analisis faktor-faktor yang …eprints.undip.ac.id/35629/1/jurnal_skripsi_merged.pdf(1988) merupakan...

36
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI: APLIKASI TPB (Studi Empiris WPOP di Kabupaten Pati) Dwi Agustiantono Andri Prastiwi, S.E., M.Si., Akt. Universitas Diponegoro ABSTRACT This study aims to analyze the factors that influence taxpayer non compliance behavior, especially in Pati town. Exogenous variables used in this study are attitude toward taxation rules, subjective norm, moral obligation, perceived behavioral control, perceived individual financial condition, perceived office facilities, and perceived organizational climate. Whereas endogenous variables are taxpayer intention and taxpayer non compliance. Respondents of this research are taxpayer in Pati. Next step, data collected by purposive sampling method. Number of samples in this research is 76 respondents. This study used Structural Equation Modelling with SmartPLS 2.0 software. The study results indicate that attitude toward taxation rule, perceived behavioral control, moral obligation influenced taxpayer intention to uncomply of taxation rules. Whereas subjective norm didn’t influence taxpayer intention to uncomply of taxation rules. Perceived behavioral control, taxpayer intention, perceived individual financial condition, perceived organizational climate influenced taxpayer non compliance. Whereas, perceived office facilities didn’t influence taxpayer non compliance. Key Word : attitude toward taxation rule, subjective norm, perceived behavioral control, moral obligation, taxpayer intention, perceived individual financial condition, perceived office facilities, perceived organizational climate, taxpayer non compliance

Upload: phamkhanh

Post on 10-May-2018

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI: APLIKASI TPB

(Studi Empiris WPOP di Kabupaten Pati)

Dwi Agustiantono

Andri Prastiwi, S.E., M.Si., Akt.

Universitas Diponegoro

ABSTRACT

This study aims to analyze the factors that influence taxpayer non compliance

behavior, especially in Pati town. Exogenous variables used in this study are attitude

toward taxation rules, subjective norm, moral obligation, perceived behavioral

control, perceived individual financial condition, perceived office facilities, and

perceived organizational climate. Whereas endogenous variables are taxpayer

intention and taxpayer non compliance.

Respondents of this research are taxpayer in Pati. Next step, data collected by

purposive sampling method. Number of samples in this research is 76 respondents.

This study used Structural Equation Modelling with SmartPLS 2.0 software.

The study results indicate that attitude toward taxation rule, perceived

behavioral control, moral obligation influenced taxpayer intention to uncomply of

taxation rules. Whereas subjective norm didn’t influence taxpayer intention to

uncomply of taxation rules. Perceived behavioral control, taxpayer intention,

perceived individual financial condition, perceived organizational climate influenced

taxpayer non compliance. Whereas, perceived office facilities didn’t influence

taxpayer non compliance.

Key Word : attitude toward taxation rule, subjective norm, perceived behavioral

control, moral obligation, taxpayer intention, perceived individual

financial condition, perceived office facilities, perceived

organizational climate, taxpayer non compliance

1. Pendahuluan

Pada awal tahun 1983, pemerintah Indonesia mulai menerapkan reformasi di

bidang perpajakan secara menyeluruh. Sejak saat itulah, negara Indonesia memulai

menerapkan self assessment system dimana para wajib pajak berhak untuk

menghitung sendiri berapa jumlah iuran pajak yang harus dibayarkan sesuai dengan

ketentuan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku. Sistem ini akan aktif diterapkan

dalam suatu negara apabila kondisi kepatuhan sukarela (voluntary compliance) yang

ada pada diri setiap masyarakat telah terbentuk (Darmayanti, 2004 dalam Mutikasari,

2007).

Rasio kepatuhan yang dilakukan oleh wajib pajak dalam menyampaikan Surat

Pemberitahuan (SPT) Tahunan hingga April 2010 tercatat sebesar 54,84 % atau

sejumlah 7,73 juta dari wajib pajak yang ada di Indonesia (Tambunan, 2010).

Sedangkan jumlah SPT diterima mencapai 7.733.271 dari total wajib pajak terdaftar

yang menyampaikan SPT Tahunan PPh sebesar 14.101.933. Jumlah penerimaan SPT

ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang sekitar 5.413.114 atau

sebesar 52,61 % dengan jumlah WP terdaftar sebanyak 10.289.590 pada tahun 2009

(Harian Neraca, 2010).

Pemerintah Indonesia mengganti official assessment system menjadi self

assessment system yang merupakan sebuah sistem untuk menghitung jumlah iuran

pajak berdasarkan penghitungan oleh instansi terkait tempat wajib pajak bekerja atau

biasa disebut dengan istilah fiskus (pemungut pajak). Perubahan tersebut dilakukan

untuk menyesuaikan sistem perpajakan sesuai dengan tuntutan perubahan sistem

perekonomian dan perkembangan dalam masyarakat di Indonesia. Tidak hanya itu,

reformasi di bidang perpajakan ini juga bertujuan untuk menegakkan hukum di sektor

perpajakan.

Sistem penghitungan sendiri ini juga merupakan bentuk dari upaya

pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas dari individu-individu yang

tergolong dalam Warga Negara Indonesia dan memberikan kepercayaan penuh

kepada wajib pajak untuk mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang

selanjutnya akan mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), menghitung

sendiri jumlah nominal yang akan dibayar, menyetorkan hasil penghitungan tersebut,

serta melaporkan kewajiban perpajakannya melalui Surat Pemberitahuan (SPT) yang

telah dibagikan oleh pihak Direktorat Jendral Pajak (Dirjen Pajak). Oleh karena itu,

pelaksanaan self assessment system sangat tergantung pada kepatuhan wajib pajak

(Hutagaol, 2005: 24-25 dalam Pongtuloran, 2010).

Sistem penghitungan sendiri (self assessment) memungkinkan potensi adanya

wajib pajak tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya secara baik akibat dari

kelalaian, kesenjangan ataupun ketidaktahuan wajib pajak atas tanggung jawab dari

kewajiban perpajakannya. Untuk mengatasi ketidakefektifan penerapan sistem self

assessment, dan agar pelaksanaan kewajiban wajib pajak dapat dilaksanakan secara

baik dan benar, harus diimbangi dengan memberikan penyuluhan pajak (tax

dissemination), pelayanan perpajakan (tax service) dan pengawasan perpajakan (law

enforcement). Apabila ketiga fungsi tersebut dapat dilaksanakan secara optimal, maka

kepatuhan sukarela (voluntary compliance) wajib pajak di dalam melaksanakan

kewajiban dan haknya di sektor perpajakan akan meningkat. Pada akhirnya akan

meningkatkan tax ratio dan sekaligus penerimaan pajak. Namun pada kenyataan yang

ada sekarang ini, negara Indonesia menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan wajib

pajak masih rendah. Fakta tersebut terbukti setelah diperoleh data yang menunjukkan

bahwa penerimaan pajak yang tercermin dari tax gap dan tax ratio belum dapat

dimaksimalkan (Pongtuluran, 2010).

Kanwil DJP Jateng I mengungkapkan bahwa realisasi penerimaan pajak

penghasilan (PPh) dari wajib pajak orang pribadi pada tahun 2010 baru mencapai Rp

110, 76 milyar atau sekitar 61,24% dari target tahun tersebut (seputarsolo.com, 4

April 2012). Dari angka tersebut dapat diketahui bahwa tax gap untuk wilayah Jawa

Tengah yang berasal dari WPOP sekitar 38,76%. Agar pendapatan di sektor

perpajakan meningkat, pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk

menciptakan voluntary compliance dimulai dari faktor-faktor yang mempengaruhi

ketidakpatuhan wajib pajak.

Beberapa penelitian tentang kepatuhan wajib pajak telah banyak dilakukan

dengan mengaplikasi teori TPB yang menjelaskan tentang perilaku. Mutikasari

(2007) dan Veronica (2009) menggunakan teori tersebut untuk menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak dengan subyek penelitian

adalah wajib pajak badan. Variabel penelitian yang digunakan adalah sikap, norma

subyektif, kontrol keperilakuan yang dipersepsikan, kewajiban moral, niat, persepsi

kondisi keuangan perusahaan, persepsi fasilitas perusahaan, persepsi iklim

keorganisasian, serta ketidakpatuhan wajib pajak badan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi ketidakpatuhan WPOP dengan harapan pemerintah dapat mengatasi

APBN agar dapat meningkat sesuai dengan jumlah yang seharusnya tanpa terjadi

adanya tax gap yang signifikan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut

mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang

pribadi: aplikasi TPB (studi empiris WPOP di kabupaten Pati).

