bab 2 landasan teori - institutional...

20
11 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Tindakan Mereferensikan Perilaku menurut Jogiyanto (2008: 11) adalah tindakan-tindakan (actions) atau reaksi-reaksi dari suatu objek atau organisme. Dalam melakukan segala aktivitas kehidupan, manusia mempunyai pertim-bangan- pertimbangan mengapa itu dilakukan bahkan mempertimbangkan bagaimana jika aktivitas yang dilakukan tersebut berhubungan dengan orang lain. Hal inilah yang disebut sebagi perilaku umum atau Common Behavior. Manusia mengevaluasi tindakannya dengan standar norma sosial dan meregulasikannya dengan menggunakan kontrol sosial. Perilaku (Behaviour) adalah operasionalisasi dan aktualisasi sikap seseorang atau suatu kelompok terhadap sesu-atu (situasi dan kondisi) lingkungan (alam, masya-rakat, teknologi, atau organisasi). Masih dalam Jogiyanto tindakan merupakan action nyata yang dapat dilihat berbeda dengan niat yang masih berupa keinginan yang tentunya belum diwujudkan dalam tindakan. Ajzen (1998) berpendapat bahwa perilaku dalam kehidupan sehari-hari dapat dibedakan menjadi dua yaitu, pertama adalah perilaku di bawah tekanan (Mandatori Behavior) yaitu perilaku yang dilakukan secara wajib.

Upload: vunga

Post on 10-May-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2975/3/T2_942009038_BAB II… · Contoh dari perilaku ... Theory of Reason Action (TRA) menjelas-kan

11

Bab 2

Landasan Teori

2.1 Tindakan Mereferensikan

Perilaku menurut Jogiyanto (2008: 11) adalah

tindakan-tindakan (actions) atau reaksi-reaksi dari suatu

objek atau organisme. Dalam melakukan segala aktivitas

kehidupan, manusia mempunyai pertim-bangan-

pertimbangan mengapa itu dilakukan bahkan

mempertimbangkan bagaimana jika aktivitas yang

dilakukan tersebut berhubungan dengan orang lain. Hal

inilah yang disebut sebagi perilaku umum atau Common

Behavior. Manusia mengevaluasi tindakannya dengan

standar norma sosial dan meregulasikannya dengan

menggunakan kontrol sosial. Perilaku (Behaviour) adalah

operasionalisasi dan aktualisasi sikap seseorang atau

suatu kelompok terhadap sesu-atu (situasi dan kondisi)

lingkungan (alam, masya-rakat, teknologi, atau organisasi).

Masih dalam Jogiyanto tindakan merupakan action nyata

yang dapat dilihat berbeda dengan niat yang masih berupa

keinginan yang tentunya belum diwujudkan dalam

tindakan.

Ajzen (1998) berpendapat bahwa perilaku dalam

kehidupan sehari-hari dapat dibedakan menjadi dua yaitu,

pertama adalah perilaku di bawah tekanan (Mandatori

Behavior) yaitu perilaku yang dilakukan secara wajib.

Page 2: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2975/3/T2_942009038_BAB II… · Contoh dari perilaku ... Theory of Reason Action (TRA) menjelas-kan

12

Sedangkan yang kedua adalah tindakan atau perilaku atas

kemauan sendiri (Volitional Behavior), yang didefinisikan

sebagai perilaku yang individual inginkan atau menolaknya

untuk tidak melakukan jika memutuskan untuk tidak

melakukan.

Perilaku atau tindakan mereferensi mahasiswa

kepada calon mahasiswa dikategorikan dalam perilaku

volitional atau perilaku yang dilakukan atas kemauan

sendiri merupakan perilaku dari suatu hasil dari kontrol

perilaku yang dimaui untuk dilakukan di bawah kontol

kesadaran (Deliberate Attempts). Contoh dari perilaku

volitional yang diutarakan Ajzen (1988) dalam Jogiyanto,

2008 antara lain: memilih kandidat di pemilihan politik,

melihat berita di TV, membeli pasta gigi di toko obat,

beribadah di gereja, dll.

Dalam melakukan suatu tindakan seseorang

dipengaruhi faktor dari dalam diri individu yang

merupakan perwujudan dari sikap seseorang terhadap apa

yang ingin dilakukan (Atittuted toward behavior).

