tugas laporan magang di peternakan sapi dan domba (2009)
DESCRIPTION
aktivitas seputar peternakan sappi dan dombaTRANSCRIPT
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kompetensi yang dimiliki seorang dokter hewan digunakan untuk
melaksanakan peranannya dalam berbagai bidang. Peranan ini antara lain di
bidang peternakan, penelitian biomedis, penangkaran hewan, pendidikan
kedokteran hewan dan di bidang klinik hewan kesayangan. Peranan ini sesuai
dengan tujuan akhir disiplin ilmu yang diberikan kepada mahasiswa kedokteran
hewan dalam upaya menyejahterakan manusia melalui kesejahteraan hewan.
Oleh karena itu, dalam melaksanakan peranannya dokter hewan dituntut untuk
profesional. Profesionalisme dokter hewan dapat dicerminkan dengan
komunikasi yang baik dengan klien dan memiliki kompetensi dalam menangani
hewan yang dihadapi.
Peran dokter hewan dalam bidang peternakan sangat urgent. Peran ini
mencakup pengawasan pakan yang diberikan terhadap hewan, pembudidayaan
ternak, pengawasan pemberian obat-obatan, pengawasan kegiatan yang
dilakukan di rumah potong hewan, pengawasan industri pangan asal hewan dan
pengawasan di restoran. Dokter hewan bertanggung jawab atas keamanan
pangan mulai dari peternakan sampai meja makan atau safe from farm to table.
Seorang dokter hewan harus memiliki ilmu dan skill dalam upaya
melaksanakan tugasnya. Ilmu mengenai hewan secara teori telah didapatkan di
bangku perkuliahan. Sementara skill bisa didapatkan melalui beberapa cara
diantaranya pelaksanakan praktikum lapangan. Skill yang didapatkan di
lapangan diharapkan dapat berguna untuk melaksanakan tugas sebagai dokter
hewan.
Tujuan
Praktikum lapang ini bertujuan untuk meningkatkan skill mahasiswa
kedokteran mengenai peranannya sebagai praktisi di peternakan. Skill yang
didapat selama praktikum lapang dapat dikaitkan dengan ilmu teoritis yang telah
didapat selama perkuliahan. Praktikum lapang ini juga digunakan sebagai media
berbagi ilmu antara mahasiswa dan peternak mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan peternakan. Dengan diadakannya praktikum lapang ini mahasiswa
diharapkan dapat semakin memahami keadaan peternakan, mampu
menganalisis berbagai permasalahan yang mungkin terjadi di peternakan, serta
peran dokter hewan dalam bidang peternakan. Hasil akhir dari praktikum lapang
1
ini adalah kearifan mahasiswa kedokteran dalam menyatukan ilmu teotitis yang
didapat selama kuliah dengan ilmu praktis yang didapatkan di praktikum.
B. KONDISI UMUM LOKASI MAGANG
Magang ini dilakukan pada hari Minggu tanggal 20 Desember 2009 di
daerah Tegal Waru, tepatnya di Jalan Manunggal 51 No. 39, Kelurahan Tegal
Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Di tempat tersebut terdapat
beberapa peternakan, yakni peternakan sapi potong, peternakan domba potong
dan kambing potong, serta peternakan kelinci. Baik peternakan sapi, peternakan
domba-kambing, maupun peternakan kelinci dikelola oleh alumni Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor yang bekerja sama dengan masyarakat
setempat. Lokasi magang berada jauh dari akses kendaraan umum, baik angkot,
bus, ataupun kereta. Meskipun demikian, mahasiswa dapat tiba di lokasi magang
dengan menggunakan kendaraan sewa.
Kandang sapi memiliki kapasitas sekitar 30 ekor sapi dewasa. Sedangkan
kandang domba-kambing dapat menampung kurang lebih 700 ekor domba-
kambing dewasa. Kandang sapi dan kandang domba-kambing memiliki atap
berbahan genting. Akan tetapi ada sebagian kecil dari kandang sapi yang tidak
memiliki atap. Sumber air untuk memberi minum dan memandikan ternak adalah
air sumur. Karena mesin air rusak, sewaktu magang dilakukan sumber air yang
digunakan adalah air sawah. Peternakan ini pun memiliki kelebihan dimana
kotoran sapi yang dihasilkan oleh ternak dimanfaatkan untuk biogas.
