tugas pengadilan khusus

21
Pengadilan Anak Dinilai Sarat Kekerasan Komisi Perlindungan Anak Indonesia mengajukan uji materiil UU Pengadilan Anak ke MK. Senin, 25 Januari 2010, 15:59 Ita Lismawati F. Malau, Fadila Fikriani Armadita VIVAnews - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Hadi Suseno menilai proses pengadilan anak sarat dengan kekerasan. Hal ini dia katakan dalam sidang uji materiil Undang-Undang 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak di Mahkamah Konstitusi (MK), Senin 25 Januari 2010. "Selain itu ada diskriminasi oleh karena itu kami ajukan uji materi," kata Hadi, saat membacakan permohonan dihadapan majelis hakim konstitusi. Hadi kemudian mencontohkan salah satu yang menjadi korban pengadilan anak adalah 10 terdakwa judi di Tangerang Banten dimana usia para terdakwa tak lebih dari 12 tahun. "Ada pula kasus Raju, di Langkat beberapa waktu lalu," kata dia. Menurut hadi, dua kasus itu bukti nyata peradilan anak di Indonesia. "Seharusnya ada kreativitas dari pemerintah untuk membuat lembaga baru yang mendidik anak yang melakukan tindak pidana," ujar dia. Menurut Hadi, tindakan memidanakan anak dapat bisa berakibat panjang. "Terutama pada masa depannya," jelas Hadi. Namun, Ketua Majelis Hakim, M Arsyad Sanusi menilai pengadilan anak yang ada sekarang ini sudah menghormati hak anak. "Hakim nggak boleh pakai toga dan orangtua bisa mendmpingi," kata dia.

Upload: muhammad-novan

Post on 22-Jan-2016

143 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

apapappapapapapaapapapapapaapapapapaapapaapaapapapaaaap

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS PENGADILAN KHUSUS

Pengadilan Anak Dinilai Sarat KekerasanKomisi Perlindungan Anak Indonesia mengajukan uji materiil UU Pengadilan Anak ke MK.

Senin, 25 Januari 2010, 15:59 Ita Lismawati F. Malau, Fadila Fikriani Armadita

VIVAnews - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Hadi Suseno menilai proses pengadilan anak sarat

dengan kekerasan.

Hal ini dia katakan dalam sidang uji materiil Undang-Undang 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak di

Mahkamah Konstitusi (MK), Senin 25 Januari 2010. "Selain itu ada diskriminasi oleh karena itu kami ajukan

uji materi," kata Hadi, saat membacakan permohonan dihadapan majelis hakim konstitusi.

Hadi kemudian mencontohkan salah satu yang menjadi korban pengadilan anak adalah 10 terdakwa judi di

Tangerang Banten dimana usia para terdakwa tak lebih dari 12 tahun. "Ada pula kasus Raju, di Langkat

beberapa waktu lalu," kata dia.

Menurut hadi, dua kasus itu bukti nyata peradilan anak di Indonesia. "Seharusnya ada kreativitas dari

pemerintah untuk membuat lembaga baru yang mendidik anak yang melakukan tindak pidana," ujar dia.

Menurut Hadi, tindakan memidanakan anak dapat  bisa berakibat panjang. "Terutama pada masa depannya,"

jelas Hadi.

Namun, Ketua Majelis Hakim, M Arsyad Sanusi menilai pengadilan anak yang ada sekarang ini sudah

menghormati hak anak. "Hakim nggak boleh pakai toga dan orangtua bisa mendmpingi," kata dia.

Page 2: TUGAS PENGADILAN KHUSUS

Bocah 8 Tahun Belum Bisa Dihukum Sesuai Pasal Peradilan AnakJum'at, 26 April 2013 21:00 wib