Bagi akademisi, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta

wawasan untuk para pembaca bahwa perilaku itu dipegaruhi oleh bermacam-macam

hal disekitar kita dan tanpa disadari faktor-faktor tersebut dapat menjadikan kita

sebagai individu yang berkarakter. Melalui teori TPB, kita dapat mengetahui faktor-

faktor apa saja yang dapat mempengaruhi niat berperilaku, yaitu sikap, norma

subyektif, dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan dan selanjutnya akan

mempengaruhi perilaku. Niat juga dapat dipengaruhi oleh beberapa variabel selain

dari model TPB. Bagi pemerintah penelitian ini dapat memberikan umpan balik

terhadap pemerintah mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan

perpajakan dalam hal penerapan self assessment system.

2. Telaah Teori

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Theory of Planned Behavior

Theory of planned behavior (TPB) yang telah dikembangkan oleh Icek Ajzen

(1988) merupakan pengembangan atas theory of reasoned action (TRA) yang

dirancang untuk berhubungan dengan perilaku-perilaku individu. Di dalam TPB

ditambahkan sebuah variabel yang belum diterapkan pada TRA yaitu kontrol

keperilakuan yang dipersepsikan (perceived behavioral control). Secara eksplisit,

TPB mengenal kemungkinan bahwa tidak semua perilaku dilakukan secara penuh

dibawah kendali individu maupun kelompok, sehingga konsep kontrol perilaku yang

dipersepsikan ditambahkan untuk mengatasi perilaku-perilaku semacam ini. Apabila

semua perilaku dapat dikendalikan secara penuh oleh individu maupun kelompok,

dimana kontrol perilaku (behavioral control) mendekati maksimum, maka TPB

kembali menjadi TRA.

Kontrol perilaku yang dipersepsikan (perceived behavioral control)

didefnisikan oleh Ajzen (1991) dalam Jogiyanto (2007) sebagai kemudahan atau

kesulitan yang dipersepsikan untuk melakukan perilaku (“the perceived ease or

difficulty of performing the behavior”). Dalam konteks sistem teknologi informasi,

Taylor dan Todd (1995) dalam Jogiyanto (2007) mendefinisikan kontrol perilaku

yang dipersepsikan sebagai pesepsi dari konstruk-konstruk internal dan eksternal atas

perilaku (“perception of internal and external constructs of behavior”).Kontrol

perilaku yang dipersepsikan menjelaskan tentang pengalaman masa lalu dan juga

mengantisipasi halangan-halangan yang ada. Aturan umumnya adalah semakin

menarik sikap dan norma subyektif terhadap suatu perilaku, dan semakin besar

kontrol perilaku yang dipersepsikan, maka semakin kuat pula niat seseorang untuk

melakukan perilaku yang dipertimbangkan.

Penting untuk diketahi bahwa TPB tidak secara langsung berhubungan

dengan jumlah atas kontrol yang sebenarnya dimiliki oleh seseorang. Namun, teori

ini lebih menekankan pengaruh-pengaruh yang mungkin dari kontrol perilaku yang

dipersepsikan dalam pencapaian tujuan-tujuan atas sebuah perilaku. Jika niat-niat

menunjukkan keinginan seseorang untuk mencoba melakukan perilaku tertentu,

kontrol yang dipersepsikan lebih kepada mempertimbangkan hal-hal realistik yang

mungkin terjadi. Teori ini menunjukkan bahwa tindakan manusia diarahkan oleh tiga

jenis kepercayaan-kepercayaan, diantaranya adalah:

1. Kepercayaan-kepercayaan perilaku (behavioral beliefs), yang merupakan

kepercayaan-kepercayaan tentang kemungkinan akan terjadinya sebuah perilaku.

Di dalam TRA, hal ini disebut dengan sikap (attitude) terhadap perilaku.

2. Kepercayaan-kepercayaan normatif (normative beliefs), yang merupakan

kepercayaan-kepercayaan mengenai harapan-harapan normatif yang muncul

karena pengaruh orang lain dan motivasi untuk menyetujui harapan-harapan

tersebut. Di dalam TRA, hal ini disebut dengan norma-norma subyektif sikap

(subjective norms) terhadap perilaku.

3. Kepercayaan-kepercayaan kontrol (control beliefs), yang merupakan

kepercayaan-kepercayaan mengenai keberadaan faktor-faktor yang akan

memfasilitasi atau merintangi kinerja dari perilaku dan kekuatan atas persepsi

dari faktor-faktor tersebut. Di dalam TRA hal ini belum ada, maka ditambahkan

pada TPB dan disebut dengan perceived behavioral control.

2.1.2 Sikap

Sikap (attitude) merupakan sebuah evaluasi kepercayaan (belief) atas perasaan

positif maupun negatif dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan

ditentukan. Fishbein dan Ajzen (1975) dalam Jogiyanto (2007) mendefinisikan sikap

sebagai jumlah dari afeksi (perasaan) yang dirasakan seseorang untuk menerima atau

menolak suatu obyek atau perilaku dan diukur dengan menempatkan individu pada

skala evaluatif dua kutub, misalnya baik atau buruk, setuju atau menolak, dan lain

sebagainya. Menurut Mutikasari (2007), sikap seseorang terhadap suatu objek adalah

perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung

atau tidak memihak (unfavorable) pada objek yang bersangkutan. Di dalam Theory of

planned of behavior, sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior) dipengaruhi

oleh kepercayaan-kepercayaan perilaku (behavior beliefs) dimana kepercayaan ini

merupakan kepercayaan yang dimiliki oleh individu akan hasil dari suatu dari

perilaku dan evaluasi atas hasil yang dilakukan (Jogiyanto, 2007).

2.1.3 Norma Subyektif

Norma subyektif (subjective norms) adalah persepsi yang dimiliki oleh

individu mengenai pengaruh sosial dalam membentuk suatu perilaku tertentu (Ajzen,

1988 dalam Mutikasari, 2007). Norma subyektif merupakan pembentuk perilaku

individu dimana pandangan yang dimiliki oleh orang lain berupa menyetujui atau

menolak perilaku yang dilakukan oleh individu yang bersangkutan. Apabila orang

lain setuju pada perilaku yang ditunjukkan individu, maka perilaku ini akan dilakukan

terus menerus karena individu merasa bahwa perilaku yang dilakukan dapat diterima

oleh masyarakat. Namun apabila perilaku yang ditunjukkan tidak diterima oleh orang

lain, maka hal tersebut tidak akan diulangi lagi oleh individu. Berdasarkan penelitian

terdahulu, dapat diketahui bahwa teman sejawat adalah salah satu faktor utama yang

dapat memprediksi perilaku yang ditunjukkan wajib pajak.

2.1.4 Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan

Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan (perceived behavioral control)

dalam konteks perpajakan adalah ukuran tingkatan kendali yang dimiliki oleh

seseorang yang tergolong sebagai wajib pajak dalam menunjukkan perilaku tertentu,

seperti melaporkan jumlah penghasilan yang sesungguhnya, melakukan kecurangan

dengan mengurangkan beban yang seharusnya tidak boleh dilakukan pengurangan

dalam penghasilan, serta perilaku lainnya yang menampilkan adanya ketidakpatuhan

pajak (Bobek dan Hatfield, 2003 dalam Mutikasari, 2007). Kontrol keperilakuan yang

dipersepsikan ini dapat mempengaruhi niat untuk berperilaku dan perilaku wajib

pajak.

Ajzen (2002) dalam Mutikasari (2007) mengatakan bahwa kontrol

keperilakuan yang dipersepsikan (perceived behavioral control) mempengaruhi niat.

Hal ini berdasarkan atas asumsi bahwa kontrol keperilakuan yang dipersepsikan oleh

individu akan memberikan implikasi berupa motivasi terhadap orang tersebut.

Maksudnya adalah niat akan terbentuk dengan sendirinya apabila individu merasa

mampu untuk menampilkan perilaku. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bobek

dan Hatfield (2003) dalam Mutikasari (2007) bahwa pengaruh kontrol keperilakuan

yang dipersepsikan tidak signifikan terhadap niat untuk berperilaku.

