tugas khusus yoghurt (soyoghurt)
DESCRIPTION
tentang soyoghurtTRANSCRIPT
SOYOGHURT
1. Kacang Kedelai
Kedelai atau kacang kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan
yang menjadi bahan dasar banyak makanan Timur Jauh seperti kecap, tahu dan
tempe. Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua
spesies: Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning,
agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). Glycine
max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti Tiongkok dan Jepang
selatan, sementara Glycine soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia
Tenggara.
Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia.
Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis
baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910.
Tanaman ini berupa semak dengan tinggi mencapai 50 cm. Biji tanaman
kedelai yang berbentuk polong seperti kacang-kacangan, yang mengandung
berbagai zat seperti lemak tak jenuh linoleat, oleat, arakhidat, serta zat lainnya,
telah dipercaya mampu memberikan manfaat bagi dunia kesehatan. Beberapa di
antaranya merupakan resep warisan para orang tua dulu yang meyakini
kemampuan kedelai bagi penyembuhan penyakit.
Seperti untuk mengobati sakit batuk, kecap yang dibuat dari kedelai dan
dicampur air jeruk nipis telah dipercaya manjadi obat yang cukup mujarab
mengobatinya. Begitu pula dengan berbagai penyakit lainnya, seperti diabetes,
ginjal, anemia, rematik, diare, hepatitis, dan hipertensi. Kandungan zat dalam
kedelai diyakini cukup berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit
tersebut.
Konsumsi produk kedelai (soy products) pada populasi penduduk Jepang
yang besarnya 10 kali lipat bila dibandingkan dengan penduduk AS, ternyata
memperlihatkan rendahnya angka kejadian banyak penyakit pada kaum wulan.
Data menunjukkan bahwa tingginya konsumsi produk-produk kedelai tersebut
sangatlah bermanfaat dalam mencegah berbagai penyakit kardiovaskular (yakni
dengan mengendalikan kadar kolesterol pada kadar yang normal), mencegah
kanker payudara dan prostat, meningkatkan kesehatan tulang (mencegah
osteoporosis), dan mengurangi berbagai gejala serta keluhan menopause.
Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama, meskipun
Indonesia harus mengimpor sebagian besar kebutuhn kedelai. Ini terjadi karena
kebutuhan Indonesia yang tinggi akan kedelai putih. Kedelai putih bukan asli
tanaman tropis sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada di Jepang dan
Tiongkok. Pemuliaan serta domestikasi belum berhasil sepenuhnya mengubah
sifat fotosensitif kedelai putih. Di sisi lain, kedelai hitam yang tidak fotosensitif
kurang mendapat perhatian dalam pemuliaan meskipun dari segi adaptasi lebih
cocok bagi Indonesia.
Kedelai merupakan tumbuhan serbaguna. Karena akarnya memiliki bintil
pengikat nitrogen bebas, kedelai merupakan tanaman dengan kadar protein tinggi
sehingga tanamannya digunakan sebagai pupuk hijau dan pakan ternak.
Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji. Biji kedelai kaya protein dan lemak
serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin.
Olahan biji dapat dibuat menjadi,
a) susu kedelai (baik bagi orang yang sensitif laktosa),
b) tahu (tofu),
c) bermacam-macam saus penyedap (salah satunya kecap, yang aslinya dibuat
dari
d) kedelai hitam),
e) tempe,
f) tepung kedelai,
2. Sejarah Kedelai
Kedelai di Indonesia konon sudah diketahui sejak zaman Kerajaan Demak
sewaktu orang-orang di pesisir Pulau Jawa melakukan perdagangan dengan
orang-orang Cina. Beberapa dari pedagang Cina tersebut kemudian ada yang
menetap di Demak, lalu mereka meminta pada para petani setempat untuk
menanam dan mengusahakan kedelai di sawah dan ladang mereka. Sejak itulah
kedelai menjadi tanaman eksotik di Pulau Jawa dan disebarluaskan di kalangan
petani setempat.
