tugas sosin_moch. yusuf bachtiar_13111073_dampak yang ditimbulkan emisi gas buang kendaraan bermotor...
DESCRIPTION
dampk emisi gas buangTRANSCRIPT
DAMPAK YANG DITIMBULKAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR
TERHADAP KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN LINGKUNGAN
Oleh : Moch. Yusuf Bachtiar (13111073)
Mata Kuliah Sosiologi Industri
Dosen : Dr. Chairil N. Siregar, M.S.
A. Terjadinya ancaman emisi gas buang kendaraan bermotor di kehidupan
Emisi gas buang di Indonesia sangatlah tinggi. Hal semacam ini kerap terjadi seiring
bertambahnya pengguna kendaraan bermotor di Indonesia. Masyarakat sudah jarang
menggunakan angkutan umum, sehingga banyak polusi udara dimana-mana.
Berdasarkan standar yang diterapkan Bapedal standar emisi maksimum untuk beberapa
gas buang yaitu CO 3,5 % Vol, HC 330 ppm Vol, CO2 12 % Vol, dan O2 2 % Vol. Dari data
pengujian beberapa mobil semua mobil memenuhi standar dalam emisi pembuangan CO,
sedangkan untuk emisi pembuangan HC, CO2, dan O2 beberapa kendaraan mobil tidak
memenuhi standar.
Penyebab yang ditimbulkan oleh gas buang ini, pada dasarnya bermula dari perilaku
manusia itu sendiri, seperti halnya pada teori Kausalitas (sebab akibat), bahwa setiap perilaku
individu memiliki dampak tersendiri, hal itu dikarenakan faktor sosial dari kepribadian manusia
itu sendiri. Dari berbagai sumber bergerak seperti mobil penumpang, truk, bus, lokomotif kereta
api, kapal terbang dan kapal laut, kendaraan bermotor saat ini maupun dikemudian hari akan
terus menjadi sumber yang dominan dari pencemaran udara di perkotaan. Di DKI Jakarta,
kontribusi bahan pencemar dari kendaraan bermotor ke udara adalah sekitar 70%. Inilah
penyebab utama dari timbulnya polutan akibat emisi gas buang dari kendaraan para pengguna.
Sehingga masyarakat sekitar mulai merasakan keresahan dan mengeluh akibat temperatur bumi
yang semakin tinggi. Hal ini juga dapat menyebabkan rasa tidak nyaman khususnya bagi
lingkungan dan masyarakat sekitar khusunya pengguna jalan. Seperti halnya pada teori Evaluasi
Diri, seharusnya setiap individu perlu mengevaluasi dirinya dan perlu adanya kepekaan diri
terhadap kehidupan di dunia ini. Karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial
dimana mereka saling membutuhkan satu sama lain. Seperti halnya yang dijelaskan oleh teori
Interaksi sosial, bahwa pengaruh-pengaruh yang timbul dalam kehidupan diperoleh dalam
hubungan setiap elemen dengan lingkungan sosial. Jadi jika ingin terciptanya kehidupan yang
diinginkan maka setiap individu harus memerangi masalah pencemaran lingkungan akibat kadar
emisi gas buang yang terlalu tinggi, yang mungkin dapat dilakukan dengan cara
reboisasi/penanaman hutan kembali atau tindakan lain sebagai tindak penyelamatan kehidupan di
dunia.
B. Tingginya tingkat konsumsi masyarakat dalam pembelian kendaraan bermotor
Manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak lepas dari kebudayaan, karena manusia
adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Budaya berasal dari budi dan daya yang
berarti cipta, rasa dan karsa. Wujud budaya dapat dilihat sebagai wujud konkret yaitu:
Perilaku: cara bertindak atau bertingkah laku tertentu dalam situasi tertentu.
Bahasa: bahasa hasil budi daya manusia yang berfungsi sebagai alat berpikir dan alat
berkomunikasi.
Materi: budaya merupakan hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya manusia dalam
masyarakat. Bentuk materi berupa pakaian, alat produksi, alat transportasi dan sebagainya.
Dalam hal ini tingkat konsumsi yang tinggi merupakan suatu penciptaan karakter dalam
pembentukan budaya dari manusia itu sendiri. Seperti halnya pada teori Teori Etogenetik bahwa
Eto merupakan habitat yang mempunyai ciri-ciri tingkah laku dan individu atau kelompok. Hal
semacam ini dapat terjadi akibat adanya pengaruh dari luar. Dimana budaya masyarakat
Indonesia pada umumnya memilik habitat yang sama yaitu memiliki rasa keinginan dan gengsi
yang sangat tinggi antara sesama individu. Habitat inilah yang menyebabkan tingkat konsumsi
masyarakat di Indonesia dalam pembelian kendaraan bermotor cenderung tinggi. Namun
mereka tidak pernah memikirkan dampak dari kebiasaan mereka tersebut.
