tugas perilaku kesehatan (theory of reasoned action)

35
TUGAS PERILAKU KESEHATAN Theory of Reasoned Action Disusun Oleh: FIANA FAIQOH 25010113130211 PUTRI UTAMI 25010113140212 ERIKA KUSUMA 25010113130213 BRIGITA NOVIANTI 25010113130214 AYU RAHMADANI 25010113130215 LINDA AGUSTINAWATI 25010113130216 DEVITA NUR APRILIA 25010113130217 DIANITA DESTI K. 25010113140218 UMMI KHAIRUNISA 25010113130219 NOVA ADIANI P. 25010113140220 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

Upload: putri-utami

Post on 14-Nov-2015

284 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

pk

TRANSCRIPT

TUGAS PERILAKU KESEHATANTheory of Reasoned ActionDisusun Oleh:FIANA FAIQOH 25010113130211PUTRI UTAMI25010113140212ERIKA KUSUMA25010113130213BRIGITA NOVIANTI25010113130214AYU RAHMADANI25010113130215LINDA AGUSTINAWATI 25010113130216DEVITA NUR APRILIA25010113130217DIANITA DESTI K.25010113140218UMMI KHAIRUNISA25010113130219NOVA ADIANI P. 25010113140220FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS DIPONEGORO2015Teori of Reasoned Action

1. SejarahSejumlah teori-teori psikologi dikembangkan untuk meramalkan, menjelaskan, dan mengubah perilaku manusia. Teori-teori ini dapat dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu model kesadaran sosial (Social Cognition Models) dan model tingkatan (Stage Models). Ada lima model kesadaran sosial yang sering digunakan, akhir-akhir ini, secara luas oleh para peneliti Ilmu Kesehatan: The Health Belief Model, Protection Motivation Theory, Self-Efficacy Theory, The Theory Of Reasoned Action, dan The Theory Of Planned Behavior.Tahun 1969, Wicker memimpin survei dan review literatur secara luas terhadap hubungan sikap dan perilaku. Fishbein dan Ajzen ikut dalam survei dan review tersebut. Mereka ingin mengeksplorasi cara untuk memprediksi perilaku dan hasil (outcome). Mereka berasumsi bahwa 1 individu biasanya cukup rasional dan menggunakan informasi yang tersedia secara sistematis dan individu akan mempertimbangkan akibat dari tindakannya sebelum Ia memutuskan menampilkan atau tidak suatu perilaku. Setelah mereview semua penelitian yang pernah dilakukan oleh para ahli sebelumnya, mereka mengembangkan teori yang dapat memprediksi dan memahami perilaku dan sikap. Teori ini yang disebut Theory of Reasoned Action. Mulai tahun 1980 teori tersebut digunakan untuk mempelajari perilaku manusia dan untuk mengembangkan intervensi-intervensi yang lebih mengena. Pada tahun 1988, hal lain ditambahkan pada model reasoned action yang sudah ada tersebut dan kemudian dinamai Theory of Planned Behavior (TPB), untuk mengatasi kekurangadekuatan yang ditemukan oleh Ajzen dan Fishbein melalui penelitian-penelitian mereka dengan menggunakan TRA.Teori ini awalnya dinamai Theory of Reasoned Action (TRA), dikembangkan Tahun 1967, selanjutnya teori tersebut terus direvisi dan diperluas oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein. Mulai tahun 1980 teori tersebut digunakan untuk mempelajari perilaku manusia dan untuk mengembangkan intervensi-intervensi yang lebih mengena. Pada Tahun 1988, hal lain ditambahkan pada model reasoned action yang sudah ada tersebut dan kemudian dinamai Theory of Planned Behavior (TPB), untuk mengatasi kekurangan yang ditemukan oleh Ajzen dan Fishbein melalui penelitian-penelitian mereka dengan menggunakan TRA. Icek Ajzen adalah seorang profesor psikologi di University of Massachusetts. Ia menerima gelar Ph.D di bidang psikologi sosial dari University of Illinois dan selama beberapa tahun menjadi Visiting Professor at Tel-Aviv University di Israel. Ia banyak menulis artikel, dan bersama Martin Fishbein menulis berbagai paper, jurnal dan buku-buku mengenai Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behavior. Ajzen dan Fishbein menulis buku Understanding Attitude and Predicting Social Behavior yang telah banyak dipakai di kalangan akademik dan di wilayah psikologi sosial, yang diterbitkan pada tahun 1980. Martin Fishbein adalah seorang profesor pada Department of Psychology and the Institute of Communications Research pada University of Illinois di Urbana. Ia seorang konsultan pada the International Atomic Energy Agency, The Federal Trade Commission and Warner Communications, Inc. Bersama dengan Ajzen, ia telah menulis buku Belief, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory and Research pada tahun 1975. Ia juga telah banyak menulis buku-buku teks, dan artikel-artikel. Ia mulai berfikir mengenai peran sikap dalam mempengaruhi perilaku di awal 1960-an dan di awal 1970- an berkolaborasi dengan Ajzen mengembangkan Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behavior.

Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Dalam TRA ini, Ajzen (1980) menyatakan bahwa niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tersebut. Teori ini menghubungkan antara keyakinan (belief), sikap (attitude), kehendak (intention), dan perilaku (behavior). Ajzen mengemukakan bahwa niat melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap (attitude towards behavior) dan yang lain berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu norma subjektif (subjective norms).Dalam upaya mengungkapkan pengaruh sikap dan norma subjektif terhadap niat untuk dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku, Ajzen melengkapi TRA ini dengan keyakinan (beliefs). Dikemukakannya bahwa sikap berasal dari keyakinan terhadap perilaku (behavioral beliefs), sedangkan Norma subjektif berasal dari keyakinan normatif (normative beliefs).

Ajzen (1991) yang mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal; Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi juga oleh norma-norma objektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama norma- norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat berperilaku tertentu. Teori perilaku beralasan diperluas dan dimodifikasi oleh (Ajzen dalam Jogiyanto 2007) dan dinamai Teori Perilaku Terencana (theory of planned behavior). Inti teori ini mencakup 3 hal yaitu; yaitu keyakinan tentang kemungkinan hasil dan evaluasi dari perilaku tersebut (behavioral beliefs), keyakinan tentang norma yang diharapkan dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs), serta keyakinan tentang adanya faktor yang dapat mendukung atau menghalangi perilaku dan kesadaran akan kekuatan faktor tersebut (control beliefs).Jogiyanto (2007) berpendapat bahwa Intensi atau niat merupakan fungsi dari dua determinan dasar, yaitu sikap individu terhadap perilaku (merupakan aspek personal) dan persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau untuk tidak melakukan perilaku yang disebut dengan norma subyektif. Secara singkat, praktik atau perilaku menurut Theory of Reasoned Action (TRA) dipengaruhi oleh niat, sedangkan niat dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh keyakinan akan hasil dari tindakan yang telah lalu. Norma subyektif dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta motivasi untuk menaati pendapat tersebut. Secara lebih sederhana, teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya2. Konsep dan PengertianTheory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Ajzen. Teori ini menghubungkan antara keyakinan (belief), sikap (attitude), kehendak (intention) dan perilaku (behavior). Kehendak merupakan prediktor terbaik perilaku, artinya jika ingin mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik adalah mengetahui kehendak orang tersebut. Namun, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda (tidak selalu berdasarkan kehendak). Konsep penting dalam teori ini adalah fokus perhatian (salience), yaitu mempertimbangkan sesuatu yang dianggap penting. Kehendak (intetion) ditentukan oleh sikap dan norma subyektif.Ajzen (1991) yang mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal; Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi juga oleh norma-norma objektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat berperilaku tertentu. Teori perilaku beralasan diperluas dan dimodifikasi oleh Ajzen dan dinamai Teori Perilaku Terencana (theory of planned behavior). Inti teori ini mencakup 3 hal yaitu; keyakinan tentang kemungkinan hasil dan evaluasi dari perilaku tersebut (behavioral beliefs), keyakinan tentang norma yang diharapkan dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs), serta keyakinan tentang adanya faktor yang dapat mendukung atau menghalangi perilaku dan kesadaran akan kekuatan faktor tersebut (control beliefs).Jogiyanto (2007) berpendapat bahwa Intensi atau niat merupakan fungsi dari dua determinan dasar, yaitu