tugas stcw ma
TRANSCRIPT
STCW MANILA AMANDEMENT 2010
Dosen Pengajar :Ir. Hesty Kurniawati, M. Sc
Nama Kelompok III :M. Zainuddin Afandi 4107100054Erwin Indra K 4109100047Bagus Prasetyo Wibowo 4109100063Muafaq 4109100088
Jurusan Teknik PerkapalanProgram Studi Transportasi LautInstitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya – 2012
Tugas Peraturan Statutori
STCW Manila amandement 2010
Kelompok III
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
pertolonganNya tugas makalah peraturan statutori ini mengenai “STCW Manila amandement
2010” dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Ir. Hesty Anita
Kurniawati, M. Sc selaku dosen pengajar mata kuliah peraturan statutory dan teman-teman
sekalian seperjuangan untuk menggapai kelulusan pada mata kuliah ini dan wisuda nanti
tentunya.
Kami menyadari bahwa tugas makalah peraturan statutori ini mengenai “STCW
Manila amandement 2010” ini masih jauh dari sempurna, karena disebabkan kurangnya
ketelitian dan kelalaian dalam pengerjaannya. Oleh karena itu, sangat diperlukannya saran-
saran yang membangun agar tugas makalah peraturan statutori ini mengenai “STCW Manila
amandement 2010” dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami dan bagi Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan.
Penulis
i
Tugas Peraturan Statutori
STCW Manila amandement 2010
Kelompok III
DAFTAR ISIKATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN.......................................................................................................1
2.1 STCW............................................................................................................................1
2.1.1 STCW Amandement 1995....................................................................................2
2.1.2 Manila Amandement 2010....................................................................................3
2.2 Sertifikat-Sertifikat SCTW...........................................................................................9
2.3 Penggunaan Radio Officer Pada STCW Manila amandement 2010..........................10
BAB 3. KESIMPULAN......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................12
ii
Tugas Peraturan Statutori
STCW Manila amandement 2010
Kelompok III
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. STCW Convention and SCTW Code......................................................................1
Gambar 2.2 SCTW 1995.............................................................................................................3
Gambar 2.3 SCTW 2010.............................................................................................................4
Gambar 2.4 Contoh Sertifikat SCTW-95....................................................................................5
Gambar 2.5 Kumpulan Dokumentasi Security Training............................................................6
Gambar 2.6 The quality management system certificate............................................................9
Gambar 2.7 Personal Safety and Social Responsibility certificate..........................................10
iii
Tugas Peraturan Statutori
STCW Manila amandement 2010
Kelompok III
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ABK/crew adalah, semua personil yang bekerja di kapal, bertugas mengoperasikan dan
memelihara kapal serta menjaga muatannya. Awak kapal terdiri dari nahkoda dan ABK (Anak
Buah Kapal). Nahkoda disebut juga kapten/master adalah pimpinan umum di atas kapal,
karena kapal merupakan suatu lingkungan khusus, maka nahkoda diberikan kewenanangan
otonom. Nahkoda bertanggung jawab atas keselamatan kapal, abk, muatan dan
penumpangnya.
Pada saat berlayar, apabila dihadapkan kepada kondisi yang memaksa dan untuk
kepentingan keselamatan. Nahkoda berwenang mewakili berbagai instansi pemerintah, seperti
menahan seseorang yang sulit dikendalikan dan membahayakan keselamatan kapal atau orang
lain. Secara rangking jabatan, dibawah nahkoda terdapat ABK yang terdiri dari perwira dan
bawahan, sedangkan menurut pembagian tugas, ABK terbagi dalam bagian dek, bagian
mesin, radio operator, bagian makanan dan pelayan, pekerja ketatausahaan di kapal biasanya
menjadi beban tugas perwira. Perwira bagian kapal dek terdiri darim mualim kapal yang
disebut mate atau officer, dimulai dari chief mate atau mualim satu sampai mualim empat,
sedangkan nama-nama jabatan bawahan dimulai dari serang atau bosun yang bertugas
memimpin bawahan lalu kasap dek atau tandil yang bertanggung jawab atas persediaan bahan
dan alat kerja bagian dek untuk pemeliharaan kapal. Juru mudi atau AB Sailor yang bertugas
memegang kemudi selama kapal berlayar dan kelasi atau sailor yang bertugas merawat kapal.
