tugas utilitas 2

23
Pada hydrant box terdapat fire hose [selang] ,nozzle, valve, juga terpasang alat bantu control manual call point, alarm bell serta indicating lamp dan untuk diluar gedung [area taman/parkir] terpasang hydrant pillar serta hose reel cabinet. 2. Jocky Fire Pump Digunakan untuk menstabilkan tekanan air pada pipa dan pressure tank. 3. Main Fire Pump Digunakan sebagai pompa utama, bila tekanan/pressure tank turun setelah jocky pump tidak sanggup lagi mengatasi [jocky pump akan mati sesuai dengan setting pressure tank] maka main pump akan bekerja.

Upload: angelina-linda-sari

Post on 18-Jan-2016

257 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

rr

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Utilitas 2

Pada hydrant box terdapat fire hose [selang] ,nozzle, valve, juga terpasang alat bantu control manual call point, alarm bell serta indicating lamp dan untuk diluar gedung [area taman/parkir] terpasang hydrant pillar serta hose reel cabinet.

2. Jocky Fire Pump

Digunakan untuk menstabilkan tekanan air pada pipa dan pressure tank.

3. Main Fire Pump

Digunakan sebagai pompa utama, bila tekanan/pressure tank turun setelah jocky pump tidak sanggup lagi mengatasi [jocky pump akan mati sesuai dengan setting pressure tank] maka main pump akan bekerja.

Page 2: Tugas Utilitas 2

4. Diesel Fire Pump

Digunakan bila terjadi kebakaran dan pompa mengalami kerusakkan atau gagal operasional [listrik padam] dan pompa main pump serta jocky pump berhenti bekerja mensupply air maka diesel fire pump akan melakukan start secara otomatis berdasarkan pressure swicth. Bekerjanya diesel fire pump secara otomatis menggunakan panel diesel stater, panel ini juga melakukan pengisian accu/me-charger accu dan dapat bekerja secara manual dengan kunci stater pada diesel tersebut . Untuk perawatan pada diesel fire pump ini dilakukan pemanasan setiap minggu [2 kali pemanasan], sebelum dilakukan pemanasan diesel dilakukan pemeriksaan pada accu, pendingin air [air radiator] dan peng-checkkan pada pelumas mesin [oli mesin].

5. Siemense Conection

Digunakan bila terjadi kebakaran dan pompa [diesel fire pump, fire main pump dan jocky pump] tidak bisa di operasional / gagal bekerja pmaka dilakukan pengisian air kedalam jaringan pipa dari mobil pemadam kebakaran/ pompa cadangan lain untuk menggantikan fungsi peralatan yang ada dalam keadaan emergency , siemese conection dipasang pada instalasi pipa sprinkler dan hydrant.

6. Sistem Fire Alarm

Fire alarm adalah merupakan sistem untuk membantu pemilik gedung untuk mengetahui secepatnya suatu sumber kebakaran , sehingga sebelum api menjadi besar pemilik gedung sudah dapat mengambil tindakan pemadaman. Sistem ini memakai panel kontrol [ MCFA ] yang biasanya dikontrol dari ruang teknik dan panel Annuciator [panel kontrol tambahan] di pasang di ruang posko security agar petugas

Page 3: Tugas Utilitas 2

keamanan juga bisa cepat mengetahui lokasi kebakaran pada setiap lantai. Sistem Alarm kebakaran dapat digolongkan menjadi beberapa golongan yaitu :

a. Sistem Alarm Kebakaran KotaSistem Alarm Kebakaran Kota adalah suatu cara atau alat komunikasi dari penduduk/ warga masyarakat Kepada Dinas Kebakaran Kota untuk menginformasikan tentang adanya bahaya kebakaran guna mendapatkan pertolongan pemadaman. Sistem Tanda Bahaya Kebakaran seperti ini pada kebanyakan kota di Indonesia mengunakan peasawat telepon dgn nomor panggail 113. Sistem alarm kebakaran Kota terdiri dari dua sistem yaitu : Sistem Lokal

Alarm kebakaran sistem lokal mengunakan titik panggil (Box circuits) yang di pasang di beberapa tempat tertentu di dalam wilayah kota. Box tersebut dilengkapi dengan saklar berupa tombol tekan, tombol tarik atau handle Tarik.

Sistem Central, (Pusat)Alarm kebakaran kota sistem central pada hakekatnya memiliki komponen yang sama dengan sistem lokal hanya perbedaannya terletak pada prinsip kerjanya saja.

b. Sistem alarm kebakaran gedungSistem alarm kebakaran gedung adalah suatu alat untuk memberikan peringatan dini kepada penghuni gedung atau petugas yang di tunjuk, tentang adanya kejadian atau indikasi kebakaran di suatu bagian gedung. Dengan adanya peringatan secara dini tersebut akan memungkinkan penghuni/petugas dapat mengambil langkah/tindakan berikut pemadaman atau bila mungkin melaksankan evakuasi jiwa maupun harta benda. Sesuai dengan namanya maka sistem alarm kebakaran gedung hanya menjangkau suatu bangunan gedung.

Cara Kerja Alarm Kebakaran gedung :1. Manual, dengan menggunakan titik panggil manual ( Manual call box ) atau sesuai dengan

petunjuk pemakaian pada titik panggil tersebut.2. Otomatis, melalui alat pendeteksi kebakaran (fire detector).

C. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. APAR sering disebut dengan tabung gas fire extinguisher atau racun api. Fire extinguisher atau yang biasanya disebut racun api adalah alat yang digunakan untuk memadamkan api skala kecil yang biasanya berbentuk tabung dan untuk kebutuhan pemadaman api yang sifatnya darurat. Alat pemadam api ini tidak diperuntukkan untuk pemadaman api yang sifatnya sudah out-of-control, seperti kebakaran dimana api yang telah membakar langit-langit bangunan, atau situasi-situasi kebakaran yang memang hanya bisa diatasi oleh petugas pemadam kebakaran yang sudah terlatih.

Karakteristik Fire extinguisher atau racun api yaitu :

Page 4: Tugas Utilitas 2

1. Terdiri dari jenis tertentu dan bukan merupakan pemadam untuk segala jenis kebakaran, oleh karena itu sebelum menggunakannya perlu diidentifikasi jenis bahan terbakar.

2. Hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa angin kuat. Fire extinguisher atau racun api kimiawi ideal dioperasikan pada suhu kamar.

3. Waktu ideal : 3 detik operasi, 10 detik berhenti, waktu maksimum terus menerus 8 detik.4. Bila telah dipakai harus diisi ulang.5. Harus diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun sekali.

Fire extinguisher atau racun api dibagi menjadi 4 kategori berdasarkan perbedaan tipe-tipe api. Masing-masing pemadam api juga memiliki rating numerik yang menunjukkan besarnya api yang bisa ditangani oleh fire extinguisher tersebut. Semakin besar angkanya, semakin besar kemampuan memadamkan apinya. Berikut adalah tipe-tipe alat pemadam api fire extinguisher :

Class A Fire ExtinguisherPemadam untuk material-material umum yang mudah terbakar seperti kertas, kayu, kardus, dan plastik. Angka rating pada pemadam tipe ini menunjukkan banyaknya air yang terkandung serta besarnya api yang dapat dipadamkannya.

Class B Fire ExtinguisherPemadam untuk zat-zat cair (liquid) yang mudah terbakar seperti gasoline (bensin), kerosin, minyak dan oli. Angka rating pada pemadam tipe ini menunjukkan berapa persegi wilayah api yang dapat dipadamkannya.

Class C Fire ExtinguisherPemadam untuk api yang disebabkan oleh alat-alat elektrik, seperti peralatan rumah tangga, kabel, circuit breakers, dan sebagainya. Jangan pernah menggunakan air untuk memadamkan api kelas C ini, karena resiko tersetrum akan jauh lebih besar. Racun api kelas C ini tidak memiliki angka rating.

Class D Fire ExtinguisherPemadam api kelas D seringkali ditemukan di ruang laboratorium kimia. Pemadam ini untuk memadamkan api yang melibatkan bahan-bahan metal yang mudah terbakar, seperti magnesium, titanium, potassium dan sodium. Fire extinguisher ini juga tidak memiliki rating angka.

Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan konstruksinya. Jenis APAR meliputi : jenis air (water), busa (foam), serbuk kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2, yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari oksigen di sekitar bahan terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat keluar dari tabung karena dorongan gas bertekanan. Berikut penjelasan dari masing-masing jenis APAR yaitu :

a. Water (gas cartridge type) extinguishers Warna MerahAlat pemadam ini menggunakan air dan karbon dioksida sebagai baham pemadam. Jenis pemadam ini cocok untuk memadamkan api yang membakar kertas dan kayu. Dan tidak boleh digunakan pada area-area yang terdapat peralatan yang menggunakan listrik atau cairan kimia

Page 5: Tugas Utilitas 2

organik yang tidak larut didalam air. Akhir-akhir ini sudah dikembangkan alat pemadam yang menggunakan air yang mengandung foaming agent (bahan pembentuk busa) yang dikenal dengan AFFF yang dapat digunakan untuk kebakaran pada cairan kimia mudah terbakar dan peralatan listrik.

b. Carbon dioxide extinguishers warna hitamJenis pemadam ini menggunakan CO2 (karbon dioksida) sebagai bahan pemadam. Alat pemadan ini akan mengeluarkan awan karbon dioksida dan partikel COP padat pada saat digunakan. Jenis pemadam ini digunakan untuk area dimana terdapat peralatan elektronik sehingga peralatan tersebut tidak rusak, seperti instrument laboratorium, server, komputer, dsb. Jenis pemadam ini tidak boleh digunakan pada area confine space atau basemen karena awan karbon dioksida dapat membahayakan bagi personel kebakaran itu sendiri. Jenis pemadan CO2 ini juga tidak boleh digunakan untuk kebakaran bahan logam atau metal.

c. Halon (bromochlorofluoromethane BCF type) extinguishers, Warna HijauAlat pemadam ini menggunakan gas Halon sebagai bahan pemadam. Alat pemadam jenis ini digunakan di pabril, laboratorium atau area workshop dimana terdapat kemunkinan minyak dan

