dengan kadar

dalam urin bias mencapai 10-20 kali konsentrasi dalam darah. 2,3,5,9

Penggunaan sulfonamide sering digunakan secara peroral untuk

infeksi saluran kemih yang belum diobati sebelumnya, infeks clamidia

pada mata dan saluran genital. Infeksi bakteri seperti streptokokus B-

hemolitikum, meningokokus dulu digunakan namun sekarang sudah

banyak terjadi resisten. 2,3,5,9

Efek samping yang dilaporkan adalah pengendapan sulfonamide di

saluran kemih sehingga dapat menyebabkan obstruksi. Efek ini dapat

dicegah dengan pemberian sulfonamide paling larut. Efek lainnya

adalah gangguan hematopoetik berupa anemia (heolitik atau aplastik)

granulositopenia, trombositopenia, dan reaksi leukomoid. 2,3,5,9

b. Thrimethropim

Thrimethropim bekerja dengan cara penghambatan kerja enzim

asam dihidrofolat reduktase yang bertugas mengubah asam

dihidrofolat menjadi asam tetrahidrofolat. Absorpsi baik melalui usus

dan distribusi luas seperti sulfonamide. Sifatnya lebih larut dalam

lipid.3,5

Pengobatan dengan thrimethropim tunggal dapat diberikan untuk

infeksi saluran kemih akut. Selain itu karena thrimethropim dapat

terakumulasi pada cairan prostate dan cairan vagina, thrimethropim

sering digunakan pada infeksi prostate dan vagina. 3,5

Efek samping serupa dengan sulfonamide berupa gangguan

hematopoetik seperti anemia megaloblastik, leukopenia, dan

granulositopenia. 3,5

c. Co-Trimoxazole

35

Page 36: TUGAS_REFERAT

Gabungan kombinasi antara sulfonamide dan thrimethropim ini

sering kali digunakan. Karena thrimethropim punya kelarutan lipid

yang besar, perbandingan thrimethropi : sulfonamide = 1 : 5 untuk

tiap co-trimoxazole. 3,5

Penggunaan obat ini biasanya berupa pengobatan pilihan untuk

infeksi pneumonia oleh P carinii, entriris karena Shigella dan infeksi

salmonella sistemik setelah resisten terhadap Ampicillin dan

khoramphenicol. Penggunaan lain adalah pengobatan infeksi saluran

kemih dan prostate. 3,5

VI ANTIBIOTIK TOPIKAL

1. Kerusakan Kulit Akut : kerusakan yang masih baru dengan tanda bengkak,

berdarah, melepuh, dan gatal.13

2. Kerusakan Kulit Sub Akut : gangguan fungsi dan struktur kulit, yang telah terjadi

antara 7 30 hari, dengan tanda-tanda antara lain bengkak yang makin parah dan

sudah mempengaruhi daerah sekelilingnya. 13

3. Kerusakan Kulit Kronik : kerusakan yang telah lama terjadi dan hilang serta

timbul kembali, dari beberapa bulan sampai bertahun-tahun. Biasanya kulit

menjadi tebal, keras dan retak-retak. 13

Pemakaian Antibiotik Topikal

Antibiotika topikal memegang peranan penting pada penanganan kasus di bidang kulit.

Efek samping pemakaian antibiotik topikal diantaranya adalah menyebabkan terjadinya

dermatitis kontak alergi / iritan, penetrasinya rendah pada jaringan yang terinfeksi, lebih

cepat terjadi resistensi mikroba, efek toksik (absorbsi sistemik), dan mengganggu flora

normal tubuh. Antibiotika topikal adalah obat yang paling sering diresepkan oleh

36

Page 37: TUGAS_REFERAT

spesialis kulit untuk menangani akne vulgaris ringan sampai sedang serta merupakan

terapi adjunctive dengan obat oral. Untuk infeksi superfisial dengan area yang terbatas,

seperti impetigo, penggunaan bahan topikal dapat mengurangi kebutuhan akan obat oral,

problem kepatuhan, efek samping pada saluran pencernaan, dan potensi terjadinya

interaksi obat. Selanjutnya, antibiotika topikal seringkali diresepkan sebagai bahan

profilaksis setelah tindakan bedah minor atau tindakan kosmetik (dermabrasi, laser

resurfacing) untuk mengurangi resiko infeksi setelah operasi dan mempercepat

penyembuhan luka. Akhir-akhir ini kegunaan antibiotika topikal untuk profilaksis setelah

tindakan minor dipertanyakan dan akan didiskusikan lebih lanjut di bawah ini.8,10,13