Perwira bagian mesin terdiri dari para masinis atau enginer dimulai chief enginer, kepala
kamar mesin (KKM) atau masinis satu sampai masinis lima, yang kadang-kadang disebut
juga asisten. Pada kapal-kapal besar biasanya terdapat juga electrician yang bertugas merawat
peralatan listrik, selanjutnya jabatan bawahan dimulai dengan mandor, forman atau oiler
number one yang berfungsi sebagai pemimpin bawahan bagian mesin, kemudian kasap atau
store keeper yang tugasnya mengurus alat kerja bagian mesin, lalu filter yang mempunyai
tugas khusus seperti mengelas dan membubut. Juru minyak/Oiler bertugas menjaga kamar
mesin, mengawasi dan menyediakan keperluan bagi mesin – mesin yang dijalankan. Jabatan
Page 1
Tugas Peraturan Statutori
STCW Manila amandement 2010
Kelompok III
terendah pada bagian mesin adalah wiper yang bertugas menjaga kebersihan kamar mesin.
radio officer bertugas menerima dan mengirim berita dari kapal, dalam kapal barang biasanya
hanya ada satu radio operator, sedangkan untuk kapal penumpang mungkin ada beberapa
radio operator, karena terkadang kapal juga melayani penumpang untuk mengirim berita
juga. Bagian makanan dan pelayan dipimpin oleh chief steward atau hoff mister, yang
membawahi botelir yang bertugas menjaga bahan makanan, kemudian juru masak atau koki,
pelayan ruang makan dan pelayan akomodasi perwira. Dalam rangka efisiensi dan semakin
majunya teknologi dibidang perkapalan, maka untuk jabatan-jabatan untuk bawahan sudah
banyak yang dikurangi, Perawatan kapal yang bersifat makro dapat dilakukan di dock kapal.
Sampai saat ini untuk sebuah kapal dengan ukuran 15.000 GRT dulunya mempunyai 50 orang
ABK, sekarang hanya diawaki oleh 8 orang saja.
Untuk menjadi awak kapal dan menjalankan tugasnya di atas kapal, sesuai dengan
aturan IMO mengenai STCW code tahun 1978 yang mengatur tentang standar minimum yang
harus dipenuhi oleh ABK, berkaitan dengan pelatihan ABK/crew, sertifikasi dan petugas jaga
untuk pelaut yang sesuai dengan aturan flag state pada kapal tersebut. Untuk mengetahui isi
dari STCW convention 1978 beserta amandemen terbarunya pada Manila amandement 2010
akan dibahas lebih lanjut pada makalah ini.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dari pengerjaan makalah tugas peraturan statutori ini
adalah :
1. Apakah isi dari STCW Manila amandement 2010 ?
2. Kapan penggunaan/pemberlakuan radio officer pada Manila amandement 2010 ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pengerjaan makalah tugas peraturan statutori ini adalah :
1. Untuk mengetahui isi dari STCW Manila amandement 2010.
2. Untuk mengetahui penggunaan/pemberlakuan radio officer pada Manila amandement
2010.
Page 2
Tugas Peraturan Statutori
STCW Manila amandement 2010
Kelompok III
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 STCW
Konvensi Internasional tentang standar pelatihan, sertifikasi dan pengawasan (STCW)
1978 mengatur standar untuk nakhoda, mualim, dan petugas jaga yang berada pada kapal-
kapal niaga di laut lepas. Sesuai dengan tahunnya STCW tersebut diadopsi pada tahun 1978
oleh konferensi di Organisasi Maritim Internasional (IMO) di kota London. Aturan STCW ini
mulai berlaku pada tahun 1984. STCW 1978 adalah yang pertama untuk menetapkan
persyaratan dasar untuk menetapkan persyaratan dasar untuk pelatihan, sertifikasi, dan
petugas jaga untuk ABK/crew di perairan/tingkat internasional. Sebelumnya standar
pelatihan, sertifikasi pelatihan dan perwira petugas jaga ditetapkan oleh masing-masing
pemerintah yang terkait, biasanya praktek kinerjanya tidak mengacu pada negara lain.