2.1.5 Kewajiban Moral

Selain sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan

yang terkandung di dalam TPB, terdapat beberapa variabel lain yang dapat

mempengaruhi niat dan perilaku. Kewajiban moral merupakan salah satu faktor selain

dari model TPB yang dapat mempengaruhi niat dan perilaku wajib pajak. Ajzen

(1991) dalam Mutikasari (2007) berpendapat, bahwa model TPB masih

memungkinkan untuk ditambahi variabel prediktor lain, selain sikap (attitude), norma

subyetif (subjective norms), dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan (perceived

behavioral control). Kewajiban moral merupakan norma inividu yang melekat pada

diri seseorang, namun kemungkinan besar hal ini tidak dimiliki oleh orang lain.

Norma individu ini tidak secara langsung dijelaskan pada bentuk TPB. Blanthorne

(2000); Kaplan, Newbery & Reckers (1997); Hanno & Violette (1996) dalam

Mutikasari (2007) telah membuktikan secara empiris, bahwa kewajiban moral

berpengaruh secara negatif signifikan terhadap niat ketidakpatuhan pajak.

2.1.6 Niat Berperilaku

Niat (intention) didefinisikan sebagai keinginan untuk melakukan suatu

perilaku sesuai kehendak individu (Jogiyanto, 2007). Niat berhubungan dengan

perilaku-perilaku atau tindakan-tindakan dan dapat diprediksi dengan tingkat

keakuratan yang tinggi. Dalam kenyataan di lapangan, niat tidak selalu bersifat tetap

atau statis. Niat dapat berubah-ubah sesuai dengan kehendak dari individu yang

bersangkutan seiring dengan berjalannya waktu. Semakin lebar rentang waktu ,

semakin besar juga terjadi perubahan dalam niat yang akan dialami. Begitu juga

sebaliknya, apabila rentang waktu semakin kecil, dapat meminimalisir terjadinya

perubahan atas niat.

Di dalam TPB, niat untuk berperilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu:

a) behavioral beliefs, yang merupakan kepercayaan yang muncul dalam diri

individu atas hasil dari suatu perilaku dan evaluasi mengenai hasil

tersebut (beliefs strength and outcome evaluation)

b) normative beliefs yang merupakan kepercayaan yang muncul dalam diri

individu tentang harapan normatif orang lain dan motivasi untuk

memenuhi harapan tersebut (normative beliefs and motivation to comply)

c) control beliefs, yang merupakan kepercayaan atas semua hal yang dapat

mendukung atau menghambat sebuah perilaku yang ditunjukkan (control

beliefs) dan persepsinya mengenai seberapa besar hal-hal tersebut dapat

mendukung ataupun menghambat perilaku yang ditampilkan (perceived

power).

Hambatan yang biasanya timbul pada saat perilaku tersebut ditunjukkan

terkadang muncul dari dalam maupun dari luar individu (faktor lingkungan). Secara

berurutan, behavioral beliefs menghasilkan sikap terhadap perilaku positif ataupun

negatif, normative beliefs menghasilkan tekanan sosial yang dipersepsikan (perceived

social pressure) atau norma subyektif (subjective norm) dan control beliefs

menghasilkan perceived behavioral control (Ajzen, 2002:2 dalam Mutikasari, 2007).

2.1.7 Persepsi Kondisi Keuangan Pribadi

Kondisi keuangan adalah kemampuan keuangan individu dalam memenuhi

segala kebutuhannya. Apabila individu tersebut dapat memenuhi semua kebutuhan

tersebut, baik itu kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier berdasarkan

pendapatan yang dimiliki tanpa bantuan dari pihak luar berupa pinjaman, dapat

dikatakan bahwa kondisi keuangan individu tersebut sangat baik. Akan tetapi, jika

individu tersebut seringkali melakukan pinjaman dari pihak luar yang biasa diperoleh

dari keluarga, teman, maupun bank, dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan

individu tersebut sangat buruk.

Di dalam perusahaan, profitabilitas perusahaan (firm profitability) telah

terbukti merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam

mematuhi peraturan perpajakan karena profitabilitas akan menekan perusahaan untuk

melaporkan kewajiban perpajakannya (Slemlord, 1992; Bradley, 1994; dan Siahaan,

2005 dalam Mutikasari, 2007). Berdasarkan uraian tersebut, kondisi keuangan juga

dapat berlaku di dalam individu dimana kondisi keuangan individu dapat dijadikan

salah satu variabel prediktor yang dapat mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak

dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan undang-undang perpajakan untuk

melaporkan pajaknya.

2.1.8 Persepsi Fasilitas Tempat Kerja

Fasilitas tempat kerja meliputi semua sumber daya yang terdapat dalam

tempat kerja dan dapat mendukung kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi, baik

berupa infrastruktur maupun informasi yang relevan dan digunakan untuk memenuhi

kewajiban perpajakanya. Wajib Pajak Orang Pribadi diharapkan dapat memiliki

kemampuan menyajikan informasi berkaitan dengan perpajakannya dengan

pemberian fasilitas oleh perusahaan tempatnya bekerja.

Fasilitas tempat kerja dapat mengurangi ketidakpastian bagi WPOP serta

dapat menjamin, bahwa mereka memiliki semua data yang dibutuhkan untuk

membuat suatu pelaporan yang dapat menginformasikan semuanya secara lengkap

(fully informed reporting decision). Apabila terdapat suatu keadaan dimana WPOP

memperoleh fasilitas yang memadai, maka ketidakpastian yang dihapapi oleh WPOP

hanya berhubungan dengan ketidakpastian yang ada di dalam peraturan perpajakan.

2.1.9 Persepsi Iklim Keorganisasian

Setiap perilaku yang ditunjukkan oleh individu dapat dipengaruhi oleh faktor

dari luar, khususnya pengaruh yang berasal dari lingkungan sosial atau lingkungan

dalam bermasyarakat. Diperkirakan, keputusan untuk mematuhi peraturan perpajakan

bagi individu yang tergolong sebagai wajib pajak dipengaruhi oleh iklim

keorgaisasian di perusahaan tempat indvidu tersebut bekerja.

Iklim keorganisasian yang positif akan mendukung wajib pajak orang pribadi

dalam mematuhi kewajiban perpajakannya, meliputi adanya tunggakan pajak,

ketepatan dalam menyampaikan SPT, pembayaran jumlah setoran pajak sesuai yang

tertera pada SPT, dan lain sebagainya. Sebaliknya, iklim keorganisasian yang negatif

akan mendukung wajib pajak orang pribadi untuk tidak mematuhi kewajiban

perpajakannya sesuai peraturan undang-undangan perpajakan. Vardi (2001) dalam

Mutikasari (2007) secara empiris telah membuktikan bahwa iklim keorganisasian

berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku organizational misbehavior (OMB).

Lussier (2005:487) dalam Mutikasari (2007) menyebutkan bahwa pada umumnya

terdapat 7 dimensi di dalam iklim keorganisasian yang biasanya diteliti, dantaranya

yaitu:

a) Struktur

b) Kewajiban

c) Imbalan

d) Keakraban

e) Dukungan

f) Identitas organisasi dan loyalitas

g) Risiko.

2.2 Perumusan Hipotesis

2.2.1 Pengaruh Sikap Wajib Pajak terhadap Niat Berperilaku

Sikap terhadap peraturan perpajakan merupakan perasaan positif atau negatif

yang ditunjukkan oleh WPOP terhadap peraturan perpajakan. Sikap positif terhadap

peraturan perpajakan akan mempengaruhi individu untuk berniat mematuhi peraturan

perpajakan. Sebaliknya, sikap negatif terhadap peraturan perpajakan akan

mempengaruhi individu untuk berniat tidak mematuhi peraturan perpajakan.

Bobek & Hatfield (2003), Blanthorne (2000), dan Hanno & Violette (1996)

dalam Mutikasari (2007) telah memanfaatkan model TPB untuk menjelaskan tentang

kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Hasil temuan Bobek & Hatfield (2003),

Hanno & Violette (1996), dan Mutikasari (2007) adalah sikap terhadap

ketidakpatuhan pajak berpengaruh secara signifikan terhadap niat ketidakpatuhan

pajak. Di sisi lain, Blanthorne (2000) tidak dapat membuktikan pengaruh sikap

terhadap ketidakpatuhan terhadap niat karena model pengukuran sikap tidak valid.