BEKASI - Hingga saat ini kasus pembunuhan yang dilakukan bocah 8 tahun berinisial YI masih dalam penyidikan pihak Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Bekasi Kota, didampingi oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kota Bekasi.   Kapolres Polresta Bekasi Kota, Kombes Pol Priyo Widiyanto mengatakan, untuk menerapkan kasus ini pihaknya melakukan sistem Peradilan Anak sesuai yang tercantum dalam pasal peradilan anak ayat 4 UU No 3 tahun 2007 tentang anak yang dapat diajukan ke sidang peradilan sekurang-kurangnya berumur 8 tahun dan atau belum berumur 18 tahun. "Kita masih belum bisa pastikan, karena masih merundingkan perkara ini dan juga masih menyelidiki tersangka sesuai pasal Peradilan Anak," kata Kapolres, Jumat (26/4/2013). Namun diakuinya, sampai saat ini pihaknya ingin memastikan umur tersangka untuk menentukan hukuman bagi anak tersebut. "Bisa jadi kalau anak ini memang masih berusia 8 tahun bisa kami serahkan kembali ke orangtuanya atau juga akan diserahkan ke Dinas Sosial di daerah Bambu Apus untuk dibina," terangnya. Namun, kata Kapolres, tersangka juga kemungkinan akan terancam pasal 80 ayat 3 UU RI No 23, Tahun 2002 tentang perlindungan anak. "Selama menjalani pemeriksaan. Tersangka sementara dikirim ke Panti Sosial Bambu Apus, Jakarta Timur," katanya. Sementara itu, Ketua KPAI Kota Bekasi, Ahmad Syahroni, mengaku sudah mendampingi tersangka sejak dimulai pemeriksaan terhadap tersangka. "Kami hanya mendampingi sampai kasusnya selesai. Kami juga akan memediasi," jelasnya di Polresta Bekasi Kota. Seperti diketahui, Nur Afiz Kurniawan (6) ditemukan tewas mengambang di sebuah danau buatan perumahan Summarecon, Bekasi, Kamis, 25 April kemarin oleh warga. Hasil identifikasi petugas Kepolisian, korban meninggal secara tidak wajar. Setelah diselidiki, ternyata bocah kelas 1 SD itu tewas karena ditenggelamkan temannya YI (8) pada Rabu, 24 April sekira pukul 16.00. Motifnya, gara-gara tersangka menagih utang Rp1.000 namun tidak dikasih oleh korban. YI oleh polisi diamankan di kawasan pasar Kranji, Bekasi setelah tidak pulang usai melakukan aksinya.

Page 3: TUGAS PENGADILAN KHUSUS

Jum'at, 12 April 2013 , 15:59:00

KontraS Ngotot Kasus Cebongan Dibawa ke Pengadilan HAM

JAKARTA - Komnas HAM terus didorong menggunakan konstruksi pelanggaran HAM berat dalam melakukan penyelidikan kasus penembakan di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta, yang menewaskan empat tahanan.

Hal ini ditegaskan Yati Andriyani, Kadiv Advokasi Hukum dan HAM, KontraS, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (12/4). Menurutnya, penggunaan konstruksi pelanggaran HAM berat ini sudah diatur dalam pasal 9 dan 18 UU 26/2000 tentang Pengadilan HAM.

"Perlu diingat bahwa Pengadilan Militer tidak bisa menggugurkan kewenangan Komnas HAM untuk melakukan penyelidan dan mendorong kasus ini ke pengadilan HAM, jika ditemukan dugaan pelanggaran HAM berat," ujar Yati.

Dia juga menjelaskan bahwa dorongan ini bukan tanpa alasan. Sebab, dari hasil investigasi KontraS diketahui fakta adanya unsur perencanaan, pembiaran, penggunaan senjata api dan sarat pelanggaran HAM berat yang diduga dilakukan oknum Kopassus tersebut.

"Investigasi tim TNI yang didasarkan pengakuan 11 oknum Kopassus belum lah cukup. Yang dilakukan internal TNI juga tidak menggugurkan mekanisme lain, termasuk untuk membawa kasus ini ke pengadilan HAM," tegasnya.

KontraS dan keluarga korban juga menyayangkan berhentinya kepolisian menyelidiki kasus ini. Sebab masih banyak fakta yang belum diungkap secara transparan. Misalnya soal adanya 6 orang lain yang datang ke Hugo"s Cafe bersama empat korban.

