tugas individu koreksional

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Tahanan Negara (disingkat RUTAN) adalah tempat tahanan yang masih dalam proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung sesuai dengan pasal 19 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 yang mengacu pada landasan Pancasila (landasan filosofi), Landasan Operasional, Landasan Konstitusional serta prinsip-prinsip dalam KUHAP yang tidak boleh disimpangi. Rumah Tahanan Negara merupakan unit pelaksana teknis dibawah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (dahulu dikenal dengan Departemen Kehakiman). Konsep pemasyarakatan sebagaimana yang dicetuskan Menteri Kehakiman DR Sahardjo SH di Blitar 12 Januari 1962, dan sebagaimana yang dibahas dalam Konperensi Dinas Direktorat Pemasyarakatan yang pertama di Lembang, Bandung (27 April 1964), sebagai konsep yang menggantikan “boei” peninggalan kolonial menjadi konsep dengan sepuluh prinsip pemasyarakatan: 1) Pengayoman, dengan memberikan kepadanya bekal hidup sebagai warga yang baik dan berguna dalam masyarakat. 2) Menjatuhi pidana bukan tindakan balas dendam dari negara. 3) Tobat tidak dapat dicapai dengan penyiksaan, melainkan dengan bimbingan.

Upload: cipta-mandala-putra

Post on 01-Dec-2015

329 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

TUGAS INDIVIDU KOREKSIONAL

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS INDIVIDU KOREKSIONAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Tahanan Negara (disingkat RUTAN) adalah tempat tahanan yang masih dalam

proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi,

dan Mahkamah Agung sesuai dengan pasal 19 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 27

Tahun 1983 yang mengacu pada landasan Pancasila (landasan filosofi), Landasan

Operasional, Landasan Konstitusional serta prinsip-prinsip dalam KUHAP yang tidak boleh

disimpangi.

Rumah Tahanan Negara merupakan unit pelaksana teknis dibawah Kementrian Hukum dan

Hak Asasi Manusia (dahulu dikenal dengan Departemen Kehakiman).

Konsep pemasyarakatan sebagaimana yang dicetuskan Menteri Kehakiman DR Sahardjo SH

di Blitar 12 Januari 1962, dan sebagaimana yang dibahas dalam Konperensi Dinas Direktorat

Pemasyarakatan yang pertama di Lembang, Bandung (27 April 1964), sebagai konsep yang

menggantikan “boei” peninggalan kolonial menjadi konsep dengan sepuluh prinsip

pemasyarakatan:

1) Pengayoman, dengan memberikan kepadanya bekal hidup sebagai warga yang baik dan

berguna dalam masyarakat.

2) Menjatuhi pidana bukan tindakan balas dendam dari negara.

3) Tobat tidak dapat dicapai dengan penyiksaan, melainkan dengan bimbingan.

4) Negara tidak berhak membuat seseorang lebih buruk/lebih jahat daripada sebelum ia

masuk lembaga.

5) Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, narapidana harus dikenalkan dengan

masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat.

6) Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh bersifat mengisi waktu, atau

hanya diperuntukkan kepentingan jawatan atau kepentingan Negara sewaktu-waktu saja.

7) Bimbingan dan didikan harus berdasarkan Pancasila.

8) Tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia, meskipun ia telah

tersesat.

Page 2: TUGAS INDIVIDU KOREKSIONAL

9) Narapidana hanya dijatuhi pidana kehilangan kemerdekaan sebagai satu-satunya derita

yang dapat dialami.

10) Disediakan dan dipupuk sarana-sarana yang dapatmen dengan fungsi-fungsi rehabilitatif,

korektif dan edukatif dalam sistem Pemasyarakatan.

Yang menjadi hambatan untuk melaksanakan Sistem Pemasyarakatan, ialah warisan rumah-

rumah penjara yang keadaannya menyedihkan, yang sukar untuk disesuaikan dengan tugas

Pemasyarakatan, yang letaknya di tengah-tengah kota dengan tembok yang tinggi dan tebal.

B. Narapidana

Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga

Pemasyarakatan (UU No. 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan). Narapidana seperti

halnya manusia pada umumnya mempunyai hak-hak yang juga harus dilindungi oleh

hukum. Hak-hak yang harus dilindungi tersebut terutama hak-hak yang sifatnya non-

derogable, yakni hak – hak yang tidak dapat diingkari atau diganggu gugat oleh siapapun

dan dalam keadaan apapun.