sikap individu terhadap perilaku (merupakan aspek personal) dan persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau untuk tidak melakukan perilaku yang disebut dengan norma subyektif. Komponen pertama mengacu pada sikap terhadap perilaku. Sikap ini merupakan hasil pertimbangan untung dan rugi dari perilaku tersebut(outcome of the behavior). Disamping itu juga dipertimbangkan pentingnya konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi individu(evaluation regarding the outcome). Komponen kedua mencerminkan dampak dari norma-norma subyektif. Norma sosial mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggapnya penting(referent person)dan motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut. Secara singkat, praktik atau perilaku menurut Theory of Reasoned Action (TRA) dipengaruhi oleh niat, sedangkan niat dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh keyakinan akan hasil dari tindakan yang telah lalu. Norma subyektif dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta motivasi untuk menaati pendapat tersebut. Secara lebih sederhana, teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya.Contoh : Orang tua mempunyai harapan tentang keikut sertaan dalam program ini imunisasi bagi anak-anaknya. Mereka mungkin percaya bahwa imunisasi melindungi serangan-serangan penyakit (keuntungan), tetapi juga menyebabkan rasa sakit atau tidak enak badan dan juga mahal (kerugian). Orang tua akan mempertimbangkan mana yang lebih penting antara perlindungan kesehatan atau tangisan, mungkin anak panas dan mengeluarkan uang.Pertanyaan yang sering muncul ialah atas dasar apa seseorang mempunyai keyakinan dan norma sosial? Pertanyaan ini mencakup peran variabel eksternal, seperti variabel demografis, jenis kelamin, usia, yang tidak muncul secara langsung dalamtheory of reasoned action. Menurut Fishbein & Middlestadt variabel ini bukannya kurang penting, tetapi efeknya pada intensi (kehendak) dianggap diperantai oleh sikap, norma subyektif, dan berat relatif dari komponen-komponen ini.Keuntungan teori ini adalah memberi pegangan untuk menganalisa komponen perilaku dalam item yang operasional. Bagaimana sejumlah pencegahan harus dipertimbangkan supaya model ini dipergunakan dengan tepat. Fokus sasaran adalah prediksi dan pengertian perilaku yang dapat diamati secara langsung dan dibawah kendali seseorang. Artinya bahwa perilaku sasaran harus diseleksi dan diidentifikasikan secara jelas. Tuntutan ini memerlukan pertimbangan mengenai tidakan(action), sasaran(target), konteks(context), waktu(time).Lebih lanjut, sebuah konsep penting dalam teori ini ialah fokus perhatian(salience). Istilah ini mengacu intervensi yang efektif, pertama-tama harus menentukan hasil dan kelompok referensi yang penting bagi perilaku populasi yang dipertimbangkan. Hal ini berbeda dari dari perilaku populasi yang satu ke populasi yang lain. Ini mengacu pada norma nilai dan norma-norma dalam kelompok sosial yang diselidiki, sebagai indikator penting untuk memprediksikan perilaku yang akan diukur.Dengan menggunakan model Fishbein, dapat dikatakan yang penting bukankah budaya itu sendiri, tetapi cara budaya mempengaruhi sikap, intensi dan perilaku. Banyak penelitian di bidang sosial yang sudah membuktikan bahwaTheory of ReasonAction (TRA) ini adalah teori yang cukup memadai dalam memprediksi tingkah laku. Namun setelah beberapa tahun, Ajzen melakukan meta analisis, ternyata didapatkan suatu penyimpulan bahwaTheory Reason Action(TRA) hanya berlaku bagi tingkah laku yang berada di bawah kontrol penuh individu karena ada faktor yang dapat menghambat atau memfalisistasi relisasi niat ke dalam tingkah laku. Berdasarkan analisis ini, lalu Ajzen menambahkan suatu faktor yang berkaitan dengan control individu, yaituperceived behavior control (PBC). Penambahan satu faktor ini kemudian mengubahTheory of Reason Action (TRA) menjadiTheory of Planned Behaviour (TPB).

