tugas uas rs

Upload: fajar-aria-phitra

Post on 10-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Tugas Uas Rs

    1/20

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Suatu ketika, pernah Mantan Menteri Kesehatan RI, Almarhum ibu Endang

    Rahaya Sedyaningsih di Harian Kompas merespon keberhasilan Barack Obama dalam

    memperjuangkan pengesahan RUU Kesehatan di Amerika yang dinamakan dengan The

    Patient Protection and Affordable Care Act (PPACA) yang dikenal dengan

    nama Obamacare. Keluarnya Obamacare merupakan perbaikan yang paling significant pada

    sistem kesehatan di Amerika yang sebelumnya menggunakan Meicadre dan Medicaid pada

    tahun 1965. (Alm) Bu Endang pun menyatakan bahwa keluarnya UU tersebut merupakan

    terobosan luar biasa bagi pelayanan kesehatan di negeri yang berideologi kapitalisme dan

    kebebasan individu ini.

    Keluarnya UU No 40 Tahun 2004, Indonesia sebenarnya sudah mengarah kepada

    perbaikan sistemsocial security yang lebih baik. Walaupun sangat terlambat, masyarakat

    Indonesia masih tetap bisa bersyukur karena akhirnya juga berhasil mengeluarkan UU No 24

    Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

    Banyak alasan kenapa begitu lama cita-cita mewujudkan Jaminan Kesehatan

    Nasional tidak terlaksana? harus kita pahami bahwa untuk terselenggaranya sebuah sistem

    Jaminan Kesehatan Nasional, banyak faktor yang harus dipersiapkan atau diperlukan sebagai

    prasyarat. Salah satu prasyarat penting adalah kemampuan keuangan negara, pemerintah dan

    rakyatnya, yang harus cukup memadai untuk membiayai kesehatan. Yang kedua adalah

    kesediaan fasilitas kesehatan yang cukup memadai jumlah dan kualitasnya. Yang tidak kalah

    pentingnya adalah tersedianya tenaga atau sumber daya manusia kesehatan yang memahami

    dan berdedikasi dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional.Salah satu isu yang dianggap penting oleh Barack Obama adalah penggunaan

    Teknologi Informasi dalam Kesehatan. salah satunya dapat dibaca

    pada CNNMoney.com yang menuliskan Obamas big idea: Digital health record.Obama

    telah melihat bagaimana sulitnya persiapan penggunaan IT dalam Kesehatan yang harus

    diselesaikan jika ingin menerapkan Jaminan Kesehatan Sosial yang universal coverage.

    Bayangkan saja, untuk Amerika yang sudah jauh lebih maju dalam penggunaan Komputer

    hanya 8% dari 5.000 RS Pemerintah dan 17% dari 8.000 dokter nya yang menggunakan

    pencatatan Record dengan sistem komputerisasi. Persoalan lain adalah kurangnya tenaga

    terampil dalam penerapan IT di Kesehatan. Belum lagi dengan tidak terlalu pedulinya

    kalangan dokter dengan mekanisme komputerisasi di sistem kesehatan. Bagaimana denganIndonesia? Inilah mungkin salah satu tantangan terbesar mengintegrasikan IT dalam Jaminan

    Kesehatan Sosial Nasional.

    Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi diseluruh

    seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan

    kepada masyarakat. Peraturan perundang-undangan yang menyebutkan sistem informasi

    kesehatan adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi

    desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 32/Menkes/SK/VIII/2002 tentang

    petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota.

    Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya hanya

    memandang sistem informasi kesehatan dari sudut padang menejemen kesehatan, tidak

    memanfaatkan state of the art teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem

  • 7/22/2019 Tugas Uas Rs

    2/20

    informasi nasional. Teknologi informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara detail

    sehingga data yang disajikan tidak tepat dan tidak tepat waktu.

    Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer

    Based Hospital Information System) di Indonesia telah dimulai pada akhir dekade 80an.

    Departemen Kesehatan dengan proyek bantuan dari luar negeri, juga berusaha

    mengembangkan Sistem Informasi Rumah Sakit pada beberapa rumah sakit pemerintahdengan dibantu oleh tenaga ahli dari beberapa Universitas Negeri di Indonesia. Namun,

    tampaknya komputerisasi dalam bidang per-rumah sakit-an, kurang mendapatkan hasil

    yang cukup memuaskan semua pihak.

    Ketidakberhasilan dalam pengembangan sistem informasi tersebut, lebih

    disebabkan dalam segi perencanaan yang kurang baik, dimana identifikasi faktor-faktor

    penentu keberhasilan (critical success factors) dalam implementasi sistem informasi

    tersebut kurang lengkap dan menyeluruh. Perkembangan dan perubahan yang cepat dalam

    segala hal juga terjadi di dunia pelayanan kesehatan. Hal ini semata-mata karena sektor

    pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem yang lebih luas dalam masyarakat dan

    pemerintahan dalam suatu negara, bahkan lebih jauh lagi sistem yang lebih global.

    Perubahan-perubahan di negara lain dalam berbagai sektor mempunyai dampak terhadapsistem pelayanan kesehatan.

    Berdasarkan latar belakang inilah penyusun mengangkat judul makalah

    mengenai GambaranSistem Informasi Kesehatan di Indonesia dan Kesiapan Sistem

    Informasi Kesehatan dalam menyonsong BPJS 1 pada 1 Januari 2014 . Tugas ini juga

    sebagai salah satu prasyarat lulus mata kuliah Seminar RS.Penyusun merasa penting

    untuk membahas permasalahan ini agar program jaminan kesehatan untuk masyarakat luas

    bisa dilaksanakan dengan baik. Jika tidak didukung sistem berbasis TI, maka BPJS

    Kesehatan berpotensi mengalami kebangkrutan.

    1.2.Rumusan Masalah

    Bagaimana Gambaran Sistem Informasi Kesehatan dan Kesiapan Sistem

    Informasi Kesehatan era BPJS.

    1.3.Tujuan Umum

    diketahuinya bagaimana Gambaran Sistem Informasi Kesehatan dan Kesiapan

    Sistem Informasi Kesehatan pada era BPJS.

    1.4.Tujuan Khusus

    1. Mahasiswa mengetahui Pengertian Sistem Informasi Kesehatan

    2. Mahasiswa mengetahui Konsep-konsep pengembangan Sistem Informasi Kesehatan

    3. Mahasiswa mengetahui Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan pada Sistem InformasiRumah Sakit

    4. Mahasiswa mengetahui Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan

    5. Mahasiswa mengetahui Ruang Lingkup Sistem Informasi Kesehatan

    6. Mahasiswa mengetahui Kesiapan Sistem Informasi Kesehatan pada era BPJS

    1.5.Manfaat

    Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini antara lain dapat berguna

    bagi mahasiswa departemen administrasi kebijakan kesehatan khususnya peminatan

    manajemen rumah sakit, dapat meningkatkan ilmu pengetahuan tentang sistem informasi

  • 7/22/2019 Tugas Uas Rs

    3/20

    kesehatan dalam pembangunan kesehatan, dapat membantu dalam proses belajar mengajar

    dan masih banyak manfaat lainnya yang dapat diambil dari makalah yang sederhana ini.

  • 7/22/2019 Tugas Uas Rs

    4/20

    BAB II

    ISI DAN PEMBAHASAN

    A.Pengertian Sistem Informasi Kesehatan

    Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi diseluruhseluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan

    kepada masyarakat. Untuk itu diperlukan upaya mencapai tujuan Sistem Kesehatan

    Nasional yang telah ditetapkan dalam PERPRES 72 Tahun 2012 yaitu terselenggaranya

    pembangunan kesehatan oleh semua komponen bangsa, baik Pemerintah, Pemerintah

    Daerah, dan/atau masyarakat termasuk badan hukum, badan usaha, dan lembaga swasta

    secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan

    masyarakat yang setinggi-tingginya. salah satu cara untuk mewujudkannya adalah

    pembangunan infrastruktur pelayanan kesehatan. Infrastruktur pelayanan kesehatan telah

    dibangun sedemikian rupa mulai dari tingkat nasional, propinsi, kabupaten dan seterusnya

    sampai ke pelosok. Setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan tersebut menjalankan

    program dan pelayanan kesehatan menuju pencapaian visi dan misi Sistem KesehatanNasional tersebut. Setiap jenjang tersebut memiliki sistem kesehatan yang yang saling

    terkait mulai dari pelayanan kesehatan dasar di desa dan kecamatan sampai ke tingkat

    nasional.

