makalah pik

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi interpersonal (komunikasi antarpribadi) merupakan suatu keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka serta menjalin komunikasi antar sesamanya. Selain itu, ada sejumlah kebutuhan di dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan lewat komunikasi dengan sesamanya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terampil berkomunikasi. Namun, untuk mencapai suatu keterampilan tersebut tidak akan terlepas dari konflik-konflik yang timbul. Komunikasi interpersonal meliputi komunikasi antara atasan- bawaha, suami istri, ataupun yang lain dan didominasi oleh salah satu pihak. Karya tulis ini akan membahas tentang konflik-konflik yang terjadi antara Suami dan Istri dengan memakai berbagai sudut pandang dan teori yang mendasarinya. 1.2 Perumusan Masalah

Upload: laras-gita-lestari

Post on 26-Jun-2015

240 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah PIK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi interpersonal (komunikasi antarpribadi) merupakan suatu

keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha

membuka serta menjalin komunikasi antar sesamanya. Selain itu, ada

sejumlah kebutuhan di dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan lewat

komunikasi dengan sesamanya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk

terampil berkomunikasi. Namun, untuk mencapai suatu keterampilan tersebut

tidak akan terlepas dari konflik-konflik yang timbul. Komunikasi

interpersonal meliputi komunikasi antara atasan-bawaha, suami istri, ataupun

yang lain dan didominasi oleh salah satu pihak. Karya tulis ini akan

membahas tentang konflik-konflik yang terjadi antara Suami dan Istri dengan

memakai berbagai sudut pandang dan teori yang mendasarinya.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam komunikasi interpersonal (komunikasi antapribadi) mencakup

komponen-komponen dalam berbagai aspek yang ada diantaranya dapat

dilihat dari aspek komunikan atau komunikator yang didominasi oleh salah

satu pihak tetapi seharusnya, kedua belah pihak memiliki kesempatan yang

sama dalam berbicara. Di lihat dari komponen yang lain seperti efek dan feed

back dapat diketahui secara langsung walaupun bersifat negatif sekalipun.

Komponen yang terakhir dalam komunikasi interpersonal yaitu pesan yang

disampaikan dapat langsung diberikan kepada komunikan walaupun

terkadang terjadi kesalahan persepsi.

Page 2: makalah PIK

1.3 Identifikasi Masalah

Hubungan interpesonal antara suami istri tidak terlepas dari konflik-

konflik yang mendasarinya. Banyaknya suami yang medominasi dari

hubungan tersebut mengakibatkan istri mengalami tekanan dan pada akhirnya

dapat menganggu kejiwaannya. Dapat dilihat dari banyaknya istri yang bunuh

diri ataupun menggugat cerai suaminya. Selain itu perbedaan persepsi yang

sangat besar menganggu hubungan tersebut dan dapat mengakibatkan

perceraian. Salah satu pihak baik suami atau istri terkadang selalu egois dan

tidak mementingkan kepentingan bersama, dan anak selalu menjadi korban.

Makalah kali ini akan membahas semua yang telah dipaparkan diatas secara

lebih rinci lagi.

Page 3: makalah PIK

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Komunikasi interpersonal (komunikasi antarpribadi) adalah komunikasi

antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap persetanya

menangkap reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal maupun non

verbal.

(Deddy Mulyana, M. A., Ph.D. dalam Ilmu Komunikasi. Hal 73)

Komunikasi antarpersona (interpersonal communication) adalah komunikasi

persona tatapmuka berlangsung secara dialogis sambil saling menatap

sehingga terjadi kontak pribadi (personal contact).

(Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M. A. dalam Ilmu Komunikasi. Hal 125)

Komunikasi antarpersona (interpersonal communication) adalah komunikasi

antara komunikan dengan seorang komunikator.

(Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M. A. dalam Dinamika Komunikasi. Hal

8)

2.2 Karakteristik

Komunikasi dilakukan oleh dua orang (peserta komunikasi) komunikan dan

komunikator memiliki kesempatan yang sama dalam berbicara atau

bergantian.