Untuk itu perlu adanya pencegahan dari kebiasaan tersebut. Salah satunya adalah dengan
mengaplikasikan teori Perilaku Kolektif Manusia dengan mencoba menjelaskan tentang
kemunculan aksi sosial. Karena pada dasarnya aksi sosial merupakan sebuah gejala aksi
bersama yang ditujukan untuk merubah norma dan nilai dalam jangka waktu yang panjang. Pada
sistem sosial seringkali dijumpai ketegangan baik dari dalam sistem atau luar sistem.
Ketegangan ini dapat berwujud konflik status sebagai hasil dari diferensiasi struktur sosial yang
ada. Teori ini melihat ketegangan sebagai variabel antara yang menghubungkan antara
hubungan antar individu seperti peran dan struktur organisasi dengan perubahan sosial. Selain
itu teori Kontrol Diri juga dapat diterapkan dalam budaya manusia. Kontrol diri merupakan
salah satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses-proses
dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang terdapat di lingkungan tempat
tinggalnya. Para ahli berpendapat bahwa selain dapat mereduksi efek-efek psikologis yang
negatif dari stressor-stessor lingkungan, kontrol diri juga dapat digunakan sebagai suatu
intervensi yang bersifat pencegahan (Gustinawati, 1990). Dengan penerapan teori ini, maka
setiap individu akan dapat memperbaiki norma dan nilai sosial yang ada pada diri mereka
sehingga dapat mengkontrol pribadi mereka untuk lebih memikirkan jangka panjang dan efek
yang dapat mereka timbulkan di masa mendatang.
C. Kesadaran pengguna kendaraan yang semakin menurun terhadap kesejahteraan
masyarakat
Terkadang para pengguna kendaraan bermotor kurang peduli terhadap masyarakat
sekitar. Seperti halnya yang telah dijelaskan dimana mereka terlalu memiliki rasa gengsi yang
tinggi yang dapat membuat mereka untuk selalu memiliki jiwa konsumsi yang tinggi. Selain itu,
saat berkendara mereka kurang dalam memperhatikan apapun yang disebabkan oleh kendaraan
mereka. Kebanyakan mereka tidak melakukan kontrol terhadap kendaraan mereka dan tidak
memikirkan bahaya yang ditimbulkan. Harusnya ada pengontrolan rutin dari para pengguna
kendaraan bermotor, agar sistem gas buang tetap stabil dan sesuai dengan standar EURO dunia.
Jadi, EURO yang saya maksudkan disini adalah European Emission Standards. Kalau ada
rekan blogger yang memperhatikan sisi belakang mobil, biasanya ada yang masih dilekati
dengan label Euro. Euro ini tidak hanya berlaku pada mobil saja tapi juga pada sepeda motor.
Secara umum untuk kendaraan bermotor. Karena saya adalah pengguna sepeda motor, maka
yang akan saya bahas adalah Euro untuk sepeda motor. Euro adalah standar emisi kendaraan
bermotor di Eropa yang juga diadopsi oleh beberapa negara di dunia. Euro mensyaratkan,
kendaraan yang baru diproduksi harus memiliki kadar gas buang seperti nitrogen oksida,
hidrokarbon, dan karbon monoksida berada di bawah ambang tertentu.
Standar emisi gas buang Euro-2 yang dikeluarkan Eropa tahun 1996 itu mengatur bahwa
emisi CO dari kendaraan selama beroperasi di jalan maksimum 2,2 gram per kilometer. Standar
emisi ini lebih rendah dibandingkan dengan Euro-1 yang 2,72 g per km. Sedangkan Euro-3
adalah regulasi yang berasal dari parlemen Eropa tertanggal 19 Juli 2002 perihal pengurangan
emisi dari roda dua dan roda tiga berdasarkan amandemen langsung 97/24/EC. Pada tahun 2007
di Eropa, regulasi Euro-3 datang menggantikan Euro-2. Dengan regulasi baru ini, standar
kebersihan emisi kendaraan lebih diperketat lagi. Sebuah kendaraan hanya boleh menghasilkan
0.3gr/km hidrokarbon (HC), 0,15 gr/km nitro oksida (NOx), dan hanya 2gr/km untuk
karbonmonoksida (CO).
