tugas satuan operasi dan proses - student blogblog.ub.ac.id/dody/files/2014/06/satopros-fix.pdf ·...

17
TUGAS SATUAN OPERASI DAN PROSES “RESUME JURNAL KRISTALISASI” Dengan Dosen Pengampu : Bp.Arie Febrianto, STP., MP. Disusun Oleh : Alam Surya Gemilang 125100318113038 Bayu Septian Widada 125100318113014 Farchan Arif 125100318113023 I Putu Dody Arisana 125100318113007 Ridha Akbari 125100318113022 TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014

Upload: phungtu

Post on 14-Apr-2018

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

TUGAS SATUAN OPERASI DAN PROSES

“RESUME JURNAL KRISTALISASI”

Dengan Dosen Pengampu : Bp.Arie Febrianto, STP., MP.

Disusun Oleh :

Alam Surya Gemilang 125100318113038

Bayu Septian Widada 125100318113014

Farchan Arif 125100318113023

I Putu Dody Arisana 125100318113007

Ridha Akbari 125100318113022

TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2014

KRISTALISASI

Kristalisasi adalah peristiwa pembentukan suatu kristal dari solute

dalam larutan toleransinya. Kristalisasi dapat terjadi sebagai pembentukan

partikel-partikel padat dalam uap seperti pada pembentukan salju sebagai

pembekuan lelehan cair. Sebagaimana dalan pembentukan kristal dari

larutan cair atau pembentukan kristal tunggal yang besar. Kristalisasi

dapat dilakukan dengan pendinginan, penguapan, dan penambahan

solvent bahan kimia. Kristalisasi dapat memisahkan suatu campuran

tertentu dari larutan multi komponen sehingga didapat produk dalam

bentuk kristal. Kristalisasi dapat juga dipakai sebagai salah satu cara

pemurnian karena lebih ekonomis.

Operasi kristalisasi terbagi menjadi beberapa tahahapan, yaitu

Membuat larutan supersaturasi (lewat jenuh), Pembuatan inti kristal dan

Pertumbuhan Kristal. Dalam proses kristalisasi harus di capainya suatu

kondisi supersaturasi, Cara mencapai supersaturasi Pendinginan, yaitu

mendinginkan larutan yang akan dikristalka sampai keadaan

supersaturasi dimana konsentrasi larutan lebih besar dari konsentrasi

larutan jenuh pada suhu tersebut. Penguapan Solvent Larutan disiapkan

dalam evaporator untuk dipekatkan, lalu dikristalkan dengan pendingn.

Cara ini digunakan untuk zat yang mempunyai kurva kelarutan agak

dalam. Evaporasi Adiabatis Larutan dalam keadaan panas bila dimasukan

ke dalam ruang vacuum, maka terjadi penguapan dengan sendirinya,

sebab tekanan totalnya menjadi lebih rendah dari tekanan uap solvent

pada suhu itu.

Penguapan dan turunya suhu disertai kristalisasi. Penambahan zat

lain yang dapat menurunkan kelarutan zat yang akan dikristalisasi,

misalnya larutan NaOH ditambah gliserol, maka kelarutan NaOH menjadi

turun dan larutan NaOH mudah diendapkan. Pembentukan Inti Kristal

Primary Nukleus, Proses pembentukan inti kristal karena larutan telah

mencapai derajat supersaturasi yang cukup tinggi. Homogen Nukleus dan

Nukleus disini pembentukannya spontan pada larutan dengan

supersaturasi tinggi, artinya nukleus terbentuk karena penggabungan

molekul-molekul solute sendiri, Heterogen Nukleus, embentukan inti

kristalnya masih dalam supersaturasi tinggi, namun dapat dipercepat

dengan adanya partikel-partikel asing seperti debu dan sebagainya.