Komunikasi yang dilakukan bersifat langsung (face to face) atau dyadic.

Efek dan feed back dapat diketahui secara langsung.

Muatan dalam konteks komunikasi interpesonal bersifat psikologis.

Page 4: makalah PIK

Selain itu karakteristik komunikasi interpersonal sebagai proses transaksional

memiliki berbagai prinsip yaitu :

1. Komunikasi interpersonal tidak terelakan (inescapable).

2. Komunikasi interpersonal tidak bisa ditarik kembali (irreversible).

3. Komunikasi interpersonal bersifat kompleks (complicated).

4. Komunikasi interpersonal bersifat kontekstual (contextual).

2.3 Lima Taraf Komunikasi Interpersonal

Taraf kelima adalah basa-basi. Ini merupakan taraf paling dangkal. Biasanya

terjadi antara dua orang yang bertemu secara kebetulan.

Taraf keempat yaitu membicarakan orang lain. Di sini orang sudah muali

saling menanggapi, namun tetap masih tetap pada taraf dangkal, khususnya

belum mau berbicara tentang diri masing-masing.

Taraf ketiga adalah menyatakan gagasan dan pendapat. Kita sudah mau saling

membuka diri, saling mengungkapkan diri. Namun, pengungkapan diri

tersebut masih terbatas pada taraf pikiran.

Taraf kedua adalah hati atau perasaan. Ada yang mengatakan bahwa emosi

atau perasaan adalah unsur yang membedakan orang yang satu dari yang lain.

Taraf pertama adalah hubungan puncak. Komunikasi pada taraf ini ditandai

dengan kejujuran, keterbukaan, saling percaya yang saling percaya yang

mutlak diantara kedua belah pihak.

2.4 Komunikasi yang Efektif dalam Komunikasi Interpersonal

Komunikasi disebut efektif apabila penerima menginterpretasikan pesan yang

diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirimnya. Kenyataannya,

seringkita gagal saling memahami atau terjadi kesalahfahaman dalam komunikasi

tersebut.

Page 5: makalah PIK

Beberapa sumber kesalahfahaman.

1. Sumber-sumber hambatan yang bersifat emosional dan sosial atau

kultural. Misalnya, karena kita tidak suka pada seseorang maka semua

kata-katanya kita tafsirkan negatif.

2. sering kita mendengarkan dengan maksud sadar maupun tida sadar

untuk memberikan penilaian dan menghakimi si pembicara.

Akibatnya, ia menjadi bersikap defensif. Artinya, bersikap menutup

diri dan sangat berhati-hati dalam berkata-kata.

3. sering, kita gagal menagkap maksud konotatif dibalik ucapannya

kendati kita sepenuhnya tahu arti denotatif kata-kata yang digunakan

oleh seorang pembicara.

4. kesalahfahaman atau distorsi dalam komunikasi sering terjadi karena

kita tidak saling mempercayai.

Mengirimkan Pesan secara Efektif

Ada 3 sarat yang harus dipenuhi dalam mengirimkan pesan secara efektif :

1. Kita harus mengusahakan agar pesan-pesan yang kita kirimkan mudah

dipahami.

2. Sebagai pengirim kita harus memiliki kredibilitas dimata penerima.

3. Kita harus berusaha mendapatkan umpan balik secara optimal tentang

pengaruh pesan kita itu dalam diri penerima. Dengan kata lain, kita

harus memiliki kredibilitas dan terampil mengirimkan pesan.

2.5 Unsur-unsur Komunikasi Interpersonal

1. Sumber

Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian

pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri.

Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dan dokumen, ataupun

sejenisnya.

Bila diklasifikasikan maka sumber dapat berbentuk:

Page 6: makalah PIK

- Lembaga: universitas, sekolah tinggi, akademi, dan lain-lain.

- Persona: Rektor, dekan, direktur, karena jabatan, dan lain-lain.

