tugas terstruktur
TRANSCRIPT
TUGAS TERSTRUKTURBIOTEKNOLOGI PERTANIAN
RESTRICTION FRAGMENT LEGTH POLYMORPHISM (RFLP)
Oleh:
Dina Fahrina A1L008077Nitta Hita Pawitra A1L008084Ahmad Alaudin A1L008088Muhammad Ainur R A1L008...
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2010
I. PENDAHULUAN
Marka molekuler RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphism)
merupakan marka molekuler yang menggunakan enzim restriksi dalam
mengidentifikasi sekuensi-sekuensi DNA pada genom tanaman. Enzim restriksi
ini berperan memotong rangkaian DNA genom tanaman menjadi potongan-
potongan yang berbeda-beda ukurannya dan menjadi sumber informasi genetik
spesifik dalam mendeteksi variasi sekuensi DNA yang dimiliki suatu tanaman.
Analisis RFLP adalah teknik profiling DNA pertama untuk melihat aplikasi
yang luas. Selain sidik jari genetik, RFLP merupakan alat yang penting dalam
pemetaan genom, lokalisasi gen untuk gangguan genetik, penentuan risiko
penyakit, dan uji DNA. Pada prinsipnya, RFLP merupakan semua mutasi yang
menghilangkan atau menciptakan sekuen rekognisi baru bagi enzim restriksi.
Penyisipan (insersi), penghilangan (delesi), maupun subtitusi nukleotida yang terjadi
pada daerah rekognisi suatu enzim restriksi menyebabkan tidak lagi dikenalinya situs
pemotongan enzim restriksi dan terjadinya perbedaan pola pemotongan DNA (Lewin,
1994).
RFLP dapat berfungsi sebagai penduga variasi DNA. Variasi dideteksi
dalam bentuk pemotongan rangkaian panjang polimorfik (ganda) yang mana
waktu penilaian dari rangkaian variasi memungkinkan dari data fragmen itu
sendiri, rangkaian variasi yang panjang dalam suatu bagian dapat dinilai dari
subtitusi nukleotida. Berbagai keunggulan penerapan marker RFLP antara lain:
1. menduga hubungan kekerabatan dari beberapa individu yang dianalisis.
2. Menduga ada tidaknya variasi genetik dari koleksi plama nutfah.
3. Memonitor proses seleksi (melalui linkage) berbagai karakter.
4. Memisah komponen genetik dari karakter kuantitatif.
5. Menganalisis gen yang berasal dari proses transformasi genetik.
6. Bersifat kodominan sehinggan dapat mendeteksi adanya heterozigositas.
7. Memiliki kemampuan memisahkan yang tinggi pada tingkat spesies,
populasi.
Enzim Restriksi
Tahun 1960-an, telah ditemukan sekelompok enzim tertentu yang dapat
mendegradasi DNA dan menghambat (restrict) proses terjadinya infeksi dari
bakterifage penginfeksi bakteri. Kelompok enzim ini, yang kemudian dikenal
sebagai enzim restriksi (Restriction Enzyme), terbukti berperan sangat penting
dalam penerapan teknologi DNA rekombinan di abad modern ini untuk
memanipulasi DNA. Enzim restriksi ini mampu memotong DNA pada situs
pengenal dengan sekuensi DNA yang sangat spesifik (Recognition site). Dengan
demikian enzim ini mampu memproses DNA menjadi potongan-potongan yang
lebih pendek asal DNA tersebut memiliki situs pengenal untuk enzim restrisi
tertentu. Oleh enzim restriksi ini, DNA genomik tanaman yang relatif kompleks
organisasi DNA-nya dapat dipotong-dipotong menjadi populasi potongan DNA
dengan berbagai ukuran. Sampai dengan tahun 1988an, telah diketahui hampir
475 macam enzim restriksi yang berasal dari berbagai organisme.
