tugas uas tik (cyberlaw)

27
URGENSI CYBERLAW DI INDONESIA” MARDELLA GALIH PRATAMA (8111412142) [email protected] Perum Gria asri blpk P6 no.1 Purwakarta, Jawa Barat Abstrak Kemajuan di bidang teknologi informasi diharapkan memberi manfaat yang seluas-luasnya bagi manusia. Namun demikian, muncul pula berbagai jenis tindak kejahatan dengan memanfaatkan kemajuan yang ada saat ini. Kejahatan dalam dunia TIK juga berkembang sangat cepat,. kita tidak akan mungkin dapat menuntaskan semua potensi serangan kejahatan TIK tersebut sekaligus. Namun demikian ada langkah-langkah reaktif maupun preventif yang dapat dilaksanakan guna mengatasi permasalahan tersebut diatas. Salah satunya melalui penegakan hukum dunia maya atau cyber law. Perkembangan dan kebutuhan akan cyber law di Indonesia perlu diperhatikan sejauh mana kontruksi yuridis yang mengatur tentang dunia maya, sehingga bisa mengbackup segala bentuk pelanggaran di Internet yang terjadi di Indonesia. Dalam penulisan penelitian ini penulis menggunakan metode penulisan studi pustaka, dengan mengkomparasikan dan menganalisis bacaan satu dengan yang lainnya. Dengan kenyataan yang ada kesimpulannya maka untuk menegakkan hukum serta menjamin kepastian hukum di Indonesia perlu adanya Cyber Law yaitu Hukum yang membatasi kejahatan siber (kejahatan dunia maya melalui jaringan internet) Kata Kunci : Cyberlaw, Cyberlaw di Indonesia

Upload: kifh-unnes

Post on 08-Dec-2015

233 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

law

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Uas Tik (Cyberlaw)

“URGENSI CYBERLAW DI INDONESIA”

MARDELLA GALIH PRATAMA (8111412142)

[email protected]

Perum Gria asri blpk P6 no.1 Purwakarta, Jawa Barat

AbstrakKemajuan di bidang teknologi informasi diharapkan memberi manfaat yang

seluas-luasnya bagi manusia. Namun demikian, muncul pula berbagai jenis tindak kejahatan dengan memanfaatkan kemajuan yang ada saat ini. Kejahatan dalam dunia TIK juga berkembang sangat cepat,. kita tidak akan mungkin dapat menuntaskan semua potensi serangan kejahatan TIK tersebut sekaligus. Namun demikian ada langkah-langkah reaktif maupun preventif yang dapat dilaksanakan guna mengatasi permasalahan tersebut diatas. Salah satunya melalui penegakan hukum dunia maya atau cyber law. Perkembangan dan kebutuhan akan cyber law di Indonesia perlu diperhatikan sejauh mana kontruksi yuridis yang mengatur tentang dunia maya, sehingga bisa mengbackup segala bentuk pelanggaran di Internet yang terjadi di Indonesia. Dalam penulisan penelitian ini penulis menggunakan metode penulisan studi pustaka, dengan mengkomparasikan dan menganalisis bacaan satu dengan yang lainnya. Dengan kenyataan yang ada kesimpulannya maka untuk menegakkan hukum serta menjamin kepastian hukum di Indonesia perlu adanya Cyber Law yaitu Hukum yang membatasi kejahatan siber (kejahatan dunia maya melalui jaringan internet)

Kata Kunci : Cyberlaw, Cyberlaw di Indonesia

Page 2: Tugas Uas Tik (Cyberlaw)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejahatan dalam bidang teknologi informasi dengan melakukan serangan elektronik

berpotensi menimbulkan kerugian pada bidang politik, ekonomi, sosial budaya, yang

lebih besar dampaknya dibandingkan dengan kejahatan yang berintensitas tinggi

lainnya. Dimasa datang, serangan elektronik dapat mengganggu perekonomian

nasional melalui jaringan yang berbasis teknologi informasi seperti perbankan,

telekomunikasi satelit, listrik dan lalu lintas penerbangan.

Hal ini dipicu oleh beberapa permasalahan yang ada dalam konvergensi

teknologi, misalnya internet membawa dampak negative dalam bentuk munculnya

jenis kejahatan baru, seperti dalam Pola umum yang digunakan untuk menyerang

jaringan komputer adalah memperoleh akses terhadap account user dan kemudian

menggunakan sistem milik korban sebagai platform untuk menyerang situs lain. Hal

ini dapat diselesaikan dalam waktu 45 detik dan mengotomatisasi akan sangat

mengurangi waktu yang diperlukan (Purbo, dan Wijahirto,2000: 9). Dan contoh

lainnya seperti hacker yang membobol komputer milik bank dan memindahkan dana

serta merubah data secara melawan hukum. Teroris menggunakan internet untuk

merancang dan melaksanakan serangan, penipu menggunakan kartu kredit milik

orang lain untuk berbelanja melalui internet.