Adapun hak-hak asasi tersebut dalam pasal 4 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999

dirinci sebagai berikut: Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi,

pikiran, dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui

sebagai pribadi dan persamaan dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar

hukum yang berlaku surut. Selanjutnya, dijabarkan lagi dalam Undang-undang Nomor 12

Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, yakni di antaranya: hak untuk memperoleh remisi,

hak beribadah, hak untuk mendapat cuti, hak untuk berhubungan dengan orang luar secara

terbatas, hak memperoleh pembebasan bersyarat, dan hak-hak lainnya seperti yang

tercantum dalam pasal 14 Undang-undang Pemasyarakatan.

Hak-hak Asasi manusia yang telah tersebut di atas, kemudian dijabarkan lagi dalam pasal

14 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, yaitu :

1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaan

2. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani

3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaan

4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

Page 3: TUGAS INDIVIDU KOREKSIONAL

5. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media masaa lainnya yang tidak

larangan

6. Mendapat upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan

7. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum atau orang tertentu lainnya

8. Mendapat pengurangan masa pidana (remisi)

9. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk  cuti mengunjungi keluarga

10. Mendapatkan pembebasan bersyarat

11. Mendapatkan cuti menjelang bebas

12. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundnag-undangan yang berlaku.

C. Peranan-Peranan Pekerjaan Sosial Koreksional

Peranan Pekerja Sosial yang utama adalah membantu narapidana, tidak membalas dendam

atau menghukum, Pekerja Sosial mendayagunakan pengetahuan dan keterampilan dalam

kegiatan koreksi rehabilitasi individu. Membantu klien agar dapat kembali dan menjadi

bahagian masyarakat serta membimbing mereka agar percaya dengan dengan diri mereka

sendiri dan rekan-rekannya.

Eliot Studt (1959) mengatakan bahwa tugas Pekerja Sosial koreksional adalah

mendefenisikan perubahan nilai klien agar tindakan mereka selaras dengan nilai-nilai

masyarakat.

Newman (1961) mengatakan bahwa membimbing dan mendidik kembali orang yang

melakukan tingkah laku antisocial dan illegal merupakan sesuatu yang komplek dan

memerlukan waktu serta keterampilan.

Pekerja Sosial koreksional bekerja sebagai bagian dari team, termasuk diantaranya petugas

probasi dan parol, psikolog, psikiatris, konselor vokasional pendidik dan pihak lain dalam

memberi pelayanan dan membantu napi merubah perilakunya.

Peran Pekerja Sosial dalam membantu napi merubah pola tingkah lakunya agar konstruktif

dengan orang lain dan lingkungan sosialnya dapat dilakukan dengan dua cara:

Page 4: TUGAS INDIVIDU KOREKSIONAL

1. Bekerja dengan individu untuk membantu mereka berubah melalui pemahaman yang baik

mengenai diri , kekuatan dan sumber-sumber dalam diri sendiri.

2. Modifikasi lingkungan menjadi iklim social yang sehat, dimana ia akan tinggal dan hidup.

Didalam bekerja dengan individu dan lingkungan, pekerja sosial selalu menjaga kedekatan

dengan unit keluarga peran pekerja sosial pada system pemasyarakatan antara lain sebagai

berikut :

a. Konselor

Membantu narapidana menyadari kesalahan yang diperbuat, menghilangkan perasaan-

perasaan yang menekan kehidupan narapidana serta memberikan keyakinan dan bimbingan

bagi penyesuaian diri narapidana dan memberikan alternative pemecahan masalah bagi klien.

b. Motivator

Memberikan dukungan dan menunmbuhkan semangat narapidana daam rangka memecahkan

masalah dan hambatan yang dihadapi dalam mengikuti kegiatan pembinaan yang

diselenggarakan

c. Ekspert

Memberikan informasi dan masukan-masukan yang dibutuhkan oleh narapidana serta

langkah-langkah yang harus ditempuh dalam memecahkan masalah

d. Therapist

Pekerja sosial mampu memberikan langkah-langkah terapi bagi perubahan kepribadian dan

prilaku narapidana selama berada dilingkungan lembaga pemasyarakatan

e. Broker

Pekerja social koreksional berusaha mengkaitkan permasalahan yang dihadapi narapidana

dengan system sumber yang dibutuhkan dala hal ini bertugas menghubungkan klien dengan

lembaga atau pihak lain yang diperlukan klien, guna mengatasi masalah serta mencapai

keberfungsian social.