Sedangkan dari luar yaitu pengaruh orang lain atau norma

subjektif merupakan hal-hal yang mempenga-ruhi untuk

tidak melakukan atau melakukan tindakan yang

diinginkan, hal ini yang diutarakan oleh Ajzen dan Fishbein

dalam Dharmesta (1998).

Apabila tindakan mereferensi merupakan peri-laku

maka tindakan ini sebanding linear terhadap niat

mereferensi. Theory of Reason Action (TRA) menjelas-kan

bahwa perilaku (Behavior) dilakukan karena individual

Page 3: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2975/3/T2_942009038_BAB II… · Contoh dari perilaku ... Theory of Reason Action (TRA) menjelas-kan

13

mempunyai niat untuk melakukannya (Behavioral

Intention). Niat perilaku (Behavioral Intention) akan

menentukan perilakunya (Behavior) yang dapat

digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Jogiyanto (2008)

Gambar 2.1 Niat Perilaku Mempengaruhi Perilakunya

Menurut Talizaduhu Ndraha yang dikutif oleh Yanti

Maemunah (2004: 20) perilaku dalam ilmu jiwa

didefinisikan sebagai “kegiatan organisme yang dapat

diamati oleh organisme lain atau oleh berbagai instrumen

penelitian. Yang termasuk dalam perilaku adalah laporan

verbal mengenai pengalaman subjektif dan disadari”

Selain itu, Skinner dalam Albarracín et al (2005) juga

memaparkan definisi perilaku sebagai berikut: perilaku

merupakan hasil hubungan antara rang-sangan (stimulus)

dan tanggapan (respon). Ia membe-dakan adanya dua

bentuk tanggapan, yakni:

Pertama, Respondent response atau reflexive

response, ialah tanggapan yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan tertentu. Rangsangan yang

semacam ini disebut eliciting stimuli karena menim-bulkan

tanggapan yang relatif tetap. Kedua, Operant response atau

Dorongan

berperilaku

(behavioral

intention)

Perilaku (behavior)

Page 4: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2975/3/T2_942009038_BAB II… · Contoh dari perilaku ... Theory of Reason Action (TRA) menjelas-kan

14

instrumental response, adalah tanggap-an yang timbul dan

berkembangnya sebagai akibat oleh rangsangan tertentu,

yang disebut reinforcing stimuli atau reinforcer. Rangsangan

tersebut dapat memperkuat respons yang telah dilakukan

oleh organisme. Oleh sebab itu, rangsangan yang demikian

itu mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku tertentu

yang telah dilakukan. Tindakan ini merujuk pada perilaku

yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang

merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang

telah dimiliki.

Teori-teori yang membahas perilaku merupakan

domain ilmu psikologi, khususnya yang mempelajari

tentang perilaku yang dapat diobservasi dan dapat diukur

dalam aliran behaviorisma. Jhon. B. Watson pada tahun

1913 dalam bukunya “Psikologiy as the behaviorist views

it”, ia berargumen bahwa psikologi adalah suatu yang

objektif yang harus dapat diobser-vasi dan diukur yang

merupakan cabang dari sains alamiah. Berfokus pada hal-

hal yang dapat diukur dan diteliti maka perilaku

merupakan respon terhadap rangsangan lingkungan. Pada

perkembangan selanjut-nya muncul pula psikologi sosial

yang mempelajari bagaimana pikiran, perasaan dan

perilaku dipengaruhi oleh kehadiran orang lain.

Penelitian tentang perilaku pada kenyataanya telah

diterapkan pada banyak bidang, seperti peneliti-an di

bidang perilaku konsumen, perilaku organisasi, perilaku

penggunaan komputer. Untuk menjelaskan interaksi antar

individu telah ditetapkan dalam model dan teori yaitu,

Ajzen (1975) TRA (Theory Reasoned Action), Davis et al

Page 5: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2975/3/T2_942009038_BAB II… · Contoh dari perilaku ... Theory of Reason Action (TRA) menjelas-kan

15

(1989) model penerimaan teknologi, Taylor dan Todd (1995)