Begitu juga dengan Heru Santoso, harus diungkap apakah dia datang seorang diri ke Hugo"s cafe.  Karena hasil investigasi KontraS mendapati bahwa dia tidak sendirian. Nah, semua ini menurut Yati harus diungkap kepolisian.(fat/jpnn)

Page 4: TUGAS PENGADILAN KHUSUS

Rabu, 20 Maret 2013 | 17:43 WIB

SBY Akan Bentuk Pengadilan HAM untuk Kasus 1998  TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia, Albert Hasibuan, menyatakan Pengadilan HAM akan terbentuk dan terlaksana sebelum masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berakhir tahun depan. Para menteri yang dipimpin Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM, Djoko Suyanto, kini hampir selesai memproses pembentukan pengadilan HAM ad hoc.

"Indikasinya, Menkopolhukam awal tahun ini menyatakan dalam waktu dekat prosesnya selesai. Jadi, akan terlaksana pada masa pemerintahan Presiden SBY, sebelum 2014," kata Albert Hasibuan saat ditemui di kantor Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Selasa, 19 Maret 2013.

Ia juga menyatakan, keputusan SBY untuk membentuk Pengadilan HAM sudah dibahas dan diputuskan pada Rapat Kabinet Terbatas 2012 lalu. Dalam rapat tersebut, SBY meminta Menkopolhukam dan beberapa menteri mempersiapkan proses pembentukannya.

"Belum ada keputusan yang berubah hingga saat ini," kata dia.

Akan tetapi, Albert sendiri tidak dapat menjelaskan hingga tahap mana persiapan pembentukan tersebut telah dilakukan. Aktivis HAM ini juga tidak dapat menyatakan secara tepat kapan pengadilan adhoc HAM bagi hilangnya 13 orang saat awal masa reformasi 1997-1998 terbentuk.

"Nantinya akan keluar dalam bentuk Keputusan Presiden," kata Albert.

Ombusdman RI sendiri telah menetapkan Presiden melakukan maladministrasi atas kasus penghilangan orang secara paksa. Presiden dinilai belum memberikan klarifikasi atas belum terlaksananya empat rekomendasi dari Panitia Khusus Penghilangan Orang Secara Paksa.

Pada September 2009, Panitia Khusus Penghilangan Orang Secara Paksa 1997 dan 1998 di DPR menghasilkan empat rekomendasi pada Presiden. Rekomendasi tersebut adalah meminta Presiden membentuk pengadilan HAM ad hoc, memperjelas status 13 orang yang diduga korban hilang, merehabilitasi hak-hak keluarga korban, dan meratifikasi konvensi internasional mengenai penghilangan orang secara paksa.

Page 5: TUGAS PENGADILAN KHUSUS

Minim, kasus illegal fishing yang diproses ke pengadilan perikanan

Online: Senin, 01 April 2013 | 15:33 wib ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Mahkamah Agung (MA) menganggap kasus tindak penyimpangan Illegal, Unrepported, and Unregulated (IUU) Fishing yang diproses hingga pengadilan perikanan terbilang minim.

Hakim Agung Suhadi mengingatkan, minimnya perkara yang diproses sampai pada pengadilan perikanan akan menumpulkan analisa kerangka berpikir para hakim dalam memerangi aktivitas IUU itu. "Saya sudah berdialog dengan beberapa hakim ad hoc di pengadilan perikanan," ujar Suhadi dalam refreshing coach bagi hakim ad hoc perikanan 2013, Senin (1/4/2013).

Suhadi membeberkan, sepanjang tahun 2012, kasus Pengadilan Perikanan di Pengadilan Negeri (PN) Medan hanya sebanyak 12 perkara. Sementara PN Pontianak hanya 16 perkara. "Malah di PN Tanjung Pinang hanya menangani 1 perkara," ujar Suhadi.

Kemudian, di PN Ranai lebih banyak yakni sebanyak 28 kasus. Adapun di PN Bitung tercatat 17 kasus. Sedangkan di PN Tual dan PN Jakarta Utara malah tidak ada perkara sama sekali.

Suhadi menegaskan, hakim ad hoc pengadilan perikan menjalankan dua ilmu sekaligus, yaitu sebagai hakim segaligus pelaut. Aparatur hakim harus siap setiap saat bertugas menangani kasus penyimpangan sehubungan aktivitas perikanan. "Hakim bukan pencetak atau bagian dari masalah," ujar Suhadi.

Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Syahrin Abdurahman tidak membantah sinyalemen yang dilontarkan pejabat tinggi MA tersebut. Tidak meratanya pengadilan perikanan dalam menangani kasus IUU fishing salah satunya tidak terlepas dari wilayah penangkapan ikan. "Misalnya di PN Jakarta Utara, kan bukan wilayah tangkapan," ujar Syahrin.

