tugas laporan buku individu

45
Laporan Buku Oleh : Sawaludin, S.Pd JUDUL BUKU : Membangun Karakter dan Kepribadian melalui PKn PENULIS : Syahrial Syarbaini, Aliaras Wahid, H.A Djasli, Sugeng Wibowo PENERBIT : Graha Ilmu, Yogyakarta TAHUN : I, 2006 JUMLAH BAB : IX BAB TEBAL : IX dan 191 Halaman BAB I PENDAHULUAN Apabila kita simak bersama, bahwa dalam pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, namun lebih jauh dan pengertian itu yang lebih utama adalah dapat mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika maupun estetika maupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Memang idealnya demikian. Namun apa yang terjadi di era sekarang? Banyak kita jumpai perilaku para anak didik kita yang kurang sopan, bahkan lebih ironis lagi sudah tidak mau menghormati kepada orang tua, baik guru maupun sesama. Banyak kalangan yang mengatakan bahwa "watak" dengan "watuk" (batuk) sangat tipis perbedaannya. Apabila "watak" bisa terjadi karena sudah dari sononya atau bisa juga karena faktor bawaan yang sulit untuk diubah, namun apabila "watak" = batuk, mudah disembuhkan dengan minum obat batuk. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jelas hal ini tidak dapat terlepas adanya perkembangan atau laju ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi yang mengglobal, bahkan sudah tidak mengenal batas- Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan 1

Upload: awell-hotmant

Post on 27-Jun-2015

774 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

tugas kuliah laporan buku

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

JUDUL BUKU : Membangun Karakter dan Kepribadian melalui PKnPENULIS : Syahrial Syarbaini, Aliaras Wahid, H.A Djasli, Sugeng Wibowo PENERBIT : Graha Ilmu, YogyakartaTAHUN : I, 2006JUMLAH BAB : IX BABTEBAL : IX dan 191 Halaman

BAB I

PENDAHULUAN

Apabila kita simak bersama, bahwa dalam pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas

mentransfer ilmu saja, namun lebih jauh dan pengertian itu yang lebih utama adalah dapat

mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih

sopan dalam tataran etika maupun estetika maupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Memang idealnya demikian. Namun apa yang terjadi di era sekarang? Banyak kita

jumpai perilaku para anak didik kita yang kurang sopan, bahkan lebih ironis lagi sudah tidak

mau menghormati kepada orang tua, baik guru maupun sesama. Banyak kalangan yang

mengatakan bahwa "watak" dengan "watuk" (batuk) sangat tipis perbedaannya. Apabila

"watak" bisa terjadi karena sudah dari sononya atau bisa juga karena faktor bawaan yang sulit

untuk diubah, namun apabila "watak" = batuk, mudah disembuhkan dengan minum obat

batuk. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jelas hal ini tidak dapat terlepas adanya perkembangan

atau laju ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi yang mengglobal, bahkan sudah

tidak mengenal batas-batas negara hingga mempengaruhi ke seluruh sendi kehidupan

manusia.

Banyak kalangan memberikan makna tentang pendidikan sangat beragam, bahkan sesuai

dengan pandangannya masing-masing. Azyumardi Azra dalam buku "Paradigma Baru

Pendidikan Nasional Rekonstruksi dan Demokratisasi", memberikan pengertian tentang

"pendidikan" adalah merupakan suatu proses di mana suatu bangsa mempersiapkan generasi

mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan

efisien. Bahkan ia menegaskan, bahwa pendidikan lebih sekedar pengajaran, artinya, bahwa

pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau negara membina dan

mengembangkan kesadaran diri diantara individu-individu (www.tnial.mil.id).

Dengan wacana di atas kita harus sadar, bahwa salah satu yang utama adalah

pembentukan karakter dan watak atau kepribadian karena hal ini sangat penting, bahkan

sangat mendesak dan mutlak adanya (tidak bisa ditawar-tawar lagi). Hal ini cukup beralasan.

Mengapa mutlak diperlukan? Karena adanya krisis yang terus berkelanjutan melanda bangsa

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

1

Page 2: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

dan negara kita sampai saat ini belum ada solusi secara jelas dan tegas, lebih banyak berupa

wacana yang seolah-olah bangsa ini diajak dalam dunia mimpi. Tentu masih ingat beberapa

waktu yang lalu Pemerintah mengeluarkan pandangan, bahwa bangsa kita akan makmur,

sejahtera nanti di tahun 2030. Suatu pemimpin bangsa yang besar untuk mengajak bangsa

atau rakyatnya menjadi "pemimpi" dalam menggapai kemakmuran yang dicita-citakan.

Tidak perlu disangsikan lagi, bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang harus

melibatkan semua pihak baik rumah tangga dan keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah,

masyarakat luas. Oleh karena itu, perlu menyambung kembali hubungan dan educational

networks yang mulai terputus tersebut. Pembentukan dan pendidikan karakter tersebut, tidak

akan berhasil selama antar lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan

keharmonisan.

Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan

pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan. Sebagaimana disarankan

Philips, keluarga hendaklah kembali menjadi school of love, sekolah untuk kasih sayang

(Philips, 2000 dalam www.tnial.mil.id) atau tempat belajar yang penuh cinta sejati dan kasih

sayang (keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah). Sedangkan pendidikan karakter

melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan semata, tatapi lebih dari itu,

yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur dan lain

sebagainya. Pemberian penghargaan (prizing) kepada yang berprestasi, dan hukuman kepada

yang melanggar, menumbuhsuburkan (cherising) nilai-nilai yang baik dan sebaliknya

mengecam dan mencegah (discowaging) berlakunya nilai-nilai yang buruk. Selanjutnya

menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (characterbase education) dengan menerapkan

ke dalam setiap pelajaran yang ada di samping mata pelajaran khusus untuk mendidik

karakter, seperti; pelajaran Agama, PKn dan sebagainya.

Untuk itu pendidikan kewarganegaraa yang bertujuan untuk menjadikan warga negara

yang baik (good citizen) dan menjadikan warga negara yang cerdas (smart citezen) memiliki

peran penting dalam pelaksanaan pemeblajaran untuk mencapai apa yang dicita-citakan oleh

bangsa dan negara kita.

Buku yang dilaporkan ini terdiri dari IX bab yang secara umum membahas menganai

tentang bagamana membangun karakter dan kepribadian melalui pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan yang meliputi pembelajaran tentang filsafat pancasila, identitas nasional,

politik dan strategi, demokrasi, HAM dan Rule of Law, hak dan kewajiban warga negara,

geopolitik dan geostrategi Indonesia.

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

2

Page 3: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

BAB II

PEMBAHASAN

A. RUMUSAN ISI POKOK PEMIKIRAN PENULIS

Buku ini terdiri dari IX bab, yang secara umum memuat materi tentang mata kuliah

“Pendidikan Kewarganegaraan Membangun Karakter dan Kepribadian”. Berikut ini

kami rumuskan isi pokok pemikiran penulis buku yang diuraikan dengan menelusuri bab

demi bab.

BAB I Pendahuluan

Ruang lingkup pada Bab I ini, penulis menggambarkan tiga point penting yang

dimulai dengan latar belakang Filsafat pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi

Umum, kemudian visi dan misi kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian, dan

kompetensi dasar mata kuliah PKn.

a. Latar belakang filsafat pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi umum

Perubahan yang terjadi di dunia dewasa ini tersa begitu cepat, sehingga berakibat

pada tatanan yang telah ada di dunia ini berubah, sedangkan disisi lain tatanan yang

baru masih belum terbentuk. Hal ini berakibat pada sendi-sendi kehidupan yang

selama ini diyakini kebenarannya menjadi usang. Nilai-nilai yang selama ini menjadi

panutan hidup telah kehilangan otoritasnya, sehingga manusia menjadi bingung.

