tugas tambang batubara.docx

49
BAB I PENDAHULUAN Sumber daya mineral dan batubara merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, keberadaannya sangat dikontrol oleh kondisi geologi yang tidak mengenal batas administrasi, umumnya ditemukan di daerah-daerah terpencil yang miskin infrastruktur, pengusahaannya harus dilakukan di tempat di mana bahan tambang itu ditemukan. Penambangan bahan galian mineral dan batubara akan mengubah bentang alam dan menghasilkan limbah yang berpotensi mencemari lingkungan, oleh karena itu dalam pengelolaannya perlu melibatkan semua pihak terkait (stakeholders). Adanya kegiatan pertambangan diharapkan dapat menjadi lokomotif pembangunan suatu daerah. Istilah batubara merupakan hasil terjemahan dari “coal”. Disebut batubara mungkin karena dapat terbakar seperti halnya arang kayu. Defenisi dari batubara itu sendiri menurut Muchjidin (2005). “Batubara adalah batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah heterogen dan mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen sebagai unsur utama dan belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan. Zat lain, yaitu senyawa organik pembentuk “ash” tersebar sebagai partikel zat mineral dan terpisah-pisah di seluruh senyawa batubara. Beberapa jenis batu meleleh dan menjadi plastis apabila dipanaskan, tetapi meninggalkan residu yang disebut kokas. Batubara dapat dibakar untuk membangkitkan uap atau dikarbonisasikan untuk membuat bahan bakar cair atau dihidrogenisasikan untuk membuat metan. Gas sintetis atau bahan bakar berupa gas dapat diproduksi sebagai produk utama dengan jalan gasifikasi 1 | Page

Upload: yongkyandrejocom17

Post on 07-Feb-2016

66 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Sumber daya mineral dan batubara merupakan sumber daya alam yang tidak

dapat diperbaharui, keberadaannya sangat dikontrol oleh kondisi geologi yang tidak

mengenal batas administrasi, umumnya ditemukan di daerah-daerah terpencil yang

miskin infrastruktur, pengusahaannya harus dilakukan di tempat di mana bahan

tambang itu ditemukan. Penambangan bahan galian mineral dan batubara akan

mengubah bentang alam dan menghasilkan limbah yang berpotensi mencemari 

lingkungan, oleh karena itu  dalam pengelolaannya perlu melibatkan semua pihak

terkait  (stakeholders). Adanya kegiatan pertambangan diharapkan dapat menjadi

lokomotif pembangunan  suatu daerah.

Istilah batubara merupakan hasil terjemahan dari “coal”. Disebut batubara

mungkin karena dapat terbakar seperti halnya arang kayu. Defenisi dari batubara itu

sendiri menurut Muchjidin (2005).

“Batubara adalah batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah

heterogen dan mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen sebagai unsur

utama dan belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan. Zat lain, yaitu senyawa

organik pembentuk “ash” tersebar sebagai partikel zat mineral dan terpisah-pisah di

seluruh senyawa batubara. Beberapa jenis batu meleleh dan menjadi plastis apabila

dipanaskan, tetapi meninggalkan residu yang disebut kokas. Batubara dapat dibakar

untuk membangkitkan uap atau dikarbonisasikan untuk membuat bahan bakar cair

atau dihidrogenisasikan untuk membuat metan. Gas sintetis atau bahan bakar berupa

gas dapat diproduksi sebagai produk utama dengan jalan gasifikasi sempurna dari

batubara dengan oksigen dan uap atau udara dan uap”.

Dari defenisi yang lengkap ini salah satunya adalah selain batubara dapat

dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit uap di PLTU, beberapa jenis batubara

juga dapat diubah menjadi bahan bakar minyak melalui cara pencairan batubara atau

tersebut liquifaksi (coal liquiefaction).

Pemakaian batubara sebagai energi telah dilakukan pada abad 19 yaitu untuk

menggerakkan lokomotif dan mesin uap. Perkembangan selanjutnya tahun 1949 di

Pengaron sebuah dusun di sepanjang Sungai Mahakam (Kaliman Timur) oleh

perusahaan Belanda “Oost Borneo Ma’atsc Happij” dioperasikan tambang batubara.

Lokasi Indonesia yang terletak pada 3 tumbukan (konvergensi) lempeng kerak

bumi, yakni  lempeng Benua Eurasia, lempeng Benua India-Australia dan lempeng

Samudra Pasifik melahirkan suatu struktur geologi yang memiliki kekayaan  potensi

pertambangan yang telah diakui di dunia.  Namun, potensi yang sangat tinggi ini

masih belum tergali secara  optimal. Disamping itu, tingkat  investasi di sektor ini

relatif rendah dan menunjukkan kecenderungan menurun akibat terhentinya  kegiatan

1 | P a g e

Page 2: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

eksplorasi di berbagai kegiatan pertambangan. Menurut studi yang dilakukan Fraser

Institute  dalam Annual Survey of Mining Companies (December 2002), iklim

investasi sektor pertambangan di  Indonesia tidak cukup menggairahkan. Banyak 

kalangan menghawatirkan bahwa dengan kondisi  seperti ini maka masa depan,

industri ekstraktif khususnya pertambangan di Indonesia akan segera  berakhir dalam

waktu 5 sampai 10 tahun. Kondisi ini patut disayangkan karena industri ini

memberikan  sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian nasional maupun

daerah. Dampak ekonomi dari  keberadaan industri pertambangan antar lain

penciptaan output, penciptaan tenaga kerja,  menghasilkan devisa dan memberikan

kontribusi fiskal. Pada makalah ini akan dibahas mengenai  gambaran kondisi

pertambangan mineral, iklim investasi pertambangan, tinjauan manfaat ekonomi 

kegiatan pertambangan, permasalahan yang dihadapi industri pertambangan dan

rekomendasi kebijakan.

2 | P a g e

Page 3: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

BAB II

STUDI PUSTAKA

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan batubara yang

besar, yaitu sekitar 38,8 milyar ton dimana 70 persen merupakan batubara muda dan

30 persen sisanya adalah batubara kualitas tinggi. Ini dilihat dari nilai kalori

pembakarannya yang rendah, dan kadar sulfur serta airnya yang tergolong tinggi.

1. Daerah Penghasil Batubara

Potensi sumberdaya batu bara di Indonesia sangat melimpah, dan daerah

penghasil batubara terbesar berada di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera,

sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batu bara walaupun dalam jumlah kecil

dan belum dapat ditentukan keekonomisannya, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah,

Papua, dan Sulawesi.

2. Antisipasi Penambang Batubara

Banyak wilayah maupun daerah penghasil batubara di Negeri ini, namun tak

sedikit pula tempat penambangan batubara yang tidak mengantongi surat izin dari

pemerintah sekitar dan tidak memikirkan keadaan akhir wilayah yang dijadikan

tempat penambangan.

Dengan melakukan moratorium atau penghentian sementara (penertiban dan

tata ulang) “yang disesuaikan” bagi seluruh aktivitas pertambangan batubara,

pemerintah daerah dapat menata kembali pijakan dasar kebijakan dan orientasi 

pertambangan batubara ke depan yang berpihak pada kepentingan lingkungan hidup,

penduduk lokal, bangsa dan kepentingan generasi yang akan datang.  Tentunya untuk

mempercepat terjadinya proses ini perlu didukung oleh kekuatan rakyat untuk

mendesak pemerintah daerah dan pusat serta para wakilnya yang ada di parlemen

(DPR-RI dan DPRD).

Adapun langkah-langkah untuk mensukseskan moratorium dalam pertambangan

batubara adalah sebagai berikut :

1. Penghentian penggunaaan jalan umum untuk aktivitas angkutan batubara.

Mesti ada ketegasan pemerintah daerah untuk menyetop dan menindak

tegas setiap pengusaha batubara yang mengunakan jalan umum untuk

angkutannya.  Jika ini dilakukan jelas akan berdampak pada pengurangan

aktivitas pertambangan illegal yang selama ini semakin menjamur dan penurunan

terhadap dampak kerusakan lingkungan dan sosial yang ditimbulkannya.