Page 5: TUGAS INDIVIDU KOREKSIONAL

f. Guru.

Peran utama berkaitan dengan upaya memperkuat kemampuan klien untuk melakukan

perubahan dalam situasi masalah

g. Peneliti sosial

h. Advokat

Peranan advokasi bagi klien yang masih bermasalah dengan hukum dan peradilan

(Pembelaan).

i. Mediator

Menjadi perantara (mediasi) dengan berbagai unit didalam Lembaga Pemasyarakatan.

j. Instruktur

Peran utama dari seorang instruktur adalah mengarahkan, membimbing klien didalam

kegiatan ketrampilan baik didalam maupun diluar Lembaga Pemasyarakatan.

Peran pekerja sosial pada saat menjalankan perannya:

a. Meningkatkan kapasitas orang atau warga binaan dalam mengatasi masalah yang

dihadapinya.

b. Menggali dan menghubungkan sumber-sumber yang tersedia di sekitar klien.

c. Meningkatkan jaringan pelayanan social.

d. Memperomosikan keadilan sosial melalui pengembangan kebijakan.

e. Teacher (guru).

f. Melakukan konseling/kerjasama dengan keluarga dan masyarakat/ tokoh masyarakat.

g. Dan lain-lain, yang sesuai dengan peran-peran profesi pekerjaan social pelayanan yang di

berikan benar-benar pelayanannya pembinaan yang di berikan untuk pembentukan

Page 6: TUGAS INDIVIDU KOREKSIONAL

keperibadian, kemandirian dan tujuannya agar binaan jerah (tidak mau melakukan

kesalahannya lagi) dimana pendekatannya di lakukan dengan cinta dan bukan kekerasan.

BAB II

PROFIL RUTAN KLAS I KEBONWARU BANDUNG

A. Sejarah Singkat

Rumah Tahanan Negara Kels I Bandung dibangun tahun 1927, sebelumnya digunakan

untuk LAPAS Militer yang diperuntukan bagi tahanan politik dan militer dari tahun 1960

sampai dengan tahun 1980. Kemudian dipergunakan untuk LAPAS Kelas II A Banceuy,

pada tanggal 01 Juli 1990 resmi digunakan untuk RUTAN Kelas I Bandung.

Terletak di Jalan Jakarta Nomor 29 Bandung dengan luas areal sekitar 42.650 M2, sebelah

barat berbatasan dengan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa

Barat, sebelah utara dan timur berbatasan dengan Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT)

Bandung, sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Jakarta.

B. Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi

1. Kedudukan : Rumah Tahanan Negara Klas I Bandung Merupakan Unit Pelaksanan Teknis

di bidang pelayanan Tahanan dalam rangka untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan sidang di pengadilan. Kedudukannya di bawah Kantor Wilayah Departemen

Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Barat, serta bertanggung jawab kepada Direktorat

Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.

2. Tugas Pokok : Melaksanakan perawatan terhadap tersangka atau terdakwa sesuai dengan

peraturan perundang undangan yang berlaku

Page 7: TUGAS INDIVIDU KOREKSIONAL

3. Fungsi : Melaksanakan pelayanan tahanan, pemeliharaan keamanan dan tata tertib,

pengelolaan dan tata usaha Rutan.

C. Visi, Misi Dan Tujuan1. Visi : Menjadi Institusi pelayanan hukum yang profesional, akuntabel, transfaran,

dalam mewujudkan sistem pemasyarakatan.

2. Misi : Melaksanakan perawatan Tahanan, Pembinaan dan pembimbingan Warga

Binaan Pemasyarakatan dalam rangka penegakan hukum dan Hak Asasi Manusia

melalui proses pemasyarakatan dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip

pengayoman.

3. Tujuan : (a) Membentuk WBP agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari

kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat

diterima kembali oleh masyarakat dan berperan aktif dalam pembangunan dan dapat

hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab (b) Memberi

jaminan perlindungan Hak Asasi Tahanan dalam rangka memperlancar proses

penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan.

