tugas paparan ekologi.pdf
TRANSCRIPT
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi ............................................................................................................................... i
Bab 1 Pendahuluan .............................................................................................................. 1
Bab 2 Gambaran Umum dan Kondisi Ekosistem Kabupaten Kolaka ................................. 3
2.1 Keadaan Geografis Dan Iklim ................................................................................ 2
2.2 Kondisi Ekosistem Terestrial (Daratan) .......................................................... 6
2.3 Ekosistem Aquatik (perairan). ................................................................................ 13
Bab 3 Profil PT. Vale Indonesia, Tbk dan Kegiatan Penambangan
serta Reklamasi Tambang ........................................................................................... 23
3.1 Profil PT Vale Indonesia, Tbk. ............................................................................... 23
3.2 Kegiatan penambangan ........................................................................................... 25
3.2.1 Pembukaan Lahan Untuk Penambangan ...................................................... 25
3.2.2 Pembukaan Lahan untuk Penimbunan T anah Penutup ................................. 27
3.3 Kegiatan Reklamasi Tambang ............................................................................... 28
3.3.1 Reklamasi Lahan ............................................................................................ 28
3.3.2 Pemeliharaan Tanaman ................................................................................... 30
3.3.3 Rehabilitasi Lahan Tahun 2008 ...................................................................... 31
3.3.4 Rehabilitasi Lahan Pasca T ambang ................................................................ 32
3.3.4.2 Rehabilitasi T empat Penimbunan T anah Penutup ................................. 32
3.3.4.3 Rehabilitasi Sarana Lainnya ................................................................... 32
3.3.4 Anggaran Reklamasi ....................................................................................... 33
3.3.4.1 Biaya Rehabilitasi Lahan ...................................................................... 33
3.3.4.2 Biaya Pengendalian Sedimen ................................................................ 35
3.3.4.3 Penentuan Biaya reklamasi .................................................................... 36
Bab 4 Tinjauan Kritis Pengelolaan Lingkungan ................................................................. 37
ii
DAFTAR TABEL
TABEL
2.1
Potensi Kehutanan Kab. Kolaka
Hal
6
2.2 Jenis Tumbuhan Air di Kab. Kolaka 20
3.2 Luas Lahan Terganggu Tahun 2008 Dan Rencana Periode 2009 26
4 Ringkasan Realisasi Biaya Rehabilitasi Lahan Tahun 2008 (US$) 14
5 Biaya rehabilitasi lahan PT. VALE INDONESIA Tbk Pomalaa tahun 15
6 Realisasi biaya pengendalian sediment 2008 16
7 Rencana dan realisasi biaya reklamasi 2008 17
iii
DAFTAR GRAFIK
GRAFIK Hal
1 Rencana dan realisasi bukaan lahan 5
2 Rencana dan realisasi rehabilitasi lahan 11
3 Laju pembukaan dan rehabilitasi lahan 12
iv
DAFTAR
FOTO
FOTO Hal
I Foto aktivitas penambangan dan penunjang rehabilitasi 19
II Aktivitas Rehabilitasi Lahan Blok 5 Zona 1 (Gabro dan Dunite) 23
III Aktivitas Rehabilitasi Lahan Blok 5 Zona 2 26
IV Aktivitas Rehabilitasi Lahan Geomin 29
V Aktivitas rehabilitasi area Sediment dam dan pocked pond 32
VI Aktivitas Pengendalian sedimen 36
VII Foto jenis pohon dan rumput yang ditanam 39
VIII Foto Lain Lain 47
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 1
BAB I
PENDAHULUAN
Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi paling
signifikan terhadap APBN dan APBD di Kabupaten Kolaka. Selain itu roda perekonomian
juga ikut bertumbuh sebagai akibat dari keberadaan kegiatan pertambangan, disamping
perekonomian dan pendapatan daerah yang cenderung meningkat, Jumlah angkatan kerja
yang ikut terserap oleh kegiatan pertambangan nampak cukup signifikan.
Untuk memperoleh manfaat dari keberadaan sumberdaya bahan galian tambang maka
pemerintah memberikan peluang kepada perusahaan-perusahaan pertambangan untuk
melakukan kegiatan pertambangan. Salah satu perusahaan yang melakukan kegiatan
pertambangan di Kabupaten Kolaka adalah PT. Vale Indonesia, Tbk (ex. PT INCO, Tbk)
Lokasi Kontrak Karya PT Vale Indonesia Tbk terletak di Pomalaa, secara
administratif berada di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Pomalaa, Kecamatan Baula,
Kecamatan Tangketada dan Kecamatan Labandia, dengan luas keseluruhan 20,286.19 ha,
terletak di Kabupaten Kolaka, Propinsi Sulawesi Tenggara., pada bulan Maret 2008.
Kontrak Karya PT. Vale Indonesia Tbk. telah dimodifikasi dan diperpanjang
berdasarkan persetujuan Presiden RI No. B-745/PRES/12/1995 pada 29 Desember 1995,
berlaku selama 30 tahun hingga 28 Desember 2025, secara efektif berlaku mulai 1 April
2008.
Namun dibalik semua manfaat yang dapat diberikan, sektor pertambangan juga dapat
menjadi kutukan dan mendatangkan musibah atau bencana yang dapat merugikan
masyarakat jika tidak di kelola dengan baik.
Banjir, longsor, erosi, sedimentasi, menurunnya produksi pertanian dan persawahan
akibat degradasi kualitas tanah, dan bahkan dapat menimbulkan penurunan kualitas
kesehatan masyarakat apabila terjadi pencemaran lingkungan
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 2
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN KONDISI EKOSISTEM
KABUPATEN KOLAKA
2.1. Keadaan Geografis Dan Iklim
2.1.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah
Kabupaten Kolaka terletak di jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Secara geografis
terletak di bagian barat Provinsi Sulawesi Tenggara, memanjang dari Utara ke Selatan di
antara 2º00’5º00’ Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur di antara 120º45’-
124º06’ Bujur Timur. Kabupaten Kolaka di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten
Kolaka Utara, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bombana, sebelah Timur
berbatasan Kabupaten Konawe & Konawe Selatan, dan sebelah Barat berbatasan dengan
Provinsi Sulawesi Selatan di Teluk Bone.
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kab. Kolaka
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 3
2.1.2. Luas Wilayah
Sebagian besar wilayah Kolaka merupakan perairan (laut), sekitar ± 15.000 km2.
Sedangkan wilayah daratan 6.981,38 km. Secara administrasi Kabupaten Kolaka pada
tahun 2012 terdiri atas 20 (dua puluh) wilayah kecamatan, yaitu Watubangga, Tanggetada,
Pomalaa, Wundulako, Baula, Ladongi, Lambandia, Tirawuta, Kolaka, Latambaga, Wolo,
Samaturu, Mowewe, Uluiwoi, Tinondo, Lalolae, Poli-Polia, Toari, Polinggona, dan Loea
(untuk lebih jelasnya lihat Tabel 1). Di Kabupaten Kolaka juga terdapat pulau-pulau yang
tersebar di masing-masing kecamatan. Pulau-pulau yang terdapat di Kabupaten Kolaka
yaitu :
Pulau Padamarang
Pulau Lambasina Besar
Pulau Lambasina Kecil
Pulau Maniang
Pulau Buaya
Pulau Lemo
Pulau Pisang
2.1.3. Topografi
Peta topografi menunjukkan bahwa Kolaka umumnya memiliki permukaan tanah yang
bergunung, bergelombang berbukit-bukit. Diantara gunung dan bukit-bukit, terbentang
datarandataran yang merupakan daerah potensial untuk pengembangan sektor pertanian,
dengan tingkat kemiringan sebagai berikut:
Antara 0-2 % seluas 102.493 Ha (9,94% dari luas daratan).
Antara 2-15 % seluas 88.051 Ha (8,84% dari luas daratan).
Antara 1 -40 % seluas 206.068 Ha (19,99% dari luas wilayah daratan).
Antara 40% keatas seluas 634.388 Ha (61,23% dari luas daratan).
2.1.4. Hidrologi
Kabupaten Kolaka memiliki beberapa sungai yang terdapat di 14 kecamatan. Sungai-
sungai tersebut pada umumnya potensial untuk dijadikan sebagai sumber energi, untuk
kebutuhan industri, rumah tangga, irigasi, dan pariwisata. Adapun sungai yang dimaksud
yaitu:
1. Sungai Wolulu di Watubangga
2. Sungai Oko-Oko di Tanggetada Sungai Huko-Huko di Pomalaa
3. Sungai Baula di Baula
4. Sungai Lamekongga di Wundulako
5. Sungai Ladongi di Ladongi
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 4
6. Sungai Simbune di Tirawuta
7. Sungai Balandete dan Kolaka di Kolaka
8. Sungai Mangolo di Latambaga
9. Sungai Wolo di Wolo
10. Sungai Tamboli dan Konaweha di Samaturus
11. Sungai Mowewe di Mowewe
12. Sungai Uluiwoi di Konawe
13. Sungai Andowengga dan Tokai di Poli-Polia
14. Sungai Lalolae di Lalolae
15. Sungai Toari di Toari
16. Sungai Polinggona di Polinggona
17. Sungai Loea di Loea
Gambar 2.2 Peta Daerah Aliran Sungai
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 5
2.1.5. Oceanografi
Kabupaten Kolaka memiliki perairan (laut) yang sangat luas. Luas perairan Kolaka
diperkirakan mencapai ±15.000 km². Perairan tersebut, sangat potensial untuk
pengembangan usaha perikanan dan pengembangan wisata bahari, karena disamping
memiliki bermacam-macam jenis ikan dan berbagai varietas biota, juga memiliki
panorama laut yang sangat indah.
2.1.6. Musim
Kolaka memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Musim Kemarau
terjadi antara Bulan Mei dan Oktober, di mana angin Timur yang bertiup dari Australia
tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya
Musim Hujan terjadi antara Bulan November dan Maret, dimana angin Barat yang bertiup
dari Benua Asia dan Samudera Pasifik banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim
hujan. Khusus pada Bulan April arah angin tidak menentu, demikian pula curah hujan
sehingga pada bulan ini dikenal sebagai musim pancaroba.
2.1.7. Curah Hujan
Curah hujan dipengaruhi oleh perbedaan iklim, orografi dan perputaran/pertemuan
arus udara. Hal ini menimbulkan adanya perbedaan curah hujan menurut bulan dan letak
stasiun pengamat. Di wilayah Kolaka, curah hujan yang lebih dari 2.000 mm pertahun,
meliputi wilayah sebelah Utara jalur Kolaka, meliputi Kecamatan Kolaka, Latambaga,
Wolo, Samaturu, Mowewe, Uluiwoi, dan Tinondo. Sementara itu, curah hujan kurang dari
2.000 mm pertahun meliputi wilayah selatan dan timur, yaitu Watubangga, Toari,
Polinggona, Tanggetada, Pomalaa.