- Nonlembaga/nonpersona: buku pedoman universitas, buku

pedoman fakultas, undang-undang dasar, dan lain-lain.

2. Komunikator

Dalam komunikasi, setiap orang ataupun kelompok dapat

menyampaikan pesan-pesan komunikasi itu sebagai suatu proses,

dimana komunikator dapat menjadi komunikan, dan sebaliknya

komunikan dapat menjadi komunikator.

a. Penampilan

Khusus dalam komunikasi tatap muka atau yang menggunakan

media pandang dengan audio visual, seorang komunikator harus

menyesuaikan diri dengan lingkungan dan komunikan serta

disesuaikan dengan tata krama.

b. Penguasaan Masalah

Seseorang yang tampil/ditampilkan sebagai komunikator

haruslah betul-betul menguasai masalahnya. Apabila tidak, maka

setelah proses komunikasi berlangsung akan menimbulkan

ketidakpercayaaan terhadap komunikator dan akhirnya terhadap pesan

itu sendiri yang akan menghambat efektivitas komunikasi.

c. Penguasaan Bahasa

Komunikator harus menguasai bahasa dengan baik. Bahasa ini

adalah bahasa yang digunakan dan dapat dipahami oleh komunikan.

Sebaiknya bahasa yang digunakan adalah bahasa yang baik dan benar.

3. Pesan

Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh

komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan (tema) yang sebenarnya

menjadi pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan

Page 7: makalah PIK

tingkah laku komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas

berbagai segi, namun inti pesan dari komunikan akan selalu mengarah

kepada tujuan akhir komunikasi itu.

a.Penyampaian Pesan

Melalui lisan, tatap muka, langsung, atau menggunakan

media/saluran.

b.Bentuk Pesan

- Informatif

Bersifat memberikan keterangan-keterangan (fakta-

fakta), kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan

keputusan sendiri.

- Persuasif

Berisikan bujukan, yakni membangkitkan pengertian

dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan

memberikan perubahan sikap, tetapi perubahan ini adalah atas

kehendak sendiri (bukan dipaksakan).

- Koersif

Penyampaian pesan yang bersifat memaksa dengan

menggunakan sanksi-sanksi apabila tidak dilaksanakan.

c.Merumuskan Pesan yang mengena

- Umum (dipahami seluruh audiens)

- Jelas dan gamblang (pesan harus benar-benar jelas tidak

samar-samar)

- Bahasa yang jelas (gunakan bahasa yang dipahami oleh

seluruh audiens)

- Positif (pesan yang disampaikan harus bersifat positif)

- Seimbang (tidak memihak antara yang baik dan yang buruk,

lebih bersikaf netral)

- Sesuaikan dengan keinginan komunikan (sesuaikan dengan

keadaan, waktu, dan tempat).

Page 8: makalah PIK

d.Hambatan-Hambatan terhadap Pesan

Sering kali kita alami dalam komunikasi, lain yang dituju tapi

lain yang diperoleh. Dengan perkataan lain apa yang diharapkan tidak

seuai dengan kenyataan. Hal ini disebabkan adanya hambatan-

hambatan, terutama adalah:

- Hambatan bahasa

Pesan akan disalahartikan sehingga tidak mencapai apa yang

diinginkan, apabila bahasa yang digunakan tidak dipahami oleh

komunikan.

- Hambatan teknis

Pesan dapat tidak utuh diterima komunikan karena gangguan

teknis. Misalnya suara tidak sampai karena pengeras suara rusak,

bunyi-bunyian, halilintar, lingkungan yang gaduh, dan lain-lain.

4. Channel/Saluran

Channel adalah saluran penyampaian pesan, bisa juga disebut

dengan media. Media komunikasi dapat dikategorikan dalam dua bagian:

a. Media Umum

Media umum adalah media yang digunakan oleh segala bentuk

komunikasi, contohnya ialah radio CB, OHP, dan sebagainya.

b. Media Massa

Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi

massal. Disebut demikian karena sifatnya yang massal misalnya: Pers,

radio, film, dan televisi.