Teori Rencanaan Perilaku Dekomposisi, Ajzen (1991) TPB

(Theory Planed Behavior). Teori Tindakan Beralasan

merupakan teori paling dasar dari teori perilaku

selanjutnya. Dalam teori ini Ajzen dan Fishbein (1975)

memasukkan variabel sikap terhadap perilaku dan norma

subjektif yang mengarah kepada perilaku. Tindakan

mereferensi merupakan tindakan interaksi yang

mengkomunikasi-kan pengalaman dari pemberi informasi

tentang apa yang telah dialami kepada penerima pesan

informasi. Informasi yang disampaikan menjadi satu

bentuk mereferensikan yang secara efektif, perilaku bisa

berupa referensi negatif dan referensi positif.

2.2 TRA (Theory Reasoned Action) Teori

Tindakan Beralasan

Individu dalam berperilaku selalu memiliki motivasi

atau alasan-alasan mengapa ia melakukan tindakan.

Jawaban atas mengapa ini tercakup dalam berperilaku dan

sikap, sehingga munculah studi mengenai sikap dan

perilaku dalam lingkup theory of attitude dan theory of

behavior. Kedua teori ini selan-jutnya oleh Ajzen dan

Fishbein, 1980 dikembangkan menjadi Theory Of Reasoned

Action (TRA). Mereka berpendapat bahwa hasil penelitian

yang menguji sikap, yaitu hubungan sikap dan perilaku

kurang memuaskan, serta ditemukannya hubungan yang

lemah antara sikap dan perilaku sukarela.

Page 6: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2975/3/T2_942009038_BAB II… · Contoh dari perilaku ... Theory of Reason Action (TRA) menjelas-kan

16

Theory Reasoned Action pertama kali dicetuskan oleh

Ajzen pada tahun 1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini disusun

menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku

dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala

informasi yang tersedia. Dalam TRA ini, Ajzen (1980)

menyatakan bahwa niat seseorang untuk melakukan suatu

perilaku akan dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku

tersebut. Lebih lanjut, Ajzen mengemukakan bahwa

perilaku tertentu dipengaruhi niat berperilaku. Niat

berperilaku dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yang

pertama berhubungan dengan sikap (Attitude towards

behavior) dan yang lain berhubungan dengan pengaruh

sosial yaitu norma subjektif (subjective norms). Secara

skematik TRA digambarkan seperti skema di Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Theory of Reasoned Action (Adopted from Fishbein & Ajzen 1975)

Dalam Teori Tindakan Beralasan seseorang ber-

perilaku karena mempunyai maksud atau niat. Kegi-atan

dari perilaku yang dilakukan atas kemauan sendiri

(Volitional Behavior) merupakan akibat prediksi yang

Sikap terhadap

perilaku/ Attitude

Towards Behavior

Niat

berperilaku/

Behavior

Intention Norma subyektif/

Subjective Norms

Tindakan/

Behavior

Page 7: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2975/3/T2_942009038_BAB II… · Contoh dari perilaku ... Theory of Reason Action (TRA) menjelas-kan

17

berakurasi tinggi dari niat. Bukti empiris yang telah diteliti

oleh Sheppard et al (1988) dilakukan dengan meta analisis

sebanyak dua kali terhadap 86 penelitian-penelitian yang

menggunakan TRA, bahwa adanya korelasi rata-rata

sebesar 0,54 hubungan niat dan perilaku.

Banyak dari penelitian sejenis yang mendukung

bahwa niat merupakan prediktif terhadap perilaku. Seperti

tindakan aborsi, memilih kandidat pada pemilihan umum,

dan perilaku ibu menyusui.

2.3 Perilaku Kemauan Sendiri dan Perilaku

yang Diwajibkan

Perilaku yang dilakukan merupakan akibat dari hal-

hal yang mempengaruhi manusia baik itu dari luar dirinya

maupun dari dalam dirinya. Kedua hal ini menurut Ajzen

(1998) dalam Jogiyanto (2008) terbagi menjadi: perilaku

yang dilakukan atas kontrol kemau-an sendiri dan perilaku

yang diwajibkan. Yang dimak-sud dengan perilaku atas

kemauan sendiri (Volitional Behavior) adalah perilaku-

perilaku yang individual mengiginkannya, atau menolak

untuk tidak melaku-kannya jika mereka memutuskan

untuk melawan. Sedangkan perilaku yang diwajibkan

(Mandatory Behavior) adalah perilaku yang bukan atas

kemauan sendiri karena memang tuntutan atau kewajiban

dari kerja.