Enzim restriksi yang biasa dipakai untuk melakukan analisis RFLP biasanya
mempunyai situs pengenal dengan sekuensi DNA 4–6 pasangan basa
(pb). dengan mengetahui situs pengenalnya, frekwensi terjadinya pemotongan
atau ada tidaknya situs pengenal akan dapat diduga. Dengan menasumsikan
bahwa sekuensi nukleotida dalam DNA tersebar acak (random) dan dalam jumlah
yang sama, maka enzim restriksi yang situs pengenalnya 6 pb kemungkinan akan
memotong DNA satu kali (frekwensi situs pengenal = 1) untuk setiap sekuensi
DNA sepanjang 46 atau 4096 pb. Dengan kata lain, untuk setiap DNA yang
panjangnya 4096 pb diduga akan terdapat satu situs pengenal untuk enzim
tersebut. Dengan demikian, enzim yang situs pengenalnya terdiri dari 4 pb
kemungkinan akan ada satu satu situs pengenal untuk setiap 256 pb (44 ) sekuensi
DNA.
Pelacak DNA (DNA Probe)
Jika DNA genome tanaman dipotong oleh enzim restriksi, beratus-ratus
atau beribu-ribu potongan DNA akan dihasilkan dari pemotongan ini. Untuk
mempelajari pola pemotongan DNA yang berasal adri lokus tertentu dalam
kromosom, maka ratusan atau ribuan potongan tersebut harus dipisah-pisahkan
berdasarkan ukurannya dengan elektroforesis gel agarose dan, potongan DNA
tertentu yang diinginkan harus dapat dibedakan dari populasi potongan DNA
dengan ukuran yang sama dengan melakukan hibridisasi menggunakan pelacak
DNA (DNA probe).
Pelaksanaan analisis RFLP memerlukan penggunaan bahan radioaktif atau
bahan nonradioaktif tertentu untuk memberi label pada pelacak DNA. Bahan ini
harganya masih relatif mahal. Selain itu, bahan radioaktif juga merupakan polutan
yang berbahaya bagi lingkungan. Sebaliknya, bahan non-radioaktif walaupun
tidak berbahaya, tetapi kemampuan dan sensitifitasnya untuk mendeteksi sekuensi
DNA kopi tunggal masih belum efisien. pemberian label pada pelacak DNA
dilakukan dengan teknik nick translation atau dengan teknik random
priming DNA labelling. Dengan teknik nick translation, salah satu untaian dari
DNA yang akan dilabel diputus diberbagai titik dengan menggunakan
enzim DnaseI. Untaian DNA yang baru akan disintesis kembali oleh enzim
polimerase I dari titik tempat terjadinya pemutusan tersebut. Ketika proses sintesis
DNA yang baru terjadi, nukleotida yang telah diberi label ikut bergabung dalam
untaian DNA baru yang disintesis.
Pelacak DNA yang dipakai dalam penelitian RFLP dapat berupa DNA yang
berasal dari sekerabat dengan spesies tanaman yang diteliti (pelacak homolog)
atau berasal dari tanaman yang tidak sekerabat (pelacak
heterolog). Pelacak heterolog biasanya lebih sulit dalam pemakaiannya karena
biasanya ada homologi sekuensi pelacak DNA dengan DNA tanaman relatif kecil.
Akibatnya, penggunaan pelacak DNA heterolog akan memberikan komplementasi
yang kurang stabil antara DNA tanaman dan pelacak DNA. Pelacak heterologous
dari DNA yang bersifat sangat konservatif (selalu sama untuk berbagai spesies
tanaman) misalnya bagian gen small sub unit dari RUBISCO (Ribulosa Bifosfat
Karboksilasi), gen major klorofil a/b binding protein atau gen RNA ribosomal.