Perkembangan teknologi informasi termasuk internet di dalamnya juga

memberikan tantangan tersendiri bagi perkembangan hukum di Indonesia. Beberapa

hal yang mungkin masuk antara lain adalah hal-hal yang terkait dengan kejahatan di

dunia maya (cybercrime), penyalahgunaan penggunaan komputer, hacking,

membocorkan password, electronic banking, pemanfaatan internet untuk

pemerintahan (e-government) dan kesehatan, masalah HaKI, penyalahgunaan nama

domain, dan masalah privasi. Penambahan isi disebabkan karena belum ada undang-

undang lain yang mengatur hal ini di Indonesia.

Page 3: Tugas Uas Tik (Cyberlaw)

Dari sekian banyak pernik-pernik sistem keamanan penyusun kebijakan

sistem keamanan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Keijakan

keamanan menyediakan kerangkakerangka untuk membuat keputusan yang spesifik,

misalnya mekanisme apa yang akan digunakan untuk melindungi jaringan dan

bagaimana mengkonfigurasi servis-servis. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Manuel Castells bahwa “impian abad pencerahan, rasio dan ilmu pengetahuan

(science) akan memecahkan persoalan utama manusia”. Manuel Castells mengatakan

pula bahwa revolusi TIK akan menjadi salah satu proses independen yang akan

menjadi kekuatan baru di dunia adalah grup elektronik (electronic herd) (Manfred

B.Steger,2002: 49,50,85).

Kebijakan keamanan system informasi yang paling penting ada pada tatanan

hukum nasional dalam bentuk Undang-undang Dunia Maya (Cyber Law) yang

mengatur aktivitas dunia maya termasuk pemberian sanksi pada aktivitas jahat dan

merugikan. Pengaturan hukum dalam internet masih relatif baru dan terus

berkembang, ada dorongan pengaturan yang bersifat global, namun kedaulatan

hukum menjadikannya tidak mudah terlaksana. Hal ini menjadi salah satu kelemahan

dari penegakkan cyber law. Maka bagaimana dengan pengaturan hukum mengenai

cyberlaw di Indonesia sekaligus perkembangannya, bedasarkan hal tersebut dalam

penulisan karya ilmiah ini penulis menguak tentang “Urgensi Cyberlaw Di

Indonesia”.

B. Rumusan masalah

Bedasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, paka permasalahan yang akan

difokuskan dalam tulisan karya ilmiah ini sekiranya aadaalah :

1. Pengertian, serta Seberapa pentingkah perumusan cyber law di Indonesia saat

ini ?

2. Bagaimana perkembangan cyber law di Indonesia sendiri ?

Page 4: Tugas Uas Tik (Cyberlaw)

II. PEMBAHASAN

A. Cyber Law

Cyberlaw secara singkat dapat didefinisikan seperangkat aturan yang terkait dengan persoala-persoalan yang muncul dari pemanfaatan internet. Secara akademis, terminologi ”cyber law” tampaknya belum menjadi terminologi yang sepenuhnya dapat diterima. Hal ini terbukti dengan dipakainya terminologi lain untuk tujuan yang sama seperti The law of the Inlernet, Law and the Information Superhighway, Information Technology Law, The Law of Information, dan sebagainya. Di Indonesia sendiri tampaknya belum ada satu istilah yang disepakati atau paling tidak hanya sekedar terjemahan atas terminologi ”cyber law”. Sampai saat ini ada beberapa istilah yang dimaksudkan sebagai terjemahan dari ”cyber law”, misalnya, Hukum Sistem Informasi, Hukum Informasi, dan Hukum Telematika (Telekomunikasi dan Informatika).

Sebagaimana dikemukakan di atas, lahirnya pemikiran untuk membentuk satu aturan hukum yang dapat merespon persoalan-persoalan hukum yang muncul akibat dari pemanfaatan Internet terutama disebabkan oleh sistem hukum tradisional yang tidak sepenuhnya mampu merespon persoalan-persoalan tersebut dan karakteristik dari Internet itu sendiri. Hal ini pada gilirannya akan melemahkan atau bahkan mengusangkan konsep-konsep hukum yang sudah mapan seperti kedaulatan dan yurisdiksi. Kedua konsep ini berada pada posisi yang dilematis ketika harus berhadapan dengan kenyataan bahwa para pelaku yang terlibat dalam pemanfaatan Internet tidak lagi tunduk pada batasan kewarganegaraan dan kedaulatan suatu negara. Dalam kaitan ini Aron Mefford seorang pakar cyberlaw dari Michigan State University sampai pada kesimpulan bahwa dengan meluasnya pemanfaatan Internet sebenarnya telah terjadi semacam ”paradigm shift” dalam menentukan jati diri pelaku suatu perbuatan hukum dari citizens menjadi netizens.

a) Ruang Lingkup Cyber Law

Pembahasan mengenai ruang lingkup ”cyberlaw” dimaksudkan sebagai inventarisasi atas persoalan-persoalan atau aspek-aspek hukum yang diperkirakan berkaitan dengan pemanfaatan Internet. Secara garis besar ruang lingkup ”cyber law” ini berkaitan dengan persoalan-persoalan atau ’ aspek hukum dari E-Commerce, Trademark/Domain Names, Privacy and Security on the Internet, Copyright, Defamation, Content Regulation, Disptle Settlement, dan sebagainya.