Keuntungan dan Kelemahan Theory of Reasoned Actiona. Keuntungan Theory of Reasoned ActionTeori ini memberikan pegangan untuk menganalisis komponen perilaku dalam item yang operasional. Focuk sasaran adalah prediksi dan pengertian perilaku yang dapat diamati secara langsung dan berada dalam kendali seseorang, artinya perilaku sasaran harus diseleksi dan diidentifikasi secara jelas. Tuntutan ini memerlukan pertimbangan mengenai perbedaan tindakan (action), sasaran (target), konteks (context), dan waktu (time). Contohnya, terdapat nilai dan norma di masyarakat bahwa diare bukan suatu penyakit tetapi sebagai hal yang alami dari tumbuh kembang anak. Hal tersebut berarti masyarakat memandang diare bukan focus perhatian yang penting. Contoh lain, focus perhatian perilaku seksual dan pencegahan AIDS tidak akan sama antara kelompok homoseksual dan kelompok lain tentang penggunaan kondom. Kelompok homoseksual percaya kondom dapat mencegah mereka terkena AIDS, tetapi bagi kelompok lain, pengguna kondom justru akan menyebarluaskna perilaku seksual.

b. Kelemahan Theory of Reasoned ActionKelemahan TRA adalah tidak mempertimbangkan pengalaman sebelumnya yang merupakan prediktor kuat untuk perilaku di masa mendatang (Safarino, 1990). Selain itu, TRA kadang-kadang nampak meremehkan akibat-akibat yang jelas dari variabel eksternal (variabel demografi, gender, usia, dan keyakinan kesehatan) terhadap pemebuhan kehendak perilaku (Shepard, 1986). Terdapat pula kelemahan yang lain yaitu bahwa kehendak dan perilaku hanya berkorelasi sedang, kehendak tidak selalu menuju pada perilaku itu sendiri, terdapat hambatan-hambatan yang mencampuri atau mempengaruhi kehendak dan perilaku (Van Ost, 1991 dalam Smet, 1994).

3. Kerangka TeoriBelief of Behavior Outcome (Kepercayaan Terhadap Hasil Perilaku)

Evaluation Regarding of The Outcome (Evaluasi Terhadap Hasil Perilaku)

Subjective Norm(Norma Subjektif)Norm Importance(Norma Penting / Norma Umum)Attitude Toward Behavior (Sikap Terhadap Perilaku)Behavior Intention(keinginan berperilaku)Actual Behavior(perilaku yang terlaksana)Motivation to Comply (Motivasi untuk Mematuhi/Menurut)

Normative Belief (Kepercayaan Normatif)

4. Penjelasan VariabelVariable-variabel Teori Reason Action1. Attitude Toward Behavior (Sikap Terhadap Perilaku)a. Pengertian SikapMenurut Alport sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon terhadap suatu objek dalam bentuk rasa suka atau tidak suka. Sikap merupakan kecenderungan untuk mengevaluasi dengan beberapa derajat suka ( favor ) atau tidak suka ( unfavor ), yang ditunjukan dalam respon kognitif, afektif, dan tingkah laku terhadap suatu objek, situasi, institusi, konsep atau orang / sekelompok orang. Atau pada intinya sikap adalah penilaian menyeluruh terhadap perilaku atau tindakan yang akan diambil.b. Komponen sikapStruktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. KognitifKomponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotype yang dimliki individu mengenai sesuatu. Contohnya adalah sikap profesi medis. Percaya bahwa profesi medis seperti dokter dan perawat berhubungan dengan kepercayaan yang tidak profesional, tidak berkualifikasi baik, hanya berorientasi pada uang adalah beberapa contoh kepercayaan negatif yang dipikirkan seseorang yang kemudian akan mengarahkan orang tersebut pada akhirnya memiliki sikap yang negatif terhadap profesi medis, demikian juga sebaliknya jika ia memiliki kepercayaan yang positif. AfektifKomponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Apabila diaplikasikan pada contoh sikap terhadap profesi medis diatas, seseorang yang memiliki perasaan jijik terhadap profesi medis dan apa yang dikerjakannya akan melahirkan sikap yang negatif pada orang tersebut, demikian sebaliknya jika ia memiliki perasaan positif, maka ia juga akan memiliki sikap positif pada profesi medis. Konatif ( Tingkah Laku )Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Jika diaplikasikan pada contoh sikap diatas, seseorang yang memiliki sikap positif pada profesi medis jika orang tersebut menyatakan kesediannya untuk memberikan sumbangan pada pembangunan rumah sakit baru, bersedia mengunjungi dokter, dan lainnya.Individu akan merasa nyaman kalau ketiga komponen tersebut bersesuaian atau harmoni. Jika tidak ada kesesuaian berarti terjadi disonansi, yang menyebabkan konsumnen merasa tidak nyaman dan tidak enak.Ajzen berpendapat bahwa : Seseorang yang percaya bahwa menampilkan perilaku tertentu akan mengarahkan pada hasil yang positif, akan mempunyai sikap favorable (baik) terhadap ditampilkannya perilaku, sedangkan orang yang percaya bahwa menampilkan tingkah laku tertentu akan mengarahkan pada hasil yang negatif, maka ia akan mempunyai sikap unfavorable (tidak baik) .