2.1.8. Kondisi Kehutanan
Sektor Kehutanan memiliki potensi yang menjanjikan di Kabupaten Kolaka yang di
dalam hutannya terdapat berbagai jenis kayu dan hasil hutan ikutan yang memiliki nilai
ekonomi. Luas kawasan hutan yang terdapat di Kabupaten Kolaka 621.077,03 ha terdiri
dari Hutan Produksi Biasa (HPB) seluas 42.890 ha, Hutan Produksi Terbatas (HPT)
seluas 133.646 ha, Hutan Lindung (HL) seluas 291.745 ha, Hutan Suaka Alam
(HSA/PPA) seluas 21.965 ha, Hutan Produksi Konversi (HPK) seluas 11.137 ha dan
Taman Wisata Alam Laut (TWAL) seluas 32.288,85 ha. Potensi produksi hasil hutan dan
hasil hutan ikutan di Kabupaten Kolaka sebagaimana pada tabel berikut:
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 6
Table 2.1 Potensi Kehutanan Kab. Kolaka
No Komoditas Luas Kawasan
Hutan
Potensi Produksi
M3/ha
1 Kelompok Rimba Campuran;
Pontoh, Tirotasi, Kayu
Kolaka, Asa, Bitti, Kalapi,
Bintangor, Bolongita
621.077,03 ha 20 - 60 M3/ha
2 Kelompok Meranti; Meranti
merah/putih, Agatsis, Damar,
Nyato, Kayu Cina Cina
- 10 - 30 M3/ha
3 Kelompok Kayu Indah;
Kayu Urru/Cempaka, Gito
Gito
2.500 ha 5 - 20 M3/ha
4 Jenis Kayu lainnya; Kayu
Mahoni, Pinus Mercusi, Jati,
Kayu Kuku, Sengon
346.544 ha 2 - 10 M3/ha
5 Hasil Hutan Ikutan :
- Rotan
- Madu
- Getah Pinus
454.954,38 ha
-
1.400.000 pohon
19.135 ton/tahun
750 ton/tahun
11,2 ton/tahun
Sumber : Buku Potensi Daerah Kabupaten Kolaka, 2012
2.2. Kondisi Ekosistem Terestrial (Daratan)
Salah satu daya tarik keakayaan alam dan keanekaragaman hayati kita adalah kawasan
Pegunungan Mekongga di Provinsi Sulawesi Tenggara. Keanekaragaman hayati di
Pegunungan Mekongga (2.788 M) telah mengundang para peneliti dari Amerika Serikat.
Adapun beberapa mitra kerja yang berperan aktif antara lain dari UC Davis, National
Health Institute, USDA dan USAID. Mereka telah menjalin kerjasama riset dengan
lembaga Litbang terkemuka yaitu LIPI, Balitbang Kehutanan, Kemenhut dan ITB sejak
2008 hingga tahun 2012. Kolaborasi riset yang diberi nama “ICBG: Biodiversity Surveys
in Indonesia and Discovery of Health and Energy Solution" telah berhasil menemukan
berbagai species tumbuhan dan satwa baru yang berdifay endemic serta potensi
pengembangan obat-obatan seperti obat anti nyeri (pain killer) and anti kangker. Begitu
kayanya Pegunungan Mekongga, mereka menjuluki sebagai “the Land of a Million
Discoveries: atau Bumi dengan sejuta penemuan.
Hal yang tidak kalah pentingnya dari hasil kerjasama riset tersebut adalah telah
dirumuskannya sebuah naskah akademik (academic paper) yang mengusulkan untuk
ditetapkannya Pegunungan Mekongga sebagai suatu kawasan konservasi atau Cagar
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 7
Biosfer mengingat pentingnya kawasan tersebut untuk laboratorium alam dan pentingnya
melestarikan flora fauna yang ada di dalamnya.
Pada tahun 2011, ilmuwan berhasil menemukan spesies tawon monster di Sulawesi
lewat ekspedisi Mekongga. Dalam publikasi terbaru di jurnal Zookeys,Jumat (23/3/2012),
ilmuwan akhirnya mendeskripsikan tawon itu sebagai spesies sekaligus genus tawon baru,
bernama Megalara garuda.
Gambar 2.3 Megalara Garuda
Pejantan (gambar 1)
- Panjang tubuh 25 mm;
- Sayap Depan 21 Mm;
- Kepala. (gambar 3)
Betina (gambar 2)
- Panjang tubuh 20-22 mm;
- Sayap depan 19-20 mm;
- Kepala (Gambar 4):
Perbandingan Tawon Lain dengan Megalara Garuda (gambar C)
Adapun satwa endemic lain yang berada di kabupaten kolaka adalah sebagai
berikut:
1
.
2
.
C.
A.
B.
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 8
1) Burung Anis Punggung Merah/ Red-backed Thrush Zoothera erythronota (Sclater,
1859)
Deskripsi
Berukuran sedang (19 – 21 cm). Tubuh bagian atas dari mahkota sampai tunggir
merah-kadru; sayap hitam dengan dua garis putih yang lebar; pada muka terdapat noktah
putih di depan dan belakang mata; tenggorokan dan dada hitam; perut putih berloreng
hitam. Sub-spesies kabaena mirip dengan sub-spesies utama, tetapi bagian mahkota dan
punggung hitam.
Penyebaran
Endemik Sulawesi atau hanya dapat ditemukan hidup di Pulau Sulawesi. terdiri atas 2
sub-spesies, dengan daerah persebaran:
erythronota (P. L. Sclater, 1859) – Sulawesi (kecuali semenanjung timur) dan P.
Buton.
kabaena Robinson-Dean et al., 2002 – P. Kabaena I, Sulawesi Tenggara.
Tempat hidup dan Kebiasaan
Burung yang jarang ditemui dan kurang umum di hutan primer, hutan yang telah rusak
dan didominasi oleh tegakan bambu dari dataran rendah sampai ketinggian 1000 mdpl. Di
Sulawesi dan Buton, lebih menyukai habitat hutan primer, sedangkan di Kabaena dapat di
temui pada tipe habitat yang lebih beragam.
Gambar 2.4 Burung Anis Punggung Merah
2) Burung Maleo
Nama Latin = Macrocephalon maleo
Persebaran = Dataran rendah di Pulau Sulawesi.
Yang unik dari maleo adalah, saat baru menetas anak burung maleo sudah bisa terbang.
Ukuran telur burung maleo beratnya 240 gram hingga 270 gram per butirnya, ukuran rata-
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 9
rata 11 cm, dan perbandingannya sekitar 5 hingga 8 kali lipat dari ukuran telur ayam!.
Namun saat ini mulai terancam punah karena habitat yang semakin sempit dan telur-
telurnya yang diambil oleh manusia. Diperkirakan jumlahnya kurang dari 10.000 ekor saat
ini.
Gambar 2.5 Burung Maleo
3) Monyet Hitam Sulawesi
Nama Latin = Macaca nigra
Persebaran = Daerah dekat perairan di Hampir seluruh Sulawesi
Ciri khasnya adalah rambut berwarna hitam di sekujur tubuh kecuali punggung dan
selangkangan yang agak terang. Kepala hitam berjambul, muka tidak berambut, moncong
lebih menonjol dan panjang tubuhnya hingga 44,5-60 cm, ekor 20 cm dan berat 15
kg.Yang unik dari monyet ini yaitu warna merah pada pantatnya yang sangat mencolok.
Gambar 2.6 Monyet Hitam Sulawesi
4) Kuskus Beruang Sulawesi
Nama Latin = Ailurops ursinus
Persebaran = Sulawesi dan pulau-pulau disekitarnya
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 10
Hewan ini memiliki habitat pada iklim subtropik atau di hutan tropik dan termasuk
hewan marsupialia (mamalia berkantung) dan family Phalangeridae.
Gambar 2.7 Kuskus Beruang Sulawesi
5) Babirusa
Nama Latin = Babyrousa babirussa
Persebaran = Pulau Sulawesi, Buru, Togian, Malenge, dan Sula
Habitat babirusa banyak ditemukan di hutan hujan tropis. Hewan ini gemar melahap
buah-buahan dan tumbuhan, seperti mangga, jamur dan dedaunan. Mereka hanya berburu
makanan pada malam hari untuk menghindari beberapa binatang buas yang sering
menyerang. Binatang yang pemalu ini bisa menjadi buas jika diganggu. Taringnya panjang
mencuat ke atas, berguna melindungi matanya dari duri rotan.
Gambar 2.8 Babirusa
6) Kupu-kupu Glossogobius Matanensis
Nama Latin = Glossogobius matanensis
Persebaran = Pulau Sulawesi, Button, dan Kabaena
Kupu-kupu indah ini hanya dapat kita jumpai di pulau Sulawesi, Button, dan Kabaena
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 11
Gambar 2.9 Kupu-kupu Glossogobius Matanensis
7) Tarsius
Nama Latin = Tarsius tarsier
Persebaran = Hutan-hutan di Sulawesi
Nama Tarsius diambil karena ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu tulang tarsal
yang memanjang, yang membentuk pergelangan kaki mereka sehingga mereka dapat
melompat sejauh 3 meter dari satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius juga memiliki ekor
panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan
ini memiliki lima jari yang panjang. Jari-jari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan
ketiga yang memiliki cakar yang digunakan untuk "grooming".
Gambar 2.10 Tarsius
8) Kuskus Kerdil
Nama Latin = Strigocuscus celebensis
Persebaran = Pulau Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya
Kuskus ini memiliki ukuran yang lebih kecil dari spesies lainya, dan inilah alasan
mengapa ia disebut kerdil.
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 12
Gambar 2.11 Kuskus Kerdil
9) Anoa Pegunungan
Nama Latin = Bubalus quarlesi
Persebaran = Daerah pegunungan di pulau Sulawesi dan pulau buton.
Anoa Pegunungan termasuk dalam kategori hewan hutan hujan, dan memilih daerah yang
terdapat banyak vegetasi, sumber air yang permanen dan jauh dari jangkauan manusia.
Anoa pegunungan biasanya mandi di kubangan lumpur, seperti halnya kerbau liar. Hal ini
mungkin dikarenakan ia membutuhkan mineral yang terkandung didalamnya. Anoa
Pegunungan sangat aktif di pagi hari, ia kembali ketempat berlindungnya saat tengah hari.
