sering buang air kecil
DESCRIPTION
Dalam rangka mengisi liburan semester, sekelompok remaja berlibur ke puncak Bromo. Sesampainya di sana mereka merasa menjadi sering buang air kecil, dan salah seorang remaja mendadak lemas dan mengalami hiperventilasi. Menurut salah seorang tim medis yang memeriksa tidak ada hal yang perlu di khawatirkan karena semua hal tersebut merupakan proses adaptasi fisiologis. Remaja tersebut mengatakan tidak membawa persediaan air minum yang cukup sehingga kurang minum.TRANSCRIPT
1
Skenario 2
Sering Buang Air Kecil
Dalam rangka mengisi liburan semester, sekelompok remaja berlibur ke
puncak Bromo. Sesampainya di sana mereka merasa menjadi sering buang air
kecil, dan salah seorang remaja mendadak lemas dan mengalami hiperventilasi.
Menurut salah seorang tim medis yang memeriksa tidak ada hal yang perlu di
khawatirkan karena semua hal tersebut merupakan proses adaptasi fisiologis.
Remaja tersebut mengatakan tidak membawa persediaan air minum yang cukup
sehingga kurang minum.
STEP 1
a) Hiperventilasi meruapakan ventilasi meningkat paru melebihi kebutuhan
metabolic sehingga tekanan CO2 meningkat dan mengakibatkan alkalosis
respiratorik.
STEP 2
1. Bagaimana mekanisme sering buang air kecil yang hubungannya dengan
kasus?
2. Apa hubungan hiperventilasi dengan buang air kecil ?
3. Apa hubungannya lemas dengan hiperventilasi?
4. Bagaimana pengaturan asam basa pada ginjal (kompensasi)?
5. Macam-macam elektrolit di dalam tubuh?
6. Factor apa yang mempengaruhi kebutuhan cairan atau elektrolit pada tubuh?
STEP 3
1. Bagaimana mekanisme sering buang air kecil yang hubungannya dengan
kasus?
Ada 2 mekanisme yaitu :
a. Mekanisme neural
b. Mekanisme ANH
2
2. Apa hubungan hiperventilasi dengan buang air kecil ?
Keadaan saat hiperventilasi PCO2 meningkat, H+ meningkat, pH asam,
HCO3- menurun, ini dinyatakan dalam keadaan asidosis dan kompensasinya
harus mengeluarkan HCO3- yang berlebih dari tubuh.
3. Apa hubungannya lemas dengan hiperventilasi?
Pembentukan energy atau metabolism tubuh menurun karena kekurang O2
untuk melakukan pross tersebut. Karena dalam proses metabolisme tubuh
atau pembentukan energi, metabolisme membutuhkan O2 yang cukup untuk
membentuk suatu ATP.
4. Bagaimana pengaturan asam basa pada ginjal (kompensasi)?
Pada saat alkalosis, bersifat basa. Ginjala gagal mereabsorpsi HCO3- di
filtrasi sehingga menigktakan sekresi HCO3-
Pada saat asidosis, bersifat basa. Ginjal tidak mengekskresikan HCO3- ke
dalam urin, tetapi HCO3- yang di filtrasi menyebabkan HCO3
- yang baaru
terbentuk.
5. Macam-macam elektrolit di dalam tubuh?
a. Kation (+)
b. Anion (-)
6. Factor apa yang mempengaruhi kebutuhan cairan atau elektrolit pada tubuh?
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Stress
d. Sakit
e. Suhu
f. Sel-sel lemak
g. Diet
3
STEP 4
1. Bagaimana mekanisme sering buang air kecil yang hubungannya dengan
kasus?
Mekanismenya terdiri dari 2 mekanisme, yaitu :
a. Mekanisme neural
Mekanisme neural → baroreseptor mendekati adanya ↑ tekanan arteri/vena
→ ↓ rangsangan saraf simpatis → arteriol eferen akan berdilatasi →
volume ↑ → GFR ↑ → filtrasi ↑ → urin ↑ → buang air kecil..
b. Mekanisme ANH
peregangan dinding atrial yang cukup besar → merangsang hormone ANH
→ ↓ reabsorpsi Na+ dan H2O → volume urin ↑ → buang air kecil.
Masukan keluaran
Air oksidasi pada respirasi urin dan
Makanan dan pembentukan urin ↑
minuman
Keseimbang Air
2. Apa hubungan hiperventilasi dengan buang air kecil ?
Semakin tinggi tempat, Pudara ↓
PO2 ↓ 10 mmHg diatmosfer → ↑ PCO2 dalam tubuh
↑ PCO2 kompensasi melakukan hiperventilasi (susah untk mengeluarkan CO2
dari tubuh) ↓, ↑ H+,↑ HCO3-, ↓ PCO2, ↓ H2CO3, karena basa → mengeluarkan
HCO3- dari tubuh agar seimbang.
Kurang minum → volume CES ↓ → reabsorpsi Na+ ↑ → urin pekat →
sekresi H+ ↑ → ↑ reabsorpsi HCO3-.