Peternakan sapi tempat magang dilaksanakan merupakan salah satu
wujud program Departemen Pertanian Republik Indonesia karena peternakan
tersebut dibangun melalui program Sarjana Membangun Desa yang lebih dikenal
dengan istilah SMD. Program SMD ini dilaksanakan dalam upaya pemerintah
mewujudkan swasembada daging di negara Indonesia pada tahun 2014.
C. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Kegiatan praktikum lapang dimulai sekitar pukul 08.30. kegiatan diawali
dengan pembukaan yang diisi oleh Drh. Andryanto sebagai dosen pembimbing.
Kegiatan yang dilakukan selama pembukaan meliputi perkenalan antar
mahasiswa, dokter hewan, pemilik peternakan dan petugas peternakan.
Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian materi dari drh. Andryanto. Materi yang
diberikan mengenai peran dokter hewan sebagai praktisi di peternakan dan
2
penjelasan umum mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan selama praktikum
lapang. Materi kedua diberikan oleh bapak Budi, Spt sebagai pemilik peternakan.
Materi kedua ini membahas mengenai sejarah pembentukan peternakan dan
perjalanannya sampai pada saat dilakukannya magang. Sistem menejemen
peternakan juga dijelaskan dalam materi kedua ini. Bahasan lain yang
dipaparkan pada kesempatan ini adalah buku-buku peternakan yang telah ditulis
oleh beliau dan kawan-kawan. Buku ini telah diterbitkan dan disebarluaskan
kepada masyarakat sebagai bahan acuan untuk membudidayakan ternak dan
pengolahan limbah peternakan. Lebih jauh lagi materi yang diberikan oleh bapak
Budi ini memaparkan mengenai program pemerintah dalam upaya mewujudkan
swasembada daging di negara Indonesia pada tahun 2014 yakni Program
Sarjana Membangun Desa (SMD). Peternakan ini merupakan salah satu wujud
nyata dari program tersebut. Dalam mengelola peternakan ini bapak Budi
berperan sebagai ketua manajemen yang dibantu oleh tiga orang warga.
Peternakan milik pak Budi menjadi peternakan percontohan yang berhasil dalam
menjalankan program SMD. Keberhasilan ini dapat dilihat dari penjualan saat
Idul Qurban yang mencapai 100 ekor sapi dan 2000 ekor domba.
Gambar 1. Perjalanan mahasiswa berangkat menuju lokasi magang.
Kegiatan kedua yang dilakukan mahasiswa adalah handling sapi,
memandikan sapi, membersihkan kandang, memberi pakan hijauan, memberi
obat cacing melalui oral, dan memberi vitamin B kompleks secara intramuskular.
Saat praktikum lapang mahasiswa dibimbing dan dibantu dosen, pemilik
3
peternakan, mahasiswa angkatan 43, dan petugas kandang. Dalam handling
sapi mahasiswa diberi pengarahan saat mendekati sapi. Kebiasaan sapi saat
merasa tidak aman dan tidak nyaman adalah menendang ke arah lateral
sehingga mahasiswa harus menghindari posisi tersebut. Posisi yang aman saat
mendekat sapi adalah tepat di belakang ekor atau berada di samping sapi
dengan jarak sedekat mungkin. Pada bagian hidung sapi terdapat syaraf yang
peka dan banyak sehingga saat hidung sapi dikeluh sapi akan menurut dan
relatif tenang.
Saat memandikan sapi teori mengenai handling sapi harus tetap
diperhatikan dengan tujuan menjaga keselamatan. Bahkan akan lebih baik jika
disamping ada yang memandikan ada pula yang memegang tali keluh. Proses
memandikan sapi membutuhkan air dalam jumlah besar. Pada awal memandikan
semua permukaan tubuh sapi dibasahi dengan tujuan membasahi feses dan
kotoran yang mengeras pada rambut sehingga mudah dibersihkan. Setelah air
meresap ke dalam kotoran dilakukan penyikatan.
Gambar 2. Mahasiswa sedang memandikan sapi
Pemberian pakan dilakukan secara bertahap. Selama proses
memandikan, sapi tetap diberi makan agar sapi terfokus pada makanan. Hijauan
yang akan diberikan sebaiknya dipotong terlebih dahulu. Hijauan yang diberikan
akan lebih baik jika diberi air garam untuk meningkatkan selera makan sapi.
4
Pemberian garam ini juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sapi akan
mineral.
Gambar 3. Mahasiswa sedang meng-handling sapi dengan memegang tali keluh
agar sapi tidak menendang ketika dimandikan.