Mereka berlindung dibawah pohon besar yang tumbang, dibawah batu-batu besar dan di
antara akar pohon. Tanduknya digunakan untuk menyingkirkan ranting atau untuk
menggali tanah, dan juga digunakan saat terjadi pertarungan fisik dengan anoa yang lain
untuk memperlihatkan dominansi. Saat merasa bersemangat, Anoa Pegungungan akan
mengeluarkan suara “mooo” yang singkat.
Gambar 2.12 Anoa Pegunungan
10) Anoa Dataran Rendah
Nama Latin = Bubalus depressicornis
Persebaran = Dataran rendah di Pulau Sulawesi
Penampilan mereka mirip dengan kerbau dan memiliki berat 150-300 kg. Anak anoa
akan dilahirkan sekali setahun. Kedua spesies Anoa Pegunungan dan Anoa Dataran
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 13
Rendah dapat ditemukan di Sulawesi, Indonesia. Sejak tahun 1960-an berada dalam status
terancam punah. Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari 5000 ekor yang masih bertahan
hidup. Anoa sering diburu untuk diambil kulitnya, tanduknya dan dagingnya
Gambar 2.13 Anoa Dataran Rendah
2.3. Ekosistem Aquatik (perairan)
2.3.1. Sifat Fisik dan Kimia Perairan
Sistem penambangan terbuka menyebabkan pencemaran sungai yang berasal dari
limpasan air hujan yang membawa sedimentasi, masuknya air limpasan dari tambang
menurunkan kualitas air sungai, secara garis besar komponen yang terkena dampak adalah
Lingkungan Biotik, Abiotik Dan Cultur (kesehatan ). Peningkatan laju erosi ini
menyebabkan sifat fisik, kimia, dan komponen biologi air sungai memburuk. Parameter
yang terkena dampak adalah sifat fisika air meliputi ; temperatur, kekeruhan (NTU), TSS
(total suspended solid/zat padat tersuspensi). Kemudian kualitas kimia air meliputi ;
Oksigen terlarut (DO), Besi (Fe), Kadmium (Cd), Fluorida , Klorin Bebas (Cl) , Kobalt
(Co), Mangan (Mn), Nitrat (NO3), Nitrit (NO2), pH , Sulfat , Tembaga (Cu), Timbal (Pb).
kemudian kondisi mikrobiologi air sungai. Untuk melihat kondisi sungai yang terkena
dampak penambangan PT. Vale Indonesia, Tbk maka berikut ditampilkan data hasil
pengukurannya.
A. Sifat Fisik Perairan
a) Temperatur
Suhu air yang diperoleh dari hasil pengukuran selama kurun waktu tahun 2009 adalah
antara 28 °C sampai 31 °C. Kondisi suhu terendah terjadi pada bulan Juli - Agustus yakni
28 º C dan suhu tertinggi air sungai terjadi pada bulan maret yakni 31 ºC. perbedaan suhu
ini dipengaruhi oleh waktu pengambilan sampel, kondisi iklim, luas sungai dan kedalaman
sungai . Untuk lebih jelasnya lihat pada Gambar 2.14
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 14
Gambar 2.14 Kondisi temperatur dalam kurun waktu tahun 2009
b) Residu Terlarut (TDS)
Berdasarkan hasil pengukuran pada selang waktu januari – desember tahun 2009
diperoleh kandungan residu terlarut antara 84 mg/l sampai 230 mg/l. Kandungan TDS
terendah terjadi pada bulan Oktober – November yakni 84 mg/l dan tertinggi terjadi pada
bulan maret yakni 230 mg/l .lebih jelasnya lihat hasil pengamatan secara deskriptif pada
gambar 2.15
Gambar 2.15 kandungan residu terlarut dalam kurun waktu tahun 2009.
c) Residu Tersuspensi (TSS)
Berdasarkan hasil pengukuran pada selang waktu januari – desember tahun 2009
diperoleh kandungan residu tersuspensi antara 10,8 mg/l sampai 56,4 mg/l. Kandungan
TSS terendah terjadi pada bulan Februari – Maret yakni 10,8 mg/l dan tertinggi terjadi
pada bulan mey yakni 56,4 mg/l.. Untuk lebih jelasnya lihat hasil pengamatan secara
deskriptif pada gambar 2.16
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 15
Gambar 2.16 kandungan residu tersuspensi dalam kurun waktu tahun 2009.
B. Sifat Kimia Perairan
a) pH
Berdasarkan hasil pengukuran pada selang waktu januari – desember tahun 2009
Kandungan pH air sungai huko-huko yang diperoleh dari pengukuran cenderung diatas 7,
nilai ini mengambarkan bahwa perairan cenderung bersifat alkalis. Untuk lebih jelasnya
lihat hasil pengamatan secara deskriptif pada gambar 2.17
Gambar 2.17 kandungan pH dalam kurun waktu tahun 2009
b) Biological Oxigen Demand (BOD)
Berdasarkan hasil pengukuran pada selang waktu januari – desember tahun 2009 diperoleh
kandungan BOD air sungai huko-huko antara 0,2 sampai 6,33 .Untuk lebih jelasnya lihat
hasil pengamatan secara deskriptif pada gambar 2.18
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 16
Gambar 2.18 kandungan BOD dalam kurun waktu tahun 2009
c) Chemical Oxygen Demand (COD)
Berdasarkan hasil pengukuran pada selang waktu januari – desember tahun 2009 diperoleh
kandungan COD air sungai huko-huko antara 0,37 mg/l sampai 12,65 mg/l.. Untuk lebih
jelasnya lihat hasil pengamatan secara deskriptif pada gambar 2.19
Gambar 2.19 kandungan COD dalam kurun waktu tahun 2009.
d) Dissolved Oxygen (DO) / Oksigen Terlarut
Berdasarkan hasil pengukuran pada selang waktu januari – desember tahun 2009 diperoleh
kandungan DO air sungai huko-huko antara 5,75 mg/l sampai 8,54 mg/l. Untuk lebih
jelasnya lihat hasil pengamatan secara deskriptif pada gambar 2.20
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 17
Gambar 2.20 kandungan DO dalam kurun waktu tahun 2009.
e) Fospat
Bila kadar fosfat pada air sangat rendah (0,01 mg/l), pertumbuhan tanaman air dan
ganggang akan terhalang, keadaan ini dinamakan digotrap
Gambar 2.21 Kandungan fospat dalam kurun waktu tahun 2009
f) Amonia ( NH3)
Berdasarkan hasil pengukuran pada selang waktu januari – desember tahun 2009 diperoleh
kandungan Amonia air sungai huko-huko antara 0,2 sampai 6,33. Amoniak terdapat di
mana saja, Untuk lebih jelasnya lihat hasil pengamatan secara deskriptif pada gambar 2.22
Gambar 2.22 Kandungan Amonia dalam kurun waktu tahun 2009
g) Khrom
Berdasarkan hasil pengukuran pada selang waktu januari – desember tahun 2009 diperoleh
kandungan khrom air sungai huko-huko antara 0,001 mg/l sampai 0,035 mg/l. Untuk lebih
jelasnya lihat hasil pengamatan secara deskriptif pada Gbr .2.23
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 18
Gambar 2.23 Kandungan khrom dalam kurun waktu tahun 2009
h) Besi (Fe)
Berdasarkan hasil pengukuran pada selang waktu januari – desember tahun 2009
diperoleh kandungan besi air sungai huko-huko antara 0,0013 mg/l sampai 0,22 mg/l.
Untuk lebih jelasnya lihat hasil pengamatan secara deskriptif pada gambar 2.24
Gambar 2.24 Kandungan besi dalam kurun waktu tahun 2009
i) Khlorida
Berdasarkan hasil pengukuran pada selang waktu januari – desember tahun 2009 diperoleh
kandungan khlorida air sungai huko-huko antara 6,01 mg/l sampai 47,55 mg/l. Untuk lebih
jelasnya lihat hasil pengamatan secara deskriptif pada gambar 2.25
Gambar 2.25 Kandungan khlorida dalam kurun waktu tahun 2009
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 19
a) Sulfat
Berdasarkan hasil pengukuran pada selang waktu januari – desember tahun 2009 diperoleh
kandungan sulfat air sungai huko-huko antara 2,81 mg/l sampai 17,42 mg/l Untuk lebih
jelasnya lihat hasil pengamatan secara deskriptif pada gambar 2.26
Gambar 2.26 Kandungan sulfat dalam kurun waktu tahun 2009
b) Klorin Bebas
Berdasarkan hasil pengukuran pada selang waktu januari – desember tahun 2009 diperoleh
kandungan klorin bebas air sungai huko-huko antara 0,0018 mg/l sampai 0,005
mg/l.Berikut hasil pengamatan secara deskriptif pada gambar 2.27
Gambar 2.27 Kandungan klorin bebas dalam kurun waktu tahun 2009
2.3.2. Flora Aquatik (Tumbuhan Air)
Jenis tumbuhan air yang ditemukan baik pada perairan mengalir (sungai) maupun
perairan tenang (sawah/rawa) sebanyak 14 jenis yang termasuk dalam 9 famili. Famili
poaceae secara umum merupakan family dengan jumlah jenis paling tinggi, hal ini
ditunjukkan dengan jumlah spesies paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 6 jenis,
sedangkan 8 famili lainnya masing-masing hanya ditemukan 1 jenis.
Salah satu jenis yang termasuk dalam famili Poaceae adalah Paspalum longifolium
Roxb. merupakan jenis yang banyak ditemukan pada stasion pengamatan khususnya pada
perairan sungai. Jenis ini umumnya ditemukan pada bagian tepi sungai dan telah
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 20
teradaptasi dengan kondisi lingkungan perairan, dengan bagian perakaran dan sebagian
batang terbenam dalam air sedangkan daunnya sebagian di atas permukaan air sehingga
memungkinkan proses fotosintesis dapat terjadi secara maksimum.
Paspalum longifolium Roxb. Sangat dominan ditemukan sepanjang pinggir sungai,
yang menggambarkan bahwa jenis ini mampu beradaptasi dengan arus/aliran sungai. Hal
ini ditunjang oleh sistem perakaran yang kuat sehingga mampu beradaptasi dengan aliran
arus sungai.