Dengan demikian, hipotesis dalami penelitian ini adalah:

H1: Sikap ketidakpatuhan pajak berpengaruh terhadap niat wajib pajak orang

pribadi untuk berperilaku tidak mematuhi peraturan perpajakan.

2.2.2 Pengaruh Norma Subyektif terhadap Niat Berperilaku

Norma subyektif (subjective norms) adalah persepsi yang dimiliki oleh

individu mengenai pengaruh sosial dalam membentuk suatu perilaku tertentu (Ajzen,

1988 dalam Mutikasari, 2007). Pengaruh sosial tersebut dapat berasal dari lingkungan

sekitar individu yang bersangkutan. Apabila orang lain menilai bahwa tidak

mematuhi peraturan perpajakan merupakan hal yang seharusnya tidak dilakukan,

maka individu akan cenderung berniat untuk mematuhi perpajakan.. Jackson dan

Milliron (1986); Roth et al (1989), Syeenbergen, McGraw and Scholz (1992); Bobek

& Hatfield (2003) dan Hanno & Violette (1996), serta Mutikasari (2007) meneliti

tentang kepatuhan wajib pajak dan menemukan bahwa teman sejawat memiliki

pengaruh yang besar dalam memprediksi perilaku wajib pajak. Dengan demikian,

hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H2: Norma subyektif berpengaruh terhadap niat wajib pajak orang pribadi

untuk berperilaku tidak mematuhi peraturan perpajakan.

2.2.3 Pengaruh Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan terhadap Niat

Berperilaku

Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan (perceived behavioral control) yang

dimaksud adalah tingkat kendali atas diri wajib pajak dalam melakukan suatu

perilaku tertentu di bidang perpajakan. Misalnya melaporkan SPT dengan tepat atau

tidak, melakukan penunggakan pajak, terlambat membayar, dan lain sebagainya.

Apabila dalam diri setiap individu memiliki kontrol keperilakuan yang dipersepsikan

dan sangat kuat, maka hal-hal seperti melanggar kewajiban perpajakan tidak akan

terjadi. Karena di dalam dirinya sudah terdapat prinsip yang akan mempengaruhi niat

berperilakunya. Individu yang memiliki kontrol keperilakuan yang dipersepsikan

positif, akan membuatnya untuk berniat mematuhi peraturan perpajakan. Sedangkan

individu yang memiliki kontrol keperilakuan yang dipersepsikan negatif akan

membuatnya berniat untuk tidak mematuhi peraturan perpajakan.

Ajzen (2002) dalam Mutikasari (2007) meneliti bahwa kontrol keperilakuan

yang dipersepsikan oleh individu akan memberikan implikasi motovasi kepada

individu tersebut dan niat akan terbentuk jika individu merasa dapat melakukan suatu

perilaku. Mutikasari (2007) dapat membuktikan bahwa kontrol keperilakuan yang

dipersepsikan cukup signifikan. Sedangkan Bobek & Hatfield (2003) dan Blanthorne

(2000) dalam Mutikasari (2007) tidak dapat membuktikan bahwa kontrol

keperilakuan yang dipersepsikan cukup signifikan dalam penelitiannya. Oleh karena

itu, hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H3: Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan berpengaruh terhadap niat

wajib pajak orang pribadi untuk berperilaku tidak mematuhi peraturan perpajakan.

2.2.4 Pengaruh Kewajiban Moral terhadap Niat

Kewajiban moral merupakan variabel prediktor lain di luar model TPB yang

merupakan norma individu yang dimiliki oleh seseorang, namun belum tentu dimiliki

oleh orang lain. Norma individu yang positif, akan berdampak pada niat individu

yang selalu mematuhi peraturan perpajakan. Namun ,bila norma yang dimiliki tesebut

negatif, maka kepatuhan perpajakan tidak akan tercapai. Blanthorne (2000), Kaplan,

Newbery & Reckers (1997), Hanno dan Violette (1996), serta Mutikasari (2007) telah

membuktikan secara empiris bahwa kewajiban moral berpengaruh secara signifikan

terhadap niat ketidakpatuhan pajak. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini

adalah:

H4: Kewajiban moral berpengaruh terhadap niat wajib pajak orang pribadi

untuk berperilaku tidak mematuhi peraturan perpajakan.

2.2.5 Pengaruh Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan terhadap Perilaku

Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan dapat mempengaruhi perilaku baik

itu secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung akan muncul apabila

terdapat actual control yang berada di luar kehendak individu (Ajzen, 1988 dalam

Mutikasari, 2007). Semakin positif sikap terhadap perilaku dan norma subyektif dan

semakin besar kontrol keperilakuan yang dipersepsikan oleh seseorang, maka niat

untuk memunculkan sebuah perilaku tertentu juga semakin besar. Sebaliknya,

perilaku yang ditunjukkan oleh individu juga dapat berbeda dengan niat individu

apabila kondisi di lapangan tidak memungkinkan. Mutikasari (2007) telah

membuktikan bahwa kontrol keperilakuan yang dipersepsikan berpengaruh terhadap

perilaku ketidakpatuhan secara signifikan. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian

ini adalah:

H5: Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan berpengaruh terhadap

ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi.

2.2.6 Pengaruh Niat Berperilaku terhadap Perilaku

Niat merupakan dasar dari sebuah perilaku, karena perilaku tidak akan terjadi

tanpa adanya niat untuk berperilaku. Jika niat yang timbul itu untuk melakukan suatu

hal yang sesuai dengan peraturan yang ada, maka akan menghasilkan perilaku yang

benar dan tidak merugikan. Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Mutikasari (2007) sebelumnya, variabel ini diukur menggunakan dua indikator, yaitu

kecenderungan dan keputusan. Bobek & Hatfield (2003), Blanthorne (2000), Hanno

& Violette (1996), serta Mutikasari (2007) menemukan bahwa niat berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap ketidakpatuhan pajak. Dengan demikian,

hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H6: Niat untuk berperilaku tidak mematuhi peraturan perpajakan berpengaruh

terhadap ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi.

2.2.7 Pengaruh Kondisi Keuangan Pribadi terhadap Kepatuhan Pajak

Apabila individu yang tergolong sebagai wajib pajak berhasil memenuhi

semua tingkatan kebutuhan mulai dari primer, sekunder, maupun tersier berdasarkan

pendapatan yang dimiliki tanpa bantuan dari pihak luar berupa pinjaman, dapat

dikatakan bahwa kondisi keuangan individu tersebut sangat baik. Akan tetapi, jika

individu tersebut seringkali melakukan pinjaman dari pihak luar yang diperoleh dari

keluarga, teman, maupun bank, dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan individu

tersebut sangat buruk. Mutikasari (2007) membuktikan persepsi tentang kondisi

keuangan perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ketidakpatuhan

dalam konteks wajib pajak badan. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah:

H7: Persepsi tentang kondisi keuangan pribadi berpengaruh terhadap

ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi.

2.2.8 Pengaruh Fasilitas Tempat Kerja terhadap Kepatuhan Pajak

Individu yang telah memiliki kelengkapan fasilitas dalam urusan perpajakan

di tempat kerjanya cenderung melaporkan perpajakannya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Demikian juga sebaliknya, bila fasilitas perpajakannya tidak

lengkap, maka kewajiban perpajakan individu tersebut tidak akan terlaksana sesuai

dengan aturan yang ada. Dalam konteks wajib pajak badan, Mutikasari (2007)

membuktikan bahwa persepsi tentang fasilitas perusahaan berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap ketidakpatuhan pajak. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian

ini adalah:

H8: Persepsi tentang fasilitas tempat kerja berpengaruh terhadap

ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi.

2.2.9 Pengaruh Iklim Keorganisasian terhadap Perilaku

Perilaku individu sebagian besar dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

organisasi tempat ia bekerja. Iklim keorganisasian yang positif dimana semua anggota

organisasi berperilaku sesuai dengan peraturan perpajakan, maka akan mendukung

individu yang tergolong wajib pajak untuk berperilaku patuh terhadap kewajiban

perpajakan. Sebaliknya, apabila iklim keorganisasiannya negatif yang menunjukkan

bahwa semua anggota organisasi berperilaku menyimpang dari peraturan perpajakan,

maka akan mendorong wajib pajak yang patuh menjadi tidak patuh dan yang tidak

patuh dapat dipastikan semakin tidak patuh. Penelitian yang dilakukan Mutikasari

(2007) menemukan bahwa persepsi tentang iklim keorganisasian berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap ketidakpatuhan pajak. Dengan demikian, hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

H9: Persepsi tentang iklim keorganisasian berpengaruh terhadap

ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi.