2.    Tidak mengeluarkan perizinan baru

Agar tidak menambah semrawutnya pengelolaan sumber daya alam

tambang batubara, saat ini hal yang paling mudah dan sangat mungkin untuk

dilakukan adalah dengan tidak mengeluarkan izin baru lagi.   Sehingga

3 | P a g e

Page 4: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

memudahkan untuk melakukan monitoring terhadap pertambangan batubara

yang ada.

3.    Penghentian pertambangan batubara illegal secara total

Pemerintah harus melakukan penghentian pertambangan batubara illegal

secara tegas tanpa pandang bulu dan transparan.  Kalau perlu melibatkan tim

independen yang terdiri dari unsur diluar pemerintah.

4.    Evaluasi perizinan yang telah diberikan dan lakukan audit lingkungan semua

usaha pertambangan batubara

Hal ini harus dilakukan secara sistematis dan menyeluruh terhadap semua

jenis perizinan yang ada.  Audit lingkungan dilakukan dengan melihat sejauh

mana pelaksanaan tambang memenuhi kaidah-kaidah lingkungan dan

memperhatikan masyarakat disekitarnya.  Jika ditemukan pelanggaran harus

diproses dan ditindak secara tegas dan kalau perlu izinnya dicabut.  Bagi

pertambangan yang ditemukan melakukan eksploitasi secara destruktif dan

melanggar hak-hak masyarakat maka tidak ada alasan bagi pemerintah untuk

tidak melakukan pembekuan atau pencabutan izin pertambangan tersebut.

5.    Meninggikan standar kualitas pengelolaan lingkungan hidup

Rendahnya komitmen untuk pelestarian lingkungan hidup terlihat dari

berbagai peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintah, lemahnya

pengawasan dan penegakan hukum.  Tumpang  tindih peraturan dan kecilnya

kewajiban pengelolaan lingkungan hidup yang baik mengakibatkan kondisi

lingkungan di kawasan pertambangan menjadi buruk.

6.    Pelembagaan konflik

Hal ini diperlukan untuk menyelesaikan persengketaan rakyat dengan

perusahaan pertambangan agar tercapai solusi yang memuaskan berbagai pihak. 

Pelembagaan konflik diprakarsai negara dan perusahaan tambang melalui 

mekanisme resolusi konflik.  Resolusi konflik hanya bisa tercapai jika

melibatkan semua stake holder yang berada pada posisi yang sederajat. 

Sebaiknya hal ini dijadikan kebijakan pemerintah, dengan melibatkan fasilitator

profesional agar terhindar dari dominasi pihak-pihak yang bersengketa. 

Kesepakatan-kesepakatan yang dibangun sebaiknya dijadikan bagian dari re-

negosiasi kontrak, sehingga secara hukum mengikat pihak perusahaan.

7.    Penyusunan kebijakan strategi pengelolaan sumber daya alam tambang dengan

segala perangkat peraturannya yang berpihak kepada kepentingan rakyat dan

lingkungan.

Pengelolaan sumber daya alam tambang batubara dengan menggunakan

strategi baru yang bijak berdasarkan pertimbangan yang rasional termasuk

kepentingan penduduk lokal, kualitas lingkungan hidup, penghitungan tingkat

keterancaman ekologi, jenis dan jumlah kebutuhan riil bahan tambang oleh

4 | P a g e

Page 5: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

masyarakat Kalsel dan bangsa Indonesia umumnya dan pembiaran atau

pencadangan sumber daya tambang untuk kepentingan generasi mendatang

Dunia pertambangan, khususnya tambang batubara dikenal ada 2 jenis

tambang, yaitu tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Dimana tambang terbuka

adalah suatu kegiatan penambangan batubara dengan cara membuka dan menggali

lahan yang sangat luas hingga membentuk suatu lubang terbuka yang sangat lebar.

Sedangkan tambang bawah tanah adalah suatu kegiatan penambangan batubara denga

cara membuat lubang/terowongan bawah tanah dengan tanpa membuka lahan di

atasnya secara luas.

Perencanaan tambang merupakan suatu tahapan awal yang harus ada di dalam

serangkaian kegiatan penambangan. Hal ini disebabkan karena perencanaan tambang

adalah sebagai panduan utama dari seluruh kegiatan penambangan guna mencapai

kegiatan penambangan yang efektif, efisien, produktif dan aman.

Berdasarkan perencanaan tambang tersebut, kegiatan tambang akan memperoleh

manfaat sebagai berikut :

1. Menambang batubara dengan biaya produksi persatuan berat batubara adalah

minimal.

2. Mengupayakan operasi penambangan berjalan lancar dan aman.

3. Mengupayakan selalu tersedia stock batubara untuk mencegah jika terjadi

kesalahan data eksplorasi.

4. Selalu siap terhadap perubahan strip tanpa pengerahan peralatan, tenaga,

schedule produksi.

5. Operasi berjalan logis sejak schedule awal (pelatihan tenaga, peralatan,

logistic, dll). Hal ini untuk memperkecil resiko penundaan posisi cash flow

positif.

6. Memaksimalkan rancangan lereng pit sehingga memperkecil kemungkinan

terjadi kelongsoran.

7. Upayakan pencapaian keuntungan ekonomi pada kondisi produksi yang wajar.

Guna mencapai manfaat positif tersebut di atas, maka pada tahapan perencaaan

tambang ini harus mempertimbangkan beberapa point berikut yang merupakan

faktor-faktor yang sangat mempengaruhi jalannya operasional penambangan, yaitu :

1. Validasi Data (Geologi, Topografi, Jumlah Data).

2. Model geologi (Geological Resources, Bentuk Cadangan, Kualitas dsb.).

3. Cut of Grade/Optimum Pit Limit.

4. Penentuan metoda Penambangan.

5 | P a g e

Page 6: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

5. Pembuatan Layout tambang & Design.

6. Perhitungan Blok Cadangan.

7. Pembuatan Schedule Produksi.

8. Pemilihan Alat dan type alat yang “Suitable”.

9. Penentuan Urutan (sequence) Tambang.

10. Penentuan System Drainase.

11. Analisa Lingkungan dan Rencana Rehabilitasi.

Batubara asalan yang baru saja ditambang dari front tambang selanjutnya di

timbun sementara di ROM, yaitu stockpile mini tambang. Penimbunan batubara ini

dilakukan secara terpisah untuk masing-masing lapisan batubara yang berbeda. Hal

ini mAdapun kegiatan pemisahan timbunan batubara tersebut dilakukan oleh alat

berat jenis loader. Dimana unit loader ini mempunyai karakteristik lincah dalam

bermanuver ke arah 90 derajat dan mempunyai bucket yang berkapasitas besar.

Dengan demikian dengan luasan ROM yang terbatas, dapat menampung timbunan

stock batubara dalam jumlah yang besar.

Kegiatan pengangkutan batubara di menganut sistem kerja kemitraan, yaitu

pihak perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal yang memilki

armada angkutan batubara (hauling) dapat ikut ambil bagian dalam melaksanakan

kegiatan hauling ini. Unit hauling ini berupa dump truck engkel (berkapasitas 17 ton)

dan tronton (berkapasitas 22 ton).

Mengingat armada hauling ini berjumlah banyak, maka dibentuklah beberapa

kelompok pengelolaan, yang dikenal dengan istilah “Kode”. Pengelola kode

bertanggungjawab atas kelancaran dan keamanan operasional hauling dari dump

truck yang menjadi anggotanya. Sedangkan pihak perusahaan hanya berhubungan

dengan beberapa pengelola kode tsb, baik terkait hal teknis (tata cara hauling dan

penerapan aspek K3) maupun non teknis.

Kegiatan hauling ini dimulai dari pemuatan batubara asalan ke dump truck di

ROM, kemudian berjalan melalui jalan tambang sejauh 43 km menuju stockpile

pelsus Mandiri / pelsus DTBS / pelsus IKM (lokasi ketiga pelsus tersebut adalah

6 | P a g e

Page 7: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

berdampingan) dan menimbunkan stock batubara asalan ini di stockpile pelsus

tersebut.