Kebingungan itu menimbulkan berbagai krisis, terutama ketika tejadi krisis moneter

yang dampaknya terasa sekalidibidang politik sekaligus juga mempengaruhi bidang

moraldan sikap prilaku manusia di berbagai belahan dunia, khususnya negara

berkembang termasuk Indonesia. Guna mengantisipasi kondisi tersebut diatas,

pemerintah perlu membuat tindakan yang signifikan agar tidak menuju suatu kondisi

yang lebih memperhatinkan. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan pemerintah

dalam menjaga nilai-nilai panutan hidup dalam bangsa dan bernegara secara lebih

efektif yaitu melalui bidang pendidikan. Adapun upaya dibidang pendidikan

khususnya dibidang pendidikan tinggi yaitu mengadakan perubahan-perubahan di

bidang kurikulum yang diharapkan mampu menjawab problem transformasi nilai-

nilai tersebut.

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

3

Page 4: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

b. Visi dan misi kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian

Visi kelompok MPK di perguruan tinggi merupakan sumber nilai dan pedoman

dalam mengembangkan dan menyelenggarakan program studi guna mengantar

mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia Indonesia seutuhnya.

Misi kelompok MPK diperguruan tinggi membantu mahasiswa memantapkan

kepribadiannya agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar

keagamaan dan kebudayaan, rasa kebangsaan dan cinta tanah air sepanjang hayat

dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengtahuan, teknologi dan

seni yang dimilikinya dengan rasa tanggung jawab.

c. Kompetensi dasar mata kuliah PKn

Kompetensi dasar mata kuliah PKn dirumuskan sebagai berikut: Agar mahasiswa

menjadi ilmuan dan propesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air

demokratis yang berkeadaban, menjadi warga negara yang memiliki daya saing,

bedisiplin dan berdedikasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai

bedasarkan sistem nilai-nilai Pancasila.

Bab II Filsafat Pancasila

Permasalah yang paling mendasar di angkat dalam bab ini adalah tentang pancasila

sebagai sistem filsafat yang meliputi kajian Ontologi, Epistimologi, dan aksiologi

pancasila. Secara ontologis kajian pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya

untuk mengetahui hakekat dasar dari sila-sila Pancasila. Menurut Notonagoro “hakekat

dasar ontologis Pancasila adalah manusia”. Mengapa? Karena manusia merupakan

subyek hukum pokok dari sila-sila Pancasila.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan

yang adil dan beradab, berkeastuan Indonesia, berkerakyatan yang dipinpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, berkeadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia pada hakekatnya adalah manusia.

Jadi secara ontologis hakekat dasar keberadaan dari sila-sila pancasila adalah

manusia. Untuk hal ini penulis juga tetap menggunakan penjabaran Notonagoro yang

mengemukakan bahwa manusia sebagai pendukung pokok sila-sila pancasila secara

ontologi memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa,

jiwa jasmani dan rohani. Juga sebagai makhluk individu dan sosial serta kedudukan

kodrat manusia sebagai makluk pribadi dan sebagai makluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

4

Page 5: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

karena itu, maka secara hirarkis sila pertama mendasari dan menjiwai keempat sila-sila

Pancasila.

Kajian epistimologi filsafat pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari

hakekat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Hal ini dimungkinkan karena

epistimologi merupakan bidang filsafat yang membahas hakekat ilmu pengetahuan (ilmu

tentang ilmu). Kajian epistimologi pancasila tidak dapat dipisahkan dengan dasar

ontologisnya. Oleh karena itu dasar epistimologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan

konsep dasarnya tentang hakekat manusia.

Epistimologi Pancasila sebagai suatu obyek kajian pengetahuan pada hakekatnya

meliputi masalah sumber pengetahuan pancasila dan susunan pengetahuan Pancasila.

Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah dipahami bersama adalah

nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri. Merujuk pada pemikiran filsafat

Aristoteles, bahwa nilai-nilai tersebut sebagai kausa materialis Pancasila.

Sila pertama memberi landasan kebenaran pengetahuan manusia yang bersumber

pada intuisi. Manusia pada hakekatnya kedudukan dan kodratnya adalah sebagai

makhluk Tuhan Yang Maha Esa, maka sesuai dengan sila pertama Pancasila,

epistimologi pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang bersifat mutlak. Hal ini

sebagai tingkat kebenaran yang tinggi.

Selain itu dalam sila ketiga, keempat, dan kelima, maka epistimologi Pancasila

mengakui kebenaran konsensus terutama dalam kaitan dengan hakekat sifat kodrat

manusia sebagai makhluk individu dan makhlik sosial.

Sebagai suatu paham epistimologi, maka pancasila mendasarkan pandangannya

bahwa ilmu pengetahuan pada hakekatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada

kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religius dalam upaya untuk

mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan dalam kehidupan manusia. Itulah sebabnya

Pancasila secara epitimologi harus menjadi dasar moralitas bangsa dalam membangun

perkembangan sains dan teknologi dewasa ini.

Kajian aksiologi filsafat Pancasila pada hakekatnya membahas tentang nilai praktis

atau manfaat suatu pengetahuan tentang Pancasila. Karena sila-sila pancasila sebagai

suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologi, sehingga nilai-nilai yang

terkandung dalam pancasila pada hakekatnya juga merupakan suatu kesatuan.

Selanjutnya aksiologi pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat

niali Pancasila. Istilah nilai dalam kajian filsafat pancasila dipakai untuk merujuk pada

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

5

Page 6: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

ungkapan abstrak yang dapat juga diartikan sebagai “keberhargaan” (worth) atau

“kebaikan” (goodnes), dan kata kerja yang artinya sesuatu tindakan kejiwaan tertentu

dalam menilai atau melakukan penilaian.

Secara aksiologi, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila

(subscriber of value Pancasila). Bangsa Indonesia yang berketuhanan, yang

berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan yang berkeadilan sosial.

Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesia itulah yang menghargai, mengakui,

menerima pancasila sebagai sesuatu yang bernilai. Hal ini akan tampak menggejala

dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia.

Bab III Identitas Nasional

Ruang lingkup bagian ketiga ini penulis mengupas terkait karakteristik identitas

nasional dan proses berbangsa dan bernegara.

Penulis dalam menggambarkan tentang karakteristik identitas nasional memulai

dengan melihat kedaan dan kondisi bangsa kita dewasa ini yang menghadapkan kita pada

suatu keprihatinan dan sekaligus juga mengundang kita untuk ikut bertanggung jawab

atas mozaik Indonesia yang retak bukan sebagai ukiran melainkan membelah dan

meretas jahitan busana tanah air, tercabik-cabik dalam kerusakan yang menghilangkan

keindahannya. untaian kata-kata ini merupakan untaian tamsilan bahwasanya bangsa

inidonesia yang dulunya dikenal sebagai "het zachste volk ter aarde" dalam pergaulan

antar bagsa, kini sedang mengalami tidak saja krisis identitas melainkan juga krisis

dalam berbagai dimensi kehidupan yang melahirkan instabilitas yang berkepanjangan

semenjak reformasi dikomandangkan pada tahun 1998.

Krisis multidimensi yang sedang melanda masyarakat kita semua bahwa pelestarian

budaya sebagai upaya untuk mengembangkan identitas nasional kita telah ditegaskan

sebagai komitmen konstitusional sebagaimana dirumuskan oleh para pendiri negara kita

dalam pembukaan UUD 1945 yang intinya adalah memajukan kebudayaan Indonesia.

Dengan demikian secara konstitusional pengembangan kebudayaan untuk membina dan

mengembangkan identitas nasional kita telah diberi dasar dan arahnya.