Pertumbuhan Kristal Umumnya kristal yang berukuran > 100 kecepatan

tumbuhnya tidak tergantung pada ukuran, Derajat saturasi (oC)

merupakan faktor terpenting dalam proses pertumbuhan kristal. Larutan

yang berderajat saturasi tinggi, perbedaan konsentrasi antara permukaan

kristal dengan permukaan akan tinggi sehingga r dan oC juga semakin

tinggi.

PENYISIHAN FOSFAT DENGAN PROSES KRISTALISASI DALAM REAKTOR TERFLUIDISASI MENGGUNAKAN

MEDIA PASIR SILIKA PHOSPHATE REMOVAL BY CRYSTALLIZATION IN FLUIDIZED BED REACTOR USING SILICA SAND

Devina Fitrika Dewi1) dan Ali Masduqi1)

1)Jurusan Teknik Lingkungan FTSP–ITS Surabaya

Jurnal Purifikasi, Vol.4, No.4, Oktober 2003: 151-156

Kristalisasi adalah peristiwa pembentukan partikel zat padat

dalam dalam suatu fase homogeni. Kristalisasi dari larutan dapat

terjadi jika padatan terlarut dalam keadaan berlebih (di luar

kesetimbangan, maka sistem akan mencapai kesetimbangan dengan

cara mengkristalkan padatan terlarut. Kehadiran fosfat dalam air

menimbulkan permasalahan terhadap kualitas air, misalnya terjadinya

eutrofikasi. Keuntungan pengolahan permasalahan kualitas air dengan

kristalisasi adalah dihasilkannya kristal fosfat yang hampir murni dan

berkadar air rendah. Pada penelitian ini, proses kristalisasi

dilangsungkan dalam reaktor terfluidisasi dengan media pasir silika

dan menggunakan reaktan Ca. Faktor yang dikaji dalam penelitian ini

adalah mencari nilai pH dan perbandingan molar Ca : PO4 yang

menghasilkan penyisihan fosfat terbesar.

Proses kristalisasi untuk penyisihan fosfat Proses ini dilakukan

dalam reaktor terfluidisasi dengan media pasir silika. Reaktor terbuat

dari tabung kaca berdiameter 50 mm. Influen limbah dan influen reaktan

berada di bagian bawah reaktor, sementara efluen berada di bagian atas.

Langkah-langkah percobaan yang dilakukan yaitu :

1. Limbah buatan dan larutan reaktan ditempatkan pada

masing-masing bak penampung dan pengatur tekanan yang

mempunyai elevasi sama.

2. Secara bersamaan air dialirkan menuju influen reaktor yang

terletak di bagian bawah.

3. Selanjutnya air mengalir ke atas (upflow) yang menyebabkan

terjadinya media pasir silika terfluidisasi.

4. Karena pertumbuhan kristal membesar, maka air akan menuju

ke efluen yang berada di bagian atas reaktor.

5. Pemeriksaan kadar fosfat dilakukan pada sampel yang diambil

di influen dan di efluen reaktor dengan rentang waktu tertentu.

Percobaan Pendahuluan

Percobaan pendahuluan bertujuan untuk mengetahui rentang

nilai pH yang menghasilkan penyisihan fosfat terbesar. Pada Gambar 2

dapat dilihat kecenderungan nilai pH.

Berdasarkan percobaan pendahuluan dan distribusi senyawa fosfat

berdasar nilai pH, maka ditentukan rentang pH 9 hingga 11, dengan

tujuan untuk mendapatkan pH optimum pembentukan kristal Calcium

phosphate. Nilai pH sangat berpengaruh dalam menentukan efisiensi

proses.

Percobaan dengan fluidasi dan tanpa fluidasi media pasir silika

Hal ini untuk melihat pengaruh fluidisasi terhadap penyisihan fosfat

dengan proses kristalisasi. Pada gambar 4 didapatkan hasil bahwa

penyisihan fosfat dengan media yang terfluidisasi lebih besar

dibandingkan dengan tanpa fluidisasi.

