tugas sosial

20
Definisi pertama yang ia berikan pada fakta sosial adalah setiap cara atau arah tindakan yang mampu menggerakkan pada individu dari tekanan eksternal, seperti sistem keuangan, bahasa, dan tindakan yang lain. Kemudian ia menambahkan, setiap tindakan umum di dalam masyarakat. Hal tersebut meliputi institusi agama, tradisi cultural, dan kebiasaan regional. Durkheim dalam definisi di atas menggunakan paksaan sosial untuk mengidentifikasi alas an di balik tindakan-tindakan yang kemudian menjadi fakta sosial. Tentu saja tingkat paksaan tersebut terasa berbeda-beda. Paksaan sosial ini memegang kekuatan yang memaksa di atas individu. Definisi kedua Durkheim mengenai fakta sosial mengambil pendekatan yang lebih umum terhadap fakta sosial. Ini mengacu pada berbagai tindakan atau pandangan umum di dalam masyarakat sepanjang memenuhi ketentuan bahwa fakta tersebut jelas-jelas tidak tergantung pada individu. Fenomena tersebut juga mempunyai efek yang memaksa. Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2078639- apa-fakta-sosial-menurut-durkheim/##ixzz1Nzb6QWQe Fakta Sosial dan Tindakan Sosial Jika disederhanakan, objek kajian sosiologi sesungguhnya berpusat pada dua hal, yakni mempelajari STATUS dan PROSES SOSIAL. Dalam proses sosial, masyarakat manusia dilihat sebagai entitas yang terus-menerus mengalami PERUBAHAN. Proses sosial terjadi karena ada INTERAKSI SOSIAL. Untuk dapat terjadi interaksi sosial diperlukan KONTAK SOSIAL dan KOMUNIKASI.Setiap individu/kelompok dalam berinteraksi sosial dihadapkan pada faktor pengaruh-mempengaruhi antar-sesama mereka. Jika satu individu/kelompok berinteraksi karena dipengaruhi faktor eksternal, maka bentuk interaksi ini disebut FAKTA SOSIAL. Jika satu individu/kelompok berinteraksi karena ingin mempengaruhi individu/kelompok lain, maka bentuk interaksi ini disebut TINDAKAN

Upload: silvy-rahmawaty

Post on 04-Jul-2015

234 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: tugas sosial

Definisi pertama yang ia berikan pada fakta sosial adalah setiap cara atau arah tindakan yang mampu menggerakkan pada individu dari tekanan eksternal, seperti sistem keuangan, bahasa, dan tindakan yang lain. Kemudian ia menambahkan, setiap tindakan umum di dalam masyarakat. Hal tersebut meliputi institusi agama, tradisi cultural, dan kebiasaan regional.

Durkheim dalam definisi di atas menggunakan paksaan sosial untuk mengidentifikasi alas an di balik tindakan-tindakan yang kemudian menjadi fakta sosial. Tentu saja tingkat paksaan tersebut terasa berbeda-beda. Paksaan sosial ini memegang kekuatan yang memaksa di atas individu.

Definisi kedua Durkheim mengenai fakta sosial mengambil pendekatan yang lebih umum terhadap fakta sosial. Ini mengacu pada berbagai tindakan atau pandangan umum di dalam masyarakat sepanjang memenuhi ketentuan bahwa fakta tersebut jelas-jelas tidak tergantung pada individu. Fenomena tersebut juga mempunyai efek yang memaksa.

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2078639-apa-fakta-sosial-menurut-durkheim/##ixzz1Nzb6QWQe