Tabel 2.2 Jenis Tumbuhan Air Kab. Kolaka
No Nama Famili
Latin (Jenis) Daerah/Indonesia
1 Paspalum longifolium Roxb. Rumput ketih belalang (Ind) Poaceae
2 Digitaria sp. Kakawatan (Jawa) Poaceae
3 Panicum paludosum Roxb. - Poaceae
4 Echinochloa sp. Bangon (Jawa) Poaceae
5 Echinochloa stagnina (Retz.)
Beauv.
Jajagoan (Sunda) Poaceae
6 Eragrostis tenella (L.) Beauv. Pekingan (Jawa) Poaceae
7 Kylinga compressus L. Dekeng (Jawa) Cyperaceae
8 Limnophila erecta Benth. Kehkehan lembut (Sunda) Scrophulariaceae
9 Hydrilla verticillata (L.f.)
Royle
Ganggang (Ind) Hydrocharitaceae
10 Utricularia aurea Lour. Ganggang, rumput
gelembung
(Ind)
Lentibulariaceae
11 Azolla pinnata R.Br Mata lele (Jawa) Azommaceae
12 Salvinia molesta D.S. Mitchell Kiambang Salviniaceae
13 Eichhornia crassipes (Mart.)
Solms.
Eceng Gondok (Ind) Pontederiaceae
14 Juncus prismatocarpus Merakan (Jawa) Juncaceae Sumber ; WIPTEK, Volume 16 Nomor : 02 Juli 2008, ISSN 0854-0667
Tiga jenis tumbuhan air yang ditemukan dan sepenuhnya mampu beradaptasi dengan
lingkungan perairan (seluruh bagian organ ada dalam air) adalah jenis Utricularia aurea
Lour. dan Hydrilla verticillata (L.f.) Royle, jenis Salvinia molesta mengapung pada
permukaan air. Ketiga jenis tumbuhan air ini hanya ditemukan pada bagian genangan
air/rawa maupun pada bagian sungai dengan arus yang sangat lambat.
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 21
Jenis Utricularia aurea, mengapung bebas pada air tawar, memiliki banyak kantung-
udara. Jenis Hydrilla verticillata (L.f.) Royle, memiliki sistem perakaran yang terbenan
dalam lumput perairan
Salvinia molesta; merupakan tumbuhan annual atau perenial, mengapung bebas pada
permukaan, dengan rizoma mengapung, tanpa akar, habitat pada air tenang atau mengalir
lambat, rawa, bagian sungai yang tidak berarus. Permukaan daun lunak dengan banyak
buluh halus dengan panjang daun sekitar 4 cm
Eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) dapat ditemukan pada perairan
tenang Fungsi ekologisnya mampu bekerja untuk menetralisir bahan pencemar yang berada
dalam air, seperti menyerap partikel logam, dan senyawa fosfat
Jenis Azolla pinnata R.Br., mengapung bebas pada daun sering berasosis dengan
Anabaena azollae sehingga punya kemampuan melakukan fiksasi nitrogen
Jenis Eichhornia crassipes (Mart.) Solms, daun mengapung, dengan akar terbenam
dalam substrat, herba perenial dengan stolon axillary. Limnophila erecta Benth.; termasuk
herba, dengan tinggi dapat mencapai 5 -50 cm, batang lunak dan tegak, batang silindrik,
umumnya ditemukan pada daerah sekitar kali dengan arus yang sangat lambat, dan daerah
rawa sekitar kali.
2.3.3. Fauna Aquatik
Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan sekitar 10
jenis spesies ikan langka yang hidup di air tawar di kawasan Pegunungan Mekongga,
Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Peneliti LIPI, Dr. Daisy Wowor mengatakan, jenis ikan langka yang ditemukan di
Sungai Ranteangin Desa Tinukari Kecamatan Ranteangin Kabupaten Kolaka itu, selain
jenis ikan langka yang termasuk dalam kelompok organisme `crutaceae`.
Selain itu di kawasan pegunungan Mekongga itu juga terdapat hewan biota air tawar
langka yang lain seperti jenis udang dan kepiting ditemukan di Sungai Mosembo
yangberada pada ketinggian sekitar 500 meter di atas permukaan laut. khusus jenis
kepiting air tawar ini merupakan kelompok organisme `sesarmidae` dengan ciri khas di
tubuhnya berwarna coklat polos kemerah-merahan. Sedangkan jenis udang yang
ditemukan peneliti LIPI itu adalah kelompok `parathelpusa sp`.
Peneliti lain bidang spesiesialis air tawar LIPI, Reny Kurnia Hadiaty, juga
mengungkapkan, ada sekitar 13 jenis ikan yang sementara terdata di kawasan sungai
pegunungan Mekongga ini
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 22
Masih terdapat beberapa jenis ikan langka yang lain seperti kelompok organisme
`lentipes sp., dengan ciri khas kehidupannya di arus sungai deras dan sering menempel
pada batuan.
Selain itu juga ada jenis ikan keluarga belobrancus sp. Jenis ikan merupakan hewan
endemik yang khas karena pola strip di bagian tubuhya vertikal, berbeda dengan ikan lain
pada umumnya polanya strip horizontal.
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 23
BAB III
AKTIFITAS PENAMBANGAN DAN
REKLAMASI TAMBANG PT. VALE INDONESIA,Tbk
OPERASI POMALAA
3.1. Profil PT. Vale Indonesia, Tbk
PT Vale Indonesia Tbk (dahulu PT International Nickel Indonesia Tbk) (INCO)
didirikan tanggal 25 Juli 1968 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1978.
Kantor pusat INCO terletak di Plaza Bapindo, Citibank Tower, Lantai 22, Jln. Jend.
Sudirman Kav. 54-55, Jakarta 12190. Pabrik INCO berlokasi di Sorowako, Sulawesi
Selatan. Pemegang saham mayoritas INCO adalah Vale Canada Limited (58,73%) dan
Sumitomo Metal Mining Co, Ltd. (20,09%). Untuk lebih jelasnya lihat table 3.1. Vale
Canada Limited merupakan induk usaha INCO sedangkan Vale S.A., sebuah perushaaan
yang didirikan di Brasil merupakan pengendali utama INCO.
Lokasi Kontrak Karya PT INCO Tbk terletak di Kecamatan Pomalaa, Kecamatan
Baula, Kecamatan Tanggetada dan Kecamatan Lambandia, dengan luas keseluruhan
20,286.19 ha. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 3.3
Kontrak Karya PT Inco Tbk diperoleh pada tanggal 27 Juli 1968 melalui persetujuan
Presiden RI no. B-91/PRES/7/1968 berlaku selama 30 tahun, terhitung sejak produksi
komersial tanggal 1 April 1978 hingga 31 Maret 2008. Kontrak Karya PT. Inco Tbk.
Telah dimodifikasi dan diperpanjang berdasarkan persetujuan Presiden RI No. B-
745/PRES/12/1995 pada 29 Desember 1995,berlaku selama 30 tahun hingga 28 Desember
2025, secara efektif berlaku mulai 1 April 2008.
Gambar 3.1 Lokasi IUP PT. Vale Indonesia, Tbk Operasi Pomalaa
Gambar 3.1 Kepemilikan Saham
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 24
Tabel 3.1 Cakupan Kontrak Karya PT. Vale Indonesia, Tbk
Gambar 3.2 Peta IUP PT Vale Indonesia , Tbk Operasi
Pomalaa
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 25
3.2. Kegiatan Penambangan
Sistem operasi penambangan PT. Vale Indonesia Tbk Pomalaa adalah sistem open cast
diikuti dengan backfilling, dimana lokasi penimbunan tanah penutup adalah sebagian lahan
yang telah selesai ditambang (pasca tambang), sehingga lokasi timbunan tanah penutup
adalah lahan pasca tambang itu sendiri. Selain itu juga dibuat lahan khusus untuk
timbunan tanah penutup sebagai stock jika tanah penutup berlebih untuk lahan yang akan
direklamasi. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 3.2
Gambar 3.3 Tahapan Penambangan
3.2.1. Pembukaan Lahan Untuk Penambangan
Pembukaan lahan tambang sampai dengan akhir tahun 2008, lahan yang dibuka
adalah 111.74 Ha, dari jumlah tersebut yang terganggu oleh aktifitas penambangan adalah
seluas 48.35 Ha (perincian ada pada Tabel 1). Penataan lahan yang dilanjutkan dengan
penghijauan mulai dilaksanakan pada awal kuartal ke -3 Tahun 2006, pencapaian seluas
39.84 Ha sampai dengan akhir Tahun 2007. Pada tahun 2008 ditargetkan 23.12 Ha dan
realisasi mencapai 23.70 Ha.
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 26
Tabel 3.2. Luas Lahan Terganggu (Ha) 2008 dan rencana untuk periode 2009
No Deskripsi Kumulatif s/d 2007
2008 Kumulatif s/d 2008
Rencana 2009 Rencana Realisasi
Ha Ha Ha Ha Ha
1
Lahan Terganggu 1.1 Lokasi Tambang 48.35 10.36 - 48.35 - 1.2 Timbunan Tanah Penutup 22.41 8.00 - 22.41 - 1.3 Jalan Tambang 14.15 - - 14.15 - 1.4 Kolam Sedimen/pengendali erosi 6.47 - - 6.47 - 1.5 Stock file 11.67 - - 11.67 -
1.6
Fasilitas penunjang A Pabrik pengolahan dan pemurnian - - - - - B Tempat pembuangan slag - - - - - C Perumahan karyawan - - - - - D Jalan non tambang - - - - - E Gudang - - - - - F Kantor 8.69 - - 8.69 - G Bengkel pemeliharaan - - - - - h Pelabuhan - - - - -
Total 111.74 18.36 0 111.74 0
2
Reklamasi
2.1 Pengisian kembali dan penataan lahan bekas tambang ^
20.70 19.37 12.64 33.34 7.91
2.2 Pengaturan permukaan lahan lainnya :
Timbunan batuan/tanah penutup Bekas jalan tambang & kolam
2.3
Revegetasi a Lahan bekas tambang* b Timbunan tanah/batuan penutup c Lahan bekas jalan tambang d Lahan bekas jalan non tambang e Kolam sedimen/kendali erosi f Kolam Tailing g Fasilitas penunjang lainnya
2.4 Pemanfaatan lainnya Total Revegetasi
Catatan:
Data bukaan, reklamasi dan detail_2008.xls
Timbunan tanah penutup, merupakan daerah yang tidak ditambang dan atau yang
telah selesai ditambang dan digunakan sebagai “lokasi stock” (tempat penyimpanan
tanah penutup).