D. Sasaran

1. Perawatan dan Pembinaan : (a) Kualitas Ketakwaan Kepada Tuhan YME, (b) Kualitas

Intelektual, (c) Kualitas sikap dan perilaku, (d) Kualitas profesionalisme,

keterampilan, serta (e) kualitas kesehatan jasmani dan rohani.

2. Pelaksanaan : (a) Isi lebih rendah dari kapasitas, (b) Menurunkan angka pelarian dan

gangguan kamtib, (c) Meningkatkan secara bertahap jumlah Napi yang bebas

sebelum waktunya melalui proses asimilasi dan integrasi, (d) Semakin menurunnya

angka residivis, (e) Prosentase kematian dan sakit sama dengan prosentase yang ada

di masyarakat,(f) Biaya perawatan sama dengan kebutuhan minimal manusia pada

umumnya, (g) RUTAN dalam keadaan bersih dan terpelihara, (h)Semakin

terwujudnya lingkungan pembinaan yang menggambarkan proyeksi nilai-nilai

masyarakat dan semakin berkurangnya nilai-nilai sub kultur penjara.

E. Kondisi Bangunan

Page 8: TUGAS INDIVIDU KOREKSIONAL

Luas bangunan mencapai 17.998 M2. Meliputi; bangunan utama, sarana ibadah dan olah

raga, halaman depan, halaman dalam, branggang yang dibatasi dengan tembok keliling.

Bangunan utama terdiri atas Ruang Perkantoran, Ruang Serba Guna, Ruang Kunjungan,

Rumah Sakit, Dapur, Gudang, Pos Jaga, Kantin, dan kamar-kamar hunian.

Kapasitas kamar hunian mencapai 1.016 orang terdiri atas 6 (lima) blok, yaitu Blok A, B,

C1,C2, C3 dan E dengan jumlah kamar sebanyak 86 kamar.

F. Kondisi Pegawai

Pegawai RUTAN Kelas I Bandung berjumlah 149 orang dengan kualifikasi sebagai berikut :

Golongan Pendidikan Jenis Kelamin

Golongan IV :

1

Golongan III :

95

Golongan II :

53

S2 : 9

S1 : 58

D3 : 9

SLTA : 69

SLTP : 4

Laki-

Laki :118

Perempuan :

31

Jumlah : 149 Orang

Dari jumlah tersebut diberdayakan ke dalam dua kategori, yaitu staf dan regu pengaman.

Staf sebanyak 81 orang sedangkan regu sebanyak 68 orang dibagi ke dalam 4 regu

pengamanan.

G. Kondisi Penghuni

NO TAHANAN DEWASA ANAK

1

2

3

4

5

6

Tahanan A I

Tahanan A II

Tahanan A III

Tahanan A IV

Tahanan A V

Tahanan

33

170

440

38

15

1

-

10

12

1

1

-

Page 9: TUGAS INDIVIDU KOREKSIONAL

Asing

JUMLAH 697 24

NO NARAPIDANA DEWASA ANAK

1

2

3

4

5

Narapidana B I

Narapidana B II A

Narapidana B II B

Narapidana B III

Narapidana Asing

427

79

-

1

2

5

3

-

-

-

JUMLAH 669 8

TOTAL 1.398

H. Kerjasama Dan Sumber Pendukung

1. Lembaga Pemerintah :

a. Pemda Kota Bandung dalam berbagai bidang kegiatan

b. Polresta Bandung Tengah dalam kegiatan pengamanan

c. Kantor Departemen Agama Kota Bandung dalam kegiatan pembinaan rohani.

2. Lembaga Swadaya Masyarakat / LSM

a. KALYANA MANDIRA dalam kegiatan Keterampilan Anak

b. LEMBAGA ADVOKASI HAK ANAK /LAHA dalam perawatan anak yang

berkonflik dengan hukum

c. EDUKASIA dalam kegiatan pendidikan anak

d. GRAFIK dalam kegiatan perawatan Tahanan kasus narkoba

e. BKSPFKK ( Badan kerja Sama Pelayanan Firman Kristen Katolik) dalam kegiatan

pembinaan rohani Agama Kristen

f. Kantor Pengacara Efran Helmi Juni & Associates

Page 10: TUGAS INDIVIDU KOREKSIONAL

I. Sarana Dan Prasarana Perawatan Serta Pembinaan

1. Penyuluhan

b. Penyuluhan hukum

c. Penyuluhan kesehatan dan kebersihan

d. Penyuluhan wawasan kebangsaan, persatuan dan kesatuan

2. Pemberian Remisi 17 Agustus dan Hari Raya Keagamaan

3. Pemberian Cuti Menjelang Bebas (CMB) dan Pembebasan Bersyarat (PB), Cuti

Bersyarat (CB).