Pada Gambar 5 terlihat bahwa untuk nilai pH 10 dan 11,

mempunyai penyisihan fosfat yang cenderung tinggi, pada rentang

65 hingga 80%. Dengan membandingkan nilai rata-rata (mean)

ketiga pH, diperoleh bahwa pH 10 mempunyai persentase penyisihan

fosfat paling tinggi sebesar 76,5%. Kondisi pH dianggap sangat

berpengaruh terhadap penyisihan fosfat dan proses pembentukan kristal.

Sehingga, disimpulkan bahwa nilai pH yang memberikan hasil

penyisihan maksimum untuk operasi adalah 10, sesuai dengan plot

kesetimbangan larutan untuk Calcium phosphate.

Uji korelasi

Hubungan antara pH 10 dengan penyisihan fosfat diperoleh

sangat signifikan (0,76) berarti nilai penyisihan fosfat berbanding

lurus dengan waktu sampel. Sementara untuk pH 9 dan pH 11,

kurang signifikan (0,4), berarti nilai penyisihan fosfat cenderung stabil.

Untuk mengetahui nilai perbandingan molar paling optimum, diperoleh

dengan membandingkan nilai rata-rata (mean) ketiga variasi. Nilai rata-

rata pada perbandingan molar 19/5 paling tinggi (72,11%). Nilai

korelasinya yang kurang signifikan, menunjukkan bahwa sejak menit

awal reaksi pun, penyisihan fosfat pada perbandingan molar 19/5,

sudah besar dan cenderung tetap (dilihat dari gambar 5).

Perbandingan molar 19/5, yang merupakan variasi

perbandingan terbesar dibandingan dua variasi lainnya membuktikan

bahwa kondisi kejenuhan larutan mempengaruhi proses pembentukan

kristal. Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin besarlah kemungkinan

untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju pembentukan

inti. Dari hasil percobaan yang dilakukan, dapat dibuktikan bahwa

semakin jenuh larutan (semakin tinggi perbandingan molar ), maka

semakin besar penyisihan fosfat. Proses didasarkan pada pengkristalan

dari calcium phosphate dengan pencampuran dari larutan fosfat

(limbah) dengan reaktan (ion calcium) dalam kondisi pH basa.

Kondisi basa tersebut diperlukan untuk menjadikan arah reaksi

bergeser ke kanan pada kesetimbangan kimia, seperti pada persamaan

di bawah, menjadikan terjadinya kondisi supersaturasi seperti pada

persamaan 2 berikut ini :

Pada reaktor fluidized bed, larutan fosf at, dan reaktan Ca

dialirkan dari dasar reaktor, sehingga terjadi fluidisasi dan

percampuran sempurna. Kondisi supersaturasi akan mengakibatkan

terjadinya reaksi antara fosfat dengan ion Ca menghasilkan kristal

calcium phosphate. Sewaktu reaksi pembentukan kristal calcium

phosphate, juga terjadi kontak dengan seed material yaitu pasir silika (Si

O2). Seed material berfungsi sebagai tempat penumbuhan kristal,

dengan menggunakan seed material, kondisi yang sesuai untuk

kristalisasi tak mesti harus supersaturasi, sehingga kemungkinan

terjadinya kristalisasi lebih besar.

Kristalisasi dapat terjadi dengan primary nucleation

(pembentukan inti kristal dengan kondisi supersaturasi murni) atau

secondary nucleation (nukleasi dan penumbuhan kristal terjadi pada

seed material dengan kondisi metastable atau di bawah supersaturasi).

Kemudian terjadilah proses pengkristalan pada permukaan pasir silika

(Hirasawa dkk, 1990, dan Battistoni dkk, 2001).

MESIN-MESIN KRISTALISASI DALAM INDUSTRI

1. Evaporator Cristallizers

Kristaliser jenis ini mengkombinasikan antara pendinginan dan

evaporasi untuk mencapai kondisi supersaturasi (larutan lewat jenuh).