Page 8: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2975/3/T2_942009038_BAB II… · Contoh dari perilaku ... Theory of Reason Action (TRA) menjelas-kan

18

2.4 Sikap

2.4.1 Pengertian Sikap

Dalam kamus Oxford Advanced Learner Dictionary

(Hornby, 1974) mencantumkan bahwa sikap (Attitude ),

berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu “Manner of placing

o holding the body, dan Way of feeling, thinking

or behaving”.

Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri,

atau cara merasakan, jalan pikiran, dan perilaku. Free

online dictionary (www.thefreedictionary.com)

mencantumkan sikap sebagai a complex mental state

involving beliefs and feelings and values and dispositions to

act in certain ways.

Sikap berasal dari bahasa latin, yaitu aptus yang

berati sesuai atau cocok dan siap untuk bertindak atau

berbuat sesuatu. Hogg dan Vougham, 2002 dalam Ismail

dan Zein 2008 mengangap bahwa sikap merupakan suatu

kondisi mental dan bentuk neural dari kesiapan, yang

diorganisasikan berdasarkan pengalaman, pengaruh suatu

arahan atau dinamika tertentu yang mempengaruhi respon

individu terhadap setiap objek dan situasi yang saling

berkaitan.

Aiken (1970) dalam Neila Ramdhani (2007) ber-

pendapat bahwa: A learned predisposition or tendency on

the part of an individual to respond positively or negatively

with moderate intensity and reasonable intensity to some

object, situation, concept, or other person.

Page 9: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2975/3/T2_942009038_BAB II… · Contoh dari perilaku ... Theory of Reason Action (TRA) menjelas-kan

19

Sikap adalah predisposisi atau kecenderungan yang

dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara

positif atau negatif dengan intensitas yang moderat dan

atau memadai terhadap objek, situasi, konsep, atau orang

lain. Definisi ini menempatkan sikap sebagai predisposisi

atau tendensi yang menen-tukan respon individu terhadap

suatu objek. Predis-posisi atau tendensi ini diperoleh

individu dari proses belajar, sedangkan objek sikap dapat

berupa benda, situasi, dan orang.

Fishbein & Ajzen (1975) yang menyatakan bahwa

sikap adalah jumlah dari afeksi (perasaan) yang dirasakan

seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek atau

perilaku dan diukur dengan suatu prosedur yang

menempatkan individual pada skala evaluasi dua kutub,

misal: baik atau jelek, setuju atau menolak, dan lainnya.

Dikatakan Azwar (1995) sikap dapat dikategori-kan

dalam tiga orientasi pemikiran. Yang pertama berorintasi

pada respon, menganggap sikap adalah suatu bentuk

reaksi perasaan, secara operasional bahwa sikap adalah

perasaan mendukung (favourable) atau perasaan tidak

mendukung (unfavourable) terha-dap objek perilaku. Kedua

berorientasi pada kesiapan respon adalah sikap yang

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek

dengan cara-cara tertentu. Kesiapan ini berarti

kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara

tertentu apabila individu dihadapkan kepada suatu

stimulus yang menghendaki adanya suatu respon. Ketiga

berorientasi pada skema triadik adalah perilaku yang

Page 10: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2975/3/T2_942009038_BAB II… · Contoh dari perilaku ... Theory of Reason Action (TRA) menjelas-kan

20

berkonstelasi komponen-komponen kognitif, afektif,

konatif. Dalam kalangan ahli psikologi sosial, pendekatan

triandik juga disebut sebagai pendekatan trikomponen

tetapi ada juga yang berpendapat bahwa pendekatan sikap

hanya mene-kankan dalam batasan komponen afektif saja.