Gambar 2.1. STCW Convention and SCTW Code
Sumber : http://ceritapelautkita.blogspot.com/2012/07/stcw-amandemen-2010-manila.html (28 September 2012)
Konvensi ini mengatur tentang standar minimum yang berkaitan dengan pelatihan,
sertifikasi dan petugas jaga untuk pelaut yang harus dipenuhi pada aturan negara yang
digunakan pada kapal tersebut/flag state. Konvensi ini tidak berurusan pada tingkat
pengawakan : ketentuan IMO di daerah ini dilindungi oleh peraturan 14 dari bab V pada
konvensi internasional untuk keselamatan jiwa di laut (SOLAS) 1974, yang persyaratan yang
Page 1
Tugas Peraturan Statutori
STCW Manila amandement 2010
Kelompok III
didukung oleh resolusi A.890 (21) prinsip keselamatan, diadopsi oleh IMO pada tahun 1999,
yang menggantikan resolusi sebelumnya A.481 (XII) yang diadopsi pada tahun 1981. Salah
satu fitur yang sangat penting dari konvensi bahwa hal itu berlaku untuk kapal-kapal dari
negara yang berdaulat ketika mengunjungi pelabuhan negara yang menjadi pihak pada
konvensi ini. Pasal X membutuhkan pihak untuk menerapkan langkah-langkah pengendalian
untuk kapal dari semua bendera sejauh yang diperlukan untuk memastikan bahwa tidak ada
perlakuan yang lebih menguntungkan diberikan kepada kapal yang mengibarkan bendera
suatu negara yang menjadi pihak-pihak konvensi ini. Pada tahun 2011, STCW convention
memiliki 155 Pihak, yang mewakili 98,9 persen dari tonase pengiriman dunia.
2.1.1 STCW Amandement 1995
Pada tanggal 7 Juli 1995, IMO mengadopsi revisi komprehensif STCW, termasuk juga
usulan untuk mengembangkan STCW code baru, yang akan berisi rincian teknis terkait
dengan ketentuan STCW convention. Perubahan berlaku pada tanggal 1 Februari 1997.
Implementasi penuh diperlukan pada tanggal 1 Pebruari 2002. Para perwira/ABK/crew di atas
kapal sudah memegang lisensi dan memiliki pilihan untuk memperpanjang lisensi itu sesuai
dengan aturan lama STCW convention 1978 selama periode yang berakhir pada tanggal 1
Februari 2002. Para perwira/ABK/crew memasuki program pelatihan setelah tanggal 1
Agustus 1998 adalah diperlukan untuk memenuhi standar kompetensi dari STCW
amandement 1995. Beberapa perubahan yang sangat signifikan adalah sebagai berikut :
a) Peningkatan kontrol negara pelabuhan
b) Komunikasi informasi kepada IMO untuk memungkinkan pengawasan bersama dan
konsistensi dalam penerapan standar
c) Kualitas standar sistem (QSS), pengawasan pelatihan, penilaian, dan prosedur sertifikasi.
Amandemen mengharuskan pelaut diberikan "pelatihan pengenalan" dan "pelatihan
keselamatan dasar" yang meliputi dasar pemadam kebakaran, pertolongan pertama , teknik
bertahan hidup , dan keselamatan pribadi dan tanggung jawab sosial . Pelatihan ini
dimaksudkan untuk memastikan bahwa pelaut sadar akan bahaya dari bekerja di kapal dan
dapat merespon dengan tepat dalam keadaan darurat.
Page 2
Tugas Peraturan Statutori
STCW Manila amandement 2010
Kelompok III
Gambar 2.2 SCTW 1995
Sumber : http://sheqmaritime.com/_mgxroot/page_10777.html (28 September 2012)
d) Penempatan tanggung jawab pada pihak, termasuk yang mengeluarkan izin, dan negara
bendera mempekerjakan warga negara asing, untuk memastikan pelaut memenuhi standar
obyektif kompetensi
e) Persyaratan waktu istirahat bagi tenaga pengawas/penjaga.