    Jaringan sistem pelayanan kesehatan tersebut memerlukan sistem informasi yang

    saling mendukung dan terkait, sehingga setiap kegiatan dan program kesehatan yang

    dilaksanakan dan dirasakan oleh masyarakat dapat diketahui, dipahami, diantisipasi dan di

    kelola dengan sebaik-baiknya. Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi

    kesehatan yang disebut SIKNAS yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan

    mulai dari kabupaten sampai ke pusat. Namun demikian dengan keterbatasan sumberdaya

    yang dimiliki, SIKNAS belum berjalan sebagaimana mestinya.

    Dengan demikian sangat dibutuhkan sekali dibangunnya sistem informasi

    kesehatan yang terintegrasi baik di dalam sektor kesehatan (antar program dan antar

    jenjang), dan di luar sektor kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi pemerintah

    daerah dan jaringan informasi di pusat.

    Sistem informasi yang ada saat ini dapat digambarkan sebagai berikut:

    1. Masing-masing program memiliki sistem informasi sendiri yang belum terintegrasi.Sehingga bila diperlukan informasi yang menyeluruh diperlukan waktu yang cukup

    lama.

    2. Terbatasnya perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) di berbagaijenjang, padahal kapabilitas untuk itu dirasa memadai.

    3. Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk mengelola danmengembangkan sistem informasi4. Masih belum membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan data/informasi.5. Belum adanya sistem pengembangan karir bagi pengelola sistem informasi, sehingga

    seringkali timbul keengganan bagi petugas untuk memasuki atau dipromosikan

    menjadi pengelola sistem informasi.

    B.Konsep-konsep Pengembangan Sistem Informasi KesehatanSistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun

    ketidakkompakan antar badan kesehatan. Dalam melakukan pengembangan sistem

    informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh para

    pengembang atau pembuat rancang bangun sistem informasi (designer). Konsep-konseptersebut antara lain:

  • 7/22/2019 Tugas Uas Rs

    5/20

    1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasiPada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi

    komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi komputer dalam

    implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based

    Information System). Pada pembahasan selanjutnya, yang dimaksudkan dengan sisteminformasi adalah sistem informasi yang berbasis komputer. Isu penting yang mendorong

    pemanfaatan teknologi komputer atau teknologi informasi dalam sistem informasi suatu

    organisasi adalah :

    a. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.b. Informasi yang tersedia, tidak relevan.c. Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.d. Informasi yang ada, tidak tepat waktu.e. Terlalu banyak informasi.f. Informasi yang tersedia, tidak akurat.g. Adanya duplikasi data (data redundancy).

    h. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.

    2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh dinamika

    perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa pengembangan

    sistem informasi tidak pernah berhenti.

    3. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistemSeperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah menjadi sistem

    yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi memiliki umur layak guna. Panjang

    pendeknya umur layak guna sistem informasi tersebut ditentukan diantaranya oleh:

    a. Perkembangan organisasi tersebutMakin cepat organisasi tersebut berkembang, maka kebutuhan informasi juga akan

    berkembang sedemikian rupa sehingga sistem informasi yang sekarang digunakan

    sudah tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan organisasi tersebut.

    b. Perkembangan teknologi informasiPerkembangan teknologi informasi yang cepat menyebabkan perangkat keras maupun

    perangkat lunak yang digunakan untuk mendukung beroperasinya sistem informasi

    tidak bisa berfungsi secara efisien dan efektif. Hal ini disebabkan:

    1) Perangkat keras yang digunakan sudah tidak di produksi lagi, karenateknologinya ketinggalan jaman (outdated) sehingga layanan pemeliharaan

    perangkat keras tidak dapat lagi dilakukan oleh perusahaan pemasok perangkatkeras.

    2) Perusahaan pembuat perangkat lunak yang sedang digunakan, sudahmengeluarkan versi terbaru. Versi terbaru itu umumnya mempunyaifeature yang

    lebih banyak, melakukan optimasi proses dari versi sebelumnya dan

    memanfaatkanfeaturebaru dari perangkat keras yang juga telah berkembang.

    Meskipun pada umumnya, perusahaan pengembang perangkat keras maupun

    perangkat lunak tersebut, mecoba menjaga kompatibilitas dengan versi terdahulu,

    namun kalau dilihat dari sisi efektivitasnya, maka pemanfaatan infrastruktur tersebut

    tidak efektif. Hal ini disebabkan karenafeature-feature yang baru tidak termanfaatkan

    dengan baik. Mengingat perkembangan teknologi informasi yang berlangsung dengan

    cepat, maka para pengguna harus sigap dalam memanfaatkan dan menggunakan

  • 7/22/2019 Tugas Uas Rs

    6/20

    teknologi tersebut. Konsekuensi dari pemanfaatan teknologi informasi tersebut

    adalah:

    1) Dalam melakukan antisipasi perkembangan teknologi, harus tepat.2) Harus selalu siap untuk melakukan pembaharuan perangkat keras maupun

    perangkat lunak pendukungnya, apabila diperlukan.

    3) Harus siap untuk melakukan migrasi ke sistem yang baru.Arah perkembangan teknologi informasi dalam kurun waktu 3-5 tahun mendatang

    adalah sebagai berikut:

    1) Perkembangan perangkat keras dan komunikasi. Kecenderungan perkembanganperangkat keras:

    a) Peningkatan kecepatan.b) Peningkatan kemampuan.c) Penurunan harga.d) Turn overalat yang semakin cepat.

    Perkembangan perangkat komunikasi menyebabkan perubahan desain sistem

    perangkat keras yang digunakan, dari sistem dengan pola tersentralisasi menjadi

    sistem dengan pola terdistribusi. Pada pola terdistrubusi, kemampuan pengolahandata (computing power) di pecah menjadi dua, satu diletakkan pada komputer

    induk yang berfungsi sebagai pelayan (server) dan yang satu lagi diletakkan di

    komputer pengguna (client), desain ini disebut sebagai clientserver achitecture.

    2)Kecenderungan perkembangan perangkat lunak, terutama perangkat lunak basisdata (database), juga mengikuti perkembangan desain sistem perangkat keras

    tersebut diatas. Pada serverdiletakkan perangkat lunakback-enddan pada client

    diletakkan perangkat lunakfront-end. Perangkat lunakbackendadalah perangkat

    lunak pengelola sistem basis data (database management system/DBMS),

    sedangkan perangkat lunakfront-endadalah perangkat lunak yang dikembangkan

    dengan pemrograman visual berdasarkan 4GL dari DBMS tersebut atau dengan

    perangkat lunak antarmuka (interface) untuk berbagai DBMS seperti ODBC

    (open database connectivity).

    c. Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem informasi. Sisteminformasi yang baik, akan dikembangkan berdasarkan tingkat kemampuan dari para

    pemakai, baik dari sisi :

    1) Tingkat pemahaman mengenai teknologi informasi,2) Kemampuan belajar dari para pemakai, dan3) Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan sistem.

    Dari sisi pemakai, dikenal istilah end-usercomputing (EUC). EUC adalah pemakai

    yang melakukan pengembangan sistem untuk keperluan dirinya sendiri. Mengingat

    bervariasinya kemampuan EUC dan sulitnya melakukan pemantauan sertapengendalian terhadap EUC, maka EUC akan menyebabkan masalah yang serius

    dalam pengembangan maupun dalam pemeliharaan sistem informasi. Ancaman yang

    paling serius adalah adanya disintegrasi sistem menjadi sistem yang terfragmentasi.

    4. Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas sisteminformasi itu sendiri.