Pada gambar diatas terlihat bahwa umpan berupa larutan

induk terlebih dahulu dilewatkan melalui sebuah Heat Exchangers

untuk dipanaskan. Heat exchangers tersebut berada didalam

evaporator. Didalam evaporator terjadi flash evaporation yaitu, terjadi

pengurangan jumlah atau kandungan pelarut dan terjadi peningkatan

kosentrasi zat terlarut. Dimana pada saat itu juga, keadaan zat terlarut

sudah lewat jenuh atau supersaturasi. Larutan yang sudah berada

pada keadaan lewat jenuh tersebut dialirkan menuju badan crystallizer

untuk diperoleh padatan berupa kristal. Dimana pada badan

crystallizer terdapat mekanisme kristalisasi yaitu nukleasi dan

pertumbuhan kristal.

Produk kristal dapat diambil sebagai hasil pada bagian bawah

crystallizer, namun tidak semua proses berjalan sempurna atau dengan

kata lain tidak semua cairan induk berubah menjadi padatan kristal.

Karena itu ada proses pengembalian kembali hasil pipa sirkulasi

(circulating pipe) atau proses recycle hasil kristaliasi. Terlihat bahwa

umpan dan campuran umpan dengan hasil yang masih belum

padatan, dialirkan dengan paksa atau forced circulation, serta

adanya Heat Exchangers dapat membuat kenaikan titik didih yang

sempurna. Kenaikan titik didih pada Heat Exchangers pada

Evaporator untuk dapat membuat larutan menjadi lewat jenuh berkisar

antara 3 – 100 oF untuk sekali lewat. Bila kenaikan titid didih yang

diharapkan untuk mendapatkan kristal yang baik tidak sesuai, maka

dapat digunakan beberapa evaporator untuk menaikan titik didih,

dimana kosentrasi zat terlarut akan meningkat juga. Karena mengalir

secara paksa menggunakan pompa, maka kecepatan aliran cukup tinggi,

sehingga akan mengakibatkan ketinggian permukaan larutan pada

crystallizer tidak tetap atau naik turun. Umumnya crystallizer jenis ini

dibangun dengan diameter 2 feet atau pada skala industri sekitar 4 feet

atau lebih.

PT Nestle Indonesia Kejayan. Menggunakan evaporator jenis

falling film evaporator dengan system multiple effects dengan 4

effects yang di susun secara parallel. Susu memasuki evaporator efek

pertama dengan suhu pemanasan yang telah ditentukan. Pada

evaporator effect kedua konsentrat diuapkan dengan suhu pemanas lebih

rendah yang di peroleh dari uap air ( vapor ) hasil pemanasan evaporator

effects pertama (Syafiudin, 2010).

PG Krebet Baru I. Mempunyai evaporator berjumlah lima buah

dalam susunan seri . dengan menggunakan system penguapan berser i

dapat didapatkan keuntungan yaitu apabiladigunakan empat

rangkaian badan maka dengan satu kilogram uap di dapat nira

kurang lebih satu kilogram apabila digunakan empat rangkaian badan

maka dengan satu kilogram uap dapat diuapkan kurang lebih empat

kilogram air dan apabila digunakan lima rangkaian maka dengan

satu kilogram uap dapat diuapkan kurang lebih lima kilogram

(Subiyantoro, 2010).

PTP Nusantara X (Persero) PG Pradjekan Bondowoso. Pada

tahapan ketiga dari proses pembuatan gula adalah proses penguapan

dengan evaporator. Penguapan nira dilakukan untuk mengurangi kadar

air dalam nir asampai diperoleh nira dengannkekentalan tertentu.

Penguapan ini dilakukan pada kondisi vacuum agar sukrosa yang

terkandung dalam nira tidak rusak atau pecah. Nira encer yang memiliki

brix 12-14% dikentalkan sehingga mencapai nilai brix 60-65% sehingga

air yang diuapkan sampai 50%. Penguapan dilakukan dengan

menggunakan system quadruple effect yang dalam hal ini uap dari

evaporator ter dahulu digunakan sebagai pemanas bagi evaporator

selanjutnya (Haikal, 2013).