2.4.2 Sikap Terhadap Perilaku

Ajzen berpendapat terdapat dua pendekatan terhadap

sikap, yaitu sikap terhadap objek dan sikap terhadap

perilaku. Sikap terhadap objek merupakan tangapan

perasaan terhadap objek yang dihadapi, misalnya sikap

seseorang terhadap memilih untuk melanjutkan studi

“gedung untuk aktivitas perkuliah-an jelek”. Sedangkan

sikap terhadap perilaku meru-pakan sikap yang dikaitkan

dengan perilaku yang merupakan reaksi terhadap stimulus

atau sikap mengenai perilaku (Atittudes Concerning

Behavior), misalnya melanjutkan kuliah di Fakultas

Pendidikan sangat berguna untuk mengajar. Dalam

penelitian ini lebih menekankan pada analisa sikap yang

berorien-tasi pada perilaku mahasiswa Pascasarjana

Univer-sitas Kristen Satya Wacana terhadap perilaku

merefe-rensi kepada calon mahasiswa serta mengukurnya

dengan menggunakan batasan konsep afektif saja (Azwar,

1995).

2.5. Norma Subjektif

Norma subjektif sebagai penentu kedua dari theory of

reasoned action merupakan fungsi dari niat-niat yang

Page 11: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2975/3/T2_942009038_BAB II… · Contoh dari perilaku ... Theory of Reason Action (TRA) menjelas-kan

21

diasumsikan sebagai suatu fungsi --kepaercayaan (beliefs),

yaitu kepercayan seseorang bahwa individu tertentu

menyetujui atau tidak menyetujui melakukan suatu

perilaku. Kepercayaan-kepercayaan yang mendasari

norma-norma subjektif ini disebut sebagai kepercayaan

normatif (Normative Beliefs). Referent dapat diartikan

sebagai individual-individual atau grup-grup yang

mengarahkan perilaku. Secara umum manusia percaya

kepada orang lain untuk mentaatinya dan berpikir

seharusnya melaku-kan perilaku yang memotivasi mereka,

inilah yang dikatakan menerima tekanan sosial untuk

melakukan perilaku tersebut. Tetapi sebaliknya apabila

tekanan itu tidak disetujui maka akan menghindari untuk

melakukan perilaku itu.

Norma subjektif (subjective norm) adalah persep-si

atau pandangan seseorang terhadap kepercayaan-

kepercayan orang lain yang akan mempengaruhi niat

untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang

sedang dipertimbangkan (Jogiyannto, 2008:42). Apa-bila

dihubungkan dengan tindakan mereferensikan kepada

calon mahasiswa Magister Manajemen Pendi-dikan

Universitas Kristen Satya Wacana, maka bagai-mana

pandangan orang lain terhadap tindakan kepercayaan

untuk mereferensikan kepada mahasiswa yang

mempengaruhi niat untuk melakukan atau tidak

melakukan. Sehingga norma subjektif mencerminkan

persepsi mahasiswa tentang apa yang mereka anggap

bahwa orang lain ingin agar mereka melakukan peri-laku

Page 12: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2975/3/T2_942009038_BAB II… · Contoh dari perilaku ... Theory of Reason Action (TRA) menjelas-kan

22

khusus. Keyakinan normatif utama mahasiswa

sehubungan dengan “melakukan apa yang orang lain ingin

mereka lakukan” dan motivasi untuk memenuhi harapan

orang lain tersebut dikomunikasikan untuk membentuk

norma subjektif.

2.6 Niat

Niat berhubungan dengan perilaku atau tindak-an

volitional dan dapat memprediksi mereka dengan akurasi

yang tinggi. Menurut Jogianto (2008: 29), niat didefinisikan

sebagai keinginan untuk melakukan sesuatu.

Niat berperilaku adalah suatu proporsi yang

menghubungkan diri dengan tindakan yang dilakukan di

waktu yang akan datang. Dalam model tindakan beralasan,

niat mahasiswa tidak hanya dilihat dari sikapnya terhadap

objek, melainkan juga dilihat dari norma subjektif yang

mempertimbangkan persepsi seseorang terhadap

tanggapan orang yang dekat dengannya apabila ia

berperilaku tertentu (Loudon dan Della Bitta, 1993: 436).