Kompensasi hormone angiostensi II untuk meningkatkan Na+ dan H+
0,91
1, 31
0,91
1,31
4
Aldosteron (ginjal) → sekresi ↑ H+ oleh sel interkalatu di tubulus koligen
kortikalis → H+ dikeluarkan → alkalosis mengeluarkan HCO3-
Mekanisme pembentukan urin asam dan basa
HCO3- masuk ke urin → menghilangkan basa dalam darah H+ menghilangkan
asam dalam darah .
H+ > di filtrasi daripada HCO3- CES kehilangan asam
H+ < HCO3- → kehilangan basa di CES nya
3. Apa hubungannya lemas dengan hiperventilasi?
PO2 gunung ↓ → O2 dalam tubuh menurun → tubuh kekurangan O2 untuk
proses metabolisme aerob untuk menghasilkan ETP atau energi → sehingga
proses metabolism menurun → ATP tidak terbentuk → lemas.
4. Bagaimana pengaturan asam basa pada ginjal (kompensasi)?
Mereabsorpsi HCO3- baru dari H2O dan CO2 untuk meningktkan pH.
Alkalosis → mensekresi HCO3- mereabsorpsi H+ untuk mengembalikan pH
dalam keadaan normal. Mekanisme H+ dan HCO3- melibatkan transporter
membrane.
Lumen tubulus ginjal HCO3- + H+ → H2CO3
H2CO3 → H2O + CO2 → pindah ke sel tubulus H2O + CO2 → H2CO3
kemudian H+ disekresi HCO3- direabsorpsi di plasma kapiler peritubulus
dibantu oleh enzim Ca anhidrase H+ = pH darah (7,4)
Yang menghambat pH sistem buffer
Yang mengatur pH terdiri dari:
a. Sistem penyangga asam basa
b. Eliminasi CO2, H2CO3. Ginjal merupakan eliminasi yang kuat dan lambat
c. Urin asam atau basa
5. Macam-macam elektrolit di dalam tubuh.
Elektrolit Utama Tubuh Manusia
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan
nonelektrolit.Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam
5
larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti : protein, urea, glukosa, oksigen,
karbon dioksida dan asam-asam organic. Sedangkan elektrolit tubuh
mencakup natrium (Na+),kalium (K+), Kalsium (Ca++),magnesium (Mg++),
Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).
Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian
denganbagian yang lainnya,tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap
bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-
muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.Komposisi
dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun padaplasma
terinci dalam tabel di bawah ini :
No. Elektrolit Ekstraseluler Interstitial Intraseluler Plasma
1. Kation :
Natrium (Na+)
Kalium (K+)
Kalsium (Ca++)
Magnesium (Mg ++)
144,0 mEq
5,0 mEq
2,5 mEq
1,5 mEq
137,0 mEq
4,7 mEq
2,4 mEq
1,4 mEq
10 mEq
141 mEq
0
31 mEq
2. . Anion :
Klorida (Cl-)
Bikarbonat (HCO3-)
Fosfat (HPO42-)
Sulfat (SO42-)
Protein
107,0 mEq
27,0 mEq
2,0 mEq
0,5 mEq
1,2 mEq
112,7 mEq
28,3 mEq
2,0 mEq
0,5 mEq
0,2 mEq
4 mEq
10 mEq
11 mEq
1 mEq
4 mEq
A. Kation dalam tubuh :
a) Sodium (Na+) :
- Kation berlebih di ruang ekstraseluler
- Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler
- Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus
6
- Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion
hidrogen pada Ion sodium di tubulus ginjal : ion hidrogen di ekresikan
- Sumber : snack, kue, rempah-rempah, daging panggang.
b) Potassium (K+) :
- Kation berlebih di ruang intraseluler
- Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel
- Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan
nerves.
- Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.
c) Calcium (Ca++)
- Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam
tulang dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat
- Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle
- Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses
pengaktifan protrombin dan thrombin
- Sumber : susu dengan kalsium tinggi,ikan dengan tulang,sayuran,dll.
B. Anion dalam Tubuh :
a) Chloride (Cl-) :
- Kadar berlebih di ruang ekstrasel
- Membantu proses keseimbangan natrium
- Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster
- Sumber : garam dapur
b) Bicarbonat (HCO3-) :
- Bagian dari bicarbonat buffer system
- Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan
suasana garam untuk menurunkan PH.
c) Fosfat ( H2PO4- dan HPO42-) :
- Bagian dari fosfat buffer system
- Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel
- Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan
tulang
- Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.
7
Bagan :
STEP 5
1. kontrol keseimbang asam basa oleh ginjal?
2. Macam-macam gangguan keseimbangan asam basa yang diakibatkan oleh
sistem urinarius dan dampaknya terhadap tubuh?
