tugas tutorial urologi kel 1 fiks

37
Tutorial Susah Kencing Modul 1 Skenario 1 Kelompok 1 & 5 TUGAS TUTORIAL UROLOGI MODUL I SKENARIO 1 SUSAH KECING Oleh : Kelompok 1 dan V Andi Nur Rahmat Wahyuni Tahir Ni Luh Putu Rintho A. Dewi Andi Junaidah Maria Gorety Bahi PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JALUR KERJASAMA 1 | Page

Upload: andhy

Post on 05-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Kasus Blok urologi Susah Kencing

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

TUGAS TUTORIAL UROLOGIMODUL I SKENARIO 1

SUSAH KECING

Oleh :Kelompok 1 dan VAndi Nur RahmatWahyuni TahirNi Luh Putu Rintho A. DewiAndi JunaidahMaria Gorety Bahi

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JALUR KERJASAMA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2015

1 | P a g e

Page 2: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

Tn SJ Umur 57 tahun, masuk Rumah Sakit / RS dengan keluhan Susah

kencing. Keluhan ini pasien rasa sejak 6 bulan yang lalu, pasien selalu merasakan

kencing tidak puas, dan tampak menetes setelah akhir kencing. Saat ini pasien

terpasang kateter. Jumlah urin tertampung pada urin bag ±350 cc/ 8 jam.

Konsistensi urin keruh, berwarna kuning, hasil laboratorium menunjukkan HB 12

gr/dl. Ht 39%, Leukosit 9 rb/ul. Pasien memiliki riwayat Hipertermia.

A. KATA KUNCI

1. Jenis kelamin

2. Usia 57 tahun

3. Susah kencing

4. Kencing tidak puas

5. Keluhan dirasakan sejak 6 bulan lalu

6. Urin menetes setelah akhir kencing

7. Terpasang kateter

8. Urin tertampung pada urin bag 350 cc / 8 jam

9. Konsistensi urin keruh

10. Urin berwarna kuning

11. Hematokrit 39 %

12. Riwayat hypertermi

2 | P a g e

SKENARIO 1

Page 3: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

B. KLARIFIKASI KATA KUNCI

1. Susah Kencing

Dimana seseorang harus benar-benar memaksa diri untuk dapat buang air

kecil. Beberapa orang merasakan bahwa mereka harus membuang air seni

mereka. Namun ketika mereka benar-benar ingin melakukannya, jumlah

urin yang mengalir sangat sedikit. Kondisi ini dapat menyakitkan dan

membuat tidak nyaman dalam berkemih.

2. Kencing Tidak Puas

Suatu keadaan dimana seseorang masih ingin mengeluarkan urin namun

sudah berhenti.

3. Urin Menetes Stelah akhir kencing

Suatu keadaan dimana seseorag pada saat sudah selesai mengeluarkan urin

namun uretra masih mengeluarkan urin beberapa ml.

4. Terpasang Kateter

Suatu keadaan dimana pasien menunjukkan bahwa pasien tersebut

mengalami gangguan sistem perkemihan.

5. Urin Tertampung Pada Urin Bag 350 cc / 8 jam

Urin meupakan sisa metabolisme yang diekskresikan oleh ginjal yang

kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui uretra. Urin yang

dikeluarkan 350 cc / 8 jam menunjukkan adanya gangguan sistem

perkemihan karena urin yang dikeluarkan volumenya kurang dari normal.

6. Konsistensi keruh

Urin yang berubah warna menjadi keruh merupakan salah satu indikator

seseorang mengalami infeksi pada saluran kemih

7. Hematokrit 39 %

Hematokrit merupakan suatu hasil pengukuran yang menyatakan

perbandingan sel darah merah terhadap volume darah. Kata hematokrit

berasal dari yunani yaitu hema (darah) krite (menilai atau mengukur)

secara harfiah hematokrit berarti mengukur atau menilai darah. Dalam

kasus di atas hematokrit pasien menunjukkan39% yang berarti bahwa

3 | P a g e

Page 4: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Susah Kencing

Manifestasi klinik

Hesistensi Retensi Urin

Masalah Keperawatan

ASKEP

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

hematokrit pasien di bawah normal. Normal hematokrit pada orang

dewasa adalah 40%- 50%.