    Sistem informasi yang terpadu (integrated) mempunyai daya guna yang tinggi,

    jika dibandingkan dengan sistem informasi yang terfragmentasi. Usaha untuk melakukan

    integrasi sistem yang ada didalam suatu organisasi menjadi satu sistem yang utuh

    merupakan usaha yang berat dengan biaya yang cukup besar dan harus dilakukan secara

    berkesinambungan. Sinkronisasi antar sistem yang ada dalam sistem informasi itu,

  • 7/22/2019 Tugas Uas Rs

    7/20

    merupakan prasyarat yang mutlak untuk dapat mendapatkan sistem informasi yang

    terpadu.

    Sistem informasi, pada dasarnya terdiri dari minimal 2 aspek yang harus berjalan

    secara selaras, yaitu aspek manual dan aspek yang terotomatisasi (aspek komputer).

    Pengembangan sistem informasi yang berhasil apabila dilakukan dengan

    mengembangkan kedua aspek tersebut. Sering kali pengembang sistem informasi hanyamemfokuskan diri pada

    pengembangan aspek komputernya saja, tanpa memperhatikan aspek manualnya.

    Hal ini di akibatkan adanya asumsi bahwa aspek manual lebih mudah diatasi dari pada

    aspek komputernya. Padahal salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan

    sistem informasi adalah dukungan perilaku dari para pengguna sistem informasi tersebut,

    dimana para pengguna sangat terkait dengan sistem dan prosedur dari sistem informasi

    pada aspek manualnya.

    5. Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada strategi yangdipilih untuk pengembangan sistem tersebut.

    Strategi yang dipilih untuk melakukan pengembangan sistem sangat bergantungkepada besar kecilnya cakupan dan tingkat kompleksitas dari sistem informasi tersebut.

    Untuk sistem informasi yang cakupannya luas dan tingkat kompleksitas yang tinggi

    diperlukan tahapan pengembangan seperti: Penyusunan Rencana Induk Pengembangan,

    Pembuatan Rancangan Global, Pembuatan Rancangan Rinci, Implementasi dan

    Operasionalisasi.

    Dalam pemilihan strategi harus dipertimbangkan berbagai faktor seperti : keadaan

    yang sekarang dihadapi, keadaan pada waktu sistem informasi siap dioperasionalkan dan

    keadaan dimasa mendatang, termasuk antisipasi perkembangan organisasi dan

    perkembangan teknologi. Ketidaktepatan dalam melakukan prediksi keadaan dimasa

    mendatang, merupakan salah satu penyebab kegagalam implementasi dan operasionalisasi

    sistem informasi.

    6. Pengembangan Sistem Informasi organisasi harus menggunakan pendekatan fungsidan dilakukan secara menyeluruh (holistik).

    Pada banyak kasus, pengembangan sistem informasi dilakukan dengan

    menggunakan pendekatan struktur organisasi dan pada umumnya mereka mengalami

    kegagalan, karena struktur organisasi sering kali kurang mencerminkan semua fungsi yang

    ada didalam organisasi. Sebagai pengembang sistem informasi hanya bertanggung jawab

    dalam mengintegrasikan fungsi-fungsi dan sistem yang ada didalam organisasi tersebut

    menjadi satu sistem informasi yang terpadu.

    Pemetaan fungsi-fungsi dan sistem ke dalam unit-unit struktural yang ada di dalamorganisasi tersebut adalah wewenang dan tanggungjawab dari pimpinan organisasi

    tersebut. Penyusunan rancang bangun/desain sistem informasi seharusnya dilakukan

    secara menyeluruh sedangkan dalam pembuatan aplikasi bisa dilakukan secara sektoral

    atau segmental menurut prioritas dan ketersediaan dana. Pengembangan sistem yang

    dilakukan segmental atau sektoral tanpa adanya desain sistem informasi yang menyeluruh

    akan menyebabkan kesulitan dalam melakukan intergrasi sistem.

    7. Informasi telah menjadi aset organisasi.Dalam konsep manajemen modern, informasi telah menjadi salah satu aset dari suatu

    organisasi, selain uang, SDM, sarana dan prasarana. Penguasaan informasi internal dan

    eksternal organisasi merupakan salah satu keunggulan kompetitif (competitive advantage),karena keberadaan informasi tersebut:

  • 7/22/2019 Tugas Uas Rs

    8/20

    a. Menentukan kelancaran dan kualitas proses kerja,b. Menjadi ukuran kinerja organisasi/perusahaan,c. Menjadi acuan yang pada akhirnya menentukan kedudukan/peringkat organisasi

    tersebut dalam persaingan lokal maupun global.

    8. Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur hirarkis yang mudahdipahami.

    Dalam semua kepustakaan yang membahasa konsep sistem, hanya dikenal istilah

    sistem dan subsistem. Hal ini akan menimbulkan kesulitan dalam melakukan penjabaran

    sistem informasi yang cukup luas cakupannya. Oleh karena itu, dalam penjabaran sering

    digunakan istilah sebagai berikut:

    a. Sistemb. Subsistemc. Moduld. Submodule. Aplikasi

    Masing-masing subsistem dapat terdiri atas beberapa modul, masing-masing moduldapat terdiri dari beberapa submodul dan masing-masing submodul dapat terdiri dari

    beberapa aplikasi sesuai dengan kebutuhan. Struktur hirarki seperti ini sangat

    memudahkan dari segi pemahaman maupun penamaan. Pada beberapa kondisi tidak

    perlukan penjabaran sampai 5 tingkat, misalnya sebuah modul tidak perlu lagi dijabarkan

    dalam sub-sub modul, karena jabaran berikutnya sudah sampai tingkatan aplikasi.

    C. Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan pada Sistem Informasi Rumah Sakit

    Sistem informasi rumah sakit tidak dapat lepas kaitannya dengan sistem informasi

    kesehatan karena sistem ini merupakan aplikasi dari sistem informasi kesehatan itu sendiri.

    Untuk itu, perlu kita mengetahui sedikit tentang sistem informasi rumah sakit yang ada di

    Indonesia, mulai dari rancang bangun (desain) sistem informasi rumah sakit hingga

    pengembangannya.

    1. Rancang Bangun (desain) Sistem Informasi Rumah SakitRancang Bangun Rumah Sakit (SIRS), sangat bergantung kepada jenis dari rumah sakit

    tersebut. Rumah sakit di Indonesia, berdasarkan kepemilikannya dibagi menjadi 2, sebagai

    berikut:

    a. Rumah Sakit Pemerintah, yang dikelola oleh:

    1) Departemen Kesehatan,2) Departemen Dalam Negeri,3) TNI,4) BUMN.

    Sifat rumah sakit ini adalah tidak mencari keuntungan (non profit)

    b. Rumah Sakit Swasta, yang dimiliki dan dikelola oleh sebuah yayasan, baik yang sifatnyatidak mencari keuntungan (non profit) maupun yang memang mencari keuntungan

    (profit) Berdasarkan sifat layanannya rumah sakit dibagi 2, sebagai berikut:

    a. Rumah Sakit UmumUntuk Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Umum digolongkan menjadi 4

    tingkatan, sebagai berikut:

    1) Rumah Sakit Umum tipe A, rumah sakit umum yang memberikan layanan medisspesialistik dan subspesialistik yang luas.

  • 7/22/2019 Tugas Uas Rs

    9/20

    2) Rumah Sakit Umum tipe B, rumah sakit umum yang memberikan layanan medisspesialistik dan subspesialistik yang terbatas.

    3) Rumah Sakit Umum tipe C, rumah sakit umum yang memberikan layanan medisspesialistik yang terbatas, seperti penyakit dalam, bedah, kebidanan dan anak.