Indonesia menetapkan standar emisi gas buang Euro-2 pada tahun 2003, dan masih
menerapkan baku mutu Euro-2 yang diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 2005 lalu, sehingga
industri otomotif membutuhkan kepastian informasi mengenai regulasi emisi yang akan datang,
khususnya untuk sepeda motor. Saat ini peraturan mengenai kendaraan bermotor di dunia
sebagian besar mengacu ke regulasi yang dikeluarkan oleh UN-ECE (United Nation-Economic
Commission for Europe).
Dan kini ada rencana Pemerintah akan menerapkan Euro-3 tahun 2013 mendatang.
Namun seberapa pentingkah penerapan Euro-3 itu di Indonesia? Penerapan Euro 3 akan
memberikan keuntungan bagi semua pihak, baik industri maupun masyarakat konsumen. Bagi
industri otomotif penetapan standar ini akan meningkatkan daya saing dengan industri di
kawasan ASEAN. Sedangkan bagi konsumen, penerapan Euro-3 itu akan menghemat
penggunaan bahan bakar. Negara-Negara Uni Eropa sendiri sudah menerapkan standar Euro-3
pada Januari 2006. Standar Euro-3 juga terdapat pada regulasi Worldwide Motorcycle Emission
Test Cycle (WMTC) & aturan inilah yang menjadi patokan dari AISI (Asosiasi Industri Sepeda
Motor Indonesia).
Namun, kurangnya kesadaran masyarakat akan pencemaran udara akibat gas buang
kendaraan bermotor di kota-kota besar saat ini makin tinggi. Sehingga banyak masalah yang
ditimbulkan dalam berkehidupan dan bermasyarakat. Menurut teori Pertukaran Sosial yang
merupakan salah satu teori sosiologi yang bernaung di bawah paradigma perilaku sosial. Artinya
masih banyak pemikiran-pemikiran individualisme yang mempengaruhi paradigma mereka. Hal
semacam ini terjadi akibat kebanyakan pengendara memiliki rasa keinginan untuk mendapatkan
keuntungan sebesar-besarnya tanpa mempedulikan kondisi sekitar, salah satunya dengan lebih
mementingkan dirinya sendiri.
Selain itu teori Sistem Sosial juga dapat diaplikasikan dalam permasalah semacam ini.
Menurut George Ritzer teori Sistem berperan pada paradigma fakta sosial. Maksudnya adalah
penggunaan teori ini dikhususkan pada masalah-masalah sosial yang berkaitan dengan nilai-nilai
sosial yang mengatur dan menyelenggarakan eksistensi kehidupan bermasyarakat. Sistem ini
merupakan suatu kesatuan dari elemen-elemen fungsi saling berhubungan dan membentuk pola
yang mapan. Hubungan antara elemen-elemen sosial tersebut adalah hubungan timbal-balik atau
hubungan dua arah. Seperti halnya pada masalah ini, bahwa kurangnya kesadaran dapat
menyebabkan hubungan dua arah antara masyarakat sekitar dengan para pengguna kendaraan
bermotor semakin kurang pula. Dimana kurang adanya toleransi dari pihak pengguna kendaraan
terhadap masyarakat sekitar. Untuk mengatasi hal ini harusnya ada pihak-pihak tertentu dari
pemerintahan yang membuat undang-undang dan melakukan kontrol rutin dan himbauan khusus
dalam berkendara bagi pengguna kendaraan bermotor tersebut agar tidak merisaukan
masyarakat.
D. Kurangnya tanggung jawab pemerintah terhadap kondisi masyarakat sekitar akibat
ancaman gas buang tersebut
Pada dasarnya hukum yang mengatur berkendaraan bermotor itu sudah ada dan juga
sudah ada penetapan mengenai kadar emisi yang telah diterapkan menurut standar EURO.