Kemudian, sekitar tahun 1700, orang-orang Belanda mendirikan loji
dagang di Jepara. Saat itu pula, kedelai sudah menjadi tanaman pangan yang
cukup populer di Indonesia. Oleh orang Belanda, kedelai banyak dibawa ke
negerinya, termasuk negara-negara Eropa lainnya. Hingga akhirnya oleh Rum-
phius kedelai diberi nama latin Cadelium. Oleh para taksonomis lainnya, kedelai
diberi nama Soja max, Glycine max, dan Glycine soja. Banyaknya nama alias
tersebut membuktikan bahwa tanaman kedelai cukup dikenal dan tersebar luas di
dunia.
Ternyata kedelai juga tidak hanya dijadikan sebagai makanan. Beberapa
abad Sebelum Masehi, bangsa Cina memanfaatkan kedelai untuk dijadikan susu,
yaitu dengan cara merebusnya, lalu digiling, dan diperas diambil airnya. Resep
tersebut lalu menyebar ke negara-negara lain seperti Jepang, Amerika, termasuk
Indonesia Bahkan, pada zaman Orde lama, adanya susu kedelai ini cukup
membantu. Kala itu, bangsa Indonesia mengalami kekurangan susu sapi dan anak-
anak balita cukup tertolong oleh susu kedelai ini, karena nilai gizinya hampir
sama dengan susu sapi. Hingga sekarang, pemanfaatan seperti itu masih
diusahakan, bahkan kini banyak kita jumpai dalam bentuk kemasan yang dijual di
toko dan supermarket.
3. Kandungan Susu Kedelai
Komposisi susu kedelai hampir sama dengan susu sapi. Karena itu susu
kedelai dapat digunakan sebagai pengganti susu sapi. Susu ini baik dikonsumsi
oleh orang yang alergi terhadap susu sapi, yaitu orang-orang yang tidak punya
atau kurang enzim laktase dalam saluran pencernaannya, sehingga tidak mampu
mencerna laktosa dalam susu sapi.
Laktosa susu sapi yang lolos ke usus besar akan dicerna oleh jasad renik
yang ada di sana. Akibatnya, orang yang tidak toleran terhadap laktosa akan
menderita diare setiap kali minum susu sapi. Umumnya, mereka adalah orang
dewasa yang tidak minum susu pada waktu masih kecil. Karenanya, penderita
kebanyakan berasal dari kawasan Asia, Afrika, Amerika Latin, dan negara-negara
berkembang.
Untuk balita dua gelas susu kedelai sudah dapat memenuhi 30%
kebutuhan protein sehari. Dibandingkan dengan susu sapi, komposisi asam amino
dalam protein susu kedelai kekurangan jumlah asam amino metionin dan sistein.
Tetapi, karena kandungan asam amino lisin yang cukup tinggi, maka susu kedelai
dapat meningkatkan nilai gizi protein dari nasi dan makanan sereal lainnya.
Mutu protein dalam susu kedelai hampir sama dengan mutu protein susu
sapi. Misalnya, protein efisiensi rasio (PER) susu kedelai adalah 2,3, sedangkan
PER susu sapi 2,5. PER 2,3 artinya, setiap gram protein yang dimakan akan
menghasilkan pertambahan berat badan pada hewan percobaan (tikus putih)
sebanyak 2,3 g pada kondisi percobaan baku. Susu kedelai tidak mengandung
vitamin B12 dan kandungan mineralnya terutama kalsium lebih sedikit ketimbang
susu sapi. Karena itu dianjurkan penambahan atau fortifikasi mineral dan vitamin
pada susu kedelai yang diproduksi oleh industri besar.
Dari seluruh karbohidrat dalam susu kedelai, hanya 12 – 14% yang dapat
digunakan tubuh secara biologis. Karbohidratnya terdiri atas golongan
oligosakarida dan golongan polisakarida. Golongan oligosakarida terdiri dari
sukrosa, stakiosa, dan raffinosa yang larut dalam air. Sedangkan golongan
polisakarida terdiri dari erabinogalaktan dan bahan-bahan selulosa yang tidak larut
dalam air dan alkohol, serta tidak dapat dicerna.