Lahan bekas tambang adalah semua lahan purna tambang dan atau lahan yang telah ditimbun kembali
(*) Termasuk jalan bekas tambang
(^) Sebelum dilakukan re-vegetasi dilakukan penataan lahan terlebih dahulu
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 27
Realisasi ubahan lahan yang tidak sejalan dengan rencana awal tahun 2008
adalah :
1. Rencana penambahan lahan seluas 18.36 Ha dipersiapkan jika Kerja sama
dengan PT Aneka Tambang dilanjutkan
2. Tidak dilanjutkannya lagi kerja sama antara PT Vale Indonesia Tbk dengan
PT Aneka Tambang Tbk atas kesepakatan bersama pada tanggal 18 Juli
2008.
Sehingga dari data tersebut diatas sisa lahan yang terbuka hingga tahun 2008
adalah seluas 48.20 Ha, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada
tabel 2 dibawah ini.
3.2.2. Pembukaan Lahan Untuk Penimbunan Tanah Penutup
Pembukaan lahan baru untuk keperluan penimbunan tanah penutup dan top soil pada tahun
2008 tidak dilakukan. Lokasi yang sudah ada sebelumnya dianggap cukup untuk proses
kegiatan penambangan hingga berakhirnya kerja sama yang telah disepakati antara PT Vale
Indonesia Tbk dengan PT Aneka Tambang Tbk.
Tabel 3.3. Status Lahan tambang yang terbuka di
PT Vale Indonesia Tbk Pomalaa sampai Akhir tahun 2008
No
Lokasi
Status Lahan
Terbuka Pra
2008*
Realisasi
bukaan lahan
2008
Realisasi
Reklamasi
lahan 2008
Status lahan
terbuka hingga
Desember 2008
Ha Ha Ha Ha 1 Lokasi Tambang
1.1 B5 Z1 2.77 0 2.77 0.00 1.2 B5 Z2 9.30 0 9.30 0.00 1.4 B5 Z4 8.48 0 0.57 7.91 1.6 B1 Wilson 7.10 0 0.00 7.10
2 Jalan Tambang 9.91 0 2.36 7.55 3 Timbunan tanah/batuan penutup 9.13 0 5.02 4.11 4 Kolam Sedimen/Pengendalian erosi 4.85 0 0.76 4.09 5 Stockpile 11.67 0 2.92 8.75 6 Fasilitas Penunjang
6.1 Pabrik pengolahan dan
pemurnian 0 0 0 0.00
6.2 Tempat pembuangan slag 0 0 0 0.00 6.3 Perumahan karyawan 0 0 0 0.00 6.4 Jalan non tambang 0 0 0 0.00 6.5 Gudang 0 0 0 0.00 6.6 Kantor 8.69 0 0 8.69 6.7 Bengkel pemeliharaan 0 0 0 0.00 6.8 Pelabuhan 0 0 0 0.00 6.9 Kolam tailing 0 0 0 0.00
T O T A L 71.90 0.00 23.70 48.20
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 28
3.3. Kegiatan Reklamasi Tambang
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha
pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan
ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.
3.3.1. Reklamasi Lahan
Lahan yang direncanakan untuk direklamasi sebagian besar adalah lahan
purna tambang (mined out) yang telah ditimbun kembali atau lahan yang sudah
menjadi tempat penimbunan tanah penutup (stock). Dalam perencanaan, daerah
purna tambang akan ditimbun kembali dengan tanah penutup (back filling) dengan
ketebalan bervariasi berdasarkan kontur dan kondisi bukit yang akan ditimbun
kembali. Pada perhitungan jaminan ini ketebalan minimal tanah penutup adalah 1.2
m sebagai media tumbuh tanaman. Peta daerah yang telah direklamasi dapat dilihat
pada lampiran.
Tahapan rehabilitasi lahan purna tambang adalah meliputi kegiatan
pengaturan/pembentukan muka lahan dengan standar lereng lahan rehabilitasi,
pengembalian tanah pucuk, pengendalian erosi, pembangunan drainase, pembangunan
Gambar 3.4 Alur Rehabilitasi Lahan
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 29
jalan revegetasi, penghijauan, pemeliharaan tanaman dan pemantauan keberhasilan.
Di wilayah lokasi yang akan dihijaukan dilakukan penataan lahan dimana
seluruh bongkahan batu ditimbun sedalam 1 meter untuk memastikan pertumbuhan
perakaran tanaman yang baik dan hasil akhir yang rapi. Pengendalian erosi
dilakukan dengan membangun sarana pengendali seperti lereng balik (back slope),
saluran air, kolam pengendapan sedimen dan rip-rap. Tahapan selanjutnya adalah
penebaran tanah pucuk (top soil) keseluruh lahan yang akan dihijaukan dengan
ketebalan 30 cm. Tahap akhir penyiapan lahan adalah penggemburan lahan yang telah
ditebar tanah pucuk dengan metode menggaruk permukaan lahan dengan backhoe
hingga kedalaman 25 cm. Selanjutnya adalah penanaman tanaman penutup tanah dan
pohon-pohon jenis pioneer. Lahan yang telah digemburkan ditaburi kompos sebanyak
25 – 30 ton/ha untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah agar kondusif untuk
pertumbuhan tanaman penutup tanah. Benih tanaman penutup tanah ditanam dengan
cara disebar diatas tanah dengan jumlah 50 kg/ha yang telah diberi kompos.
Benih tanaman penutup tanah merupakan campuran dari jenis rumput-rumputan
dan kacang-kacangan dengan perbandingan tertentu sebagai berikut :
No Nama Umum Nama Latin Jenis Komposisi
(%) 1 Bermuda Cynodon dactylon Rumput 25%
2 WF millet Panicum miliaceum Rumput 33%
3 Burgundy Macroptilium bracteatum Kacang-kacangan 17%
4 Wynn cassia Chamaecrista rotundifolia Kacang-kacangan 8%
5 Centrosema Centrosema sp Kacang-kacangan 8%
6 Orok-Orok Kacang-kacangan 9%
TOTAL 100%
Selain jenis cover crop diatas, PT Vale Indonesia Tbk Pomalaa juga
mengembangkan jenis rumput lokal. Jenis rumput lokal ini sifatnya merambat
sehingga ditanam pada kemiringan lebih dari 45° tanpa diberi net ataupun teknologi
hydroseeding (yaitu benih, pupuk, mulsa dan bahan perekat tertentu dimasukkan
kedalam tangki air dan disemprotkan kelereng yang akan ditanami).
Penanaman pohon-pohon pioneer dilakukan bersamaan dengan penanaman
tanaman penutup tanah, pohon-pohon ditanam dengan spasi 5m x 4m, ukuran
lubang tanam 0.6m x 0.6m x 0.6m.Untuk menyiapkan lubang tanam, peralatan
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 30
yang dipergunakan adalah backhoe dan tenaga manual. Lubang kemudian diberi
kapur dolomit sebanyak 0.4 kg/lubang tanam dan ditimbun kembali dengan tanah
yang telah dicampur pupuk Urea, TSP, KCL dan Organic Soil Treatment dengan
dosis masing masing 0.4 kg; 0.8 kg; 0.4 kg dan 0.3 kg, kemudian bibit ditanam 2-3
hari setelah ada hujan..Campuran rumput-rumputan dan kacang-kacangan (legume)
sebagai tanaman penutup tanah ditanam diantara jalur tanaman pohon untuk
mengurangi tingkat erosi dan membantu memperbaiki kondisi fisik dan kimia tanah.
Pohon-pohon pioneer ditanam secara multikultur/polikultur, yaitu penanaman yang
terdiri dari lebih satu jenis tanaman pada satu areal, hal ini ditujukan untuk
memperkaya biodiversity lahan, meningkatkan ketahanan tegakan dari serangan
hama penyakit dan menyediakan keragaman tempat hidup satwa.
PT Vale Indonesia Tbk Pomalaa dalam kegiatan penanaman pohon-pohon
pioneer sebagai hasil akhir kegiatan penghijauan sebelum dilakukan
pemeliharaan, menanam 11 jenis tanaman sebagai berikut :
No Nama Lokal Nama Latin Keterangan
1 Bitti Vitex Pioneer
2 Balik Angin Malotus sp Pioneer
3 Macaranga Macaranga sp Pioneer
4 Tirotasi Melaleuca Cajuputi Pioneer
5 Sengon Putih Paraserianthes falcataria Pioneer
6 Johar Cassia siamea Nomad
7 Saga Enterolobium macrocarpum Nomad
8 Jati Tectona grandis Primer
9 Kuku Pericopsis mooniana Primer
10 Mahoni Sweetenia microphilia Primer
11 Uru Hibiscus helyanthus Primer Data Lahan.xls
3.3.2. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman dilakukan hingga tanaman dapat tumbuh alami secara
berkelanjutan (siklus nutrisi alami telah mampu mendukung pertumbuhan pohon).
Pemeliharaan dilakukan hingga tanaman berumur satu setengah tahun, dimana pada
umur tersebut tanaman telah dapat tumbuh alami dan berkelanjutan.
Cakupan kegiatan pemeliharaan adalah pembersihan gulma, pendangiran,
penyulaman, pemberantasan hama penyakit, manipulasi akar tanaman yang kerdil,
dan pemupukan ulang. Secara ringkas program pemeliharaan tanaman disajikan
dalam tabel berikut:
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 31
Umur Tanam an Pemeliharaan
1 – 5 bulan setelah
tanam
Penyulaman, penyiangan, pendangiran,
pengalihanan aliran air yang merusak dan
penanggulangan hama penyakit 6 bulan setelah tanam
Penyiangan, pendangiran, dan pemupukan lanjutan
1 tahun setelah tanam
1.5 tahun setelah tanam
Penyiangan, pendangiran, dan pemupukan lanjutan ke-2
Penyiangan dan pemulsaan
Total pemeliharaan tanaman pada tahun 2008 adalah seluas 26.42 ha dengan
rincian pemeliharaan meliputi 10.66 ha untuk tanaman 2007 dan 15.76 ha untuk
tanaman hingga bulan Juni 2008 yang berumur 0.5 – 1.5 tahun. Pemeliharaan
tanaman yang dilakukan meliputi penyulaman tanaman yang mati, penyiangan,
pendangiran dan pemupukan ulang.
Penyiapan tanaman lokal untuk ketersediaan kompos dan bibit diambil dari
karang taruna lokal yang sbelumnya diberi keterampilan dalam tehnik pembuatan
kompos dan pengumpulan bibit, dan sebagian bibit tanaman di produksi sendiri di
nursery PT. Vale Indonesia Tbk Pomalaa.