Page 5: Tugas Uas Tik (Cyberlaw)

b) Komponen Cyber Law

Pertama, tentang yurisdiksi hukum dan aspek-aspek terkait; komponen ini menganalisa dan menentukan keberlakuan hukum yang berlaku dan diterapkan di dalam dunia maya itu.

Kedua, tentang landasan penggunaan internet sebagai sarana untuk melakukan kebebasan berpendapat yang berhubungan dengan tanggung jawab pihak yang menyampaikan, aspek accountability, tangung jawab dalam memberikan jasa online dan penyedia jasa internet (internet provider), serta tanggung jawab hukum bagi penyedia jasa pendidikan melalui jaringan internet.

Ketiga, tentang aspek hak milik intelektual dimana adanya aspek tentang patent, merek dagang rahasia yang diterapkan serta berlaku di dalam dunia cyber.

Keempat, tentang aspek kerahasiaan yang dijamin oleh ketentuan hukum yang berlaku di masing-masing yurisdiksi negara asal dari pihak yang mempergunakan atau memanfaatkan dunia maya sebagai bagian dari sistem atau mekanisme jasa yang mereka lakukan.

Kelima, tentang aspek hukum yang menjamin keamanan dari setiap pengguna internet.

Keenam, tentang ketentuan hukum yang memformulasikan aspek kepemilikan dalam internet sebagai bagian dari nilai investasi yang dapat dihitung sesuai dengan prinisip-prinsip keuangan atau akuntansi.

Ketujuh, tentang aspek hukum yang memberikan legalisasi atas internet sebagai bagian dari perdagangan atau bisnis usaha.

B. Pentingnya Cyber Law di Indonesia

Dilema yang dihadapi oleh hukum tradisional dalam menghadapi fenomena cyberspace ini merupakan alasan utama perlunya membentuk satu regulasi yang cukup akomodatif terhadap fenomena-fenomena baru yang muncul akibat pemanfaatan Internet. Aturan hukum yang akan dibentuk itu harus diarahkan untuk memenuhi kebutuhan hukum (the legal needs) para pihak yang terlibat dalam traksaksi-transaksi lewat Internet. Seperti yang dikemukakan proposal dari Mefford yang mengusulkan ”Lex Informatica” (Independent Net Law) sebagai ”Foundations of Law on the Internet".

Proposal Mefford ini tampaknya diilhami oleh pemikiran mengenai ”Lex Mercatoria” yang merupakan satu sistem hukum yang dibentuk secara evolutif untuk merespon kebutuhan-kebutuhan hukum (the legal needs) para pelaku transaksi dagang yang mendapati kenyataan bahwa sistem hukum nasional tidak cukup

Page 6: Tugas Uas Tik (Cyberlaw)

memadai dalam menjawab realitas-realitas yang ditemui dalam transaksi perdagangan internasional. Secara demikian maka ”cyber law” dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan yang berkaitan dengan persoalan-persoalan yang muncul akibat dari pemanfaatan Internet.

Dapat dibayangkan, bagaimana jika sebuah infrastuktur teknologi informasi yang bersentuhan dengan hajat hidup orang banyak tidak dilindungi dengan system keamanan. Misalnya jaringan perbankan, dikacau balaukan atau dirusak data-datanya oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, sehingga informasi yang ada di dalamnya juga kacau dan rusak. Dengan demikian masyarakat yang bersentuhan hanyalah sederetan tulisan, akan tetapi angka-angka dalam sebuah data dan informasi perbankan merupakan hal yang sensitif. Kacaunya atau rusaknya angka-angka tersebut dapat merugikan masyarakat dan bahkan dapat merusak lalu lintas perekonomian dan keuangan serta dapat berdampak pada keamanan, ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat. Demikian pula, infrastuktur TI lainnya seperti Penerbangan, Pertahanan, Migas, PLN dan lain-lainnya, dapat dijadikan sebagai sarana teror bagi teroris. Di masa depan, bukan tidak mungkin teroris akan menjadikan jaringan teknologi informasi sebagai sarana buat kacau dan teror dalam masyarakat.

Itu sedikit gambaran urgen/pentingnya cyberlaw saat ini, dan terdapat pula beberapa kejahatan yang berhubungan dengan teknologi dan informasi yang berbasis utama dengan computer dan jaringan telekomunikasi (cyber crime) diantaranya (Mas Wigwantoro dkk, 2005: 9-10) :1) Unauthorized Acces to Computer System and Service

Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki atau menyusup ke dalam suatu system computer secara tidak sah, atau tanpa izin dan sepengetahuan dari pemilik system jaringan computer tersebut. Hal ini bisa menyebabkan pembobolan password dan rusaknya system. Contoh kasusnya adalah pembobolan rekening Bank BNI New York dengan melibatkan orang dalam

2) Illegal ContentsMerupakan kejahatan yang memasukkan data atau informasike internet tentang suatu hal yang tidak benar atau dapat dianggap melanggar hukum.