3. Struktur sistem urinarius yang berperan dalam keseimbangan asam basa ?
Pengaturan Ginjal dalam
Keseimbangan Asam Basa
Faktor kompensasi
Mekanisme sering buang air kecil
Keseimbangan asam basa
Macam-macam elektrolit dalam
tubuh
NeuralANH
alkalosis Asidosis
Anion
Sekresi
hiperventilasi
Kation
diet
sterss
sakit
Jenis kelamin
suhu
reabsorpsi
8
STEP 6
Belajar Mandiri
STEP 7
1. Kontrol keseimbangan asam basa oleh ginjal adalah sebagai berikut :
Ginjal mengatur keseimbangan asam-basa dengan mengekskresikan urin
yang asam atau basa. Pengeluaran urin asam akan mengurangi jumlah asam
dalam cairan ekstrasel, sedangkan pengeluaran urin basa berarti menghilang-
kan basa dari cairan ekstrasel. (guyton, 2012)
Keseluruhan mekanisme ekskresi urin asam atau basa oleh ginjal adalah
sebagai berikut: Sejumlah besar HCO3 difiltrasi secara terus menerus ke
dalam tubulus, dan bila HCO3~ ini diekskresikan ke dalam urin, keadaan ini
menghilangkan basa dari darah. Sejumlah besar H+ juga disekresikan ke
dalam lumen tubulus oleh sel epitel tubulus, sehingga menghilangkan asam
dari darah. Bila lebih banyak H+ yang disekresikan daripada HCO3~ yang
difiltrasi, akan terjadi kehilangan asam dari cairan ekstrasel. Sebaliknya, bila
lebih banyak HCO3~ yang difiltrasi daripada H+ yang disekresikan, akan
terjadi kehilangan basa. (guyton, 2012)
Seperti telah dibahas sebelumnya, setiap hari tubuh menghasilkan sekitar
80 miliekuivalen asam non-volatil, terutama dari metabolisme protein. Asam-
asam ini disebut non-volatil karena asam tersebut bukan H2CO3 dan, oleh
karena itu, tidak dapat diekskresikan oleh paru. Mekanisme primer untuk
mengeluarkan asam ini dari tubuh adalah melalui kskresi ginjal. Ginjal juga
harus mencegah kehilangan bikarbonat dalam urin, suatu tugas yang secara
kuantitatif lebih penting daripada ekskresi asam non-volatil. Setiap hari ginjal
memfiltrasi sekitar 4320 miliekuivalen bikarbonat (180 L/hari x 24 mEq/L),
dan dalam kondisi normal, hampir semuanya direabsorbsi dari tubulus,
9
sehingga mempertahankan sistem dapar utama cairan ekstrasel. (guyton,
2012)
Seperti yang akan dibahas kemudian, reabsorpsi bikarbonat dan ekskresi H+,
dicapai melalui proses sekresi H+ oleh tubulus. Karena HCO3~ harus bereaksi
dengan satu H+ yang disekresikan untuk membentuk H2CO3 sebelum dapat
direabsorbsi, 4320 miliekuivalen H+ harus disekresikan setiap hari hanya
untuk mereabsorbsi bikarbonat yang difiltrasi. Kemudian penambahan 80
miliekuivalen H+ harus disekresikan untuk menghilangkan asam non volatil
yang diproduksi oleh tubuh setiap hari, sehingga total 4400 miliekuivalen H+
disekresikan ke dalam cairan tubulus setiap harinya. (guyton, 2012)
Bila terdapat pengurangan konsentrasi H+ cairan ekstrasel (alkalosis), ginjal
gagal mereabsorbsi semua bikarbonat yang difiltrasi, sehingga meningkatkan
ekskresi bikarbonat. Karena HCO3~ normalnya mendapar hidrogen dalam
cairan ekstrasel, kehilangan bikarbonat ini sama dengan penambahan satu H+
ke dalam cairan ekstrasel. Oleh karena itu, pada alkalosis, pengeluaran HCO3~
akan meningkatkan konsentrasi H+ cairan ekstrasel kembali menuju normal.
(guyton, 2012)
Pada asidosis, ginjal tidak mengekskresikan bikarbonat ke dalam urin
tetapi mereabsorbsi semua bikarbonat yang difiltrasi dan menghasilkan
bikarbonat baru, yang ditambahkan kembali ke cairan ekstrasel. Hal ini
mengurangi konsentrasi H+ cairan ekstrasel kembali menuju normal. (guyton,
2012)
Jadi, ginjal mengatur konsentrasi cairan ekstrasel melalui tiga
mekanisme dasar: (1) sekresi ion-w, (2) reabsorpsi HCO3 yang difilitrasi,
dan (3) produk-si HCO3 baru. Semua proses ini dicapai melalui mekanisme
dasar yang sama seperti yang akan dibahas pada beberapa bagian berikut.
(guyton, 2012)
10
Gambar. 1 Reabsorbsi HCO3 dan sekresi H+ (guyton, 2012)
Sekresi ion hidrogen dan reabsorpsi ion bikarbonat oleh tubulus ginjal.
Sekresi ion hidrogen dan reabsorpsi bikarbonat terjadi hampir di seluruh
bagian tubulus kecuali segmen tipis desenden dan asenden ansa Henle.