Page 6: Tugas Utilitas 2

bahan mudah terbakar. Tapi jenis pemadan ini tidak bias digunakan untuk area-area dimana terdapat peralatan elektronik. Jenis pemadam ini dikembangkan untuk memadam kebakaran pada pesawat udara. Alat pemadam ini mengeluarkan uap dan gas yang menyelimuti api dan menyingkirkan oksigen sehingga dapat memadamkan api. Atom Bromin merupakan terminator dari proses oksidasi yang terjadi pada saat kebakaran. Salah satu kelemahan dari jenis pemadam ini adalah jika terdapat logam yang terbakar maka BCF dapat terdegradasi dan membentuk hydrogen halide yang bersifat beracun dan korosif. Jika digunakan pada area confine space maka diperlukan ventilasi yang cukup.

d. Powder extinguishers (gas cartridge type), Warna BiruJenis pemadam ini mengandung serbuk kering yang bersifat inert seperti serbuk silica yang dicampur dengan serbuk sodium bikarbonat. Serbuk dipompa keluar tabung dengan bantuan gas karbon dioksida yang berasal dari catridge. Serbuk yang dikeluarkan akan menyelimuti bahan yang terbakar sehingga memisahkan oksigen yang merupakan salah satu kompenen kebakaran. Adanya karbon dioksida juga akan menyingkirkan oksigen sehingga dapat memadamkan api. Sangat tidak disarankan untuk digunakan pada area yang terdapat peralatan produksi atau instrument produksi yang sangat bernilai, karena serbuk-serbuk pemadam dapat merusak komponen-komponen peralatan tersebut.

e. Foam extinguishers (gas cartridge type), Warna KremJenis pemadam ini menggunakan bahan kimia yang dapat membentuk busa yang stabil dan didorong dengan karbon dioksida pada saat keluar dari tabung. Foam yang keluar akan menyelimuti bahan yang terbakar sehingga dapat memadamkan api karean oksigen tidak bisa masuk untuk proses kebakaran. Jenis pemadam ini dapat digunakan pada area dimana jenis pemadam air tidak bisa digunakan. Seperti pada area yang terdapat minyak yang tidak bisa bercampur dengan air.

3.3 SISTEM EVAKUASI

Page 7: Tugas Utilitas 2

Setelah terjadinya kebakaran, terdapat dua hal yang umum dilakukan yaitu tindakan pemadaman dan evakuasi. Sistem evakuasi dalam bencana kebakaran dilakukan dengan cara menyelamatkan korban yang terjebak di dalam areal gedung atau wilayah yang terbakar. Penyelamatan korban dari areal gedung dapat dilaksanakan melalui beberapa jalur evakuasi yang memang disediakan sebelumnya. Jalur-jalur evakuasi tersebut diantaranya adalah tangga darurat, pintu keluar darurat dan balkon pada ruang-ruang yang ada pada gedung bertingkat. Sistem evakuasi adalah sistem yang menyangkut mengenai proses penyelamatan korban pada suatu keadaan yang dianggap berbahaya. Sistem evakuasi yang dilakukan untuk para korban pada lokasi kebakaran dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya sebagai berikut.

3.3.1 KOMPONEN SISTEM EVAKUASITANGGA DARURATTangga pada bangunan bertingkat rendah dan tinggi, disediakan sebagai tangga darurat dan tangga kebakaran. Keduanya memiliki syarat yang berbeda. Tangga darurat digunakan oleh pemakai bila alat transportasi lain tidak berfungsi seperti lift atau escalator. Berbeda dengan tangga kebakaran, sesuai dengan namanya, tangga kebakaran memang digunakan pada saat kebakaran. Untuk itu faktor keselamatan sangat diperhatikan pada tangga jenis ini. Tangga darurat, diletakkan terbuka dan dekat dengan lobby lift, sehingga pemakai mudah menemukannya. Tangga kebakaran diletakkan pada tempat tertentu yang memenuhi persyaratan keselamatan terhadap bahaya kebakaran. Persyaratan mengenai elemen penyusun dan tata letak tangga darurat diantaranya sebagai berikut.

1. Tangga diletakkan di dalam ruangan tangga kebakaran yang di depan dan didalamnya diberi lampu emergency otomatis penunjuk arah.

2. Tangga terbuat dari material yang kuat terhadap kebakaran dalam waktu tertentu.3. Tangga terletak di dalam ruang yang kedap api berdinding cukup tebal dan minimal tidak

ikut terbakar dalam waktu tertentu sehingga penghuni bisa menyelematkan diri.4. Memiliki ruang udara tekan (supaya asap tidak masuk ke dalam ruang tangga), bisa juga

menggunakan pressure fan yang berfungsi memberikan tekanan pada udara di dalam ruangan.

5. Memiliki pintu besi tahan api yang membuka kearah dalam ruang tangga, tetapi pada ruang paling atas dan bawah, pintu membuka kearah luar tangga. Yang tidak kalah penting adalah ruang tangga kebakaran yang terletak di lantai dasar memiliki pintu langsung berhubungan dengan udara luar.

6. Ukuran lebar tangga dihitung sesuai kapasitas gedung.7. Jarak antar tangga kebakaran sesuai dengan standar keamanan gedung.8. Sesuai dengan standard dan perhitungan tangga, jenis tangga ini juga memiliki syarat

keselamatan. Ukuran tinggi pijakan dan lebarnya sesuai dengan pemakainya, begitu pula untuk material yang digunakan cukup aman (tidak licin dan tidak membahayakan), dan tidak mudah terbakar.