3) Data ForgeryMerupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen penting yang tersimpan sebagai scriptless document di internet.

4) Cyber SpionageMerupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk kegiatan mata-mata dengan memasuki sistem jaringan komputer pihak sasaran. Hal ini yang

Page 7: Tugas Uas Tik (Cyberlaw)

sekarang menjadi issu terhangat dalam masalah global termasuk masalah Indonesia-Australia.

5) Cyber Sabotage and ExtortionKejahatan ini dilakukan dengan membuat gangguan pengrusakan atau penghancuran data, progam computer atau system jaringan computer yang terhubung ke internet. Hal ini bisa dilakukan dengan cara Ddoss Attack berupa penyerangan terhadap system operasional, membuat dan menyebarkan data yang bersifat merusak (malicious code) seperti worm, virus, trojan horse dan lainnya.

6) Offence Against Intellectual PropertyKejahatan ini ditujukan terhadap hak atas kekayaan intelektual yang dimiliki pihak lain di internet seperti peniruan tampilan web page

7) Infringement of PrivacyKejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan seseorang pada formulir data pribadi yang tersimpan secara computerized yang digunakan orang lain sehingga merugikan korban, seperti nomer kartu kredit, nomer pin ATM dan lainnya.Untuk Indonesia, regulasi hukum cyber menjadi bagian penting dalam sistem

hukum positif secara keseluruhan. Untuk selanjutnya setelah RUU ITE diundangkan, pemerintah perlu pula untuk memulai penyusunan regulasi terkait dengan tindak pidana cyber (Cyber Crime), mengingat masih ada tindak-tindak pidana yang tidak tercakup dalam UU ITE. Tetapi dicakup dalam instrumen Hukum Internasional di bidang tindak pidana cyber, misalnya menyangkut tindak pidana pornografi, deufamation, dan perjudian maya. Untuk hal yang terakhir ini perlu untuk mengkaji lebih jauh Convention on Cyber Crime 2000, sebagai instrumen tindak pidana cyber internasional, sehingga regulasi yang dibuat akan sejalan dengan kaidah-kaidah internasional, atau lebih jauh akan merupakan implementasi (implementing legislation) dari konvensi yang saat ini mendapat perhatian begitu besar dari masyarakat internasional.

Paling tidak masalah cybercrime di Indonesia adalah sebagai berikut:  Indonesia meskipun dengan penetrasi Internet yang rendah (8%), memiliki

prestasi menakjubkan dalam cyberfraud terutama pencurian kartu kredit (carding). Menduduki urutan 2 setelah Ukraina (ClearCommerce)

Indonesia menduduki peringkat 4 masalah pembajakan software setelah China, Vietnam, dan Ukraina (International Data Corp)

Beberapa cracker Indonesia tertangkap di luar negeri, singapore, jepang, amerika, dsb

Page 8: Tugas Uas Tik (Cyberlaw)

Beberapa kelompok cracker Indonesia ter-record cukup aktif di situs zone-h.org dalam kegiatan pembobolan (deface) situs

Kejahatan dunia cyber hingga pertengahan 2006 mencapai 27.804 kasus (APJII)

Sejak tahun 2003 hingga kini, angka kerugian akibat kejahatan kartu kredit mencapai Rp 30 milyar per tahun (AKKI)

Layanan e-commerce di luar negeri banyak yang memblok IP dan credit card Indonesia. Meskipun alhamdulillah, sejak era tahun 2007 akhir, mulai banyak layanan termasuk payment gateway semacam PayPal yang sudah mengizinkan pendaftaran dari Indonesia dan dengan credit card Indonesia

Indonesia menjadi tampak tertinggal dan sedikit terkucilkan di dunia internasional, karena negara lain misalnya Malaysia, Singapore dan Amerika sudah sejak 10 tahun yang lalu mengembangkan dan menyempurnakan Cyberlaw yang mereka miliki. Malaysia punya Computer Crime Act (Akta Kejahatan Komputer) 1997, Communication and Multimedia Act (Akta Komunikasi dan Multimedia) 1998, dan Digital Signature Act (Akta Tandatangan Digital) 1997. Singapore juga sudah punya The Electronic Act (Akta Elektronik) 1998, Electronic Communication Privacy Act (Akta Privasi Komunikasi Elektronik) 1996. Amerika intens untuk memerangi child pornography dengan: US Child Online Protection Act (COPA), US Child Pornography Protection Act, US Child Internet Protection Act (CIPA), US New Laws and Rulemaking.