3. Metode Penelitian

3.1 Definisi Operasional Variabel

3.1.1 Sikap terhadap Ketidakpatuhan Pajak

Sikap merupakan sebuah ciri yang dimiliki oleh seseorang dalam

pembentukan karakter, dimana karakter itu sendiri merupakan prinsip atau pegangan

hidup yang dimiliki oleh seseorang dan sifatnya statis atau sulit untuk berubah.

Dalam penelitian ini, data mengenai sikap terhadap ketidakpatuhan pajak diperoleh

dari data primer, yaitu data yang diperoleh melalui pembagian kuesioner kepada

masing-masing responden. Pengukuran variabel ini menggunakan skala angka 1

sampai dengan 7 yang menunjukkan kerangka penilaian-harapan (valuation-

expectancy framework). Pernyataan awal yang diajukan untuk mengetahui belief

strength. Untuk itu, responden penelitian akan ditanya tentang seberapa tinggi nilai

yang diberikan oleh mereka terhadap “nilai (value)” dari setiap “keyakinan (belief)”

dalam bentuk pertanyaan atau seberapa penting peran indikator tersebut dalam

pengambilan keputusan untuk melakukan ketidakpatuhan di bidang perpajakan.

Pernyataan selanjutnya berhubungan dengan outcome evaluation, dimana responden

harus menentukan “tingkat harapan (rate of expectacy)” dari masing-masing indikator

mulai dari sangat dipertimbangkan sampai dengan sangat tidak dipertimbangkan

dalam perilaku yang ditunjukkan oleh masing-masing responden. Jenis pernyataan

dalam kuesioner penelitian ini mengacu pada penelitian Mutikasari (2007).

3.1.2 Norma Subyektif

Norma subyektif terhadap ketidakpatuhan pajak merupakan pandangan yang

ditimbulkan oleh orang lain dalam lingkungan seseorang sebagai responden terhadap

perilaku yang ditunjukkan berupa ketidakpatuhan perpajakan. Responden tersebut

dapat terpengaruh atau tidak terhadap kondisi sosial di sekitarnya, tergantung pada

kekuatan kepribadian yang dimilikinya. Apabila lingkungan sosial mendukung untuk

tidak mematuhi kewajiban perpajakan, maka besar kemungkinan individu tersebut

akan melakukan ketidakpatuhan pajak. Dalam penelitian ini, pernyataan pertama ada

hubungannya dengan normative beliefs. Sedangkan pernytaan kedua berkaitan

dengan motivation to comply. Jenis pernyataan dalam kuesioner penelitian ini

mengacu pada penelitian Mutikasari (2007) dengan menggunakan skala 7 poin.

3.1.3 Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan

Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan adalah kemampuan yang dimiliki

oleh tiap-tiap individu terhadap hambatan yang akan dialami dalam melakukan

ketidakpatuhan pajak, diantaranya tidak membayar pajak tepat waktu, melakukan

penunggakan, melaporkan jumlah pajak tidak sesuai dengan SPT, dan lain-lain.

Pernyataan pertama digunakan untuk mengetahui control belief strength, sedangkan

pernyataan yang kedua untuk mengetahui control beliefs power. Jenis pernyataan

dalam kuesioner penelitian ini mengacu pada penelitian Mutikasari (2007) dan di

dalam kuesioner menggunakan skala 7 poin.

3.1.4 Kewajiban Moral

Norma individu yang melekat pada diri setiap wajib pajak dan biasanya tidak

dimiliki oleh orang lain dalam konteks perpajakan dapat disebut sebagai kewajiban

moral. Di dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk kewajiban moral

sesuai dengan penelitian Mutikasari (2007) serta jenis pernyataan di dalam kuesioner

menggunakan skala 7 poin.

3.1.5 Niat Wajib Pajak Orang Pribadi untuk Berperilaku Tidak Patuh

Niat (intention) merupakan kecenderungan yang dialami oleh Wajib Pajak

Orang Pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Dalam melakukan

pengukuran terhadap variabel laten ini, responden akan diminta pendapatnya atas

pernyataan yang diberikan. Pernyataan yang diberikan terkait dengan variabel niat

untuk berperilaku tidak mematuhi peraturan perpajakan ada 2 sesuai dengan

penelitian Mutikasari (2007), yaitu: (1) kecenderungan dan (2) keputusan untuk

bersikap patuh terhadap ketentuan perpajakan. Jenis pernyataan di dalam kuesioner

menggunakan skala 7 poin.

3.1.6 Persepsi tentang Kondisi Keuangan Pribadi

Kondisi keuangan adalah kemampuan keuangan individu dalam memenuhi

segala kebutuhannya. Apabila individu tersebut dapat memenuhi semua kebutuhan

tersebut, baik itu kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier berdasarkan

pendapatan yang dimiliki tanpa bantuan dari pihak luar berupa pinjaman, dapat

dikatakan bahwa kondisi keuangan individu tersebut sangat baik. Akan tetapi, jika

individu tersebut seringkali melakukan pinjaman dari pihak luar yang biasa diperoleh

dari keluarga, teman, maupun bank, dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan

individu tersebut sangat buruk. Pernyataan yang diberikan terkait dengan variabel

kondisi keuangan pribadi ada 2 dengan menggunakan skala 7 poin.

3.1.7 Persepsi tentang Fasilitas Perusahaan

Persepsi tentang fasilitas perusahaan merupakan pandangan dari individu

yang termasuk sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) mengenai segala sumber

daya yang ada di perusahaan tempat bekerja, dimana WPOP tesebut memiliki

informasi keuangannya sendiri. Dalam variabel ini, data yang diperoleh

menggunakan data primer dan skala 7 poin melalui pembagian kuesioner kepada

responden penelitian. Pengukuran dalam variabel ini memodifikasi instrumen yang

dikembangkan Bradley (1994) dan Siahaan (2005) dalam Mutikasari (2007) yang

terdiri dari 3 pernyataan.

3.1.8 Persepsi tentang Iklim Keorganisasian

Persepsi tentang iklim keorganisasian merupakan persepsi mengenai

kebijakan-kebijakan, praktik dan prosedur di dalam organisasi formal maupun

informal (Reichers dan Schneiders, 1990) dalam Mutikasari (2007). Iklim

keorganisasian dalam hal ini adalah persepsi dari WPOP yang merefleksikan harapan

yang ada di dalam organisasi, rutinitas lingkungan kerja, serta perilaku kerja yang

didukung dan dihargai oleh organisasi. Pengukuran yang digunakan dalam variabel

ini menggunakan skala 7 poin hasil replikasi Mutikasari (2007).

3.1.9 Ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi merupakan ketidakpatuhan yang

ditimbulkan dari individu yang termasuk dalam kategori wajib pajak dalam

melaksanakan kewajiban perpajakaannya. Variabel ini menggunakan instrumen

replikasi penelitian dari Brown dan Mazour (2003) dalam Mutikasari (2007) yang di

dalamnya terdiri dari 3 variabel, yaitu:

a) kepatuhan dalam penyerahan SPT (filling compliance)

b) kepatuhan dalam hal pembayaran (payment compliance)

c) kepatuhan dalam pelaporan (reporting compliance)

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah individu yang tergolong dalam Wajib

Pajak Orang Pribadi (WPOP) sesuai dengan Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang bekerja dan berdomisili di

kabupaten Pati. Alasan pemilihan Wajib Pajak Orang Pribadi, untuk menindaklanjuti

penelitian terdahulu dalam meneliti kepatuhan pajak dengan subyek orang pribadi.

Sedangkan alasan pemilihan kabupaten Pati, karena kabupaten tersebut mengalami

peningkatan Upah Minimum Regional (UMR) selama kurun waktu 4 tahun terakhir.

Penelitian ini penting untuk mengetahui apakah peningkatan UMR tersebut

dikarenakan oleh kapatuhan wajib pajak di kabupaten Pati.

