tugas pik-1_3_ramadani dwi k_h2so4-kamar timbal

4
TUGAS PIK-1_3_RAMADANI DWI K_H 2 SO 4 -KAMAR TIMBAL DISUSUN OLEH : RAMADANI DWI KURNIAWAN NIM : 14/367109/TK/42352

Upload: ramadanidwi

Post on 08-Dec-2015

221 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Tugas Pik-1_3_ramadani Dwi K_h2so4-Kamar Timbal

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Pik-1_3_ramadani Dwi K_h2so4-Kamar Timbal

TUGAS PIK-1_3_RAMADANI DWI K_H2SO4-KAMAR TIMBAL

DISUSUN OLEH :

RAMADANI DWI KURNIAWAN

NIM : 14/367109/TK/42352

Page 2: Tugas Pik-1_3_ramadani Dwi K_h2so4-Kamar Timbal

Proses Bilik Timbal

Proses bilik timbal yang dikembangkan pada pertengahan kedua abad ke-18,

membakar sulfur dalam bejana tanah liat. Sejumlah kecil SO3 yang dihasilkan

(bersamaan dengan SO2 yang menjadi produk utamanya) diembunkan dan

dimasukan ke dalam air untuk membuat asam sulfat. Suatu penemuan yang tak

sengaja mengungkapkan bahwa penambahan natrium nitrat dan kalium nitrat

meningkatkan rendemen SO3. Garam-garam ini terurai untuk menghasilkan

nitrogen dioksida yang bereaksi dengan SO2 dan menghasilkan SO3 :

SO2(g) + NO2(g) SO3(g) + NO(g)

Pada tahun 1736, Joshua Ward mengambil langkah penting berikutnya dengan

mengganti bejana tanah liat tempat sulfur dibakar dengan botol kaca besar yang

disusun berseri, untuk mempercepat proses.

Pengembangan bilik-timbal (lead chamber) berukuran kamar, yang digunakan

pertama kali oleh John Roebuck pada tahun 1746, secara dramatis memperluas

manufaktur asam sulfat. Produk dari bejana tanah liat yang kuno itu hanya beberapa

gram, dan botol kaca Ward dapat menghasilkan beberapa kilogram. Sebaliknya,

bilik-timbal dapat memproduk asam sulfat dalam jumlah ratusan pound hingga

berton-ton, menurunkan harga produk karena skalanya yang besar serta

menurunkan biaya tenaga kerja. Dalam proses bilik-timbal, campuran sulfur dan

kalium nitrat diletakan dalam cedok (ladle) dan dibakar di dalam bilik besar yang

dilapisi timbal, lantainya digenangi dengan air. Gas mengembun pada dinding dan

diabsorpsi oleh air. Sesudah proses ini diulang beberapa kali, asam sulfat encer

diambil dan dididihkan untuk memekatkannya lebih lanjut. Pengembangan terakhir

meliputi penghembusan uap air untuk mempercepat reaksi dengan air dan

menyebarkan gas serta memisahkan bilik pembakar dari bilik absorpsi.

Joseph Gay Lussac mengambil langkah maju yang nyata pada tahun 1835 ketika ia

membangun menara untuk mengambil kembali NO yang sebelumnya telah

dihembuskan keluar dan dan mengkonversinya kembali menjadi NO2 melalui reaksi

Page 3: Tugas Pik-1_3_ramadani Dwi K_h2so4-Kamar Timbal

dengan oksigen. Tepatnya, dalam menara Gay Lussac, NO dikonversikan menjadi

asam Nitrit (HNO2) yang dilarutkan dalam asam sulfat berair;

2NO(g) + ½ O2(g) + H2O(l) 2HNO2(aq)

Asam nitrit kemudian direaksikan dalam menara kedua yang diberi nama sesuai

dengan pengembangannya, John Glover untuk mengoksidasi sulfur dioksida :

2HNO2(aq) + SO2(g) H2SO4(g) + 2NO(g)

Reaksi keseluruhan langkah-langkah ini ternyata :

SO2(g) + ½ O2(g) + H2O(l) H2SO4(aq)

Pendaur ulangan oksida nitrogen sangat mengurangi konsumsi natrium nitrat atau

kalium nitrat, yang hanya sekarang diperlukan untuk menggantikan dalam

kehilangan dalam proses. Disamping itu, menara Glover memproduksi asam sulfat

yang lebih pekat 75 sampai 85 persen H2SO4 berdasar massa dibandingkan 60

sampai 70 persen yang diperoleh dengan metode terdahulu. Berikut adalah proses

mendapatkan asam sulfat dengan cara bilik timbal.

Gambar 8. Proses Bilik Timbal

Page 4: Tugas Pik-1_3_ramadani Dwi K_h2so4-Kamar Timbal

Referensi

https://heruagungsaputra.files.wordpress.com/2013/09/1-makalah-belerang-dan-asam-sulfat.doc diakses pada tanggal 19 September 2015 pukul 22:50 WIB (gambar ada di halaman 22)