    4) Rumah Sakit Umum tipe D, rumah sakit umum yang memberikan layanan medis

    dasar.b. Untuk Rumah Sakit Swasta, Rumah Sakit Umum digolongkan menjadi 3 tingkatan

    sebagai berikut:

    1) Rumah Sakit Umum Pratama, rumah sakit umum yang memberikan layananmedis umum,

    2) Rumah Sakit Umum Madya, rumah sakit umum yang memberikan layanan medisspesialistik,

    3) Rumah Sakit Umum Utama, rumah sakit umum yang memberikan layanan medisspesialistik dan subspesialisitik.

    c. Rumah Sakit KhususRumah sakit khusus ini banyak sekali ragamnya, rumah sakit ini melakukan

    penanganan untuk satu atau beberapa penyakit tertentu dan layanan medissubspesialistik tertentu. Yang masuk dalam kelompok ini diantaranya: Rumah Sakit

    Karantina, Rumah Sakit Bersalin, dsb.

    Dari Keputusan Menteri Kesehatan No. 983 tahun 1992, dapat diketahui bahwa

    organsasi rumah sakit secara umum adalah organisasi matriks. Semua staf yang ada, dibagi

    ke dalam divisi-divisi yang ada dalam struktur organisasi rumah sakit tersebut, sedangkan

    setiap tenaga medis tersebut juga dikelompokkan ke dalam kelompok fungsional menurut

    profesinya masing-masing dan setiap kelompok fungsional dipimpin oleh seorang ketua

    kelompok.

    Organisasi matriks adalah organisasi yang paling dinamis dan paling baik, jika

    dibandingkan dengan tipe organisasi lainnya, namun harus disadari sepenuhnya bahwa setiap

    staf dalam organisasi tersebut mempunyai 2 pimpinan sekaligus yang memberikan perintah

    dan pengarahan kepada yang bersangkutan, yaitu pimpinan divisi dan pimpinan kelompok.

    Oleh karena itu, setiap staf pada organisasi matriks harus mampu bekerjasama lintas divisi,

    mampu berkomunikasi dengan baik dengan ke 2 pimpinannya dan mampu membagi

    pekerjaannya berdasarkan prioritas. Organisasi matriks memang sangat memerlukan

    dukungan teknologi infomasi/komputer dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya. Namun

    agar teknologi informasi dapat memberikan dukungan yang maksimal, maka panataan pola

    kerja organisasi tersebut merupakan prasyarat utama.

    Untuk menyusun SIRS digunakan 4 pertanyaan sederhana sebagai berikut:a. Apa fungsi/tugas utama dari rumah sakit ? Jawaban pada umumnya adalah layanankesehatan

    b. Apa objek/sasaran dari fungsi/tugas utama rumah sakit ? Jawaban pada umumnya adalahpasien/penderita

    c. Dukungan operasional apa saja yang diperlukan oleh rumah sakit ? Jawaban padaumumnya adalah tenaga kerja, keuangan dan sarana/prasarana

    d. Sistem apa yang dibutuhkan untuk mengelola rumah sakit tersebut ? Jawaban padaumumnya adalah manajemen rumah sakit.

    Berdasarkan jawaban tersebut, maka SIRS terdiri dari:

    a. Subsistem Layanan Kesehatan, yang mengelola kegiatan layanan kesehatan.b. Subsistem Rekam Medis, yang mengelola data pasien.

  • 7/22/2019 Tugas Uas Rs

    10/20

    c. Subsistem Personalia, yang mengelola data maupun aktivitas tenaga medis maupuntenaga administratif rumah sakit.

    d. Subsistem Keuangan, yang mengelola data-data dan transaksi keuangan.e. Subsistem Sarana/Prasarana, yang mengelola sarana dan prasarana yang ada di dalam

    rumah sakit tersebut, termasuk peralatan medis, persediaan obat-obatan dan bahan habis

    pakai lainnya.f. Subsistem Manajemen Rumah Sakit, yang mengelola aktivitas yang ada didalam rumah

    sakit tersebut, termasuk pengelolaan data untuk perencaan jangka panjang, jangka

    pendek, pengambilan keputusan dan untuk layanan pihak luar.

    Ke 6 subsistem tersebut diatas kemudian harus dijabarkan lagi ke dalam modul-modul

    yang sifatnya lebih spesifik. Subsistem Layanan Kesehatan dapat dijabarkan lebih lanjut

    menjadi:

    a. Modul Rawat Jalan, yang mengelola data-data dan aktivitas layanan medis rawat jalan.b. Modul Rawat Inap, yang mengelola data-data dan aktivitas layanan medis rawat inap.c. Modul Layanan Penunjang Medis, termasuk didalamnya tindakan medis, pemeriksaan

    laboratorium, dsb.

    2. Pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit

    Dalam melakukan pengembangan SIRS, pengembang haruslah bertumpu dalam 2

    hal penting yaitu kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS dan sasaran

    pengembangan SIRS tersebut. Adapun kriteria dan kebijakan yang umumnya

    dipergunakan dalam penyusunan spesifikasi SIRS adalah sebagai berikut:

    a. SIRS harus dapat berperan sebagai subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional dalammemberikan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu.

    b. SIRS harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus informasi dalamjajaran Rumah Sakit dalam suatu sistem yang terpadu.

    c. SIRS dapat menunjang proses pengambilan keputusan dalam proses perencanaanmaupun pengambilan keputusan operasional pada berbagai tingkatan.

    d. SIRS yang dikembangkan harus dapat meningkatkan daya-guna dan hasil-gunaterhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi rumah sakit yang telah ada

    maupun yang sedang dikembangkan.

    e. SIRS yang dikembangkan harus mempunyai kemampuan beradaptasi terhadapperubahan dan perkembangan dimasa datang.

    f. Usaha pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu dengan biayainvestasi yang tidak sedikit harus diimbangi pula dengan hasil dan manfaat yang

    berarti (rate of return) dalam waktu yang relatif singkat.g. SIRS yang dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedini mungkin.h. Pentahapan pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing

    subsistem serta sesuai dengan kriteria dan prioritas.

    i. SIRS yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh petugas, bahkan bagipetugas yang awam sekalipun terhadap teknologi komputer (user friendly).

    j. SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal mungkin perubahan,karena keterbatasan kemampuan pengguna SIRS di Indonesia, untuk melakukan

    adaptasi dengan sistem yang baru.

    k. Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang kuatterhadap pengembangan SIRS.

  • 7/22/2019 Tugas Uas Rs

    11/20

    Atas dasar dari penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS tersebut di

    atas, selanjutnya ditetapkan sasaran pengembangan sebagai penjabaran dari Sasaran

    Jangka Pendek Pengembangan SIRS, sebagai berikut:

    a. Memiliki aspek pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan tau pengawasan(auditable) maupun dalam hal pertanggungjawaban penggunaan dana (accountable)

    oleh unit-unit yang ada di lingkungan rumah sakit.b. Terbentuknya sistem pelaporan yang sederhana dan mudah dilaksanakan, akan tetapi

    cukup lengkap dan terpadu.

    c. Terbentuknya suatu sistem informasi yang dapat memberikan dukungan akaninformasi yang relevan, akurat dan tepat waktu melalui dukungan data yang bersifat

    dinamis.

    d. Meningkatkan daya-guna dan hasil-guna seluruh unit organisasi dengan menekanpemborosan.

    e. Terjaminnya konsistensi data.f. Orientasi ke masa depan.g. Pendayagunaan terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi yang telah ada

    maupun sedang dikembangkan, agar dapat terus dikembangkan denganmempertimbangkan integrasinya sesuai Rancangan Global SIRS.

    SIRS merupakan suatu sistem informasi yang, cakupannya luas (terutama untuk

    rumah sakit tipe A dan B) dan mempunyai kompleksitas yang cukup tinggi. Oleh karena itu

    penerapan sistem yang dirancang harus dilakukan dengan memilih pentahapan yang sesuai

    dengan kondisi masing-masing subsistem, atas dasar kriteria dan prioritas yang ditentukan.

    Kesinambungan antara tahapan yang satu dengan tahapan berikutnya harus tetap terjaga.

    Secara garis besar tahapan pengembangan SIRS adalah sebagai berikut:

    a. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SIRS,b. Penyusunan Rancangan Global SIRS,c. Penyusunan Rancangan Detail/Rinci SIRS,d. Pembuatan Prototipe, terutama untuk aplikasi yang sangat spesifik,e. Implementasi, dalam arti pembuatan aplikasi, pemilihan dan pengadaan perangkat keras

    maupun perangkat lunak pendukung.

    f. Operasionalisasi dan Pemantapan.

    Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer Based Hospital

    Information System) memang sangat diperlukan untuk sebuah rumah sakit dalam era

    globalisasi, namun untuk membangun sistem informasi yang terpadu memerlukan tenaga dan

    biaya yang cukup besar. Kebutuhan akan tenaga dan biaya yang besar tidak hanya dalam

    pengembangannya, namun juga dalam pemeliharaan SIRS maupun dalam melakukan migrasidari sistem yang lama pada sistem yang baru. Selama manajemen rumah sakit belum

    menganggap bahwa informasi adalah merupakan aset dari rumah sakit tersebut, maka

    kebutuhan biaya dan tenaga tersebut diatas dirasakan sebagai beban yang berat, bukan

    sebagai konsekuensi dari adanya kebutuhan akan informasi. Kalau informasi telah menjadi

    aset rumah sakit, maka beban biaya untuk pengembangan, pemeliharaan maupun migrasi

    SIRS sudah selayaknya masuk dalam kalkulasi biaya layanan kesehatan yang dapat diberikan

    oleh rumah sakit itu.

    Perlu disadari sepenuhnya, bahwa penggunaan teknologi informasi dapat

    menyebabkan ketergantungan, dalam arti sekali mengimplementasikan dan

    mengoperasionalkan SIRS, maka rumah sakit tersebut selamanya terpaksa harus

    menggunakan teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena perubahan dari sistem yang

  • 7/22/2019 Tugas Uas Rs

    12/20

    terotomasi menjadi sistem manual merupakan kejadian yang sangat tidak menguntungkan

    bagi rumah sakit tersebut.

    Perangkat lunak SIRS siap pakai yang tersedia di pasaran pada saat ini sebagian

    besar adalah perangkat lunak SIRS yang hanya mengelola sebagian sistem atau beberapa

    subsistem dari SIRS. Untuk dapat memilih perangkat lunak SIRS siap pakai dan perangkat

    keras yang akan digunakan, maka rumah sakit tersebut harus sudah memiliki rancang bangun(desain) SIRS yang sesuai dengan kondisi dan situasi rumah sakit.

    D. Tujuan Pengembangan Sistem Informasi KesehatanMelalui hasil pengembangan sistem informasi diatas, maka diharapkan dapat

    menghasilkan hal-hal sebagai berikut:

    1. Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai dengan sesuai dengan standar yangditentukan oleh pemerintah daerah.

    2. Dengan menggunakan open system tersebut diharapkan jaringan akan bersifatinteroperable dengan jaringan lain.

    3. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan mendorong

    pengembangan dan penggunaanLocal Area Networkdi dalam klusterunit pelayanankesehatan baik pemerintah dan swasta sebagai komponen sistem di masa depan.

    4. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan kemampuandalam teknologi informasi video, suara, dan data nirkabel universal di dalam Wide

    Area Networkyang efektif, homogen dan efisien sebagai bagian dari jaringan sistem

    informasi pemerintah daerah.

    5. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan, mengembangkandan memelihara pusat penyimpanan data dan informasi yang menyimpan direktori

    materi teknologi informasi yang komprehensif.

    6. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif mencari,menanalisis, memahami, menyebarluaskan dan mempertukarkan secara elektronis

    data/informasi bagi seluruhstakeholders

    7. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website dan accesspoint lain agar data kesehatan dan kedokteran dapat dimanfaatkan secara luas dan

    bertanggung jawab dan dalam rangka memperbaiki pelayanan kesehatan sehingga

    kepuasan pengguna dapat dicapai sebaik-baiknya

    8. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan pengembanganmanajemen SDM sistem informasi mulai dari rekrutmen, penempatan, pendidikan

    dan pelatihan, penilaian pekerjaan, penggajian dan pengembangan karir.

    9. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan unit organisasipengembangan dan pencarian dana bersumber masyarakat yang berkaitan dengan

    pemanfaatan dan penggunaan data/informasi kesehatan dan kedokteran.10.Dapat digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan organisasi,untuk mendukung agar organisasi dapat meraih keunggulan kompetitif.

    11.Mengarah pada peluang-peluang strategis yang dapat ditemukan.

    E. Ruang Lingkup Sistem Informasi KesehatanRuang lingkup Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan, mencakup pengelolaan

    informasi dalam lingkup manajemen pasien (front office management). Lingkup ini antara

    lain sebagai berikut:

    1. Registrasi Pasien, yang mencatat data/status pasien untuk memudahkanpengidentifikasian maupun pembuatan statistik dari pasien masuk sampai keluar.

    Modul ini meliputi pendaftaran pasien baru/lama, pendaftaran rawat inap/jalan, daninfo kamar rawat inap.

  • 7/22/2019 Tugas Uas Rs

    13/20

    2. Rawat Jalan/Poliklinik yang tersedia di rumah sakit, seperti: penyakit dalam, bedah,anak, obstetri dan ginekologi, KB, syaraf, jiwa, THT, mata, gigi dan mulut,

    kardiologi, radiologi, bedah orthopedi, paru-paru, umum, UGD, dan lain-lain sesuai

    kebutuhan. Modul ini juga mencatat diagnosa dan tindakan terhadap pasien agar

    tersimpan di dalam laporan rekam medis pasien.

    3. Rawat Inap. Modul ini mencatat diganosa dan tindakan terhadap pasien, konsultasidokter, hubungan dengan poliklinik/penunjang medis.

    4. Penunjang Medis/Laboratorium, yang mencatat informasi pemeriksaan seperti: ECG,EEG, USG, ECHO, TREADMIL, CT Scan, Endoscopy, dan lain-lain.

    5. Penagihan dan Pembayaran, meliputi penagihan dan pembayaran untuk rawat jalan,rawat inap dan penunjang medis (laboratorium, radiologi, rehab medik), baik secara

    langsung maupun melalui jaminan dari pihak ketiga/asuransi/JPKM. Modul ini juga

    mencatat transaksi harian pasien (laboratorium, obat, honor dokter), daftar piutang,

    manajemen deposit dan lain-lain.

    6. Apotik/Farmasi, yang meliputi pengelolaan informasi inventori dan transaksi obat-obatan.

    Melalui lingkup manajemen pasien tersebut dapat diperoleh laporan-laporan

    mengenai:

    1. Pendapatan rawat inap dan jalan secara periodik (harian, bulanan dan tahunan),2. Penerimaan kasir secara periodik,3. Tagihan dan kwitansi pembayaran pasien,4. Rekam medis pasien,5. Data kegiatan rumah sakit dalam triwulan (RL1),6. Data morbiditas pasien rawat inap (RL2a),7. Data morbiditas pasien rawat jalan (RL2b),8. Data morbiditas penyakit khusus pasien rawat inap (RL2a1),9. Data morbiditas penyakit khusus pasien rawat jalan (RL2b1),10.Penerimaan kasir pada bagian farmasi/apotik,11.Pembelian kasir pada bagian farmasi/apotik,12.Manajemen ketersediaan obat pada bagian farmasi/apotik,13.Grafik yang menunjang dalam pengambilan keputusan.

    Untuk memudahkan penyajian informasi tersebut, maka laporan-laporan tersebut

    dapat diekspor ke berbagai macam format antara lain:

    1. Comma separated value (CSF),2. Data Interchange Format(DIF),3. Excel (XLS versi 2.1, 3.0, 4.0, 5.0, dan 5.0 tabular),

    4. HTML 3.0 (draft standard), 3.2 (extended&standard),5. Lotus 1-2-3 (WK1, WK3, WK5),6. ODBC,7. Rich Text Format(RTF),8. ext,9. Word for Windows Document.