Pengobatan Topikal Untuk Akne

Efikasi antibiotika topikal pada pengobatan akne vulgaris dan rosasea berhubungan

langsung dengan efek antibiotika, dan diduga beberapa antibiotika topikal memiliki efek

anti-inflamasi dengan menekan neutrophil chemotactic factor atau melalui mekanisme

lain. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih antibiotika topikal untuk

akne vulgaris karena meningkatnya resistensi terhadap antibiotika yang sering digunakan.

Ini menyebabkan para ahli mencari kemungkinan terapi kombinasi untuk akne vulgaris

yang dapat mengurangi terjadinya resistensi. 8,10,13

Eritromisin

Eritromisin termasuk antibiotika golongan makrolid dan efektif baik untuk kuman gram

positif maupun gram negatif. Antibiotika ini dihasilkan oleh Streptomyces erythreus dan

digunakan untuk pengobatan akne. Eritromisin berikatan dengan ribosom 50S bakteri dan

menghalangi translokasi molekul peptidil-tRNA dari akseptor ke pihak donor, bersamaan

dengan pembentukan rantai polipepetida dan menghambat sintesis protein. Eritromisin

juga memiliki efek anti-inflamasi yang membuatnya memiliki kegunaan khusus dalam

pengobatan akne. Eritromisin tersedia dalam sediaan solusio, gel, pledgets dan salep 1,5

%- 2% sebagai bahan tunggal. Juga tersedia dalam sediaan kombinasi dengan benzoil

peroksida, yang dapat menghambat resistensi antibiotika terhadap eritromisin. Kombinasi

zinc asetat 1,2% dengan eritromisin 4% lebih efektif daripada dengan Clindamisin. 8,10,13

Klindamisin

37

Page 38: TUGAS_REFERAT

Klindamisin adalah antibiotika linkosamid semisintetik yang diturunkan dari linkomisin.

Mekanisme kerja antibiotika ini serupa dengan eritromisin, dengan mengikat ribosom

50S dan menekan sintesis protein bakteri. Klindamisin digunakan secara topikal dalam

sediaan gel, solusio, dan suspensi (lotio) 1% serta terutama untuk pengobatan akne. Juga

tersedia dalam kombinasi dengan benzoil peroksida yang dapat menghambat resistensi

antibiotika terhadap klindamisin. Efek samping berupa kolitis pseudomembran jarang

dilaporkan pada pemakaian klindamisin secara topikal. 8,10,13

Metronidasol

Metronidasol, suatu topikal nitroimidasol, saat ini tersedia dalam bentuk gel, lotio, dan

krim 0,75%, serta sebagai krim 1% untuk pengobatan topikal pada rosasea. Pada

konsentrasi ringan, obat dipakai 2 kali sehari, sedangkan pada konsentrasi yang lebih

tinggi obat dipakai sekali sehari. Metronidasol oral memiliki aktifitas broad-spectrum

untuk berbagai organisme protozoa dan organisme anaerob. Mekanisme kerja

metronidasol topikal di kulit belum diketahui; diduga efek antirosasea berhubungan

dengan kemampuan obat sebagai antibiotika, antioksidan dan anti-inflamasi. 8,10,13

Asam Azelaik

Asam Azelaik adalah suatu asam dikarboksilik yang ditemukan pada makanan (sereal

whole grain dan hasil hewan). Secara normal terdapat pada plasma manusia (20-80

ng/mL), dan pemakaian topikal tidak mempengaruhi angka ini secara bermakna.