Sementara di PN Tual, menurut Syahrin, disebabkan tidak adanya armada pengawas yang dapat berlabuh hingga lautan Arafura. "Armada kapal yang kita miliki hanya mampu bertahan 6 jam, setelah itu harus balik mengisi BBM," terangnya.

Menurutnya, jumlah hakim ad hoc sebanyak 57 orang sudah terbilang memadai untuk bertugas di tujuh PN yang menangani kasus perikanan. Bahkan, jumlah hakim itu sudah memperhitungkan tiga PN yang rencananya akan berdiri di Ambon, Merauke, dan Sorong.

"Kita terus berkoordinasi dengan MA. Bisa saja hakim yang ada di Jakarta untuk sementara waktu diterbangkan di PN Jawa Tengah atau Lampung. Begitu juga yang PN Medan,dapat menangani kasus di Batam," terang Syahrin.

Page 6: TUGAS PENGADILAN KHUSUS

Sebagai informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan MA melakukan kerja sama untuk mendidik Hakim Ad Hoc Pengadilan Perikanan sejak 2006. Majelis hakim yang menangani perkara tindak pidana perikanan terdiri dari tiga orang, satu dari kalangan hakim karir, dan dua hakim ad hoc perikanan.

Page 7: TUGAS PENGADILAN KHUSUS

Ditambah, Hakim Pengadilan Perikanan

Penulis : Brigita Maria Lukita | Kamis, 3 Mei 2012 | 12:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah hakim ad hoc pengadilan perikanan akan ditambah dari 37 orang menjadi 57 orang tahun ini. Penambahan personel itu merupakan upaya mendorong penegakan hukum untuk memerangi aktivitas ilegal perikanan.     

Demikian dikemukakan Menteri  Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo, di Jakarta, Kamis (3/5/2012). Aktivitas ilegal perikanan yang kerap berlangsung selama ini yakni penangkapan ikan yang tidak dilaporkan, melanggar aturan, dan pencurian ikan.     

Tahun ini, pihaknya mengirimkan sebanyak 20 orang  calon hakim ad hoc pengadilan perikanan hasil seleksi ke Mahkamah Agung untuk menjalani pendidikan dan pelatihan. Upaya ini dilakukan, demi terselenggaranya penegakan hukum dan terpenuhinya rasa keadilan bagi semua pihak.    

"Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi korban maraknya aktivitas penangkapan ikan ilegal," ujar Cicip, pada acara pembukaan Pendidikan dan Pelatihan Calon Hakim Ad Hoc Pengadilan Perikanan.     

Selama dua tahun terakhir, kasus tindak pidana perikanan mencapai 204 kasus, yakni tahun 2010 sebanyak 138 kasus dan tahun 2011 sebanyak 66 kasus. Sebanyak 196 perkara di antaranya telah di tangani Pengadilan Perikanan baru.     

Cicip menambahkan, penegakan hukum di bidang perikanan sangat penting dan strategis guna menunjang pembangunan perikanan sesuai dengan azas pengelolaan perikanan. "Demi mensukseskan pembangunan perikanan secara berkelanjutan, maka mutlak dibutuhkan kepastian hukum," ujarnya. 

Page 8: TUGAS PENGADILAN KHUSUS

Kasus Pengadilan Pajak Diminta Dipublikasi

Oleh: Mosi Fajarwati Retnaniekonomi - Selasa, 28 Juni 2011 | 18:25 WIB

INILAH.COM, Jakarta - Itjen Kementerian Keuangan meminta semua risalah kasus yang masuk pengadilan pajak dipaparkan ke publik.

Hal ini untuk menunjang transparansi birokrasi dan merupakan salah satu usulan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). "Kita mau setiap putusan pengadilan ada risalah kalau bisa dipublikasikan, taro di website. Kalau ada nama-nama yang tdak bisa dipublikasikan, kasih singkatan lah, biar orang tidak bisa tebak," tegas Irjen Kemenkeu Sonny Loho di kantor Kementerian Keuangan, Selasa (28/6).