Fakta Sosial dan Tindakan Sosial

Jika disederhanakan, objek kajian sosiologi sesungguhnya berpusat pada dua hal, yakni mempelajari STATUS dan PROSES SOSIAL. Dalam proses sosial, masyarakat manusia dilihat sebagai entitas yang terus-menerus mengalami PERUBAHAN. Proses sosial terjadi karena ada INTERAKSI SOSIAL. Untuk dapat terjadi interaksi sosial diperlukan KONTAK SOSIAL dan KOMUNIKASI.Setiap individu/kelompok dalam berinteraksi sosial dihadapkan pada faktor pengaruh-mempengaruhi antar-sesama mereka. Jika satu individu/kelompok berinteraksi karena dipengaruhi faktor eksternal, maka bentuk interaksi ini disebut FAKTA SOSIAL. Jika satu individu/kelompok berinteraksi karena ingin mempengaruhi individu/kelompok lain, maka bentuk interaksi ini disebut TINDAKAN SOSIAL.Faktor eksternal dalam fakta sosial itu tidak lain adalah NILAI dan NORMA yang mengajarkan individu/masyarakat agar hidup rukun dan teratur/terstruktur. Dilihat dari aspek ini HUKUM berarti merupakan faktor eksternal dalam prilaku manusia untuk terciptanya suatu tertib sosial.Kerukunan dan keteraturan demikian dapat bertahan karena didukung oleh solidaritas sosial, yang bisa bersifat mekanis maupun organis.Solidaritas mekanis berlangsung pada masyarakat primitif (segmental) sedangkan solidaritas organis pada masyarakat modern (nasional).Durkheim meneliti beberapa fenomena fakta sosial ini yakni pada pembagian lapangan kerja dan beberapa model bunuh diri.

Weber menambahkan ada objek sosiologi yang disebut tindakan sosial yang ternyata dipengaruhi oleh motif-motif subjektif (interpretasi si subjek atas lingkungannya). Sosiologi berusaha memahami pola-pola tindakan sosial (kecenderungan masyarakat berperilaku tertentu). Kecenderungan itu dapat terjadi karena alasan tradisional, afeksi, rasionalitas nilai, dan rasionalitas instrumental. Weber mengakui

Page 2: tugas sosial

bahwa dalam kecenderungan perilakunya itu, masyarakat menerima legitimasi otoritas-otoritas tertentu. Dan, otoritas berdasarkan atas legal-rasional dinilainya sebagai otoritas yang sesuai dengan sistem masyarakat modern.

Fakta Sosial Menurut DurkheimDurkheim berpendapat bahwa subyek kajian sosiologi harus dipersempit pada sebuah bidang yang dapat diuraikan guna membedakan sosiologi dengan studi sosial yang lain. Untuk itu, Durkheim mengusulkan bahwa kita harus membatasi sosiologi pada kajian analisis tentang fakta sosial. Oleh Durkheim, fakta sosial ini ia jelaskan dalam dua cara.

Definisi pertama yang ia berikan pada fakta sosial adalah setiap cara atau arah tindakan yang mampu menggerakkan pada individu dari tekanan eksternal, seperti sistem keuangan, bahasa, dan tindakan yang lain. Kemudian ia menambahkan, setiap tindakan umum di dalam masyarakat. Hal tersebut meliputi institusi agama, tradisi cultural, dan kebiasaan regional.

Durkheim dalam definisi di atas menggunakan paksaan sosial untuk mengidentifikasi alas an di balik tindakan-tindakan yang kemudian menjadi fakta sosial. Tentu saja tingkat paksaan tersebut terasa berbeda-beda. Paksaan sosial ini memegang kekuatan yang memaksa di atas individu.

Definisi kedua Durkheim mengenai fakta sosial mengambil pendekatan yang lebih umum terhadap fakta sosial. Ini mengacu pada berbagai tindakan atau pandangan umum di dalam masyarakat sepanjang memenuhi ketentuan bahwa fakta tersebut jelas-jelas tidak tergantung pada individu. Fenomena tersebut juga mempunyai efek yang memaksa

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2078639-apa-fakta-sosial-menurut-durkheim/#ixzz1Kv1oVSmJ

4. Social Control

Suatu proses pengadilan sosial dapat dilaksanakan dengan berbagai cara yang pada pokoknya berkisar

pada cara-cara tanpa kekerasan (persuasive) ataupun dengan paksaan (Coersive). Cara mana yang

sebaiknya diterapkan sedikit banyaknya juga tergantung pada faktor terhadap siapa pengendalian sosial

tadi hendak diperlakukan dan didalam keadaan yang bagaimana. Didalam keadaan masyarakat yang

secara relatife berada pada keadaan yang tentram, maka cara-cara persuasive mungkin akan lebih

efektif dari pada penggunaan paksaan.

Karena didalam masyarakat yang tentram sebagian kaidah-kaidah dan nilai-nilai telah melembaga atau

Page 3: tugas sosial

bahkan mendarah daging didalam diri warga masyarakat. Keadaan demikian bukanlah dengan

sendirinya berarti bahwa paksaan sama sekali tidak diperlukan. Betapa tentram dan tenangnya suatu

masyarakat, pasti akan dijumpai warga-warga yang melakukan tindakan-tindakan menyimpang.terhadap

mereka itu kadang-kadang diperlukan paksaan, agar tidak terjadi kegoncangan-kegoncangan pada

ketentraman yang telah ada.