5. Komunikasi

Komunikasi dapat kita golongkan dalam tiga jenis, yakni: persona,

kelompok, dan massa. Dari segi sasarannya maka komunikasi

ditujukan/diarahkan ke dalam:

Page 9: makalah PIK

a. Komunikasi Persona

Komunikasi yang ditujukan kepada sasaranya yang tunggal.

Bentuknya bisa anjangsana, tukar pikiran, dan sebagainya.

b. Komunikasi Kelompok

Komunikasi yang ditujukan kepada kelompok tertentu.

Kelompok tertentu adalah suatu kumpulan manusia yang nyata dan

memperlihatkan struktur yang nyata pula.

c. Komunikasi Massa

Komunikasi yang ditunjukan kepada massa atau komunikasi

yang menggunakan media massa.

6. Efek

Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan

tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan.

Apabila sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka itu berarti

komunikasi berhasil, demikian juga sebaliknya. Efek ini sesungguhnya

dapat dilihat dari:

a. Personal Opinion

Pendapat pribadi, hal ini dapat merupakan akibat/hasil yang

diperoleh dari komunikasi. Personal Opinion adalah sikap dan

pendapat seseorang terhadap sesuatu masalah tertentu.

b. Public Opinion

Sering kita artikan sebagai pendapat umum. Pengertian adalah

penilaian sosial mengenai sesuatu hal yang penting dan berarti atas

dasar pertukaran pikiran yang dilakukan individu secara sadar dan

rasional.

c. Majority Opinion

Pendapat sebagian terbesar dari publik atau masyarakat. Inilah

misalnya yang harus dicapai oleh kampanye pemilu.

Page 10: makalah PIK

2.6 Profesionalisme dalam komunikasi interpersonal

Dalam komunikasi interpersonal, profesionalisme sangat berpengaruh.

Hal ini dapat mempengaruhi bagaimana komunikasi tersebut akan

berlangsung. Profesionalisme tidak hanya ditujukan dengan apakah kita tetap

berkomitmen dengan apa yang telah kita ucapkan tetapi juga kita menghargai

pendapat yang ditujukan orang lain kepada kita. Dapat dilihat dari hubungan

suami dan istri yang dituntut untuk memiliki profesionalisme yang cukup

tinggi.

Seperti contoh, seorang suami maupun istri dituntut untuk bersikap

professional jika suami dan istri tersebut sama-sama bekeja, tetap

melaksanakan apa kewajibannya baik sebagai suami maupuin istri. Suami

dituntut untuk menjalankan kewajibannya begitupun istri. Selain itu, mereka

harus saling menerima pendapat masing-masing, hubungan interpersonal

suami dan istri dapat terjjalin dengan baik apabila mereka dapat bersikap

terbuka dan lebih professional dalam menghadapi masalah. Mereka juga

dituntut untuk tidak membawa masalah diluar hubungan mereka, seperti

masalah di kantor ataupun yang lain ke dalam hubungan interpersonal mereka.

Jika dilakukan, mungkin saja mereka dapat menghadapi masalah yang lebih

komplek, ataupun dapat mengakibatkan perceraian.

Masalah-masalah yang timbul dapat diatasi bila kita mengatasinya

dengan sikap professional kita. Tetap berkomitmen dengan apa yang telah kita

ucapakan, dan tetap menghargai pendapat orang. Mengambil keputusan yang

tidak mementingkan diri sendiri tetapi untuk orang banya dan atas dasar

keputusan bersama.

Page 11: makalah PIK

BAB III

PEMBAHASAN

Menjaga keutuhan rumahtangga bukan soal mudah. Banyak sekali godaan

yang dapat menghancurkan hubungan. Apalagi, perkawinan adalah bersatunya 2 hati

yang memiliki karakter yang berbeda. Belum lagi jika pasangan suami-istri sama-

sama berkarier di luar rumah, sehingga waktu berkomunikasi dan berduaan pun

menjadi sangat terbatas, yang terkadang memicu timbulnya masalah.