Page 8: Tugas Utilitas 2

Sebagai pemakai gedung, sebaiknya juga memahami perbedaan tangga darurat dan tangga kebakaran, sehingga dapat menggunakan kedua jenis tangga ini dengan tepat. Keselamatan bersama dapat terjadi dengan adanya penggunaan tangga yang tepat sesuai fungsi.

KORIDOR

Koridor harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Lebar minimum 1,80 m Jarak setiap titik dalam koridor ke pintu kebakaran yang terdekat tidak boleh lebih dari 25

m. Dilengkapi tanda-tanda penunjuk yang menunjukkan arah ke pintu kebakaran.

PINTU DARURAT

Persyaratan Umum

Pintu penahan asap harus dibuat sedemikian rupa sehingga asap tidak akan melewati pintu dari satu sisi ke sisi yang lainnya, dan bila terdapat bahan kaca pada pintu tersebut, maka bahaya yang mungkin timbul terhadap orang yang lewat harus minimal.

Konstruksi yang memenuhi syarat.

Pintu penahan asap, baik terdiri dari satu ataupun lebih akan memenuhi persyaratan butir bila pintu tersebut dikonstruksikan sebagai berikut:

Daun pintu dapat berputar disatu sisi dengan arah sesuai arah bukaan keluar; atau berputar dua arah.

Daun pintu mampu menahan asap pada suhu 2000 C selama 30 menit. Daun pintu padat dengan ketebalan 35 mm. Pada daun pintu dipasang penutup atau pengumpul asap. Daun pintu pada umumnya pada posisi menutup; atau Daun pintu menutup secara otomatis melalui pengoperasian penutup pintu otomatis yang

dideteksi oleh detektor asap yang dipasang sesuai dengan standar yang berlaku dan ditempatkan disetiap sisi pintu yang jaraknya secara horisontal dari bukaan pintu tidak lebih dari 1,5 m, dan dalam hal terjadi putusnya aliran listrik ke pintu, daun pintu berhenti aman pada posisi penutup.

Pintu akan kembali menutup secara penuh setelah pembukaa secara manual. Setiap kaca atau bahan kaca yang menyatu dengan pintu kebakaran atau merupakan bagian

pintu kebakaran harus memenuhi standar yang berlaku. Bilamana panel berkaca tersebut bisa membingungkan untuk memberi jalan keluar yang

tidak terhalang maka adanya kaca tersebut harus dapatdikenali dengan konstruksi tembus cahaya.

Page 9: Tugas Utilitas 2

LIFT PEMADAM

Lift pemadam adalah lift yang digunakan oleh pemadam kebakaran untuk mengakses bangunan, atau bagian bangunan yang tinggi yang sedang mengalami musibah kebakaran, umumnya akses yang digunakan oleh pemadam kebakaran untuk mengakses bagian bangunan tersebut adalah hidrolik yang terdapat pada mobil pemadam, karena jika menggunakan tangga pada bangunan penyelamatan akan menjadi sangat lambat, dan jika menggunakan lift akan sangat berbahaya bagi petugas pemadam, sehingga yang umumnya digunakan untuk mengakses bagian atas bangunan yang sedang mengalami musibah kebakaran adalah hidrolik yang terdapat pada mobil pemadam kebakaran.

RUANG KOMPARTEMEN

Kompartemen Kebakaran merupakan suatu bangunan atau ruangan yang mempunyai elemen pembentuk ruang berupa dinding atau lantai yang tahan terhadap kebakaran/api dengan bukaan yang dilindungi secara baik. Pada bangunan tinggi di mana mengevakuasi seluruh orang dalam gedung dengan cepat adalah suatu hal yang mustahil, kompartemen dapat menyediakan penampungan sementara bagi penghuni atau pengguna bangunan untuk menunggu sampai api dipadamkan atau jalur menuju pintu keluar sudah aman.

Kompartemen kebakaran didesain sebagai berikut :

Tidak terpengaruh terhadap suhu dan tekanan yang diakibatkan dari kebakaran pada bagian bangunan yang digunakan bersama,

Melaksanakan fungsinya secara independen tanpa bantuan dari pemadam kebakaran manapun,

Memiliki akses masuk dan peralatan penutup akses masuk seminimal mungkin (seperti; pintu, jalur pemipaan, lubang, dan segel jalan masuk pipa dan kabel) yang di desain memiliki tingkat tahan api paling sedikit sama dengan tingkat tahan api dari kompartemen itu sendiri,

Memiliki beberapa struktur, sistem dan komponen yang penting untuk keselamatan yang ditempatkan pada setiap kompartemen kebakaran yang berbeda,

Mempunyai pencahayaan darurat, Mempunyai bagian permukaan yang tidak terbakar dan tidk mengeluarkan gas yang mudah

terbakar, dan Mempunyai tingkat tahan api paling singkat satu jam.

Tingkat tahan api dari kompartemen kebakaran harus memiliki :

KestabilanKemampuan spesimen yang menahan beban untuk mendukung uji pembebanan, tanpa melampaui kriteria mengenai pertambahan atau laju deformasi atau keduanya.

IntegritasKemampuan dari spesimen elemen yang terpisah untuk membatasi suatu kebakaran sampai kriteria tertentu untuk runtuh, bebas dari lubang, retak dan celah, dan kebakaran yang berkelanjutan pada permukaan yang tidak terpapar.