2.1.2 Manila Amandement 2010
Konferensi diplomatik negara anggota Konvensi STCW, yang diselenggarakan di
Manila Filipina, pada tanggal 21-25 Juni 2010, telah mengadopsi beberapa perubahan
mendasar terhadap Konvensi STCW dan STCW code. Maksud dari amandemen-amandemen
tersebut (dikenal sebagai Amandemen Manila) adalah untuk meningkatkan standar
profesionalisme dari para pelaut serta untuk meningkatkan keselamatan pelayaran, keamanan
dan perlindungan terhadap lingkungan laut. Amandemen-amandemen tersebut memperbarui
standard kompetensi untuk mengakomodir teknologi terbaru, memperkenalkan persyaratan
dan metodologi baru untuk diklat dan sertifikasi, serta meningkatkan mekanisme untuk
menjalankan ketentuan-ketentuan dalam konvensi STCW oleh administrasi Negara Bendera
(Flag State) dan Negara Pelabuhan (Port State), serta menjelaskan secara spesifik persyaratan-
persyaratan yang berkaitan ketentuan jam kerja dan istirahat, pencegahan penyalahgunaan
obat-obatan terlarang dan alkohol, serta standard medical fitness bagi para pelaut. Bahan
sosialisasi ini dimaksudkan untuk memberikan informasi atas persyaratan-persyaratan inti
dari Manila Amandemen, untuk membantu komunitas maritim Indonesia guna
Page 3
Tugas Peraturan Statutori
STCW Manila amandement 2010
Kelompok III
mempersiapkan diri guna menghadapi perubahan-perubahan yang diperlukan sesuai ketentuan
amandemen Manila tersebut.
Gambar 2.3 SCTW 2010
Sumber : http://www.unimet.pro/ (28 September 2012)
Beberapa perubahan yang paling signifikan adalah :
1. Changes to minimum rest hours
Para perwira dan rating yang melaksanakan tugas jaga navigasi atau jaga kamar
mesin, atau anak buah kapal lainnya yang diberi tugas berkaitan dengan keselamatan,
pencegahan polusi, dan keamanan harus diberikan periode istirahat, sebagai berikut:
a. Minimum 10 jam istirahat dalam periode waktu 24 jam.
b. 77 jam istirahat dalam 7 hari periode.
c. Jam istirahat dapat dibagi menjadi tidak lebih dari 2 periode, yang mana salah satunya
harus berdurasi sedikitnya selama 6 jam dan interval waktu antara periode yang
berlangsung secara terus menerus tidak boleh melampui 14 jam.
d. Pengurangan jam istirahat menjadi 70 jam istirahat dalam periode 7 hari diperbolehkan
untuk waktu yang tidak melampaui 2 minggu berturut-turut.
Nakhoda harus menempatkan pengumuman yang memuat pembagian jam kerja di
atas kapal, yang berisikan informasi jadual kerja/istirahat harian selama berlayar dan
selama di pelabuhan, pada tempat yang mudah terlihat dan diakses di atas kapal, dalam
bahasa yang dipergunakan di atas kapal dan dalam bahasa Inggris, untuk memudahkan
bagi semua anak buah kapal. Dokumentasi waktu istirahat harian harus terpelihara dengan
baik dan ditandatangani oleh nahkoda, atau perwira yang ditunjuk oleh nahkoda. Salinan
Page 4
Tugas Peraturan Statutori
STCW Manila amandement 2010
Kelompok III
dari catatan jam istirahat dan jadual berkenaan krew kapal, yang sepatutnya disyahkan oleh
nahkoda atau perwira yang diberi kewenangan oleh nahkoda, harus diberikan juga kepada
crew yang bersangkutan. Perusahaan pelayaran direkomendasikan untuk menggunakan
format standar dalam menyiapkan tabel pengaturan jam kerja dan jadual jam jaga dan
record dari jam istirahat untuk memperlihatkan kesesuaian dengan persyaratan dalam
STCW. Perusahaan pelayaran disarankan untuk menggunakan petunjuk dari IMO/ILO
(IMO/ILO Guidelines for the Development of Tables of Seafarers Shipboard Working
Arrangements and Formats of Records of Seafarers Hours of Work and Rest) untuk
mengatur jam kerja dan jam istirahat. Dokumentasi dari record ini harus disimpan di atas
kapal dalam masa setidaknya 2 tahun untuk memungkinkan monitoring dan verifikasi
pemenuhan peraturan Seksi A-VIII/1.Perusahaan pelayaran harus menyatakan prosedur
untuk mempersiapkan jam jaga tersebut dan pencatatan jam istirahat harian ke dalam
sistem manajemen keselamatannya (Safety Management System). Ketentuan ini harus
sudah mulai diimplementasikan pada tanggal 1 Januari 2012.