Selanjutnya, yang paling penting dalam bagian ini adalah penulis menguraikan

tentang : Pertama, unsur-unsur identitas nasional yang mencakup suku bangsa, agama,

kebudayaan dan bahasa. Kemudia dari unsur-unsur ini penulis merumuskan menjadi tiga

bagian sebagai berikut: 1) identitas fundamental, yaitu pancasila yang merupakan

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

6

Page 7: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

falsafah bangsa, dasar negara, dan idiologi negara. 2) identitas instrumental yang berisi

UUD 1945 dan tata perundangannya, bahasa Indonesia, lembaga negara, lagu

kebangsaan Indonesia raya. 3) identitas alamiah yang meliputi negara kepulauan dan

pluralisme dalam suku, bahasa, budaya dan agama serta kepercayaan.

Kedua, integrasi nasional Indonesia dan identitas nasional. Masalah integrasi

nasional di Indonesia sangat kompleks dan multidemensional. Untuk mewujudkannya

dperlukan keadilan, kebijakan yang diterpakan oleh pemerintah dengan tidak

membedakan ras, suku, agama, dan sebagainya. Sebenarnya upaya membangun keadilan,

kesatuan dan persatuan bangsa merupakan bagian dari upaya membangun dan membina

stabilitas politik disamping upaya lain seperti banyaknya keterlibatan pemerintah dalam

menentukan komposisi dan mekanisme parlemen.

Dengan demikian upaya integrasi nasional dengan strategi yang mantap perlu terus

dilakukan agar terwujud integrasi bangsa Indonesia yang diinginkan. Upaya

pembangunan dan pembinaan integrasi nasional ini perlu karena pada hakekatnya

integrasi nasionaltidak lain menunjukkan tingkat kuatnya persatuan dan kesatuan bangsa

yang diinginkan. Pada akhirnya persatuan dan kesatuan bangsa inilah yang dapat lebih

menjamin terwujudnya negara yang makmur, aman dan tentram. Jika melihat konflik

yang terjadi di Aceh, Ambon, Kalimantan dan berbagai daerah lainnya merupakan

cerminan dan belum terwujudnya integrasi nasional yang diharapkan. Sedangkan

kaitannya dengan identitas nasional adalah bahwa adanya integrasi nasional dapat

menguatkan akar dari identitas nasional yang sedang dibangun.

Sedangkan dalam menguraikan proses berbangsa dan bernegara, penulis

manguraikan tentang paham nasionalisme kebangsaan dan revitalisasi pancasila sebagai

pemberdayaan identitas nasional. Paham nasionalisme atau paham kebangsaan adalah

sebuah situasi kejiwaan dimana kesetiaan seseorang secara total diabdikan langsung

kepada negara bangsa atas nama sebuah bangsa. Munculnya nasionalaisme terbukti

sangat efektif sebagai alat perjuangan bersama merebut kemerdekaan dari cengkraman

kolonial. Semangat nasionalisme diharapkan secara efektif oleh para penganutnya dan

dipakai sebagai metode perlawanan dan alat identifikasi untuk mengetahui siapa lawan

dan kawan.

Secara garis besar terdapat tiga pemikiran besar tentang nasionalisme di Indonesia

yang terjadi pada masa sebelum kemerdekaan yaitu paham ke-Islaman, Marxisme, dan

Nasionalisme Indonesia.

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

7

Page 8: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

Yang menarik dalam bagian ini, penulis juga memaparkan tentang merevitalisasi

pancasila sebagai manifestasi identitas nasional, penyelenggaan MPK hendaknya

dikaitkan dengan wawasan:

Spritual, untuk meletakkan landasan etik, moral, nilai relegius, sebagai dasar dan

arah perkembangan suatu profesi.

Akademik, untuk menunjukkan bahwa MPK merupakan aspek being yang tidak

kalah pentingnya bahkan lebih penting dari pada aspek having dalam kerangka

penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang bukan sekedar instrumen

melainkan adalah subjek pembaharuan dan pencerahan.

Kebangsaan, untuk menumbuhkan kesadaran nasionalismenya agar dalam

pergaulan antar bangsanya, bangga dan respek kepada jati diri bangsanya yang

memiliki idiologi tersendiri.

Mondial, untuk menyadarkan bahwa manusia dan bangsa di masa kini siap

mengahadapi dialektikanya perkembangan dalam masyarakat dunia yang

“terbuka”.

Revitalisasi sebagai manifestasi identitas nasional mangandung makna bahwa

pancasila harus kita letakkan dalam keutuhannya dengan pembukaan, diekplorasikan

demensi-dimensi yang melekat padanya, yang meliputi:

a. Realitas, dalam arti bahwa nilai-nilai yang terkadung di dalamnya dikonsentrasikan

sebagai cerminan kondisi obyektif yang tumbuhdan berkembang dalam masyarakat

kampus utamanya, suatu rangkaian nilai-nilai yang bersifat sein im sollen dan das

sollen im sein.

b. Identitas, dalam arti bahwa idealisme yang terkandung di dalamnya bukanlah

sekedar utopia tanpa makna, melainkan diobyektivitas sebagai kata kerja untuk

membangkitkan gairah dan optimisme para warga masyarakat guna melihat hari

depan secara prospektif, menuju hari esok yang lebih baik, melalui seminar atau

gerakan dengan tema “Revitalisasi Pancasila”.

c. Fleksibilitas, dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang sudah selesai

dan tertutup menjadi suatu yang sakral, melainkan terbuka bagi tafsir-tafsir baru

untuk memenuhi kebutuhan zaman yang terus menerus berkembang.

Melalui revitalisasi Pancasila sebagai wujud pemberdayaan identitas nasional inilah,

maka identitas nasional dalam alur rasional akademik tidak saja segi sektual melainkan

juga segi konseptualnya diekplorasikan sebagai referensi kritik sosial terhadap berbagai

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

8

Page 9: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

penyimpangan yang melanda masyarakat kita dewasa ini. Untuk membentuk jati diri

maka nilai-nilai yang ada tersebut harus digali dulu misalnya nilai-nilai agama yang

datang dari Tuhan dan nilai-nilai yang lain misalnya gotong royong, persatuan kesatuan,

saling menghargai menghormati yang hal ini sangat berarti dalam memperkuat rasa

nasionalisme bangsa. Dengan saling mengerti antara satu dengan yang lain maka secara

langsung dapat memperlihatkan jati diri bangsa kita yang akhirnya mewujudkan identitas

nasional kita.

Bab IV Politik dan Strategi

Dalam ruang lingkup bab ini, ada dua permasalahan yang paling disoroti oleh penulis

yaitu terkait tentang sistem konstitusi dan sistem politik dan kenegaraan Indonesia.

a. Substansi Konstitusi

Dalam sistem konstitusi dijabarkan mengenai substansi konstitusi yang para

sarjana banyak yang menyamakan dan banyak juga yeng mebedakan antara

konstitusi dan undang-undang dasar. Seperti L.J Van Aveldoorn yang membedakan

konstitusi dengan Undang-Undang Dasar, bahwa Konstitusi (constitution) adalah

memuat peraturan tertulis dan pertauran tidak tertulis, sedangkan Undang-Undang

Dasar (grondwet) adalah bagian bagian tertulis dari konstitusi. Sedangkan Sri

Sumantri menyamakan arti keduanya sesuai dengan praktek ketatanegaraan di

sebagian besar negara-negara dunia termasuk Indonesia.

Herman Heller membagi pengetian konstitusi menjadi tiga, yaitu:

1) Konstitusi adalah mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai

suatu kenyataan (mengandung arti politis dan sosiologis).

2) Konstitusi adalah suatu kesatuan kaedah yang hidup dalam dalam masyarakat

(mengandung arti hukum atau yuridis).

3) Konstitusi adalah yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang

tertinggi yang berlaku dalam suatu negara.