1. MASALAH MENUMPUK

Terkadang, masalah-masalah tak diperhatikan oleh pasangan suami-istri, dan

bahkan dibiarkan begitu saja. Misalnya, tak memberi perhatian. Bahkan, bisa saja hari

ini pasangan kurang perhatian, besok bersikap kasar, esoknya lagi bersikap acuh pada

salah satu pihak. Salah satu pihak terkadang lebih memilih diam dan membiarkan

masalah menumpuk. Padahal, ini salah besar. Karena bila dibiarkan terus-menerus,

masalah tak bakal membaik, namun justru bertambah runyam. Hasil survei kami

memberitahukan 7 dari 10 pasangan suami-istri biasanya membiarkan masalah yang

ada menumpuk hingga akhirnya mengakibatkan pertengkaran yang tidak akan bisa

terhindari lagi.

2. KRITIK

Tak semua orang bisa menerima kritik, sekalipun kritik yang bersifat

membangun. Contohnya istri yang tak sudi menerima kritik dari suaminya soal

badannya yang makin hari makin mekar ke samping. Apalagi, setiap kali si istri

menyantap mie goreng kesukaan, ada saja kata-kata yang menyindir bentuk tubuhnya.

Jelas, istri tersinggung. Padahal tujuan si suami baik.

Page 12: makalah PIK

Jangan memberi kritik saat salah satu pihak baik suami maupun istri

berprilaku tidak benar. Jelas saja salah satu pihak yang diberikan kritik tersebut tidak

akan menerima. Jika ingin menyampaikan kritik yang membangun pada pasangan,

sampaikan di saat berdua menikmati waktu santai, misalnya. Misalnya Bapak Agus

yang selalu menyampaikan kritik secara halus kepada istrinya seperti, “Ma, Papa

senang, lho kalau bentuk pinggang Mama diperkecil ukurannya. Biar enak

merangkulnya. Kalau mama terlihat langsing, pasti akan semakin cantik!” Tentu,

pasangan tidak akan tersinggung, dibanding bila menyerangnya dengan kata-kata

pedas.

3. MENGHINA

Terkadang, tanpa disadari, apa yang diperbuat ataupun diucapkan salah satu

pihak baik suami maupun istri bisa menyinggung perasaan salah satu pihak.

Contohnya, “Bodoh banget sih! Masak mengerjakan hal semudah itu kamu tidak

mampu. Katanya sarjana tehnik, tapi televisi rusak saja harus ke tukang servis!” kata

Bapak Asep kepada istrinya yang apabila dia marah.

  Mendengar lontaran kata yang begitu pedas, jangan kaget jika salah satu pihak

merasa terhina, harga dirinya terinjak-injak. Apalagi jika dibumbui dengan kata-kata,

tolol, bodoh, nggak punya otak. Belum lagi apabila salah satu pihak hobi

menyampaikan sindiran yang bersifat sarkartis, seperti si Ompong (karena giginya

ompong) atau si Tambun (karena badannya gendut). Meski maksudnya bercanda,

tetapi bukan berarti dapat semena-mena menyampaikan kata penghinaan yang

menyinggung perasaan salah satu pihak baik suami maupun istri.

Dalam hubungan interpersonal antara suami dan istri pada khususnya ataupun

hubungan interpersonal yang lain tidak diperkenankan untuk menghina. Karena

hubungan interpersonal adalah hubungan yang lebih mendasari antara dua orang yang

lebih spesifik dan tahu karakter antara dua orang tersebut dan sangat berpengaruh

pada kejiwaan seseorang.

Page 13: makalah PIK

4. MEMBANDINGKAN-BANDINGKAN

Sifat suka membandingkan pasangan dengan orang lain, jika dibiarkan,

sungguh tak baik untuk keutuhan rumah tangga. Apalagi bila jika membandingkan

pasangan dengan orang yang lebih baik dari dia.