Intensi secara harfiah bermakna niat. Icek Ajzen dan

Martin Fishbein (1975) mendefinisikan intensi atau niat ini

sebagai kemungkinan subjektif (subjective probability)

individu untuk berperilaku tertentu. Mengukur intensi

berarti mengukur kemungkinan seseorang tentang akan

berperilaku tertentu atau tidak (Anwar, dkk, 2005). Intensi

ini merupakan akumulasi dari dua faktor, yakni; (1) sikap,

(2) norma subjektif.

Page 13: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2975/3/T2_942009038_BAB II… · Contoh dari perilaku ... Theory of Reason Action (TRA) menjelas-kan

23

Niat merupakan variabel antara yang menye-babkan

terjadinya perilaku dari suatu sikap maupun variabel

lainnya. Niat menunjukkan seberapa keras seseorang

berani mencoba (Dharmmesta, 1998). Selanjutnya ada

beberapa hal yang harus dipahami hubungannya dengan

niat, yaitu:

a. Niat sebagai faktor-faktor motivasional yang berdampak pada perilaku.

b. Niat menunjukkan seberapa keras seseorang untuk mencoba.

c. Niat juga menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan seseorang untuk melakukan perilaku.

d. Niat adalah berhubungan dengan perilaku berikutnya.

2.6.1 Penentu-penentu Niat

Ajzen dan fishbein (1980), mencoba menjelaskan

penyebab-penyebab dari niat berperilaku volitional. Karena

penyebab niat tidak otomatis dengan sendiri-nya

menyediakan informasi yang banyak tentang alasan-alasan

melakukan perilaku, perlu adanya iden-tifikasi

penyebabnya sekalipun niat dapat mempre-diksi perilaku

dengan cukup akurat. Tindakan dari perilaku yang

beralasan tentunya merupakan tindak-an yang sadar dari

mempertimbangkan informasi yang tersedia,

mempertimbangkan akibat atau implikasi-implikasi dari

tindakan yang dilakukan. Menurut teori tindakan

beralasan, niat merupakan suatu fungsi dari dua penentu

dasar, yang satu berhubungan dengan faktor pribadi dan

yang lainnya berhubungan dengan pengaruh sosial.

Page 14: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2975/3/T2_942009038_BAB II… · Contoh dari perilaku ... Theory of Reason Action (TRA) menjelas-kan

24

Penentu pertama yang berhubungan dengan faktor pribadi

adalah sikap terhadap perilaku (attitude toward the

behavior) individual. Sikap adalah evaluasi kepercayaan

(belief) atau perasaan (affect) positif atau negatif dari

individual jika harus melaku-kan perilaku yang

dikehendakai.

Penentu yang kedua yang berhubungan dengan

pengaruh sosial adalah norma subjektif (subjective norm).

Disebut norma subjektif karena berhubungan dengan

persepsi normative persepsian, yaitu pandang-an atau

persepsi seseorang terhadap tekanan keeper-cayaan-

kepercayaan orang lain, yang akan mempenga-ruhi niat

untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang

sedang diperimbangkan.

2.7 Model Penelitian

Model penelitian merupakan turunan dari pener-

jemahan teori ke dalam struktur jalur, seperti yang

diungkapkan oleh (Ghozali, 2005). Bahwa persamaan

struktural yang digambarkan oleh diagram jalur di-

pandang sebagai representasi dari teori. Jadi hubung-an

antar variabel merupakan perwujudan teori. Model dalam

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 15: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2975/3/T2_942009038_BAB II… · Contoh dari perilaku ... Theory of Reason Action (TRA) menjelas-kan

25

Gambar 2.3 Hubungan antar variabel

2.7.1 Variabel-variabel Penelitian

Dalam penelitian dengan menggunakan Structural

Equation Modeling (SEM) atau model persamaan sruktural

terdapat variabel exogen dan endogen. Dapat dibedakan

yang merupakan dua variabel exogen antara lain sikap

terhadap perilaku mereferensi (Attitude towards behavior)

dan norma subjektif terhadap perikalu mereferensi

(subjectif norm). Sedangkan dua variabel endogen meliputi

variabel intervening yaitu niat mereferensi (Behavioral

intention) dan tindakan mereferensi (behavior). Variabel

yang telah disebutkan di atas antara lain: sikap, norma

subjektif, niat dan perilaku adalah variabel latent atau

konstruk yaitu variabel yang tidak dapat diukur secara

langsung (unobserved).