Mengingat kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara akibat kadar emisi
gas buang yang terlalu tinggi dan pertumbuhannya di Indonesia yang relatif cepat, perlu
diadakan alternatif-alternatif solusi salah satunya adalah penerapan kebijakan teknologi
kendaraan baru. Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain dalam membuat
kemajuan penerapan standar emisi Euro. Negara-negara seperti Cina, India dan Singapura mulai
melaksanakan standar Euro 2 sebelum Indonesia. Di Cina, Euro 3 telah berlaku sejak tahun 2008
sedangkan di Singapura, Euro 4 telah berlaku sejak tahun 2005. India berencana untuk beralih ke
Euro 3 secara nasional dan ke Euro 4 untuk kota-kota besar pada tahun 2009. Negara-negara
Eropa telah menerapkan standar Euro 4, yang menetapkan batas maksimum untuk tingkat
kandungan sulfur dalam bahan bakar solar sebesar 50 ppm, dan bahkan hanya 10 ppm baru-baru
ini. Saat ini, negara-negara Asia belum memiliki standar emisi kendaraan yang telah
diharmonisasi, dan sebagian besar negara di kawasan ini, termasuk Indonesia, telah mengkaitkan
program-program pengendalian emisi dengan persyaratan dari Eropa.
Berangkat dari permasalah tersebut, perlu ada pembahasan terkait pembaharuan teknologi
kendaraan baru di Indonesia melalui pengalihan standar Euro2 di Indonesia saat ini ke standar
Euro 3. Melalui pertimbangan inilah yang nanti akan dapat memperbarui kerangka kebijakan
transportasi di Indonesia. Hal ini berguna untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan
sebagai dampak dari pengendalian emisi gas buang saat ini yang kurang maksimal. Dari sini,
penulis akan mengkaji kondisi pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor di Indonesia
saat ini, hal-hal apa saja yang menjadi faktor penentunya, dan hal-hal yang perlu dipersiapkan
untuk mengangkat isu pengalihan standar Euro 2 di Indonesia ke standar Euro selanjutnya
ditinjau dari aspek engineering.
Penerapan standar emisi kendaraan di Negara-negara ASEAN berdasarkan beberapa
faktor yang mendukung yaitu :
Kebijakan komprehensif yang diikuti dengan kesepakatan antara pemerintah,
industri mobil dan industri bahan bakar
Tekanan publik dari dalam dan luar negeri
Manfaat fiskal dan ekonomi
Kemauan politik yang kuat yang mendorong reformasi kebijakan di sektor
otomotif dan bahan bakar
Untuk solusi yang tepat mengenai permsalah semacam ini jika dilihat dari aspek
engineering, kendaraan bermotor direkemondasikan untuk menggunakan catalytic converter dan
penggantian sistem pencampuran bahan bakar kendaraan bermotor menggunakan sistem injeksi.
Penggunaan catalytic converter mengubah zat-zat berbahaya hasil pembakaran dari kendaraan
bermotor menjadi zat yang lebih aman.
Namun meskipun kebijakan dari pemerintah sudah keluar, tapi pada kenyataannya sampai
sekarang penanganan masalah ini belum selesai. Bahkan tidak ada tindak lanjut oleh pemerintah
dan pihak-pihak berwenang bagi para pengguna kendaraan bermotor. Hal semcam ini tidak
sesuai dengan teori Keseimbangan, yaitu suatu petunjuk keseimbangan (balance) yang berada
dalam sistem kognisi kepada yang lebih luas, bahwa unsur-unsur dan sistem membentuk
kesatuan yang tidak bertentangan dalam interaksi. Karena sudah tidak ada lagi keseimbangan
sistem yang ada antara pemerintahan, lingkungan dan msyrakat sekitar. Sehingga muncul suatu
kesatuan yang bertentangan dalam interaksi sosial antara ke tiga elemen tersebut.
Solusi yang tepat untuk masalah semacam ini adalah adanya penerapan teori Pembagian
Kerja berdasarkan konsep Emile Durkheim, dimana pembagian posisi dan kerja dalam
pemerintahan dan masayrakat haruslah jelas. Sehingga pemerintah dan masyarakat tahu apa
peranan mereka dalam menjalankan suatu aturan dan kebijakan yang telah ditetapkan dan
disepakati bersama. Hal ini akan menyebabkan keseimbangan interaksi sosial antara pemerintah,
masyarakat dan lingkungan sebagai bentuk penciptaan yang aman dan sejahtera.
E. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor terhadap
kesehatan masyarakat sekitar
Senyawa-senyawa di dalam gas buang terbentuk selama energi diproduksi untuk
menjalankan kendaraan bermotor. Beberapa senyawa yang dinyatakan dapat membahayakan
kesehatan adalah berbagai oksida sulfur, oksida nitrogen, dan oksida karbon, hidrokarbon, logam
berat tertentu dan partikulat. Pembentukan gas buang tersebut terjadi selama pembakaran bahan
bakar fosil-bensin dan solar didalam mesin. Dibandingkan dengan sumber stasioner seperti
industri dan pusat tenaga listrik, jenis proses pembakaran yang terjadi pada mesin kendaraan
bermotor tidak sesempurna di dalam industri dan menghasilkan bahan pencemar pada kadar yang
lebih tinggi, terutama berbagai senyawa organik dan oksida nitrogen, sulfur dan karbon. Selain
itu gas buang kendaraan bermotor juga langsung masuk ke dalam lingkungan jalan raya yang
sering dekat dengan masyarakat, dibandingkan dengan gas buang dari cerobong industri yang
tinggi. Dengan demikian maka masyarakat yang tinggal atau melakukan kegiatan lainnya di
sekitar jalan yang padat lalu lintas kendaraan bermotor dan mereka yang berada di jalan raya
seperti para pengendara bermotor, pejalan kaki, dan polisi lalu lintas, penjaja makanan sering
kali terpajan oleh bahan pencemar yang kadarnya cukup tinggi. Seperti halnya tentang teori
Preferensi Bermukim menurut Sinulingga (Kurniasih, 2005:14) adalah keinginan atau
kecenderungan seseorang untuk bermukim atau tidak bermukim di suatu tempat yang
dipengaruhi oleh variabel-variabel. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel dapat mempengaruhi
pola hidup masyarakat, dan dapat menghasilkan dampak yang negatif maupun positif bagi
masyarakat tersebut.
Estimasi dosis pemajanan sangat tergantung kepada tinggi rendahnya pencemar yang
dikaitkan dengan kondisi lalu lintas pada saat tertentu. Keterkaitan antara pencemaran udara di
perkotaan dan kemungkinan adanya resiko terhadap kesehatan, baru dibahas pada beberapa
dekade belakangan ini. Pengaruh yang merugikan mulai dari meningkatnya kematian akibat
adanya episod smog sampai pada gangguan estetika dan kenyamanan. Gangguan kesehatan lain
diantara kedua pengaruh yang ekstrim ini, misalnya kanker pada paru-paru atau organ tubuh
lainnya, penyakit pada saluran tenggorokan yang bersifat akut maupun khronis, dan kondisi yang
diakibatkan karena pengaruh bahan pencemar terhadap organ lain spertiparu, misalnya sistem
syaraf. Karena setiap individu akan terpajan oleh banyak senyawa secara bersamaan, sering kali
sangat sulit untuk menentukan senyawa mana atau kombinasi senyawa yang mana yang paling
berperan memberikan pengaruh membahayakan terhadap kesehatan.
Sedangkan menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan
yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan. Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat
meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994):
Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal
Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
UU No.23, 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh
terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan
bagian integral kesehatan. Oleh karena itu kesehatan sangat penting bagi setiap makhluk hidup
salah satunya adalah manusia.
Untuk mencegah ini semua, setiap individu haruslah berperan aktif dalam menghadapi
masalah ini demi kelangsungan hidup mereka. Seperti halnya teori Stimulus Respon (S-O-R),
dimana setiap individu haruslah bisa merespon keadaan sekitar agar segera terbentuk stimulus
dorongan yang aktif dalam penanganan sebuah masalah. Dalam hal ini stimulus berasal dari
pemerintah dan orang yang menyebabkan terjadinya emisi gas buang tersebut. Karena
pemerintahlah yang telah mengijinkan dalam penggunaan sepeda motor dan pendirian pabrik
juga yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran pula. Oleh karena respon yang muncul dari
masyarakatlah yang akan dapat membuat terjadinya perubahan dan penerapan kebijakan yang
sudah ada untuk saling mendukung dalam penyelamatan lingkungan sosial dan lingkungan
hidup. Dengan begitu pencegahan dini akan lebih dapat dilakukan daripada pengobatan dini
akibat ancaman emisi gas buang tersebut terhadap kesehatan masyarakat itu sendiri.
F. Kerusakan lingkungan sekitar akibat ancaman emisi gas buang kendaraan bermotor
Tidak semua senyawa yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor
diketahui dampaknya terhadap lingkungan selain manusia. Beberapa senyawa yang dihasilkan
dari pembakaran sempurna seperti CO2 yang tidak beracun, belakangan ini menjadi perhatia n
orang. Senyawa CO2 sebenarnya merupakan komponen yang secara alamiah banyak terdapat di
udara. Oleh karena itu CO2 dahulunya tidak menepati urutan pencemaran udara yang menjadi
perhatian lebih dari normalnya akibat penggunaan bahan bakar yang berlebihan setiap tahunnya.