2. Draft Tube Baff le Cristallizers

Draft tube baffle (DTB) crystallizers atau plat buang/tabung

isap kristalisasi merupakan salah satu dari beberapa jenis alat

kristalisator yang didasarkan pada prinsip pemisahan debu atau uap dari

bahan melalui fase lewat - jenuh yang ditingkatkan sehingga diperoleh

kristal – kristal yang besar. Alat ini dilengkapi dengan tabung jujut (draft

tube) yang berfungsi sebagai sekat untuk mengendalikan sirkulasi

magma, dan agitator propeller yang mengarah ke bawah untuk

memberikan sirkulasi yang terkendali di dalam kristalisator.

Berdasarkan gambar diatas, alat kristalisasi Draft Tube Baffle

Crystallizers mempunyai beberapa komponen di dalamnya. Adapun

komponen tersebut, yaitu :

a. Superheated Solution From Hearter and Recirculation Pump,

merupakan pompa sirkulasi yang letaknya pada bagian paling

bawah dari Crystallizer DTB yang berfungsi untuk mendorong

(mengalirkan) bahan yang berasal dari pusat ke Draft tube untuk

proses lebih lanjut.

b. Draft Tube, merupakan pipa isap bagian dalam dari

Crystallizer DTB sebagai pusat sirkulasi bahan.

c. Agitator, merupakan pemutar atau pengaduk.

d. Slurr y Withdrawal, merupakan tempat penarikan atau

pengambilan kembali.

e. Settling zone, merupakan zona penyelesaian. Pada zona ini

terdapat Clear Mother Liquor Overlow dan To Recirculation pump.

f. To Recirculation Pump

g. Clear Mother Liquor Overlow, merupakan tempat keluarnya

cairan induk.

h. Circulation Magma, merupakan tempat sirkulasi Magma

(hasil akhir kristallisator dari campuran Mother Liquor dengan

kristal.

i. Vapors Separation (pemisahan uap).

j. Demister

k. Proses Vapors Outlet, merupakan tempat proses keluaranya

uap.

Secara sederhana proses kerja Draft Tube Baffle (DTB) Cr

ystallizers dapat dibedakan menjadi dua bagian. Bagian pertama

adalah proses kristalisasi dan bagian kedua adalah proses klarifikasi.

Pada bagian kristalisasi, bahan sample dan cairan induk (mother liquit)

dimasukkan kedalam tangki DTB Cr ystallizers melalui sebuah pipa,

komponen ini akan mendorong bahan naik ke atas dalam suatu

tabung isap. Didalam tabung isap bahan akan tercampur dan

mengalami sirkulasi dengan bantuan Agitator (pemutar/pengaduk)

yang berada di dalam tangki bagian bawah, kedua bahan ini akan

membentuk magma melalui fase lewat-jenuh yang ditingkatkan.

Magma yang terbentuk akan mengalami perubahan density

sehingga uap yang terkandung di dalamnya akan terlepas

kepermukaan magma menuju ke Vapors Separ ation (pemisahan uap).

Magma yang mengalami perubahan density akan mengalami proses

nukleasi (pembentukan inti kristal), kristal yang terbentuk akibat proses

nukleasi akan mengendap kadasar larutan dan sebagian akan naik ke

permukaan. Kristal yang mengendap akan mengalami pemisahan

antar a kristal halus dan kristal kasar, pada zona penyelesaian sebagian

Kristal akan dikeluarkan dari dasar tangki dan selebihnya dijadikan

umpan bersama cairan induk untuk melakukan proses sirkulasi guna

melarutkan partikel-partikel halus yang masih mengendap. Pada

bagian klarifikasi akan terjadi pemisahan pada bentuk kristal, Kristal

yang sesuai dengan keinginan akan diambil dan kristal yang belum sesuai

(ukurannya besar/kasar) akan dikembalikan ke zona kristalisasi untuk

proses lebih lanjut. Dengan menggunakan alat kristalisasi Draft Tube

Baffle (DTB) Crystallizers diperoleh hasil produk berupa:

a. Natrium Karbonat (Sodium Carbonate)

b. Sodium Sulfat (Sodium Sulfate)

c. Natrium Nitrat (Sodium Nitrate)

d. Tembaga Sulfat (Copper Sulfate)

e. Kalsium Klorida (Calcium Chloride)

f. Amonium Sulfat (Ammonium Sulfate)

g. Kalium Klorida (Potassium Chloride)