3.3.3. Rehabilitasi Lahan Tahun 2008 Pencapaian rehabilitasi lahan PT Vale Indonesia Tbk Pomalaa pada tahun 2008
adalah seluas 23.70 ha, yang terdiri dari 12.64 ha pada wilayah tambang, 7.94 ha
pada area stock, dan sisanya seluas 3.12 ha adalah area jalan tambang dan kolam
sedimentasi, seperti yang dijabarkan pada tabel 1. Adapun data jumlah pohon yang
telah berhasil ditanam pada lahan rehabilitasi mencapai 11,247 pohon, untuk lebih
lengkapnya ditunjukkan pada table
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 32
Tabel 3. Data Jumlah Pohon yang ditanam Tahun 2008
3.3.4. Rehabilitasi Lahan Pasca Tambang
Rehabilitasi pada lahan purna tambang hingga akhir tahun 2008 adalah seluas
12.64 Ha dari yang direncanakan seluas 19.37 ha, hal ini dikarenakan bukaan lahan
tambang telah direhabilitasi pada tahun 2007 dan tidak dibukanya lahan baru untuk
kegiatan penambangan, data ditunjukkan dalam tabel 1.
Seluruh areal ini merupakan lahan purna tambang yang telah dilakukan
penimbunan kembali dengan galian tanah penutup (backfilling).
Laju antara rehabilitasi lahan dengan pembukaan lahan yang menghasilkan sisa
lahan yang terbuka dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
3.3.4.1. Rehabilitasi Tempat Penimbunan Tanah Penutup
Rehabilitasi lahan pada lokasi timbunan tanah penutup hingga akhir tahun 2008
seluas 7.94 Ha dari yang direncanakan seluas 3.75 Ha, hal ini dilakukan selain untuk
mengurangi bukaan lahan pada daerah timbunan tanah penutup dan stockpile,
juga dimaksudkan untuk mengurangi dampak erosi permukaan pada permukaan
lahan timbunan.
3.3.4.2. Rehabilitasi Sarana Lainnya
Rehabilitasi Sarana lain tidak direncanakan pada awal tahun 2008, namun
hingga akhir tahun 2008 dilakukan rehabilitasi lahan seluas 3.12 Ha meliputi 2.36
Ha merupakan lokasi jalan tambang (tanggul) dan 0.76 adalah lokasi dam dan pond untuk mengurangi tingkat erosi permukaan.
Lokasi
Bitti Balik
angin
Macaranga
Tirotasi Sengon
Putih
Johar
Saga
Jati
Kuku
Mahoni
Uru
bambu
Total
Zone 1 / (dunit & gabro) 290 0 60 125 401 148 96 90 30 0 0 0 1,240 Zone 2 801 63 119 410 125 8 633 188 344 233 0 1 15 4,065 Zone 2 (Quary) 43 3 6 22 67 34 10 18 12 0 0 0 215 Zone 4 38 0 0 34 101 38 14 30 0 0 0 0 255 Stock 3 Timur 135 0 75 65 230 175 100 0 0 0 0 0 780 Stock 5 138 11 20 71 216 110 32 59 40 0 0 3 700 Geomin 116 37 0 234 249 105 0 121 10 0 20 10 902 Dyke Emea 1& 2, Kasmi 76 0 0 34 110 58 25 40 50 0 0 5 398 Jalan Stock1 kompos 9 1 0 12 60 20 45 10 5 0 0 0 162 Irada 226 0 0 10 115 137 0 22 10 0 0 0 520 Z4 Road East 17 0 0 16 46 17 6 14 0 0 0 0 116 Jalan Geomin 8 2 0 16 18 7 0 9 0 0 0 0 60 Berm Zone 1 103 0 0 10 143 62 0 62 15 0 0 0 395 S1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 440 0 440 S2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 60 452 0 512 S3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 487 0 487 B5 Z3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Portal MHR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Grand Total 11,247
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 33
3.3.5. Biaya Reklamasi
Pada umumnya biaya reklamasi terdiri atas biaya langsung dan biaya tidak langsung,
biaya langsung meliputi segala biaya yang di keluarkan untuk melaksanakan kegiatan
reklamasi, misalnya biaya sewa alat, gaji operator, Bahan bakar, pengawas, dll.
Sedangkan biaya tidak langsung meliputi biaya yang dikeluarkan untuk urusan-urusan
non teknis, misalnya biaya pembuatan laporan rencana reklamasi, biaya administrasi,
biaya konsultasi dan evaluasi ,dll.
3.3.5.1. Biaya Rehabilitasi Lahan
Total realisasi biaya rehabilitasi lahan tahun 2008 adalah sebesar US$ 401,304.
Biaya ini sudah termasuk biaya hasil inspeksi reklamasi tahun 2007,
pemeliharaan tanaman dan kegiatan-kegiatan lain yang melibatkan kontraktor karena
adanya komitmen dari PT Vale Indonesia Tbk Pomalaa untuk mengembangkan
kerjasama dengan masyarakat lokal. Biaya setiap komponen dari biaya rehabilitasi
lahan untuk masing masing kuartal tahun 2008 ditunjukan pada tabel 4 dan detail
biaya rehabilitasi dapat ditunjukkan seperti pada tabel 5 berikut.
Tabel 4. Ringkasan Realisasi Biaya Rehabilitasi Lahan Tahun 2008
Tahun Rencana
2008
Realisasi Tahun 2008
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Total
Luas wilayah Reklamasi (HA) 23.12 9.40 6.36 5.02 2.92 23.70 US$ US$ US$ US$ US$ US$
I Biaya Langsung* 1 Biaya penatagunaan lahan 288,944 118,046 79,473 63,042 0 260,561 2 Biaya revegetasi/ penghijauan 118,356 52,029 35,501 29,527 17,400 134,457 3
Biaya pembongkaran fasilitas tambang
0
0
0
0
0
0
4 Biaya pencegahan dan
penanggulangan air asam tambang
0
0
0
0
0
0
5 Biaya Pengerjaan kembali lahan
reklamasi hasil inspeksi tahun
6,129
3,189
1,995
1,102
0
6,286
Sub Total 1 413,429 173,263 116,969 93,671 17,400 401,304 II Biaya Tidak Langsung
1 Biaya mobilisasi dan demobilisasi alat
2.5% dari sub1
2 Biaya perencanaan dan reklamasi 4%
dari sub1
3 Biaya administrasi dan keuntungan
kontraktor 6% sub1
4 Biaya supervisi 3% dari sub total 1 Sub Total 2
Total Biaya 1 + 2 413,429 173,263 116,969 93,671 17,400 401,304
Keterangan : (*) Dikerjakan oleh kontraktor Update biaya jam rek.xls
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 34
Tabel 5. Biaya rehabilitasi lahan PT. VALE INDONESIA Tbk Pomalaa tahun 2008
Keterangan
Jumlah
Unit Biaya/Unit
(Rp)
Total Biaya (Rp) Total biaya
(U S$) 1 Lahan Pasca Tambang Baru
1.1 Penyiapan/Penataan Lahan 1 Re Counturing 20.78 Ha 16,692,907 346,918,662 38,123 2 Pembangunan sarana drainase 23.70 Ha 9,720,000 230,367,888 25,315
1.2 Penanganan dan penebaran tanah penutup dan tanah pucuk 1 Penebaran 23.70 Ha 10,147,059 240,489,353 26,427 2 Pengangkutan tanah 20.78 Ha 43,932,353 913,019,732 100,332 3 Pengupasan 20.78 Ha 5,073,529 104,994,822 11,538 4 Pemuatan 20.78 Ha 14,580,000 303,007,392 33,298 5 Pembongkaran 20.78 Ha 11,178,000 232,305,667 25,528
Total Biaya Land Preparation (1.1 + 1.2) 260,561 1.3 Pembelian Material Habis Pakai
1 Benih Tanaman Penutup 1,185 kg 63,154 74,838,753 8,224 2 Bibit tanaman pioneer 11,247 btg 1,500 16,870,500 1,854 3 Kompos
Ayam 734,712 kg 800 587,769,920 64,590 Sapi 308,105 kg 800 246,484,160 27,086
4 Pupuk Urea 4,740 kg 1,347 6,383,940 702 KCL 4,740 kg 2,293 10,869,951 1,195 TSP 4,740 kg 1,802 8,540,676 939
5 Mycorrhiza starter 42 kg 45,000 1,870,416 206 6 Alocorsorb 71 kg 90,000 6,399,108 703
1.4 Penanaman Tanaman Penutup 23.70 Ha 4,400,000 104,281,760 11,460 1.5 Penanaman Tanaman Pioneer 20.78 Ha 4,520,000 93,936,448 10,323 1.6 Pemeliharaan Tanaman 26.42 Ha 1,655,442 43,736,772 4,806 Subtotal Biaya Revegetasi (1.3 + 1.4 + 1.5 + 1.6) 132,086 TOTAL 1 392,647
2 Lain Lain 2.1 Peralatan Keselamatan Kerja 5,640,000 620 2.2 Peralatan Kantor
1 ATK 1,250,000 137 2.3 Peralatan Kerja
1 Cangkul 3 ea 75,000 225,000 25 2 Parang 3 ea 200,000 600,000 66 3 Garu 3 ea 50,000 150,000 16 4 Sekop 5 ea 50,000 250,000 27 5 Linggis 4 ea 30,000 120,000 13 6 Patiba 4 ea 30,000 120,000 13 7 Polybag 12000 ea 75 900,000 99 8 Ember 6 ea 25,000 150,000 16 9 Tangki solo 1 ea 500,000 500,000 55 10 Terpal 6X8 3 ea 225,000 675,000 74
2.4 Training 11,000,000 1,209 TOTAL 2 2,371
3 Perbaikan lahan hasil inspeksi reklamasi tahun sebelumnya 3.1 Penyulaman dan Pemeliharaan 2.95 Ha 6,076,414 17,925,422 1,970 3.2 Perbaikan lahan dan Drainage 70.80 Hours 554,762 39,277,178 4,316 TOTAL 3 6,286
Grand Total (1 + 2 +3) 401,304
Detail biaya Jamrek 2008.xls
EDY BAKRI (221 13 014)
EKOLOGI UNTUK PERTAMBANGAN 35
3.3.5.2. Biaya Pengendalian Sedimen
Pembangunan sarana pengendalian sedimen yang telah dilakukan hingga akhir
tahun 2007 dianggap sudah cukup untuk menampung laju erosi permukaan
sebelum masuk kebadan sungai karena tidak dilakukannya pembukaan lahan baru pada
tahun 2008. Distribusi dari sarana pengendali sedimen yang telah ada tersebut
mencakup 23 pocked pond daya tampung 36.500 m3 dan 5 sediment pond daya
tampung 68.300 m3, sehingga kapasitas pengendalian sedimen yang terpasang sejak
tahun 2005 mencapai 104,800 m3. Pada tahun 2008 dilakukan pengerukan lumpur
pada pocked pond dan perbaikan sarana – sarana penunjang untuk memaksimalkan
keberadaan pocked pond dan dam berupa sarana drainase. Selain pembuatan
drainase baru juga revitalisasi drainase yang telah ada untuk menjaga fungsinya agar
bekerja secara optimal.