Ingatlah bahwa untuk setiap bikarbonat yang direabsorbsi, satu H+ harus
disekresikan. Sekitar 80 sampai 90 persen reabsorpsi bikarbonat (dan sekresi
H+) terjadi di tubulus proksimal, sehingga hanya sejumlah kecil bikarbonat
yang mengalir ke daiam tubulus distal dan duktus koligentes. Di segmen tebal
asenden ansa Henle, terjadi reabsorpsi terhadap 10 persen bikarbonat yang
difiltrasi dan reabsorpsi sisanya terjadi di tubulus distal dan duktus koligentes.
Seperti telah dibahas sebelumnya, mekanisme reabsorpsi bikarbonat juga meli-
batkan sekresi H+ oleh tubulus, tetapi tugas ini dilakukan secara terpisah oleh
segmen tubulus yang berbeda. Ion Hidrogen Disekresikan oieh Transpor Aktif
Sekunder di Segmen Tubulus Awal. (guyton, 2012)
Sel epitel tubulus proksimal, segmen tebal asenden ansa Henle, dan bagian
awal tubulus distal, semuanya menye-kresikan H+ ke daiam cairan tubulus
melalui transpor-im-bangan natrium-hidrogen, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 30-5. Sekresi aktif sekunder dari H+ ini bersa-maan dengan transpor
Na+ ke daiam sel pada membran luminal oleh protein penukar natrium-
11
hidrogen, dan ener-gi untuk sekresi H+ melawan gradien konsentrasi berasal
dari gradien natrium yang membantu pergerakan Na+ ke daiam sel. Gradien ini
dihasilkan oleh pompa natrium-kalium adenosin trifosfatase (ATPase) di
membran ba-solateral. Lebih dari 90 persen bikarbonat direabsorbsi dengan
cara ini, yang membutuhkan sekresi sekitar 3900 miliekuivalen H+ oleh tubulus
setiap harinya. Akan tetapi, mekanisme ini tidak membuat konsentrasi H+ yang
sangat tinggi daiam cairan tubulus; cairan tubulus menjadi sangat asam hanya
di tubulus koligentes dan duktus koligentes. (guyton, 2012)
Gambar 2. Proses reabsorpsi HCO3-
Proses sekresi dimulai ketika CO2 berdifusi ke daiam sel tubulus atau diben-
tuk melalui metabolisme di daiam sel epitel tubulus. CO2, di bawah pengaruh
enzim karbonik anhidrase, bergabung dengan H2O untuk membenruk H2CO3,
yang berdisosiasi menjadi HCO3~ dan H+. H+ disekresikan dari sel masuk ke
daiam lumen tubulus melalui transpor-imbangan natrium-hidrogen. Artinya,
ketika Na+ bergerak dari lumen tubulus ke bagian daiam sel, Na+ mula-mula
bergabung dengan protein pembawa di batas luminal membran sel; pada
waktu yang bersamaan, H+ di bagian dalam sel ber-gabung dengan protein
pembawa. Na+ bergerak ke dalam sel mengikuti gradien konsentrasi yang
telah dihasilkan oleh pompa natrium-kalium ATPase di membran basola-teral.
Gradien untuk pergerakan Na+ ke dalam sel kemu-dian menyediakan energi
12
untuk menggerakkan H+ ke arah yang berlawanan, dari dalam sel ke lumen
tubulus. (guyton, 2012)
HCO3~ yang dihasilkan di dalam sel (ketika H+ berdi-sosiasi dari H2CO3)
kemudian bergerak turun melintasi membran basolateral masuk ke dalam
cairan interstisial ginjal dan darah kapiler peritubulus. Hasil akhirnya adalah
bahwa untuk setiap H+ yang disekresikan ke dalam lumen tubulus, satu HCO3~
masuk ke dalam darah. (guyton, 2012)
Ion bikarbonat yang difiltrasi, direabsorsi melalui interaksi dengan ion
hidrogendalam tubulus. Ion bikarbonat tidak mudah menembus membran
luminal sel tubulus ginjal; oleh karena itu, HCO3 yang difiltrasi oleh
glomerulus tidak dapat direabsorbsi secara langsung. (guyton, 2012)
Reabsorpsi HCO3 ini diawali oleh reaksi di dalam tubulus antara HCO3
yang difiltrasi pada glomerulus dan H+ yang disekresi oleh sel tubulus. H2CO3
yang terbentuk kemudian berdisosiasi menjadi CO2 dan H,O. CO2 dapat
bergerak dengan mudah melewati membran tubulus; oleh karena itu, CO2
segera berdifusi masuk ke dalam sel tubulus, tempat CO2 bergabung kembali
dengan H2O, di bawah pengaruh karbonik anhidrase, untuk menghasilkan
molekul H2CO3 yang baru. H2CO3 ini kemudian berdisosiasi membentuk HCO3
dan H+; HCO3 kemudian berdifusi melalui membran basolateral masuk ke
dalam cairan interstisial dan dibawa ke darah kapiler peritubulus. Transpor
HCO3 melalui membran basolateral difasilitasi oleh dua mekanisme: (1) ko-
transpor Na+- HCO3~ dan (2) pertukaran C1~-HCO3"~. (guyton, 2012)
Jadi, setiap kali satu H+ dibentuk di dalam sel epitel tubulus, satu HCO}
juga dibentuk dan dilepaskan kembali ke dalam darah. Pengaruh akhir dari
reaksi ini adalah "reabsorpsi" HCO3~ dari tubulus, walaupun HCO3~ yang
sebenarnya memasuki cairan ekstrasel tidak sama dengan yang difiltrasi ke
dalam tubulus. Reabsorpsi HCO3 yang difiltrasi tidak menghasilkan sekresi
13
akhir H+ karena H+ yang disekresikan bergabung dengan HCO3~ yang difiltrasi
dan karena itu, tidak diekskresikan. (guyton, 2012)
Ion Bikarbonat "Dititrasi" Terhadap Ion Hidrogen dalam Tubulus.