Hibridisasi DNA - Pelacak DNA
DNA genom yang telah dipotong dengan enzim restriksi harus dilakukan
hibridisasi dengan pelacak DNA yang sudah diklon terlebih dahulu. Prinsip dari
hibridisasi ini adalah setiap untaian tunggal DNA dapat berpasangan dengan
untaian DNA komplementernya. DNA genom yang telah dipotong dan dipisah-
pisahkan dengan ukuran berbeda-beda dipindahkan dari gel agarose ke membran
untuk proses blotting menggunakan pelacak DNA. Jika potongan DNA genom
telah terhibridisasi dengan pelacak DNA, maka akan mengurangi ribuan potongan
DNA genom yang tidak diperlukan atau potongan DNA yang semir pada gel
agarose tidak akan terlihat.
PCR (Polymerase Chain Reaction)-RFLP
Seiring dengan kemajuan dalam teknologi DNA, analisis RFLP dapat
dilakukan tanpa menggunakan pelacak DNA dan proses hibridisasi DNA.
Penemuan program PCR (Polymerase Chain Reaction) dapat membantu
mendapatkan sekuensi-sekuensi DNA tertentu dari genom DNA, kemudian
dilakukan pemotongan dengan enzim restriksi, atau dengan kata lain analisis
RFLP dapat dilakukan terhadap sekuensi-sekuensi DNA spesifik yang telah
diisolasi dengan menggunakan primer spesifik dalam program PCR.
Dalam analisis PCR, harus menggunakan primer spesifik yang mampu
mengklon sekuensi DNA tertentu yang dapat digunakan sebagai pengganti
pelacak DNA dalam analisis RFLP. Selanjutnya sekuensi DNA yang sudah
diisolasi dipotong dengan berbagai enzim restriksi, guna melihat
variasi/keragaman keberadaan recognition site memberikan ukuran potongan
DNA yang berbeda-beda.Potongan DNA dengan ukuran berbeda beda ini
merupakan gambaran adanya keragaman genetik berdasarkan sekuen DNA yang
diisolasi pada berbagai jenis tanaman yang dianalisis. Sebagai ilustrasi singkat
mengenai analisis RFLP dapat dilihat pada Gambar.
Gambar 1. RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphism)
Markah RFLP memiliki keterbatasan jika digunakan sebagai alat bantu
seleksi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: pada beberapa
spesies tingkat polimorfisme DNA-nya sangat rendah, menyita banyak tenaga dan
waktu, kuantitas dan kualitas DNA yang diperlukan sangat tinggi, prosedur
hibridisasinya rumit, sehingga menyulitkan otomatisasi, dan memerlukan pustaka
probe untuk spesies tanaman yang belum pernah dieksplorasi sebelumnya.
II. METODE KERJA
Langkah-langkah kerja untuk mendeteksi RFLP di laboratorium meliputi :
1. Isolasi DNA
Isolasi DNA merupakan tahap pertama dari berbagai teknologi analisis
DNA. DNA dapat ditemukan baik pada kromosom inti maupun pada organel
yaitu pada mitokondria dan kloroplas. Untuk mengekstrak DNA diperlukan
langkah-langkah laboratorium untuk memecah dinding sel dan membran inti,
dan dilanjutkan dengan pemisahan DNA dari berbagai komponen sel yang lain.
Proses pengeluaran DNA dari tempatnya berada (ekstraksi atau lisis)
biasanya dilakukan dengan homogenasi dan penambahan buffer ekstraksi
untuk mencegah DNA rusak. Pemisahan DNA dari komponen sel yang lain,
termasuk dibris sel, dilakukan dengan sentrifugasi.
2. Pemotongan dengan enzim restriksi dan elektroforesis gel
DNA hasil isolasi kemudian dipotong dengan menggunakan enzim
restriksi tertentu yang dipilh dengan hati-hati. Setiap enzim restriksi pada
kondisi yang sesuai akan mengenali dan memotong DNA sehingga dihasilkan
fragmen-fragmen DNA. Fragmen-fragmen tersebut selanjutnya di
elektroforesis pada gel agarosa. Karena fragmen-fragmen tersebut tidak akan
terlihat sebagai smear berkesinambungan bila diwarnai eteridium bromide,
maka pewarnaan saja umumnya tidak dapat mendeteksi adanya polimorfisme,
dengan demikian perlu dilakukan hibridasi dan visualisasi dilakukan dengan
Southern blotting.