Pemilihan jenis tambang ini ditentukan oleh beberapa hal yang antara lain berupa :

Stripping Ratio (SR) / Nisbah kupasan yang ekonomis pada saat itu.

Pengertian dari stripping ratio adalah : Perbandingan jumlah tanah kupasan

penutup batubara dalam satuan meter kubik padat (baca BCM) yang harus

dibuang untuk menghasilkan 1 ton batubara. Dapat disebut juga dengan rasio

kupasan (dengan batubara) pada tambang batubara terbuka.

Metoda penambangan, antara lain misalnya direct digging, direct dozing,

ripping, drilling dan blasting, truck dan shovel, dragline system, conveying,

dll.

Teknologi yang akan digunakan. Hal ini akan disesuaikan dengan metode

penambangan yang dipilih.

Lingkungan dan AMDAL, mengingat kegiatan tambang ini pasti membawa

dampak negatif terhadap lingkungan disekitar areal tambang.

Keahlian sumber daya manusia yang bekerja sebagai pekerja tambang, baik

bidang teknis, K3 dan non teknis.

Ketersediaan modal, mengingat kegiatan pertambangan memerlukan biaya

investasi dan operasional yang memilih jenis tambangnya berupa tambang

terbuka. Secara umum, pemilihan ini didasarkan pada tingkat SR yang rendah,

metoda penambangan yang sederhana, teknologi yang digunakan berupa unit

heavy equipment dan dump truck berkapasitas kecil, serta ketersedian modal

perusahaan baik untuk investasi maupun operasional.Cadangan batubara yang

ada berbentuk multi seam dengan tebal seam total sekitar 15 meter.

Sedangkan pada saat ini cadangan batubara insitu masih sekitar 4.5 juta ton.

Tata cara pengolahan yang dilaksanakan merupakan suatu proses penimbunan

dan perubahan bentuk dan/atau ukuran batubara dengan menggunakan

peralatan mekanis, yaitu crushing machine.

Hal ini berdasar pada :

Kualitas batubara yang diproduksi telah bersih dari unsur pengotor.

Nilai kalori batubara cukup bervariasi, dalam kisaran 5800 ~ 7000 Cal/kg

(dipengaruhi oleh level seamnya).

Mempermudah penyediaan stock batubara dengan spesifikasi yang diperlukan

oleh pembeli/pasar.

7 | P a g e

Page 8: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

Adapun mesin crusher yang digunakan berkapasitas 350 MT/jam dengan keluaran

berupa 3 (tiga) macam ukuran batubara, berkisar antara 1mm ~ 50mm.

Sedangkan unit pendukung operasional mesin crusher ini meliputi :

1. Unit excavator, bertugas sebagai pemberi umpan batubara asalan ke hoper

mesin crusher.

2. Unit wheel loader, bertugas sebagai alat penimbun kembali batubara masak di

beberapa titik penimbunan, yaitu sesuai dengan spesifikasinya.

Tahapan proses pengolahan batubara ini mulai dari batubara asalan (berbentuk tidak

beraturan) hingga menjadi batubara masak atau siap jual (berbentuk butiran yang

seragam) dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Penimbunan batubara asalan secara terpisah dan berdasarkan seamnya.

2. Pembentukan ukuran batubara tertentu melalui proses crushing untuk setiap

jenis seam batubara atau penyatuan beberapa seam batubara yang mempunyai

spesifikasi hampir sama.

3. Penimbunan kembali batubara masak hasil proses crushing secara terpisah dan

berdasarkan spesifikasinya.

Stock batubara masak dari hasil pengolahan berupa beberapa stock penimbunan

batubara yang dibedakan berdasarkan bentuk/ukuran dan spesifikasi kualitasnya.

Sehingga saat ada permintaan pasar terhadap pengiriman batubara dengan kualifikasi

tertentu, maka akan dapat dipenuhi dengan melakukan proses pencampuran

(blending) antar beberapa stock batubara yang telah ada.

Proses pencampuran batubara yang akan dikirim ke pasar dilakukan berdasarkan

perbandingan tertentu, yaitu disesuaikan dengan kualifikasi untuk setiap permintaan

yang ada. Sehingga produk akhir berupa stock batubara berkalori tinggi dengan

spesifikasi detail yang berbeda-beda.

8 | P a g e

Page 9: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

Kegiatan pengapalan batubara masak dilakukan dengan menggunakan system

conveyor, yaitu stock batubara masak diambil (sesuai spesifikasi permintaan pasar)

dan diangkut oleh unit dump truck dan didump ke hopper conveyor, untuk

selanjutnya belt conveyor mengangkut batubara hingga ke ujung jetty dan

menuangkan batubara ke tongkang yang telah tersandar secara aman.

Jika kebetulan system conveyor ini mengalami kendala teknis, maka system

pengapalan penggantinya berupa system trucking, yaitu unit dump truck membawa

muatan batubara dari stockpile pelsus menuju ujung jetty dan naik masuk ke dalam

tongkang dan menurunkan muatannya. Demikian seterusnya secara berulang-ulang

hingga kapasitas muat tongkang terpenuhi, yaitu sekitar lebih kurang 6.000 MT.

Mengingat kegiatan penambangan batubara ini mempunyai potensi bahaya yang

sangat tinggi dan dapat mengakibatkan kerusakan peralatan maupun cidera pekerja

tambang. Untuk itulah, program K3 menjadikan suatu satu kesatuan yang tidak

terpisahkan di dalam setiap aktifitas kegiatan penambangan.

Apabila penerapan aspek K3 ini dilaksanakan secara tepat, tegas dan konsisten, maka

kegiatan penambangan dapat berjalan secara zero accident. Hal ini tentunya juga akan

meningkatkan kinerja dan produktivitas kegiatan penambangan secara aman dan

optimal.

Guna mewujudkan hal tersebut, sangat tepat jika semua pihak, mulai unsur pemilik

perusahaan, manajemen dan karyawan pelaksana tanpa kecuali berkomitmen bersama

dan kuat untuk benar-benar memahami K3 secara tepat dan menerapkan aspek K3

secara riil dan konsisten di segala kegiatan yang terkait dengan penambangan.

Lahan disposal pit bara 2, dimana disposal ini telah dinyatakan selesai. Untuk

itu, pada lahan disposal ini dilapisi lapisan top soil. Setelah mengalami

kestabilan unsure haranya, maka selanjutnya ditanami dengan tanaman cepat

tumbuh, yaitu pohon acacia crasicarpa.

Penanaman tanaman cover crop pada areal sekeliling settling pond, areal

penumpukan OB (disposal) yang telah dilapisi top soil (areal reklamasi) dan

areal kegiatan penambangan lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk

meminimalisir terjadinya erosi pada daerah tersebut.

Pada dasarnya dikenal dua cara penambangan batubara yaitu :

1. Tambang Dalam (Underground)

Dilakukan pertama-tama dengan jalan membuat lubang persiapan baik

berupa lubang sumuran ataupun berupa lubang mendatar atau menurun

menuju ke lapisan batubara yang akan ditambang. Selanjutnya dibuat lubang

9 | P a g e

Page 10: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

bukaan pada lapisan batubaranya sendiri. Cara penambangannya sendiri dapat

dilakukan :

a. Secara manual, yaitu menggunakan banyak alat yang memakai kekuatan

tenaga manusia

b. Secara mekanis, yaitu mempergunakan alat sederhana sampai

menggunakan system elektronis dengan pengendalian jarak jauh

2. Tambang Terbuka

Dilakukan pertama-tama dengan mengupas lapisan tanah penutup.

Pada saat ini metode penambangan mana yang akan dipilih dan kemungkinan

mendapatkan peralatan tidak mengalami masalah. Peralatan yang ada

sekarang dapat dimodifikasi sehingga berfungsi ganda. Perlu diketahui bahwa

berbagai jenis batubara memerlukan jenis dan peralatan yang berbeda pula.