Page 10: Tugas Utilitas 2

InsulasiKemampuan dari spesimen elemen yang terpisah untuk membatasi kenaikan suhu dari permukaan yang tidak terpapar sampai ke batas bawah level yang ditentukan pada kondisi kebakaran.

Kriteria fisik pada kompartemen kebakaran :

Ketahanan mekanik, Kapasitas ketahanan terhadap nyala api, Kapasitas ketahanan terhadap gas yang panas atau mudah terbakar, dan Insulasi panas.

Karakterisasi dari kompartemen kebakaran mengikuti standar Indonesia atau standar Internasional.

SISTEM TANDA

Tanda Keluar (Eksit)

Suatu tanda eksit harus jelas terlihat bagi orang yang menghampiri eksit dan harus dipasang pada, di atas atau berdekatan dengan setiap :

Pintu yang memberikan jalan ke luar langsung dari satu lantai ke tangga, jalan terusan atau ramp yang dilindungi struktur tahan api, yang

Berfungsi sebagai eksit yang memenuhi persyaratan Pintu dari suatu tangga, jalan terusan atau ramp yang dilindungi struktur tahan Api atau tiap level hamburan ke jalan umum atau ruang terbuka; dan eksit horisontal, dan Pintu yang melayani atau membentuk bagian dari eksit yang disyaratkan pada lantai Tanda Penunjuk Arah

3.3.2 PERSYARATAN JALUR EVAKUASI

Dalam setiap bangunan harus memiliki jalur evakuasi darurat yang berguna untuk mengevakasi penghuni bangunan apabila terjadi suatu bencana dalam bangunan tersebut, biasanya dalam setiap bangunan memiliki tangga dadurat yang umumnya digunakan untuk jalur evakuasi saat terjadi kebakaran dan tidak memungkinkan menggunakan lift.

Syarat-syarat jalur evakuasi tersebuat adalah sebagai berikut :

Jalur Evakuasi bersifat permanen, menyatu dengan bangunan gedung. Jalur Evakuasi harus memiliki akses langsung ke jalan atau ruang terbuka yang aman. Jalur Evakuasi dilengkapi Penanda yang jelas dan mudah terlihat. Penanda/ Safety Sign dapat menyala di kegelapan (glow in the dark). Jalur Evakuasi dilengkapi penerangan yang cukup.

Page 11: Tugas Utilitas 2

Jalur Evakuasi bebas dari benda yang mudah terbakar atau benda yang dapat membahayakan.

Jalur Evakuasi bersih dari orang atau barang yang dapat menghalangi gerak. Jalur Evakuasi tidak melewati ruang yang dapat dikunci. Jalur Evakuasi memiliki lebar minimal 71.1 cm dan tinggi langit-langit minimal 230 cm. Pintu Darurat dapat dibuka ke luar, searah Jalur Evakuasi menuju Titik Kumpul. Pintu Darurat bisa dibuka dengan mudah, bahkan dalam keadaan panic. Pintu Darurat dilengkapi dengan penutup pintu otomatis. Pintu Darurat dicat dengan warna mencolok dan berbeda dengan bagian bangunan yang

lain. Tangga Darurat dirancang tahan api, minimal selama 1 jam. Anak tangga pada tangga darurat harus terbuat dari bahan yang anti slip.

Di Cina pada sisi tangga darurat dipasang rell yang berfungsi sebagai perosotan darurat jadi jika umumnya orang berlari menuruni tangga untuk menghindari bencana kebakaran, maka dengan adanya perosotan darurat ini korban dapat menghemat tenaga untuk berlari menuruni tangga dan dapat mencapai daerah yang aman dengan cepat. Seperti pada gambar berikut.

Membuat Akses Penyelamatan Dengan Merusak Bagian Gedung

Jika kebakaran berlangsung sangat hebat maka cara yang biasanya dilakukan oleh petugas untuk mengevakuasi korban kebakaran adalah denan merusak beberapa bagian bangunan untuk mempercepat akses dari lokasi kebakaran ke lokasi penyelamatan, bagian gedung yang umumnya dirusak adalah jendela, karena jendela merupakan bagian bangunan yang mudah untuk dihancurkan, tetapi untuk beberapa situasi tidak menutup kemungkinan juga petugas merusak tembok bangunan sebagai salah satu cara untuk menyelamatkan korban bencana.

Bagi korban yang berada di lantai atas gedung yang sudah terlanjur terjebak oleh api dan tidak bisa menyelamatkan diri melalui tangga darurat maka petugas akan menyiapkan trampolin ataupun kasur yang berisi udara di samping gedung, jadi untuk korban yang benar-benar terpojok di atas gedung tersebut dapat melompat dari atas degung dan mendarat di kasur udara maupun trampolin yang telah disiapkan oleh petugas pemagam, hal ini biasanya cukup efektif dalam penyelamatan korban-korban kebakaran pada situasi yang sangat darurat.