Secara umum susu kedelai mempunyai kandungan vitamin B2, B2 niasin,
piridoksin, dan golongan vitamin B yang tinggi. Vitamin lain yang terkandung
dalam jumlah cukup banyak ialah vitamin E dan K.
Tetapi jika dibuat dengan cara yang tidak baik, susu kedelai masih
mengandung senyawa-senyawa antigizi dan senyawa penyebab off-flavor
(penyimpan cita rasa dan aroma pada produk olah kedelai) yang berasal dari
bahan bakunya, yaitu kedelai. Senyawa-senyawa antigizi itu di antaranya
antitripsin, hemaglutinin, asam fitat, dan oligosakarida penyebab flatulensi
(timbulnya gas dalam perut sehingga perut menjadi kembung).
Sedangkan senyawa penyebab off-flavor pada kedelai misalnya glukosida,
saponin, estrogen, dan senyawa-senyawa penyebab alergi. Dalam pembuatan susu
kedelai, senyawa-senyawa itu harus dihilangkan, sehingga menghasilkan susu
kedelai dengan mutu terbaik dan aman untuk dikonsumsi manusia. Untungnya,
proses penghilangan senyawa pengganggu ini tidak sulit.
Untuk memperoleh susu kedelai yang baik dan layak konsumsi, diperlukan
syarat bebas dari bau dan rasa langu kedelai, bebas antitripsin, dan mempunyai
kestabilan yang mantap (tidak mengendap atau menggumpal).
Langu memang bau dan rasa khas kedelai dan kacang-kacangan mentah
lainnya, dan tidak disukai konsumen. Rasa dan bau itu ditimbulkan oleh kerja
enzim lipsigenase yang ada dalam biji kedelai. Enzim itu akan bereaksi dengan
lemak pada waktu penggilingan kedelai, terutama jika digunakan air dingin. Hasil
reaksinya paling sedikit berupa delapan senyawa volatil (mudah menguap)
terutama etil-fenil-keton.
Bau dan rasa langu dapat dihilangkan dengan cara mematikan enzim
lipksigenase dengan panas. Cara yang dapat dilakukan antara lain,
a) menggunakan air panas (suhu 80 – 100oC) pada penggilingan kedelai, atau
b) merendam kedelai dalam air panas selama 10 – 15 menit sebelum digiling.
Agar bebas antitripsin, kedelai direndam dalam air atau larutan NaHCO3 0,5%
selama semalam (8 – 12 jam) yang diikuti dengan perendaman dalam air
mendidih selama 30 menit.
Dalam susu kedelai terdapat bahan padat yang dapat larut dan tidak dapat
larut. Bahan-bahan itu pada mulanya tercampur merata, tetapi jika dibiarkan akan
mengendap. Susu kedelai yang mengandung endapan di bagian bawahnya tidak
disukai konsumen, meskipun sebenarnya tidak rusak.
Supaya stabil atau tidak terjadi pengendapan, cara berikut ini dapat
dilakukan dengan,
a) menambahkan senyawa penstabil misalnya CMC dan Tween 80,
b) menggiling dengan air panas dan penyimpanan sebaiknya pada suhu dingin
(kulkas),
c) melakukan homogenisasi untuk mendapatkan butir-butir lemak yang seragam
menggunakan alat homogenizer, dan
d) mengatur kadar protein susu kedelai cair sampai kurang dari 7% (jika lebih dari
itu protein mudah menggumpal saat susu kedelai dipanaskan), yang dilakukan
dengan menambahkan air pada bubur kedelai hasil penggilingan sampai
perbandingan air dan kedelai 10 : 1. Kadar protein dalam susu kedelai yang
diperoleh dengan rasio ini adalah 3 – 4%.