  • 7/22/2019 Tugas Uas Rs

    14/20

    F. WACANA SISTEM INFORMASI KESEHATAN PADA ERA BPJS

    1. IT dan Asuransi Kesehatan

    Yaslis Ilyas (Dalam Dasar-Dasar Asuransi Kesehatan Bagian B, 2005) menyatakan paling

    tidak ada lima manfaat IT dalam Asuransi Kesehatan. Yaitu : Pertama, mendorong lebih murahnya

    biaya administrasi. Biaya Administrasi yang biasanya muncul dalam 3 tahapan, yaitu pengeluaran

    untuk pemasaran, pengeluaran untuk underwriting, dan pengeluaran untuk penanganan klaim akan

    dapat ditekan secara maksimal. Pemasaran dan Underwriting mungkin tidak terlalu penting di era

    Asuransi Sosial, akan tetapi tetap bisa dialokasikan untuk mensosialisasikan pentingnya Jaminan

    Kesehatan Sosial ke masyarakat. Kedua, lebih efisien dikarenakan lebih bannyak klaim yang dapat

    diproses dengan biaya yang dikeluarkan. Dengan IT, proses klaim di daerah-daerah

    terpencilpun dapat dengan cepat diverifikasi oleh tim verifikator yang terpusat. Ketiga, menyediakan

    perubahan informasi yang cepat untuk proses klaim kesehatan. Keempat, menghasilkan format

    standart diantara seluruh Badan Pelayanan Jaminan Sosial (BPJS) yang menyampaikan dan

    membayar klaim asuransi, dan kelima, dapat dilakukan cost containment sehingga dapat menghemat

    pembiayaan kesehatan secara keseluruhan. Hal ini dkarenakan memudahkan dilakukannya Utilitation

    Review.

    2. IT dan Road Map

    Yang menarik pula dari tulisan (alm) Bu Menteri dalam Road Map Jaminan Kesehatan Sosial

    Nasional adalah Untuk mencapai sistem Jaminan Kesehatan Sosial Nasional tidak cukup hanya

    memperluas cakupan kepesertaan, diperlukan kesiapan-kesiapan infrastruktur yang matang.

    Apa yang dimaksudkan oleh Bu Menteri dengan Kesiapan infrastruktur dalam IT ? Untuk

    memudahkan pemahaman kita terhadap harapan tersebut, dapat dibayangkan dengan rencana

    pemerintah membangun infrastruktur jalan. Dibutuhkan banyak persiapan, perencaan,

    pengorganisasin, keterlibatan banyak stakeholders, sumber daya manusia, dan pembiayaan. Dan

    salah satu yang penting dari hal-hal penting tersebut adalah mengintegrasikan teknologi informasi

    dalam Jaminan Kesehatan Sosial.

    Alhamdulillahnya, jika diperhatikan Road Map Jaminan Kesehatan Sosial Nasional yang

    dipersiapkan oleh Kementerian Kesehatan, telah memasukkan IT dalam salah satu blok yang akan

    diperhatikan. Sehingga perlu dipersiapkan secara serius pengintegrasian tersebut, sehingga ketika

    pengorganisasian telah siap maka IT segera dapat berjalan. Sehingga, sekarang kita harus bertanya,

    sejauhmana kesiapan pemerintah terkait pengintegarsiannya ? atau sudah adakah blueprintnya ?

    3. IT, Kepesertaan dan COBIT

    Banyak isupentingterhadap penerapan IT dalam Jaminan Kesehatan Sosial. Salah satunya

    yang akan diangkat dalam tulisan ini adalah Kepesertaan. Belajar dari keberhasilan PT. Askes dalam

    menerapkan Bridging System bahwa Proyek integrasi sistem IT di PT. Askes yang dinamakandengan Bridging System bertujuan menjalankan electronic data processingantara PT Askes dan RS

    mitranya. Sekarang PT. Askes dapat merasakan benefit dari Bridging System tersebut. Terutama,

    dalam hal peningkatan produktivitas dan perbaikan efisiensi. Dalam pelayanan administrasi

    kepesertaan terjadi peningkatan dari 10 menit menjadi 2 menit. Salah satu sisi baik, adalah PT. Askes

    secara otomatis akan berubah menjadi BPJS Kesehatan pada tahun 2014 nanti, sehingga sistem yag

    ada dapat diterakan dan diperbaiki. Akan tetapi, tantangan ke depan adalah terkait peningkatan

    jumlah peserta yang akan dihadapai BPJS Kesehatan. Sudah sanggupkah sistem di PT. Askes

    sekarang mengantisipasinya ? Selama ini, dalam berbagai program di Pemerintah Indonesia, maka

    pendataan selalu menjadi persoalan yang tidak terselesaikan. Walaupun mendesak, akan tetapi,

    masih ada waktu sekitar 16 bulan bagi pemerintah dan PT. Askes untuk mengurai satu per satupersoalan tersebut. Jangan sampai setelah mendekat deadline baru berkejaran dengan persoalan

  • 7/22/2019 Tugas Uas Rs

    15/20

    yang menumpuk. Bagaimana pun, sistem informasi memainkan peran yang sangat penting untuk

    menyukseskan BPJS Kesehatan sehingga sistem layanan kesehatan akan lebih baik.

    JAKARTA (Suara Karya): PT Askes (Persero) diingatkan untuk memperhatikan masalah data

    kepesertaan sebelum bertransformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)Kesehatan pada 1 Januari 2014, terutama terkait penerapan sistem data kepesertaan dan pelayanan

    yang berbasis teknologi informasi (TI).

    Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) Chazali H Situmorang mengatakan, sistem berbasis

    TI harus sudah diterapkan sebelum Askes bertransformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan

    Sosial (BPJS) Kesehatan. Hal ini bertujuan agar program jaminan kesehatan untuk masyarakat luas

    bisa dilaksanakan dengan baik. Jika tidak didukung sistem berbasis TI, maka BPJS Kesehatan

    berpotensi mengalami kebangkrutan.

    "Kami kerap mengingatkan kepada Askes agar TI diperhatikan, karena bisa terjadi peserta ganda,yang berarti pembayaran berlapis. Lama-lama masalah ini bisa membuat bangkrut BPJS Kesehatan,"

    kata Chazali di Jakarta, Senin (29/10) di sela workshop Harmonisasi Sistem Informasi Program

    Jaminan Kesehatan Nasional. Dalam diskusi dibahas terkait kebutuhan Indonesia dan pengalaman

    internasional dalam pengelolaan data untuk pelaksanaan jaminan sosial.

    Menurut Chazali, saat ini DJSN tengah mengharmonisasikan sistem informasi jaminan kesehatan

    nasional. Selama ini, data pelaksanaan program jaminan kesehatan di Indonesia belum terintegrasi.

    Data peserta di seluruh penyelenggara jaminan kesehatan belum terhimpun dengan baik.

    Padahal bagian terpenting dalam manajemen dan penyelenggaraan jaminan kesehatan yang efektif

    terkait sistem informasi yang terintegrasi. Sistem ini dapat mengharmonisasikan data peserta

    program jaminan kesehatan dengan data dari Kementerian Dalam Negeri yang berdasarkan nomor

    induk kependudukan (NIK).

    "Namun, NIK juga belum disinkronisasi sebagai identifikasi peserta untuk para peserta program

    jaminan kesehatan. Padahal sistem informasi jaminan kesehatan ini harus menjadi lokomotif

    pelaksanaan sistem jaminan sosial nasional (SJSN) secara keseluruhan," katanya.

    Sementara itu, Wakil Menteri Kesehatan Ali Gufron memastikan, BPJS Kesehatan tetap akan

    beroperasi pada 1 Januari 2014 meski belum ada harmonisasi data dan sistem TI yang baku. Apalagi

    penerapan sistem TI tidak mudah, karena banyak model yang harus disesuaikan dengan kebutuhan.

    Apalagi sistem TI mencatat data dan transaski yang ada.

    Dia lantas membantah bahwa akibat belum diharmonisasikannya sistem informasi pada saat BPJS

    Kesehatan, maka pelaksanaan program jaminan kesehatan bersifat uji coba (trial and error). Apalagi

    dalam masa transisi pasti membutuhkan penyesuaian, seperti dalam pelaksanaan e-KTP.