2.7.2 Pengukuran Variabel Penelitian

Sesungguhnya model SEM merupakan gabung-an

model analisis faktor dan analisis jalur, karena

Sikap terhadap

berperilaku mereferensi

(Attitude towards

behavior)

Norma subjektif

terhadap berperilaku

mereferensi (subjectif

norm)

Tindakan merefrensi

(behavior)

Niat merefrensi

(Behavioral

intention)

Page 16: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2975/3/T2_942009038_BAB II… · Contoh dari perilaku ... Theory of Reason Action (TRA) menjelas-kan

26

penggabungan dua fungsi ini maka dalam pengukuran

variabel penelitiannya juga menggunakan dua bagian: (a)

bagian pengukuran yang menghubungkan observed

variable dengan latent variable lewat confirmatory factor

model, dan (b) bagian srtuktur yang menghu-bungkan

latent variable lewat persamaan regresi simultan.

Dalam pengukuran variabel latent atau konstruk

diukur dengan menggunakan seperangkat pertanyaan

sebagai indikator-indikator dan selanjutnya responden

diminta untuk menjawab dengan 5 kategori jawaban skala

Likert: sangat tidak setuju, tidak setuju, cukup setuju,

setuju, sangat setuju. Di dalam konvensi SEM variabel

observed digambarkan dengan kotak dan variabel latent

digambarkan dengan elips.

Dalam pengukuran struktural meliputi hubung-an

antar konstruk latent dan hubungan ini merupakan

hubungan linear, garis dengan satu anak panah

menggambarkan hubungan regresi, sedangkan garis

dengan dua anak panah menggambarkan hubungan

korelasi atau kovarian.

2.8 Hasil Penelitian Terdahulu

1. Sikap dan Norma Subjektif terhadap Niat

Murwanto Sigit (2006) menemukan dalam pene-

litiannya bahwa: (a) sikap dan norma subjektif secara

bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap niat beli;

(b) sikap mahasiswa secara parsial berpengaruh terhadap

Page 17: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2975/3/T2_942009038_BAB II… · Contoh dari perilaku ... Theory of Reason Action (TRA) menjelas-kan

27

niat beli; dan (c) norma subjektif secara parsial

berpengaruh terhadap niat beli.

Kassudyarsana, (2006) dengan judul “Analisis Sikap

dan Niat Membeli Kaum Muda di Surakarta terhadap

Pakaian Batik”, adanya pengaruh yang signifikan sikap

terhadap niat beli. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi

yang kurang dari 0,053. Adapun norma subjektif tidak

signifikan untuk menjelaskan hubungan antara norma

subjektif terhadap niat beli. Selanjutnya Liandy Paul

Lukimto (2003) penelitiannya tentang Analisa Pengaruh

Faktor Sikap dan Niat Membeli terhadap Keputusan

Mahasiswa yang ditinjau dari Kepuasan Mahasiswa di Kafe

Calvados Surabaya, menunjukkan bahwa variabel sikap

(Xi) dan variabel niat beli (X2) secara simultan mempunyai

pengaruh secara signifikan terhadap keputusan mahasiswa

(Y).

2. Sikap dan Norma Subjektif

Heru Kurnianto Tjahjono dan Hari Ardi mengkaji

niat mahasiswa manajemen Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta untuk menjadi wirausaha. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sikap, norma subjektif yang

berpengaruh terhadap niat untuk menjadi entrepreneur.

Dengan nilai R2 = 0.409. Bobek dan Hatfield (2003) dan

Blanthorme (2000) dalam Mustikasari (2007), dalam

penelitiannya tidak bisa membuktikan bahwa pengaruh

kontrol keperilakuan yang dipersepsikan cukup signifikan.

Pengaruh langsung dapat terjadi jika terdapat actual control

Page 18: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2975/3/T2_942009038_BAB II… · Contoh dari perilaku ... Theory of Reason Action (TRA) menjelas-kan

28

di luar kehendak individu sehingga mempengaruhi

perilaku.