Pemberian obat cacing secara oral dilakukan menggunakan suntikan
tanpa jarum di sebelah lateral mulut sapi. Obat cacing yang digunakan adalah
abendazol dengan dosis 0,75 ml per 10 kg bobot tubuh. Pemberian vitamin B
kompleks dilakukan melalui penyuntikan intramuskular. Daerah intramuskular
yang dipilih adalah daerah dengan bagian otot yang tebal dan tidak mengenai
saraf, sebagai contoh adalah daerah punuk atau daerah medial paha. Masing-
masing mahasiswa diwajibkan melakukan pemberian obat cacing dan pemberian
vitamin pada sapi sehingga mahasiswa mendapatkan pengalaman penyuntikan
intramuskular.
Kegiatan ketiga adalah diskusi yang dilakukan setelah sholat zhuhur di
rumah pak Budi. Diskusi ini membahas pendapat mahasiswa setelah melakukan
serangkaian kegiatan di kandang sapi. Selain itu pada diskusi ini mahasiswa
diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai kegiatan yang dilakukan di
kandang sapi dan seputar peternakan.
Peternakan milik pak Budi tidak hanya terfokus pada peternakan sapi
potong, tetapi terdapat pula peternakan domba potong, dan kelinci. Kegiatan
keempat dilakukan di peternakan domba potong dan kambing potong. Selama
praktikum di kandang domba mahasiswa diajarkan cara mencukur rambut domba
termasuk dalam handling domba.
Kegiatan di kandang domba dan kambing adalah kegiatan terakhir
selama praktikum lapang. Selanjutnya mahasiswa dan pemilik peternakan
5
melakukan foto bersama sebagai bahan dokumentasi. Kemudian mahasiswa
mempersiapkan diri untuk kembali pulang ke rumah masing-masing.
D. PEMBAHASAN
Kebutuhan protein hewani yang terus meningkat perlu diimbangi dengan
penyediaan bahan pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH)
serta mencukupi permintaan masyarakat. Seiring dengan upaya untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat tersebut yang harus mencakup kriteria food security dan
food safety maka perlu diperjelas mengenani peran-peran profesi dokter hewan
dalam penyediaan bahan pangan asal hewan tersebut. Dokter hewan
merupakan kontrol dan penjamin keamanan pangan asal hewan. Masyarakat
membutuhkan pangan asal hewan yang aman, sehat, dan bergizi.
Kebutuhan pangan asal hewan yang dibutuhkan oleh masyarakat harus
memenuhi dua hal yaitu food security dan food safety. Kedua hal tersebut di atas
melibatkan profesi dokter hewan, seperti yang tercantum dalam undang-undang
No. 6 Tahun 1967 mengenai tiga peran profesi dokter hewan dalam penganan
bahan pangan asal hewan yaitu: Kesehatan Hewan (Animal Health), Produksi
Ternak (Animal Production), dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Veterinary
Public Health). Keberhasilan pemenuhan kebutuhan bahan pangan asal hewan
tidak terlepas dari keberhasilan sektor peternakan. Pangan asal hewan yang
sering dikonsumsi oleh masyarakat adalah daging, telur dan susu.
Tugas Profesi Kedokteran Hewan dalam Animal Health pada dasarnya
adalah mampu menyediakan protein hewan yang berkualitas baik dan jumlahnya
mencukupi melalui tata laksana keehatan yang baik (pengamanan hewan
terhadap penyakit zoonosis, higiene, sanitasi dan perawatan kesehatan). Selain
itu, dokter hewan merupakan agen utama dalam menjaga kesehatan dan
kesejahteraan hewan. Dalam bidang Animal Production profesi Kedokteran
hewan dituntut untuk mampu membantu mengembangkan peranan produksi dan
reproduksi ternak melalui kesehatan ternak terpadu. Dalam bidang Veterinary
Public Health mengharuskan profesi kedokteran hewan untuk mampu
memberikan pengamanan kepada masyrakat di daerahnya terhadap hasil-hasil
hewani untuk di konsumsi dan perlindungan manusia dari penyakit-penyakit yang
berasal dari hewan.
Usaha mendapatkan pangan asal hewan yang berkualitas, kesejahteraan
hewan adalah salah satu faktor yang harus diperhatikan. Kesejahteraan
6
hewan(animal welfare) meliputi bebas dari rasa lapar dan haus (freedom from
hunger and thirst), bebas dari ketidaknyamanan (freedom from discomfort),
bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit (freedom from pain, injury and disease),
bebas mengekspresikan tingkah laku alamiah (freedom to express normal
behavior), dan bebas dari rasa takut dan stress (freedom from fear and distress)
(Appleby 1999).