8. Hypertermi

Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan suhu tubuh. Suhu tubuh dikatakan meningkat jika hasil

pengukuran suhu tubuh seseorang di atas 37 ˚C.

C. PROBLEM TREE

D. PERTANYAAN PENTING

1. Mengapa pada usia lanjut lebih sering mengalami susah kencing ?

2. Mengapa pada laki-laki bisa terjadi susah kencing ?

3. Bagaimanakah mekanisme susah berkemih dan mengapa urin menetes

setelah akhir miksi ?

4. Bagaimana mekanisme kencing tidak puas ?

5. Mengapa tindakan pemasangan kateter harus dilakukan pada pasien yang

mengalami susah kencing ?

6. Jelaskan :

a. Bagaimanakah proses pembentukan urin dan berapakah jumlah urin

dikandung kemih yang menyebabkan rangsangan untuk berkemih ?

b. Bagaimana proses berkemih pada kasus susah kencing?

4 | P a g e

Page 5: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

7. Apa yang menyebabkan konsistensi urin menjadi keruh ?

8. Apa saja manifestasi klinik yang dapat timbul pada pasien yang

mengalami susah kencing ?

9. Apa saja data penunjang yang diperlukan untuk pasien yang mengalami

susah kencing ?

10. Apa hubungan Hipertermi dengan Susah Kencing ?

E. JAWABAN PERTANYAAN PENTING

5 | P a g e

Page 6: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

2. Laki-Laki lebih sering mengalami susah kencing

6 | P a g e

Page 7: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

3. Mekanisme Susah Kencing

7 | P a g e

Page 8: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

4. Bagaimana mekanisme kencing tidak puas

8 | P a g e

Page 9: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

5. Pemasangan kateter harus dilakukan pada pasien yang mengalami susah

kencing

9 | P a g e

Page 10: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

6. Proses pembentukan urin dan jumlah urin dikandung kemih yang

menyebabkan rangsangan untuk berkemih dan proses berkemih pada kasus

susah kencing

10 | P a g e

Page 11: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

11 | P a g e

Page 12: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

7. Proses Terjadinya Urin Keruh

12 | P a g e

Page 13: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

8. Manifestasi Klinis Susah Kencing

a. Kesulitan memulai berkemih

b. Perasaan berkemih tidak puas atau kandung kemih terasa tidak kosong

c. Ketidakmampuan untuk mengosongka kandung kemih

d. Nyeri abdomen bagian bawah dan distensi serta spasme abdomen

e. Sering berkemih dg jumlah sedikit

f. Diawali dengan urin mengalir lambat.

g. Terasa ada tekanan

h. Kadang terasa nyeri dan rasa ingin BAK

i. Sensasi kandung kemih penuh

j. Tidak ada haluaran urin

k. Mengedan bila miksi

l. Ketidaknyamanan daerah pubis

9. Pemeriksaan penunjang pada klien yang mengalami susah kencing

a. Darah rutin

Menilai adanya gangguan pada sistem perkemihan. Hb menurun

menandakan penurunan produksi eritropoitin. Peningkatan leukosit

menandakan adanya proses inflamasi.

b. Analisis urin

PH kurang dari normal kemungkinan terdapat infeksi oleh bakteri

pemecah urea, sedangkan jika ph meningkat kemungkinan terdapat

asidosis pada tubulus ginjal

c. Fungsi ginjal

Pemeriksaan kadar BUN untuk menilai adanya gangguan fungsi

ginjal.

d. Foto polos abdomen

Untuk menilai adanya batu saluran kemih

e. IVP

Untuk melihat adanya komplikasi pada ureter dan ginjal

f. PSA ( Prostat Spesifik Antigen )

Untuk menilai keganasan pada prostat

13 | P a g e

Page 14: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

g. Erytouretroscope

Untuk mengamati uretra, kandung kemih dan ukuran prostat

10. Hubungan antara hipertermi dengan susah kencing

Jawab:

Hubungan secara langsung mungkin tidak ada tapi hipertermi memiliki

hubungan yang sangat erat dengan salah satu penyebab susah

kencing,yaitu infeksi saluran kemih. Mekanisme terjadinya adalah :

Skema Pathofisiologi Hubungan Susah Kncing dengan Hipertermi:

14 | P a g e

Page 15: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

F. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA

1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi retensi urin

2. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi retensi urin

3. Mahasiswa mampu menjabarkan patofisiologi retensi urin

4. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinik retensi urin

5. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan retensi urin

6. Mahasiswa mampu menyebutkan diagnosa keperawatan yang dapat

muncul dari retensi urin

G. INFORMASI TAMBAHAN

1. pasien mengejan saat memulai miksi

2. distensi abdomen

3. Tidak ada haluan urin

4. Ketidaknyamanan daerah pubis

5. Sensasi kandung kemih penuh

6. Kadang rasa nyeri dan perasaan ingin berkemih

7. Pemeriksaan penunjang

8. Fungsi ginjal

9. Potopolos abdomen

10. Ivp

11. PSA

H. ANALISA & SINTESIS

Dari analisis kelompok kami, skenario diatas lebih mengarah pada

terjadinya retensi urin yang dicurigai dikarenakan pasien mengalami BPH.

namun masih membutuhkan beberapa data-data penunjang lainnya

seperti,pemeriksaan laboratorium lengkap dan beberapa pemeriksaan

penunjang lain yang lebih memfokuskan untuk dapat menegakkan diagnosa

keperawatan dan diagnosa medis.

15 | P a g e

Page 16: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

Retensi Urine

Definisi

Retensi Urin (akut dan kronik) Ketidak Mampuan Melakukan

urinasi meskipun terdapat keinginan ataudorongan terhadap hal tersebut.

Retensi Urin adalah ketidak mampuan seseorang untuk

mengeluarkan urin yang terkumpul dalam buli-buli hingga kapsitas

maksimal buli-buli terlampaui. Proses miksi terjadi kerena adanya

koordinasi harmonik antara otot detrusor buli-buli sehingga penampang

pemompa urin dengan Uretra yang bertindak sebagai penyalur urin.

Adanya penyumbatan pada uretra, kontraksi buli-buli yang tidk

adekuat, atau tidak adanya koordinasi antara buli-buli dan uretra dapat

menimbulkan terjadinya retensi urin.

Etiologi

1. Adanya penyumbatan pada uretra

2. Kontraksi buli buli tidak adekuat

3. Tidak ada kontraksi buli buli dan uretra

4. Kelainan medula spinalis, misalnya meningkokel, tabes dosalis, atau

spasmus sfingter yang di tandai dengan rasa sakit yang hebat. Vesikal

berupa kelemahan otot detrusor karena lama tegang, atoni pada pasien DM

atau penyakit neurolgit divertikel yang besar

5. Dapat disebabpakan oleh kecemasan, pembesaran prostat, kelainan

patologi urethra(infeksi, tumor, kalkul), Trauma, disvungsi neurologi

kandung kemih

6. Beberapa obat mencakup preparat antikolinergik,

antispasmotik(fenotiazin), preparat antihistamin (pseudoefedrin

hidroklrida = sudafet).

Manifestasi Klinik:

1. Diawali dengan urin mengalir lambat

2. Kemudian terjadi poliuri yang makin lama menjadi parah karena

pengosongan kandung kemih tidak efesien

16 | P a g e

Page 17: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

3. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih

4. Terasa ada tekanan

5. Kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK

6. Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc

7. Sensasi kandung kemih penuh

8. Tidak ada haluaran urin

9. Mengedan bila miksi

10. Hesistansi

11. Nokturia atau pancaran kurang kuat

12. Ketidak nyamanan daerah pubis

17 | P a g e

Page 18: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

Patway Susah Kencing

18 | P a g e

Page 19: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

ASKEP SESUAI DENGAN SCENARIO

A. PENGKAJIAN:

SIIRKULASI:

Tanda: peninggian TD (efek pembesaran ginjal)

ELIMINASI:

Gejala:

1) Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan

lengkap

2) dorongan dan frekuensi berkemih

3) penurunan kekuatan/dorongan aliran urine;tetesan.