Istri bapak Syamsudin selalu membanding-bandingkan suaminya dengan

suami teman dekatnya. Dia selalu mengatakan, “Pa, Retno saja dibelikan mobil oleh

suaminya, kok aku ga sih?”. Bapak Syamsyudin tidak suka terhadap sikap istrinya

namun dia sangat menyayanginya dan mempertahankan pernikahannya.

5. DIAM MEMBISU

Inilah salah satu sikap yang "menyimpan" bahaya. Ketika pertengkaran tidak

bisa dihindari, bosan ribut-ribut, maka sikap yang diambil bisanya diam membisu.

Saling bertahan pada pendapat masing-masing, merasa dirinya lebih benar

dibandingkan pasangannya.

Banyak istri yang selalu diam walaupun suaminya salah sekalipun. Banyak

istri yang merasa takut diceraikan suaminya. Seperti contoh, Ibu Tika yang selalu

diam karena takut diceraikan suaminya walaupun suaminya selalu pulang malam. Itu

yang dia paparkan kepada kami saat kami mewawancarainya.

6. MENCARI PELARIAN

Mencari pelarian ke tempat hiburan atau curhat ke lawan jenis sering

dilakukan pasangan suami-istri yang sedang bermasalah. Dengan berbagi cerita pada

orang lain, mereka merasa bebannya akan jauh berkurang. Ini memang bisa saja jalan

keluar yan baik, apalagi jika orang yang diajak bicara bisa memberikan jalan keluar

yang tepat. Tapi, bisa saja malah menjadikan masalah menjadi tambah rumit dan

runyam sehingga salah satu pihak baik suami maupun istri menjadi tidak percaya

kepada pihak lain. Kebanyakan istri berbagi cerita kepada teman-teman arisannya.

Page 14: makalah PIK

7. DENDAM

Jika suatu hari, salah satu pihak baik suami maupun istri melalukkan

kesalahan yang tidak dapat dimaafkan oleh pihak lain. Misalnya, salah satu pihak

pernah memergoki ia selingkuh dengan wanita atau pria lain. Apapun bentuk

pernyataan maaf yang diungkapkan pasangan, tidak membuat hati pihak yang merasa

dirugikan luluh. Sekali dendam, tetap dendam. Merasa di pihak yang benar,dia akan

bertahan untuk tidak mau memaafkan dan terus membenci. Nah, karena pintu maaf

tidak terbuka, tak menutup kemungkinan pasangan akan mengulang kembali

perbuatannya, kan?. Kedua pasang suami istri tersebut tidak akan mendapatkan rasa

percaya lagi dan hubungan mereka akan mengalami pertengkaran dan bahkan bisa

saja terjadi perceraian.

Page 15: makalah PIK

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Komunikasi dalam hubungan suami-isrti sangatlah penting. Ini

mempengaruhi keutuhan dari rumah tangga itu sendiri. Konflik-konflik yang

terjadi seharusnya menjadi dasar agar hubungan tersebut menjadi lebih baik

lagi, memotivasi agar tidak saling salah persepsi. Pada dasarnya, hubungan

suami-istri harus didasari oleh pengertian satu sama lain sehingga dapat

terjalin komunikasi yang baik diantara kedua belah pihak.

Selain itu masalah-masalah tersebut dapat terjadi apabila kita tidak ada

sikap terbuka satu sama lain. Masing-masing tidak saling membuka diri maka

akan terjadi ketidaksejalanan antara keduanya. Dengan membuka diri tersebut,

maka mereka akan tau apa saja kemauan-kemauan masing-masing pihak, dan

jika itupun terjadi, maka mereka akan mencari jalan keluarnya.

Beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil adalah :

Mendasari hubungan dengan saling pengertian dan percaya.

Saling terbuka satu sama lain.

Selalu berpikiran positif terhadap pasangannya.

Menjadikan masalah yang timbul sebagai bumbu dari hubungan yang

ada.

Mengetahui karakteristik antara keduanya.