Paksaan lebih sering diperlukan didalam masyarakat yang berubah, karena didalam keadaan seperti itu

pengendalian social jugaberfungsi untuk membentuk kaidah-kaidah baru yang menggantikan kaidah-

kaidah lamayang telah goyah. Namun demikian, cara-cara kekerasan ada pula batas – batasnya dan

tidak selalu dapat diterapkan, karena biasanya kekerasan atau paksaan akan melahirkan reaksi negative,

setidaknya secara potensial.

Reaksi yang negative akan selalu mencari kesempatan dan menunggu dimana saat Agent Of Social

Control berada didalam keadaan lengah. Bila setiap kali paksaan diterapkan, hasilnyabukan

pengendalian social yang akan melembaga, tetapi cara paksaanlah yang akan mendarah daging serta

berakar kuat

TIPE-TIPE MASYARAKAT (MODEL OF SOCIETY)

Diskusi hukum secara sosiologis dalam masyarakat umumnya

didasarkan pada salah satu dari dua pandangan konsepsi ideal tentang

masyarakat, yaitu pandangan konsensus integrasi (integration-consensus)

dan pandangan konflik paksaan (conflict-coercion perspektif).

Pandangan konsensus integrasi (integration-consensus)

menggambarkan masyarakat yang terintegrasi secara fungsional dan relatif

memiliki sistem yang stabil. Sistem tersebut diadakan dan dibuat secara

bersama dan didasarkan pada suatu kesepakatan atau konsensus dasar atas

nilai-nilai. Ketertiban sosial (social order) merupakan hal yang relatif

Page 4: tugas sosial

permanen dan para individu dapat meraih kepentingan-kepentingan mereka

melalui kerjasama.

Pandangan ini memandang konflik sosial sebagai upaya perjuangan

tidak diperlukan bagi para individu dan kelompok yang belum memperoleh

pemahaman yang cukup tentang kepentingan bersama dan saling

ketergantungan secara mendasar.

Pandangan ini justeru menekankan pada rasa kepaduan (cohesion),

rasa solidaritas, rasa kesatuan (integration), sikap kerjasama (cooperation)

dan stabilitas masyarakat, yang dilihat sebagai budaya berbagi dan

kesepakatan pada nilai-nilai dan norma-norma yang fundamental.

Sedangkan pandangan konflik paksaan (conflict-coercion perspektif)

bertolak belakang dengan pandangan konsensus integrasi (integration-

consensus). Pandangan ini mencirikan masyarakat yang terdiri dari para

individu dan kelompok ini dengan munculnya konflik dan perbedaan yang

diadakan bersama secara paksaan.

Dalam pandangan ini, ketertiban merupakan ketidakstabilan dan

hanya bersifat sementara (temporary). Hal ini disebabkan karena setiap

individu-individu dan kelompok-kelompok berupaya untuk memaksimalkan

pencapaian kepentingannya masing-masing dalam dunia yang memiliki

keterbatasan sumber daya dan berbagai jenis barang.

Pandangan ini juga memandang konflik sosial (social conflict) sebagai

tindakan intrinsik terhadap interaksi antara para individu dan kelompok.

Selanjutnya dalam pandangan ini, untuk mempertahankan dan memelihara

kekuasaan diperlukan dorongan (inducement) dan paksaan (coersion). Oleh

karenanya, hukum merupakan alat penekan/represif  (instrument of

repression) sehingga kepentingan-kepentingan kekuasaan mampu

dipertahankan sebagai alternatif kepentingan-kepentingan, norma-norma

dan nilai-nilai.

Page 5: tugas sosial

Hal pokok terkait kedua pandangan konsepsi ideal tentang masyarakat

diatas, menurut pendapat Ralf Dahrendorf adalah bahwa tidak mungkin

dalam kenyataan (empirical) memilih salah satu dari dua pandangan

tersebut, baik stabilitas dan perubahan, integrasi dan konflik, fungsi dan

disfungsi, konsensus dan pembatasan, keseluruhannya hanyalah imajinasi

dari suatu masyarakat (1958: 174-175). Maka pada saat hukum dipandang

dari salah satu pandangan diatas, tidaklah mengherankan, memunculkan

peranan hukum yang berbeda.