Dalam penggunaan Draft Tube Baffle (DTB) Crystallizers

sebagai alat kristalisasi, terdapat beberapa keuntungan yang dapat

diperoleh, antara lain :

a. Mampu memproduksi kristal – kristal dalam bentuk

tunggal.

b. Siklus operasionalnya lebih panjang.

c. Biaya operasi lebih rendah.

d. Kebutuhan ruang minimum

e. Instrument dapat dikendalikan dengan mudah

f. Kesederhanaan operasi, memulai dan penyelesaian.

Salah satu pabrik yang menerapkan alat kristalisasi Draft Tube

Baffle (DTB) adalah PT. Petrokimia Gresik. PT. Petrokimia Gresik

merupakan produsen pupuk terlengkap di Indonesia yang memproduksi

berbagai macam pupuk, seperti Urea, ZA, SP-36, ZK, NPK Phonska,

NPK Kebomas, daan pupuk organik. Selain itu, PT. Petrokimia Gresik

juga memproduksi produk non pupuk, antara lain Asam Sulfat, Asam

Fosfat, Amoniak, Dry Ice, Aluminum Fluoride, Cement Retarder, dll.

Keberadaan PT Petrokimia Gresik adalah untuk mendukung program

Pemerintah dalam rangka meningkatkan produksi pertanian dan

ketahanan pangan Nasional.

Pabrik ini menggunakan alat Draft Tube Baffle (DTB) sebagai

salah satu alat dalam proses pembuatan pupuk ZA atau Ammonium

Sulphate. Pabrik pupuk Zwavelzure Ammonia (ZA) ini menggunakan

proses Carbonation yang secara garis besar dibagi menjadi :

a. Carbonation

b. Reaksi dan Penyerapan Gas

c. Filtrasi

d. Netralisasi

e. Kristalisasi

f. Pengeringan dan Pendinginan Kristal

g. Penampungan Produk

3. Vacuum Pans

Vacuum pan merupkan alat yang berfungsi sebagai tempat

pembentukan inti kristal. Prinsip kerjanya yaitu pengurangan kadar air

pada kondisi vacuum. Proses kristalisasi yang dibuat pada kondisi

vaccum bertujuan agar suhu yang digunakan untuk pemasakan tidak

terlalu tinggi yaitu berkisar antara 60-650C sehingga tidak merusak

bahan. Kecepatan masakan di vaccum pan dipengaruhi oleh

kepekatan (brix) larutan thick liquor, semakin tinggi kepekatan

maka proses pemasakan semakin cepat. Hasil dari proses

kristalisasi disebut masscuite. Massecuite kemudian ditampung dalam

receiver. Pada receiver terjadi pengadukan agar larutan tidak

membentuk gumpalan kristal (Dwiastuti, 2010).

Prinsip vacuum pan dan kontruksinya hampir sama dengan

evaporator. Perbedaannya pada vacum pan bekerja secara individual

(sendiri) sedangkan pada evaporator bekerja secara paralel. Pada

proses kristalisasi pada stasiun masakan, diharapkan dapat diperoleh

hasil dan daya guna yang tinggi antara lain (Desa, 2004):

a. Pembentukan inti kristal.

b. Pembentukan inti kristal sampai didapat ukuran yang

diharapkan

c. Merapatkan kristal sehingga dihasilkan produk masakan

yang tinggi.