4. Manfaat Susu Kedelai Fermentasi (Soyoghurt)
1. Mudah Dicerna.
Yoghurt lebih mudah dicerna dibandingkan dengan susu. Adanya bakteri
hidup dan aktif akan memproduksi enzim laktase, enzim yang jumlahnya kurang
pada anak dengan intoleransi laktosa. Proses pengulturan juga akan memecah
laktosa menjadi glukosa dan galaktosa, sehingga lebih mudah diserap oleh anak
dengan intoleransi laktosa.
2. Baik untuk Kesehatan Usus
Yoghurt mengandung bakteri baik seperti Lactobacteria, terutama
acidophilus. Bakteri itu meningkatkan bakteri baik pada kolon, Sehingga akan
menurunkan risiko kanker kolon. Tipikal dari semua soyoghurt adalah
mengandung bakteri hidup. Bakteri hidup ini baik untuk tubuh karena dapat
meningkatkan kesehatan kolon bahkan menurunkan resiko kanker kolon.
Laktobakteria meningkatkan pertumbuhan bakteri baik di kolon dan menurunkan
konversi asam empedu menjadi asam empedu yang karsinogenik. Selain itu
bakteri baik dalam yoghurt tampaknya menghentikan produk yang berbahaya
sebelum menjadi karsinogenik. Dan enzim bakteri yang dihasilkan dari proses
kultur yoghurt akan mencernakan protein sehingga lebih mudah diserap.
3. Membantu Proses Penyerapan Nutrisi
Yoghurt meningkatkan penyerapan kalsium dan vitamin B. Adanya asam
laktat pada yoghurt akan membantu mencerna kalsium susu. Dengan begitu,
kalsium akan lebih mudah diserap.
4. Meningkatkan Kekebalan Tubuh
Penelitian yang dilakukan terhadap 68 orang yang mengonsumsi yoghurt
dua cangkir per hari menunjukkan hasil yang cukup positif. Mereka ini
mempunyai kadar interferon lebih tinggi, interferon adalah famili glikoprotein
yang salah satu pembentukannya dapat dirangsang oleh bakteri, berfungsi sebagai
imunoregulator dan mengeluarkan aktivitas antivirus. Penelitian lain yang
dilakukan pada hewan menunjukkan bahwa yoghurt mengandung faktor yang
memiliki efek antitumor.
5. Membantu Penyembuhan Infeksi Saluran Cerna
Keberadaan virus dan gangguan saluran cerna akan membentuk luka pada
lapisan usus, terutama sel-sel yang memproduksi laktase. Walau hanya sementara,
anak-anak bisa mengalami intoleransi laktosa selama 1-2 bulan pasca infeksi
saluran cerna. Karena mengandung sedikit laktosa dan banyak enzim laktase,
yoghurt dapat memulihkan kesehatan alat cerna tersebut. Penelitian menunjukkan,
yoghurt mempercepat penyembuhan diare pada anak.
6. Kaya Kalsium
Dalam satu gelas yoghurt rata-rata terkandung sekitar 450 mg kalsium.
Mineral ini sangat bermanfaat bagi kesehatan kolon. Orang yang diet tinggi
kalsium seperti di negara Skandinavia, mempunyai tingkat kejadian kanker
kolorektal lebih rendah dibanding negara lain.
7. Sumber Protein.
Satu gelas yoghurt tawar mengandung 10-14 gram protein atau sekitar 20
persen dan kebutuhan protein harian. Proses fermentasi membuat protein yang ada
pada yoghurt lebih mudah dicerna.
8. Menurunkan Kadar Kolesterol
Para ahli memperkirakan, bakteri hidup yang ada pada yoghurt mampu
berasimilasi dengan kolesterol. Bisa juga karena yoghurt mengikat asam empedu,
sehingga menimbulkan efek menurunkan kolesterol.
9. Makanan Penolong.
Keberadaan protein yang mudah dicerna serta asam laktat yang
meningkatkan penyerapan mineral, membuat yoghurt baik dikonsumsi oleh anak
dengan gangguan penyerapan di saluran cerna.