4. Keagamaan

a. Pondok pesantren DAARUT TAUBAH

1. Belajar Iqra 1 s/d Iqra 6 dan Qiroat

2. Belajar Tauhid dan Fiqih, Belajar Nahwu dan Shorof

- Sholat Tarawih dan Tadarusan (Setiap Bulan Ramadhan)

- Kuliah Tujuh Menit / Kultum (Setiap bada Sholat berjamaah)

- Tsausyiah Dhuha (setiap bada Sholat Dhuha)

- Istigosyah / Doa bersama (setiap Hari Jumat)

- Yasinan / Membaca Surat Yassin bersama-sama

- Pelatihan Teknik berdakwah dan Retorika

- Kegiatan MTQ dan kegiatan ZIS dan Qurban

3. Latihan Pijat Refleksi, Latihan Dasar Kepemimpinan

4. Latihan Dasar Kepemimpinan, dan Penataran Pengajar

b. Kegiatan Agama Nasrani

5. Keterampilan

Keterampilan menjahit, Keterampilan potong rambut, Pertukangan / perkayuan,

Elektronika, Jasa setrika, Pengolahan Sampah, dan Perikanan

6. Olah raga dan kesenian

a. Senam pagi, Tenis meja, Bola Voly, Tenis lapangan

b. Waru Band, Qosidah

c. Latihan lagu-lagu rohani

7. Pendidikan

a. Pendidikan anak

b. Perpustakaan

Page 11: TUGAS INDIVIDU KOREKSIONAL

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Penjelasan dibawah ini adalah mengenai gambaran salah satu klien di RUTAN Kebonwaru

yang sedang menjalani hukuman penjara, klien ini masih dapat di kategorikan anak karena

faktor usiannya yang masih di bawah 19 tahun. Hasil pertemuan selama dua kali

mempunyaigambaran penanganan dan bahasan kasus sebagai berikut :

1. Nama : Bona

2. Tempat/tanggal Lahir : Jakarta 30 Desember 1991

3. Umur : 22 tahun

4. Agama : Islam

5. Jenis Kelamin : Laki-laki

6. Status : Belum Menikah

7. Pekerjaan : Mahasiswa

8. Alamat Asal : Pesanggrahan Jakarta

9. Jenis pelanggaran :

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) terdapat beberapa ketentuan yang

mengatur tentang Pengguna Narkoba. Yaitu undang-undang No. 22 tahun 1997 tentang

Narkotika, undang-undang no. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, undang-undang No. 23

Tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-undang Bahan berbahaya. Ketentuan pidana atau

ancaman hukuman terhadap penyalahgunaan dan pengedar gelap narkotika, berikut ini

Page 12: TUGAS INDIVIDU KOREKSIONAL

kutipan undang-undang no. 22 tahun 1997 tentang Narkotika dan Undang-undang no. 5

Tahun 1997 tentang Psikotropika yang sering kami lakukan untuk menjerat Pengguna dan

Pengedar Narkoba : Pasal 85 ayat 1 (a) Menggunakan narkotika golongan I bagi dirinya

sendiri,dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun.

I0. Cerita Kronologis :

Kisah ini berinisial “B”. Lahir pada tanggal 30 Desember 1991, bertempat tinggal di

Pesanggrahan Jakarta. “B” adalah anak dari pasangan MT Siahaan dan Hanna. Anak Bungsu dari lima

bersaudara ini, yang sekarang Mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Jakarta. Ayahnya

pensiunan Pegawai Negeri Sipil dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.

Bona tidak pernah memiliki masalah dengan keluarganya dapat dikatakan bahwa

hubungannya dengan keluarganya baik-baik saja tidak walaupun memang ia kurang dekat dengan

ayahnya namun dengan semua anggota keluarga lain dia akrab begitu juga dengan lingkunganpun

tempat ia tinggal.