2. STCW certification
Pelaut pemegang sertifikat STCW diterbitkan sebelum tanggal 1 Januari 2012 akan
harus memenuhi persyaratan baru, termasuk baru penyegaran pelatihan, agar sertifikat
mereka akan divalidasi ulang melampaui 1 Januari 2017. Sertifikat administrasi penerbit
harus dapat memberi saran tentang pelatihan baru yang harus dilakukan. Beberapa
administrasi dapat memutuskan untuk menerapkan standar baru lebih awal dari yang lain.
Gambar 2.4 Contoh Sertifikat SCTW-95
Sumber : http://www.fotoarte.lt/CVEN.htm (28 September)
Page 5
Tugas Peraturan Statutori
STCW Manila amandement 2010
Kelompok III
3. Security training
a. Basic Safety Training (Diklat Dasar Keselamatan) telah ditingkatkan kontennya
dengan memasukkan modul untuk memberikan perhatian lebih pada pencegahan polusi
terhadap lingkungan laut, komunikasi yang efektif dan human relationship di atas kapal.
Setiap pelaut pemegang sertifikat ini diwajibkan untuk setiap 5 (lima) tahun sekali
untuk mengikuti diklat pembaruan dengan tujuan mempertahankan standard
kompetensi.
Gambar 2.5 Kumpulan Dokumentasi Security Training
Sumber : Kumpulan Dokumentasi Pelatiahan pada SCTW
b. Semua pelaut dipersyaratkan untuk mengikuti diklat keterampilan berkaitan dengan
pengenalan dan kesadaran terhadap keamanan sesuai dengan ketentuan pada seksi A-
VI/6 paragraf 1-4 pada STCW code.
Untuk pelaut yang didesain untuk menangani tugas keamanan juga harus memenuhi
ketentuan kompetensi sebagaimana tertera pada seksi A-VI/6 paragraf 6–8 pada STCW
code. Batas waktu persyaratan pemenuhan sertifikat dimaksud sampai dengan tanggal 1
Januari 2014.
4. Medical certification
Sertifikat medis dikeluarkan sesuai dengan persyaratan saat ini hingga tahun 2017.
Setelah tanggal ini, semua sertifikat medis harus dikeluarkan sesuai dengan standar
amandemen Manila 2010, meskipun dalam praktek administrasinya diharuskan untuk
memenuhi standar baru tersebut sebelum 2017.
Page 6
Tugas Peraturan Statutori
STCW Manila amandement 2010
Kelompok III
5. Changes to competence tables
Terdapat perubahan pada tabel spesifikasi yang memuat standard minimum
kompetensi untuk sertifikasi sebagai perwira dek dengan topik baru, seperti halnya
pengoperasian dari Electronic Chart Display and Information System (ECDIS), leadership,
team working skills, dan managerial skills. Level jabatan baru untuk rating dek dikenal
sebagai Able-Seafarer Deck, dengan spesifikasi standar kompetensi untuk dapat
disertifikasi sebagai Able Seafarer Deck pada tabel II/5 STCW code.
6. Leadership and teamwork
Untuk kompetensi petugas dek dan mesin, kompetensi substansial baru yang
berkaitan dengan kepemimpinan, kerja tim dan manajerial keterampilan telah
ditambahkan. Pelatihan ketegasan untuk semua pelaut juga telah disertakan, mengingat
pentingnya tidak hanya untuk mereka yang harus mengarahkan/melakukan operasi tetapi
juga untuk mereka yang memiliki jabatan lebih rendah dan mungkin harus berkomunikasi
tentang masalah keselamatan dengan perwira senior, master, dan personel/penjaga pantai.