Mekanisme kerja obat ini adalah menormalisasi proses keratinisasi (menurunkan

ketebalan stratum korneum, menurunkan jumlah dan ukuran granul keratohialin, dan

menurunkan jumlah filagrin. Dilaporkan bahwa secara in vitro, terdapat aktifitas terhadap

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis, yang mungkin berhubungan

dengan inhibisi sintesis protein bakteri (tempat yang pasti sampai saat ini belum

diketahui). Pada organisme aerobik terdapat inhibisi enzim oksidoreduktif. Pada bakteri

anaerobik terdapat inhibisi pada enzim oksidoreduksi (seperti tyrosinase, mitochondrial

enzymes of the respiratory chain, 5-alpha reductase, dan DNA polymerase). Pada bakteri

anaerob, terdapat gangguan proses glikolisis. Asam Azelaik digunakan terutama untuk

pengobatan akne vulgaris, dan ada yang menyarankan digunakan untuk hiperpigmentasi

38

Page 39: TUGAS_REFERAT

(misalnya melasma), meskipun FDA tidak menyetujui indikasi ini. Asam Azelaik tersedia

dalam sediaan krim 20%.8,10,13

Pengobatan Topikal Pada Infeksi Bakteri Superfisial Mupirosin

Mupirosin, yang dahulu dikenal sebagai asam pseudomonik A adalah antibiotika yang

diturunkan dari Pseudomonas fluorescens. Obat ini secara reversibel mengikat sintetase

isoleusil-tRNA dan menghambat sintesis protein bakteri. Aktifitas mupirosin terbatas

terhadap bakteri gram positif, khususnya staphylococcus dan streptococcus. Aktifitas

obat ini meningkatkan suasana asam. Mupirosin sensitif terhadap perubahan suhu,

sehingga tidak boleh terpapar dengan suhu tinggi. Salep mupirosin 2% dioleskan 3 kali

sehari dan terutama diindikasikan untuk pengobatan impetigo dengan lesi terbatas, yang

disebabkan oleh S. aureus dan Streptococcus pyogenes. Tetapi, pada penderita

immunocompromised terapi yang diberikan harus secara sistemik untuk mencegah

komplikasi yang lebih serius. Pada tahun 1987 dilaporkan resistensi bakteri terhadap

mupirosin yang pertama kali. Setelah itu terdapat beberapa laporan resistensi mupirosin

karena pemakaian antibiotika topikal untuk methicillinresistant S. aureus (MRSA).

Penelitian terakhir di Tennessee Veterans’ Affairs Hospital menunjukkan bahwa

penggunaan jangka panjang salep mupirosin untuk mengontrol MRSA, khususnya pada

penderita ulkus dekubitus, meningkatkan resistensi yang bermakna. Lebih lanjut, peneliti

Jepang menemukan bahwa mupirosin konsentrasi rendah dicapai setelah aplikasi

intranasal dan dipostulasikan bahwa mungkin ini menjelaskan resistensi terhadap

mupirosin pada strain S. aureus. Suatu studi percobaan menggunakan salep antibiotika

kombinasi yang mengandung basitrasin, polimiksin B, dan gramisidin berhasil

menghambat kolonisasi pada 80% (9 dari 11) penderita yang setelah di-follow-up selama

2 bulan tetap menunjukkan dekolonisasi. Semua kasus (6 dari 6) terhadap mupirosin-

sensitive MRSA dieradikasi, sedangkan 3 dari 5 kasus terhadap mupirosin-sensitive