    "E-KTP itu kan untuk dewasa, lalu bagaimana dengan anak-anak? Makanya akan dibuat ID tunggal

    dari data yang sama yang ada di Askes. Nantinya tinggal disinkronisasikan saja. Kita tengah

    membahas harmonisasi ini," ujarnya saat membuka acara workshop tersebut.

  • 7/22/2019 Tugas Uas Rs

    16/20

    Menurut Ali Gufron, sistem TI merupakan tulang punggung dalam pelaksanaan BPJS Kesehatan.

    Karena itu harus menjadi prioritas. Apabila sistem ini sudah bisa dibangun, maka akan memudahkan

    pengintegrasian dengan program-program jaminan sosial lainnya, misalnya terkait masyarakat yang

    tergolong penerima besaran iuran (PBI) yang bisa berubah-ubah karena perubahan status sosial

    seseorang.

    "Yang semula miskin, bisa saja suatu saat masuk dalam kelompok mampu. Atau, yang tadinya tidak

    miskin, karena sesuatu hal masuk dalam jurang kemiskinan. Jadi, dengan kata lain, PBI bisa siapa

    saja. Karenanya, harus ditopang dengan sistem IT agar PBI benar-benar sesuai sasaran," ucapnya.

    Dia menyebutkan, PBI 2014 sendiri tercatat sebanyak 86,4 juta orang miskin dan berpendapatan

    rendah. Artinya ada 40 persen masyarakat dengan penghasilan terendah hasil identifikasi Badan

    Pusat Statistik (BPS) dan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang masuk dalam

    catatan PBI. Data ini akan diperbarui tiga tahun sekali.

    Sementara itu, Direktur Perencanaan, Pengembangan, dan Informasi PT Jamsostek (Persero) AgusSupriyadi mengatakan, jika BPJS Kesehatan beroperasi 1 Januari 2014, maka tidak akan ada

    perbedaan apakah pesertanya berasal dari Askes, Jamsostek, atau Jamkesmas. "Semua akan

    dilayani," katanya.

    Perubahan nama sistem Jaminan Kesehatan Nasional menjadi JaminanKesehatan Semesta (Universal Health Coverage), atau yang lebih dikenalsebagai BPJS Kesehatan, mulai tahun 2014 nanti juga menandaiperubahan komunikasi data Jaminan Kesehatan oleh negara tersebutsecara nasional. Nantinya sistem komunikasi data dalam BPJS Kesehatan

    akan bersifat interkonektivitas. Interkonektivitas dari sistem penyediafasilitas kesehatan di era BPJS khususnya akan meliputi sistem verifikasidan klaim jelas dr Guardian Sanjaya, MHlthInfo dari minat studi SistemManajemen Informasi Kesehatan FK UGM ketika ditemui dalam SeminarKomunikasi Data Elektronik Dalam Skema BPJS Kesehatan (19/03)

    Perubahan dalam Peta Jalan BPJS Kesehatan.

    Di dalam road map BPJS dan peraturan perundangan yang ada, sisteminformasi menjadi salah satu instrumen penting dalam pelaksanaan UHC diIndonesia. Namun, demikian pada praktik nyata terkait penggunaan sisteminformasi kesehatan dalam mengakomodasi kebutuhan UHC di Indonesiasangat terbatas. Sebut saja pengalaman Kartu Jakarta Sehat di Jakartadan Sistem Jaminan Sosial di Yogyakarta. Dari pengalaman tersebut salahsatu kunci pentingnya adalah mekanisme gatekeeper yang baik sertakomunikasi antar Penyedia Pelayanan Kesehatan (rumah sakit,puskesmas, klinik, dll) baik dalam bentuk klaim maupun rujukan pasien.

    Memudahkan Administrasi Klaim Jaminan Kesehatan

  • 7/22/2019 Tugas Uas Rs

    17/20

    Selama ini kerap terjadi perselilisahan paham antara masyarakat denganpetugas administrasi Jaminan Kesehatan, misalnya saja Jamkesmas.Masyarakat mengatakan bahwa administrasi Jaminanan Kesehatan sepertiJamkesmas dan Jamkesda sering dipersulit. Bahkan dimulai dari meja

    pendaftaran. Tidak jarang, antrian sampai mengular panjang karenabanyaknya masyarakat yang menggunakan Jamkesmas namun petugasadministrasi membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk memverifikasiotentitas data pasien.

    drg. Wuryanto dari BAPEL Jamkesos menjelaskan bahwa dari pihakpetugas administrasi RS atau PUSKESMAS mengatakan mereka kesulitanmencocokkan data dan menelusuri arsip pasien Jamkesmas karena masihbanyak penyedia faskes yang belum memiliki sistem data yang terhubungsecara online. Akibatnya, mereka yang bekerja di bagian verifikasi klaim

    Jamkesmas maupun daerah akan mengalami kesulitan ketika penyediafaskes mulai mengajukan klaim. Sehingga tidak heran jika ada cerita UPTJamkesda yang tidak bisa membayar klaim ke rumah sakit daerah.Lingkaran tersebut terjadi karena belum adanya sistem komunikasidata real time.Nomor Unik Kependudukan

    Sistem komunikasi data elektronik dalam Skema BPJS Kesehatan akansangat berkaitan dengan unifikasi nomor unik kependudukan yang akandisertakan dalam E-KTP. E-KTP yang rencananya juga akan mulaidiaktifkan di tahun 2014 nanti akan menjadi data pendukung penting bagi

    penertiban kartu BPJS Kesehatan. Sehingga nanti tidak ada lagipemalsuan kartu seperti yang terjadi sekarang. Kalau sekarang karenabelum ada chip digital, ada saja pasien nakal yang mengganti fotonyapadahal bukan yang punya kartu, ujar Ir. FX Garmaya Sabarling dariDitjen Kependudukan dan Catatan Sipil ketika mengisi sesi Potensi E-KTPsebagai identitas unik kepersertaan Jaminan Kesehatan. Dalam acara ini

    juga dibagikan secara gratis aplikasi praktik dokter pribadi yang juga dapatdidownload di link berikutC-CareMateri acara dapat diunduh melalui link ini

    III. PT. ASKES (PERSERO) SEBAGAI BPJS

    Terkait UU Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem JaminanSosial Nasional, PT Askes (Persero) resmi ditunjuk menjadi

    Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang meng-cover

    jaminan kesehatan seluruh rakyat Indonesia. Keputusan ini

    tertuang dalam UU BPJS Nomor 24 tahun 2011. Berikut ini

    adalah pembahasan mengenai PT. Askes (Persero) sebagaiBPJS dari hasil wawancara dan kajian literatur.

    A. Kondisi Bisnis Saat Ini

    PT. Askes (Persero) merupakan perusahaan jasa yangbergerak di bawah BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

    dengan status persero. Secara garis besar, bisnis utama yang

    dijalankan oleh PT. Askes (Persero) ada tiga hal utama, yaitu

    kepesertaan, pelayanan kesehatan, dan keuangan seperti padaGambar 2.Gambar 2. Bisnis utama PT. Askes (Persero)

    http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/03/20/interkonektivitas-masa-depan-sistem-informasi-bpjs-kesehatan-543890.htmlhttp://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/03/20/interkonektivitas-masa-depan-sistem-informasi-bpjs-kesehatan-543890.htmlhttp://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/03/20/interkonektivitas-masa-depan-sistem-informasi-bpjs-kesehatan-543890.htmlhttp://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/03/20/interkonektivitas-masa-depan-sistem-informasi-bpjs-kesehatan-543890.htmlhttp://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/03/20/interkonektivitas-masa-depan-sistem-informasi-bpjs-kesehatan-543890.htmlhttp://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/03/20/interkonektivitas-masa-depan-sistem-informasi-bpjs-kesehatan-543890.html
  • 7/22/2019 Tugas Uas Rs

    18/20

    Dalam menjalankan ketiga bisnis utama tersebut, PT. Askes(Persero) menggunakan sebuah sistem yang bernama tr i

    partite. Istilah tri partiteberkaitan dengan terdapatnya tiga

    buah entitas yang saling berhubungan, yaituprovider(Pemberi

    Pelayanan Kesehatan), peserta, dan PT. Askes (Persero).Hubungan dari ketiga entitas tersebut bersifat timbal balik

    antara satu entitas dengan entitas lainnya seperti diperlihatkan

    pada Gambar 3.Gambar 3. Diagram hubungan tri partite

    B. Kondisi Sistem Informasi Saat Ini

    Perusahaan menggunakan SIM (Sistem InformasiManajemen) berbasis teknologi yang diterapkan dengan sebuah

    platformbernama ASTERIX (Askes Integrated and Responsive

    Information Exchange). Untuk mencapai target Cakupan Semesta di tahun 2014, perusahaan menggunakan sebuah

    sistem di dalam ASTERIX yang disebut dengan bridgingsystem. Terdapat dua bagian utama di dalam aplikasi bridging

    system, yaitu Sistem Antrian Terpadu dan Sistem Klaim

    Terpadu.Peserta yang datang berobat membawa kartu Askes ke

    Askes Center. Di sana, pegawai rumah sakit memindai barcode

    pada kartu Askes untuk mengambil data peserta dan kemudianmembuat SJP (Surat Jaminan Pelayanan) dan pengajuan klaim.