Selain membedakan dua istilah itu, dalam substansi ini penulis juga

menguraikan tentang sistem dan prosedur Amandemen UUD. Yang secara umum

sistem yang dianut oleh negara-negara dalam mengamandemen UUD-nya dapat

dibedakan menjadi dua sistem, yaitu:

Sistem Eropa Kontinental, yaitu amandemen dengan membuat UUD yang

secara keseluruhan. Penganutnya adalah Belanda, Jerman, dan Prancis.

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

9

Page 10: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

Sistem negara-negara Anglo-Saxon (Amerika), yaitu apabila konstitusi berubah

makna yang asli tetap berlaku, yang mana perubahan itu sebagai lampiran dari

konstitusi.

Indonesia menganut sistem yang berkembang di negara Anglo Saxon (Amerika)

dengan alasan:

1. Perubahan UUD itu tidak dilakukan secara keseluruhan, melainkan beberapa

pasal yang nyata-nyata dipendang tidak sesuai dengan keadaan atau

bersembranagan dengan tuntutan reformasi.

2. Pasal-pasal hasil amandemen masih merupakan bagian dari UUD aslinya,

sehingga tidak ada distorsi sejarah antara konstsitusi asli dengan ahasil

perubahan.

Ada beberapa pendapat para ahli ketatanegaraan tentang prosedur perubahan

UUD, yaitu:

Goerge Jellinek, membedakan cara perubahan UUD dibedakan atas:

o Cara senagaja sesuai dengan ketentuan dalam UUD.

o Cara yang tidak sesuai dengan cara yang ditentukan dalam UUD-nya melainkan

dengan prosedur istimewa, seperti revolusi, coup d’etat, convensi dan

sebagainya.

C.F. Strong, menyebutkan empat cara perubahan UUD, yaitu:

o Dirubah oleh legislatif dengan persyaratan khusus.

o Prubahan konstitusi dilakukan oleh rakyat melalui referendum.

o Dalam negara federal perubahan itu disetujui oleh negara-negara bagian.

o Perubahan melalui konvensi khusus oleh suatu lembaga negara yang dibentuk

untuk itu.

Perubahan UUD 1945 tidak semata-mata ditentukan oleh kekuatanhukum

mengatur tata cara perubahan, tetapi lebih ditentukan oleh berbagai kekuatan dan

sosial yang sedang bergulir di era reformasi. Apabila menikuti prosedur hukum,

maka harus terlebih dahulu dilakukan referendumdan barulah MPR malakukan

perubahan sesuai pasal 37 UUD 1945 setelah rakyat menyetujui 90% suara.

b. Sistem politik dan kenegaraan Indonesia

Dalam sub kajian ini, penulis memaparkan dua point penting yaitu tentang

stratifikasi politik nasional dan ketatanegaraan Indonesia.

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

10

Page 11: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

Stratifikasi politik (kebijakan) nasional dalam negara republik Indonesia sebagai

berikut:

1. Tingkat Penentu Kebijakan Puncak, meliputi kebijakan tertinggi yang

menyeluruh secara nasional dan mencakup: penentuan undang-undang dasar,

pengarisan masalah makro politik bangsa dan negara untuk merumuskan tujuan

nasional (national goals) berdasarkan falsafah pancasila dan UUD 1945.

2. Tingkat Kebijakan Umum, merupakan tingkat kebijakan dibawah tingakat

kebijakan puncak yang lingkupnya menyeluruh nasional dan berupa

penggarisan menenai masalah makro strategis guna mencapai tujuan nasional

dalam situasi dan kondisi tertentu.

3. Tingkat Penentu Kebijakan Khusus, merupakan pengagarisan terhadap suatu

bidang utama (major area) pemerintahan. Wewenang pengeluaran kebijakan

khusus ini terletak ditangan pemimpin eselon pertama departemen pemerintahan

dan pemimpin lembaga-lembaga non departemen.

4. Tingkat Penentuan Kebijakan Teknis, meliputi penggarisan dalam satu sektor

dari bidang utama di atas dalam bentuk prosedur serta tekhnik untuk

mengimplementasikan rencana, program dan kegiatan. Kebijakan tekhnis ini

dlakukan oleh kepala daerah, propensi dan kabupaten/kota. Sementara itu

terdapat dua kekuasaan dalam pembuatan aturan di Daerah.

Ketatanegaraa Indonesia, berdasarkan perubahan UUD 1945 tidak mengenal

lembaga tertinggi dan tinggi negara, melainkan lembaga kekuasaan negara yang

terdiri dari:

a. Lembaga legislatif yaitu MPR, terdiri atas DPR, DPD.

b. Lembaga eksekutif, yaitu presiden dan wakil presiden.

c. Lembaga yudikatif yang memegang kekuasaan kehakiman, terdiri dari MA,

MK, dan KY.

d. Badan pemeriksa keuangan (BPK).

Perubahan sistem kelembagaan negara dalam UUD 1945, dalam perubahan

pasal-pasal tentang kelembagaan negara tidak lepas dari konteks dari reaksi keadaan

sosial politik masyarakat, sehingga mempengaruhi substansi perubahan beberapa

pasal reaktif tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka struktur kelembagaan negara

tentu akan mengalami perubahan.

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

11

Page 12: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

Bab V Demokrasi Indonesia

Ada tiga konsep yang dikupas dalam bab ini, yaitu terjait dengan konsep demokrasi,

prinsip demokrasi, dan pendidikan demokrasi.

a. Konsep demokrasi dan Prinsip demokrasi

Di dalam the advancced learner’s dictionary of current english dikemukakan

bahwa yang dimaksud dengan democracy adalah:

“(1) country with prinsiples of gaverment in which all adult citizens share through their ellected representatives; (2) country with gaverment which encourages and allows rights of citizenship such as freedom of speech, religion, opinion, and association, the assertion of rule of law, majority rule, accompanied by respect for the rights of minorities. (3) society in which three is treatment of each other by citizens as equals”.

Dari kutipan pengertian tersebut tanpak bahwa kata demokrasi merujuk kepada

konsep kehidupan kenegaraan atau masyarakat diaman warga negara dewasa turu

berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakilnya yang dipilih; pemerintahannya

mendorong dan menjamin kemerdekaan berbicara, beragama, berpendapat,

berserikat, menegakkan Rule of Law, adanya pemerintahan mayoritas yang

menhormati hak-hak kelompok minoritas; dan masyarakat yang warga negaranya

saling memberi peluang yang sama.

Istilah demokrasi, pertama kali dipakai di Yunani kuno, khususnya di Kota

Athena, untuk menunjukkan sistem pemerintahan yang berlaku disana.

Secara umum demokrasi itu ada dua yaitu demokrasi langsung dan demokrasi

tidak langsung. Demokrasi langsung adalah demokrasi yang secara langsung rakyat

diikut sertakan dalam proses pengambilan keputusan untuk menjalankan kebijakan

pemerintah. Sedangkan demokrasi tidak langsung adalah demokrasi yang dijalankan

melalui wakil rakyat yang dipilihnya melalui pemilu.

Menurut Henry B.Mayor merincikan nilai-nilai demokrasi sebagai berikut:

1) Menyelesaikan perselisihan dengan damai secara melembaga

2) Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dan dalam suatu

masyarakat yang sedang berubah.

3) Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur

4) Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum

5) Mengakui dan menganggap wajar adanya keanekaragaman

6) Menjamin tegaknya keadilan.