Page 16: makalah PIK

4.2 Saran

Sebaiknya bila ada masalah yang tidak berkenan di hati salah satu pihak,

segera utarakan. Jangan pendam sampai menggunung. Apalagi menunggu

pihak yang lainnya menyadari kesalahannya. Kalau ia sadar bahwa perbuatan

yang dilakukannya salah, pasti ia tidak akan melakukannya. Untuk itu, setiap

kali pasangan suami-istri mengalami masalah, cobalah menyelesaikannya

dengan pikiran dingin dan hati yang tenang. Pasti ada jalan keluarnya.

Sebenarnya, untuk menyampaikan kritik yang tepat pada sasaran tidaklah

sulit. Yang perlu diperhatikan adalah, cara penyampaiannya agar tidak

menyinggung perasaan. Nah, pergunakanlah bahasa yang sopan dan waktu

yang tepat untuk menyampaikannya.

Kalaupun salah satu pihak merasa tak puas dengan cara kerja pihak lain,

cobalah membiasakan diri bertutur dengan kata-kata sopan, sehingga pihak

yang lain tidak tersinggung.

Sadarilah bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Jangan

pernah membandingkan-bandingkan. Setiap orang pasti memiliki

kelebihannya masing-masing.

Cobalah untuk berintrospeksi. Mungkin ada benarnya juga ucapan pihak yang

satu terhadap pihak lain. Kalaupun pihak tersebut berencana mendiamkannya,

sebaiknya bukan dalam jangka waktu lama. Sebaiknya, tujuan berdiam diri

lebih untuk mencari ketenangan dan meredam emosi. Bila emosi sudah

terkendali, biasanya kedua belah pihak bisa menguasai diri. Tidak saling

menyalahkan, tetapi saling memaafkan. Tapi ingat, komunikasi dan saling

terbuka jauh lebih baik daripada berdiam diri.

Sadarilah bahwa setiap rumahtangga pasti punya masalah. Tergantung

bagaimana kedua belah pihak menyikapinya, apakah mau diperkecil atau

Page 17: makalah PIK

diperbesar. Nah, jika merasa masalah yang dihadapi adalah masalah besar dan

tidak ada jalan keluarnya, cobalah minta orang terdekat, misalnya mertua,

untuk menasihatinya. Jangan melibatkan orang ketiga dalam permasalahan

rumah tangga, karena jauh lebih berisiko.

Sifat mendendam sebaiknya dibuang jauh-jauh. Apalagi dendam pada

pasangan. Tentu, tak ada wanita yang tak sakit hati memergoki pasangannya

berselingkuh. Namun, jika ia sudah mengakui kesalahannya dan berjanji tidak

akan mengulanginya kembali. Kalau memang merasa sangat marah,

lakukanlah gertakan saja dan jangan terlalu memakai emosi yang berlebihan

karena akan terlalu beresiko.

Page 18: makalah PIK

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Drs. H. A. W. Widjajaja, 2000. “Ilmu Komunikasi Pengantar Studi”; Jakarta :

Rineka Cipta.

Page 19: makalah PIK

KOMUNIKASI ANTARA SUAMI DAN ISTRI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi

Disusun oleh :

1. Laras Gita Lestari 210110060078

2. Ane Andriana 210110060138

3. Nita Apriliany 210110060151

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Page 20: makalah PIK

UNIVERSITAS PADJAJARAN

2007

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan hasil studi yang

berjudul:”Komunikasi Antara Suami dan Istri”. Penyusunan karya tulis ini

dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata Kuliah Pengantar Ilmu

Komunikasi.

Dalam penyusunan karya tulis ini tidak terlepas dari berbagai kesulitan dan

hambatan, oleh karena itu penulis menyadari penyusunan hasil studi ini, masih jauh

dari kesempurnaan. Untuk itu segala kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis

harapkan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-

besarnya atas segala bimbingan, pengarahan dan bantuan-bantuan yang penulis

terima, sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ini.

Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak semoga amal

baik dari Bapak/Ibu serta rekan-rekan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Bandung, Juli 2007

Page 21: makalah PIK

Penulis