Adapun alasan dari permintaan tersebut karena selama ini ketika Itjen Kemenkeu akan melakukan pengecekan ulang kasus-kasus dalam pengadilan pajak, tidak dapat diungkap karena tidak adanya pencatatan yang baik. "Tapi sekarang kita cek, risalah tiap putusan yang ada ribuan itu, gak ada catatannya. Baru kita dorong tahun ini mesti ada," imbuhnya.

Itjen juga akan menyiapkan sanksi bagi para panitera yang terbukti tidak melakukan pencatatan dengan baik. "Kalau hakim kita tidak bisa apa-apain, karen pembinanya di Mahkamah Agung. Tapi kalau panitera, kalau tidak beres, ada beberapa yang kita usulkan dikenakan sanksi," ujarnya.

Selain itu, pengadilan pajak juga telah dipasangi dengan CCTV sebagai upaya transparansi. "Kita sudah pasangi cctv semua ruang sidang. Ini juga bagian dari upaya perbaikan, biar jadi masuk dalam rencana aksi nasional pemberantasan korupsi," tandasnya.

Page 9: TUGAS PENGADILAN KHUSUS

Posisi Pengadilan Pajak Harus Diperkuat tribunnews.com

JAKARTA - Guna menjaga independensi dalam kasus hukum pajak, pengadilan pajak seharusnya diperkuat kedudukannya menjadi setingkat eselon I di bawah langsung Kementerian Keuangan dan terpisah dengan Direktorat Jenderal Pajak.

Ketua Pengadilan Pajak Saroyo Atmosudarmo mengatakan saat ini pengadilan pajak bercampur dengan instansi Direktorat Jenderal Pajak sehingga ada peluang terjadinya kasus-kasus penyelewengan. Oleh karena itu, mekanismenya perlu diperbaiki untuk menjaga otoritas dan independensi dan menghindari banyaknya campur tangan dari pihak lain.

"Untuk itu, pemisahan memang sudah seharusnya bisa terealisasikan sebagaimana banyak negara lain. Seharusnya terpisah untuk menjaga otoritas dan independensi," kata Saroyo, di Jakarta pada akhir pekan lalu.

Di Prancis, paparnya, Pengadilan Pajak dan Dirjen Pajaknya terpisah dan sama-sama selevel yaitu eselon I di bawah Kementrian Keuangan.

Menurutnya, ada dua alternatif dalam pembentukan otoritas dan indenpendensi pengadilan pajak, selain pengadilan pajak dibentuk setingkat eselon I dibawah langsung Kementrian Keuangan, alternatif lainnya yang bisa dilakukan dengan meningkatkan kesekretariatan. Dengan demikian, pengadilan pajak bisa langsung melobi Kementrian Dalam Negeri ketika mengurus sengketa pajak daerah.

"Kementrian Dalam Negeri lebih berhubungan dengan pengadilan pajak jadi lebih independen, kalau eselon I bisa juga mengajukan ke Mahkamah Agung karena levelnya sama dengan Direktur Jenderal Pajak,"katanya.

Masih Wacana

Dia mengungkapkan, pemisahan dari pengadilan pajak masih sebatas wacana, sehingga butuh banyak dukungan dari berbagai pihak untuk bisa mewujudkannya.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Pengadilan Pajak Wonarto Suhendra mengatakan sejak pengadilan pajak berdiri kasus sengketa pajak bertambah yang mengindikasikan bahwa kesadaran masyarakat terhadap kasus pajak ke ranah hukum semakin besar.

Pada tahun 2002 berkas perkara yang harus diselesaikan sebanyak 2.120 berkas, sedangkan jumlah putusan sebanyak 1.288 berkas dan sisa berkas menjadi 832 berkas. Dan, pada 2009 pengadilan pajak menangani 14.473 berkas yang berasal dari kumulatif tahun-tahun sebelumnya dengan 4.650 berkas berhasil diselesaikan dan menyisakan 9.823 berkas.

Peningkatan itu didorong oleh ketidaksepahaman antara aparat pajak dengan wajib pajak dalam memahami pelaksanaan Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan. Apalagi sistem perpajakan yang dianut yaitu penilaian sendiri atau self assessment.

