tugas klb komunikasi nonverbal dalam lintasbudya

18
Komunikasi Lintas Budaya Latar belakang Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dimana antara komunikator dan komunikan menggunakan alat dalam penyampaian pesan. Menurut Deddy Mulyana komunikasi adalah proses berbagai makna melalui perilaku verbal dan non verbal.Dalam hal ini alat tersebut biasa disebut dengan perilaku. Perilaku verbal bisa berarti bahasa sedangkan perilaku nonverbal adalah bentuk simbol-simbol yang mengisyaratkan tentang pesan yang ingin disampaikan. Namun permasalahan yang muncul adalah bagaimana apabila antar komunikator dan komunikan berbeda budaya, maka perilaku yang disampaikan akan berbeda arti juga, contoh apabila orang jawa dengan bahasa jawa dengan orang padang dengan bahasa minang, apabila mereka menggunakan bahasa mereka maka akan menimbulkan salah pengertian. Simbol atau lambang adalah sesuatu yang mewakili sesuatu lainnya berdasarkan kesepakatan bersama, misalnya kata atau ucapan “kucing” mewakili suatu makhluk berbulu dan berkaki empat yang bisa mengeong, tanpa memerlukan kehadiran hewan tersebut. Simbol dapat pula mereperesentasikan suatu konsep atau gagasan yang lebih abstrak, seperti ditunjukkan oleh gambar palu arit yang merepesentasikan komunisme atau kata-kata: kemerdekaan, perdamaian. Kapitalisme, atau komunikasi, yang membutuhkan penjelasan panjang.( Dedd M. 2004) 1

Upload: edwin-prayogi

Post on 31-Jul-2015

264 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

tentang komunikasi lintas budaya

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas KLB Komunikasi Nonverbal Dalam Lintasbudya

Komunikasi Lintas Budaya

Latar belakang

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada

komunikan dimana antara komunikator dan komunikan menggunakan alat dalam

penyampaian pesan. Menurut Deddy Mulyana komunikasi adalah proses berbagai makna

melalui perilaku verbal dan non verbal.Dalam hal ini alat tersebut biasa disebut dengan

perilaku. Perilaku verbal bisa berarti bahasa sedangkan perilaku nonverbal adalah bentuk

simbol-simbol yang mengisyaratkan tentang pesan yang ingin disampaikan. Namun

permasalahan yang muncul adalah bagaimana apabila antar komunikator dan komunikan

berbeda budaya, maka perilaku yang disampaikan akan berbeda arti juga, contoh apabila

orang jawa dengan bahasa jawa dengan orang padang dengan bahasa minang, apabila

mereka menggunakan bahasa mereka maka akan menimbulkan salah pengertian.

Simbol atau lambang adalah sesuatu yang mewakili sesuatu lainnya berdasarkan

kesepakatan bersama, misalnya kata atau ucapan “kucing” mewakili suatu makhluk

berbulu dan berkaki empat yang bisa mengeong, tanpa memerlukan kehadiran hewan

tersebut. Simbol dapat pula mereperesentasikan suatu konsep atau gagasan yang lebih

abstrak, seperti ditunjukkan oleh gambar palu arit yang merepesentasikan komunisme atau

kata-kata: kemerdekaan, perdamaian. Kapitalisme, atau komunikasi, yang membutuhkan

penjelasan panjang.( Dedd M. 2004)

Komunikasi dan budaya adalah dua entitas tak terpisahkan, sebagaimana dikatakan

Edward T.Hall “Budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah budaya”. Menurut

Alfred G. Smith, budaya adalah kode yang kita pelajari bersama dan untuk itu dibutuhkan

komunikasi.

Komunikasi antar budaya adalah seni untuk memahami dan dipahami oleh khalayak yang

memiliki kebudayaan lain. (Sitaram, 1970)

Komunikasi bersifat budaya apabila terjadi diantara orang-orang yang berbeda

kebudayaan. (Rich, 1974)

Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang

menunjukan adanya perbedaan budaya seperti bahasa, nilai-nilai, adat, kebiasaan.

(Stewart, 1974)

Komunikasi antarbudaya menunjuk pada suatu fenomena komunikasi di mana para

pesertanya memiliki latar belakang budaya yang berbeda terlibat dalam suatu kontak

1

Page 2: Tugas KLB Komunikasi Nonverbal Dalam Lintasbudya

Komunikasi Lintas Budaya

antara satu dengan lainnya, baik secara langsung atau tidak langsung. (Young Yung Kim,

1984)

Komunikasi antar budaya adalah seni untuk memahami dan dipahami oleh khalayak yang

memiliki kebudayaan lain. (Sitaram, 1970).