Elektroforesis merupakan proses bergeraknya molekul bermuatan pada
suatu medan listrik. Kecepatan molekul yang bergerak pada medan listrik
tergantung pada muatan, bentuk dan ukuran. Dengan demikian elektroforesis
dapat digunakan untuk separasi makromolekul (seperti protein dan asam
nukleat). Posisi molekul yang terseparasi pada gel dapat dideteksi dengan
pewarnaan atau autoradiografi, ataupun dilakukan kuantifikasi dengan
densitometer. Elektroforesis untuk makromolekul memerlukan matriks
penyangga untuk mencegah terjadinya difusi karena timbulnya panas dari arus
listrik yang digunakan.
3. Transfer DNA dengan Sothern blotting.
4. Hibridisasi DNA.
Penggunaan Marka RFLP Dalam Program Pemulian Tanaman
1. Penerapan RFLP menggunakan pelacak DNA
Kualitas produk akhir daripada gandum (Triticum sp) sangat dipengaruhi
oleh GPC (Grain Protein Consentration) dan komposisinya. Protein biji yang
tinggi sangat diharapkan pada berbagai produk roti dan pasta. Karena sangat
penting sebagai kategori kualitas produk akhir dan nutrisi manusia, salah satu
pendekatan untuk meningkatkan protein biji dalam gandum adalah penggunaan
gen-gen protein tinggi yang berasal dari kerabat liar. Wild emmer (Triticum
turgidum L. var.dicoccoides) merupakan progenitor intermediate pada gandum
yang potensial sebagai sumber gen-gen protein tinggi.Berdasarkan penemuan tiga
galur gandum hard red spring yang diperoleh dari wild emmer mewariskan
kandungan protein biji menjadi lebih meningkat (Asfaw, et al., 1999).
Studi ini dilakukan dengan menggunakan marker RFLP bertujuan (i) untuk
mengindentifikasi region-region genom yang berasosiasi dengan konsentrasi
protein biji yang tinggi, (ii) menguji efek background genetik dan lingkungan
pada gen-gennya, (iii) menentukan ukuran genetik segmen kromosom yang
terintrogresi ke dalam genotipe gandum hard red spring.
Analisis RFLP pada tanaman gandum ini menggunakan 96 klon DNA copy
rendah dari genom gandum, cDNA barley, DNA genom barley dan pustaka
cDNA out serta menggunakan 5 macam enzim restriksi. Empat genotipe parental
telah disurvey untuk polimorphisnya sebanyak 96 klon dengan DNA copy rendah
berlokasi pada kromosom 5 dan 6. Satu single region yang berasosiasi dengan
GPC tinggi dideteksi dengan 5 marker RFLP yang berlokasi dekat sentromer pada
kromosom 6B. Marker ini menjelaskan 21 - 35 % variasi fenotipe dalam GPC
pada 3 populasi. DNA marker dalam region mungkin digunakan untuk introgasi-
introgasi gen GPC tinggi dengan cepat ke dalam plasma nutfah gandum lainnya
(Asfaw, et al., 1999)
2. Penerapan RFLP Tanpa Menggunakan Pelacak DNA (PCR-RFLP)
Kacang Pigeon (Cajanus cajan, L. Millsp) adalah salah satu tanaman legum
biji utama tropis dan sub tropis. Secara umum tanaman ini merupakan tanaman
budidaya tahunan. Kultivar tradisionil dan landrace tanaman ini yang merupakan
tanaman berumur panjang, juga tumbuh sebagai intercrop yang berumur
pendek. Pusat origin tanaman ini yaitu india atau Afrika. Berdasarkan jumlah
kromosom dan morfologi bunga menurut Van der Maesen (1980), tanaman
kacang pigeon adalah asli India dengan Afrika sebagai pusat keragaman