Sikap itu sendiri dipengaruhi oleh : Belief of Behavior Outcome (Kepercayaan Terhadap Hasil Perilaku) Kepercayaan terhadap hasil perilaku mengacu pada keyakinan seseorang terhadap hasil perilaku tertentu. Contohnya : jika saya menyelesaikan pengobatan saya, maka saya akan sembuh. Evaluation Regarding of The Outcome (Evaluasi Terhadap Hasil Perilaku)Dipertimbangkan pentingnya konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi (positif negative atau baik buruknya) bagi individu bila melakukan perilaku tersebut. Contohnya Keluarga Berencana. (+) percaya bahwa KB meningkatkan kesejahteraan keluarga dan harmonisasi keluarga lebih terjaga.( - ) percaya bahwa KB membuat gemuk dan tidak nyaman

2. Importance Norm / General Norm (Norma yang Penting / Norma Umum)Norma-norma penting atau norma-norma adalah norma sosial yang dipercayai luas oleh masyarakat / lingkungan sosial dimana orang tersebut berada. Norma-norma penting atau norma-norma yang berlaku di masyarakat, adalah pengaruh faktor sosial budaya yang berlaku di masyarakat dimana seseorang itu tinggal. Unsur-unsur sosial budaya yang dimaksud seperti gengsi juga dapat membawa seseorang untuk mengikuti atau meninggalkan sebuah perilaku. Contohnya: anggapan masyarakat umum jika memiliki keluarga kecil maka disebut keluarga modern.

3. Subjective Norm (Norma Subjektif)a. Pengertian Norma SubjektifMenurut Ajzen, norma subjektif merupakan persepsi seseorang terhadap adanya tekanan sosial untuk menampilkan atau tidak menampilkan tingkah laku. Selain itu, Ajzen juga mendefinisikan norma subjektif sebagai belief seseorang individu atau kelompok tertentu menyetujui dirinya untuk menampilkan tingkah laku tertentu.Norma subjektif atau norma yang dianut seseorang (keluarga). Dorongan anggota keluarga, termasuk kawan terdekat juga mempengaruhi agar seseorang dapat menerima perilaku tertentu yang kemudian diikuti dengan saran, nasehat, dan motivasi dari keluarga atau kawan. Kemampuan anggota keluarga atau kawan terdekat mempengaruhi seorang individu untuk berperilaku seperti yang mereka harapkan diperoleh dari pengalaman, pengetahuan, dan penilaian individu tersebut terhadap perilaku tertentu dan keyakinannya melihat keberhasilan orang lain berperilaku seperti yang disarankan.b. Peran Norma SubjektifUntuk melakukan seseuatu yang penting, biasanya seseorang mempertimbangkan apa harapan orang lain ( orang orang terdekat, masyarakat ) terhadap dirinya. Namun, harapan orang orang lain tersebut tidak sama pengaruhnya. Ada yang berpengaruh sangat kuat dan ada yang cenderung diabaikan. Harapan dari orang lain yang berpengaruh lebih kuat, lebih memotivasi orang yang bersangkutan untuk memenuhi harapan tersebut, akan lebih menyokong kemungkinan seseorang bertingkah laku sesuai dengan harapan.Norma Subjektif dipengaruhi oleh : Normative Belief (Kepercayaan Normatif)Mencerminkan dampak keyakinan normatif, disini mencerminkan dampak dari norma-norma subyektif dan norma sosial yang mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggap penting oleh individu. Biasanya pendapat datang dari orang orang terdekat seperti keluarga dan teman. Contohnya: suami saya mengatakan bahwa saya harus ikut program KB demi kebaikan bersama. Motivation to Comply (Motivasi untuk Mematuhi/Menurut)Fishbein dan Atjen menggunakan istilah motivation to comply untuk menggambarkan fenomena ini, yaitu apakah individu mamatuhi pandangan orang lain yang brpengaruh terhadap hidupnya atau tidak. Atzen (1991) berpendapat bahwa harapan dari orang lain yang berpengaruh lebih kuat, lebih memotivasi orang yang bersangkutan untuk memenuhi harapan tersebut, akan lebih menyokong kemungkinan seseorang bertingkah laku sesuai dengan harapan tersebut. Namun jika harapan dari orang lain itu lemah, kurang memotivasi orang yang bersangkutan untuk memenuhi harapan tersebut, maka orang yang bersangkutan akan mengabaikan harapan orang lain itu. Contohnya: motivasi saya mengikuti program KB adalah mematuhi suami saya,

