tugas tbm

6
SHANAZ NOVRIANDINA 13-248 1. Pembalutan Membalut adalah tindakan medis untuk menyangga atau menahan bagian tubuh tertentu agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki. TUJUAN 1. menahan sesuatu – misalnya bidai (spalk), kasa penutup luka, dan sebagainya – agar tidak bergeser dari tempatnya 2. menahan pembengkakan (menghentikan pendarahan: pembalut tekanan) 3. menunjang bagian tubuh yang cedera 4. menjaga agar bagian yang cedera tidak bergerak 5. menutup bagian tubuh agar tidak terkontaminasi. MACAM 1. Mitella (pembalut segitiga) 2. Dasi (cravat) 3. Pita (pembalut gulung) 4. Plester (pembalut berperekat) 5. Pembalut lainnya 6. Kassa steril 1. MITELLA (pembalut segitiga) Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm· Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut bentuk dasi. 2. DASI (cravat) mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya sehingga berbentuk pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan lebarnya antara 5-10 cm.Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki yang terkilir. Cara membalut:

Upload: shanaz-novriandina

Post on 17-Dec-2015

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

d

TRANSCRIPT

SHANAZ NOVRIANDINA 13-248

1. Pembalutan

Membalut adalah tindakan medis untuk menyangga atau menahan bagian tubuh tertentu agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.

TUJUAN1.menahan sesuatu misalnya bidai (spalk), kasa penutup luka, dan sebagainya agar tidak bergeser dari tempatnya2.menahan pembengkakan (menghentikan pendarahan: pembalut tekanan)3.menunjang bagian tubuh yang cedera4.menjaga agar bagian yang cedera tidak bergerak5.menutup bagian tubuh agar tidak terkontaminasi.

MACAM1.Mitella (pembalut segitiga)2.Dasi (cravat)3.Pita (pembalut gulung)4.Plester (pembalut berperekat)5.Pembalut lainnya6.Kassa steril

1. MITELLA(pembalut segitiga)Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cmPembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut bentuk dasi.

2. DASI(cravat)mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya sehingga berbentuk pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan lebarnya antara 5-10 cm.Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki yang terkilir.Cara membalut: Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara sebelum diikat arahnya saling menarik Kedua ujung diikatkan secukupnya.

3. PITA(pembalut gulung)Terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel atau bahan elastis. Yang paling sering adalah kasa. Hal ini dikarenakan kasa mudah menyerap air dan darah, serta tidak mudah kendor.Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:o2,5 cm: untuk jari-jario5 cm: untuk leher dan pergelangan tangano7,5 cm: untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kakio10 cm: untuk paha dan sendi pinggulo10-15 cm: untuk dada, perut dan punggung.Cara membalut anggota badan (tangan/kaki): Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap Pastikan bahwa perban tergulung kencang Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh, yang akan dibalut dari distal ke proksimal (terakhir ujung yang dalam tadi diikat dengan ujung yang lain secukupnya). Atau bisa dimulai dari bawah luka (distal), lalu balut lurus 2 kali. Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya. Setiap balutan menutupi duapertiga bagian sebelumnya. selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci dengan peniti atau jepitan perban.

4. PLESTER(pembalut berperekat)Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang. Cara pembidaian langsung dengan plester disebutstrapping. Plester dibebatkan berlapis-lapis dari distal ke proksimal dan untuk membatasi gerakan perlu pita yang masing-masing ujungnya difiksasi dengan plester. Untuk menutup luka yang sederhana dapat dipakai plester yang sudah dilengkapi dengan kasa yang mengandung antiseptik (Tensoplast, Band-aid, Handyplast dsb). Cara membalut luka terbuka dengan plester:oluka diberi antiseptikotutup luka dengan kassaobaru letakkan pembalut plester.