"Pembenahan jumlah majelis hakim yang telah dilakukan beberapa kali, belum cukup menolong penyelesaian apabila tidak disertai pembenahan sistem, sarana, prasarana dan anggaran pada lingkungan pengadilan pajak," ujar Winarto.fia/E-9

Page 10: TUGAS PENGADILAN KHUSUS

Selasa, 07 Mei 2013 | 06:02 WIB

Pengadilan Tipikor Sidangkan Kasus Rp 120 RibuTEMPO.CO, Sleman - Kasus suap di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gunungkidul yang nilainya Rp 120 ribu tetap diproses di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Yogyakarta. Paino yang disidang sedagai terdakwa penyuap mengakui melampirkan amplop berisi uang saat mengurus legalisasi kayu.

Ia tidak tahu jika pemberian uang itu merupakan suap. Tahunya ia juga disuruh orang yang mempunyai kayu saat menaruh uang itu dalam berkas legalitas kayu. "Iya saya menaruh uang dalam amplop untuk beli rokok petugas Kehutanan," kata Paino di Kantor Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Yogyakarta, Senin 6 Mei 2013.

Petugas legalidasi kayu itu adalah Saidi. Ia didakwa telah menerima uang dari Paino sebesar Rp 120 ribu. Saidi yang sudah bertugas sejak 1991 di Dinas Kehutanan dan perkebunan Gunungkidul itu menjadi terdakwa. Keduanya juga sempat ditahan selama 18 hari di Kepoliisian Resor Gunungkidul.

Paino sebagai orang yang mengurus legalitas kayu milik M Sholli dan Sumarwanto. Ia mengaku tidak mempunyai usaha jasa pengutuusan kayu. Tetapi hanya dimintai tolong dua rekannya itu.

Dengan mata sayu dan wajah yang kuyu, Paino mengaku hanyalah seorang petani. Saat ditangkap polisi, ia mengaku didatangi dua orang saat mengurus surat keterangan sah kayu bulat (SKSKB) di kantor dinas Kehutanan, 16 Juli 2012. "Dua rang itu hanya tanya bagaimana mengurus legalitas kayu. Ternyata mereka polisi," kata dia.

Bahkan dengan tanpa curiga ia memberi penjelasan biaya yang dikeluarkan. Jika ada uang bisa memberi uang untuk beli rokok petugas legalitas kayu. Berdasarkan keterangan itu, dua polisi menangkap Saidi di dalam ruangan. Lalu sebeluum meninggalkan kantor itu, Paino juga dikeler ke kantor polisi.

Saidi membantah jika ia menerima uang suap dari Paino. Ia memang tahu di dalam map di atas mejanya yang berisi berkas juga ada amplop berisi uang. Uang itu diambil untuk diberitahukan kepada Paino dan akan diberikan kembali. Saat polisi menangkap dia, juga tidak tahu berapa jumlah uang yang ada di dalam amplop putih kecil itu. "Saya justru mengamankan uang itu untuk diberitahukan ke Paino, tetapi saya ditangkap polisi," kata Saidi dengan mata berkaca-kaca.

Page 11: TUGAS PENGADILAN KHUSUS

Pengadilan Niaga Efektif Selesaikan Masalah PiutangMinggu, 25 November 2012 10:44 WIB

Laporan Wartawan Tribunnews, Edwin Firdaus

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Pengadilan Niaga merupakan tempat yang paling tepat bagi pemohon Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) bagi pihak-pihak yang bersengketa mengenai utang piutang.

Demikian dikatakan Direktur Konsorsium Untuk Transparansi Informasi Publik (KUTIP), Hans Suta Widya pada wartawan, di Jakarta, Minggu (25/11/2012).

Hans menjelaskan, Pengadilan Niaga berwenang menangani perkara-perkara kepailitan dan PKPU, serta hal-hal yang berkaitan dengannya termasuk kasus-kasus actio pauliana dan prosedur renvoi tanpa memperhatikan apakah pembuktiannya sederhana atau tidak.

"Menurut Undang-Undang No.37/2004 tentang Kepailitan dan PKPU, persyaratan Permohonan PKPU relatif mudah. Prosesnya juga cukup singkat yakni 20 hari kerja," ujarnya.