MRSA dieliminasi. Formulasi baru yang menggunakan asam kalsium (kalsium

membantu dalam stabilisasi bahan kimia) tersedia untuk penggunaan intranasal dalam

bentuk salep 2% dan krim 2%. 8,10,13

39

Page 40: TUGAS_REFERAT

Pengobatan Topikal Untuk Mencegah Infeksi Setelah Tindakan Bedah Atau Untuk

Pengobatan Dermatitis Kronik

Antibiotika topikal banyak dipakai untuk mengurangi infeksi setelah tindakan bedah

minor, pada dermatitis kronik seperti dermatitis stasis dan dermatitis atopi, atau setelah

abrasi ringan pada kulit. Studi terakhir difokuskan pada insidens infeksi setelah biopsi

kulit atau tindakan bedah yang diberi antibiotika topikal. Pada beberapa kasus, antibiotika

topikal tampaknya menurunkan angka penyembuhan luka. Studi lain menunjukkan

bahwa penggunaan pembawa (vehicle) memberi hasil yang sama seperti pemberian

antibiotika pada penyembuhan luka tanpa resiko dermatitis kontak iritan atau alergi

terhadap bahan antibiotika. Hasil studi yang besar yang membandingkan basitrasin dan

petrolatum pada lebih dari 1200 tindakan bedah minor dan biopsi menunjukkan bahwa

bahan aktif basitrasin tidak menurunkan angka infeksi secara bermakna, tetapi malah

berhubungan dengan dermatitis kontak alergi. 8,10,13

Basitrasin

Basitrasin adalah antibiotika polipeptida topikal yang berasal dari isolasi strain Tracy-I

Bacillus subtilis, yang dikultur dari penderita dengan fraktur compound yang

terkontaminasi tanah. Basi ini diturunkan dari Bacillus, dan trasin berasal dari penderita

yang mengalami fraktur compound (Tracy). Basitrasin adalah antibiotika polipeptida

siklik dengan komponen multipel (A,B dan C). Basitrasin A adalah komponen utama dari

produk komersial dan yang sering digunakan sebagai garam zinc. Basitrasin mengganggu

sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat atau menghambat .defosforilasi suatu ikatan

membran lipid pirofosfat, pada kokus gram positif seperti stafilokokus dan streptokokus.

Kebanyakan organisme gram negatif dan jamur resisten terhadap obat ini. Sediaan

tersedia dalam bentuk salep basitrasin dan sebagai basitrasin zinc, mengandung 400

sampai 500 unit per gram. Basitrasin topikal efektif untuk pengobatan infeksi bakteri

superfisial pada kulit seperti impetigo, furunkolosis, dan pioderma. Obat ini juga sering

dikombinasikan dengan polimiksin B dan neomisin sebagai salep antibiotika tripel yang

dipakai beberapa kali sehari untuk pengobatan dermatitis atopi, numularis, atau stasis

yang disertai dengan infeksi sekunder. Sayangnya, aplikasi basitrasin topikal memiliki

40

Page 41: TUGAS_REFERAT

resiko untuk timbulnya sensitisasi kontak alergi dan meski jarang dapat menimbulkan

syok anafilaktik. 8,10,13

Polimiksin B

Polimiksin B adalah antibiotika topikal yang diturunkan dari B.polymyxa, yang asalnya

diisolasi dari contoh tanah di Jepang. Polimiksin B adalah campuran dari polimiksin B1

dan B2, keduanya merupakan polipeptida siklik. Fungsinya adalah sebagai detergen

kationik yang berinteraksi secara kuat dengan fosfolipid membran sel bakteri, sehingga

menghambat intergritas sel membran. Polimiksin B aktif melawan organisme gram

negatif secara luas termasuk P.aeruginosa, Enterobacter, dan Escherichia coli.

Polimiksin B tersedia dalam bentuk salep (5000-10000 unit per gram) dalam kombinasi

dengan basitrasin atau neomisin. Cara pemakaiannya dioleskan sekali sampai tiga kali

sehari. 8,10,13

Aminoglikosida Topikal, Termasuk Neomisin, Gentamisin, Dan Paromomisin

Aminoglikosida adalah kelompok antibiotika yang penting yang digunakan baik secara

topikal atau pun sistemik untuk pengobatan infeksi yang disebabkan bakteri gram negatif.