Pengaruh CO2 disebut efek rumah kaca dimana CO2 diatmosfer dapat menyerap energi panas
dan menghalangi jalanya energi panas tersebut dari atmosfer ke permukaan yang lebih tinggi.
Keadaan ini menyebabkan meningkatnya suhu rata -rata di permukaan bumi dan dapat
mengakibatkan meningginya permukaan air laut akibat melelehnya gunung-gunung es, yang
pada akhirnya akan mengubah berbagai sirklus alamiah. Dalam beberapa hal, kerusakan pada
tumbuhan dan bangunan disebabkan karena SO2 dan SO3 di udara, yang masing-masing
membentuk asam sulfit dan asam sulfat. Suspensi asam di udara ini dapat terbawa turun ke tanah
bersama air hujan dan mengakibatkan air hujan bersifat asam. Sifat asam dari air hujan ini dapat
menyebabkan korosif pada logam-logam dan rangka -rangka bangunan, merusak bahan pakian
dan tumbuhan. Oksida nitrogen, NO dan NO2 berasal dari pembakaran bahan bakar fosil.
Pengaruh NO yang utama terhadap lingkungan adalah dalam pembentukan smog. NO dan NO2
dapat memudarkan warna dari serat-serat rayon dan menyebabkan warna bahan putih menjadi
kekuning-kuningan. Kadar NO2 sebesar 25 ppm yang pada umumnya dihasilkan adari emisi
industri kimia, dapat menyebabkan kerusakan pada banayak jenis tanaman. Kerusakan daun
sebanyak 5 % dari luasnya dapat terjadi pada pemajanan dengan kadar 4-8 ppm untuk 1 jam
pemajanan. Tergantung dari jenis tanaman, umur tanaman dan lamanya pemajanan, kerusakan
terjadi dapat bervariasi. Kadar NO2 sebesar 0,22 ppm dengan jangka waktu pemajanan 8 bualan
terus menrus, dapat menyebabkan rontoknya daun berbagai jenis tanaman.
Pada kenyataannya ada dua perbedaan karakter antara masyarakat yang peduli terhadap
keadaan bumi ini dan ada juga yang tidak peduli. Pada dasarnya perbedaan semacam ini dapat
muncul akibat adanya kedudukan sosial didalam kehidupan. Seperti halnya pada teori Emile
Durkheim (1858-1917) tentang Kenyataan Fakta Sosial. Asumsi umum yang paling fundamental
yang mendasari pendekataan Durkheim terhadap sosiologi adalah bahwa gejala sosial itu riil dan
mempengaruhi kesadaran individu serta perilakunya yang berbeda dari karakteristik psikologis,
biologis, atau karakteristik individu lainnya.
Selain itu Manusia secara biologis tergolong dalam homo sapiens. Manusia adalah
mahluk yang paling canggih, paling sempurna, karena memiliki kelebihan dibanding mahluk-
mahluk hidup lainnya. Manusia memiliki bentuk fisik, fungsi tubuh serta karakteristik
pertumbuhan tubuh yang berbeda dengan mahluk lainnya. Dengan kelebihan inilah manusia
dapat tumbuh dan berkembang menguasai alam. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di
sekitar manusia baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak, termasuk
manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi di antara elemen-
elemen di alam tersebut.
Seperti halnya menurut teori Ekosistem agar manusia dapat hidup seimbang dengan
lingkungannya maka harus menjaga keseimbangan ekosistem. Ekosistem dapat diartikan sebagai
sistem ekologi suatu tempat tertentu yang merupakan jalinan hidup antara komponen-
komponennya (hidup, tak hidup, lingkungan) dalam satu kesatuan yang dipadukan oleh adanya
arus materi dan energi.
Dari masalah semacam ini, teori Peranan sangat sesuai bahwa menurut Merton dalam
Raho (2007 : 67) mengatakan bahwa peranan didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang
diharapkan masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran disebut
sebagai perangkat peran (role-set). Dengan demikian perangkat peran adalah kelengkapan dari
hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status
social khusus. Dalam hal ini peranan genarasi muda lah yang harusnya memperhatikan ini dan
memberikan penyuluhan dan kesadaran bagi masyarakat akibat pentingnya menjaga lingkungan
hidup untuk menciptakan rasa toleransi yang tinggi terhadap kelangsungan umur bumi ini.
Sedangkan pemerintah dan masyarakat juga harus mendukung peranan para generasi muda
tersebut untuk kesejahteraan bersama.