Komunikasi bersifat budaya apabila terjadi diantara orang-orang yang berbeda

kebudayaan.(Rich, 1974).

Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang

menunjukan adanya perbedaan budaya seperti bahasa, nilai-nilai, adat, kebiasaan.

(Stewart, 1974).

Komunikasi nonverbal harus bisa memberikan pengertian bagi komunikator dan

komunikan. Komunikator juga harus bisa menggunakan perilaku nonverbal yang dimana

komunikan mengerti walaupun antara kedua unsur komunikasi ini berbeda dalam budaya.

Karena setiap budaya akan mempunyai simbol ataupun gaya bahasa tersendiri juga.

Apabila komunikator dalam memberikan bahasa yang salah maka ini akan menimbulkan

konfilk budaya yang diawali dari kesalah pahaman antara komunikator dan komunikan.

2

Page 3: Tugas KLB Komunikasi Nonverbal Dalam Lintasbudya

Komunikasi Lintas Budaya

ISI

A. Komunikasi nonverbal

A.1 Komunikasi nonverbal komunikasi yang menggunakan bahasa isyarat.

Ilustrasi dalam penyampaian pesan seperti komunikasi yang dilakukan manusia

denga hewan. Manusia mengisyaratkan sedikit kesamnaan antara sinyal non verbal,

melainkan mengisyaratkan sedikit kesamaan antara sinyal nonverbal manusia dengan

sinyal nonverbal hewan. Begitu juga dengan komunikasi nonverbal yang dilakukan dengan

manusia. Seorang komunikator dalam berkomunikasi lebih banyak menggunakan bahasa

tubuhnya ketimbang dengan bahasa verbalnya. Pentingnya pesan nonverbal ini misalanya

dilukiskan, “Bukan apa yang ia katakan, melainkan bagaimnaa ia mengatakannya.” Lewat

perliku nonverbalnya, kita dapat mengetahui suasan emosional seseorang, apakah ia

sedang bahagia, bingung, atau sedih. Kesan awal kita pada seseorang sering didasarkan

perilaku nonverbalnya, yang mendorong kita untuk mengenalnya lebih jauh. Menurut

Knapp dan Hall, isyarata nonverbal sebgaimana simbol verbal, jarang punya maknaa

denotatif yang tunggal.misalnya melihat mata orang lain dapat berarti afeksi dalam satu

situasi dan agresi dalam siautasi lain. Makna isyarat nonverbal akan semakin rumit jika

kita mempertimbangkan berbagai budaya.

Sebagaimana kata-kata kebanyakan isyarat nonverbal juga tidak universal,

melainkan terikat oleh budaya, jadi dipelajari, bukan bawaan. Sedikit saja isyarat

nonverbal yang merupakan bawaan. Kita semua lahir dan mengetahui bagaimana

tersenyum, namun kebanyakan ahli sepakat bahwa dimana, kapan, dan kepada siapa kita

menunjukkan emaosi ini dipelajari, dan karenanya dipengaruhi oleh konteks dan budaya.

(Deddy M. 2000)

Komunikasi nonverbal sering digunakan umumnya untuk penyampaian pesan-

pesan yang bersifat tersembunyi. Karena itulah beberapa komunikasi yang terjadi hanya

dimengerti antara komunikator dan komunikan. Beberapa diantaranya seperti mengatakan

cinta membentuk hati dengan 4 jari. Ini merupakan komunikasi simbolik yang ditujukan

kepada seseorang yang dimana komunikator menggungkapkan rasa cinta kepada

komunikan dimana komunikan berlainan jenis.

3

Page 4: Tugas KLB Komunikasi Nonverbal Dalam Lintasbudya

Komunikasi Lintas Budaya

A.2 Jenis-jenis Komunikasi Nonverbal

a. Komunikasi objek

Komunikasi objek yang paling umum adalah penggunaan pakaian. Orang sering dinilai

dari jenis pakaian yang digunakannya, walaupun ini dianggap termasuk salah satu bentuk

stereotipe. Misalnya orang sering lebih menyukai orang lain yang cara berpakaiannya

menarik. Selain itu, dalam wawancara pekerjaan seseorang yang berpakaian cenderung

lebih mudah mendapat pekerjaan daripada yang tidak. Contoh lain dari penggunaan

komunikasi objek adalah seragam.