Dalam kondisi normal, kecepat-an sekresi H+ tubulus adalah sekitar 4400
mEq/hari dan kecepatan filtrasi HCO3 adalah sekitar 4320 mEq/hari. Jadi,
jumlah kedua ion yang memasuki tubulus ini ham-pir sama, dan ion-ion itu
bergabung satu sama lain untuk membentuk CO2 dan H2O. Oleh karena itu,
dikatakan bahwa HCO3 dan ion H+ normalnya melakukan "titrasi" satu sama
lain di dalam tubulus. (guyton, 2012)
Proses titrasi ini tidak begitu tepat karena biasanya terdapat sedikit
kelebihan H+ dalam tubulus yang akan diekskresikan dalam urin. Kelebihan H+
ini (sekitar 80 mEq/hari) membersihkan tubuh dari asam non-volatil yang
dihasilkan oleh metabolisme. Seperti akan dibahas kemudian, kebanyakan
H+ini tidak diekskresikan sebagai H+ bebas tetapi dalam bentuk kombinasi
dengan dapar urin lainnya, terutama fosfat dan amonia. (guyton, 2012)
Bila terdapat kelebihan HCO3~ melebihi H+ dalam urin, seperti yang terjadi
pada alkalosis metabolik, kelebihan HCO3~ tidak dapat direabsorbsi; oleh
karena itu, kelebihan HCO3~ ditinggalkan di dalam tubulus dan akhirnya
diekskresikan ke dalam urin, yang membantu mengoreksi alkalosis metabolik.
(guyton, 2012)
Pada asidosis, terdapat kelebihan jumlah H+ diban-dingkan dengan HCO3 ,
menyebabkan reabsorpsi bikarbonat seluruhnya, dan kelebihan H+ dikeluarkan
ke dalam urin. Kelebihan H+ ini didapar di dalam tubulus oleh fosfat dan
amonia dan akhirnya diekskresikan sebagai ga-ram. Jadi, mekanisme dasar
pengoreksian asidosis atau alkalosis oleh ginjal adalah dengan titrasi tidak
lengkap H+ terhadap HCO3 , yang menyebabkan salah satu dari kedua ion ini
dikeluarkan ke dalam urin dan dihilangkan dari cairan ekstrasel.
14
2. Macam-macam gangguan keseimbangan asam basa yang diakibatkan oleh
sistem urinarius adalah sebagai berikut :
a. Asidosis Respiratorik Disebabkan oleh penurunan Ventilisi dan
peningkatan PCO2
Factor apapun yang menurunkan kecepatan ventilasi paru juga
meningkatkan PCO2 dalam cairan ekstrasel. Hal ini menyebabkan
peningkatan H2CO3 dan konsentrasi H+, sehingga menimbulkan asidosis.
Karena asidosis disebabkan oleh gangguan respirasi, maka disebut
asidosis respiratorik. (guyton, 2012)
Asidosis respiratorik dapat terjadi akibat kondisi patologis yang
merusak pusat pernapasan atau yang menurunkan kemampuan paru untuk
mengeluarkan CO2. Sebagai contoh, kerusakan pusat pernapasan di
medulla oblongata dapat menimbulkan asidosis respiratorik. Obstruksi
jalur traktus respiratorius, pneumonia, amfisema, atau penurunan luas
membrane paru, dan setiap factor yang mengganggu pertukaran gas antara
darah dan udara alveolus, juga dapat menyebabkan asidosis respiratorik.
(guyton, 2012)
Pada asidosis respiratorik, respon kompensasi yang tersedia adalah (1)
dapar cairan tubuh, dan (2) ginjal, yang membutuhkan waktu beberapa
hari untuk mengkompensasi gangguan. (guyton, 2012)
b. Alkalosis Respiratorik yang disebabkan oleh Peningkatan Ventilasi dan
Penurunan PCO2
Alkalosis respiratorik disebabkan oleh ventilasi yang berlebihan oleh
paru. Hal ini jarang terjadi akibat kondisi patologis fisik. Akan tetapi,
seseorang dengan gangguan neurosis kadang-kadang bernapas secara
berlebian sehingga ia mengalami alkalosis. (guyton, 2012)
15
Jenis alkalosis respiratorik fisiologis terjadi ketika seseorang mendaki
hingga mencapai tempat yang tinggi. Kandungan oksigen yang rendah
dalam udara akan merangsang pernapasan, yang menyebabkan banyak
sekali pelepasan CO2 dan terbentuklah alkalosis respiratorik ringan. Sekali
lagi, alat utama untuk kompensasi adalah dapar kimiawi cairan tubuh dan
kmampuan ginjal untuk meningkatkan ekskresi HCO3- (guyton, 2012)
Gambar 3. Asidosis dan alkalosis
c. Asidosis Metabolik yang Disebabkan oleh Penurunan konsentrasi
Bikarbonat Cairan ekstrasel.