Mesin-mesin tambang modern sudah dapat digunakan untuk kegiatan

penambangan dengan jangkauan kerja yang lebih luas dan mampu

melaksanakan berbagai macam pekerjaan tanpa perlu dilakukan perubahan

dan modifikasi besar. Pemilihan metode panambangan batubara baik yang

akan ditambang secara tambang dalam ataupun tambang terbuka ditentukan

oleh factor :

a. Biaya penambangan

b. Batubara yang dapat diambil (coal recovery)

c. Pengotoran hasil produksi oleh batuan ikutan

Dalam memperhitungkan biaya penambangan dengan metode tambang

terbuka harus termasuk juga biaya pembuangan tanah penutup batubara sampai pada

kemiringan lereng yang seaman mungkin (slope angle). Perbandingan antara lapisan

batuan tanah penutup dengan batubara merupakan factor penentu dalam memilih

metode penambangan, untuk itu perlu dihitung terlebih dahulu break even stripping

ratio, yaitu perbandingan antara selisih biaya untuk penambangan satu ton batubara

secara tambang dalam dan tambang terbuka dibagi dengan biaya pembuangan setiap

ton tanah penutup lapisan batubara.

Contoh :

Suatu rencana penambangan batubara diperhitungkan apabila dilaksanakan

secara tambang dalam memerlukan biaya Rp. 20.000,- setiap tonnya. Apabila

dilakukan secara tambang terbuka Rp. 8.000,-, sedang biaya pengupasan tanah

penutup pada tambang terbuka adalah Rp. 2.000,- per tonnya. Stripping ratio antara

tambang terbuka yang menghasilkan perbedaan biaya impas (break even cost) dengan

penambangan secara tambang dalam adalah :

20.000 - 8.000

10 | P a g e

Page 11: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

break even stripping ratio = ---------------------- = 6

2.000

Dengan demikian break even stripping ratio adalah 6 : 1, yang berarti bahwa untuk

mengambil 1 ton batubara maksimum jumlah tanah penutup harus dibuang adalah 6

ton. Dengan demikian maka cara penambangannya sudah harus ditinjau kembali

karena dianggap secara ekonomis sudah tidak menguntungkan lagi.

A. TAMBANG TERBUKA BATUBARA

Tambang Terbuka – juga disebut tambang permukaan – hanya memiliki nilai

ekonomis apabila lapisan batu bara berada dekat dengan permukaan tanah. Metode

tambang terbuka memberikan proporsi endapan batu bara yang lebih banyak daripada

tambang bawah tanah karena seluruh lapisan batu bara dapat dieksploitasi – 90% atau

lebih dari batu bara dapat diambil. Tambang terbuka yang besar dapat meliputi daerah

berkilo-kilo meter persegi dan menggunakan banyak alat yang besar, termasuk:

dragline (katrol penarik), yang memindahkan batuan permukaan; power shovel

(sekop hidrolik); truk-truk besar, yang mengangkut batuan permukaan dan batu bara;

bucket wheel excavator (mobil penggali serok); dan ban berjalan.

Batuan permukaan yang terdiri dari tanah dan batuan dipisahkan pertama kali

dengan bahan peledak; batuan permukaan tersebut kemudian diangkut dengan

menggunakan katrol penarik atau dengan sekop dan truk. Setelah lapisan batu bara

terlihat, lapisan batu bara tersebut digali, dipecahkan kemudian ditambang secara

sistematis dalam bentuk jalur-jalur. Kemudian batu bara dimuat ke dalam truk besar

atau ban berjalan untuk diangkut ke pabrik pengolahan batu bara atau langsung ke

tempat dimana batu bara tersebut akan digunakan.

Beberapa ahli pertambangan telah melakukan klasifikasi metode penambangan

terbuka dan bawah tanah antara lain : Peele (1941), Young (1946), Lewis dan Clarck

(1964). Dasar dari pembagian metode ini adalah beberapa kombinasi subyektif dari

11 | P a g e

Page 12: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

spasial, geologi dan faktor geoteknik. Sedangkan beberapa skema saat ini dikenalkan

lebih kuantitatif atau memiliki pendekatan sistem, tetapi menggunakan dasar pe

ndekatan yang sama seperti Peele adalah Morrison dan Russel (1973), Broshkov dan

Wright (1973), Thomas (1978), Nicholas (1981) dan Hamrin (1982). Untuk saat ini

yang diperlukan adalah klasifikasi dari metode penambangan yang mempunyai ciri :

(H.L. Hartman, 1987)

1) Umum (dapat diaplikasi kesemua komoditi tambang, batubara dan non

batubara).

2) Termasuk pada metode yang sedang berjalan dan menjanjikan sebuah metode

baru yang sedang dikembangkan tetapi belum dapat dibuktikan secara

keseluruhan.

3) Mengenai perbedaan kelas metode yang besar dan biaya relatif.

Kategori yang digunakan oleh Hartman adalah :

1) Dapat diterima (acceptable) : tradisional atau baru

2) Lokal untuk tambang terbuka (atau tambang bawah tanah)

3) Kelas dan sub kelas

4) Metode.

2.1 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN TAMBANG TERBUKA

Pemilihan metode penambangan dilakukan berdasarkan pada metode yang

dapat memberikan keuntungan optimum dan bukan pada dangkal dalamnya letak

endapan bahan galian tersebut, serta mempunyai perolehan tambang (mining

recovery) yang terbaik.

Keuntungan dari tambang terbuka antara lain :

1) Ongkos penambangan per ton atau per bcm endapan mineral/bijh lebih murah

karena tidak perlu adanya penyanggaan, ventilasi dan penerangan.

2) Kondisi kerjanya baik, karena berhubungan langsung dengan udara luar dan

sinar matahari.

3) Penggunaan alat-alat mekanis dengan ukuran besar dapat lebih leluasa,

sehingga produksi bisa lebih besar.

4) Pemakaian bahan peledak bisa lebih efisien, leluasa dan hasilnya lebih baik,

karena :

Adanya bidang besar (free face) yang lebih banyak

Gas-gas beracun yang ditimbulkan oleh peledakan dapat dihembuskan

angin dengan cepat

5) Perolehan tambang (mining recovery) lebih besar, karena batas endapan dapat

dilihat dengan jelas.

12 | P a g e

Page 13: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

6) Relatif lebih aman, karena adanya yang mungkin timbul terutama akibat

kelongsoran.

7) Pengawasan dan pengamatan mutu bijih (grade control) lebih mudah.

2.2 SISTEM PENAMBANGAN BATUBARA

Sistem penambangan batubara ada 3, yaitu: 1. Penambangan Terbuka,

2. Penambangan Bawah Tanah, 3. Penambangan dengan Auger

2.3 PENAMBANGAN BATUBARA TERBUKA

2.3.1 Kegiatan dalam tambang batubara terbuka

Kegiatan-kegiatan dalam tambang batubara terbuka adalah sebagai berikut :

1. Persiapan daerah penambangan.

2. Pengupasan dan penimbunan tanah humus.

3. Pengupasan tanah penutup.

4. Pemuatan dan pembuangan tanah penutup (misalnya dengan shovel

dan truk, BWE, dan dragline).

5. Penggalian batubara.

6. Pemuatan dan pengangkutan batubara.

7. Penirisan tambang.

8. Reklamasi.

2.3.2 Macam-macam tambang batubara terbuka

Pengelompokan jenis-jenis tambang terbuka batubara didasarkan pada

letak endapan, dan alat-alat mekanis yang dipergunakan. Teknik

penambangan pada umumnya dipengaruhi oleh kondisi geologi dan topografi

daerah yang akan ditambang. Jenis-jenis tambang terbuka batubara dibagi

menjadi :

1) Contour mining

Contour mining cocok diterapkan untuk endapan batubara

yang tersingkap di lereng pegunungan atau bukit. Cara

penambangannya diawali dengan pengupasan tanah penutup

(overburden) di daerah singkapan di sepanjang lereng mengikuti garis

ketinggian (kontur), kemudian diikuti dengan penambangan endapan

batubaranya. Penambangan dilanjutkan ke arah tebing sampai dicapai

batas endapan yang masih ekonomis bila ditambang.