Aminoglikosida memberi efek membunuh bakteri melalui pengikatan subunit ribosomal

30S dan mengganggu sintesis protein. Neomisin sulfat, aminoglikosida yang sering

digunakan secara topical adalah hasil fermentasi Strep. faridae. Neomisin yang tersedia

di pasaran adalah campuran neomisin B dan C , sedangkan framisetin yang digunakan di

Eropa dan Canada adalah neomisin B murni. Neomisin sulfat memiliki efek mematikan

bakteri gram negatif dan sering digunakan sebagai profilaksis infeksi yang disebabkan

oleh abrasi superfisial, terluka, atau luka bakar. Tersedia dalam bentuk salep (3,5 mg/g)

dan dikemas dalam bentuk kombinasi dengan antibiotika lain seperti basitrasin,

polimiksin dan gramisidin. Bahan lain yang sering dikombinasikan dengan neomisin

adalah lidokain, pramoksin, atau hidrokortison. Neomisin tidak direkomendasikan oleh

banyak ahli kulit karena dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi. Dermatitis kontak

karena pemakaian neomisin memiliki angka prevalensi yang tinggi, dan pada 6 –8%

penderita yang dilakukan patch test memberi hasil positif. Neomisin sulfat (20%) dalam

petrolatum digunakan untuk menilai alergi kontak. Gentamisin sulfat diturunkan dari

41

Page 42: TUGAS_REFERAT

hasil fermentasi Micromonospora purpurea. Tersedia dalam bentuk topikal krim atau

salep 0,1%. Antibiotika ini banyak digunakan oleh ahli bedah kulit ketika melakukan

operasi telinga , terutama pada penderita diabet atau keadaan immunocompromised lain,

sebagai profilaksis terhadap otitis eksterna maligna akibat P. aeruginosa. Paromomisin

berhubungan erat dengan neomisin dan memiliki efek antiparasit. Sediaan topikal terdiri

dari paramomisin sulfat dan metilbenzetonium klorida yang digunakan di Israel untuk

mengobati leismaniasis kutaneus. 8,10,13

Antibiotika Lain

Gramisidin

Gramisidin adalah antibiotika topikal yang merupakan derivat B. brevis. Gramisidin

adalah peptida linier yang membentuk stationary ion channels pada bakteri yang sesuai.

Aktifitas antibiotika gramisidin terbatas pada bakteri gram positif. 8,10,13

Kloramfenikol

Kloramfenikol di Amerika Serikat penggunaannya terbatas untuk pengobatan infeksi

kulit yang ringan. Kloramfenikol pertama kali diisolasi dari Strep. venezuela, tetapi saat

ini disintesis karena struktur kimianya sederhana. Mekanisme kerjanya hampir mirip

dengan eritromisin dan klindamisin, yaitu menghambat ribosom 50S memblokade

translokasi peptidil tRNA dari akseptor ke penerima. Kloramfenikol tersedia dalam krim

1 %. Obat ini jarang digunakan karena dapat menyebabkan anemia aplastik yang fatal

atau supresi sum-sum tulang. 8,10,13

Sulfonamida

Struktur sulfonamida mirip dengan para-aminobenzoic acid (PABA) dan bersaing dengan

zat tersebut selama sintesis asam folat. Sulfonamida jarang digunakan secara topikal,

kecuali krim silver sulfadiazine (Silvaden) dan krim mafenid asetat. Silver sulfadiazine

melepas silver secara perlahan-lahan. Silver memberi efek pada membran dan dinding sel

bakteri. Mekanisme kerja mefenid tidak sama dengan sulfonamid karena tidak ada reaksi

antagonis terhadap PABA. Mafenid asetat yang digunakan untuk lesi yang luas pada kulit

42

Page 43: TUGAS_REFERAT

dapat menyebabkan asidosis metabolik dan dapat menyebabkan rasa nyeri. Golongan ini

adalah antibiotika broad-spectrum dan digunakan untuk luka bakar. Superinfeksi oleh

Candida dapat terjadi karena pemakaian krim mafenid. 8,10,13

Clioquinol / Iodochlorhydroxiquin

Clioquinol adalah antibakteri dan antijamur yang di-indikasi-kan untuk pengobatan

kelainan kulit yang disertai peradangan dan tinea pedis serta infeksi bakteri minor.