Saat itu yang Berinisial “B” duduk di bangku smp dia sudah mulai menggunakan napza yang

diawali seringnya dia berkumpul dengan teman – teman yang kurang baik dimana mereka sering

minum alcohol dan merokok. akibatnya dengan seringnya dia bergaul dengan dia menjadi sering

mabuk-mabukan dan di beberapa kejadian dia pulang kerumah dengan keadaan mabuk, dengan rasa

penasaran dan keingintahuan tentang Napza akhirnya dia mencoba ganja disinilah dimulainya dia

menggunakan napza. Setelah bertahun – tahun dia menggunkan napza dia sudah menggunakan semua

tipe zat adiktif kecuali memakai jarum suntik.

Tanpa sepengetahuan “B” keluarga telah mengetahui dia menggunakan narkoba. kakak

wanita yang ke empat mengetahui bahwa dia menggunakan jenis narkoba berupa ganja, dan ibunya

yang menemukan lintingan ganja di toilet.

setelah berkonsultasi dengan keluarganya yang bekerja di Kepolisian akhirnya di putuskan untuk

memasukan dia ke Rumah Tahanan Negara Kelas I Bandung tepatnya pada tanggal 9 November

2012.

Page 13: TUGAS INDIVIDU KOREKSIONAL

I2. Keberfungsian sosial :

a. Asas Keberfungsian Sosial

Kalau mengkaitkannya dengan keberfungsian sosial selaku narapidana dulunya, dan kini

sebagai eks narapidana dengan status masih dalam masa percobaan dan pembebasan

bersyarat akan sangat besar yang harus dialami olehnya. Sebagaimana yang didefinisikan

oleh Achlis, 1992. Di mana Keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang dalam

melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi social tertentu berupa

adanya rintangan dan hambatan dalam mewujudkan nilai dirinnya mencapai kebutuhan

hidupnya.

Seperti halnya masih dalam bagian indikator manusia disebut sebagai makhluk sosial yang

masih berfungsi sosial dengan baik adalah manakala; mampu melaksanakan tugas dan

perannya, mampu menghadapi permasalahan yang dihadapi, mampu memenuhi kebutuhan

hidupnya dan relasinya dengan masyarakat dan kehidupan di sekitarnya juga baik. Kembali

pada proses berhenti mendadak yang dialami oleh Rijal dengan menjadi seorang tahanan

kemudian segala aktivitasnya harus di-offkan dan ini pasti juga terlaksana dengan mendadak

akan membawa dampak yang besar bagi optimalisasi kehidupannya.

Tugas dan perannya sebagai anak yang kemudian menjadi narapidana jelas tidak bisa

terpenuhi, sewajarnya seorang artis yang memiliki banyak job dan beribu penggemar harus

diisolasi dalam ruang tidak lebar dan berbaur dengan tahanan-tahanan lainnya dan hidup

dalam penjeraan. Kemampuannya untuk menghadapi permasalahan kehidupan juga sangat

riskan untuk bisa dipenuhinya, karena adanya hukuman pidana yang harus ia jalani sebagai

Page 14: TUGAS INDIVIDU KOREKSIONAL

bentuk tanggung jawab atas tindakan yang dilakukan memberi dampak tertekan sendiri

baginya sehingga ada kesimpulan ringan yang bisa dikemukakan bahwa dengan Narapidana

maupun eks Narapidana yang mengalami guncangan psikis atas kondisi lingkungan yang

berbeda akan sangat sulit menyelesaikan permasalahan-permasalahan kehiduapannya yang

lain.

Kemudian dalam aspek pemenuhan kebutuhan, dengan posisi yang awalnya berprofesi

sebagai seorang artis yang mendatangkan income besar, harus menghabiskan waktu dan

menjalani hari di dalam jeruji tahanan dan melepaskan profesinya selama beberapa masa,

sehingga keadaan demikian juga menyebabkan adanya guncangan aspek pendapatan dalam

rangka pemenuhan kebutuhannya.

b. Lampu Merah di Rambui Dengan Kuning

Seharusnya kalau masih ingin mengacu pada tata tertib rambu-rambu lalu lintas yang

diberikan oleh kepolosian lalu lintas Indonesia berupa lampu merah-kuning dan hijau tidak

lain berfungsi sebagai tanda agar wasapada. Tidak jalan dan berhenti semaunya, demikian

pula dalam ranah kehidupan. Meskipun dalam hidup diwarnai dengan kebebasan

berpendapat, dengan kebebasan untuk beraspirasi dan kebebasan-kebebasan hak lainnya tapi

harus tetap memperhatikan rambu-rambu, di mana kebebasan orang lain sedang diparkir.