Pandangan Konsensus Integrasi (Integration-Consensus

Perspective)

Pandangan konsensus integrasi (integration-consensus) ini melihat

hukum sebagai suatu kerangka kerja yang netral (a neutral framework)

untuk mempertahankan dan memelihara integrasi masyarakat. Salah satu

sarjana terkemuka dan paling berpengaruh adalah Roscoe Pound (1943-

1959). Menurut Pound, masyarakat sebagai keragaman kelompok yang

kepentingan-kepentingannya seringkali bertentangan satu sama lain, tetapi

pada dasarnya berjalan secara harmonis.

Roscoe Pound memandang berbagai kepentingan merupakan unsur

pokok bagi keberadaan masyarakat dan mempertahankan bahwa

rekonsiliasi antara kepentingan yang bertentangan dari keberagaman

kelompok dalam masyarakat adalah penting untuk melindungi dan

memelihara ketertiban sosial (social order).

Dengan kata lain menurut pendapat Pound, hukum adalah upaya

untuk meraih kepuasan, rekonsiliasi, harmonisasi, penyesuaian terhadap

berbagai pertentangan tuntutan dan permintaan, bahkan memberikan

perlindungan secara langsung dan segera, atau memberikan jaminan

perlindungan atas berbagai kepentingan individu, sehingga memberikan

Page 6: tugas sosial

dampak luas bagi kepentingan warga masyarakat dengan pengorbanan yang

minimal pada berbagai kepentingan tersebut secara keseluruhan. (Pound,

1943: 39)

Dalam pandangan Pound, hukum dalam masyarakat yang heteronom

dan pluralistik, sebagaimana di Amerika Serikat, memerlukan pemahaman

yang baik sebagai upaya kompromi masyarakat dengan menekankan pada

ketertiban sosial dan harmonisasi. Pound memberikan argumentasi bahwa

dalam sejarah pembangunan hukum telah menunjukkan suatu pengakuan

terhadap pertumbuhan dan kepuasan kebutuhan manusia, tuntutan dan

keinginan melalui hukum.

Pada masa lampau, hukum lebih memusatkan perhatiannya dengan

memenuhi berbagai spektrum kebutuhan manusia. Hukum benar-benar

mewujudkan keinginan masyarakat dan mendatangkan kepuasan bagi

kebutuhan masyarakat (Pound, 1959: 47).

Selanjutnya, Roscoe Pound juga memandang hukum sebagai bentuk

perubahan sosial � (social engineering) yang diarahkan untuk mewujudkan

keharmonisan masyarakat. Pound berpendapat bahwa tujuan hukum adalah

mempertahankan dan memastikan esensi nilai-nilai dan kebutuhan terhadap

ketertiban sosial (social order), tidak dengan memaksa keinginan suatu

kelompok kepada kelompok lainnya, akan tetapi dengan melakukan

pengawasan (controlling), rekonsiliasi dan mediasi terhadap keberagaman

dan pertentangan kepentingan antara para individu dan kelompok

masyarakat. Singkatnya, tujuan hukum adalah untuk mengawasi berbagai

kepentingan dan mempertahankan atau memelihara keharmonisan dan

integrasi masyarakat.

Talcott Parsons (1962: 58) berpendapat bahwa fungsi utama sistem

hukum adalah integritas. Untuk  menyederhanakan pertentangan elemen-

elemen yang berpotesi dan untuk memudahkan metode-metode atau alat-

alat komunikasi sosial.

Page 7: tugas sosial

Sosiolog lainnya adalah Harry C. Bredemeier (1962) yang menerima

pandangan ini dan meyakini bahwa perlunya masyarakat untuk menambah

mekanisme informal dengan mekanisme formal dalam mewujudkan dan

menciptakan kerjasama antar individu. Hukum sebagai suatu badan

peraturan perundang-undangan (body of rules) yang dibentuk oleh

perwakilan dari masyarakat untuk memenuhi berbagai kepentingan

masyarakat itu sendiri.

Hukum pada pokoknya merupakan lembaga netral (a neutral agent),

menyediakan penghargaan (rewards) dan hukuman (punishment) tanpa

penyimpangan. Asumsi dasar pandangan ini ialah bahwa sistem politik

adalah pluralistik; yang tersusun atas beberapa kelompok kepentingan yang

memiliki kekuatan yang seimbang.