Bagi Indonesia, berbicara mengenai urgensi "cyber law" di saat pemerintah dan masyarakat dihadapkan kepada krisis yang bersifat multidimensional tentunya kedengaran sangat "aneh" dan mungkin saja di tuduh sebagai mengada - ada. Namun, apabila melihat fakta meskipun Indonesia tengah dirundung berbagai persoalan yang sangat rumit dan kompleks, masyarakat Indonesia meskipun baru sebagian kecil sudah melibatkan diri dalam mainstream budaya masyarakat informasi. Pemakaian Internet sekarang sudah hampir merata di kota - kota besar di Indonesia dan dalam waktu yang tidak lama lagi, bukan tidak mungkin Internet akan segera menjangkau sampai ke kota - kota kecil. Publikasi mengenai E-Commerce yang sangat gencar dilakukan oleh "On-line company" sedikit banyak telah membawa masyarakat kepada budaya masa depan. Dilihat dari ukuran yang menitikberatkan kepada skala prioritas yang dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia saat ini maka cyber law jelas tidak akan masuk dalam prioritas. Namun, apabila kita melihat bahwa Internet sekarang sudah menjadi bagian penting dalam sektor - sektor tertentu khususnya perdagangan misalnya, On-line banking atau scripless trading yang sekarang sudah

Page 9: Tugas Uas Tik (Cyberlaw)

diberlakukan di Bursa Efek Jakarta, pemerintah dan masyarakat tidak bisa hanya berpikir dengan ukuran skala prioritas.

Dalam hal ini pemerintah dan masyarakat khususnya para profesional dan perguruan tinggi harus berpikir preventif, directive, dan futuristic(Muladi, 2002: 17) Disamping di sektor perdagangan, dalam level tertentu Internet telah memainkan peranan penting dalam urusan politik khususnya dalam penggalangan opini publik di kalangan menengah. Pihak luar negeri misalnya Australia dengan sangat cerdik telah memanfaatkan Internet sebagai media yang ampuh dalam penggalangan opini publik dalam kasus Timor-Timur. Apabila Indonesia tidak menaruh perhatian atas fenomena ini, maka dikemudian hari Indonesia akan mendapati kenyataan transaksi - transaksi lewat Internet yang sekarang sudah berlangsung akan berjalan tanpa suatu aturan yang jelas.

Terdapat pula contoh kasus cyber crime di Indonesia seperti Pada tahun 1994 seorang sekolah musik yang berusia 16 tahun. Yang bernama Richard Prycw atau lebih dikenal dengan hacker alias Datastream Cowboy  ditahan lantaran masuk secara ilegal kedalam ratusan sistem komputer rahasia termasuk pusat data dari graffits Air Force, nasa dan korean atomic research institute atau badan penelitian atom korea. Dalam intgrosasinya dengan FBI, ia mengaku belajar hacking dan cracking dari seseorang yang dikenalnya lewat internet dan menjadikan seorang mentor yang memiliki julukan “kuji”. Hebatnya , hingga saat ini sang mentor pun tidak pernah diketahui keadaanya. Hingga akhirnya pada febuari 1995 giliran kevin mitnick diganjar hukum penjara untuk yang kedua kalinya. Dia di tuntut dengan tuduhan telah mencuri sekitar 20.000 nomor kartu kredit. Bahkan ketika ia bebas ia menceritakan kondisinya ketika di penjara yang tidak boleh menyentuh komputer atau telepon.

Oleh karenanya untuk menegakkan hukum serta menjamin kepastian hukum di Indonesia perlu adanya Cyber Law yaitu Hukum yang membatasi kejahatan siber (kejahatan dunia maya melalui jaringan internet), yang dalam Hukum Internasional terdapat tiga jenis Yuridis yaitu ( The Juridiction to Prescribe) Yuridis untuk menetapkan undang-undang, (The Juridicate to Enforce) Yuridis untuk menghukum dan (The Jurisdiction to Adjudicate)Yuridis untuk menuntut( Jonathan Rosenoer, 1997: 238)

C. Struktur dan Perkembangan Pengaturan Cyber Law di Indonesia

Definisi jurisdiksi secara universal, adalah berikut : jurisdiction of the authority of a state to affect legal interests. Menurut Black’s Law Dictionary, jurisdiction(Henry Campbell Blck, 1976:766) :

Page 10: Tugas Uas Tik (Cyberlaw)

a) The word is a term of large and comprehensive import, and embraces every kind of judicial action;

b) It is the authority by which courts and judicial officers take cognizance of and decide cases;

c) The legal right by which judges exercise their authority;d) It exists when courts has cognizances of class of cases involved, proper parties are

present, and point to be decided is within powers of court;e) The right of power of a court to adjudicate concerning the subject matter in a given

case. Terdapat tiga pendekatan untuk mempertahankan keamanan di cyberspace,

pertama adalah pendekatan teknologi, kedua pendekatan sosial budaya-etika, dan ketiga pendekatan hukum. Untuk mengatasi gangguan keamanan pendekatan teknologi sifatnya mutlak dilakukan, sebab tanpa suatu pengamanan jaringan akan sangat mudah disusupi, dintersepsi, atau diakses secara ilegal dan tanpa hak.