Vacuum pan merupakan hasil modifikasi dari short tube

vertical evaporator. Peracangan sistem impeller ini dibuat dengan alur

peredaran cairan dari atas ke bawah, dimana feed dibuat agar masuk dari

satu titik didasar bejana. Penerapan impeller ini secara efektif dapat

meningkatkan pergerakan stilling tube. Penambahan ini berguna untuk

menyeragamkan panas didalam vacuum pan dan kristal dapat tumbuh

dengan bebas (Desa, 2004).

Vacuum pan sering digunakan pada industri gula. Kristal gula

yang dimasukkan dalam vakuum pan akan mengalami pembesaran

hingga ukuran tertentu. Bahan yang dimasukkan yaitu nira kental,

gula leburan, dan molase. Hasil resultan dari kristalisasi adalah

berupa massecuite. Tingkat masakan (kristalisasi) dilaksanakan dalam

sistem ABC. Kristalisasi A dan B massecuite dikerjakan dengan

menggunakan batch pan yang dilengkapi dengan pengaduk,

sedangkan untuk C massecuite dikerjakan dengan continous pan

untuk "C" massecuite dikerjakan dengan continous pan (GMP, 2009).

Selain pabrik gula, pabrik produk susu seperti susu skim, susu

penuh, buttermilk, campuran es krim, dan lain-lain juga menggunakan

vacuum pan. Vacuum pan adalah suatu bejana yang digunakan

untuk kondensasi atau konsentrasi pada perpindahan sebagaian dari

air yang mendidih. Upaya menghindari efek negatif dari pemanasan

pada titik didih dengan atm, proses yang ada dalam bejana adalah

mengurangi temperatur dimana panas yang diterapkan tidak

menyebabkan perubahan yang tidak diinginkan pada produk (Tharp,

2013).

Beberapa industri yang menggunakan vacuum pan yaitu

Gunung Madu Plantation Lampung, PT Dharmapala Usaha Sukses

Cilacap, Pabrik Gula Madukismo Yogyakarta, Pabrik Gula Pesantren

Baru Kediri, dan lain-lain (Desa, 2004).

DAFTAR PUSTAKA

Desa, Douglas, O, J. 2004. Applied Technology and Instrumentation

for Process Control. Taylor & Francis. New York.

Dewi, Deviana, Fitrika dan Ali, Masduqi. 2003. Penyisihan Fosfat

dengan Kristalisasi dalam Reaktor Terfluidisasi menggunakan

Media Pasir Silika. Jurnal Purifikasi. 4[4]. 151-156.

Dwiastuti, Rini. 2010. Laporan Magang di PT Dharmapala Usaha

Sukses (Quality Control Gula Rafinasi). Fakultas Pertanian.

Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

GMP. 2009. Akses IT-GMP website Team. Lampung.

Haikal, Muhammad Irvan. 2013. Laporan PKL Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Produksi Gula pada PT P. Nusantara X (Persero)

PG Pradjekan Bondowoso.

Radit, S. 2011. Draft Tube Baffle Crystallizer. Diakses dari www.

wordpress.com pada 23 Juni 2014

Sirait, M. 2008. Analisis Proses Kristalisasi ZA atau Ammonium Sulfat

Pada Alat Draft Tube Baf fle Crystallizer di PT. Petrokimia Gresik .

Medan : Universitas Sumatera Utara.

Syaviudin, Imam Syafi’i. 2010. Laporan PKL Physical Tes Monitoring in

Line Laboratory di PT Nestle Indonesia Kejayan Factory Pasuruan.

Subiyantoro, Wahyu Kurniyawan. 2007. Laporan PKL Saluran Distribusi

Gula di Pabrik Gula Krebet Baru Malang.

Tharp, Bruce, W and Young, L, Steven. 2013. Tharp and Young on Ice

Cream: An Encyclopedia Guide to Ice Cream Scienceand

Technology. DEStech Publications Inc. USA. Diakses Dari

Http://www.petrokimia-gresik.com/za.asp pada 23 Juni 2014.