4) Disuria

5) hematuria

Tanda:

1) massa padat dibawah abdomen bawah (distensi kandung kemih),

2) nyeri tekan kandung kemih

MAKANAN/CAIRAN:

Gejala:

1) anoreksia

2) mual

3) muntah

4) Penurunan berat badan

KEAMANAN:

Gejala: demam .

B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK:

- Urinalisa: warna kuning, coklat gelap, merah gelap atau terang

(berdarah); penampilan keruh; pH7 atau lebih besar (menunjukkan

infeksi); bacteria, SDP,SDM mungkin ada secara mikroskopis.

- Kultur urine: dapat menunjukkan Staphylococcus aureus, proteus,

klebisella, pseudomonas, atau Escherichia coli.

- Sitologi urine: untuk mengesampingkan kanker kandung kemih.

19 | P a g e

Page 20: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

- BUN/ kreatinin: Meningkatkan bila fungsi ginjal dipengaruhi.

- Asam fosfat serum/antigen khusus prostatic: peningkatan karena

pertumbuhan selular dan pengaruh hormonal pada kanker prostat (dapat

mengindikasikan metastase tulang).

- SDP: mungkin lebih besar dari 11.000, mengindikasikan infeksi bila

pasien tidak imunosupresi.

- Penentuan kecepatan aliran urine: Mengkaji derajat obstruksi kandung

kemih.

- IVP dengan film pasca-berkemih: menunjukkan pelambatan pengosongan

kandung kemih, membedakan derajat obstruksi kandung kemih dan

adanya pembesaran prostat, divertikuli kandung kemih dan penebalan

abnormal otot kandung kemih.

- Sistouretrografi berkemih: digunakan sebagai ganti IVP untuk

memvisualisasikan kandung kemihdan uretra karena ini menggunakan

bahan kontras local.

- Sistogram: mengukur tekanan dan volume dalam kandungan kemih untuk

mengidentifikasi disfungsi yang tak berhubungan dengan BHP.

- Sistouretroskopi: untuk menggambarkan derajat pembesaran prostat dan

perubahan dinding kandung kemih (kontraindikasi pada adanya ISK akut

sehubungan dengan risikosepsis gram negatif).

- Sistometri: mengevaluasi fungsi otot detrusor dan tonusnya.

- Ultrasound transrektal; mengukur ukuran prostat, jumlah residu urine;

melokalisasi lesi yang tak berhubungan dengan BHP.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Retensi urine