Hukum merefleksikan kompromi dan konsensus antara beragamnya

kepentingan kelompok-kelompok dan nilai-nilai fundamental demi

terwujudnya ketertiban sosial (Chambliss, 1976 : 4). 

Pandangan Konflik Paksaan (Conflict-Coercion Perspective)

Berbeda dengan pandangan Konsensus Integrasi, pandangan

Konsensus Konflik melihat hukum sebagai senjata dalam konflik sosial � (Turk

1978) dan sebagai suatu instrumen tekanan �yang dipimpin oleh kelompok

yang sedang berkuasa demi kepentingan mereka � (Chambliss dan Seidman,

1982:36).

Menurut pandangan ini, transformasi masyarakat yang kecil, relatif

homogen menjadi jaringan kelompok dengan kekhususannya merupakan

evolusi dari kedua keinginan dan kepentingan antar kelompok. Jika terjadi

konflik, mereka bersaing agar kepentingannya dilindungi dan dituangkan

secara formal dalam bentuk undang-undang (hukum).

Page 8: tugas sosial

Richard Quinney menyatakan bahwa hukum bukanlah sebagai suatu

alat pengontrol dari kepentingan-kepentingan yang ada melainkan sebagai

ekspresi dari berbagai kepentingan tersebut.

Pertama, Quinney  berpendapat bahwa masyarakat dibentuk oleh

keragaman, konflik, paksaan, dan perubahan, bukan dibentuk oleh

konsensus dan stabilitas.

Kedua, hukum adalah hasil dari pelaksanaan kepentingan-kepentingan

yang berfungsi diluar kepentingan tertentu. Meskipun hukum dapat

mengontrol kepentingan, namun hukum sejak awal diciptakan oleh

kepentingan orang-orang dan kelompok-kelompok tertentu; tidak jarang

merupakan produk dari seluruh masyarakat. Hukum dibuat oleh manusia,

mewakili kepentingan khusus, yang memiliki kekuasaan untuk

menerjemahkan kepentingan mereka ke dalam kebijakan publik. Tidak sama

seperti konsepsi politik yang plural, hukum tidak mewakili kompromi dari

kepentingan masyarakat yang beragam, akan tetapi mendukung beberapa

kepentingan lainnya (1970:35).

Pendukung Pandangan Konflik-Paksaan meyakini hukum sebagai alat

dimana penguasa menjalankan kontrolnya. Hukum melindungi pemilik

kekuasaan dan juga untuk menekan ancaman politik terhadap posisi elit.

Namun para advokat memiliki pandangan sebaliknya. Tidak semua

hukum itu diciptakan dan dilaksanakan demi keuntungan para penguasa

semata dimasyarakat. Hukum melarang pembunuhan, perampokan,

kerusuhan, hubungan sedarah (incest), dan penyerangan. Dimana

kesemuanya ini menguntungkan seluruh anggota masyarakat, terlepas dari

posisi ekonomi mereka. Sehingga hukum itu sebenarnya lebih luas daripada

sebuah asumsi yang mengatakan bahwa penguasa mendikte isi hukum dan

penegakannya hanya untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.

Page 9: tugas sosial

Kedua pandangan tersebut mengandung kebenaran. Hukum dapat

merefleksikan kepentingan tertentu dari pihak penguasa dan pihak yang

memiliki pengaruh di masyarakat.

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

Mata kuliah: Desain Kurikulum

Kode mata kuliah: Bd 306

SKS: 2 SKS (T1 P1)

Waktu pertemuan:150 mnt

Pertemuan ke:1

Tujuan

1. TIU: Setelah mengikuti matakuliah ini Mahasiswi DIV Bidan Pendidik

Semester I UniversitasBatam diharapkan mampu Membekali mahasiswa dengan

kemapuan teori dan praktik dalam merancang dan mengembangkankurikulum kebidanan berbasis kompetensi.