Dalam kaitannya dengan responsivitas hukum dalam dunia telematika dengan membangun cyber law, menurut penulis ini merupakan pengembangan hukum progresif yang dicanangkan oleh Prof. Satjitpto Raharjo. Hukum Progresif diinginkan menjadi hukum yang kritis dan fungsional, oleh karena itu tidak henti-hentinya melihat kekurangan yang ada dalam ranah hukum dan berusaha untuk memperbaikinya. Parameter yang ada adalah kaitan fungsionalnya dengan manusia, masyarakat dan dinamika masyarakat. Hukum itu bukan untuk diri sendiri melainkan untuk turut member penyelesaian terhadap masalah kemasyarakatan khususnya yang mutakhir, membara dan yang akan datang(current, burring and emerging issues)(Satjitpto Raharjo, jurnal hukum, 2005: 23)

Masaki Hamano dalam The Principles of Jurisdiction mengatakan: “as a general term, jurisdiction refers to A government’s general power to exercise authority over all persons and things within its territory, a court’s power to decide a case or issue a decree, or A geographic area within which political or judicial authority may be exercised” (Masaki Hamano, The Principles of Jurisdiction). Kemajuan teknologi informasi yang cepat selalu menimbulkan suatu permasalahan terutama di bidang hukum pidana, sementara di satu sisi hukum seringkali tertinggal jauh di banding dengan kemajuan teknologi.

Masaki Hamano menggunakan 3 jenis yurisdiksi tradisional , untuk menganalisa permasalahan dalam cyberjurisdiction/cyber law1) Yurisdiksi legislatif (Jurisdiction to prescribe)

Yurisdiksi legislatif adalah wewenang negara untuk membuat hukum sesuai dengan masyarakat dan keadaan yang ada . Dalam keterkaitannya dengan

Page 11: Tugas Uas Tik (Cyberlaw)

internet, muncul pertanyaan ialah negara mana yang berwenang terhadap kegiatan atau orang di dunia cyber?. Menimbulkan suatu permasalahan yaitu “choice of law”.

2) Yurisdiksi untuk mengadili ( Jurisdiciton to adjudicate)Yurisdiksi untuk mengadili didefinisikan sebagai wewenang negara terhadap seseorang untuk melakukan proses pemeriksaan pengadilan , dalam masalah kriminal. Pada yurisdiksi ini, masalah yang muncul adalah “choice of forum”.

3) Yurisdiksi untuk melaksanakan (Jurisdiction to enforce) Yurisdiksi untuk melaksanakan berhubungan dengan wewenang suatu negara untuk melakukan penghukuman terhadap terdakwa sesuai hukum yang berlaku, baik melalui pengadilan atau melalui tindakan non-hukum lainnya (sanksi administratif). Ketiga macam jurisdiksi yang dikemukakan di atas, dapat diterapkan dalam

bidang penegakan hukum pidana sehingga menjadi sebagai berikut jurisdiksi legislatif adalah kewenangan pembuatan hukum substantif atau dapat juga disebut jurisdiksi formulatif; jurisdiksi judisial merupakan kewenangan mengadili atau menerapkan hukum , dapat pula disebut sebagai jurisdiksi aplikatif atau jurisdiksi judisial; jurisdiksi eksekutif adalah kewenangan melaksanakan kepatuhan hukum yang dibuat , dapat pula disebut jurisdiksi eksekutif (Barda Nawawi Arief, 2001: 259).

a) Pembangunan Cyber Law di Indonesia

Dalam upaya menanggulangi cyber crime, resolusi kongres PBB VIII/1990 Mengenai computer related crimes mengajukan beberapa kebijakan yaitu menghimbau Negara anggota untuk mengintensifkan upaya penanggulangan penyalahgunaan computer yang lebih efektif dengan mempertimbangkan langkah al: melakukan moderenisasi hukum pidana materiil dan hukum acara pdana(Barda, Op.cit: 2-3). Berikut adalah kebijakan formulasi undang-undang sebagai cikal bakal cyber law di Indonesia :

RKUHPDalam konsep Rancangan KUHP sudah dibuat ketentuan yang cukup

responsive terhadap cyber crime. Dalam buku I (ketentuan umum) maupun buku II (tindak pidana), antara lain : Memperluas pengertian barang termasuk data dan progam komputer, jasa

telpon/telekomunikasi dan jasa computer.

Page 12: Tugas Uas Tik (Cyberlaw)

Memperluas pengertian surat termasuk data tertulis dalam disket, pita ketik, media penyimpanan computer atau data penyimpanan elektronik lainnya(Andi Hamzah dkk, 1987: 30)

Memperluas pengertian ruang termasuk bentangan atau terminal computer yang dapat diakses dengan cara tertentu.

Memperluas pengertian masuk, termasuk mengakses computer dan system computer.

Memperluas jaringan telepon, termasuk jaringan komputer.Menambah delik-delik baru sebagai tindak pidana INTEL(informasi dan

telematika) (Barda, Op.cit: 197-204) antara lain : Mengakses computer dan/atau system elektronik dengan cara apapun

sengan maksud untuk memperoleh, mengubah, merusak atau menghilangkan informasi dalam computer dan/atau sistem elektronik.

Penyelenggaraan agen elektronik yang tidak menyediakan fitur pada agen elektronik yang dioperasikannya, yang memungkinkan penggunaannya melakukan perubahan informasi yang masih dalam transaksi.

Memiliki dan menggunakan nama domain name berdasar itikad tidak baik melanggar perdagangan usaha tidak sehat dan melanggar hak orang lain.