7. Training record books
Pelatihan ini diwajibkan bagi ABK/crew kapal yang bertugas di atas dek dan ruang
mesin agar ABK/crew mamiliki kemampuan dalam mencatat segala sesuatu yang terjadi
untuk dibuat/dijadikan sebagai laporan atau catatan. Pelatihan ini diawasi dan merupakan
tanggung jawab dari officer/mualim.
8. Mandatory security training
Serta pelatihan khusus dan persyaratan sertifikasi untuk Petugas Keamanan Kapal,
sosialisasi keamanan baru dan persyaratan pelatihan telah diperkenalkan untuk semua nilai
personil kapal. Pelaut mungkin sudah mematuhi persyaratan keamanan baru melalui
layanan berlayar di laut atau sebelumnya pelatihan.
9. Refresher training
Sebuah fitur penting dari amandemen Manila adalah penekanan tambahan yang
diberikan kepada kebutuhan untuk standar pelaut sebagai kompetensi yang harus dijaga
sepanjang karier mereka. Semua pelaut memerlukan bukti tingkat yang sesuai kompetensi
dalam pelatihan keselamatan dasar (termasuk kelangsungan hidup, pemadam kebakaran,
pertolongan pertama, dan keamanan pribadi) setiap lima tahun. Banyak dari pelatihan
penyegaran ini dapat dilakukan di kapal, tetapi akan membutuhkan pelatihan di lembaga
Page 7
Tugas Peraturan Statutori
STCW Manila amandement 2010
Kelompok III
berbasis pantai. Pelaut yang memegang sertifikat kemahiran dalam survival craft, rescue
boats (CPSC) dan kapal cepat penyelamat atau pemadam kebakaran juga harus
menunjukkan bahwa mereka telah mempertahankan tingkat kompetensi mereka dalam
keterampilan setiap lima tahun.
10. Tanker training
Persyaratan minimum untuk pelatihan dan kualifikasi bagi nahkoda, perwira, dan
rating untuk kapal tanker minyak, bahan kimia dan gas telah direvisi. Pemegang sertifikat
keahlian sebagai perwira deck atau perwira mesin dipersyaratkan untuk menjaga
kompetensi untuk bekerja di atas kapal setiap interval 5 (lima) tahun sekali. Sertifikat
keterampilan dan endorsment yang berkaitan dengan kapal tanker yang diterbitkan
berdasarkan STCW 1995 akan tetap diakui sampai dengan sebelum 1 Januari 2017.
11. New seafarer grades and certification
Terdapat perubahan skema diklat baru untuk perwira mesin dan perubahan tabel
standar minimum kompetensi untuk perwira mesin, dengan memasukkan topik baru,
meliputi leadership dan team-working skills, dan managerial skills. Diperkenalkan level
jabatan baru untuk perwira dan rating mesin meliputi Able-Seafarer Engine, Electro-
tehnical rating, dan Perwira Electro-Technical.
12. Medical Standards
Persyaratan medis untuk pelaut telah direvisi dalam amandemen tersebut.
Sertifikat Medis untuk pelaut harus diterbitkan sesuai dengan ketentuan pada seksi A-I/9
dan B-I/9 dari STCW Manila Amandement, dan harus memiliki validitas 2 tahun, atau 1
tahun untuk pelaut berusia 18 tahun. Jika validitas sertifikat medis berakhir pada tengah
pelayaran, maka sertifikat medis dapat di perpanjang sampai dengan pelabuhan
berikutnya. Berdasarkan ketentuan transisi, sertifikat medis yang dikeluarkan kepada
pelaut berdasarkan ketentuan aturan saat ini atau STCW amandemen 1995 akan tetap
berlaku sampai dengan habis tanggal masa berlakunya sebagaimana tertera pada sertifikat
atau untuk maksimum periode 5 tahun sejak tanggal dikeluarkannya, tetapi tidak boleh
melewati tanggal 31 Desember 2016.