3.3.3

CARA EVAKUASI PADA GEDUNG BERTINGKAT

Kebakaran umumnya ditandai dengan bunyi alarm, dan pengumuman dari Gedung mengenai keadaan darurat kebakaran. Saat alarm tanda kebakaran berbunyi itu berarti proses kebakaran mulai terjadi dan sistem pemadam kebakaran pada suatu bangunan akan bekerja. Saat sistem pemadaman mulai bekerja secara otomatis ada baiknya apabila penghuni bangunan dapat menyelamatkan diri dengan mengikuti

Page 12: Tugas Utilitas 2

prosedur keamanan dan penanggulangan kebakaran yang baik dan benar. Hal yang pelu dilakukan bagi penghuni bangunan adalah sebagai berikut.

1. TETAP TENANG.

Semakin kita tenang, semakin kita bisa berpikir dan tanggap. Mengikuti latihan tanggap darurat di tempat kerja masing-masing atau di fasilitas publik lainnya (atau bahkan di rumah), bisa membuat kita semakin tenang dan tahu apa yang harus dilakukan.

2. PADAMKAN API BILA TERLATIH.

Bila melihat api, segera beritahu orang terdekat di sekitar anda. Dan apabila anda terlatih menggunakan alat pemadam api ringan (APAR), maka raihlah APAR terdekat dan padamkan api tersebut. Mintalah orang lain yang terdekat dengan anda untuk menghubungi petugas sekuriti atau petugas tanggap darurat ketika anda memadamkan api. Bila tidak terlatih, segera beritahu orang terdekat di sekitar anda dan menjauhlah dari sumber api. Orang terdekat (yang terlatih), petugas sekuriti ataupun petugas tanggap darurat akan memadamkan api tersebut.

3. TIDAK MENGGUNAKAN LIFT.

Meskipun berkumpul di area lobi lift, anda DILARANG menggunakan lift. Perilaku berisiko apabila masih menggunakan lift saat kebakaran, saat gempa, atau saat gedung belum menyatakan lift aman untuk digunakan! Di gedung yang mengikuti standar keselamatan gedung bertingkat, lift orang tidak dioperasikan pada saat keadaan darurat. Lift barang karena peruntukannya untuk barang punya disain teknis yang lebih kuat. Saat keadaan darurat, hanya digunakan untuk mengevakuasi mereka yang mengalami gangguan kesehatan, ditemani oleh petugas evakuasi gedung dan lantai. Penggunaan lift barang berada di bawah pengawasan penuh tim tanggap darurat dari Gedung.

4. IKUTI PETUNJUK PETUGAS TANGGAP DARURAT.

Nah, anda beruntung apabila saat keadaan darurat, ada petugas tanggap darurat lantai yang membimbing anda. Umumnya, mereka memakai rompi warna merah, hijau, atau band-aid berwarna di lengannya. Sangat mudah untuk dikenali dan dimintai bantuan. Petugas tidak akan mengijinkan kita untuk meninggalkan barisan di lobi lift sampai instruksi itu diberikan. Saat itu, petugas dan komandannya menunggu instruksi dari Gedung apakah dilakukan evakuasi atau tetap di tempat.

5. EVAKUASI LEWAT TANGGA DARURAT

. Pola barisan mengikuti besar ruangan tangga darurat, ada yang berbaris 2-2, ada yang cukup satu barisan. Ikuti saja instruksi Komandan tanggap darurat (floor warden). Pekerja/tamu perempuan di barisan paling depan, diikuti oleh pekerja laki-laki. Di barisan paling depan, ada petugas pemadam api (fire warden/fire suppressor) dan petugas kesehatan (first aider). Di barisan paling belakang, juga ada kedua petugas tersebut, plus Komandan petugas. Selama berbaris, TETAP TENANG.

6. BERJALAN TERTIB, TIDAK BERLARI.

Page 13: Tugas Utilitas 2

Ketika menuruni tangga darurat, berjalanlah menuruni tangga darurat dengan tertib, cepat, tapi tidak berlari. Perilaku anda yang tergesa-gesa, berteriak-teriak, dan menyusul orang di depan anda, dapat membuat panik orang lain. Yang dapat terjadi adalah tercipta kerumunan masal bergerak sangat cepat, yang saling berebut menuruni tangga darurat, saling mendorong, lalu ada yang terjatuh, lemas, dan terinjak-injak. Korban yang tercatat adalah sebagian besar berasal dari korban dari tangga darurat yang terinjak-injak dan lemas. Maka dari itu, tetaplah di dalam barisan dan ikuti instruksi yang diberikan oleh petugas tanggap darurat.

7. BERJALAN MENUJU MUSTER POINT (TEMPAT BERKUMPUL).

Ikuti saja orang yang berjalan di depan anda. dan petugas tanggap darurat. Tetaplah dalam barisan.

8. LAPORKAN DIRI ANDA PADA SAAT PENGHITUNGAN ORANG (HEAD COUNT).

Petugas akan mengabsen nama-nama orang yang turun bersamanya. Gunanya adalah untuk memastikan tidak ada orang-orang yang tertinggal di gedung.

9. TETAP DI MUSTER POINT.

Di muster point, petugas tanggap darurat menunggu instruksi dari petugas Gedung apakah Gedung telah aman atau masih berbahaya untuk dimasuki. Apabila dinyatakan telah aman, petugas akan mempersilahkan anda untuk kembali ke gedung. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan selama proses evakuasi diantaranya sebagai berikut.