Total realisasi biaya pengerukan sarana pengendali sedimen yang meliputi
pengerukan 9 pocked pond, perbaikan drainase dan pemantauan lingkungan
adalah sebesar US$ 29.562. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada tabel 6
dibawah ini.
Tabel 6. Realisasi biaya pengendalian sediment 2008
No
Aktifitas
Rencana 2008 Realisasi 2008
Volume
(m3)
Biaya (Rp)
Biaya (US$) Volume
(m3)
Biaya (Rp)
Biaya (US$)
1 Fasilitas Pengendalian Sedimen Pengerukan Pocked pond STP1A 950 Rp 18,784,946 $ 2,064 1,072 Rp 21,197,329 $ 2,329 Pengerukan Pocked pond STP1B 1,020 Rp 20,169,100 $ 2,216 1,678 Rp 33,180,147 $ 3,646 Pengerukan Pocked pond 1B 870 Rp 17,203,056 $ 1,890 963 Rp 19,042,003 $ 2,093 Pengerukan Pocked pond D3 Zone1A 600 Rp 11,864,177 $ 1,304 622 Rp 12,299,196 $ 1,352 Pengerukan Pocked pond D3 Zone1B 900 Rp 17,796,265 $ 1,956 994 Rp 19,654,986 $ 2,160 Pengerukan Pocked pond 3D 1,100 Rp 21,750,990 $ 2,390 781 Rp 15,443,203 $ 1,697 Pengerukan Pocked pond 3E 1,700 Rp 33,615,167 $ 3,694 1,376 Rp 27,208,511 $ 2,990 Pengerukan Pocked pond 4B 950 Rp 18,784,946 $ 2,062 1,124 Rp 22,225,557 $ 2,442 Pengerukan Pocked pond Geomin 850 Rp 16,807,583 $ 1,847 780 Rp 15,423,429 $ 1,695 Sub Total 1 8,940 Rp 176,776,230 $ 19,424 9,390 Rp 185,674,362 $ 20,404
2 Pemantauan Lingkungan Rp 83,720,000 $ 9,200 Rp 83,337,800 $ 9,158
TOTAL (1 + 2) Rp 260,496,230 $ 28,624 Rp 269,012,162 $ 29,562
Detail biaya jamrek 2008.xls
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 36
3.3.5.3. Penentuan Biaya Reklamasi
Total Biaya reklamasi PT Vale Indonesia Tbk Pomalaa tahun 2008 adalah
US$ 430,866 mencakup biaya pengendalian sedimen (US$ 29.562), biaya rehabilitasi
lahan (US$ 395.018) dan biaya hasil inspeksi reklamasi tahun 2007 (US$ 6.286).
Untuk lebih jelasnya dapat ditunjukan pada tabel 7. dibawah ini
Tabel 7. Rencana dan realisasi biaya reklamasi 2008
Kegiatan Rencana 2008* Realisasi 2008
Penataan Lahan dan Revegetasi $ 407,300 $ 395,018
Hasil inspeksi reklamasi tahun 2007 $ 6,129 $ 6,286
Pengendalian Sedimen dan Pemantauan
Lingkungan
-
$ 29,562
TOTAL $ 413,429 $ 430,866
Keterangan
:
(*) sesuai persetujuan yang didapatkan dari DJMBP No. 1135/87/DJB/2007 dan
berdasarkan surat pernyataan jaminan reklamasi tahun 2008 dari DJMBP
No. 2082/87/DJB/2008
Biaya Penataan lahan dan revegetasi yang lebih kecil dari yang
direncanakan disebabkan oleh :
1. Pada lahan Stockpile 2 tidak dilakukan recounturing, penataan lahan berupa
pengaturan drainage untuk mengatur aliran air permukaan.
2. Biaya penyediaan kompos yang lebih sedikit pada tahun 2008 karena adanya
tambahan kompos dari sisa tahun 2007 yang berlebihan diakhir project .
Biaya pengendalian sedimen dan pemantauan lingkungan pada pengajuan reklamasi
yang telah disetujui pada tahun 2007 tidak tercantum sehingga pada tabel tersebut
diatas tidak dimasukkan sebagai rencana.
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 37
BAB IV
TINJAUAN KRITIS PENGELOLAAN LINGKUNGAN
DAN REVEGETASI
Pada prinsipnya terdapat 3 (dua) variabel yang menjadi parameter dalam
pelaksanaan evaluasi pengelolaan lingkungan oleh pemegang IUP/IUPK , yaitu
1. Kepatuhan Terhadap Aturan Perundang-Undangan
2. Pencapaian Luasan Reklamasi terhadap rencana
3. Kualitas Reklamasi
4.1. Kepatuhan Terhadap Aturan Perundang-Undangan
Secara umum terdapat 3 kriteria yang dapat di gunakan dalam mengukur tingkat
kepatuhan pemegang IUP/IUPK terhadap peraturan perundang-undangan, diantaranya;
1. Kewajiban Pelaporan
Setiap pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan rencana reklamasi dan rencana
pascatambang pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi atau IUPK
Operasi Produksi, selain itu pemegang IUP/IUPK juga wajib menyerahkan laporan
triwulan pelaksanaan RKL-RPL dan Laporan Tahunan Pelaksanaan Reklamasi. (pasal
99 , UU No. 4 tahun 2009).
2. Penempatan Jamrek dan Jaminan Pasca Tambang
Pemegang IUP dan IUPK wajib menyediakan dana jaminan reklamasi dan dana
jaminan pascatambang. (pasal 100 UU no. 4 tahun 2009)
3. Pelaksanaan Good Mining Practice
UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral & Batubara mendefinisikan
Reklamasi sebagai kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan
untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar
dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.
Kemudian tertuang juga dalam UU No. 4/2009 , bahwa pemegang IUP dan IUPK
berkewajiban untuk:
a) Menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik
b) Mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia
c) Meningkatkan nilai tambah sumberdaya mineral dan/atau batubara
d) Melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 38
e) Mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan
Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik Pemegang IUP wajib
melaksanakan :
a) Ketentuan K3 pertambangan
b) Keselamatan operasi pertambangan
c) Pengelolaan & pemantauan lingkungan pertambangan termasuk kegiatan
reklamasi dan pasca tambang
d) Upaya konservasi sumberdaya mineral dan batubara
e) Pengelolaan sisa tambang dalam bentuk padat, cair, atau gas sampai memenuhi
standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke media lingkungan.
Tinjauan Kritis :
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh, maka dapat di ketahui
bahwasannya PT. Vale Indonesia, Tbk telah menunaikan kewajiban pelaporannya.
Dimana laporan RKTTL, RKAB, Rencana Reklamasi pada tahap IUP Eksplorasi dan
IUP Operasi Produksi, RKL-RPL serta laporan tahunan pelaksanaan Reklamasi telah di
serahkan kepada pemerintah secara rutin dan konsisten.
Kemudian untuk kewajiban jaminan reklamasi PT. Vale telah menempatkan dan
jaminan reklamasi sesuai dengan laporan rencana reklamasi yang telah disetujui.
Adapun pelaksanaan good mining practice PT. Vale Indonesia, Tbk sebagai salah
satu perusahaan tambang dengan investasi asing, telah menerapkan/melaksanakan
kaidah teknik pertambangan yang baik (good mining practice) sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, dimana berdasarkan hasil penilaian
oleh kementerian ESDM PT. Vale Indonesia dianggap telah melaksanakan semua point
mengenai pelaksanaan good mining practice.
Selain itu komitmen dalam melakukan pengelolaan lingkungan telah dibuktikan
oleh PT. Vale Indonesia, Tbk dengan melaksanakan berbagai macam kegiatan
pengelolaan, pemantauan dan evaluasi, sehingga baru-baru ini PT Vale Indonesia Tbk
meraih penghargaan Aditama (emas) dan trofi untuk pengelolaan lingkungan
pertambangan kategori pemegang Kontrak Karya. Sedangkan dalam bidang
Keselamatan Pertambangan dan Kesahatan Kerja, perusahaan mendapatkan
penghargaan Pratama (Perunggu). Penghargaan tersebut hasil evaluasi pada periode
tahun 2013. Hasil penilaian berupa pemeringkatan untuk masing-masing penghargaan,
yaitu Aditama (Emas), Utama (Perak), dan Pratama (Perunggu). Sedangkan
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 39
penghargaan trofi adalah penghargaan yang terbaik (best of the best) diberikan hanya
pada perusahaan yang terbaik di antara para penerima kategori emas. dengan kinerja
terbaik.
5.2. Pencapaian Luasan Reklamasi terhadap rencana
Variabel capaian luasan sangat berpengaruh dikarenakan besaran jaminan reklamasi
yang ditempatkan oleh perusahaan diperuntukkan untuk luasan yang ada dalam rencana,
sehingga prosentase jaminan yang bisa dicairkan harus proporsional dengan luasan yang
telah dicapai. Besaran pencapaian reklamasi dihitung dalam prosentase dengan
perhitungan sebagai berikut;
Terdapat 3 kondisi yang mungkin terjadi pada saat evaluasi ketercapaian luasan :
1. Pencapaian luas reklamasi lebih kecil daripada rencana
2. Pencapaian luas reklamasi sama dengan rencana
3. Pencapaian luas reklamasi lebih besar dari rencana
A. Pencapaian luas reklamasi lebih kecil daripada rencana
Pada kondisi ini maka tingkat keberhasilan luasan reklamasi akan lebih kecil dari
100%, sehingga masih ada pekerjaan sisa reklamasi yang harus dikerjakan pada
tahun berikutnya. Tingkat pencapaian luas reklamasi di tahun-tahun berikutnya
dihitung secara proprosional berdasarkan tingkat pencapaian luasan.