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

12

Page 13: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

Dengan demikian, bahwa untuk melaksanakan nilai-nilai demokrasi perlu

diselenggarakan beberapa lembaga sebagai berikut:

o Pemerintahan yang bertanggung jawab

o Suatu dewan perwakilan rakyat yang mewakili golongan-golongan dan

kepentingan-kepentingan dalam masyarakat yang dipilih melalui pemilihan

umum secara bebas dan rahasia. Dewan ini harus mempunyai fungsi

pengawasan terhadap pemerintah tentu saja pengawasan yang konstruktif (kritik

membangun) dan sesuai normatif (aturan yang berlaku).

o Semua organisasi politik yang mencakup satu atau lebih partai politik. Parpol ini

menjalin hubungan yang rutin dan berkesinambungan antara rakyat dengan

pemerintah.

o Pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat

o Sistem peradilan yang bebas untuk menjamin hak-hak azasi dan

mempertahankan keadilan.

b. Pendidikan Demokrasi

Pendidikan demokrasi dibagi atas tiga bagian:

1. Pendidikan demokrasi secara formal yaitu pendidikan yang melewati tatap

muka, diskusi timbal balik, presentasi, studi kasus untuk memberikan gambaran

kepada siswa agar supaya mempunyai kemampuan untuk cinta negara dan

bangsa. Pendidikan formal biasanya dilakukan disekolah atau di perguruan

tunggi.

2. Pendidikan demokrasi secara informal yaitu pendidikan yang melewati tahap

pergaulan dirumah maupun dimasyarakat, sebagai bentuk aplikasi nilai

berdemorasi sebagai hasil intraksi terhadap lingkungan sekitarnya, langsung

dapat merasakan hasilnya.

3. Pendidikan nonformal yaitu pendidikan melewati tahap diluar lingkungan

masyarakat lebih makro dalam berintraksi sebab pendidikan di luar sekolah

mempunyai variabel maupun parameter yang signifikan terhadap pembentukan

jiwa seseorang.

Visi Pendidikan Demokrasi

Sebagai wahana substantis, pedagogis dan sosial kulturaluntuk membangun

cita-cita, nilai, konsep, prinsip, sikap dan keterampilan demokrasi dalam diri warga

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

13

Page 14: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

negara melalui pengalaman hidup dan berkehidupan demokrasi dalam berbagai

konteks.

Misi Pendidikan Demokrasi

Mampasilitasi warga negara untuk mendapatkan bebagai akses kepada dan

menggunakan secara cerdas bebagai sumber informasi tentang demokrasi dalam

teori dan praktek untuk berbagi konteks kehidupan. Sehingga memiliki wawasan

yang luas dan memadai.

Mampasilitasi warga negara untuk dapat malakukan kajian konseptual dan

oprasional secara cermat, dan bertanggung jawab terhadap barbagai cita-cita,

instrumentasi praksis demokrasi guna mendapatkan keyakinan dalam melakukan

pengambilan keputusan individual dan atau kelompok dalam kehidupannya sehari-

hari serta berargumentasi atas keputusannya itu.

Mempasilitasi warga negara untuk memperoleh dan memafaatkan kesempatan

berpartisipasi serta cerdas dan bertanggung jawab dalam praktis kehidupan

demokrasi di lingkungannya, seperti mengeluarkan pendapat, berkumpul, berserikat,

memilih, serta memonitor dan mempengaruhi kebijakan publik.

Bab VI HAM dan Rule of Law

Ruang lingkup yang dibahas dalam bab ini adalah arti, makna HAM dan rule oflaw.

a. Arti dan makna Hak Asasi Manusia

HAM adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia, dan tanpa hak-hak itu

manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak tersebut diperoleh

bersamadengan kelahiran atau kehadiran didalam kehidupan masyarakat.

Ruang lingkup ham meliputi : hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan

keamanan, dan lain sebagainya; hak milik pribadi dalam kelompok sosial diamana ia

ikut serta; kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan;

hak-hak yang berkenaan dengan maslah ekonomi dan sosial.

Konsep HAM ini dibidani oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin oleh Elenor

Roosevelt (10 Desember 1948) dan secara resmi disebut “Universal Deklaration of

Human Rigths” didalamnya dijelaskan tentang hak-hak sipil, politik ekonomi, sosial

dan kebudayaan yang dinikmati manusia di dunia yang mendorong penghargaan

terhadap hak-hak asasi manusia. Sejak tahun 1957, konsep ham dilengkapi dengan

tiga perjanjian, yaitu; 1) hak ekonomi sosial dan budaya, 2) perjanjian internasional

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

14

Page 15: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

tentang hak sipil dan politik, 3) protokol opsional bagi perjanjian hak sipil dan

politik internasional. Pada sidang PBB pada tanggal 16 Desember 1966 ketiga

dokumen tersebut diterima dan di ratifikasi.

Di Indonesia HAM di dasarkan pada Konstitusi NKRI, yaitu: Pembukaan UUD

1945 (alenia I), Pancasila sila ke-4, Batang Tubuh UUD 1945 (pasal 27, 29, dan 30),

UU no.39/1999 tentang HAM dan UU no.26/2000 tentang pengadilan HAM. HAM

di Indonesia menjamin hak untuk hidup, hak bekeluarga dan melanjutkan keturunan,

hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan, hak atas

rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita

dan hak anak.

b. Rule of Law

Rule of Law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke 19,

bersama dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Ia lahir sejalan dengan

tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatkan peran parlemen dalam

penyelenggaraan negaradan sebagai reaksi terhadap negara absolut yang

berkembang sebelumnya. Rule of Law merupakan konsep tentang common law

dimana segenap lapisan masyarakat dan negara beserta seluruh kelembagaannya

menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan dan

egalitarian. Rule of Law adalah rule by the law dan bukan rule by the man. Ia lahir

yang mengmbil alih dominasi yang dimiliki kaum gereja, ningrat dan kerajaan dan

munculkan negara konstitusi dari mana doktrin Rule of Law ini lahir. Ada tidaknya

Rule of Law disuatu negara tergantung dari kenyataan, apakah rakyat benar-benar

menikmati keadilan dalam arti mendapat perlakuan yang adil, baik sesama

warganegara, maupun dari pemerintah. Oleh karena itu pelaksanaan kaidah-kaidah

hukum yang berlakudi suatu negara merupakan suatu premis bahwa kaedah-kaedah

yang dilaksnakan itu merupakan hukum yang adil, artinya kaidah hukum yang

menjamin perlakuan yang adil bagi masyarakat.

Untuk membangun kesadaran dimasyarakat tentang pentingnya Rule of Law, not

rule by the man, maka dipandang perlu dimasukkan materi intruksional Rule of Law

sebagai salah satu materi di dalam mata kuliah pendidikan kewarganegaraan (PKn).

PKn merupakan desain baru kurikulum inti di PTU yang menunjang pencapaian Visi

Indoensia 2020 (Tap MPR No. VII/MPR/2001) dan Visi pendidikan Tinggi 2010

(HELTS 2003-2010-DGHE) dan merupakan elemen dalam kelompok mata kuliah

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

15

Page 16: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

pengembangan kepribadian (MPK). Ia salah satu bentuk penjabaran UU No.20 tahun

2003 tentang Sikdiknas yang tidak lagi menyinggung masalah pendidikan

pendahuluan bela negara (PPBN) atau diperguruan tinggi di sebut pendidikan

kewiraan dan ditiadakannya pendidikan pancasila sebagai mata kuliah tersendiri dari

kurikulum perguruan tinggi.

Di Indonesia, prinsip-prinsip rule of law secara formal tertera dalam pembukaan

UUD 1945 yang menyatakan: (1) bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala

bangsa,...... karena tidak sesuia dengan peri kemanusiaan dan “peri keadilan”,

(2) ......kemerdekaan Indonesia yang merdeka, bersatu, bedaulat “adil” dan makmur;

(3) .....untuk memajukan “kesejahteraan umum”,.....dan “keadilan sosial”;

(4)..........disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu “Undang-

Undang Dasar Negara Indonesia”; (5)........”kemanusiaan yang adil dan beradab”;

dan (6) ............serta dengan mewujudkan suatu “keadilan sosial” bagi seluruh rakyat

Indonesia.