2. TIK

: Setelah mengikuti perkuliahan ini Mahasiswi akan dapatMenjelaskan konsep dan metode

analisis social berpersfektif gender di komunitas

Pokok bahasan: UU No. 20 tahun 2003

Kegiatan Pokok Bahasan

Tahap

Pendahuluan Uraian : Materi ini akan memberikan kemampuan kepada Mahasiswi

Page 10: tugas sosial

DIV Bidan Pendidik Semester I agar dapat Menjelaskan konsep

Kegiatan pengajaran

Kegiatan mahasiswa

Diskusi /tanya jawab

pendidikan tinggi dan program diploma

TIK: Setelah mengikuti perkuliahan ini Mahasiswa akan dapat

Menjelaskan konsep pendidikan tinggi dan program diploma

Relevansi: Agar Mahasiswi dapat mengetahui dengan jelas tentang

Konsep pendidikan tinggi dan program diploma

Penyajian

Penutup

Uraian : UU No. 20 tahun 2003

Page 11: tugas sosial

Contoh: Memberikan contoh kasus

Latihan:Memberikan tugas kepada Mahasiswi bagaimana Menganalisa

masalah dari kasus tersebut.

Tes : Dengan memberikan pertanyaan secara lisan kepada beberapa

Mahasiswa mengenai materi yang telah disampaikan.

Umpan Balik: Adanya respon positif dari Mahasiswi terhadap materi

yang diberikan, Mahasiswi tampak antusias

Tindak lanjut: Untuk pertemuan berikutnya akan menjelaskan

lanjutan materi tentang pengertian landasan pengembangan

kurikulum pendidikan tinggi

TPA Mitra

Lokasi:Gedung Bulog II Kuningan

(Sebelah Grand Melia / pas perempatan Pancoran)Jam Buka:

Senin s/d Jumat07.30 s/d 16.30

Biaya:Biaya Pendaftaran: 100.000

Harian: 35.000/hariBulanan: 700.000 / bulan

Biaya telat dijemput: 1.000 / 30 menit pertama5.000 / 1 jam

Syarat Administrasi:Fotokopi KTP

Fotokopi Akte AnakFoto Anak ukuran besar

Usia Anak yang diterima:3 bulan - 5 tahun

Fasilitas:Tempat tidur, Tempat bermain indoor, Kamar Mandi,

Dapur, Ruang Makan, Ruang Perpustakaan.

Page 12: tugas sosial

Menu Makanan:Anak mendapatkan

makan siang, dan snack sore.Untuk anak-anak dibawah 1 tahun dan yang masih makan nasi tim

diharap membawa makanan sendiri.

Toilet Training:Ada toilet training untuk anak usia 2 tahun keatas.

Anak dibawah itu disediakan popok kain, atau dipersilahkan membawa diaper sendiri

Sistem yang dipakai:Individual Schedule

Barang Pribadi yang dibawa:Perlengkapan baju dan celana, susu dan botol susu, handuk

Pengalaman disana:Aku membawa anakku Athalla (15 bulan) bersama embaknya kesana. Sekali ini, mbaknya hanya

setengah hari (sampai athalla tidur siang).Dari pengalaman di diknas, athallah berangkat setelah sarapan, dan aku bawa bekal makan siang.

Ternyata disana nasinya lembek, dan menunya sesuai dengan athallah. Akhirnya ketika bekal makan siang athallah ga dipakai.

Oia, Aku juga diminta menulis kebiasaan anak dirumah bagaimana untuk menyesuaikan dengan di TPA.

Ternyata disana tidak ada kegiatan terpimpin, walaupun di brosurnya ada. Jam 16.30 aku jemput athalla, dia ga mau pulang.

HASIL REVIEW:Dibanding TPA Diknas, mainan di TPA Bulog sedikit, hanya terkumpul disatu tempat, yaitu ruang perpustakaan (TPA Diknas dibeberapa tempat). TPA Bulog menerapkan sistem jadwal individu, jadi jadwal makan, tidur dan mandi diterapkan berbeda ke setiap anak (tergantung

situasi, apakah anak sudah mengantuk/lapar, dll.). walaupun ini baik karena setiap anak adalah individu yang berbeda, namun mungkin ini juga yang membuat TPA Bulog kesulitan

menerapkan kegiatan terpimpin bersama-sama (nyari waktunya susah). Dan juga, ketika waktunya tidur siang, karena jadwal yang berbeda, ada anak-anak yang masih bangun bermain

dengan berisiknya, sehingga mengganggu anak-anak lain yang sedang tidur.Kalau aku melihatnya, sama saja dengan menitipkan ke neneknya atau malah mungkin ke tetangga, karena anak hanya dibiarkan main bersama saja, tidak ada kegiatan belajar atau

setidaknya kegiatan bermain yang dilakukan bersama-sama untuk merangsang kreativitas dan kecerdasan anak.