Lebih jauh Hans berharap para penegak hukum berhati-hati untuk menolak permohonan PKPU yang dimohonkan dalam Pengadilan Niaga.Hans mencontohkan seperti kasus PT Diamond Maritime (Pemohon), yang mengajukan permohonan penundaan kewajiban PKPU terhadap PT Tirtajaya Segara (Termohon). Kasus itu sendiri, berawal ketika Termohon yang diwakili oleh Anto Perwata, selaku Direktur PT. Tirtajaya Segara, menandatangani Kontrak Penyediaan, Pengoperasian, dan Pemeliharaan FSO Tanker dengan Pemohon untuk proyek Kangean Block daerah Sepanjang, Madura.

Saat itu Termohon gagal memenuhi pelunasan pembayaran sewa kapal (charter hire) di bulan November 2011 dan Desember 201 dengan total tagihan sebesar USD 989,266.66 dan IDR 779.710.250,-.

Menurut Undang-Undang No.37/2004 tentang Kepailitan dan PKPU, persyaratan permohonan PKPU relatif mudah seperti yang terkandung dalam Undang-Undang 37/2004 tentang Kepailitan dan PKPU, Pasal 222 ayat (3), yaitu adanya utang yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih.

Mengikuti persidangan perkara nomor 57/PKPU/2012/PN.Niaga.Jkt.Ps bahwa Kepailitan dan PKPU rupanya masih efektif dan sangat diminati sebagai pilihan alternatif penyelesaian sengketa utang.

Page 12: TUGAS PENGADILAN KHUSUS

Kasus Penjiplakan Teknologi Dibawa ke Pengadilan Niaga Nasional - Politik Ditulis oleh Era Baru News    Selasa, 02 Februari 2010 15:43 Mataram - Kasus penjiplakan teknologi tungku batu bara gasifikasi yang melibatkan oknum dosen Fakultas Pertanian Universitas Mataram (Unram) dibawa ke Pengadilan Niaga di Surabaya, Jawa Timur.

Selain dilaporkan ke polisi sebagai pelanggaran hak cipta sekaligus tindak pidana pemalsuan.

"Kami sudah putuskan untuk menggugat secara perdata di Pengadilan Niaga Surabaya, selain melapor ke Polda NTB ini," kata Direktur CV Madina Technocindo, Mufidzah Munfa`ati, yang didampingi penasihat hukumnya, Sri Haryatiningsih, usai dimintai keterangan oleh penyidik Direktorat Reskrim Polda NTB, di Mataram, Selasa (2/2).

Mufidzah mengklaim sebagai penemu tungku batu bara gasifikasi yang dijiplak oleh oknum dosen Unram sehingga ia melaporkan hal itu ke polisi.

Mufidzah mengaku telah mengajukan permohonan hak paten di Kementerian Hukum dan HAM pada tanggal 24 Juli 2009, dan kini tengah menunggu penerbitan sertifikat hak cipta dari Kantor Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) Jakarta.

Berdasarkan bukti foto dan sejumlah dokumen tertulis, dia juga mengaku telah melakukan uji coba penemuan tungku batu bara gasifikasinya itu di hadapan Gubernur NTB, Bupati Lombok Tengah dan Lombok Timur, pada Juni 2009.

Sebelumnya ia melakukan serangkaian riset di tahun 2008 hingga dia berhasil menemukan tungku batu bara gasifikasi ramah lingkungan yang kemudian dijiplak oleh oknum dosen Unram itu.

"Bukti-bukti penjiplakan teknologi itu sudah kami miliki, bahkan oknum dosen itu juga mengajukan permohonan hak paten di Kementerian Hukum dan HAM tanggal 14 Desember 2009, padahal sudah saya ajukan hal itu 24 Juli 2009 atau beberapa bulan sebelumnya," ujarnya.

Ia mengatakan, pihaknya berani memastikan oknum dosen Unram itu telah melakukan penjiplakan teknologi tungku batu bara gasifikasi berdasarkan bukti-bukti, antara lain sistem dan cara kerja tungku itu yang sama persis dengan hasil temuannya.

Bahkan, lanjut dia, oknum dosen itu telah menunjukkan niat tidak baik setelah ajakan oknum dosen itu ditolak pihak CV Madina Technocindo, sebelum teknologi itu diuji coba dihadapan sejumlah kepala daerah di NTB.

"Dulu bapak itu mengajak saya untuk bergabung dalam timnya namun saya menolaknya karena hasil temuan saya sudah hampir rampung, malah ia menjiplak karya saya," ujar Mufidzah.