Responden yang akan digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah

WPOP yang bekerja di kabupaten Pati dengan kriteria: (1) telah bekerja pada instansi

yang terletak di kabupaten Pati minimal selama 1 tahun dan telah memiliki NPWP,

dan (2) pernah mengisi SPT. Dalam analisis model Structural Equation Modelling

(SEM) dengan Partial Least Square (PLS), sampel minimal direkomendasikan

berkisar dari 30-100 (Ghozali, 2011). Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti

menentukan sampel sebesar 100 responden. Hasil dari perolehan sampel tersebut,

kemudian dianalisis dengan menggunakan model Structural Equation Modelling

(SEM) dengan Partial Least Square (PLS).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu

penetuan sampel dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang

telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian dengan cara

membagikan kuesioner kepada responden yang tergolong sebagai WPOP di

kabupaten Pati.

3.3 Metode Analisis Data

Alat analisis untuk menguji hipotesis yang terdapat dalam penelitian ini

adalah analisis multivariat Structural Equation Model (SEM) dengan menggunakan

Partial Least Square (PLS) yang merupakan alternatif dalam metode persamaan

struktural.

Menurut Ghozali (2005), PLS merupakan metode analisis yang powerful

karena tidak mengasumsikan data harus dalam skala pengukuran tertentu dan juga

mengenai jumlah sampel relatif kecil. Software PLS digunakan pada penelitian ini

karena semua variabel merupakan variabel laten, dan terdapat tiga model hipotesis

bertingkat. Dalam pengujian digunakan software SmartPLS versi 2.0.

Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari 3 set

hubungan, yaitu inner model yang berfungsi untuk menspesifikasi hubungan antara

variabel laten (structural model), outer model yang menspesifikasi hubungan antara

variabel laten dengan indikator atau variabel maniftesnya, serta weight relation untuk

mengestimasi nilai kasus dari variabel laten.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Deskripsi responden dalam penelitian ini dapat dilihat melalui umur dari

reponden, perbedaan jenis kelamin, pendidikan terakhir, pendidikan informal yang

pernah diikuti, lama bekerja sebagai pegawai, pernah mengisi SPT, serta tugas utama

responden di instansi tempatnya bekerja.

4.2 Pengujian Hipotesis

4.2.1 Pengaruh Sikap Wajib Pajak terhadap Niat Berperilaku

Pengujian hipotesis antara sikap dengan niat menghasilkan koefisien

parameter 0,273 dan t statistik sebesar 3,8307 yang menyatakan bahwa terdapat

pengaruh positif antara sikap terhadap niat wajib pajak orang pribadi untuk

berperilaku tidak mematuhi peraturan perpajakan diterima.

4.2.2 Pengaruh Norma Subyektif terhadap Niat Berperilaku

Pengujian hipotesis antara norma subyektif dengan niat menghasilkan

koefisien parameter -0,108dan t statistik sebesar 1,4695 yang menyatakan bahwa

terdapat pengaruh negatif antara norma subyektif terhadap niat wajib pajak orang

pribadi untuk berperilaku tidak mematuhi peraturan perpajakan tidak diterima.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, norma subyektif tidak berpengaruh terhadap

sikap wajib pajak orang pribadi. Artinya, teman, konsultan pajak, maupun petugas

pajak tidak dapat mempengaruhi sikap wajib pajak orang pribadi.

4.2.3 Pengaruh Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan terhadap Niat

Berperilaku

Pengujian hipotesis antara kontrol keperilakuan yang dipersepsikan dengan

niat menghasilkan koefisien parameter 0,402 dan t statistik sebesar 4,6650 yang

menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara kontrol keperilakuan yang

dipersepsikan terhadap niat wajib pajak orang pribadi untuk berperilaku tidak

mematuhi peraturan perpajakan diterima.

4.2.4 Pengaruh Kewajiban Moral terhadap Niat

Pengujian hipotesis antara kewajiban moral dengan niat menghasilkan

koefisien parameter 0,304 dan t statistik sebesar 3,3627 yang menyatakan bahwa

terdapat pengaruh positif antara kewajiban moral terhadap niat wajib pajak orang

pribadi untuk berperilaku tidak mematuhi peraturan perpajakan diterima.

4.2.5 Pengaruh Kontrol Keperilakuan yang Dipersepsikan terhadap Perilaku

Pengujian hipotesis antara kontrol keperilakuan yang dipersepsikan dengan

perilaku menghasilkan koefisien parameter 0,283 dan t statistik sebesar 3,5050 yang

menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara kontrol keperilakuan yang

dipersepsikan terhadap ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi diterima.

4.2.6 Pengaruh Niat Berperilaku terhadap Perilaku

Pengujian hipotesis antara niat dengan perilaku menghasilkan koefisien

parameter 0,342 dan t statistik sebesar 3,3522 yang menyatakan bahwa terdapat

pengaruh positif antara niat terhadap ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi

diterima.

4.2.7 Pengaruh Persepsi Kondisi Keuangan Pribadi terhadap Kepatuhan Pajak

Pengujian hipotesis antara persepsi kondisi keuangan pribadi dengan perilaku

menghasilkan koefisien parameter -0,233 dan t statistik sebesar 3,4391 yang

menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara kondisi keuangan pribadi

terhadap ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi diterima.

4.2.8 Pengaruh Persepsi Fasilitas Tempat Kerja terhadap Kepatuhan Pajak

Pengujian hipotesis antara persepsi fasilitas tempat kerja dengan perilaku

menghasilkan koefisien parameter -0,042 dan t statistik sebesar 0,5727 yang

menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara fasilitas tempat kerja terhadap

ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi tidak diterima. Hal ini dimungkinkan

karena jumlah wajib pajak orang peribadi tempat kerja tidak mencukupi, tidak

tersedianya perpustakaan tentang perpajakan yang memadai, serta tidak memiliki

sistem informasi yang handal dalam penyusunan perpajakan.

4.2.9 Pengaruh Persepsi Iklim Keorganisasian terhadap Perilaku

Pengujian hipotesis antara persepsi iklim keorganisasian dengan perilaku

menghasilkan koefisien parameter -0,311 dan t statistik sebesar 4,3819 yang

menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara iklim keorganisasian terhadap

ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi diterima.

5. Simpulan, Keterbatasan dan Saran

5.1 Simpulan

Hasil penelitian menunjukan bahwa diantara semua variabel dalam model

TPB, terdapat 1 variabel yang tidak berpengaruh terhadap niat wajib pajak orang

pribadi untuk berperilaku tidak mematuhi peraturan perpajakan. Dari hasil penelitian,

sikap dan kontrol keperilakuan yang dipesepsikan berpengaruh terhadap niat,

sedangkan norma subyektif tidak mempengaruhi niat.

Penelitian ini menggunakan beberapa variabel di luar model TPB, antara lain

kewajiban moral, persepsi keuangan individu, fasilitas tempat kerja, serta iklim

keorganisasian. Di antara variabel-variabel tersebut, fasilitas tempat kerja tidak

mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi. Hasil penelitian

selengkapnya adalah:

Hasil penelitian adalah wajib pajak yang memiliki sikap positif terhadap

peraturan perpajakan semakin tinggi niatnya untuk mematuhi peraturan perpajakan.

Sedangkan norma subyektif yang merupakan pengaruh dari orang-orang di sekitar

wajib pajak orang pribadi (teman, konsultan pajak, ataupun petugas pajak) tidak

mempengaruhi niat wajib pajak orang pribadi untuk tidak mematuhi peraturan

perpajakan. Di sisi lain, semakin tinggi kontrol keperilakuan yang dimiliki oleh wajib

pajak orang pribadi akan semakin tinggi niat wajib pajak orang pribadi untuk

berperilaku tidak mematuhi peraturan perpajakan. Wajib pajak yang memiliki

kewajiban moral tinggi semakin tinggi niat wajib pajak orang pribadi untuk tidak

mematuhi peraturan perpajakan.

Selanjutnya, semakin tinggi kontrol keperilakuan yang ditunjukkan semakin

tinggi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi. Wajib pajak yang memiliki niat

tinggi untuk tidak mematuhi peraturan perpajakan semakin besar ketidakpatuhan

pajak yang ditunjukkan oleh wajib pajak orang pribadi. Apabila persepsi keuangan

individu semakin baik, maka wajib pajak orang pribadi akan mematuhi peraturan

perpajakan. Wajib pajak yang memiliki fasilitas tempat kerja yang lengkap tidak

mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak itu sendiri. Semakin baik iklim

keorganisasian pada tempat kerja, membuat wajib pajak orang pribadi untuk

mematuhi peraturan perpajakan.