Sapi potong merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak
dikonsumsi sebagai panganan asal hewan yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat. Meningkatnya kebutuhan akan konsumsi bahan pangan asal hewan
disebabkan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya nilai gizi asal hewani. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan atau
pemeriksaan bahan pangan asal hewan yang diperiksa oleh badan Kesmavet
(kesehatan masyarakat veteriner) yang melibatkan dokter hewan di dalamnya.
Peran kesmavet bertujuan untuk mencegah penularan penyakit kepada manusia
baik melalui hewan maupun bahan makanan asal hewan lainnya dan ikut serta
memelihara dan mengamankan produksi bahan makanan asal hewan dari
pencemaran dan kerusakan akibat penanganan yang kurang higienis.
Sesungguhnya produk makanan asal hewan mempunyai gizi sangat
penting bagi manusia. Di lain pihak produk makanan asal hewan sangat rentan
terhadap berbagai pencemaran penyakit hewan, mikroorganisme pembusuk,
residu obat serta bahan kimia lainnya yang dapat berakibat fatal bagi kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu pengawasan intensif terhadap produk asal hewan
yaitu daging, telur dan susu serta hasil olahannya serta pemakaian obat hewan,
fasilitas RPH/RPU sarana transportasi dan distribusi serta bahan pengawet
makanan tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat sesuai
amanat peraturan perundangan kesehatan masyarakat veteriner yang berlaku di
Indonesia dan ditindaklanjuti secara berjenjang di daerah-daerah sesuai
kewenangannya masing-masing. Secara hukum konsumen mendapat
perlindungan dalam mengkonsumsi bahan makanan yang aman, berkualitas baik
serta sehat. Oleh karena itu sosialisasi secara terus menerus dan seluas-luasnya
tentang pengenalan daging, telur dan susu yang sehat dan layak dikonsumsi
serta aturan dan ketentuan produksi sampai pada pengelolahan dan pemasaran
perlu dilaksanakan oleh semua pihak terkait baik instansi pemerintah maupun
non-pemerintah.
7
Ketahanan pangan (food security) adalah hal yang mutlak dilakukan demi
tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup dan memadai, tetapi harus juga
diingat akan keamanan pangan (food safety) sebagai jaminan keamanan bagi
masyarakat (konsumen). Untuk mendukungnya diperlukan suatu pengawasan
dalam bidang produksi, distribusi, dan pemasaran produk pangan asal hewan
melalui kerjasama antara pemerintah, kesmavet (Veterinary Public Health) dalam
hal ini dokter hewan dan pihak-pihak terkait melalui suatu sistem kesehatan
hewan nasional, sehingga konsumen mendapat perlindungan dalam
mengkonsumsi bahan makanan yang aman, sehat dan berkualitas.
Kebutuhan protein hewani yang terus meningkat perlu diimbangi dengan
penyediaan bahan pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH)
serta mencukupi permintaan masyarakat. Seiring dengan upaya untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat tersebut yang harus mencakup kriteria food security dan
food safety maka perlu diperjelas mengenani peran-peran profesi dokter hewan
dalam penyediaan bahan pangan asal hewan tersebut. Dokter hewan
merupakan kontrol dan penjamin keamanan pangan asal hewan. Masyarakat
membutuhkan pangan asal hewan yang aman, sehat, dan bergizi.
Kebutuhan pangan asal hewan yang dibutuhkan oleh masyarakat harus
memenuhi dua hal yaitu food security dan food safety. Kedua hal tersebut di atas
melibatkan profesi dokter hewan, seperti yang tercantum dalam undang-undang
No. 6 Tahun 1967 mengenai tiga peran profesi dokter hewan dalam penganan
bahan pangan asal hewan yaitu: Kesehatan Hewan (Animal Health), Produksi
Ternak (Animal Production), dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Veterinary
Public Health). Keberhasilan pemenuhan kebutuhan bahan pangan asal hewan
tidak terlepas dari keberhasilan sektor peternakan. Pangan asal hewan yang
sering dikonsumsi oleh masyarakat adalah daging, telur dan susu.