Inti dari rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakat, teruatama

keadilan sosial. Prinsip-prinsip Rule of Law diatas merupakan dasar hukum

pengambilan kebijakan bagi penyelenggara negara/pemerintah, baik ditingkat pusat

maupun tingkat daerah, yang berkaitan dengan jaminan atas rasa keadilan tertama

keadilan sosial.

Strategi pelaksanaan (pengembangan) Rule of Law

Agar pelaksanaan Rule of Law berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan,

maka:

1. Keberhasilan “the enforcement of the rule of law” harus didasarkan pada corak

masyarakat hukum yang bersangkuta dan kepribadian nasional masing-masing

bangsa.

2. Rule of Law merupakan indtitusi sosial harus didasarkan pada akar budaya yang

tumbuh dan berkembang pada bangsa.

3. Rule of Law sebagai suatu legalisme yang memuat wawasan sosial, gagasan

tentang hubungan antara manusia, masyarakat dan negara, harus dapat

ditegakkan secara adil, dan hanya memihak kepada keadilan.

Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dikembangkan hukum progresif yang

hanya memihak kepada keadilan itu sendiri, bukan sebagai alat politik yang

memihak kepada kekuasaan seperti yang selama ini diperlihatkan. Hukum progresif

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

16

Page 17: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

merupakan gagasan yang ingin mencari cara untuk mengatasi keterpurukan hukum

di Indonesia secara lebih bermakna. Asumsi dasar hukum positif bahwa “hukum

adalah untuk manusia”, bukan sebaliknya, hukum bukan institusi yang absolut dan

final, hukum selalu berada dalam proses untuk terus menerus menjadi (law as

process, law in the making). Hukum progresif memuat kandungan moral yang

sangat kuat, karena tidak ingin menjadikan hukum sebagai teknologi yang tidak

bernurani, melainkan suatu institusi yang bermoral yaitu kemanusiaan.

Bab VII Hak dan Kewajiban Warga Negara

Ada tiga hal yang dibahas dalam bab ini, yaitu terkait dengan negara dan kedaulatan,

warga negara Indonesia, dan hak dan kewajiban warga negara.

a. Negara dan Kedaulatan

Bangsa Indonesia adalah sekelompok manusia yang mempunyai kepentingan

yang sama dan menyatakan dirinya sebagai suatu bangsa serta berproses di dalam

suatu wilayah; nusantara/Indonesia.

Banyak para ahli memberikan definisi tentang negara, namun syarat dan

pengrtiannya mencakup elemen sebagai berikut:

1) Penduduk, yaitu semua orang yang berdomisili dan menyatakan dirinya ingin

bersatu.

2) Wilayah, yaitu batas teritorial yang jelas atas darat dan laut serta udara

diatasnya.

3) Pemerintah, yaitu organisasi utama yang bertindak menyelenggarakan

kekuasaan, fungsi-fungsi dan kebijakan mencapai tujuan.

4) Kedaulatan, yaitu supremasi wewenang secara merdeka dan bebas dari dominasi

negara lain dan negara memperoleh pengakuan dunia Internasional.

b. Warga Negara Indonesia

Warga negara dari suatu negara berarti anggota dari negara itu yang merupakan

pendukung dan penanggung jawab terhadap kemajuan dan kemunduran suatu

negara. Oleh karena itu seorang menjadi anggota atau warga suatu negara aruslah

ditentukan oleh undang-undang yang dibuat oleh negara tersebut. Sebelum negara

yang menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara terlebih dahulu negara

harus mengakui bahwa setiap orang berhak memilih kewarganegaraan, mamilih

tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

17

Page 18: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

kembalisebagaimana dinyatakan oleh pasal 28E ayat (1) UUD 1945. Pernyataan ini

mengandung makna bahwa orang-orang yang tinggal dalam wilayah negara dapat

diklasifikasikan menjadi berikut ini:

1) Penduduk, ialah yang memiliki domisili atau tempat tinggal tetap di wilayah

negara itu, yang dapat dibedakan warga negara dengan warga negara asing

(WNA).

2) Bukan penduduk, yaitu orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat

sementara sesuai dengan visi yang diberikan oleh negara (kantor imigrasi) yang

bersangkutan, seperti turis.

Asas Kewarganegaraan

Asas Kelahiran (Ius Soli)

Asas Keturunan (Ius Sanguinis)

Asas Perkawinan

Unsur Pewarganegaraan (Naturalis)

Problem status kewarganegaraan

Problem status kewarganegaraan seseorang apabila asas kewarganegaraan diatas

diterapkan secara tegas dalam sebuah negara akan menakibatkan status

kewarganegaraan seseorang sebagai berikut:

Apatride, yaitu seorang tidak mendapat kewarganegaraan disebabkan oleh orang

yang tersebut lahir disebuah negara yang menganut asas ius sanguinis.

Bipatride, yaitu seorang akan mendapatkan dua kewarganegaraan apabila orang

tersebut berasal dari orang tua yang mana negaranya menganut sanguinis

sedangkan dia lahir di sutu negara yang manganut asas ius soli.

Multipatride, yaitu seorang penduduk yang tinggal diperbatasan antara dua

negara.

c. Hak dan Kewajiban Warga Negara

1) Hak Warga Negara

Dalam UUD 1945 telah dinyatakan hak warga negara sebagai berikut:

a) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.

b) Berhak berserikat, berkumpul serta mengeluarkan pikiran.

c) Berhak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan.

d) Berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan.

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

18

Page 19: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

e) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta

perlindungan kekerasan dan diskriminasi.

f) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan

dasarnya.

g) Berhak mendapatkan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan

budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup

manusia.

h) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.

i) Dan seterusnya.

2) Kewajiban Warga Negara

Wajib menjunjung hukum dan pemerintahan

Wajib ikut serta dalam upaya membela negara

Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain

Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang

untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan

orang lain.

Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

Wajib mengikuti pendidikan dasar.

Bab VIII Geopolitik Indonesia

Ruang lingkup dalam bab ini, penulis memaparkan tentang dua hal yaitu: wilayah

sebagai ruang hidup dan otonomi daerah.

1. Wilayah sebagai Ruang Hidup

a. Geopolitik Indonesia

Geopolitik Indonesia adalah wawasan nusantara merupakan cara pandang

dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam

dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dan

tetap menghargai serta menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan

nasional untuk mencapai tujuan nasonal.

Wawasan nusantara sebagai wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan

ajaran yang dinyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi

penyesatan dan penyimpangan dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita-cita

dan tujuan nasional.

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

19

Page 20: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta

rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan, dan

perbuatan begi penyelenggara negara di tingkat pusat dan di daerah maupun bagi

seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.

Wawasan nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi

disegala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan

kepentingan nasional dari pada kepentingan individu, kelompok, golongan, suku

bangsa ataupun daerah. Nasionalisme yang tinggi disegala bidang kehidupan

demi tercapainya tujuan nasional tersebut merupakan pancaran dari makin

meningkatnya rasa, paham, dan semangat kebangsaan dalam jiwa bangsa

Indonesia sebagai hasil pemahaman dan penghayatan Wawasan Nusantara.

Asas wawasan nusantara terdiri atas: kepentingan bersama, tujuan yang

sama, keadilan, kejujuran, solidaritas, kerjasama, dan kesetiaan terhadap ikrar

atau kesepakatan bersama demi terpiliharanya persatuan dan kesatuan dalam

kebhinekaan.

b. Prospek implementasi geopolitik Indonesia

Berkaitan dengan wawasan nusantara yang sarat dengan nilai-nilai budaya

bangsa dan di bentuk dalam proses panjang sejarah perjuangan bangsa, apakah

wawasan bangsa Indonesia tentang persatuan dan kesatuan itu akan hanyut tanpa

bekas atau akan tetap kokoh dan mampu bertahan dalam terpaan nilai globalyang

menantang wawasan persatuan bangsa? Tantangan itu antara lain adalah

pemberdayaan rakyat yang optimal, dunia tanpa batas, era baru kapitalisme dan

kesadaran warga negara.

Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia melui deklarasi tanggal 13

desember 1957 mengajukan NKRI perlu laut wilayah (territory water) selebar 12

mil laut dari Garis Pangkal/Garis Dasar (base line) atas dasar “point to point

theory” . Dengan demikian laut antara pulau menjadi perairan pedalaman

(internal waters). Selanjutnya laut wilayah dan laut pedalaman dikenalkan sebagai

laut nusantara.

2. Otnomi Daerah

Penyelenggaraan negara secara garis besar diselenggarakan dengan dua sistem

yakni sistem sentralisasi dan sistem desentralisasi. Sistem sentralisasi jika urusan

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

20

Page 21: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

yang besangkutan dengan aspek kehidupan dikelola ditingkat pusat. Pada

hakekatnya sifat sentralistik itu merupakan konsekuensi dari sifat negara kasatuan.

Perdebatan penyelenggaraan negara yang sentralistik yang dipertentangkan

dengan desentralisasi sudah sangat lama diperbincangkan, namun sampai sekarang

isu tentang penyelenggaraan negara yang diinginkan terus berkembang sebagaimana

dikemukakan oleh Graham yang menyatakan “The old over desentralized versus

centralized development strategies may will be dead, but the issues are still much

alive”.

Dalam perkembangan selanjutnya nampak desentralisasi merupakan pilihan

yang dianggap terbaik untuk menyelenggarakan pemerintahan, meskipun

implentasinya dibeberapa negara, terutama di negara ketiga masih banyak mendapat

ganjalan struktural, sehingga penyelenggaraan desentralisasi politik masih setengah

hati (Wahab, 1994).

Bab IX Geostrategi Indonesia

Dalam bab ini, penulis memaparkan dua hal penting yaitu konsep Astra Gatra dan

Indonesia dan perdamaian dunia.

1. Konsep Astra Gatra

Geostrategi merupakan strategi dalam pemamfaatan konstelasi geografis negara

untuk menentukan kebijakan, tujuan, sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional,

geostrategi dapat pula dikatakan sebagai pemenfaatan kondisi lingkungan dalam

upaya mewujudkan tujuan politik.

Geostrategi indonesia pada dasarnya adalah strategi nasional bangsa Indonesia

dalam memanfaatkan wilayah negara republik Indonesia sebagai ruang hidup

nasional guna merancang arahan tentang kebijakan, sarana dan prasarana

pembangunan untuk mencapai kepentingan dan tujuan nasional tersebut diatas.

Geostrategi Indonesia sebagai pelaksanaan geopolitik Indonesia memiliki dua

sifat pokok:

Bersifat daya tangkal. Dalam kedudukannya sebagai konsepsi penangkalan

geostrategi Indonesia ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman,

gangguan hambatan dan tantangan terhadap identitas, integritas, eksistensi

bangsa dan Negara Indonesia.

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

21

Page 22: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

Bersifat developmental/pengembangan yaitu pengembangan potensi kekuatan

bangsa dalam idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya, hankam sehingga

tercapainya kesejahteraan rakyat.

Konsep Astra Gatra merupakan perangkat hubungan bidang-bidang kehidupan

manusia dan budaya yang berlangsung diatas bumi ini dengan memanfaatkan segala

kekayaan alam yang dapat dicapai dengan menggunakan kemampuannya. Model

yang dikembangkan oleh Lemhanas menyimpulkan adanya 8 unsur aspek kehidupan

nasional yaitu: 1) aspek tri gatra kehidupan alamiah mencakup gatra letak dan

kedudukan geografis, gatra keadaan dan kekayaan alam, gatra keadaan dan

kemampuan penduduk; 2) aspek panca gatra kehidupan sosial mencakup gatra

idiologi, gatra politik, gatra okonomi, gatra sosial budaya dan gatra pertahanan

keamanan.

2. Indonesia dan Perdamaian Dunia

Dalam dunia modern era globalisasi hubungan antar bangsa sudah tersebar

keseluruh pelosok dunia, tidak ada suatu bangsa yang dapat membebaskan diri dari

keterlibatan dengan bangsa dan negara lain. Karena semua bangsa merupakan warga

dunia. Hubungan internasional terdapat dalam berbagai bentuk, yaitu:

Hubungan individual, misalnya turis, mahasiswa, pedagang dll.

Hubungan antar kelompok, misalnya lembaga sosial, keagamaan, dan

perdagangan dll.

Hubungan antar negara, yaitu segala macam hubungan internasional yang

dilakukan oleh aparatur negara atas nama negaranya masing-masing.

Hubungan yang beranekaragam antara pribadi, kelompok dan negara itu

menciptakan hubungan yang menyerapseluruh kegiatan manusia diseluruh dunia,

sehingga terciptalah masyarakat internasional. Hubungan internasional dilaksanakan

dengan prinsip persamaan derajat, yang didasari pada kemauan bebas dan

persetujuan dari beberapa atau semua negara.

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

22

Page 23: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

B. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan didalam buku ini adalah bahwa :

1. Dengan memahami latar belakang filsosofi pendidikan kewarganegaraan di

Perguruan Tinggi Umum, maka pelaksanaan pembelajaran PKn dapat dipertanggung

jawabkan dengan alasan bahwa melalui PKn paradigma pendidikan demokrasi secara

sistemik dengan pengmabangan civic intellegence, civic partisipation, and civic

responcibility dari “civic education” merupakan wahana pendidikan demokrasi yang

diharapkan dapat menghasilkan menusia berkualitas dengan keahlian profesional

serta berkeadaban khas Pancasila.

2. Pancasila bersumber dari nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia, dimana budaya

akan selalu mengalami perkembangan sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam

dinamika kehidupan masyarakat, maka pancasila akan terbuka dalam menerima nilai-

nilai baru yang lahir akibat perkembangan masyarakat. Oleh karena itu idiologi

pancasila akan melekat dengan sifat keterbukaan.

3. Melalui revitalisasi Pancasila sebagai wujud pemberdayaan identitas nasional inilah,

maka identitas nasional dalam alur rasional akademik tidak saja segi sektual

melainkan juga segi konseptualnya diekplorasikan sebagai referensi kritik sosial

terhadap berbagai penyimpangan yang melanda masyarakat kita dewasa ini. Untuk

membentuk jati diri maka nilai-nilai yang ada tersebut harus digali dulu misalnya

nilai-nilai agama yang datang dari Tuhan dan nilai-nilai yang lain misalnya gotong

royong, persatuan kesatuan, saling menghargai menghormati yang hal ini sangat

berarti dalam memperkuat rasa nasionalisme bangsa. Dengan saling mengerti antara

satu dengan yang lain maka secara langsung dapat memperlihatkan jati diri bangsa

kita yang akhirnya mewujudkan identitas nasional kita.

4. Pendidikan demokrasi merupakan suatu proses untuk melaksanakan demokrasi yang

benar, sehingga sasaran yang akan dicapai adalah mengajak warga negara, terutama

mahasiswa pada umumnya untuk malaksanakan pendidikan ini secara baik dan benar

dengan memperhatikan kaidah-kaidah maupun asas dalam berdemokrasi masyarakat.

5. Hukum progresif merupakan salah satu gagasan yang ingin mencari cara untuk

mengatasi keterpurukan hukum di Indonesia secara lebih bermakna. Asumsi dasar

hukum positif bahwa “hukum adalah untuk manusia”, bukan sebaliknya, hukum

bukan institusi yang absolut dan final, hukum selalu berada dalam proses untuk terus

menerus menjadi (law as process, law in the making). Hukum progresif memuat

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

23

Page 24: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

kandungan moral yang sangat kuat, karena tidak ingin menjadikan hukum sebagai

teknologi yang tidak bernurani, melainkan suatu institusi yang bermoral yaitu

kemanusiaan.