Istilah Asidosis Metabolik merujuk pada semua tipe asidosis selain
asidosis yang disebabkan oleh kelebihan CO2 dalam cairan tubuh. Asidosis
metabolic dapat disebabkan oleh beberapa penyebab umum : (1)kegagalan
ginjal untuk mengekresikan asam metabolic yang berlebih dalam tubuh,
(2) pembentukan asam metabolic yang berlebihan dalam tubuh, (3)
16
penambahan asam metabolic melalui makanan atau infuse asam, dan (4)
kehilangan basa dari cairan tubuh, yang memiliki efek yang sama seperti
penambahan asa ke dalam cairan tubuh. Beberapa kondisi khusus yang
menyebabkan asidosis metabolic adalah sebagai berikut :
a) Asidosis Tubulus Ginjal
Jenis asidosis ini sebebabkan oleh gangguan sekresi H+ atau
reansorpsi HCO3- oleh ginjal, atau keduanya. Kelainan ini biasanya
mencakup 2 tipe : (1) gangguan reabsorpsi HCO3- oleh tubulus ginjal,
yang menyebabkan hilangnya HCO3- dalam urin, atau
(2)ketidakmampuan mekanisme sekresi H+ oleh tubulus ginjal untuk
menimbulkan keasaman urin yang normal, menyebabkan ekresi urin
yang alkali. Pada keadaan ini, dapat diekskresikan asam yang dapat
dititrasi dalam NH4+ dalam jumlah yang tidak adekuat, sehingga
terdapat penggumpalan asam dalam cairan tubuh. Beberapa penyebab
asidosis ubulus ginjal termasuk gagal ginjla kronik, insufiensi sekresi
aldosteron (penyakit Addison), dan beberapa gangguan herediter dan
gangguan yang didapat yang dapat mengganggu fungsi tubulus, seperti
sindrom fanconi (guyton, 2012)
b) Diare
Diare berat mungkin penyebab asidosis metabolic yang paling
sering. Penyebab asidosis ini adalah hilangnya sejumlah besar natrium
bikarbonat ke dalam feses. Sekresi gastrointestinal normal mengandung
sejumlah besar bikarbonat, dan diare menyebabkan hilangnya HCO3- ini
dari tubuh, yang member efek yang sama seperti hilangnya sejumlah
besar bikarbonat dalam urin. Bentuk asidosis metabolic ini berlangsung
berat dan dapat menyebabkan kematian, terutama pada anak-anak.
(guyton, 2012)
17
c) Muntah
Memuntahkan isi lambung sendiri akan menyebabkan hilangnya
asam dan kecenderungan ke arah alkalosis karena sekresi lambung
sangat bersifat asam. Akan tetapi memuntahkan sejumlah besar isi dari
bagian traktus gastrointestinal bagian bawah, yang kadang-kadang
terjadi, menyebabkan hilangnya bikarbonat dan menimbulkan asidosis
metabolic dalam cara yang sama seperti disre menimbulkan asidosis.
(guyton, 2012)
d) Diabetes Melitus
Diabetes mellitus disebabkan oleh tidak adanya sekresi insulin oleh
pancreas (diabetes tipe 1) atau insufisiensi sekresi insulin untuk
mengompensasi penurunan sensitivitas efek insulin (diabetes tipe II).
Keadaan dengan insulin yang tidak cukup, menghalangi penggunaan
glukosa dan metabolism secara normal. Sebaliknya beberapa lemak
dipecah menjadi asam asetoasetat, dan asam ini dimetabolisme oleh
jaringan untuk menghasilkan energy menggantika glukosa. Pada
diabetes miletus yang berat kadar asam asetoasetat darah dapat eningkat
sangat tinggi, sehingga dapat menyebabkan asidosi metabolic yang
berat. Dalam usaha untuk mengompensasi asidosis metabolic ini,
sejumlah besar asam diekskresikan dalam urin, terkadang sebanyak
500mmol/hari. (guyton, 2012)
e) Penyerapan asam
Jarang sekali sejumlah besar asam diserap dalam makanan normal.
Akan tetapi, asidosis metabolic yang berat kadang-kadang disebabkan
oleh penyerapan racun asam tertentu. Beberapa racun asam tersebut
antara lain asetilsalisilat (aspirin) dan metal alcohol (yang membentuk
asam format saat dimetabolisme). (guyton, 2012)
18
f) Gagal ginjal kronik
Bila fungsi ginjal sangat menurun, terdapat pembentukan anion dari
asam lemah dalam cairan tubuh yang tidak diekskresikan oleh ginjal.