2.9 Hipotesis Penelitian

Sikap merupakan ekspresi perasaan yang men-

cerminkan apakah seseorang senang atau tidak senang,

suka atau tidak suka, dan setuju atau tidak terhadap

suatu objek. Sikap digambarkan melalui kepercayaan

mahasiswa terhadap suatu objek atau merek. Kepercayaan

tentang atribut suatu produk biasanya dievaluasi secara

alami. Semakin positif sikap seseorang maka akan

menimbulkan niat memilih. Gordon Allfort (dalam Setiadi,

2003) menga-jukan definisi mengenai sikap yaitu suatu

mental dan syarat sehubungan dengan kesiapan untuk

menang-gapi, diorganisasikan melalui pengalaman dan me-

miliki pengaruh yang mengarah dan atau dinamis terhadap

perilaku. Jika kita analogikan dengan sikap mereferensi

terhadap tindakan mereferensi yaitu mem-pelajari

kecenderungan mahasiswa untuk mengevalu-asi baik

disenangi ataupun tidak disenangi secara konsisten. Hasil

penelitian empiris menjelaskan bahwa sikap berpengaruh

terhadap niat (Dharmmesta, 1998; Tjahjono, 1997).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengambil

hipotesis sebagai berikut:

H1 = Ada pengaruh positif dan signifikan antara sikap

dengan niat berperilaku mahasiswa mereferen-sikan

Program Magister Manajeman Pendidikan Universitas

Kristen Satya Wacana;

Page 19: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2975/3/T2_942009038_BAB II… · Contoh dari perilaku ... Theory of Reason Action (TRA) menjelas-kan

29

H2 = Ada pengaruh positif dan signifikan antara sikap

dengan tindakan mahasiswa merefrensikan Program

Magister Manajeman Pendidikan Universitas Kristen

Satya Wacana.

Sementara norma subjektif merupakan persepsi

mahasiswa tentang apa yang mereka anggap bahwa orang

lain ingin agar mereka melakukan perilaku khusus. Norma

subjektif digambarkan melalui keya-kinan normatif utama

mahasiswa sehubungan dengan “melakukan apa yang

orang lain ingin mereka laku-kan” dan motivasi untuk

menuruti orang lain. Sema-kin positif norma subjektif

maka akan menimbulkan niat. Norma subjektif sebagai

faktor sosial menunjuk-kan tekanan sosial yang dirasakan

untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan atau

perilaku (Dharmmesta, 1998). Norma subjektif terbentuk

dari keyakinan normatif dan kemauan untuk menuruti

kemauan orang lain yang dianggap penting.

Keyakinan normatif berkaitan dengan kondisi bahwa

individu atau kelompok referen penting akan setuju atau

tidak setuju dengan pelaksanaan perilaku. Kekuatan

masing-masing keyakinan normatif ditim-bulkan melalui

motivasi orang tersebut untuk meng-ikuti referen dan

estimasi norma subjektif diperoleh dengan menjumlahkan

hasilnya dari seluruh referen penting. Hasil penelitian

empiris menjelaskan bahwa norma subjektif berpengaruh

terhadap niat (Dharmesta, 1998; Tjahjono, 1997).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengambil

hipotesis sebagai berikut:

Page 20: Bab 2 Landasan Teori - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2975/3/T2_942009038_BAB II… · Contoh dari perilaku ... Theory of Reason Action (TRA) menjelas-kan

30

H3 = Ada pengaruh positif dan signifikan antara Norma

subjektif dengan niat berperilaku mahasiswa

mereferensikan Program Magister Manajeman

Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana;

H4 = Ada pengaruh positif dan signifikan antara norma

subjektif dengan tindakan mahasiswa

mereferensikan Program Magister Manajeman

Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana.

Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin baik

sikap terhadap perilaku dan demikan juga norma subjektif

terhadap suatu perilaku, maka semakin kuat niat individu

untuk melakukan suatu tindakan (Dharmmesta, 1998).

Berdasarkan penelitian Dharmmestha (1998) dapat

disimpulkan sikap, dan norma subjektif yang dirasakan

secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel

perilaku. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang

diajukan sebagai berikut:

H5 = Ada pengaruh positif dan signifikan antara niat

dengan tindakan mahasiswa merefrensikan Program

Magister Manajeman Pendidikan Universitas Kristen

Satya Wacana.