Clioquinol adalah sintetik hydroxyquinoline yang mekanisme kerjanya belum diketahui.

Kerugian clioquinol adalah mengotori pakaian, kulit, rambut dan kuku serta potensial

menyebabkan iritasi. Clioquinol mempengaruhi penilaian fungsi tiroid (efek ini dapat

berlangsung hingga 3 bulan setelah pemakaian ). Tetapi clioquinol tidak mempengaruhi

hasil tes untuk pemeriksaan T3 dan T4. 8,10,13

Nitrofurazone

Nitrofurazone (Furacin) adalah derivat nitrofuran yang digunakan untuk pengobatan luka

bakar. Mekanisme kerjanya adalah inhibisi enzim bakteri pada degradasi glukosa dan

piruvat secara aerob maupun anaerob. Nitrofurazone tersedia dalam krim , solusio atau

kompres soluble 0,2%, dan aktifitas spektrum obat ini meliputi staphylococcus,

streptococcus, E. coli, Clostridium perfringens, Aerobacter enterogenes, dan Proteus sp. 8,10,13

Asam Fusidat

Asam fusidat adalah sediaan topikal yang tidak tersedia di Amerika Serikat, tetapi

terdapat di Kanada dan Eropa sebagai antibakteri dalam bentuk krim, salep, impregnated

gauze. Asam fusidat adalah antibiotika steroidal dengan mekanisme kerja mempengaruhi

fungsi faktor elongasi (EF-G) dengan menstabilkan EF-G-GDP-ribosome complex,

mencegah translokasi ribosom dan daur ulang bentuk EF-G. 8,10,13

Retapamulin

Pada tanggal 17 April 2007 retapamulin telah disetujui oleh (FDA) untuk digunakan

sebagai pengobatan impetigo. Namun bukan untuk yang disebabkan resisten oleh

43

Page 44: TUGAS_REFERAT

metisilin ataupun resisten vankomisin. Retapamulin berikatan dengan subunit 50S

ribosom pada protein L3 dekat dengan peptidil transferase yang pada akhirnya akan

menghambat protein sintesis dari bakteri. Pada salah satu penelitian yang telah dilakukan

pada 210 pasien impetigo yang berusia diantara 9 sampai 73 tahun dengan luas lesi tidak

lebih dari 100 cm2 atau>2% luas dari total luas badan. Kultur yang telah dilakukan pada

pasien tersebutdidapatkan 82% dengan infeksi Staphylococcus aureus Pada pasien-pasien

tersebut diberi retapamulin sebanyak 2 kali sehari selama 5 hari terapi. Evaluasi

dilakukan mulai hari ke dua setelah hari terakhir terapi, dan didapatkan luas lesi

berkurang, lesi telah mengering, dan lesi benarbenar telah membaik tanpa penggunaan

terapi tambahan. Pada 85,6% pasien dengan menggunakan retapamulin didapatkan

perbaikan klinis dan hanya 52,1% pasien mengalami perbaikan klinis yang menggunakan

placebo.

Dicloxacillin. Penggunaan dicloxacillin merupakan First line untuk pengobatan impetigo,

namun akhir-akhir ini penggunaan dicloxacillin mulai tergeser oleh penggunaan

retapamulin topikal karena diketahui retapamulin memiliki lebih sedikit efek samping

bila dibandingkan dengan dicloxacillin. 8,10,13

44

Page 45: TUGAS_REFERAT

BAB III

KESIMPULAN

1) Antibiotik adalah senyawa-senyawa yang dapat menghambat

dan membunuh bakteri

2) Antibiotik dapat terbagi berdasarkan aktivitas dalam membunuh

yaitu bakteriosid dan bakteriostatik

3) Antibiotik dapat terbagai berdasarkan tempat mekanisme kerja

yaitu : Penghambatan sintetis dinding bakteri, Penghambat

membran sel, Penghambatan sintetis protein di ribosom,

Penghambatan sintetis asam nukleat, dan Penghambatan

metabolik (antagonis folat)