Selain itu penurunan laju filtrasi glomerulus mengurangi eksresi fosfat
dan NH4+, yang mengurangi jumlah bikarbonat yang ditambahkan
kembali ke dalam cairan tubuh.Jadi, gagal ginjal kronik dapat
menyebabkan asidosis metabolic berat. (guyton, 2012)
d. Alkalosis Metabolik Disebabkan oleh Peningkatan Cairan Bikorbonat
Cairan Ekstrasel
Bila terdapat retensi HCO3- yang berlebihan atau hilangnya H+ dari
dalam tubuh, keadaan ini menyebabkan alkalosis metabolic. Alkalosis
metabolic tidak begitu umum seperti asidosis metabolic, tetapi penyebab
alkalosis metabolic adalah sebagai berikut :
a) Pemberian Diuretika (kecualli penghambat karbonik anhidrase)
Semua deuretika yang menyebabkan peningkatan aliran cairan di
sepanjang tubulus, biasanya menyebabkan peningkatan aliran di tubulus
distal dan tubulus koligentes. Keadaan ini menimbulkan peningkatan
reabsorpsi peningkatan Na+ dari bagian nefron ini. Karena reabsorpsi
natrium ini berpasangan dengan sekresi H+, peningkatan reabsorpsi Na+
juga menimbulkan peningkatan sekresi H+ dan peningkatan reabsorpsi
bikarbonat. Perubahan ini menyebabkan terjadinya alkalosis, yang
ditandai dengan peningkatan konsentrasi bikarbonat cairan ekstrasel.
(guyton, 2012)
b) Kelebihan Aldosteron
Bila sejumlah besar aldosteron disekresikan oleh kelenjar adrenal,
akan terjadi alkalosis metabolic ringan. Seperti yang telah dibahas
sebelumnya, aldosteron meningkatkan reabsorpsi Na+ dalam jumlah
banyak dalam tubulus distal dan tubulus koligentes, dan pada waktu
yang bersamaan, merangsang sekresi H+ oleh sel interkalatus pada
19
tubulus koligentes.Peningkatan sekresi H+ ini menimbulkan peningkatan
ekresi H+ oleh ginjal dan karena itu menimbulkan alkalosis metabolic.
(guyton, 2012)
c) Memuntahkan Isi Lambung
Memuntahkan isi lambung saja, tanpa memuntahkan isi traktus
gastrointestinal bagian bawah, menyebabkan hilangnya HCl yang
disekresikan oleh mukosa lambung. Hasil akhirnya adalah hilangnya
asam dari cairan ekstrasel dan terbentuknya alkalosis metabolic.
Alkalosis jenis ini terutama terjadi pada neonatus yang mengalami
obstruksi pylorus akibat hipertrofi otot sfingter pylorus. (guyton, 2012)
d) Konsumsi Obat-Obatan Alkali
Salah satu penyebab alkalosis metabolic yang umummdalah konsumsi
obat alkali, seperti natrium bikarbonat, untuk pengobatan gastritis atau
ulkus peptic. (guyton, 2012)
Tabel 1. Kadar Normal Bikarbonat dan Karbondioksida
20
3. Struktur sistem urinarius yang berperan dalam keseimbangan asam basa,
adalah sebagai berikut :
a) Reabsorbsi dan sekresi tubulus termasuk HCO3- sebagai dapar ginjal
Tiga kelas yang di filtasi dalam glomelurus (Gbr.44-9): elektrolit,
dan air. Beberapa elektrolit yang paling penting adalah natrium (Na+)
kalium (K+), Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), bikarbonat (HCO3-),
klorida (Cl-), dan fosfat (HPO4=). Nonelektrolit yang penting adalah
glukosa, asam amino, dan metabolit yang merupakn produk akhir dari
proses metabolisme protein, urea , asam urat, dan kreatin (Price, 2012).
Langkah kedua dalam proses pembentukan urine setelah filtrasi
adalah reabsorsi selektif zat-zat yang sudah di filtrasi. Sebagiaan besr zat
yang terfiltrasi direbsorsi melalui “pori-pori” kecil yang terdpat dalam
tubulus sehingga akhirnya zat-zat tersebut kembli lagi ke dalam kapiler
peritubulus yang mengelilingi tubulus. Di smping itu, beberapa zat
disekresi pula dari pembuluh darah peritubulus sekitar ke dalam tubulus.
(Price, 2012).
Proses rebsorsi dn sekresi ini berlangsung melalui mekanisme
transpor aktif dan pasif. Suatu mekanisme disebut aktif bil zat berpindah
melawan perbedaan elektrokimi(yaitu,melawan perbedaan potensil
listrik,potensial kimia, atau keduanya). Kerja langsung ditunjukan pada
kerja zt yang direabsorsi atau disekresi oleh sel-sel tubulus tersebut, dan
trifosfat ini dikeluarkan dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP) (misalnya,
3Na+/ 2k+ ATPase). Mekanisme transpor tersebut disebut pasif bila zat yng
direabsorsi tau disekresi bergerak mengikuti perbedan elektrokimia yang
ada. Selasa proses perpindhn zat tersebut tidak dibutuhkan energi. (Price,
2012).