Di dalam proses evakuasi, apabila mengalami gangguan kesehatan (keringat dingin, sesak napas, pusing, sakit kepala, mual, muntah), maka pisahkan diri dari barisan dan TENANGKAN DIRI ANDA. Panggillah petugas first aider atau orang terdekat di sekitar anda. Petugas first aider akan menenangkan anda. Anda tidak akan ditinggal oleh petugas.

Bila menemukan ada orang yang pingsan, segera panggil petugas first aider atau petugas tanggap darurat lainnya. Ketiga petugas (first aider, fire suppressor, floor warden) memiliki keterampilan memadamkan api dan memberikan first aid. Namun, apabila anda terlatih untuk menolong orang yang pingsan, maka lakukan pertolongan pertama dan tetaplah tenang. Minta orang terdekat di sekitar anda untuk memanggil petugas tanggap darurat.

Hindari membawa barang-barang yang bisa menghambat proses evakuasi diri anda DAN diri orang lain. Prioritas utama adalah jiwa, bukan materi. Di dalam proses evakuasi, kita diharapkan sekali untuk saling menjaga ketenangan dan membuat tenang orang lain. Bawaan barang yang besar bisa membuat orang lain tidak tenang karena proses menuruni tangga darurat menjadi lebih lama, belum lagi risiko tertimpa barang itu (bila barang tiba-tiba jatuh).

3.4

Page 14: Tugas Utilitas 2

FIRE SAFETY MANAGEMENT

Berbagai kejadian yang menimpa bangunan gedung tinggi akibat kebakaran atau

emergency

lainnya baik karena akibat kelalaian atau sebab lain seperti kasus kebakaran sejumlah bangunan di pusat bisnis Pontianak baru-baru ini ( Nopember 2003 ) dan Hotel Perdana Wisata ( 2002 ), atau pun akibat kesengajaan (

arsom fire

) seperti kasus di gedung WTC ( 2001 ), gedung JW Marriot ( 2003 ), dan hotel Harmoni Nagoya Batam ( 2003 ), telah menyadarkan pentingnya penerapan

Fire Safety Management

( FSM ). Penerapan FSM telah dipersyatkan dalam Kepmeneg PU No. 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran Perkotaan.Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar bangunan tinggi belum menerapkan system FSM dengan baik dan konsisten. Undang-Undang Bangunan Gedung ( UUBG-2002 ) yangmensyaratkan aspek keselamatan bangunan perlu ditindaklanjuti dengan penerapan pedoman teknis seperti FSM dan Rencana Tindak Darurat Kebakaran atau

Fire Emergency Plan

(FEP) yang merupakan sub bagian dari FSM.

FIRE SAFETY MANAGEMENT DALAM PERSPEKTIF PERATURAN PERUNDANGANUNDANGAN LEGAL A. Undang-undang Bangunan gedung

Jaminan keselamatan bagi penghuni yang berada dalam bangunan, secara legal telah menjadipersyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu bangunan gedung.Hal ini dituangkan melalui persyaratan keandalan yang harus dipenuhi oleh suatu bangunan gedung.Undang-undang no. 28/2002 tentang Bangunan Gedung pasal 16 butir 1 menyatakan :

Persyaratan keandalan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3), meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.

Sedangkan pada pasal 17 butir 1 :

Persyaratan keselamatan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, serta kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dalam bahaya petir.

Page 15: Tugas Utilitas 2

Pada UUBG 2002, memang tidak disebutkan secara langsung, mengenai kewajiban pembentukan manajemen keselamatan kebakaran pada bangunan.

Namun dalam system proteksi kebakaran., dikenal apa yang disebut sebagai segitiga proteksi, dimana manajemen keselamatan kebakaran (FSM) menjadi salah satu komponen tak terpisahkan, selain dua komponen lainnya : system proteksi aktif dan system proteksi pasif.

B. Kepmenneg PU no. 10/KPTS/2000

Untuk menjamin keselamatan terhadap bahaya kebakaran baik pada penghuni bangunan dan lingkungan yang dapat terjadi sewaktu-waktu maka diperlukan upaya pengawasan dan pengendalian yang sistematis terhadap bahaya kebakaran dalam bangunan gedung. Dalam Bab VI butir 5.4, sebagai upaya jaminan keandalan system adalah :

“ Unsur manajemen pengamanan kebakaran

(fire safety management), terutama yang menyangkut kegiatan pemeriksaan, perawatan dan pemeliharaan, audit keselamatan kebakaran, dan latihan penanggulangan kebakaran

harus

dilaksanakan secara periodic sebagai bagian dari kegiatan pemeliharaan sarana

proteksi aktif yang terpasang pada bangunan.”

C.

Kepmenneg PU no.11/KPTS/2000

Dalam Kepmenneg PU no. 11/KPT/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan, Bab IV Manajemen Penanggulangan Kebakaran Bangunan Gedung, Klausul 1.1 point 1, mensyaratkan adanya manajemen keselamatan kebakaran pada suatu bangunan gedung :

“Setiap bangunan umum termasuk apartemen yang berpenghuni minima

l 500 orang, atau yang memiliki luas lantai minimal 5.000 m2, atau mempunyai ketinggian bangunan lebih dari 8 lantai, atau bangunan rumah sakit, diwajibkan menerapkan Manajemen Penanggulangan

Kebakaran (MPK).”