Menurut Robert Meyers, contour mining dibagi menjadi beberapa

metode, antara lain :

13 | P a g e

Page 14: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

a. Conventional contour mining

Pada metode ini, penggalian awal dibuat sepanjang sisi bukit pada

daerah dimana batubara tersingkap. Pemberaian lapisan tanah penutup

dilakukan dengan peledakan dan pemboran atau menggunakan dozer dan

ripper serta alat muat front end leader, kemudian langsung didorong dan

ditimbun di daerah lereng yang lebih rendah (Gambar 1.1). Pengupasan

dengan contour stripping akan menghasilkan jalur operasi yang

bergelombang, memanjang dan menerus mengelilingi seluruh sisi bukit.  

Gambar 1.1 Conventional Contour Mining (Anon, 1979)

b. Block-cut contour mining

Pada cara ini daerah penambangan dibagi menjadi blok-blok

penambangan yang bertujuan untuk mengurangi timbunan tanah buangan

pada saat pengupasan tanah penutup di sekitar lereng. Pada tahap awal

blok 1 digali sampai batas tebing (highwall) yang diijinkan tingginya.

Tanah penutup tersebut ditimbun sementara, batubaranya kemudian

diambil. Setelah itu lapisan blok 2 digali kira-kira setengahnya dan

ditimbun di blok 1. Sementara batubara blok 2 siap digali, maka lapisan

tanah penutup blok 3 digali dan berlanjut ke siklus penggalian blok 2 dan

menimbun tanah buangan pada blok awal.

Pada saat blok 1 sudah ditimbun dan diratakan kembali, maka lapisan

tanah penutup blok 4 dipidahkan ke blok 2 setelah batubara pada blok 3

tersingkap semua. Lapisan tanah penutup blok 5 dipindahkan ke blok 3,

kemudian lapisan tanah penutup blok 6 dipindahkan ke blok 4 dan

seterusnya sampai selesai (Gambar 1.2). Penggalian beruturan ini akan

mengurangi jumlah lapisan tanah penutup yang harus diangkut untuk

menutup final pit.

14 | P a g e

Page 15: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

Gambar 1.2 Block-Cut Contour Mining (Anon, 1979)

c. Haulback contour mining

Metode haulback ini (Gambar 1.3 dan 1.4) merupakan modifikasi dari

konsep block-cut, yang memerlukan suatu jenis angkutan overburden,

bukannya langsung menimbunnya. Jadi metode ini membutuhkan

perencanaan dan operasi yang teliti untuk bisa menangani batubara dan

overburden secara efektif.

Ada tiga jenis perlatan yang sering digunakan, yaitu :

a. Truk atau front-end loader

b. Scrapers

c. Kombinasi dari scrapers dan truk

Gambar 1.3 Teknik Haulback Truck dengan menggunakan Front-End Loader

(Anon, 1979)

15 | P a g e

Page 16: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

Gambar 1.4 Haulback dengan menggunakan kombinasi scraper dan truk 

(Chioronis, 1987)

d. Box-cut contour mining

Pada metode box-cut contour mining ini (Gambar 1.5) lapisan tanah

penutup yang sudah digali, ditimbun pada daerah yang sudah rata di

sepanjang garis singkapan hingga membentuk suatu tanggul-tanggul yang

rendah yang akan membantu menyangga porsi terbesar dari tanah

timbunan.

Gambar 1.5 Metode Box-Cut Contour Mining (Chioronis, 1987)

2) Mountaintop removal method

Metode mountaintop removal method ini (Gambar 1.6) dikenal dan

berkembang cepat, khususnya di Kentucky Timur (Amerika Serikat). Dengan

metode ini lapisan tanah penutup dapat terkupas seluruhnya, sehingga

memungkinkan perolehan batubara 100%.

16 | P a g e

Page 17: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

Gambar 1.6 Mountaintop Removal Method (Chioronis, 1987)

3) Area mining method

Metode ini diterapkan untuk menambang endapan batubara yang dekat

permukaan pada daerah mendatar sampai agak landai. Penambangannya

dimulai dari singkapan batubara yang  mempunyai lapisan dan tanah penutup

dangkal dilanjutkan ke yang lebih tebal sampai batas pit.

Terdapat tiga cara penambangan area mining method, yaitu :

a. Conventional area mining method

Pada cara ini, penggalian dimulai pada daerah penambangan awal

sehingga penggalian lapisan tanah penutup dan penimbunannya tidak terlalu

mengganggu lingkungan. Kemudian lapisan tanah penutup ini ditimbun di

belakang daerah yang sudah ditambang (Gambar 1.7).

Gambar 1.7 Conventional Area Mining Method (Chioronis, 1987)

17 | P a g e

Page 18: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

b. Area mining with stripping shovel

Cara ini digunakan untuk batubara yang terletak 10–15 m di bawah

permukaan tanah. Penambangan dimulai dengan membuat bukaan berbentuk

segi empat. Lapisan tanah penutup ditimbun sejajar dengan arah penggalian,

pada daerah yang sedang ditambang. Penggalian sejajar ini dilakukan sampai

seluruh endapan tergali (Gambar 1.8).

Gambar 1.8 Area Mining With Stripping Shovel (Chioronis, 1987)

c. Block area mining

Cara ini hampir sama dengan conventional area mining method, tetapi

daerah penambangan dibagi menjadi beberapa blok penambangan. Cara ini

terbatas untuk endapan batubara dengan tebal lapisan tanah penutup

maksimum 12 m. Blok penggalian awal dibuat dengan bulldozer. Tanah hasil

penggalian kemudian didorong pada daerah yang berdekatan dengan daerah

penggalian (Gambar 1.9).

Gambar 1.9 Block Area Mining (Chioronis, 1987)

4) Open pit Method

18 | P a g e

Page 19: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

Metode ini digunakan untuk endapan batubara yang memiliki

kemiringan (dip) yang besar dan curam. Endapan batubara harus tebal bila

lapisan tanah penutupnya cukup tebal.  

a. Lapisan miring

Cara ini dapat diterapkan pada lapisan batubara yang terdiri

dari satu lapisan (single seam) atau lebih (multiple seam). Pada cara

ini lapisan tanah penutup yang telah dapat ditimbun di kedua sisi pada

masing-masing pengupasan (Gambar 1.10).

Gambar 1.10 Open Pit Method pada lapisan miring (Hartman, 1987)

b. Lapisan tebal

Pada cara ini penambangan dimulai dengan melakukan

pengupasan tanah penutup dan penimbunan dilakukan pada daerah

yang sudah ditambang. Sebelum dimulai, harus tersedia dahulu daerah

singkapan yang cukup untuk dijadikan daerah penimbunan pada

operasi berikutnya (Gambar 1.11).

Pada cara ini, baik pada pengupasan tanah penutup maupun

penggalian batubaranya, digunakan sistem jenjang (benching system).

Gambar 1.11 Open Pit Method  pada lapisan tebal (Hartman, 1987)

http://dc357.4shared.com/doc/nnxm-cjR/preview.html

PERALATAN TAMBANG TERBUKA

19 | P a g e

Page 20: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

Jenis alat berat yang digunakan, Misalnya:

1.      Dump-truck: Pemuatan – Pengangkutan – Penumpahan – Kembali

2.      Bull-dozer: Penancapan blade – penggusuran – Pengangkatan Blade – Memutar

3.      Excavator: Penggalian – Ayun bermuatan – Penumpahan – Ayun kosong

4.      Dragline: Pelemparan bucket – Pengerukan – Pengangkatan bucket – Ayun

bermuatan –

Penumpahan – Ayun kosong

BULLDOZER

1. Alat yang diperlukan

- Pengukur jarak (Met-band)

- Pengukur waktu (Stop-watch)

- Kompas & GPS

- Tabel observasi

2.      Data yang diamati

- Jarak gusur dan kondisi lapangan

- Jenis, sifat dan volume material yang digusur

- Waktu edar (CT)

- Dimensi blade

- Perpindahan transmisi

3.      Prosedur Kerja

-Siapkan alat yang diperlukan dan pastikan alat- baik.