Komposisi Dari Soyogurt Tiap 100 g
Komponen Soyoghurt
Kalori (Kkal) 59
Air (g) 89
Protein (g) 4,7
Lemak (total lipid) (g) 2,7
Asam lemak, jenuh (g) 0,5
Asam lemak, tidak jenuh tunggal (g) 0,6
Asam lemak, tidak jenuh ganda (g) 1,6
Karbohidrat (g) 3,2
Serat (g) 0,2
Kolesterol (mg) 0,0
Natrium (mg) 0,0
Sumber: USDA Nutrient Database for Standard Reference
5. Proses Pembuatan Soyoghurt
Seperti halnya susu sapi, susu kedelai juga dapat dibuat menjadi susu
asam. Kalau susu asam yang dibuat dari susu sapi disebut yoghurt, maka susu
asam dari
susu kedelai dinamakan soyghurt.
Proses pembuatan soyghurt dan kultur (biakan murni) starter yang
digunakan pada dasarnya sama seperti pada pembuatan yoghurt. Tetapi, proses
fermentasi pada pembuatan soyghurt mempunyai kesulitan. Karena, jenis
karbohidrat yang terdapat pada susu kedelai berbeda dengan karbohidrat susu
sapi. Karbohidrat susu kedelai terdiri atas golongan oligosakarida yang tidak
dapat digunakan sebagai sumber energi maupun sumber karbon oleh kultur
starter. Hasil penelitian menunjukkan, bila susu kedelai langsung dinokulasi
(ditambah) dengan starter dan diinkubasi selama 4 jam pada suhu 45oC tidak
menghasilkan perubahan, baik pH maupun kekentalannya. Dengan kata lain, tidak
terbentuk yoghurt kedelai.
Karena itu supaya fermentasi berhasil, susu kedelai terlebih dulu ditambah
sumber gula sebelum diinokulasi. Hasil percobaan menunjukkan, soyghurt dapat
dibuat dengan hasil baik bila kadar protein susu kedelai berada antara 3,6 – 4,5%,
dan dengan penambahan sumber gula sebanyak 4 – 5%. Sumber gula yang
ditambah di antaranya sukrosa (gula pasir), glukosa, laktosa, fruktosa, atau susu
bubuk skim.
Yang pertama kali harus disiapkan dalam pembuatan soyghurt adalah bibit
bakteri L. bulgaricus dan S. thermophilus, serta susu kedelai yang baru. Ada dua
cara mendapatkan starter soyghurt, yaitu dari yoghurt yang belum dipasteurisasi
dan dari bibit (biakan) murni. Perlu diketahui, ada dua macam yoghurt yang dijual
di pasar, yoghurt dengan mikroba masih hidup dan yang sudah dipasteurisasi atau
mirkobanya sudah dimatikan. Ukuran 1,5 sendok teh yoghurt cukup untuk
fermentasi tiga gelas susu.
Pada pembuatan soyghurt, mula-mula susu kedelai dipasteurisasi, dengan
merebusnya pada suhu antara 80 – 90oC selama 30 menit. Kemudian
ditambahkan gula sebanyak 4 – 5%. Gelatin juga sering ditambahkan (tidak
mutlak) sebanyak 0,5 – 1,5% untuk menjaga agar soyghurt yang dihasilkan stabil
dan baik teksturnya. Untuk menambah aroma, dapat pula ditambahkan panili,
orange, strawberi, atau lemon.
Hasil campuran ini didinginkan sampai 43oC, baru dinokulasikan starter
campuran dengan perbandingan yang sama antara L. bulgaricus dengan S.
thermophilus, sebanyak 5% dari volume susu kedelai. Lalu diinkubasi suhu 45oC
selama 3 jam, atau pada suhu ruang selama 12 jam, yang hasil akhirnya
merupakan soyghurt. Untuk bisa bertahan lama soyghurt disimpan pada suhu
dingin atau dipanaskan pada suhu 65oC.