2. Nyeri

3. Eliminasi urine

4. Ansietas

5. Kurang Pengetahuan

20 | P a g e

Page 21: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Retensi urine

No Intervensi Rasional1. Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4

jam dan bila tiba-tiba dirasakan

Meminimal kanretensi urine distensi

berlebihan pada kandung kemih

2. Tanyakan pasien tentang inkontinensia

stress

Tekanan ureteral tinggi menghambat

pengosongan kandung kemih atau dapat

menghambat berkemih sampai tekanan

abdominal meningkat cukup untuk

mengeluarkan urine secara tidak sadar

3. Observasi aliran urine, perhatikan

ukuran dan kekuatan

Berguna untuk mengevaluasi obstruksi

dan pilihan intervensi

4. Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap

berkemih. Perhatikan penurunan

haluaran urine dan perubahan beratjenis

Retensi urine meningkatkan tekanan

dalam saluran perkemihan atas, yang

dapat mempengaruhi fungsi ginjal

adanya deficit aliran darah ke ginjal

mengganggu kemampuannya untuk

memfilter dan mengkonsentrasi

substansi

5. Perkusi/palpasi area suprapubik Distensi kandung kemih dapat dirasakan

di area suprapubik

6. Dorong masukan cairan sampai 3000 ml

sehari, dalam toleransi jantung, bila

diindikasikan

Peningkatan aliran cairan

mempertahankan perfusi ginjal dan

kandung kemih dari pertumbuhan

bakteri

7. Berikan/dorong kateter lain dan

perawatan perineal

Menurunkan risiko infeksi asendens

8. Berikan rendam duduk sesuai indikasi Meningkatkan relaksasi otot, penurunan

edema, dan dapat meningkatkan upaya

berkemih

9. Berikan obat sesuai indikasi: Menghilangkan spasme kandung kemih

21 | P a g e

Page 22: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

Antispasmodic, contoh; oksibutin

inklorida (ditropan)

sehubungan dengan iritasi oleh kateter

22 | P a g e

Page 23: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

2. Nyeri

No Intervensi Rasional

1. Kajinyeri, perhatikanlokasi, intensitas(skala 0-10) Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan

pilihan/keefektifan intervensi

2. Plester selang drainase pada paha dan kateter

pada abdomen (bila traksi tidak diperlukan)

Mencegah penarikan kandung kemih dan erosi pertemuan penis-skrotal

3. Perhatikan tirah baring bila diindikasikan Tirah baring mungkin diperlukan pada awal selama retensi akut. Namun,

ambulasi dini dapat memperbaiki pola berkemih normal dan

menghilangkan nyerikolik

4. Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan

punggung; membantu pasien melakukan posisi

yang nyaman; mendorong penggunaan relaksasi/

latihan napas dalam; aktivitas teraupetik

Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian, dan dapat

meningkatkan kemampuan koping

5. Dorong menggunakan rendam duduk, sabun

hangat untuk perineum

Meningkatkanrelaksasiotot

6. Masukkan kateter dan dekatkan untuk kelancaran

drainase

Pengaliran kandung kemih menurunkan tegangan dan kepekaan kelenjar

7. Lakukan masase prostat Membantu dalam evakuasi duktus kelenjar untuk menghilangkan

kongesti/inflamasi. Kontraindikasi bila infeksi terjadi

23 | P a g e

Page 24: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

8. Berikan obat sesuai indikasi:

Narkotik, conto heperidin (Demerol)

Antibacterial, contoh metenamin hipurat (Hiprex)

Diberikan untuk menghilangkan nyeri berat, memberikan relaksasi

mental danfisik

Menurunkan adanya bakteri dalam traktus urinaryus juga yang

dimasukkan melalui system drainase

3. Eliminasi urine

No Intervensi Rasional

1. Awasi pemasukan dan pengeluaran dan

karakteristik urine

Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh

infeksi dan perdarahan. Perdarahan dapat mengindikasikan peningkatan

obstruksi atau iritasi ureter

2. Tentukan pola berkemih normal pasien dan

perhatikan variasi

Kalkulus dapat menyebab kaneksi tabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi

kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi dan urgensi meningkat bila

kalkulus mendekati pertemuan uretrovesikal

3. Periksa semua urine. Catat jika adanya

keluaran batu

Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu

danmempengaruhipilihanterapi

4. Observasi perubahan status mental, perilaku

atau tingkat kesadaran

Akumulasi sisa uremik dan ketidak seimbangan elektrolit dapat menjadi

toksik pada SSP

5. Awasi pemeriksaan laboratorium, elektrolit,

BUN, Kreatinin

Peniinggian BUN, kreatinin dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal

24 | P a g e

Page 25: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

4. Ansietas

No Intervensi Rasional

1. Selalu ada untuk pasien. Buat hubungan

saling percaya dengan pasien/orang terdekat

Menunjukkan perhatian dan keinginan untu kmembantu

Membantu dalam diskusi tentang subjek sensitive

2. Berikan informasi tentang prosedur dan

teskhusus dan apa yang akan terjadi, contoh

kateter,urin berdarah, iritasi kandung kemih.

Ketahui seberapa banyak informasi yang

diinginkan pasien

Membantu pasien memahami tujuan dari apa yang dilakukan, dan

mengurangi masalah karena ketidak tahuan, termasuk ketakutan akan kanker.