4) Resistensi terhadap antibiotik muncul karena beberapa

mekanisme seperti : dihasilkannya enzim yang merusak aktivitas

obat; pengubahan permeabilitas terhadap obat; adanya

perubahan terhadap struktur sasaran bagi obat; adanya

perubahan jalur metabolitk yang dihambat; adanya perubahan

enzim yang tetap dapat melakukan fungsi metaboliknya tetapi

45

Page 46: TUGAS_REFERAT

lebih sedikit dipengaruhi oleh obat.

5) Antibiotika topikal memegang peranan penting pada penanganan kasus di bidang

kulit. Pengobatan Topikal Untuk Akne antara lain : eritromisin, klindamisin,

metronidasol, asam azelaik. Pengobatan Topikal Pada Infeksi Bakteri Superfisial

adalah Mupirosin. Pengobatan Topikal Untuk Mencegah Infeksi Setelah Tindakan

Bedah Atau Untuk Pengobatan Dermatitis Kronik antara lain : Basitrasin,

Polimiksin B. Adapula Aminoglikosida Topikal, Termasuk Neomisin,

Gentamisin, Dan Paromomisin. Antibiotika Lain antara lain : Gramisidin,

Kloramfenikol, sulfonamida, Clioquinol, Nitrofurazone (Furacin), Asam fusidat,

Retapamulin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bhat V (2008), Classification of Antibiotik, Mediacal Notebook,

diambil tanggal 3 Januari 2013, dari

http://pre-pg.blogspot.com/2007/03/classification-of-

antibiotics.html

2. Darmansjah, I., Nelwan, R., (1994) Antibiotic guideline :

Farmacological, medical journal of university of Indonesia.

diambil tanggal 3 Januari 2013 dari

http://www.iwandarmansjah.web.id/attachment/at_antibiotic

%20guidelines.pdf

3. Goodman dan Gilman ( 2007 ).Dasar Farmakologi Terapi. Vol 2. Jakarta : EGC.

46

Page 47: TUGAS_REFERAT

4. Harahap Marwali (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipocrates

5. Katzung Bertram G (2007). Basic And Clinical Pharmacology. Ed 10th. Lange Medical

6. Rosen, E.J., Quinn, F.B., (2000), Microbiology, infections, and

antibiotic therapy, diambil tanggal 3 Januari 2013, dari

http://www.utmb.edu/ otoref/grnds/Infect-0003/Infect-0003.pdf

7. Setiabudy Rianto, dkk (2007) Antimikroba dalam .Farmakologi

Dan terapi. Ed 5. Jakarta : FK UI.

8. Hamzah Mochtar (2008). Dermatoterapi dalam Ilmu Penyakit

Kulit Dan Kelamin . Ed 5. Jakarta : FK UI

9. Katzung, E.G, (2010). Obat-Obat Kemoterapeutika, dalam

Farmakologi Dasar & Klinik. Ed 10. Jakarta : EGC.

10. Katzung, E.G, (2010). Farmakologi Dermatologi dalam

Farmakologi Dasar & Klinik. Ed 10. Jakarta : EGC.

11. Bhat V (2008), Classification of Antibiotik, Mediacal

Notebook, diambil tanggal 3 Januari 2013, dari http://pre-

pg.blogspot.com/2007/03/classification-of-antibiotics.html

12. Darmansjah, I., Nelwan, R., (1994) Antibiotic guideline :

Farmacological, medical journal of university of Indonesia.

diambil tanggal 3 Januari 2013 dari

http://www.iwandarmansjah.web.id/attachment/at_antibiotic

%20guidelines.pdf.

13. Sediaan topikal Di unduh pada tanggal 3 januari 2013 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26573/4/Chapter20II.pdf

47

Page 48: TUGAS_REFERAT

48