-  Ukur dimensi blade dari bulldozer.

-   Amati jenis material yang digusur.

-   Pada saat bulldozer bekerja amati waktu edar dalam tabel observasi.

-  Sewaktu bulldozer selesai menggusur, ukur jarak berada dengan ujung tempat

kerja bulldozer.

-    Lakukan beberapa kali pengamatan, sehingga dinyatakan layak / representative.

-     Hitung produktifitas dan efisiensi alat.

20 | P a g e

Page 21: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

4.      Perhitungan Produksi

Produksi per-siklus q = L x H 2 x a

Dimana :

q : Produksi per siklus (m3)

L : Lebar blade (m)

H : Tinggi blade (m)

a : Faktor blade

5.      Waktu Edar

CT = FT + GCTR + RT + GCTF

Dimana :

CT : Waktu edar (menit)

FT : Waktu mendorong / maju (menit)

GCTR : Waktu mengganti gigi mundur (menit)

RT : Waktu mundur (menit)

GCTF : Waktu mengganti gigi maju (menit)

6.      Produksi per-jam CT

Q = q x 60 x E

Dimana :

Q : Produksi per-jam (m3/jam)

q : Produksi per siklus (m3)

CT : Waktu edar (menit) 60 : Konversi jam -> menit

E : Efisiensi kerja

SHOVEL-DOZER DAN WHEEL LOADE

1. Alat yang diperlukan

- Pengukur jarak (Met-band)

- Pengukur waktu (Stop-watch)

- GPS

- Tabel Observasi

2.      Data yang diamati

- Jenis, sifat dan kondisi material

- Jarak perpindahan / pengangkutan material

- Waktu edar (CT)

- Dimensi bucket

- Pergerakan alat

21 | P a g e

Page 22: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

2. Prosedur Kerja

- Siapkan alat yang diperlukan dan pastikan alat-alat tersebut bekerja dengan baik

- Ukur dimensi bucket atau lihat spesifikasi alat bila tidak ada modifikasi

- Amati jenis material yang dikerjakan dan medan kerjanya

- Pada saat wheel-loader bekerja amati waktu edar dan catat hasil pengamatan

- Pencatatan dilakukan saat pemuatan, pengangkutan, penumpahan, kembali.

- Saat pemuatan material, perhatikan faktor pengisian bucket

- Lakukan beberapa kali pengamatan, sehingga dinyatakan hasil pengamatan layak.

4.      Perhitungan Produksi

Produksi per-siklus

q= q x K 1

Dimana :

q : Produksi per siklus (m3)

1 Kapasitas munjung (m3)

K : Faktor pengisian bucket

EXCAVATOR

1. Alat yang diperlukan

- Pengukur jarak (Met-band)

- Pengukur waktu (Stop-watch)

- GPS

- Tabel Observasi

2.      Data yang diamati

- Jenis, sifat dan kondisi material

- Jarak perpindahan / pengangkutan material

- Waktu edar (CT)

- Dimensi bucket

- Pergerakan alat

22 | P a g e

Page 23: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

2. Prosedur Kerja

- Siapkan alat yang diperlukan dan pastikan alat-alat tersebut bekerja dengan baik

- Ukur dimensi bucket atau lihat spesifikasi alat (bila tidak ada modifikasi)

- Amati jenis material yang dikerjakan

- Pada saat excavator bekerja amati waktu edar dan catat hasil pengamatan

- Pencatatan dilakukan saat penggalian, ayun bermuatan, penumpahan, ayun

kosong, dst.

- Pada saat observasi waktu edar, perhatikan pula isi bucket (peres atau munjung)

- Buat perkiraan volumenya relatif terhadap volume bucket).

- Lakukan beberapa kali pengamatan, sehingga dinyatakan hasil pengamatan layak

- Hitung produktifitas dan efisiensi alat

DUMP-TRUCK

1. Alat yang diperlukan

- Pengukur jarak (Met-band / speedo-meter)

- Pengukur waktu (stop-watch)

- Kompas dan GPS

- Alat komunikasi (HT)

- Tabel Observasi

2.      Data yang diamati

- Jenis, sifat dan kondisi material

- Jarak perpindahan / pengangkutan material

- Waktu edar (CT)

- Dimensi bucket yang mengisi material dan jumlah pengisian per bak

- Pergerakan alat

23 | P a g e

Page 24: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

2. Prosedur Kerja

- Siapkan alat yang diperlukan dan pastikan alat-alat tersebut bekerja dengan baik

- Pastikan anda telah mengetahui dimensi bucket yang bertugas mengisi material

- Amati jenis material yang dikerjakan

- Pada saat excavator mengisi material ke dalam bak dump-truck

- Amati jumlah pengisian bucket dan kondisi bucket (peres atau munjung).

- Amati pula lama waktu pengisian dan catat hasil pengamatan dalam tabel observasi.

- Pencatatan waktu dilakukan saat pengisian (loading time), pengangkutan (hauling

time),

manuver untuk penumpahan (spotting dumping time), penumpahan (dumping time),

perjalanan kembali (return time), manuver untuk pengisian (spotting loading time),

dst.

- Lakukan beberapa kali pengamatan, sehingga dinyatakan hasil pengamatan layak

- Hitung produktifitas dan efisiensi alat

- Agar data observasi ini dapat digunakan pula untuk mendapatkan sinkronisasi alat,

usahakan awal pengamatan waktu edar dump-truck bersamaan dengan awal

pengamatan waktu edar alat gali-muat.

B. TAMBANG TERTUTUP

          APLIKASI, KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN BERBAGAI METODE

TAMBANG BAWAH TANAH

Pada dasarnya aplikasi setiap metode tambang bawah tanah bersifat spesifik.

Walaupun demikian, pada prakteknya sukar sekali secara menyeluruh memenuhi

kondisi idealnya.

24 | P a g e

Page 25: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

       Dilain pihak, bijih juga memungkinkan mempunyai kondisi yang cocok untuk

aplikasi beberapa metode, sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap metode-metode

tambang bawah tersebut.

      Setiap metode mempunyai aplikasi yg spesifik, tetapi karakteristik bijih   dan

country rock   tidak senantiasa ideal

      Karakteristik bijih dan country rock kadang memungkinkan aplikasi dua atau lebih

metode

Eksploitasi mineral dimana seluruh ekstraksinya dilakukan di bawah

permukaan bumi dinamakan “underground mining” (tambang bawah tanah), atau

“deep mining” (tambang dalam).

Metode tambang bawah tanah diterapkan apabila (1) kedalaman cebakan, (2)

nisbah pengupasan over burden terhadap bijih, atau keduanya menjadi tidak

memungkinkan dilakukan eksploitasi dari permukaan.

Pemilihan metode yang cocok, mencakup aspek:

(1)        Menentukan perlu tidaknya penyangga, dan penyangga yang mestinya dipakai

(2)        Merancang konfigurasi bukaan dan urutan ekstraksi dikaitkan penyebaran bijihnya.

==========================================

3.1. STOPE DG. PENYANGGAAN ALAMIAH  atau OPEN STOPE

Aplikasi open stope secara umum:

1.    Daerah bijih dan country rock kuat, kecuali cebakan tipis-datar atau sedikit miring

yang dapat ditambang dengan retreating system

2.    Bijih kadar rendah atau nilai ekonomis rendah, mengingat pillar berupa bijih dan

losses tinggi.  Pada bijih kadar tinggi dapat dilakukan pillar robbing.

3.    Penambangan sangat selektif. Pada steep dip 500 – 900 dimungkinkan meninggalkan

kadar rendah sbg pillar. Pada flat dip 00 – 200 mempunyai selektifitas tinggi.