5.2 Keterbatasan

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya: (1) variabel-

variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah replikasi penelitian sebelumnya,

(2) responden dalam penelitian ini kurang menggambarkan keadaan wajib pajak

orang pribadi di kabupaten Pati karena keseluruhan responden berprofesi sebagai

Pegawai Negeri Sipil, (3) variabel laten yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib

pajak dalam penelitian ini berasal dari internal individu itu sendiri.

1. Saran

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Oleh karena itu dalam

penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel atau teori lain yang dapat

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Variabel tersebut bisa berasal dari faktor

internal maupun eksternal wajib pajak. Di sisi lain peneliti menyarankan untuk

meneliti daerah lain di luar penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.

DAFTAR PUSTAKA

Bobek dan Hatfield. 2003. “ An Investigation of The Theory of Planed Behavior and

The Role of Moral Obligation in Tax Compliance”. University of central

Florida. The Universityof Texas at san Fransisco

Bobek, dkk. 2007. “An Investigation of Why Taxpayers Prefer Refunds: A Theory of

Planned Behavior Approach. Journal of the American Taxation

Association”. Journal of The American Taxation Association Conference.

Darmin Nasution. 2010. Menanti Peran Pengawas Perpajakan.

http://mukhsonrofi.wordpress.com/2010/04/24/menanti-peran-pengawas-

perpajakan/, diakses tanggal 18 Maret 2012

Dwijogeastedy, 2010 Tax Gap Masih Tinggi. Humas Universitas Brawijaya

Ghozali, Imam. 2011. Structural Equation Modelling Metode Alternatif Dengan

Partial Least Square (PLS). Semarang: Badan Penerbit-Undip

Gunadi. 2004. Reformasi Perpajakan untuk Mengatasi Tax Gap

,http://www.bpkp.go.id/berita/read/193/5195/Reformasi-Perpajakan-untuk-

mengatasi-Tax-Gap.bpkp, diakses tanggal 18 Maret 2012

Harian Neraca. 2010, http://www.antaranews.com/berita/210075/rasio-kepatuhan-

wajib-pajak-capai-5484-persen, diakses 18 Maret 2012

http://seputarsolo.com/29/11/2010/djp-i-kejar-wp-op-pengusaha-tertentu/, diakses tanggal 27

Maret 2012

http://www.docstoc.com/docs/25370077/definisi-pajak-dan-cara-pemungutannya,

diakses tanggal 18 Maret 2012

http://www.pasfmpati.com/101/index.php/home/25-the-

project/%3C![CDATA[http:/home/25-the-

project/%3C![CDATA[http:/www.radioaustralia.net.au/indonesian/index.php?optio

n=com_content&view=article&id=907:kantor-pajak-bidik-169-ribu-wajib-pajak-di-

kab-pati&catid=1:latest-news, diakses tanggal 18 Maret 2012

Jogiyanto. 2007. Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta: C.V Andi Offset

Miladia, Novita. 2010. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tax Compliance

Wajib Pajak Badan pada Perusahaan Manufaktur di Semarang”. Fakultas

Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang

Mutikasari, 2007 “Kajian Empiris tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan di

Perusahaan Pengolahan Industri di Surabaya”. Fakultas Ekonomi.

Universitas Airlangga

Pambudi. 2011. Kantor Pajak Bidik 169 Ribu Wajib Pajak Di Kab Pati,

http://www.pasfmpati.com/101/index.php/index.php?option=com_content&

view=article&id=907:kantor-pajak-bidik-169-ribu-wajib-pajak-di-kab-

pati&catid=1:latest-news, diakses tanggal 18 Maret 2012

Pambudi. 2012. Pencapaian Pajak Di KPP Pratama Pati Tahun 2011 Lampaui Target.

http://pasfmpati.com/101/index.php?option=com_content&view=article&id

=3164:pencapaian-pajak-di-kpp-pratama-pati-tahun-2011-lampaui-

target&catid=1:latest-news, diakses tanggal 18 Maret 2012

Pongtuloran, 2010. “Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Jumlah Pemerikasaan

Pajak terhadap Penerimaan PPh Pasal 25 Orang Pribadi di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Semarang Timur”. Universitas Kristen Petra

Santoso. 2008. “Analisis Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak sebagai dasar

Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak”. Program Doktor Manajemen Bisnis

Universitas Padjadjaran, Bandung

Tambunan. 2010. Rasio Kepatuhan Wajib Pajak Capai 54,84 Persen.

http://www.antaranews.com/berita/210075/rasio-kepatuhan-wajib-pajak-

capai-5484-persen, diakses 18 Maret 2012

Tasiman. 2010. Kantor Pajak Bidik 169 Ribu Wajib Pajak Di Kab Pati.

http://www.pasfmpati.com/101/index.php/index.php?option=com_content&

view=article&id=907:kantor-pajak-bidik-169-ribu-wajib-pajak-di-kab-

pati&catid=1:latest-news, diakses tanggal 18 Maret 2012

Veronica P., 2009. “Faktor-Faktor Pemengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

Badan (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur di Semarang”. Fakultas

Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang

Harinurdin, Erwin. 2009. ”Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Badan”. Departemen

Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas

Indonesia. Jakarta

EXPLORATORY-TEST

PETUNJUK

Bapak/ Ibu/ Saudara Wajib Pajak Orang Pribadi Yth., Dalam rangka

penyusunan kuesioner penelitian saya yang mengangkat topik perpajakan, khususnya

kepatuhan pajak, saya berharap Bapak/ Ibu/ Saudara berkenan untuk berpartisipasi

dalam mengisi kuesioner ini.

Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk memilih jawaban yang tersedia dengan

memberikan tanda silang (X) atau menambahkan jawaban pada tempat yang telah

disediakan atas pertanyaan-pertanyaan berikut ini. Hasil dari exploratory-test ini

digunakan untuk keperluan penyusunan skripsi, oleh karena itu kejujuran dalam

pengisian sangat kami harapkan. Untuk menjaga kerahasiaan, Bapak/Ibu/Saudara

tidak perlu menuliskan identitas pada lembar exploratory-test ini.

PERTANYAAN

1. Asumsikan bahwa Bapak/Ibu/Saudara seorang Wajib Pajak yang tergolong tidak

patuh, dalam arti Bapak/Ibu mengisi secara tidak benar jumlah pajak yang

terhutang, dan/atau membayar pajak tidak tepat waktu, dan/atau melaporkan

kewajiban perpajakan tidak tepat pada waktunya, dan/atau Bapak/Ibu/Saudara

lakukan kewajiban perpajakan dengan rasa terpaksa. Menurut Bapak/Ibu/Saudara

hal-hal apa yang mendorong ketidakpatuhan tersebut?

agar bisa membayar pajak lebih sedikit

upaya melakukan restitusi pajak

sengaja melawan hukum

perasaan dirugikan oleh sistem perpajakan

biaya suap yang murah

lainnya, sebutkan:

2. Dalam memenuhi kewajiban perpajakan, mungkin bapak/ibu dipengaruhi oleh

orang-orang sekitar, baik pengaruh itu bersifat positif atau negatif.

Menurut Bapak/Ibu/Saudara, siapa saja yang bisa mempengaruhi keputusan

tersebut?

Teman

Konsultan pajak

Petugas pajak

Lainnya, sebutkan:

3. Asumsikan bahwa Bapak/Ibu/Saudara berniat untuk tidak patuh dalam memenuhi

kewajiban perpajakan. Menurut Bapak/Ibu/Saudara hal-hal apa yang bisa

menghambat atau menghalangi keinginan tersebut?

Kemungkinan diperiksa oleh pihak fiskus

Kemungkinan dikenai sanksi

Kemungkinan pelaporan pihak ketiga

Lainnya, sebutkan:

4. Asumsikan bahwa Bapak/Ibu/Saudara mempunyai kesempatan untuk melakukan

ketidakpatuhan pajak dengan risiko yang bisa diabaikan, norma manakah yang

berpengaruh menghalangi keinginan tersebut?

Melanggar etika

perasaan bersalah

melanggar prinsip hidup

Lainnya, sebutkan:

Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara yang telah meluangkan waktu

untuk mengisi lembar exploratory-test penelitian skripsi ini. Semoga jerih payah

Bapak/Ibu/Saudara bermanfaat untuk pengembangan pengetahuan khususnya dalam

bidang perpajakan di Indonesia.