13. Prevention of Unsafe Alcohol Use
Nahkoda, perwira, dan anak buah kapal lainnya pada saat melaksanakan tugas
jaga anjungan dan kamar mesin, atau tugas lain yang berkaitan dengan keselamatan,
Page 8
Tugas Peraturan Statutori
STCW Manila amandement 2010
Kelompok III
keamanan, dan pencegahan polusi tidak diperbolehkan mengkonsumsi alkohol yang akan
melampui batas kandungan alkohol dalam darah (BAC-Blood Alcohol Level) lebih besar
dari 0.05% atau kandungan 0.25 mg/l dalam nafasnya. Perusahaan pelayaran harus
menetapkan prosedur berdasarkan manajemen keselamatan kapal untuk mencegah
penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang di atas kapal.
2.2 Sertifikat-Sertifikat SCTW
Berikut ini adalah contoh sertifikat tentang SCTW antara lain :
Gambar 2.6 The quality management system certificate
Sumber : http://benjamin-mitchell.com/certs.html (27 September 2012)
Page 9
Tugas Peraturan Statutori
STCW Manila amandement 2010
Kelompok III
Gambar 2.7 Personal Safety and Social Responsibility certificate
Sumber : http://www.bmtc-bg.com/ (27 september 2012)
2.3 Penggunaan Radio Officer Pada STCW Manila amandement 2010
Markonis/radio officer/Spark bertugas sebagai operator radio/komunikasi serta
bertanggung jawab menjaga keselamatan kapal dari marabahaya baik itu yg ditimbulkan dari
alam seperti badai, ada kapal tenggelam, dll.
Untuk penggunaan radio officer yang diatur pada STCW Manila Amandement 2010
belum ada bahasan mengenai penggunaan radio officer sejak STCW Amandement 1995.
Aturan pelatihan itu termasuk dalam STCW regulation IV/2 tentang standar pelatihan
minimum untuk radio officer/operator. Namun ada wacana bahwa pelatihan mengenai
pendidikan dan pelatihan keahlian GMDSS radio operator (STCW Reg.IV/2) akan dimulai
pada tanggal 1 Juli 2013.
Page 10
Tugas Peraturan Statutori
STCW Manila amandement 2010
Kelompok III
BAB 3. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari tugas makalah peraturan statutory mengenai “STCW Manila
amandement 2010”adalah :
1. STCW Manila amandement 2010 tersebut mengahsilkan 13 poin hasil perubahan dari
amandemen sebelumnya :
a. Changes to minimum rest hours
b. STCW certification security training
c. Medical certification
d. Changes to competence tables
e. Leadership and teamworks
f. Training record books
g. Mandatory security training
h. Refresher training
i. Tanker training
j. New seafarer grades nad certification
k. Medical standards
l. Prevention of unsafe alcohol use
2. Terdapat wacana untuk melakukan pendidikan dan pelatihan keahlian GMDSS radio
operator (STCW Reg.IV/2) yang akan dimulai pada tanggal 1 Juli 2013. Jadi penggunaan
radio officer/operator sampai sekarang masih belum diterapkan sejak STCW amandemen
1995.
Page 11
Tugas Peraturan Statutori
STCW Manila amandement 2010
Kelompok III
DAFTAR PUSTAKA
(2009, Mei 9). Retrieved September 26, 2012, from Orang Pelabuhan: http://pelabuhantelukbayur.blogspot.com
(2011, Desember 26). Retrieved September 26, 2012, from Heri's Blogger: http://heri-amrah.blogspot.com
(2011, Desember 16). Retrieved September 26, 2012, from Rahmat blog's: http://rahmatcorps.blogspot.com
(2011, February 8). Retrieved September 26, 2012, from BP3IP Trisakti: http://bp3iptrisakti16.blogspot.com
(2012, September 20). Retrieved September 26, 2012, from Peraturan Pengawakan Kapal: http://pelayaran.net
(2012, September 17). Retrieved September 26, 2012, from STCW: http://wikipedia.com
IMO. (2011). Retrieved September 26, 2012, from IMO Website: http://www.imo.org
Page 12