TIPS:Kalau ingin di TPA Mitra, pengasuhan anak lumayan terjamin, tapi tidak untuk

stimulasi/pendidikan anak. Jadi, pastikan anak-anak dirumah cukup dirangsang kreativitasnya.

Page 13: tugas sosial

TPA Mekar Asih

Lokasi:Gedung Depdiknas, Jl. Jend. Sudirman

(Sebelah Ratu Plaza)Jam Buka:

Senin s/d Jumat08.00 s/d 16.00

Biaya:Biaya Pendaftaran: 500.000 (untuk bulanan)

Harian: 35.000/hari (tanpa biaya pendaftaran)Bulanan: 400.000 / bulan

Biaya telat dijemput: 2.500 / 15 menitSyarat Administrasi:

Tidak ada(hanya mengisi formulir pendaftaran)Usia Anak yang diterima:

1-5 tahun (syarat: sudah bisa jalan)Fasilitas:

Tempat tidur, Tempat bermain indoor dan outdoor, Kamar Mandi,Dapur, Ruang Makan.

Tempat bermain indoor dibagi-bagi pertema, ruang mandi bola&balok-balok,ruang melukis/menggambar, ruang peran (pura-pura) --> Mainannya banyak

lhoo!!Menu Makanan:

Anak mendapatkan makan pagi, makan siang, dan snack soreToilet Training:Ada toilet training

Sistem yang dipakai:Group Routine

Barang Pribadi yang dibawa:Perlengkapan baju dan celana, susu dan botol susu, handuk

Pengalaman disana:Aku membawa anakku Athalla (15 bulan) bersama embaknya kesana.Aku pede banget dapet makan pagi, jadi aku membawa athalla tanpa

sarapan.ternyata, sampai disana jam 08.00, masih sepi sekali. Sayangnya, aku mintasarapan buat athallah ga dikasih. Katanya, tunggu anak-anak yang lain, dan

kita akan sarapan bareng-bareng. Huaaa..kasian banget, padahal athalla sudah biasa

sarapan jam 7.30. Aku minta cemilan juga ga dikasih.

Katanya, anak-anak tidak dibiasakan untuk ngemilAkhirnya aku dan embaknya hunting makanan.

Untungnya, diseberang TPA ada koperasi

Page 14: tugas sosial

pegawai yang sudah buka, akhirnya aku beli wafer, dan sejenisnya untuk cemilan athalla.

Jam 8.30, aku pamit untuk ke kantor. Sampai dikantor, telpon embaknya, belum sarapan juga. Akhirnya sarapan diberikan jam 9.30. Huaaa...

Ternyata, menunya adalah Nasi dan Sayur Asem. Waakss...padahal athallah masih makan

nasi Tim (baru belajar makan nasi lembek).Jam 10.00 ada acara senam/joget bersama. Athallah seneeeeng banggets.

Dia langsungjoget-joget dengan riang gembira. tapi dirumah athallah sudah tidur, walhasil

dia sudah mulaimengantuk. Acara lalu dilanjutkan (untuk anak yang lebih besar 3-5tahun) sambil duduk di kursi dan meja (seperti di preschool), tapi athallah sibuk

maen kesana kemari.Ternyata, waktu tidur disitu adalah jam 12.00, setelah makan siang.

Walhasil, Athallahreweeel sekali. Dia tidak mau makan, dan akhirnya tertidur tanpa makan. Jam 12.30 Aku maen kesana, suasana di TPA sepi sekali, lampu dimatikan. Anak-anak sedang tertidur. Sebelumnya ada acara mendongeng sebelum

tidur.

Aku minta embaknya untuk beli makanan instan di Carrefour (untung sebelahan), secara Athallah belum makan.

Jam 14.00 Bangun, dan mandi. Acara bebas sampe dijemputJam 16.00 Aku jemput Athallah deh.

HASIL REVIEW:Sebenarnya, TPA Mekar Asih lumayan lah, apalagi ada kegiatan terpimpin

(acara bersama)tapi kurang friendly dengan anak yang berusia dibawah 2 tahun.