Sentuhan

Haptik adalah bidang yang mempelajari sentuhan sebagai komunikasi nonverbal.

Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di

punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain. Masing-masing bentuk komunikasi ini

menyampaikan pesan tentang tujuan atau perasaan dari sang penyentuh. Sentuhan juga

dapat menyebabkan suatu perasaan pada sang penerima sentuhan, baik positif ataupun

negatif.

b. Kronemik

Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi

nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang dianggap

cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam

jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).

c. Gerakan tubuh

Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak mata,

ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk

menggantikan suatu kata atau frase, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya; untuk

4

Page 5: Tugas KLB Komunikasi Nonverbal Dalam Lintasbudya

Komunikasi Lintas Budaya

mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan, misalnya memukul

meja untuk menunjukkan kemarahan; untuk mengatur atau menngendalikan jalannya

percakapan; atau untuk melepaskan ketegangan.

d. Vokalik

Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu

caraberbicara. Ilmu yang mempelajari hal ini disebut paralinguistik. Contohnya adalah

nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara,

intonasi, dan lain-lain. Selain itu, penggunaan suara-suara pengisi seperti "mm", "e", "o",

"um", saat berbicara juga tergolong unsur vokalik, dan dalam komunikasi yang baik hal-

hal seperti ini harus dihindari.

Lingkungan juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu. Diantaranya

adalah penggunaan ruang, jarak, temperatur, penerangan, dan warna.

5

Page 6: Tugas KLB Komunikasi Nonverbal Dalam Lintasbudya

Komunikasi Lintas Budaya

A.3 Variasi budaya dalam komunikasi nonverbal

Budaya asal seseorang amat menentukan bagaimana orang tersebut berkomunikasi

secara nonverbal. Perbedaan ini dapat meliputi perbedaan budaya Barat-Timur, budaya

konteks tinggi dan konteks rendah, bahasa, dsb. Contohnya, orang dari budaya Oriental

cenderung menghindari kontak mata langsung, sedangkan orang Timur Tengah, India dan

Amerika Serikat biasanya menganggap kontak mata penting untuk menunjukkan

keterpercayaan, dan orang yang menghindari kontak mata dianggap tidak dapat dipercaya.

komunikasi non verbal merupakan cara berkomuikasi melalui pernyataan wajah, nada

suara, isyarat-isyarat, kontak mata, dan lain-lain (Purwasito, 2003:140). Menyangkut

kepada interaksi non verbal, Beamer dan Varnet menyatakan bahwa komunikasi non

verbal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah latar belakang budaya,

latar belakang sosial ekonomi, pendidikan, gender, usia, kecenderungan pribadi dan

indionkrasi. Banyak perilaku non verbal manusia dilaksanakan secara tidak sadar dan

spontan. Kesamaan budaya dan perilaku non verbal yaitu keduanya dikerjakan melalui

naluri dan dipelajari.

Dengan memahami budaya dalam perilau non verbal, manusia dapat memahami pesan

dalam proses interaksi dan mengumpulkan petunjuk mengenai tindakan serta nilai yang

disadarinya. Komunikasi non verbal terkadang menunjukkan sifat dasar suatu budaya

Contoh Kasus : Hubungan Masyarakat Jawa dengan Masyarakat Luar Jawa

Salah satu negara yang juga terkenal keramahannya adalah Indonesia, khususnya suku

Jawa. Masyarakat Jawa sangat terkenal dengan tutur bahasanya yang lembut dan penuh

sopan santun. (Di sini menyamakan semua masyarakat Jawa dan mengesampingkan factor

wilayah seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur). Oleh karena itu masyarakat

Jawa termasuk dalam the real high context culture. Sedangkan bagi masyarakat luar Jawa,

pasti memiliki karakteristik yang berbeda. Di sini membandingkan dengan orang Batak

karena saya menilai karakter orang Jawa sangat kontras dengan orang Batak. Namun perlu

dicatat, perbedaan komunikasi non verbal tidak menyeluruh begitu saja di antara

keduanya. Hal tersebut tidak lepas dari factor adat dan budaya secara khusus dan termasuk

orang Indonesia secara umum.