    Terdapat petugas Askes yang berperan sebagai verifikator datayang dimasukkan ke SIM Rumah Sakit. Dari basis data SIM

    RS, pengajuan klaim langsung terkirim ke basis data Askes

    melalui basis data bridging systempada web services.Verifikatorpada kantor cabang dapat langsung memverifikasi

    klaim yang masuk dan mengirimkan umpan balik verifikasi ke

    SIM RS.

    Gambaran infrastruktur teknis dari ASTERIX denganbridging system dapat dilihat pada Gambar 4.Gambar 4. Infrastruktur ASTERIX

    C. Kebutuhan dan HarapanBerdasarkan hasil pemahaman mengenai kondisi bisnis saat

    ini, kondisi sistem informasi saat ini, serta hubungan darikeduanya, dapat diambil kesimpulan kebutuhan dan harapan

    sebagai berikut:1. Sistem terintegrasi secara nasional.

    Penerapan bridging system dapat dilakukan secara

    nasional, sehingga sistem terintegrasikan dan dapatmemberikan kinerja yang optimal.

    2. Jaringan alternatif pengganti VPN.

    Biaya penerapan bridging system secara nasional dapat

    berkurang karena adanya alternatif jaringan komunikasiyang aman sebagai pengganti jaringan VPN.

    3. SIM yang baik dari PPK.

    Ketersediaan obat dan keberlangsungan sistem di apotek

    dapat terkendali. Penggunaan peralatan di rumah sakit

    juga dapat terkendali sehingga dapat menghindariterjadinya over-utilizing.

    4. Sistem kendali pada PPK.Ketersediaan obat dan keberlangsungan sistem di apotek

    dapat terkendali. Penggunaan peralatan di rumah sakit

    juga dapat terkendali sehingga dapat menghindari

    terjadinya over-utilizing.

    5. Peningkatan kompetensi SDM.Dari PT. Askes (Persero) selaku BPJS dan PPK dapat

    memberikan performa yang bagus untuk melayani

    jaminan kesehatan secara nasional.6. Mekanisme pendataan dan collectingsektor informal.

    Agar seluruh warga negara Indonesia dapat memperoleh

    jaminan kesehatan, termasuk di dalamnya sektorinformal.7. Titik temu co-values.

  • 7/22/2019 Tugas Uas Rs

    19/20

    Antara kebutuhan dan permintaan masyarakat denganpenyediaan pelayanan kesehatan yang memungkinkan

    dapat memuaskan kedua belah pihak.

    8. Keberterimaan sistem Cakupan Semesta pada masyarakat.

    Agar tidak ada lagi kesalahpahaman dari masyarakatmengenai jaminan kesehatan Cakupan Semesta yang

    dapat menimbulkan protes seperti protes yang saat ini

    bermunculan dari perusahaan asuransi swasta.9. PP BPJS yang telah dirumuskan dan diresmikan.

    Sistem Cakupan Semesta nantinya dapat sesuai dengan

    kebutuhan warga negara Indonesia dan kemampuan dari

    PT. Askes (Persero) karena PP BPJS menjadi landasan

    1. perencanaan sistem Cakupan Semesta.

    BAB III

    PENUTUP

    Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi kesehatan

    merupakan sebuah sarana sebagai penunjang pelayanan kesehatan yang diberikankepada masyarakat. Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan

    dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan di semua jenjang, bahkan

    di puskesmas atau rumah sakit kecil sekalipun. Bukan hanya data, namun juga

    informasi yang lengkap, tepat, akurat, dan cepat yang dapat disajikan dengan

    adanya sistem informasi kesehatan yang tertata dan terlaksana dengan baik.

  • 7/22/2019 Tugas Uas Rs

    20/20

    DAFTAR PUSTAKA

    o http://www.depkes.go.id

    o http://www.dinkesjatim.go.id

    o http://www.desentralisasi-kesehatan.net

    o http://www.med.usf.edu/CLASS/his.htm

    o http://www.hsc.usf.edu/CLASS/his.htm

    o http://www.amia.org/pubs/symposia/D005614http://economy.okezone.com/read/2011/11/06/20/525492/jalankan-bpjs-perlu-database-nasional

    http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/03/20/interkonektivitas-masa-depan-sistem-

    informasi-bpjs-kesehatan-543890.html

    http://kebijakankesehatanindonesia.net/component/content/article/73-berita/1190-bpjs-

    kesehatan-harus-didukung-sistem-ti.html

    http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/04/16/153203/Jadi-BPJS-PT-Askes-

    Perbaiki-Sistem-Informasi

    http://www.amia.org/pubs/symposia/D005614http://www.amia.org/pubs/symposia/D005614http://economy.okezone.com/read/2011/11/06/20/525492/jalankan-bpjs-perlu-database-nasionalhttp://economy.okezone.com/read/2011/11/06/20/525492/jalankan-bpjs-perlu-database-nasionalhttp://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/03/20/interkonektivitas-masa-depan-sistem-informasi-bpjs-kesehatan-543890.htmlhttp://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/03/20/interkonektivitas-masa-depan-sistem-informasi-bpjs-kesehatan-543890.htmlhttp://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/03/20/interkonektivitas-masa-depan-sistem-informasi-bpjs-kesehatan-543890.htmlhttp://kebijakankesehatanindonesia.net/component/content/article/73-berita/1190-bpjs-kesehatan-harus-didukung-sistem-ti.htmlhttp://kebijakankesehatanindonesia.net/component/content/article/73-berita/1190-bpjs-kesehatan-harus-didukung-sistem-ti.htmlhttp://kebijakankesehatanindonesia.net/component/content/article/73-berita/1190-bpjs-kesehatan-harus-didukung-sistem-ti.htmlhttp://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/04/16/153203/Jadi-BPJS-PT-Askes-Perbaiki-Sistem-Informasihttp://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/04/16/153203/Jadi-BPJS-PT-Askes-Perbaiki-Sistem-Informasihttp://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/04/16/153203/Jadi-BPJS-PT-Askes-Perbaiki-Sistem-Informasihttp://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/04/16/153203/Jadi-BPJS-PT-Askes-Perbaiki-Sistem-Informasihttp://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/04/16/153203/Jadi-BPJS-PT-Askes-Perbaiki-Sistem-Informasihttp://kebijakankesehatanindonesia.net/component/content/article/73-berita/1190-bpjs-kesehatan-harus-didukung-sistem-ti.htmlhttp://kebijakankesehatanindonesia.net/component/content/article/73-berita/1190-bpjs-kesehatan-harus-didukung-sistem-ti.htmlhttp://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/03/20/interkonektivitas-masa-depan-sistem-informasi-bpjs-kesehatan-543890.htmlhttp://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/03/20/interkonektivitas-masa-depan-sistem-informasi-bpjs-kesehatan-543890.htmlhttp://economy.okezone.com/read/2011/11/06/20/525492/jalankan-bpjs-perlu-database-nasionalhttp://www.amia.org/pubs/symposia/D005614