Sikap terhadap perilaku (attitude towards behavior), norma penting (importance norm) dan norma subjektif (subjective norm) akan berpengaruh pada keinginan berperilaku (behavior intention) yang pada akhirnya akan berujung pada aksi perilaku (actual behavior).

Behavior Intention, niat ditentukan oleh sikap, norma penting dalam masyarakat dan norma subjektif. Komponen pertama mengacu pada sikap terhadap perilaku. Sikap ini merupakan hasil pertimbangan untung dan rugi dari perilaku tersebut (outcome of behavior). Disamping itu juga dipertimbangkan pentingnya konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi individu (evaluation regarding of the outcome). Komponen kedua mencerminkan dampak dari norma-norma subjektif dan norma sosial yang mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggap penting dan motivasi seseorang untuk mengikuti pikirang tersebut. Niat untuk melakukan perilaku (intention), yaitu kecenderungan seseorang untuk memilih untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku tertentu dan sejauh mana bila dia memilih untuk melakukan perilaku itu dia mendapat dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya. Seseorang yang mempunyai niat berperilaku tinggi, maka seseorang yang bersangkutan akan melakukan perilaku tersebut. Namun jika seseorang yang bersangkutan memiliki niat yang rendah, maka perilaku tersebut tidak akan dilakukan atau terwujud. Actual Behavior, perilaku adalah sebuah tindakan yang telah dipilih seseorang untuk ditampilkan berdasarkan atas niat yang sudah terbentuk. Perilaku merupakan transisi niat atau kehendak ke dalam action/tindakan. Perilaku yaitu fungsi dari niat yang kompatibel dan tanggapan dari perilaku dalam control perilaku yang dipersepsi.

4.1 Keterkaitan Antar VariabelBerdasarkan skema diatas, Sears dkk. (1999) menjelaskan bahwa teori tindakan beralasan mempunyai tiga langkah, yaitu: Model teori ini memprediksi perilaku seseorang dari maksudnya. Jika seseorang mengutarakan maksudnya untuk melaksanakan jihad dengan tujuan mendapatkan pahala dari Allah, maka dia lebih mungkin melakukannya daripada dia tidak punya maksud untuk melakukannya. Maksud perilaku dapat diprediksi dari dua variabel utama: sikap seseorang terhadap perilaku dan persepsinya tentang apa yang seharusnya dilakukan menurut orang lain. Sikap terhadap perilaku diprediksi dengan menggunakan kerangka nilai-harapan yang telah diperkenalkan. 5. Cara Pengukuran VariabelAjzen (2006) menyatakan bahwa dalam theory of planned behavior (pengembangan dari theory of reasoned action) terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, subjective norms, perceived behavior control dan intense. Metode pertama yaitu pengukuran langsung dimana item-item pertanyaan disusun berdasarkan konstruk teoritis. Konstruk teoritis diperoleh melalui menanyakan beberapa pertanyaan yang diambil sesuai keinginan peneliti, atau dengan mengadaptasi dari penelitian dengan konstruk penelitian yang sama yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Metode ini terkadang menemukan penemuan yang menarik, walaupun dengan metode ini menghasilkan pengukuran yang secara relative memiliki reliabilitas rendah serta merendahkan hubungan antara konstruk teori dan validitas prediktif dari teori tersebut.Metode yang kedua adalah pengukuran tidak langsung. Pada metode ini, item-item kuesioner disusun berdasarkan proses elisitasi salient beliefs dari kelompok responden penelitian. Beliefs memainkan peran penting dalam theory of planned behavior (pengembangan dari theory of reasoned action). Mereka diasumsikan menyediakan dasar kognitif dan afeksi untuk sikap, subjective norms, dan perceived behavior control. Informasi yang kita peroleh setelah mengukur belief sangat tidak ternilai harganya untuk mendesain program intervensi tingkah laku yang efektif.Disamping itu, terdapat pula alat untuk mengukur intensi. Alat tersebut berupa kuesioner yang merupakan metode lapor diri (self-report), yaitu partisipan diminta untuk memberikan respon yang sesuai dengan dirinya. Menurut Neuman, 2003 (dalam Iswari, 2007), kuesioner memiliki beberapa kelebihan. Pertama, penyusunan dan perumusan pertanyaan dapat disusun secara akurat mengikuti suatu sistematika yang sesuai dengan domain yang diukur. Kedua, peneliti mampu mendapatkan sejumlah besar partisipan penelitian dalam jangka waktu yang cukup singkat. Terakhir, kuesioner dapat mengurangi tekanan bagi subjek untuk memberikan respon secara cepat dan terjaminnya anonimitas.