6

Page 7: Tugas KLB Komunikasi Nonverbal Dalam Lintasbudya

Komunikasi Lintas Budaya

Kontak Mata

Bagi orang Jawa, kontak mata secara langsung dianggap hal yang tidak sopan. Terlebih

jika hal tersebut dilakukan terhadap orang yang lebih tua. Orang jawa menyebutnya

unggah-ungguh atau tata krama. Bagi orang luar jawa sebenarnya kontak mata secara

langsung bukan hal yang dipermasalahkan. Namun walaupun begitu bukan berarti orang

Batak menganggap kontak mata secara langsung hal yang wajar. Tetap saja kontak mata

tetap ada aturannya karena bagi sebagian orang, kontak mata yang terlalu berlebihan

dianggap menantang bahkan pelecehan.

Sentuhan

Masyarakat jawa adalah masyarakat yang sangat menjunjung adat ketimuran. Salah

satunya adalah sentuhan. Masyarakat jawa akan sangat menjaga diri mereka dengan lawan

jenisnya sebelum mereka menikah. Hal tersebut menyangkut harga diri dan masalah tata

krama yang ada. Hal tersebut sama bagi orang Batak.

Paralanguage

Inilah komunikasi non verbal yang begitu kontras antara orang Jawa dan Batak.

Masyarakat Jawa sangat terkenal dengan tutur bahasanya yang lembut dan penuh sopan

santun. Intonasi dan suaranya pelan. Lebih banyak basa-basi dan berbelit-belit. Sebaliknya,

orang Batak sangat blak-blakkan. Tidak peduli siapa lawan bicara. Intonasi dan suara

sangat keras dan cenderung kasar bagi orang Jawa.

Diam

Bagi orang Jawa, berbicara sebenarnya hanya diperbolehkan seperlunya saja. Jadi ketika

orang Jawa diam, hal itu adalah hal yang lumrah. Hal tersebut sesuai dengan adat orang

Jawa yang sangat berhati-hati ketika berbicara. Terlebih membicarakan orang lain. Namun

bagi orang batak, diam adalah penolakan.

Body Movement

Setiap budaya memiliki bahasa tubuhnya sendiri. Orang Jawa dan Batak memiliki khas

bahasa tubuhnya masing-masing.

7

Page 8: Tugas KLB Komunikasi Nonverbal Dalam Lintasbudya

Komunikasi Lintas Budaya

Kedekatan Ruang dan Waktu

Orang Jawa sangat menjaga jarak dengan orang lain. Ada banyak factor mengapa. Salah

satunya adalah adanya tingkatan-tingkatan bagi orang Jawa yaitu anak-anak-dewasa orang

tua. Sedangkan Orang batak tidak mengenal tingkatan sehingga jarak dan waktu bukanlah

penghalang dalam setiap komunikasi.

Contoh

Si A adalah mahasiswa dari Jawa dan memiliki teman B dari luar Jawa yaitu Batak.

Keduanya akan sangat sulit untuk saling menyesuaikan. Si A akan berbicara dengan nada

yang pelan atau biasa dan dengan intonasi serta tekanan yang biasa pula. Namun si B

berbicara dengan suara yang lantang disertai intonasi tekanan yang keras. Di sini bisa saja

Si A salah paham karena menganggap B suka berbicara dengan keras dan punya tata

krama. Namun tidak bagi si B. B merasa hal itu wajar-wajar saja. Lainnya, Si A mungkin

terbiasa dengan tingkah lakunya sesuai dengan unggahungguh atau tata krama adat Jawa.

Selalu menunduk dan tidak melihat wajah lawan bicara, selalu senyum, dan mengucapkan

permisi sambil membungkuk ketika lewat di depan seseorang . Namun semua hal tersebut

mungkin tidak dilakukan oleh B. Berbicara secara blak-blakkan dan berjalan lalu lalang

begitu saja tanpa permisi merupakan hal yang biasa bagi si B.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya konteks tinggi dan budaya konteks

rendah mempunyai beberapa perbedaan penting dalam cara penyandian pesannya.