Jangan sampai menabrak atau bahkan merusak dan melukainya. Kewaspadaan sangat

dituntut  di sini, waspada dalam kebebasan. Dalam berkarier, dalam berpendidikan, dalam

berjalan, bertingkah, berlaga, berpolah ataupun yang lainnya.

c. Moral Di Pundak

Sebagai seorang public figure yang memiliki martabat rendah bagi para fans nya seiring itu

pulalah beban di pundak semakin tinggi besar dan membuncah. Beban moral semakin berat

membebani bagi mereka yang sudah diangkat tinggi oleh masyarakat. Mereka (para artis dan

orang ternama lainnya) menjadi idola dan percontohan masyarakat, dianggap sebagai sosok

yang sudah luar biasa, sosok tangguh dan pribadi berkompeten yang sayang untuk tidak

diikuti. Mereka layaknya benda yang dicerminkan dalam kaca dan masyarakat layaknya

bayangan dari pantulan cermin datar. Konsep dan teori modelling diterapkan dan berlaku

umum di sini.

Page 15: TUGAS INDIVIDU KOREKSIONAL

d. Pilihan itu bukan kebetulan

Masalah yang menjerat manusia sampai dengan membawanya ke dalam penjara dan berbagai

bentuk tanggung jawab yang lainnya ada adalah ragam pilihan atas setiap tindakannya.

Bukan hanya untuk seorang Rijal namun juga pada setiap manusia. Dengan berhentinya

karier sebagai dampak, dengan banyaknya masala-masalah lain yang muncul mengiringi

adalah bentuk resiko yang akan menyertai dan keberadaannya menjadi pertimbangan dari

setiap tindakan.

I3. Pemecahan Masalah

a. Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara pembinaan dengan yang di bina.

b. Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesame mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji. Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain.

c. Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis.d. Pemeliharaan dengan peningkatan langkah – langkah keamanan yang disesuaikan

dengan keadaan yang dihadapi.e. Pendekatan individual dan kelompok.f. Untuk menambah kesungguhan, keikhlasan, dan tanggung jawab melaksanakan tugas

serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap Negara, hokum, dan masyarakat. Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan dalam “etos kerja” yang berisi petugas pemasyarakatan adalah abdi hokum, Pembina narapidanan atau anak-anak didik dan pengayom masyarakat.

Page 16: TUGAS INDIVIDU KOREKSIONAL

BAB IV

KESIMPULAN

Kita telah kalah dalam perang melawan narkoba. Buktinya, jumlah dan kualitas penyalahgunaan

narkoba semakin meningkat.Dampak buruk penyalahgunaannya pun semakin

menyengsarakan.Sumber segala musibah ini adalah ketidaktahuan rakyat tentang narkoba ditengah

kegetiran hidup yang menghimpit.Pengetahuan tentang seluk-beluk narkoba harus dimiliki oleh

seluruh rakyat agar mereka tahu, sadar, dan karena itu dapat ikut berperang dan menang. Itulah kunci

sukses untuk memenangi perang melawan penyalahgunaan narkoba. Mencegah lebih baik daripada

mengobati. Harapan kami agar di negara kita terutama masyarakat umum menyadari akan bahaya

memakai atau mengkonsumsi Narkotika. Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda seharusnya

lebih berhati-hati dalam memilih teman bergaul, sebab jika kita salah pilih teman lebih-lebih yang

sudah kita tahu telah menjadi pecandu hendaknya kita berfikir lebih dulu untuk bersahabat dengan

mereka. Jadi tujuan Pekerjaan Sosial Koreksional adalah membantu narapidana untuk

meningkatkan kemampuannya dalam mengatasi masalah-masalah yang dialaminya selama

menjalani hukumaan.

Page 17: TUGAS INDIVIDU KOREKSIONAL