Glukosa dalam sam amino direbsorsi seluruhnya disepanjang
tubulus proksimal melalui transpor aktif. Kalium dn asam urat hampir
21
seluruhnya di reabsorsi secara aktif dan keduanya disekresi ke dalam
tubulus distal. Sedikitnya dua pertiga dari jumlah natrium yang di filtrasi
akan direabsorsi secara aktif di dalam tubulus proksimal. (Price, 2012).
Gambar 4. Tempat Absorbsi HCO3- dan Sekresi H+ dan zat yang
lainnya. ( Sherwood, 2012)
Proses reabsorsi natrium berlanjut dalam lengkung Henle,tubulus
distal dan pengumpul, sehingga kurang dari 1% beban yang di filtrasi
dieksresikan dalam urine. Sebagian besr Ca2+ dan HPO4= direabsorsi
dalam tubulus proksimal dengan cara transpor aktif. Air,klorida, dan urea
direabsorsi dalam tubulus proksimal melalui transpor pasif. Dengan
berpindahnya sejumlah ion natrium yang bermuatan positif, keluar lumen
tubulus, maka ion klorida yang bermuatan negatif harus menyertai untuk
mencpai kondisi listrik netral. Keluarnya sejumlah besar ion dan
nonelektrolit dari cairan tubulus proksimal menyebabkan cairan
mengalami pengenceran osmotik dan akibtnya air berdifusi keluar tubulus
dan masuk ke darah peritubular. Urea kemudian berdifusi secara pasif
22
mengikuti perbedaan konsentrasi yang terbentuk oleh reabsorsi air. Ion
hidrogen (H+),asam organik seperti para-amino-hipurat (PAH) dan
penisilin, juga kreatinin (suatu basa oeganik) semuanya secara aktif
disekresi ke dalam tubulus proksimal. Sekitar 90% dikarbonat direabsorsi
secr tak langsung dari tubulus proksimal mellui pertukaran Na+ - H+,H+
yang disekresi ke dalam lumen tubulus (sebagai penukar Na+) akan
berkaitn dengan HCO3- yang terdapat filtrat glomelurus sehingga terbentuk
asam karbonat H2CO. H2CO3 akan berdisosiasi menjadi air dan
karbondioksida CO2. CO2 maupun H2O akan berdifusi keluar lumen
tubulus. Dalam lumen tubulus sekli lagi,karbonik anhidrase mengkatalisis
reaksi CO2 dengan H2O untuk membentuk H2CO3 sekali lagi. Disosiasi
H2CO3 menghasilkan HCO3 dan H+. H+ disekresi kembali dan HCO3
- kan
masuk ke dalam darah peritubularbersama dengan Na+. (Price, 2012).
Dalam lengkung henle Cl- ditranspor keluar secara aktif dari bagian
asenden dan diikuti secara pasif oleh Na+. NaCl selanjutnya akan berdifusi
secara pasif masuk bagian lengkung desenden. Proses ini penting dalam
pemekatan urine. (Price, 2012).
Proses sekresi dan reabsorbsi selektif diselesaikan dalam tubulus
distal dan duktus pengumpul. Dua fungsi penting tubulus distal adalah
pengaturan tahap akhir dari keseimbanga air dan asam-basa. Pada fungsi
sel yang normal, PH ECF harus dapat dipertahankan dalam batas sempit
antara 7,38 sampai 7,45. Sejumlah mekanisme biologis bersama sama
membantu mempertahankan PH dalam batas normal. Dapar darah yang
paling utama adalah sistem asam bikarbonat. Karbonat yang dinyatakan
dalam persamaan sebagai berikut:
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-
Sekresi ion hydrogen dan reabsorpsi bikarbonat terjadi hampir di
seluruh bagian tubulus kecuali segmen tipis desenden dan asenden ansa
Henle. Ingatlah bahwa untu setiap bikarbonat yang di reabsorpsi, satu
harus disekresikan. Sekitar 80 sampai 90 persen reabsorpsi bikarbonat
23
(dan sekresi ) terjadi di tubulus proksimal, sehingga hanya sejumlah
kecil bikarbonat yang mengalir ke dalam tubulus distal dan duktus
koligentes. Di segmen tebal asenden ansa Henle, terjadi reabsorpsi
terhadap 10 persen bikarbonat yang difiltrasi dan reabsorpsi sisanya terjadi
di tubulus distal dan duktus koligentes. Mekanisme reabsorpsi bikarbonat
juga melibatkan sekresi oleh tubulus, tetapi tugas ini dilakukan secara
terpisah oleh segmen tubulus yang berbeda. (Guyton, 2012)
Gambar 5. Reabsorpsi HCO3-
Reabsorpsi bikarbonat di dalam berbagai segmen tubulus ginjal. Terdapat
persentase muatan bikarbonat terfasilitasi yang diabsorbsi oleh berbagai
segmen tubulus dan juga jumlah reabsorbsi dalam miliekuivalen per hari pada
keadaan normal (guyton, 2012)
Daftar Pustaka