Anggota budaya konteks tinggi lebih terampil membaca perilaku nonverbal dan “dalam

membaca lingkungan”, dan mereka menganggap bahwa orang lain juga akan mampu

melakukan hal yang sama. Jadi mereka berbicara lebih sedikit daripada anggota-anggota

budaya konteks rendah. Umumnya komunikasi mereka cenderung tidak langsung dan tidak

ekplisit. Budaya konteks rendah, sebaliknya menekankan komunikasi langsung dan

ekplisit, yakni pesan- pesan verbal sangat penting, dan informasi yang akan

dikomunikasikan disandi dalam pesan verbal.

(referensi didapat dari CaturAriadie.com)

8

Page 9: Tugas KLB Komunikasi Nonverbal Dalam Lintasbudya

Komunikasi Lintas Budaya

B. Bahasa Tubuh Budaya

Bahasa tubuh adalah salah satu aspek komunikasi nonverbal disamping aspek-

aspek komunikasi nonverbal lainnya yang berkenaan dengan benda, seni, ruang dan

waktu. Komunikasi nonverbal sama pentingnya denga komunikasi verbal meskipun

terkadang diabaikan. Kita sering tidak sadar bahwa rasa suka atau benci kita terhadap

orang sering disebabkan perilaku nonverbal, senyuman, pandangan mata, atau

sentuhan seseorang sering merupakan perilaku nonverbal paling berpengaruh.

Umumnya orang jerman dalam berjabat tangan baik pria maupun wanita, tidak

memegang atau menyentuh sesama jenis, keculai bila mereka mau dianggap gay atau

lesbian. Ini tentu kontras dengan umumnya bangsa kita dan banyak bangsa Asia

lainnya yang merasa nyaman saja ketika merangkul atau dirangkul teman sejenis.

Tidak jarang pemuda indonesia menggandeng bahu pemuda lainnya ketika mereka

berjalan kaki menyurusi trotoar aatu dolan ke mal, tanpa khawatir dianggap

homoseksual. Dijerman pria berinteraksi dengan jarak lebih jauh dan kurang

menyentuh daripada di Italia juga di Perancis.(Bussines communications, edisi ke 10,

1993). Ini berarti orang jeman lebih banyak menggunakan ruang daripada kedua

bangasa tadi, seperti di negara kita, acungan jempol di jerman berarti bagus, tetapi

Jerman acungan jempol juga dapat berarti satu.terkadang isyarat yang sama dengan

isyarat “Oke” Amerika, yakni dengan mempertemukan ujung jempol dan telunjuk

( membentuk lingkaran) dengan membiarkan ketiga jari berdiri. Dijawa barat,

menyentukan telunjuk kanan di kening dengan posisi miring untuk menunjukkan

bahwa seseorang itu sinting.orang-orang Italia dan Amerika Lating cenderung

menggunakan banyak isyarat tangan ketika mereka berbicara yang dianggap

kebanyakan orang Asia mengganggu. Orang Italia cenderung memberi isyarat dengan

seluruh lengannya dari bahu ke bawah, orang yahudi hanya menggunakan setengah

lengannya yang bagian bawah, dan orang Anglo-Amerikan menggunakan terutama

tangan dan pergelangan tangannya. Namun orang yang lahir di Amerika cenderung

mengikuti aturan bagi roang Anglo-Amerika.

C. Interaksi Simbolik

Didalam proses manusia berkomunikasi, simbol merupakan ekspresi yang mewakili

suatu hal yang lain. Salah satu dari karakteristik simbol adalah bahwa simbol tidak

9

Page 10: Tugas KLB Komunikasi Nonverbal Dalam Lintasbudya

Komunikasi Lintas Budaya

memiliki hubungan langsung dengan yang diwakilinya. Simbol dapat berbentuk suara,

tanda pada kertas, gerakan dan lain sebagainya. Manusia menggunakan simbol tidak hanya

sebagai alat untuk berinteraksi, namun simbol digunakan dalam menyampaikan suatu

budaya dari generasi ke generasi. Menurut Gudykunst dan Kim, hal yang penting yang

harus diingat yaitu simbol dijadikan ketika orang sepakat untuk menjadikannya suatu

simbol (Samovar, dkk: 2010:18-20).