6. APLIKASI TEORI PADA KASUS

(SIKAP)Setuju terhadap kebiasaan menggosok gigi minimal dua kali sehariKepercayaan bahwa : Menggosok gigi minimal dua kali sehari adalah salah satu cara untuk menghindari sakit gigi(NORMA UMUM)Menggosok gigi penting dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulutKepercayaan bahwa kakak tidak pernah sakit gigi karena mengikuti saran ibu agar menggosok gigi minimal dua kali sehariMotivasi mengikuti kakak

(NORMA SUBJEKTIF)Menggosok gigi minimal dua kali sehari (NIAT)Niat menggosok gigi minimal dua kali sehari saya akan menggosok gigi minimal dua kali sehari(PERILAKU)Melakukan menggosok gigi minimal dua kali sehari

6.1Penjabaran KasusBerdasarkan teori terdapat tiga variabel yang mempengaruhi niat yaitu sikap, norma umum, dan norma subjektif. Untuk perilaku menggosok gigi dapat dipengaruhi dari tiga variabel tersebut.1. SikapDipengaruhi oleh kepercayaan tentang hasil perilaku maupun evaluasi terhadap hasil perilaku tersebut. Hal ini menunjukan adanya kepercayaan menggosok gigi minimal dua kali sehari adalah salah satu cara untuk menghindari sakit gigi merupakan salah satu kepercayaan yang dapat menimbulkan sikap positif pada anak untuk membiasakan menggosok gigi minimal dua kali sehari.

1. Norma UmumAdanya pandangan dari masyarakat luas tentang menggosok gigi penting dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi dapat menimbulkan niat pada anak untuk membiasakan perilaku sikat gigi

1. Norma SubjektifDipengaruhi oleh kepercayaan terhadap seseorang yang dianggap penting/ role model dari perilaku menggosok gigi minimal dua kali sehari dapat terhindar dari penyakit gigi. Motivasi menggosok gigi dapat timbul dari kepercayaan tentang sikap orang yang dianggap penting contohnya seorang kakak yang tidak pernah sakit gigi karena mengikuti saran ibu untuk menggosok gigi minimal dua kali sehari

Ketiga bentuk variabel diatas dapat mempengaruhi niat anak untuk menggosok gigi minimal dua kali sehari sehingga akhirnya akan terbentuk perilaku menggosok gigi minimal dua kali sehari.DAFTAR PUSTAKA

Achmat, Zakarija.THEORY OF PLANNED BEHAVIOR, MASIHKAH RELEVAN?. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.Ajzen, I., dan Fishbein, M. 1980. Understanding Attitudes and Predicting Social Behavior. Prentice-Hall, Englewood Scliffs, NJ.Jogiyanto. 2007. Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta: Andi Offset.Machfoedz, Ircham dan Eko Suryani. 2007.Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya.Maulana, Heri D. J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGCOgden, Jane. 1996. Health Psychology. Open University Press, Buckingham, PhiladelphiaSoekidjo, Notoatmodjo. 2005.Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.Safarino, E.P. 1990. Health psychology: Biopsychosocial intractions. Trenton Stage College: John Wiley & Sons, Inc.Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.http://eprints.dinus.ac.id/6349/1/9._TRA_TPB.pdf, diakses tanggal 16 Maret 2015http://digilib.unila.ac.id/3531/17/BAB%20II.pdf, diakses tanggal 17 Maret 2015.