Tanpa hak mengakses komputer dan sistem elektronik.Termasuk juga diatur dalam RKUHP ini tentang tindak pidana yang diatur

tindak pidana transfer dana, tindak pidana dalam e-commerce baik dalam sistem elektronik bank sentral, lembaga perbankan atau lembaga keuangan.

Perluasan asas ruang berlakunya hukum pidana Indonesia dinyatakan dalam RKUHP, yaitu perluasan asas teritorial yang memperluas asas jangkauan hukum pidana terhadap tindak pidana yang dilakukan di Indonesia maupun diluar Indonesia yang akibatnya dirasakan atau terjadi di wilayah Indonesia dan dalam kapal dan/atau pesawat Indonesia(Sudarto, 1990: 112-115)

Perluasan yurisdiksi criminal dimungkinkan bedasarkan hukum Internasional. J.G.Starke menyatakan perluasan yuridiksi criminal yang meliputi hak melakukan penuntutan dan penjatuhan pidana atas kejahatan yang dilakukan dalam suatu batas wilayah suatu Negara akan tetapi diselesaikan di Negara lain, perliasan yurisdiksi ini disebut subjective teritorial principle. Perluasan yurisdiksi yang kedua meliputi kejahatan yang dilakukan dinegara lain akan tetapi diselesaikan dalam batas wilayah Negara yang dirugikan, dan mengakibatkan dampak yang sangat merugikan

Page 13: Tugas Uas Tik (Cyberlaw)

kepentingan perekonomian dan kesejahteraan social Negara yang bersangkutan, perluasan yurisdiksi ini disebut objective teritorial principle(J.G. Starke, 1984: 197)

Muatan UU ITEDalam UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik selain mengatur tentang pemanfaatan teknologi informasi juga mengatur tentang transaksi elektronik, Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya. Bahwa didalam penerapannya, UU No 11 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ini masih ada kendala-kendala teknis.

UU RI tentang Informasi dan Transaksi Elektronik no 11 th 2008 , yang terdiri dari 54 pasal dan disahkan tgl 21 April 2008, dipersepsikan sebagai cyberlaw di Indonesia, yang diharapkan bisa mengatur segala urusan dunia Internet (siber), termasuk didalamnya memberi punishment terhadap pelaku cybercrime. Nah kalau memang benar cyberlaw, perlu kita diskusikan apakah kupasan cybercrime sudah semua terlingkupi? Di berbagai literatur, cybercrime dideteksi dari dua sudut pandang:1.Kejahatan yang Menggunakan Teknologi Informasi Sebagai Fasilitas: Pembajakan, Pornografi, Pemalsuan/Pencurian Kartu Kredit, Penipuan Lewat Email (Fraud), Email Spam, Perjudian Online, Pencurian Account Internet, Terorisme, Isu Sara, Situs Yang Menyesatkan, dsb.2.Kejahatan yang Menjadikan Sistem Teknologi Informasi  Sebagai Sasaran: Pencurian Data Pribadi, Pembuatan/Penyebaran Virus Komputer, Pembobolan/Pembajakan Situs, Cyberwar, Denial of Service (DOS), Kejahatan Berhubungan Dengan Nama Domain, dsb.

Selanjutnya pada garis besarnya UU ITE ini mengkriminalisasi tentang : Pelanggaran terhadap persyaratan minimal untuk mengeperasionalkan

sistem elektronik. Sengaja dan melawan hukum mengakses komputer dengan maksud

memperoleh atau mengubah informasi dalam komputer. Mengakses komputer tanpa hak atau melampaui wewenang dengan

maksud

III. PENUTUP

A. Simpulan

Dalam antisipasi globalisasi, norma hukum dan law enforcementnya merupakan tuntutan consensus global. Tuntutan membangun cyber law merupakan national level

Page 14: Tugas Uas Tik (Cyberlaw)

responsiveness dan flexibility dalam membangun pembangunan menyongsong globalisasi. Dan menjadi harapan terwujudnya salah satu visi etik masyarakat global, perlu direfleksi bahwa aturan hukm yang akan dikemas dalam cyber law tidak bersifat restriktif seperti criminalization,melainkan harus bersifat directif dan futuristik. Jadi kesimpulannya, cyberlaw adalah kebutuhan kita bersama. Cyber law akan menyelamatkan kepentingan nasional, pebisnis Internet, para akademisi dan masyarakat secara umum, sehingga harus kita dukung.

Dalam regulasi hukum tentang penanganan cyber crime, Negara Indonesia telah memiliki aturan-aturan perundang-undangan yang cukup memadai dalam perkembangannya, walau memang sedikit tertinggal dan masih harus dibenahi kembali bila dibandingkan Negara-negara tetangga seperti Singapura contohnya.

Di Indonesia sendiri dalam perkembangannya terdapat beberapa landasan yuridis mengenai kejahatan dunia maya(cyber crime), diantaranya UU ITE yang sebenarnya perlu dikaji ulang dalam penerapannya tapi sudah cukup banyak mengbackup cyber crime yang marak. Selain itu ada pula peraturan lain seperti UU Traansfer Dana, UU TPTI(Tindak Pidana di Bidang Teknologi Informatika) dan RKUHP pun telah mencangkup masalah cyber law untuk cyber crime dengan cukupmemadai dan apresiatif serta komperehensif.