Bila terdapat kendala non teknis (tertundanya proses pembebasan lahan, proses
perijinan yang menyebabkan menurunnya tingkat produksi, luas bukaan lahan dan
lahan yang siap untuk direklamasi), maka Direktur Jenderal atas nama Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya melalui instansi yang
membidangi pertambangan dapat menyatakan pencapaian luas reklamasi sebesar
100%. Keputusan tersebut harus memperhatikan faktor-faktor berikut ini:
1. Tingkat Produksi harus lebih kecil dari rencana;
2. Luas bukaan lahan harus lebih kecil dari rencana;
3. Volume tanah yang dipindahkan harus lebih kecil dari rencana;
4. SR tidak lebih besar dari rencana;
5. Ketersediaan lahan (mine out) aktual yang dibandingkan dengan rencana yang
ditampilkan dalam peta;
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 40
6. Hasil verifikasi di lapangan atas ketersediaan lahan sebagaimana diinformasikan
dalam peta.
B. Pencapaian luas reklamasi sama dengan rencana
Pada kondisi ini tidak terdapat hal yang menjadi catatan, proses evaluasi dapat
dilaksanakan sesuai capaian luasan sehingga faktor yang mempengaruhi pencairan
jaminan reklamasi hanya pada kualitas reklamasi
C. Pencapaian luas reklamasi lebih besar dari rencana
Pada kondisi ini tingkat pencapaian luasan akan lebih besar dari 100%,
Jaminan reklamasi adalah dana yang ditempatkan oleh perusahaan untuk meyakinkan
Pemerintah bahwa perusahaan tersebut akan melaksanakan reklamasi setelah
kegiatan pertambangan selesai, sehingga kegiatan reklamasi tidak menggunakan
biaya jaminan tersebut.
Proses pencairan jaminan reklamasi bukan mengacu pada serapan biaya akan tetapi
berdasar evaluasi pelaksanaan reklamasi di lapangan, oleh karenanya apabila terdapat
pencapaian luasan reklamasi yang melebihi dari rencana bukan berarti kualitas
reklamasi yang dilaksanakan adalah dibawah spesifikasi karena biaya reklamasi
aktual belum tentu sama dengan dana jaminan atau dengan kata lain untuk luasan
yang lebih besar dapat diasumsikan bahwa biaya aktual yang digunakan bias lebih
besar dari nilai jaminan.
Perusahaan dengan tingkat pencapaian luasan yang lebih besar telah berhasil
membuktikan bahwa kinerja reklamasi yang dicapai diatas apa yang diharapkan oleh
Pemerintah (beyond expecations).
Dalam hal kaitan dengan pencairan jaminan reklamasi tidak ada angka pencapaian
luasan diatas 100%,maka angka prosentase pencapaian luasan pada pencairan untuk
kondisi ini maksimal hanya dapat dinyatakan 100%.
5.3. Kualitas Reklamasi
Penilaian diberikan dengan membandingkan antara rencana dengan realisasi sehingga
diperoleh prosentase keberhasilan. Berikut adalah tata cara penilaian untuk masing-
masing kegiatan reklamasi: Berdasarkan peraturan perundang-undangan penentuan
kualitas keberhasilan reklamasi tahap eksplorasi dan operasi produksi ditetapkan
berdasar besaran sebagai berikut:
a) Paling banyak 60 % (enam puluh perseratus) dari besaran jaminan reklamasi tahap
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 41
operasi produksi apabila telah selesai melaksanakan penatagunaan lahan sesuai
dengan peruntukannya sebagaimana ditetapkan dalam rencana reklamasi tahap
operasi produksi yang telah disetujui, yang terdiri dari:
1) pengaturan permukaan lahan;
2) penyebaran tanah pucuk (tanah zona pengakaran);
3) pengendalian erosi dan pengelolaan air.
setiap kegiatan penatagunaan lahan diatas mempunyai bobot penilaian yang berbeda.
b) Paling banyak 80 % (delapan puluh perseratus) dari besaran jaminan reklamasi tahap
operasi produksi apabila telah selesai melaksanakan kegiatan penatagunaan lahan dan
pekerjaan revegetasi, yang terdiri dari:
1) penanaman tanaman penutup (cover crop);
2) penanaman tanaman cepat tumbuh;
3) penanaman tanaman jenis lokal; dan/atau
4) pengendalian air asam tambang.
c) 100 % (seratus persen) dari besaran jaminan reklamasi tahap eksplorasi dan operasi
produksi setelah kegiatan penyelesaian akhir reklamasi yang meliputi penyisipan
tanaman lokal dan perawatan telah memenuhi dari kriteria keberhasilan reklamasi
tahap eksplorasi dan operasi produksi
Tabel 4.1 Bobot Penilaian Kegiatan Tataguna Lahan
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 42
Tinjauan Kritis :
Berdasarkan evaluasi terhadap pelaksanaan reklamasi tahun 2010 adalah :
Hasil Evaluasi
(%)
Bobot
(%)
Penataan Lahan
Pengaturan permukaan lahan 40 40
Penebaran Tanah Pucuk 10 10
Pengendalian erosi
& pengelolaan air
10 10
Revegetasi
Cover Crop 2 2,5
Tanaman cepat tumbuh 6,9 7,2
Tanaman lokal 4,8 5
Pengendalian AAT 5 5
Kriteria keberhasilan
Penyisipan 5 10
Perawatan 0 10
TOTAL 83,7 100
Berdasarkan hal-hal sebagaimana tersebut diatas, maka Jaminan Reklamasi tahun
2010 dapat dilepaskan sebesar 83,7% atau US$ 294.833 (dua ratus sembilan puluh
empat ribu delapan ratus tiga puluh tiga Dolar Amerika Serikat) dan sisa Jaminan
sebesar 16,3% atau US$ 57.417 (lima puluh tujuh ribu empat ratus tujuh belas Dolar
Amerika Serikat) wajib ditempatkan kembali sebagai sisa Jaminan Reklamasi tahun
2010. Terhadap sisa Jaminan Reklamasi tahun 2009 sebesar US$ 15.817,21 (lima belas
ribu delapan ratus tujuh belas koma dua satu Dolar Amerika Serikat) dilepaskan
Tabel 4.2 Bobot Penilaian Penatagunaan Lahan dan Revegetasi
Serta Penyisipan Tanaman Lokal dan Perawatan
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 43
seluruhnya.
Uraian diatas memberikan gambaran kepada kita bahwasannya PT. Vale Indonesia
telah melaksanakan kegiatan reklamasi dengan persentase keberhasilan yang cukup
tinggi yaitu 83,7% sehingga hanya tersisa 16,3% pekerjaan yang mesti di selesaikan oleh
PT. Vale Indonesia. Persentase tersebut diatas mencakup semua aspek penilaian
keberhasilan reklamasi meliputi penataan lahan dan revegetasi yang terdiri atas kegiatan
recounturing, pembuatan sarana pengendali erosi, penanaman cover crop, penanaman
tanaman tumbuhan pioneer, penanaman tumbuhan primer.dll.
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 44
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 45
Rehabilitasi Lahan
Blok 5 Zona 1 (Gabro dan
Dunita Stock)
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 46
Foto I. Aktivitas Rehabilitasi Lahan Blok 5 Zona 1 (Gabro dan Dunite Stock)
Foto 1. Lokasi penyimpanan material tanah penutup di zona 1, Mey 2008
Foto 2. Persiapan kompos pada titik penanaman pohon, Juli 2008
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 47
Foto 3. Kondisi lokasi revegetasi pada zona 1 (gabro & dunite), October 2008
Foto 4. Kondisi lokasi revegetasi pada zona 1 (gabro & dunite), Desember 2008
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 48
Rehabilitasi Lahan dan
Pemeliharaan Tanaman
Blok 5 Zona 2
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 49
Foto II. Aktivitas Rehabilitasi Lahan Blok 5 Zona 2
Foto 5. Topografi pada saat dilakukan pengaturan lahan, Juni 2008
Foto 6. Status lahan setelah direhabilitasi, September 2008
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 50
Foto 7. Keadaan setelah direhabilitasi dan perawatan tanaman, Desember 2008
Foto 8. Kondisi zona 2 diphoto dari zona 3 road, Desember 2008
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 51
Rehabilitasi Lahan
Geomin
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 52
Foto III. Aktivitas Rehabilitasi Lahan Gomin
Foto 9. Situasi rehabilitasi lahan Utara Geomin, Maret 2008
Foto 10. Situasi rehabilitasi lahan Utara Geomin, May 2008
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 53
Foto 11. Situasi rehabilitasi lahan Utara Geomin, October 2008
Foto 12. Situasi rehabilitasi lahan Utara Geomin, Desember 2008
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 54
Rehabilitasi Lahan
Area Sediment Pond dan
Pocked Pond
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 55
Foto IV. Aktivitas rehabilitasi area Sediment Pond dan pocked pond
Foto 13. Kondisi sediment Pond emea, Januari 2008
Foto 14. Hasil rehabilitasi lahan pada tepi sediment Pond emea, Desember 2008
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 56
Foto 15. Kondisi Penghijauan pada tepi dam emea, Maret 2008
Foto 16. Penghijauan pada tepi dan tanggul sediment Pond Emea, Desember 2008
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 57
Foto 17. Kondisi dinding saluran air yang terjal dan terbuka, Januari 2008
Foto 18. Kondisi dinding terjal saluran air yang telah ditanam rumput, Dec 2008
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 58
Pengendalian Sedimen
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 59
Foto V. Aktivitas Pengendalian sedimen
Foto 19. Perbaikan Pocked Pond, 2008
Foto 20. Situasi Sediment Pond emea setelah diperbaiki dan dihijaukan, Desember 2008
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 60
Foto 21. Kondisi Saluran Air dengan Geotekstil di Geomin Blok 5 Zona 1, Des 08
Foto 22. Salah satu pond yang dibentuk mengikuti topografi di blok5 zona 2, Des 2008
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 61
Jenis Pohon dan Rumput
Untuk Kegiatan Revegetasi
Pomalaa
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 62
Foto VI. Foto jenis pohon dan rumput yang ditanam
Foto 23. Cover crop jenis Bermuda (Cynodon dactylon)
Foto 24. Cover crop jenis Wynn Casia (Chamaecrista rotundifolia)
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 63
Foto 25. Tanaman Primer Jenis Kuku (Phericopsis mauniana), 10 bln (± 1,8 m)
Foto 26. Tanaman Pioneer Balik Angin (Malotus sp), 4 bln (± 1.8 m)
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 64
Aktifitas Dan Fasilitas
Yang Lain
EDY BAKRI (22113014)
[Type the company name] | Error! No text of specified style in document. 65
Foto VII. Foto Lain Lain
Foto 27. Nurseri PT Vale Indonesia Tbk Pomalaa, October 2008
Foto 28. Salah satu Karang taruna untuk suplai bibit tanaman (Desa Anewoi)