Namun kelebihan informasi tidak membantu dan dapat meningkatkan

ansietas.

3. Pertahankan perilaku nyata dalam melakukan

prosedur/menerima pasien. Lindungi privasi

pasien.

Menyatakan penerimaan dan menghilangkan rasa malupasien.

4. Dorong pasien/orang terdekat untuk

menyatakan masalah/perasaan

Mendefinisikan masalah, memberikan kesempatan untuk menjawab

pertanyaan, memperjela skesalahan konsep, dan solusi pemecahan masalah

5. Beri penguatan informasi pasien yang telah

diberikan sebelumnya

Memungkinkan pasien untuk menerima kenyataan dan menguatkan

kepercayaan pada pemberian perawatan dan pemberian informasi

5. Kurang pengetahuan

25 | P a g e

Page 26: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

No Intervensi Rasional

1. Kaji ulang proses penyakit, pengalaman

pasien

Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan

informasi terapi

2. Dorong menyatakan rasa takut/ perasaan dan

perhatian

Membantu pasien mengalami perasaan dapat merupakan rehabilitasi vital

3. Berikan informasi bahwa kondisi tidak

ditularkan secara seksual

Mungkin merupakan ketakutan yang tak dibicarakan

4. Anjurkan menghindari makanan berbumbu,

kopi, alcohol, mengemudikan mobil lama,

pemasukan cairan cepat (terutama alcohol)

Dapat menyebabkan iritasi prostat dengan masalah kongesti. Peningkatan

tiba-tiba pada aliran urine dapat menyebabkan distensi kandung kemih dan

kehilangan tonus kandung kemih, mengakibatkan episode retensi urinaria

akut

5. Bicarakan masalah seksual, contoh bahwa

selama episode akut prostatitis, koitus

dihindari tetapi mungkin membantu dalam

pengobatan kondisi kronis

Aktivitas seksual dapat meningkatkan nyeri selama episode akut tetapi dapat

memberikan sesuatu massase pada adanya penyakit kronis

6. Berikan informasi tentang anatomi dasar

seksual. Dorong pertanyaan dan tingkatkan

dialog tentang masalah

Memiliki informasi tentang anatomi membantu pasien memahami implikasi

tindakan lanjut, sesuai dengan afek penampilan seksual

7. Kaji ulang tanda/gejala yang memerlukan Intervensi cepat dapat mencegah komplikasi

26 | P a g e

Page 27: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

evaluasi medik, contoh urine keruh,

penurunan haluaran urine, adanya demam/

menggigil

8. Diskusikan perlunya pemberitahuan pada

perawat kesehatan lain tentang diagnose

Menurunkan resiko terapi tak tepat, contoh penggunaan dekongestan, anti

kolinergik, dan anti depresan meningkatkan retensi urin dan dapat

mencetuskan episode akut

9. Beri penguatan pentingnya evaluasi medic

untuk sedikitnya 6 bulan - 1tahun, termasuk

pemeriksaan rektal, urinalisa

Hipertrofi berulang dan/infeksi (disebabkan oleh organisme yang sama atau

berbeda) tidak umum dan akan memerlukan perubahan terapi untuk

mencegah komplikasi serius.

27 | P a g e

Page 28: Tugas Tutorial Urologi Kel 1 Fiks

Tutorial Susah Kencing

Modul 1 Skenario 1

Kelompok 1 & 5

DAFTAR PUSTAKA

Purnomo, Basuki B. (2011). Dasar-Dasar urologi. Jakarta: Sagung Seto

Corwin, E. (2009). Buku saku patofisiologi edisi revisi 3. Jakarta: EGC.

Hopkins, T. (2014). Intisari medikal bedah edisi 3. Jakarta: EGC.

Muttaqim, A., & Kumala, S. (2011). Asuhan keperawatan gangguan sistem

perkemihan. Jakarta: Salamba medika.

Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine. (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Sari, N. (n.d.). Konsep dasar benigna prostat hiperplasia. Unimus.

Smetzer, C., & Bare, B. (2013). Buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8.

Jakarta: EGC.

28 | P a g e