B. Saran

Untuk membangun pijakan hukum yang kuat dalam mengatur masalah-masalah hukum di ruang cyber (internet) diperlukan komitmen kuat pemerintah dan DPR. Namun yang lebih penting lagi selain komitmen adalah bahwa aturan yang dibuat tersebut yaitu UU ITE merupakan produk hukum yang adaptable terhadap berbagai perubahan khususnya di bidang teknologi informasi. Kunci dari keberhasilan pengaturan cyberlaw adalah riset yang komprehensif yang mampu melihat masalah cyberspace dari aspek konvergensi hukum dan teknologi. Kongkretnya pemerintah dapat membuat laboratorium dan pusat studi cyberlaw di perguruan-perguruan tinggi dan instansi-instansi pemerintah yang dianggap capable di bidang tersebut. Laboratorium dan pusat studi cyberlaw kemudian bekerjasama dengan Badan Litbang Instansi atau Perguruan Tinggi membuat riset komprehensif tentang cyberlaw dan teknologi informasi. Riset ini tentu saja harus mengkombinasikan para ahli hukum dan ahli teknologi informasi. Hasil dari riset inilah yang kemudian dijadikan masukan dalam menyusun produk-produk cyberlaw yang berkualitas selain tentunya masukan dari pihak-pihak lain seperti swasta, masyarakat, dan komunitas cyber.

Page 15: Tugas Uas Tik (Cyberlaw)

Selain hal tersebut hal paling penting lainnya adalah peningkatan kemampuan SDM aparatur hukum di bidang Teknologi Informasi mulai dari polisi, jaksa, hakim bahkan advokat khususnya yang menangani masalah-masalah ini. Penegakan hukum di bidang cyberlaw mustahil bisa terlaksana dengan baik tanpa didukung SDM aparatur yang berkualitas dan ahli di bidangnya.

Untuk negara-negara berkembang, Indonesia bisa bercermin dengan negara negara seperti India, Banglades, Srilanka Malaysia, dan Singapura yang telah memiliki perangkat hukum di bidang cyberlaw atau terhadap Armenia yang pada akhir tahun 2006 lalu  telah meratifikasi Convention on Cybercrime and the Additional Protocol to the Convention on Cybercrime concerning the criminalisation of acts of a racist and xenophobic nature committed through computer sistem. Indonesia masih tertinggal jauh jika dibandingkan dengan Negara-negara Asia lainnya apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara Uni Eropa yang telah memiliki perangkat hukum lengkap di bidang cyberlaw.

Daftar Pustaka

Buku : Black, Henry Campbell, Law Dictionary, jurisdiction, Fifth Edition, West

Publishing Co, St.Paul Minn, 1979

B.Steger, Manfred, Glabalism, The New, Market Ideology, terj. Globalisme

Bangkitnya ideologi Pasar, Lafald Pustaka, Jogyakarta, 2002.

Hamzah Andi, dan D. Marsita, Boedi, Aspek-Aspek Pidana di Bidang Komputer,

Sinar Grafika, Jakarta, 1987

Muladi, Demokratisasi, Hak Asasi Manusia dan Reformasi Hukum di Indonesia,

The Habibie Center, Jakarta, 2002

Nawawi Arief, Barda, Sari Kuliah Perbandingan Hukum, Materi Kuliah Program

Pasca Sarjana Ilmu Hukum UNDIP, 2001

Rahardjo, Satjitpto, Jurnal Hukum Progresif, Pencairan, Pembahasan,

Pencerahan Masalahnya Hukum Progresif : Hukum yang Membebaskan,

vol.1/Nomer.1/April 2005, PDIH UNDIP Semarang,.

Page 16: Tugas Uas Tik (Cyberlaw)

Rosenoer, Jonathan, Cyberlaw : The Law of the Internet, Springer-Verlag, New

York, 1997

Starke, J.G. Introduction to International Law, Butterworth, ninit ed, London

1984

Sudarto, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, Sinar Baru, Bandung,

1983

Sudarto, Hukum Pidana I, Yayasan Sudarto, Semarang, 1990

Wigwantoro, Mas dkk, cyber Law, Aspek Hukum, Teknologi informasi, Reika

Aditama, Bandung, 2005

Artikel & Jurnal ilmiah :

Darrel Menthe, Jurisdiction in Cyberspace : A Theory of International Spaces,

MICH.TELECOMM.TECH.L.REV 69 ( 1998)

Muladi, 2002, Kebijakan Kriminal terhadap :Cybercrime”, Makalah Seminar

Nasional Strategi Penanggulangan Kejahatan dalam bidang Telematika,

Kerjasama Universitas Semarang dan Dirjen Postel DEPHUB RI, Semarang, 23

Juli 2002.

Website :

http://www.cyber-rights.org/ reports/ child.html.

http://www.mtlr.org/volfour/menthe.html.

Undang-Undang :

Undang-Undang No. 11 tahun 2008 ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) RKUHP (Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)