6. Pemecahan persoalan internasional dalam semua bidang pada akhirnya akan

dikamebalikan kepada permasalahan-permasalahan nasional, keserasian antara

pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas nasionaldari negara masing-masing,

khususnya kepada negara miskindan berkembang. Usaha untuk menggalang negara-

negara berkembang atau negara-negara selatan- atas dasar kemandirian bersama

patatu dikembangkan.

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

24

Page 25: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

BAB III

TANGGAPAN TERHADAP ISI BUKU

Setelah membaca buku berjudul “Membangun Karakter dan Kpribadian melalui

Pendidikan Kewarganegaraan” yang ditulis oleh Drs. Syahrial Syarbaini, Ph.D, Drs. Aliaras

Wahid, MM, Drs. H.A. Djali, Drs. Sugen Wibowo, M.Si di terbitkan oleh Garaha Ilmu,

Jogjakarta Tahun: I, 2006 dan tebal bukunya adalah 191 halaman. Kami seakan sadar akan

pentingnya pendidikan kewaraganegaraan untuk membangun karakter dan kepribadian yang

baik dan cerdas (Good and Smart Citizen) melalui Perguruan Tinggi Umum. Dengan bahasa

ilmiah yang lugas dan mudah dicerna, penulis menjelaskan dengan mendalam tanpa ada

kesan berpanjang lebar. Disinilah letak kelebihan dari buku ini. Pembaca baik itu mahasiswa

atau umum tidak akan bosan membaca, karena uraian pada tiap bab sangat singkat namun

padat dan kaya makna.

JUDUL buku ini sangat menarik: membangun karakter dan kepribadian melalui

pendidikan kewarganegaraan! Bagaimana eksistensi pendidikan kewarganegaraan dalam

membangun karakter bangsa dan kepribadian mahasiswa menjadi fokus buku ini.

Mengandalkan pendekatan historis, analisis indikator pemahaman konsep dan melatih

kemampuan implementasi konsep menjadi tujuan dari penulisan buku ini. Pendidikan

kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang mengemban peran untuk mengembangkan

potensi mahasiswa sebagai warga negara Indonesia yang berkepribadian mantap serta

mempunyai rasa tanggung jawab kemsyarakatan dan kebangsaan (halaman 11). Hal ini sesuai

dengan amanat Undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal (l), yang menyebutkan

bahwa: ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian (karakter),

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara”.

Adapun aktualisasi dari pendidikan kewarganegaraan adalah melahirkan mahasiswa

sebagai ilmuan profesional sekaligus warga negara Indonesia yang mamiliki rasa kebangsaan

dan cinta tanah air (nasionalisme) yang tinggi. Hal ini sesuai dengan paragma pendidikan

tinggi nasional yang telah dicanangkan untuk 2003-2010 (halaman 11). Sesuai dengan judul

buku ini, bahwa PKn bisa membangun karakter dan kepribadian menusia adalah merupakan

andil yang sangat mendasar dan sangat besar untuk kemajuan moral bangsa kedepan.

Merbicara tentang karakter dalam literatur lain, sebenarnya memang merupakan bagian

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

25

Page 26: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

integral dari pendidikan kewarganegaraan sejak Indonesia menyatakan kemerdekaanya.

Sebagai contoh, sepanjang masa Orde Lama (1945-1966), Orde Baru (1966-1998) dan pasca

Soeharto (1998-kini), wacana “pembangunan karakter”, “pengembangan moral” dan

penyiapan warga negara yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti tidak pernah luntur dari

pendidikan kewarganegaraan dan tujuan pendidikan nasional yang melandasinya. Akan

tetapi, pendidikan kewarga negaraan yang berupaya untuk memperkuatkan pengembangan

pelbagai atribut keutamaan (virtues, civic virtues, atau moral character) ini sering terdistorsi

secara mendasar oleh strategi dan praktik politikal rezim-rezim yang berkuasa melalui sistem

dan tujuan-tujuan pendidikan kewarganegaraan pada khususnya dan pendidikan nasional

pada umumnya. Alhasil, perhatian dicurahkan pada agenda besar pada tataran makro melalui

indoktrinasi politikal, seperti integrasi sosial, nota bene untuk mencapai kepentingan-

kepentingan rezim dalam mengontrol warga negara. Sementara itu, yang terabaikan adalah

tataran-tataran fungsi sosio mikro atau interaksi sosial antara individu dan kelompok individu

yang justru merupakan basis pengemabangan karakter (jujur, peduli dan bertanggung jawab)

dan pengalaman karakter (disiplin, tabah dan rajin), yang dahulu dikaitkan dengan butir-butir

luhur pancasila (Kalidjernih, F.K. 2010).

Seperti apa yang manjadi tujuan buku ini adalah membangun karakter dan kepribadian,

dalam proses belajar mengajar di kelas pengembangan nilai/karakter dilakasnakan dengan

menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajara (embeded aproach).

Pendidikan kewarganegaraan memiliki misi mengmbangkan nilai dan sikap maka

pengembangan nilai/karakter harus menjadi fokus utama yang dapat menggunakan berbagai

strategi/metode pendidikan nilai (value/charakter education). Oleh karena itu, untuk mata

pelajaran pendidikan kewarganegaraan nilai/karakter harus dikembangkan sebagai dampak

pembelajaran (intructional effeccts) dan menjadi dampak pengiring (nurturant effects)

(Budimansyah, D. 2010).

Berdasarkan dampak pembelajaran dan dampak pengiring ini akan mewujudkan

masyarakat yang memiliki “demokratis dan beadab” atau masyarakat yang berkarakter.

Indikator masyarakat berkarakter dalam buku ini adalah sebagai berikut:

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Pancasilais

2. Demokratik, berkeadaban, menghargai perbedaan, keragaman, pendapat dan

pandangan.

3. Mengakui dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) kesetaraan dan tidak

diskriminatif.

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

26

Page 27: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

4. Sadar, tunduk pada hukum dan ketertiban.

5. Mampu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan publik, memilik keahlian,

keterampilan kompetitif dengan solidaritas universal.

6. Menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang mengakar pada masyarakat beradab dan

demokratis.

7. Belajar dan berlangsung sepanjang hayat, membangun warga negara berkeadaban

(halaman 10).

Untuk itu, sebagai praktisi pendidikan memahami latar belakang filosofis pendidikan

kewarganegaraan di Perguruan Tinggi Umum sangatlah penting, sehingga pelaksanaan

pendidikan pembelajaran dapat dipertanggung jawabkan dengan alasan bahwa pendidikan

kewarganegaraan, paradigma pendidikan karakter secara sistematik dengan pengembangan

civil intellegence, civic partisipation, and civic responsibility dari civic education.

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

27

Page 28: Tugas Laporan Buku Individu

Laporan BukuOleh : Sawaludin, S.Pd

Sumber Bacaan

Syarbaini, S. Wahid, A. Dkk. (2006). Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Kalidjernih, F.K. (2010). Situsionalisme: Refleksi untuk Pendidikan Karakter di Indonesia dalam Aktualisasi Pendidikan Karakter Bangsa. Bandung. WAP

Nurokhim Bambang. (2008). Membangun Karakter dan Watak Bangsa Melalui Pendidikan Mutlak Diperlukan. (Online) http://www.tnial.mil.id. Diakses pada tanggal 06 Desember 2010.

Ramli. (2010). Kreativitas Anak Perlu Dikembangkan Dalam Pembelajaran. (Online) http://ramlimpd.blogspot.com/2010/09/kreativitas-anak-perlu-dikembangkan.html. Diakses pada tanggal 04 desmber 2010.

Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan

28