KUESIONER PENELITIAN

Bapak/ Ibu/ Saudara Wajib Pajak Orang Pribadi Yth.,

Penelitian ini mengangkat topik perpajakan, khususnya kepatuhan pajak. Wajib pajak

dikatakan patuh apabila: (1) benar dalam perhitungan pajak terhutang, (2) benar dalam

pengisian formulir SPT, (3) tepat waktu, dan (4) melakukan kewajibannya dengan sukarela

(atas kesadaran sendiri) sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia.

Saya berharap Bapak/ Ibu/ Saudara berkenan untuk berpartisipasi dalam mengisi

kuesioner ini. Jawaban bisa dituliskan di tempat yang disediakan atau memilih jawaban yang

tersedia dengan memberikan tanda silang (X) pada skala 1-7 atas pernyataan berikut ini.

Kuesioner ini digunakan untuk keperluan akademis, oleh karena itu kejujuran dalam

pengisian sangat saya harapkan. Untuk menjaga kerahasiaan, Bapak/ Ibu/ Saudara tidak perlu

menuliskan identitas pada lembar kuesioner ini.

Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara meluangkan waktu mengisi lembar

kuesioner penelitian ini. Semoga jerih payah Bapak/Ibu/Saudara bermanfaat untuk

pengembangan pengetahuan khususnya dalam bidang perpajakan di Indonesia.

PERTANYAAN

A. DATA RESPONDEN

1. Umur tahun

2. Jenis kelamin : L / P (pilih salah satu)

3. Pendidikan terakhir: , jurusan:

4. Pendidikan informal di bidang perpajakan (Brevet, kursus, pelatihan, seminar, atau

workshop):

5. Lama bekerja : tahun bulan.

6. Apakah anda pernah mengisi SPT ?

7. Apakah tugas utama anda?

B. KUESIONER PENELITIAN

Bagian ini terdiri dari 25 pernyataan. Pernyataan nomor 1- 6 berkaitan antara

satu dengan yang lain. Pernyataan nomor 1 berkaitan dengan pernyataan nomor 2,

nomor 3 berkaitan dengan nomor 4, nomor 5 berkaitan dengan nomor 6. Akan tetapi,

pernyataan yang berkaitan ini tidak harus sama skala jawabannya.

1. Sikap saya sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) mempertimbangkan hal-

hal berikut ini dalam rangka memenuhi peraturan perpajakan.

Sangat Sangat

Tidak Setuju Setuju

a. keinginan membayar pajak 1 2 3 4 5 6 7 lebih kecil dari yang seharusnya b. pembentukan dana 1 2 3 4 5 6 7

cadangan untuk pemeriksaan pajak c. perasaan pemanfaatan 1 2 3 4 5 6 7

pajak yang tidak transparan d. perasaan dirugikan 1 2 3 4 5 6 7

oleh sistem perpajakan e. biaya suap ke fiskus lebih 1 2 3 4 5 6 7

kecil dibanding dgn pajak yang bisa dihemat

2. Pada kenyataannya, hal-hal berikut ini saya pertimbangkan dalam memenuhi

kewajiban perpajakan instansi tempat bekerja pada tahun pajak terakhir.

Sangat Sangat

Tidak Setuju Setuju

a. keinginan membayar pajak 1 2 3 4 5 6 7 lebih kecil dari yang seharusnya b. pembentukan dana 1 2 3 4 5 6 7

cadangan untuk pemeriksaan pajak c. perasaan pemanfaatan 1 2 3 4 5 6 7

pajak yang tidak transparan d. perasaan dirugikan 1 2 3 4 5 6 7

oleh sistem perpajakan e. biaya suap ke fiskus lebih 1 2 3 4 5 6 7

kecil dibanding dgn pajak yang bisa dihemat

3. Pihak-pihak berikut ini pernah mendorong saya untuk tidak mematuhi ketentuan

perpajakan.

Sangat tidak Sangat Setuju

Setuju

a. teman

1

2

3

4

5

6

7

b. konsultan pajak

1

2

3

4

5

6

7 c. petugas pajak 1 2 3 4 5 6 7

4. Pada kenyataannya, saran-saran pihak-pihak berikut ini saya pertimbangkan

dalam memenuhi kewajiban perpajakan instansi tempat bekerja pada tahun

pajak terakhir.

Sangat Tidak Sangat Dipertimbangkan Dipertimbangkan a. teman 1 2 3 4 5 6 7

b. konsultan pajak 1 2 3 4 5 6 7

c. petugas pajak 1 2 3 4 5 6 7

5. Sikap saya jika hal-hal berikut ini dipertimbangkan WPOP dalam keputusannya

untuk mematuhi peraturan perpajakan.

Sangat Sangat Tidak Setuju Setuju

a. kemungkinan 1 2 3 4 5 6 7 diperiksa pihak fiskus b. kemungkinan 1 2 3 4 5 6 7

dikenai sanksi c. kemungkinan 1 2 3 4 5 6 7

pelaporan pihak ketiga

6. Pada kenyataannya, saya mempertimbangkan hal-hal berikut ini dalam

memenuhi kewajiban perpajakan instansi tempat bekerja pada tahun pajak

terakhir.

Sangat Sangat Tidak Dipertimbangkan Dipertimbangkan

a. kemungkinan 1 2 3 4 5 6 7 diperiksa pihak fiskus b. kemungkinan 1 2 3 4 5 6 7

dikenai sanksi

c. kemungkinan 1 2 3 4 5 6 7

pelaporan pihak ke tiga Sangat Sangat

Tidak Setuju Setuju

7. Menurut saya 1 2 3 4 5 6 7 ketidakpatuhan pajak merupakan tindakan

yang tidak melanggar

etika

8. Saya tidak merasa 1 2 3 4 5 6 7

bersalah ketika saya melakukan ketidak- patuhan pajak

9. Menurut saya 1 2 3 4 5 6 7

ketidakpatuhan pajak merupakan tindakan yang tidak melanggar prinsip hidup saya

10. Sebagai salah satu 1 2 3 4 5 6 7

Wajib Pajak Orang

Pribadi (WPOP),

saya pribadi cende-

rung melakukan ke-

tidakpatuhan pajak

pada tahun pajak terakhir

11. Sebagai salah satu 1 2 3 4 5 6 7

Wajib Pajak Orang

Pribadi (WPOP),

saya pribadi memutuskan

untuk melakukan ketidakpatuhan

pajak pada tahun pajak terakhir

12. Kondisi keuangan pribadi 1 2 3 4 5 6 7

tahun pajak

terakhir tidak memuaskan

13. Jumlah Wajib Pajak 1 2 3 4 5 6 7

Orang Pribadi (WPOP)

tempat bekerja tidak mencukupi

14. Tidak tersedia perpus- 1 2 3 4 5 6 7

takaan pajak yang

memadai

15. Tidak tersedia sistem 1 2 3 4 5 6 7

informasi yang handal

untuk penyusunan perpajakan

16. Sistem reward & punishment 1 2 3 4 5 6 7

belum diterapkan dengan

baik dalam diri sendiri.

17. Dalam menjalankan tugas, 1 2 3 4 5 6 7

saya tidak mendapat duku-

ngan dari atasan.

18. Dalam menjalankan tugas, 1 2 3 4 5 6 7

saya tidak mendapat dukungan

dari rekan sesama Wajib Pajak

Orang Pribadi (WPOP)

19. Jika saya melakukan kesalahan 1 2 3 4 5 6 7

dalam melaksanakan kewajiban

perpajakan, saya tidak akan

menghadapi risiko kinerja

(performance risk) yang besar.

20. Dalam memenuhi kewajiban 1 2 3 4 5 6 7

perpajakan, saya kurang

mempertimbangkan risiko

yang akan diterima jika

saya melakukan kesalahan

Pada tahun pajak terakhir, saya sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) telah

mengalami hal-hal berikut ini:

Sangat tidak Sangat

Setuju Setuju

21. Tidak menerima STP 1 2 3 4 5 6 7

atas denda keterlambatan

penyerahan SPT masa

22. Tidak menerima STP 1 2 3 4 5 6 7

atas denda keterlambatan

penyerahan SPT tahunan

23. Tidak menerima STP atas 1 2 3 4 5 6 7

bunga keterlambatan

pembayaran pajak terhutang

24. Tidak menerima STP atas 1 2 3 4 5 6 7

denda dan bunga kekurangan

pajak yang disetorkan

Selama saya bekerja, saya sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) tidak pernah:

25. Dijatuhi hukuman karena 1 2 3 4 5 6 7

melakukan tindak pidana

bidang perpajakan