6. Konsumsi Soyoghurt
Untuk balita dua gelas susu kedelai sudah dapat memenuhi 30%
kebutuhan protein sehari. Dibandingkan dengan susu sapi, komposisi asam amino
dalam protein susu kedelai kekurangan jumlah asam amino metionin dan sistein.
Tetapi, karena kandungan asam amino lisin yang cukup tinggi, maka susu kedelai
dapat meningkatkan nilai gizi protein dari nasi dan makanan sereal lainnya.
Selain untuk menjaga kesehatan, yoghurt ternyata dapat mencegah kanker
saluran pencernaan. Keampuhan tersebut dikarenakan yoghurt mengandung
bakteri “baik” seperti Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus
yang dapat memperbaiki keseimbangan flora di saluran cerna. Jika sejak dini anak
sudah dibiasakan mengonsumsi yoghurt sehari sekali sebanyak 200 cc, maka
keseimbangan saluran cernanya akan terjaga. Dampak menguntungkannya,
kuman-kuman penyebab berbagai penyakit seperti typhus dan muntaber tidak
akan bisa tumbuh. Menurut beberapa ahli, yoghurt sebagai makanan variasi mulai
bisa dikonsumsi bayi selepas ASI eksklusif, yakni sekitar usia 6 bulan.
Selain itu, penelitian yang dilakukan terhadap 68 orang yang
mengonsumsi yoghurt dua cangkir per hari menunjukkan hasil yang cukup
optimal dalam hal perolehan manfaat di bidang imunitas. Mereka ini mempunyai
kadar interferon lebih tinggi, interferon adalah famili glikoprotein yang salah satu
pembentukannya dapat dirangsang oleh bakteri, berfungsi sebagai imunoregulator
dan mengeluarkan aktivitas antivirus. Penelitian lain yang dilakukan pada hewan
menunjukkan bahwa yoghurt mengandung faktor yang memiliki efek antitumor.
7. Penyimpanan Soyoghurt
Keistimewaan susu fermentasi terletak pada umur simpan yang lebih
panjang dibanding susu segar. Hal ini membuat susu ini lebih mudah dalam
penanganan dan penyimpanan, serta delivery. Keasamannya yang tinggi
(pH<4.5) membuat tidak disukai oleh mikroba-miroba kontaminan. Manfaat lain
yang membuat susu fermentasi ini digemari oleh penggemarnya adalah
kandungan metabolit-metabolit hasil fermentasi mikroba yang baik bagi kesehatan
tubuh terutama saluran pencernaan.
Shelf life susu fermentasi tergantung dari jenis produknya. Jika merupakan
jenis susu fermentasi yang bakterinya hidup maka umur simpannya pendek dan
harus disimpan pada suhu 4°C. Tetapi jika jenis susu fermentasi yang
dipasteurisasi atau sterilisasi maka umur simpannya bisa panjang (hal ini
tergantung pula dari jenis kemasannya, dalam hal kemampuannya melindungi
produk) dan bisa disimpan pada suhu ruang. Agar shelf lifenya optimum,
penyimpanannya harus dihindarkan dari paparan langsung sinar matahari atau
dipilih kemasan yang mempunyai barrier yang baik terhadap sinar UV.
DAFTAR PUSTAKA
Astika, Winda. 2012. Soyoghurt. http://windadicinii.blogspot.com/2012/05/
soyogurt-yogurt-dari-kedelai.html. (diakses pada 25 maret 2015)
Drakeiron. 2008. Info Soy Yoghurt. https://drakeiron.wordpress.com/2008/11/20/
info-soy-yoghurt/. (diakses pada 25 maret 2015)
Elma, Sarah, 2012. Mari Minum Soyoghurt. http://www.dryoghurt.com/mari-
minum-soyoghurt-atau-soy-yoghurt/. (diakses pada 25 maret 2015)
Munsar. 2013. Soyoghurt. http://ilmu-teknologi.blogspot.com//. (diakses pada 25
maret 2015)
Sumartini. 2012. Manfaat Soyoghurt. https://nernagi-ilmu-bersama.wordpress.
com//. (diakses pada 25 maret 2015)