kedua. Tanaman kacang pegeon mempunyai beberapa type liar sampai enam
genera (Van der Maesen,1980)
Beberapa spesies liar Cajanus dan Rhynchosia digunakan para pemulia
tanaman dalam hibridisasi interspesifik untuk transfer gen yang dimungkinkan
kedalam tanaman budidaya. Walaupun demikian, studi tentang hubungan genetik
didalam antar lima genera rumpun Cajaninae ini sangatlah terbatas. Penggunaan
teknik molekuler untuk mempelajari pilogenetik (asal usul), pola
evolusi anhubungan kekerabatan Cajanus kurang menjadi perhatian. Baru-baru ini
region gen chloroplas ditemukan mempunyai kegunaan yang luas dalam
mempelajari pilogenitik sejumlah tanaman. Tingkat evolusi yang rendah pada gen
ini sebagai pembanding gen inti, membuatnya sangat cocok dalam mempelajari
pilogenetik (asal usul) sejumlah tanaman. Tingkat evolusi yang rendah pada gen
ini sebagai pembanding gen inti,membuatnya sangat cocok dalam mempelajari
variasi pada tingkat yang lebih tinggi dari spesies (Palmer, 1988). Karena
tersedianya program PCR dan primer spesifik untuk amplifikasi region gen
kloroplas, studi ini menjadi lebih mudah dan lebih efektif dari segi
biaya, serta hasilnya dapat dipercaya dan diulang kembali.
PCR-RFLP memiliki empat region gen khloroplas yaitu rbcL, trnS-
psbC,trnL-UAA dan 16S dari 28 spesies dianalisis menggunakan primer spesifik
untuk tiap gen yang diamplifikasi dengan program PCR. Ukuran amplifikasi rbcL
yaitu 1,4 kb; trnS-psbC 1,6 kb; trnL-UAA 0,59 kb untuk semua genera kecuali
Dunbaria dengan ukuran amplifikasi 0,47 kb dan 16S yaitu 1,3 kb. Tidak ada
ukuran yang berbeda dari fragmen amplifikasi semua spesies yang dianalisis
(Mukkamala , et al., 2000).
Analisis intergenerik menunjukkan bahwa lima genera Cajanus,
Rhynchosia, Dumbaria, Paracalyx dan Flemingia memberikan profil amplifikasi
region gen rbcL yang sama dan subsekuen gen tersebut dipotong dengan enzim
restriksi yang berbeda. Pemotongan dengan PstI menunjukkan profil
yang sama pada Cajanus, Paracalyx sedangkan, Rhyncosia, Paracalyx dan
Flemingia menunjukkan profil yang sama pula (Mukkamala, et al., 2000).
DAFTAR PUSTAKA
Asfaw, R.C Fronhberg and J. A Aderson., 1999. RFLP Marker Associated with High Grain Protein from Triticum turgidum L. var dicoccoides Introgressed into Hard Red Spring. J. Crop. Sci. 39 ; 508 - 513
Grodziker T, J. William, P. Sharp and J. sambrook. 1974. Physical Mapping of
Temperature sensitive mutation of adenovirus. Cold Spring Harbor Symp Quant Biol 39 : 439 - 446.
Mukkamala L, P. Senthilkumar, M. Parani, M.N. Jithesh and A. K. Parida. 2000. PCR-RFLP Analysis of Chloroplast Gene Regions in Cajanus (Leguminose) and alliged Genera. Euphytica 116 : 243 - 250. Netherlands.
Palmer, J.D., R. K. Jansen, M.W. Chase & J.R. Manhart., 1988. Chloroplast
DNA Variation and Plant Phylogeny. Annal Missou Bot Gar 75 : 1180 - 1206.
Van der Maesen, L.J.G., 1980. India is the Native Home of Pigeonpea, In; J.C. Arends, G. Boelema, C.T. de Groot & A.J.M. Leeuwenberg (Eds), Libergratulatorius in honorem H.C.D de wit, pp. 256 -262. Landebouwhogeschool Miscellaneous Paper No.19, Wageningen, Netherlands ; H. Veenman and B.V.Zonen