5. PEMBALUT LAINNYA Snelverband: pembalut pita yang sudah ditambah kasa penutup luka, dan steril. Baru dibuka saat akan digunakan, sering dipakai untuk menutup luka-luka lebar. Sofratulle: kasa steril yang sudah direndam dalam antibiotika.Digunakan untuk menutup luka-luka kecil.

6. Kassa sterilKasa steril ialah potongan-potongan pembalut kasa yang sudah disterilkan dan dibungkus sepotong demi sepotong. Pembungkus tidak boleh dibuka sebelum digunakan. Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah didisinfeksi atau diobati (misalnya sudah ditutupisofratulle), yaitu sebelum luka dibalut atau diplester.

Prosedur Pembalutan:1) Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan ini:a. Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yang digunakan dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)b. Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan perdarahan)c. Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)d. Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan perlu dibidai/tidak?)2) Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.3) Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:a. Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk melindungi luka selama didesinfeksi.b. Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat antiseptik.c. Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.d. Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu) kotoran yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.e. Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.f. Kemudian berikan balutan yang menekan.

2. Look feel Move Inspeksi (Look) Bandingkan dengan bagian yang sehat Perhatikan posisi anggota gerak Keadaan umum penderita secara keseluruhan Ekspresi wajah karena nyeri Lidah kering atau basah Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur tertutup atau fraktur terbuka Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ lain perhatikan kondisi mental pendit Keadaan vaskularisasiPalpasi (Feel)

Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangat nyeri Temperatur setempat yang meningka Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma , temperatur kulit Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai

Pergerakan (Move)Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada pederita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.

RICE

Rest. Tindakan ini dilakukan dengan cara mengistirahatkan orang yang mengalami cedera dan melindungi bagian otot atau sendi yang mengalami cedera. Jika bagian tersebut terasa sakit saat menahan beban, maka gunakanlah penopang. Jika bagian tersebut terasa sakit ketika digerakkan, maka lindungilah dengan menggunakan splint (spalek).

Ice. Tindakan ini artinya memberikan suhu dingin pada bagian yang mengalami cedera, bisa menggunakan Es batu atau sesuatu yang menghasilkan suhu dingin. Pendinginan dapat mengurangi pembengkakan dan rasa sakit pada bagian tersebut. Langkah ini sebaiknya dilakukan sesegera mungkin. Tempelkan kain dingin yang telah terdapat Es didalamnya atau Cool Pack pada bagian cedera. Berilah jeda waktu selama 5-10 detik antara ditempelkan pada bagian yang cedera dan diangkat, lakukan secara terus menerus selama 20 menit. Metode ini dilakukan selama tiga kali pada 24 jam pertama.

Compression. Tindakan ini artinya kompresi atau penekanan pada daerah yang mengalami cedera dengan menggunakan perban khusus (ace bandage). Kompresi berfungsi mengurangi pembengkakan di sekitar daerah yang mengalami cedera. Dalam melakukan balutan pada daerah yang mengalami cedera, harus dipastikan bahwa perban tidak terlalu ketat karena dapat menimbulkan mati rasa atau bahkan menambah rasa sakit.

Elevation.Tindakan ini dilakukan dengan memposisikan bagian yang cedera menjadi lebih tinggi dari jantung, terutama saat berbaring. Misalnya jika bagian yang mengalami cedera adalah pergelangan kaki, maka upayakan pasien dalam posisi tidur kemudian pergelangan kaki ditopang sehinga posisinya lebih tingi dari jantung.-

Metode RICE sebaiknya diterapkan pada penderita selama 48 hingga 72 jam pasca cedera. Penderita juga sebaiknya menghindari pemijatan atau urut sebelum diketahui secara pasti cedera apa yang dialaminya. Baru setelah menjalani metode ini (RICE), pasien boleh mendapatkan terapi lanjutan seperti fisioterapi, terapi panas atau pemijatan. Pemijatan atau urut yang tidak sesuai dengan prosedur dikhawatirkan akan memperparah cedera, terutama cedera-cedera yang terdapat kerusakan jaringan seperti otot sobek, ligamen putus atau bahkan perdarahan di dalam. -