Tujuan adanya Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK) ini, masih dalam Kepmen yang sama,sebagaimana disebutkan dalam Bab IV klausul 2.1 point 2 :

“Bangunan gedung melalui penerapan MPK harus mampu mengatasi

Page 16: Tugas Utilitas 2

kemungkinan terjadinya kebakaran melakui kesiapan dan keandalan system proteksi yang ada, serta kemampuan petugas menangani pengendalian kebakaran,

sebelum bantuan dari instansi pemadam kebakaran tiba.”

Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa menjadi kewajiban bagi pemilik/penggelola bangunan gedung untuk menjamin keselamatan penghuni bangunan gedung melalui penerapan MPK. Fire Safety Management harus dilaksanakan dari mulai proses desain gedung, commisioning dan operasional gedung. Selama ini dalam pembangunan gedung, pemilik gedung hanya melibatkan konsultan perencana bangunan (arsitek), manajemen konstruksi, listrik dan kontraktor bangunan tetapi belum melibatkan konsultan fire safety. Artinya pihak pemilik/pengelola harus lebih berkoordinasi dengan pihak-pihak yang kompeten untuk setiap bidang, tidak terkecuali masalah fire safety, dalam perencanaan pembangunan gedung. Sementara di negara maju dalam pembangunan gedung harus melibatkan fire safety consultant. Penyusunan Fire Safety Management memang tidak mudah karena terdiri dari beberapa rangkaian system yang harus dijelaskan secara terinci dan dapat diaplikasikan. Berikut ini adalah model / elemen Fire Safety Management System untuk gedung dalam keadaan beroperasi, yakni:

Management Commitment Baseline Assessment Pre-Fire Planning Implementation Control Audit Management Review

Dari elemen-elemen Fire safety Management tersebut memperlihatkan bahwa komitmen dari manajemen menjadi dasar dalam penyusunan Fire Management System. Dan biasanya komitmen menjadi kendala tersendiri seperti yang sudah dijelaskan dalam penelitian Fire Safety Management. Elemen berikutnya adalah Baseline Assessment.Tujuan dari baseline assessment adalah untuk memberikan gambaran kepada manajemen atas kondisi terakhir aspek-aspek keselamatan gedung miliknya atau yang dikelolanya.Aspek-aspek tersebut adalah personil, peralatan dan sistem atau prosedur yang ada. Dengan data yang terkumpul dari ketiga aspek tersebut maka pemilik/pengelola gedung akan dapat melihat posisi kesiapannya.

dalam menghadapi kebakaran atau bentuk emergency lainnya. Dengan demikian baseline assessment menjadi dasar dalam penentuan perencanaan fire emergency. Sementara itu untuk Pre-Fire Planning terdiri dari beberapa elemen yaitu: prevention, preparedness, response dan recovery. Fungsi Prevention (pencegahan) di sini adalah mengidentifikasi penyebab- penyebab maupun akibat-akibat yang ditimbulkan lebih dini sehingga beberapa tindakan dapat dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan kejadian yang mengakibatkan kebakaran untuk mengurangi dampak insiden pada gedung maupun sekitar gedung. Preparedness berarti merencanakan aktivitas, program dan sistem yang

Page 17: Tugas Utilitas 2

disiapkan sebelum terjadi kebakaran.Pada preparedness inilah pihak manajemen merancang suatu perencanaan yang matang dalam hal penciptaan kesiapan tanggap darurat kebakaran. Seperti pemberian training kepada security agar dapat menanggulangi kebakaran dini, emergency drill yang melibatkan penghuni, penyiapan kerjasama dalam penanggulangan kebakaran (mutual aid), pelaksanaan fire safety meeting dengan penghuni atau pengguna gedung dan kegiatan lain yang bersifat peningkatan kesiapsiagaan. Response (Penanggulangan) bertujuan menstabilkan dan mengendalikan fire emergency.Jika suatu kebakaran terjadi maka tindakan penanggulangan secara efektif harus dilakukan.Bagaimana mengkoordinasikan sumber daya yang ada?Bagaimana evakuasi dapat berjalan dengan efektif?Belum lagi aspek keselamatan dalam penanggulangan merupakan pertanyaan-pertanyaan yang harus terjawab dalam operasi penanggulangan emergency. Recovery (Pemulihan) merupakan elemen yang dipersiapkan untuk mengembalikan fasilitas, lingkungan sekitar gedung dan perangkat lainnya agar kembali berfungsi.Pada recovery inilah analisa dampak dan minimalisasi dampak kebakaran harus dituangkan dalam perencanaan recovery yang efektif dan dilaksanakan secara konsisten. Beberapa hal penting yang patut dipertimbangkan secara matang adalah Incident Investigation, Damage Assessment, Clean Up and Restoration, Business Interruption, Claim Procedures dan lainnya. Setelah Pre-Fire Planning ini tersusun maka langkah berikutnya adalah tinggal pelaksanaannya.Dalam tahap pelaksanaan ini perlu dilakukan pengawasan agar setiap kegiatan mencapai tujuan yang ditetapkan.Dalam sebuah sistem, elemen yang perlu dilakukan adalah audit. Pelaksanaan audit ini sangat esensial untuk menjamin bahwa selama sistem berjalan pada kurun waktu tertentu telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan kebijakan perusahaan.