Menu makanan untuk anak dibawah 2 tahun disamakan dengan yg lebih besar alias tidak disediakan, tapi kita (orangtua) juga tidak diberitahu. Kalau diberitahu, mungkin lebih siap, karena akan menyiapkan makanan sendiri. Mbaknya Athallah juga cerita, kalau dapurnya kurang bersih, dan ibu-ibu

disana kurang usaha supaya anak-anak bisa makan lebih banyak (kalo anak tidak mau makan lagi, ya sudah).

Oia, satu lagi...ternyata toilet training yang dimaksud hanya diperuntukkan anak yang sudah bisa bicara (bilang "ee' atau pipis")

TIPS:Kalau ingin di TPA Mekar Asih, anak harus sudah sarapan dari rumah terlebih

dahulu,untuk anak yang lebih kecil, bawa makanan sendiri dan siapkan diaper atau

popok kain.

Tanggung Jawab Sosial Paksaan atau Komitmen

Page 15: tugas sosial

Media Indonesia

KEBAJIKAN sosial bukan lagi sebuah keikhlasan, melainkan sebuah paksaan. Ia bukan lagi sesuatu yang lahir karena komitmen moral, melainkan karena diperintahkan undang-undang.Itulah yang terjadi dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas yang baru, yang disetujui DPR untuk disahkan, Jumat (20/7).

Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas itu mewajibkan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan itu dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan. Dan, yang tidak melaksanakannya dikenai sanksi.

Indonesia pun akan termasuk negara paling hebat di dunia karena semua perusahaan yang bergerak dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam melakukan apa yang disebut sebagai corporate social responsibility (CSR). Tetapi jangan heran jika serentak dengan itu, Indonesia akan menjadi negara yang paling hebat aturan hukumnya mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, tetapi dalam kenyataan semua itu cuma bagus di atas kertas.

Selama hukum masih dapat dibeli, selama itu pula kewajiban CSR tersebut pun dapat dibeli. Indonesia bukan negara yang kekurangan undang-undang di bidang lingkungan hidup, tetapi semua kita tahu, perusakan lingkungan dilakukan dengan terbuka dan terus terang.

Karena biaya CSR dibebankan ke dalam biaya perusahaan, pada gilirannya biaya itu akan dimasukkan ke harga jual yang membuat harga produk lebih mahal. Ujung-ujungnya merugikan konsumen.

CSR mestinya merupakan komitmen moral. Perusahaan melaksanakan CSR dengan ketulusan, karena panggilan, dan bukan karena dipaksa undang-undang.

Yang harusnya dilakukan negara adalah merangsang perusahaan untuk bergairah melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Bukan menjadikan CSR sebagai biaya, melainkan sebagai cara untuk berbagi dan membagi keberhasilan. Untuk itu, negara lantas memberi rangsangan sehingga semakin mendorong perusahaan melaksanakan CSR dengan suka hati. Bukan dipaksa undang-undang.

Dari perspektif itu, CSR mestinya dengan suka hati diambil dari laba perusahaan. Dan perusahaan yang melaksanakan tanggung jawab sosial itu sebagai komitmen moral mendapat insentif berupa pengurangan pajak sehingga mendorong perusahaan lebih bergiat melakukan CSR.

CSR sesungguhnya merupakan salah satu bagian penting paradigma baru dalam memandang pertumbuhan perusahaan. Kompetisi bukan hanya ditentukan harga, kualitas, ketersediaan, dan pesanan massal, melainkan juga kesinambungan dan kelestarian (sustainability). Dalam sudut pandang itu, CSR bukan hanya urusan perusahaan yang berkecimpung dalam mengelola sumber daya alam. Di negeri ini, justru bukan perusahaan yang bergerak di bidang sumber daya alam yang menonjol kegiatan CSR-nya. Celakanya, Undang-Undang Perseroan Terbatas yang baru

Page 16: tugas sosial

seakan berasumsi bahwa perusahaan di luar sumber daya alam tidak perlu dan tidak penting melakukan CSR.

Mengatur CSR sebagai sebuah kewajiban dengan memasukkannya ke sistem hukum, jelas memperpanjang daftar yang tidak menyenangkan untuk berinvestasi di Indonesia. Tidak menyenangkan karena kebajikan sosial bukan lagi keikhlasan, melainkan paksaan. Perkara yang semestinya menjadi komitmen moral dipindahkan menjadi kewajiban hukum, yang dalam kenyataan justru dapat dibeli dengan mudah dan murah.