4.    Pada flat dip dimungkinkan sortasi, untuk steep dip dilakukan sortasi secara terbatas.

5.    Aplikasi umum: tabular dinding teratur, batas dinding jelas. Kadang diterapkan untuk

cebakan yang besar, menggumpal (massive), dinding irregular.

=========================================

3.1.1. OPEN STOPE DGN. UNDERHAND STOPING

=========================================

25 | P a g e

Page 26: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

      Level bagian atas dan bawah dihubungkan dengan raise

      Penambangan dimulai dari level atas menuju level bawah (underhand stoping),

sehingga terbentuk jenjang untuk berdiri pekerja

      Broken ore dijatuhkan secara gravitasi menuju haulage drive sehingga

meminumkan transportasi mekanikal.

Aplikasi:

1.   Bijih ketebalan 3-4 meter

2.   Kemiringan 500, pemindahan bijih secara gravitasi

3.   Bukan sebagai metode utama, hanya sebagai metode tambahan untuk ekstraksi bijih

yang terpisah dari bijih utama atau bagian badan bijih utama yang memberikan

kondisi yang cocok

4.   H/W dan F/W kompeten untuk mengurangi ore pillar

5.   O/Z boleh inkompeten karena bijih menjadi tempat berpijak pekerja

Keuntungan:

1.    Unjuk kerja pemboran baik

2.    Kebutuhan penyanggaan sedikit

3.    Memanfaatkan gravitasi untuk transportasi broken ore

4.    Pemboran dilakukan kearah bawah

5.    Kehilangan bijih halus kadar tinggi lebih sedikit

Kerugian:

1.    Sortasi sukar dilakukan dalam stope

2.    Kondisi kerja berbahaya khususnya dibawah backs dan walls, interval level harus

kecil

3.    Fasilitas menempatkan waste dlm stope sangat terbatas

4.    Broken ore dikeluarkan pada “satu titik”, produksi kecil

========================================

3.1.2. OPEN STOPE DGN. OVERHAND STOPING

========================================

      Level bagian atas dan bawah dihubungkan dengan raise

      Penambangan dimulai dari level bawah menuju level atas (overhand stoping)

      Untuk bijih yang curam diperlukan platforms (3-4 meter vertikal, 1-2 meter

horizontal) untuk perpijak pekerja

      Broken ore dijatuhkan secara gravitasi menuju haulage drive sehingga

meminumkan transportasi mekanikal

      Haulage level dilindungi oleh ore pillar atau timber mat

26 | P a g e

Page 27: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

Aplikasi:

1.    Ketebalan bijih 3-4 meter

2.    Kemiringan 500, pemindahan bijih secara gravitasi

3.    Kemiringan diatas 500, diperlukan platform pekerja

4.    Bukan sebagai metode utama, hanya sebagai metode tambahan untuk ekstraksi bijih

yang terpisah dari bijih utama atau bagian badan bijih utama yang memberikan

kondisi yang cocok

5.    H/W dan F/W kompeten untuk mengurangi ore pillar

6.    Badan bijih kompeten

Keuntungan:

1.        Posisi backs tidak memberikan bahaya, interval level dapat lebih kecil

2.        Sorting dilakukan secara sistimstis

3.        Waste hasil sorting dapat ditumpuk pada mine out area

4.        Kondisi kerja lebih aman dan aplikasi lebih elastis

5.        Pada kemiringan yang kecil broken ore jatuh pada haulage drive secara gravitasi

Kerugian :

1.    Unjuk kerja pemboran menurun

2.    Kemiringan bijih diatas 450 diperlukan platform pekerja

3.    Lebih banyak memerlukan material penyangga

4.    Lebih besar kehilangan bijih ukuran halus kadar tinggi

3.1.3. OPEN STOPE DGN. BREAST STOPINGatau STOPE AND PILLAR

======================================

      Pembongkaran dilakukan secara maju (advancing) terhadap bijih horisontal kurang

3 meter, dimana kondisi tersebut tidak memungkinkan penambangan underhand

maupun overhand.

      Endapan yang lebih tebal dari 3 meter, maka dilakukan berjenjang, dengan tebal

maksimum 13 meter

      Penyanggaan atap dilakukan secara pemanen atau semi permanen (pillar) dari bijih

itu sendiri yang kadang-kadang diperkuat dengan semen disekelilingnya (spray

cement, pouring cement)

Prosentase bijih sebagai pillar tergantung pada:

1.    Karakter atap: menentukan jarak antara pillar

2.    Karakter lantai: menentukan jarak antara pillar

27 | P a g e

Page 28: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

3.    Kekuatan bijih: menentun ukuran penampang pillar

Pada cebakan datar ketebalan 4 – 5 meter, dilakukan penggalian bijih

sehingga terbentuk “wide drifts” dan ditinggalkan pillar secara sistimatis. Pillar dapat

ditinggalkan sebagai penyangga permanen atau dilakukan “pillar robbing”. Pada

tahap pertama penggalian, hanya diperoleh mining recovery sekitar 60%, dan

meningkat menjadi 80% setelah dilakukan pillar robbing.

Penambangan stope and pillar digunakan di tambang uranium Elliot Lake.

Daerah penambangan dibagi menjadi ruang segiempat teratur yang dipisahkan oleh

pillar. Pembuatan ruangan diawali pembuatan pillot raise ke arah kemiringan lapisan,

dan dari pillot raise ini selanjutnya dibuat crosscut (Gambar 3.3.)

Aplikasi:

1.   Cebakan tidak bernilai tinggi, sejumlah bijih ditinggal sebagai pillar

2.   Ketebalan tidak lebih dari 7 meter

3.   Ketebalan diatas 7 meter akan mengakibatkan mining recovery semakin kecil dan

bahaya runtuhan atap

4.   Cebakan mendatar sampai kemiringan 200-500 (moderately steep)

a.          horizontal mining: stope and pillar untuk bijih mendatar atau hamper mendatar

b.         inclined mining: stope and pillar untuk kemiringan 200-300, penambangan searah

dip, tidak meungkunkan memakai mobile equipment

c.          step mining: stope and pillar untuk kemiringan 300-500, dibentuk daerah kerja

sedemikian rupa sehingga memungkinkan penggunaan mobile equipment

5.   Batuan atap dan lantai kompeten, untuk meminimalkan pemakaian pillar

6.   Bijih kompeten untuk mengurangi lebar pillar

7.   Kedalaman tidak terlalu besar untuk menggurangi beban yang harus disangga pillar

Keuntungan:

1.   Biaya penambangan rendah

2.   Memungkinkan sortasi dalam stope, dan waste ditinggal pada ruang kosong yang ada

3.   Memungkinkan mekanisasi dari drilling, loading dengan

Kerugian:

1.    Losses sebagai pillar mencapai 40%, dengan pillar robbing yang efektip menjadi 20%

2.    Bahaya runtuhan dari hangging wall, khususnya bila mempunyai joint dan cracks

yang sejajar

3.    Daerah yang harus diatur ventilasinya sangat luas

28 | P a g e

Page 29: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

Metode dapat dimasukkan dalam stope and pillar (bukan room and pillar)

apabila memenuhi dua dari tiga hal:

1.    Pillar tidak teratur dan terletak acak

      Kadar rendah atau waste sebagai pillar

      Bukan untuk memperoleh bentuk atau perencanaan tambang yang sistimatis, ttp.

sekedar menyangga atap

      Penyusun pillar adalah batuan, maka relatif kuat dan berdimensi kecil

2.    Ketebalan cebakan lebih besar 6 meter

      Tebal tetapi aman secara teknik, maka dilakukan tidak berjenjang

      Tebal dan tidak aman secara teknik, maka dilakukan berjenjang

3.    Komoditas yang ditambang adalah mineral, bukan batubara

      Batubara dapat ditambang secara room and pillar

      Tidak ada cebakan batubara ditambang secara stope and pillar

      Rule of tumb: room and pillar untuk coal, dan stope and pillar untuk noncoal

29 | P a g e

Page 30: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

BAB III

SOAL DAN JAWABAN

1. Sebutkan factor – factor yang sangat mempengaruhi jalannya operasional

penambangan ?