Tugas Profesi Kedokteran Hewan dalam Animal Health pada dasarnya
adalah mampu menyediakan protein hewan yang berkualitas baik dan jumlahnya
mencukupi melalui tata laksana keehatan yang baik (pengamanan hewan
terhadap penyakit zoonosis, higiene, sanitasi dan perawatan kesehatan). Selain
itu, dokter hewan merupakan agen utama dalam menjaga kesehatan dan
kesejahteraan hewan. Dalam bidang Animal Production profesi Kedokteran
hewan dituntut untuk mampu membantu mengembangkan peranan produksi dan
reproduksi ternak melalui kesehatan ternak terpadu. Dalam bidang Veterinary
Public Health mengharuskan profesi kedokteran hewan untuk mampu
8
memberikan pengamanan kepada masyrakat di daerahnya terhadap hasil-hasil
hewani untuk di konsumsi dan perlindungan manusia dari penyakit-penyakit yang
berasal dari hewan.
Sapi potong merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak
dikonsumsi sebagai panganan asal hewan yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat. Meningkatnya kebutuhan akan konsumsi bahan pangan asal hewan
disebabkan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya nilai gizi asal hewani. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan atau
pemeriksaan bahan pangan asal hewan yang diperiksa oleh badan Kesmavet
(kesehatan masyarakat veteriner) yang melibatkan dokter hewan di dalamnya.
Peran kesmavet bertujuan untuk mencegah penularan penyakit kepada manusia
baik melalui hewan maupun bahan makanan asal hewan lainnya dan ikut serta
memelihara dan mengamankan produksi bahan makanan asal hewan dari
pencemaran dan kerusakan akibat penanganan yang kurang higienis.
Sesungguhnya produk makanan asal hewan mempunyai gizi sangat
penting bagi manusia. Di lain pihak produk makanan asal hewan sangat rentan
terhadap berbagai pencemaran penyakit hewan, mikroorganisme pembusuk,
residu obat serta bahan kimia lainnya yang dapat berakibat fatal bagi kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu pengawasan intensif terhadap produk asal hewan
yaitu daging, telur dan susu serta hasil olahannya serta pemakaian obat hewan,
fasilitas RPH/RPU sarana transportasi dan distribusi serta bahan pengawet
makanan tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat sesuai
amanat peraturan perundangan kesehatan masyarakat veteriner yang berlaku di
Indonesia dan ditindaklanjuti secara berjenjang di daerah-daerah sesuai
kewenangannya masing-masing. Secara hukum konsumen mendapat
perlindungan dalam mengkonsumsi bahan makanan yang aman, berkualitas baik
serta sehat. Oleh karena itu sosialisasi secara terus menerus dan seluas-luasnya
tentang pengenalan daging, telur dan susu yang sehat dan layak dikonsumsi
serta aturan dan ketentuan produksi sampai pada pengelolahan dan pemasaran
perlu dilaksanakan oleh semua pihak terkait baik instansi pemerintah maupun
non-pemerintah.
Ketahanan pangan (food security) adalah hal yang mutlak dilakukan demi
tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup dan memadai, tetapi harus juga
diingat akan keamanan pangan (food safety) sebagai jaminan keamanan bagi
masyarakat (konsumen). Untuk mendukungnya diperlukan suatu pengawasan
9
dalam bidang produksi, distribusi, dan pemasaran produk pangan asal hewan
melalui kerjasama antara pemerintah, kesmavet (Veterinary Public Health) dalam
hal ini dokter hewan dan pihak-pihak terkait melalui suatu sistem kesehatan
hewan nasional, sehingga konsumen mendapat perlindungan dalam
mengkonsumsi bahan makanan yang aman, sehat dan berkualitas.
E. Kesimpulan
Mahasiswa kedokteran hewan dapat mengasah pengetahuan dan
pengalaman mengenai peternakan melalui magang. Selain mahasiswa dapat
mengaitkan antara teori dengan praktikum, mahasiswa juga dapat mengetahui
masalah-masalah pada bidang peternakan. Peranan dokter hewan pada bidang
peternakan antara lain menjamin kesehatan dan kesejahteraan hewan ternak.
Selain itu dokter hewan juga bertindak sebagai quality assurace dengan
memberikan jaminan mutu atas seluruh proses kegiatan dan hasil produk
pemanfaatan sumber daya hewani.
F. Daftar Pustaka
Appleby MC, Hughes BO. 1997. Animal Welfare. CAB International.
Appleby MC. 1999. Why Should We Care About Animal Welfare?. CAB
International.
10