Partisipan komunikasi menyampaikan pesan dengan menggunakan simbol-simbol dan

lambang-lambang yang dibentuk berdasarkan kesepakatan bersama. Pesan diartikan

sebagai isi, pikiran, idea tau gagasan yang dikirim kepada penerima dengan tujuan

mempengaruhi pikiran dan gagasan orang lain. Komunikasi juga merupakan suatu sistem

simbolik, karena disepakati bersama sebagai wahana pertukaran pesan. Bahasa merupakan

alat utama berkomunikasi dalam mengungkapkan pikiran, idea tau gagasan, pengalaman-

pengalaman, tujuan agar komunikasi berjalan secara alami. De Saussure menyatakan

bahasa sebagai simbol-simbol komunikasi dengan sebuah tanda. Tanda merupakan

representasi abstrak yang berubah-ubah, bersifat bebas dan didefinisikan sebagai sesuatu

yang ambigu dan memiliki makna sesuai latar budaya. Bahasa tidak saja berinteraksi

antarsesama sebagai alat komunikasi, tetapi digunakan juga sebagai alat untuk menggalang

kekuasaan, ideologi, hegemoni dan imperialisme (Purwasito, 2003:206-208).

Kebudayaan adalah suatu sistem simbolik yang mempunyai makna. Para sosiolog

seperti Mead, Cooley, Thomas member premis sebagai landasan teori sebagai berikut:

“Manusia melakukan berbagai hal atas dasar makna yang diberikan oleh berbagai hal

kepada mereka”. Dengan premis ini orang-orang yang berinteraksi selalu didasarkan atas

dasar makna yang terkandung dalam berbagai hal itu. Premis kedua, mengutip Blumer

(1969), adalah interaksionisme simbolik yang mengatakan bahwa “makna berbagai hal itu

berasal dari, atau muncul dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain”. Dengan kata

lain, kebudayaan merupakan sistem makna yang dimiliki bersama, dipelajari, diperbaiki,

dipertahankan dan didefinisikan dalam konteks orang yang berkomunikasi. Premis ketiga,

dari interaksionisme simbolik tersebut “makna digunakan dan dimodifikasi melalui proses

penafsiran yang dirangsang oleh persoalan yang dihadapi” (Purwasito, 2003:208,210).

10

Page 11: Tugas KLB Komunikasi Nonverbal Dalam Lintasbudya

Komunikasi Lintas Budaya

Kesimpulan

Simbolisasi setiap budaya akan sebuah hal akan berbeda degan budaya lain yang

dimana pengertian dan gaya simbolnya juga berbeda dalam menafsirkan sebuah kata

maupun pengertian. Perbedaan budaya bukan berarti kita tidak bisa melakukan pertukaran

simbol tapi kita melakukan hal tersebut dengan artian dalam memberikan komunikasi

nonverbal dengan komunikan yang berbeda dengan budaya dengan kita ada baiknya kita

juga harus memahami juga bagaimana budaya komunikan dalam memahami sebuah

simbol yang kita sampaikan dalam komunikasi nonverbal yang dilakukan.

Seperti yang telah dijelaskan oleh Thomas landasan teori Manusia melakukan berbagai

hal atas dasar makna yang diberikan. Setiap budaya telah menanamkan banyak makna

tentang sesuatu hal yang berfungsi dalam hal komunikasi. Dan pengertian tentang makna

masih bisa dikatakan dalam satu budaya karena itu bisa minim miss komunikasi. Namun

untuk orang yang berbudaya berbeda ini bisa memberikan artinya berbeda. Perlu diketahui

juga bahwasanya peradaban membentuk simbol sendiri secara global dan setiap

periodiknya simbol-simbol yang tercipta akan bergeser karena melihat peradaban manusia

juga terus berkembang dan simbol-simbol yang tercipta seiring berkembangnya zaman ini.

11

Page 12: Tugas KLB Komunikasi Nonverbal Dalam Lintasbudya

Komunikasi Lintas Budaya

Daftar Pustaka

Mulyana, Deddy.2005.KOMUNIKASI EFEKTIF (Suatu Pendekatan Lintasbudaya).

PT. REMAJA ROSDAKARYA: Bandung

Mulyana, Deddy.2007.ILMU KOMUNIKASI (Suatu Pengantar).PT. REMAJA

ROSDAKARYA: Bandung

Verderber, Rudolph F.; Kathleen S. Verderber (2005). "Chapter 4: Communicating

through Nonverbal Behaviour", Communicate!, edisi ke-11, Wadsworth. ISBN 0-534-

73936-4.

Liliweri, Alo.2003 Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta; Pustaka Pelajar

___________.2003. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. PT. LKIS Pelangi Aksara

Purwasito, Andik.2003. Komunikasi Multikultural. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Press

12