Jawab :

Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi jalannya operasional penambangan,

yaitu :

1. Validasi Data (Geologi, Topografi, Jumlah Data).

2. Model geologi (Geological Resources, Bentuk Cadangan, Kualitas dsb.).

3. Cut of Grade/Optimum Pit Limit.

4. Penentuan metoda Penambangan.

5. Pembuatan Layout tambang & Design.

6. Perhitungan Blok Cadangan.

7. Pembuatan Schedule Produksi.

8. Pemilihan Alat dan type alat yang “Suitable”.

9. Penentuan Urutan (sequence) Tambang.

10. Penentuan System Drainase.

11. Analisa Lingkungan dan Rencana Rehabilitasi.

2. Sebutkan keuntungan dari tambang terbuka ?

Jawab :

Keuntungan dari tambang terbuka antara lain :

1) Ongkos penambangan per ton atau per bcm endapan mineral/bijh lebih murah

karena tidak perlu adanya penyanggaan, ventilasi dan penerangan.

2) Kondisi kerjanya baik, karena berhubungan langsung dengan udara luar dan

sinar matahari.

3) Penggunaan alat-alat mekanis dengan ukuran besar dapat lebih leluasa,

sehingga produksi bisa lebih besar.

4) Pemakaian bahan peledak bisa lebih efisien, leluasa dan hasilnya lebih baik,

karena :

Adanya bidang besar (free face) yang lebih banyak

30 | P a g e

Page 31: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

Gas-gas beracun yang ditimbulkan oleh peledakan dapat dihembuskan

angin dengan cepat

5) Perolehan tambang (mining recovery) lebih besar, karena batas endapan dapat

dilihat dengan jelas.

6) Relatif lebih aman, karena adanya yang mungkin timbul terutama akibat

kelongsoran.

7) Pengawasan dan pengamatan mutu bijih (grade control) lebih mudah.

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tambang terbuka batubara ?

Jawab :

Tambang Terbuka – juga disebut tambang permukaan – hanya memiliki nilai

ekonomis apabila lapisan batu bara berada dekat dengan permukaan tanah. Metode

tambang terbuka memberikan proporsi endapan batu bara yang lebih banyak daripada

tambang bawah tanah karena seluruh lapisan batu bara dapat dieksploitasi – 90% atau

lebih dari batu bara dapat diambil. Tambang terbuka yang besar dapat meliputi daerah

berkilo-kilo meter persegi dan menggunakan banyak alat yang besar, termasuk:

dragline (katrol penarik), yang memindahkan batuan permukaan; power shovel

(sekop hidrolik); truk-truk besar, yang mengangkut batuan permukaan dan batu bara;

bucket wheel excavator (mobil penggali serok) dan ban berjalan.

4. Sebutkan langkah-langkah untuk mensukseskan moratorium dalam pertambangan

batubara ?

Jawab :

1. Penghentian penggunaaan jalan umum untuk aktivitas angkutan batubara.

2.    Tidak mengeluarkan perizinan baru

3. Penghentian pertambangan batubara illegal secara total

4.     Evaluasi perizinan yang telah diberikan dan lakukan audit lingkungan semua

usaha pertambangan batubara

5. Meninggikan standar kualitas pengelolaan lingkungan hidup

6     Pelembagaan konflik

7. Penyusunan kebijakan strategi pengelolaan sumber daya alam tambang dengan

segala perangkat peraturannya yang berpihak \9kepada kepentingan rakyat dan

lingkungan.

5. Sebutkan dan jelaskan salah satu jenis tambang terbuka batubara ?

1) Contour mining

Contour mining cocok diterapkan untuk endapan batubara

yang tersingkap di lereng pegunungan atau bukit. Cara

penambangannya diawali dengan pengupasan tanah penutup

31 | P a g e

Page 32: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

(overburden) di daerah singkapan di sepanjang lereng mengikuti garis

ketinggian (kontur), kemudian diikuti dengan penambangan endapan

batubaranya. Penambangan dilanjutkan ke arah tebing sampai dicapai

batas endapan yang masih ekonomis bila ditambang.

32 | P a g e

Page 33: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

BAB IV

KESIMPULAN

“Batubara adalah batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah

heterogen dan mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen sebagai unsur

utama dan belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan. Zat lain, yaitu senyawa

organik pembentuk “ash” tersebar sebagai partikel zat mineral dan terpisah-pisah di

seluruh senyawa batubara. Beberapa jenis batu meleleh dan menjadi plastis apabila

dipanaskan, tetapi meninggalkan residu yang disebut kokas. Batubara dapat dibakar

untuk membangkitkan uap atau dikarbonisasikan untuk membuat bahan bakar cair

atau dihidrogenisasikan untuk membuat metan. Gas sintetis atau bahan bakar berupa

gas dapat diproduksi sebagai produk utama dengan jalan gasifikasi sempurna dari

batubara dengan oksigen dan uap atau udara dan uap”.

A. TAMBANG TERBUKA BATUBARA

Tambang Terbuka – juga disebut tambang permukaan – hanya memiliki nilai

ekonomis apabila lapisan batu bara berada dekat dengan permukaan tanah. Metode

tambang terbuka memberikan proporsi endapan batu bara yang lebih banyak daripada

tambang bawah tanah karena seluruh lapisan batu bara dapat dieksploitasi – 90% atau

33 | P a g e

Page 34: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

lebih dari batu bara dapat diambil. Tambang terbuka yang besar dapat meliputi daerah

berkilo-kilo meter persegi dan menggunakan banyak alat yang besar, termasuk:

dragline (katrol penarik), yang memindahkan batuan permukaan; power shovel

(sekop hidrolik); truk-truk besar, yang mengangkut batuan permukaan dan batu bara;

bucket wheel excavator (mobil penggali serok); dan ban berjalan.

Keuntungan dari tambang terbuka antara lain :

1) Ongkos penambangan per ton atau per bcm endapan mineral/bijh lebih murah

karena tidak perlu adanya penyanggaan, ventilasi dan penerangan.

2) Kondisi kerjanya baik, karena berhubungan langsung dengan udara luar dan

sinar matahari.

3) Penggunaan alat-alat mekanis dengan ukuran besar dapat lebih leluasa,

sehingga produksi bisa lebih besar.

4) Pemakaian bahan peledak bisa lebih efisien, leluasa dan hasilnya lebih baik,

karena :

Adanya bidang besar (free face) yang lebih banyak

Gas-gas beracun yang ditimbulkan oleh peledakan dapat dihembuskan

angin dengan cepat

5) Perolehan tambang (mining recovery) lebih besar, karena batas endapan dapat

dilihat dengan jelas.

6) Relatif lebih aman, karena adanya yang mungkin timbul terutama akibat

kelongsoran.

7) Pengawasan dan pengamatan mutu bijih (grade control) lebih mudah.

B. TAMBANG TERTUTUP BATUBARA

Eksploitasi mineral dimana seluruh ekstraksinya dilakukan di bawah

permukaan bumi dinamakan “underground mining” (tambang bawah tanah), atau

“deep mining” (tambang dalam).

Metode tambang bawah tanah diterapkan apabila (1) kedalaman cebakan, (2)

nisbah pengupasan over burden terhadap bijih, atau keduanya menjadi tidak

memungkinkan dilakukan eksploitasi dari permukaan.

Keuntungan:

1.   Biaya penambangan rendah

2.   Memungkinkan sortasi dalam stope, dan waste ditinggal pada ruang kosong yang ada

3.   Memungkinkan mekanisasi dari drilling, loading dengan

Kerugian:

1.    Losses sebagai pillar mencapai 40%, dengan pillar robbing yang efektip menjadi 20%

2.    Bahaya runtuhan dari hangging wall, khususnya bila mempunyai joint dan cracks

yang sejajar

3.    Daerah yang harus diatur ventilasinya sangat luas

34 | P a g e

Page 35: TUGAS TAMBANG BATUBARA.docx

35 | P a g e