tugas-kimed
DESCRIPTION
kimia medisinalTRANSCRIPT
Obat-obat anti inflamasi adalah golongan obat yang memiliki aktivitas menekan atau
mengurangi peradangan. Obat ini terbagi atas-dua golongan, yaitu golongan anti
inflamasi non steroid (AINS) dan anti inflamasi steroid (AIS).
Gugus penentu yang menggambarkan efek antiinflamasi :
Gugus yang menunjukan bahwa senyawa tersebut memiliki aktivitas antiinflamasi adalah
gugus asam karboksilat. Seperti yang ditunjukan pada beberapa contoh obat antiinflamasi
turunan asam karboksilat, diantaranya :
Sedangkan untuk senyawa turunan biphenyl-4-carboxylic acid 5-(arylidene)-2-(aryl)-4-
oxo-thiazolidin-3-yl amides adalah:
Senyawa turunan thiazolidin disubstitusi 3-Br-C6H4– seperti gambar dibawah ini:
Seperti kita ketahui, atom Br merupakan electron withdrawing group (EWG). Br akan
menerima elektron dari cincin fenil sehingga cincin fenil menjadi lebih positif melalui
efek induksi. Kemungkinan, karena adanya efek induksi menyebabkan senyawa ini
memiliki muatan. Muatan ini lah yang dapat meningkatkan ikatan antara senyawa dengan
sisi aktif dari enzim.
Pada senyawa turunan thiazolidine disubstitusi 4-F-C6H4– dan 3-NO2-C6H4– dimana
efek antiinflamasinya lebih lemah.
letak gugus asam karboksilat –COOH pada struktur obat NSAID fenilbutazon? (Akwila
Albert)
Fenilbutazon merupakan turunan asam asam enolat. Gugus penentu pada fenilbutazon
ditunjukan pada gambar diatas
• Gugus aktif yang bertanggung jawab terhadap senyawa terletak seperti pada gambar
diatas, karena senyawa ini satu golongan dengan fenilbutazon maka gugus aktif
yang bertanggung jawab adalah gugus asam enolat.
• Selain gugus asam enolat, atom Br pada senyawa dapat meingkatkan efek
antiinflamasinya. Karena atom Br merupakan electron withdrawing group.
Diklofenak
Gambar 1. Struktur kimia Diklofenak Natrium
Diklofenak merupakan derivat fenil asetat dan termasuk NSAID yang terkuat
daya anti-radangnya dengan efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan obat
lainnya. Obat ini sering digunakan untuk segala macam nyeri, juga pada migrain dan
encok. Lagi pula secara parenteral sangat efektif untuk menanggulangi rasa nyeri hebat
(Tjay, 2002).
Faktor yang mempengaruhi metabolisme obat yaitu induksi enzim yang dapat
meningkatkan kecepatan biotransformasi dirinya sendiri, atau obat lain yang
dimetabolisme oleh enzim yang sama yang dapat menyebabkan toleransi. Selain itu
inhibisi enzim yang merupakan kebalikan dari induksi enzim, biotransformasi obat
diperlambat, menyebabkan bioavailabilitasnya meningkat, menimbulkan efek menjadi
lebih besar dan lebih lama. Kompetisi (interaksi obat) juga berpengaruh terhadap
metabolisme dimana terjadi oleh obat yang dimetabolisir oleh sistem enzim yang sama
(contoh alkohol dan barbiturat). Perbedaan individu juga berpengaruh terhadap
metabolisme karena adanya genetic polymorphism, dimana seseorang mungkin memiliki
kecepatan metabolisme berbeda untuk obat yang sama (Hinz, 2005).