Page 13: TUGAS PENGADILAN KHUSUS

Oleh karena itu, kata dia, tidak ada pilihan lain untuk memberi pelajaran kepada oknum dosen Unram itu selain melaporkan hal itu ke polisi dan menggugat secara perdata di Pengadilan Niaga di Surabaya karena belum ada di NTB.

Dari laporan polisinya di Polda NTB, oknum dosen Unram itu dapat dijerat pasal 131 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang HAKI junto pasal 362 KUHP tentang penjiplakan/pemalsuan.

Sementara itu, Wakil Direktur (Wadir) Reserse dan Kriminal (Reskrim) Polda NTB, AKBP Triyono Basuki Pujono, mengatakan, pihaknya masih mengumpulkan data dan keterangan terkait pengaduan kasus penjiplakan teknologi itu.

"Sedang diperiksa, sementara ini belum bisa disimpulkan," ujar dia.(ant/yan)

Page 14: TUGAS PENGADILAN KHUSUS

Hak Normatif Tidak Dipenuhi, SPBI Gugat PT Wakatobi Resort ke Pengadilan Hubungan IndustrialSelasa, 9 April 2013

PerspektifNews, Kendari – 40 orang anggota Serikat Perjuangan Buruh Indonesia PT Wakatobi Resort (SPBI PT. WR) akhirnya secara resmi menggugat PT Wakatobi Resort ke Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Kendari, hari ini (9/4). SPBI PT. WR dikuasakan kepada LBH Kendari yang melibatkan 8 (delapan) pengacara. Tim kuasa hukum dari LBH Kendari untuk kasus ini ditangani langsung oleh Direktur LBH Kendari, Anselmus Masiku, SH.

“Kami selaku tim kuasa hukum kawan-kawan SPBI PT. WR telah mengajukan gugatan ke PHI siang tadi,” kata Yon Alfred, SH., salah satu anggota tim kuasa hukum dari LBH Kendari yang dihubungi melalui telepon oleh PerspektifNews.

Sementara Koordinator Sekretariat Nasional Federasi Serikat Perjuangan Buruh Indonesia (Seknas FSPBI), William Marthom dalam menjelaskan bahwa ada beberapa pokok perselisihan yang diajukan dalam gugatan tersebut.

“Ada 3 pokok perselisihan yang diajukan oleh SPBI PT. WR lewat kuasa hukumnya dalam gugatan ini diantaranya adalah perselisihan hak, perselisihan kepentingan, dan perselisihan PHK,” paparnya.

Ia juga menambahkan perusahaan telah mengeluarkan peraturan perusahaan atau kebijakan, berupa sanksi secara semen-mena terhadap anggota SPBI PT.WR dengan sewenang-wenang. Selain itu, hak-hak normatif anggota SPBI PT. WR tidak pernah dipenuhi oleh perusahaan.

“Upah, cuti, jamsostek dan upah lembur tidak diberikan oleh perusahaan. Begitu juga dengan tindakan PHK sepihak oleh perusahaan dengan seenak perutnya tanpa melalui mekanisme atau prosedur dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kami pasti akan melawan,” tegasnya. (Ari)

Page 15: TUGAS PENGADILAN KHUSUS

Pengadilan Hubungan Industrial Gelar Sidang Gugatan 10 Karyawan PT Newmont

21 Jan 2013 19:22:17

Sidang gugatan karyawan Newmont (Foto: Aktual.co/Edy Gustan)Mataram, Aktual.co — Pengadilan Hubungan Industrial Mataram menyidangkan kasus gugatan 10 karyawan PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) tentang skorsing.

Sidang yang dipimpin majelis hakim, Saiful SH, berlangsung singkat. Sidang tersebut juga diikuti oleh sejumlah karyawan PT Newmont Nusa Tenggara yang menggugat keputusan skorsing oleh pihak management PT NNT.

Ke-10 karyawan PT.NNT yang mengajukan gugatan tersebut adalah Rosidi pekerja di Departemen Security PTNNT, Drs. Ashar pekerja di Departemen Purchasing, Yusniari pekerja di Departemen Logistic, Baiq Naehan pekerja di Departemen External, Marthen Lempang di Departemen Safety, Dwi Yantoro pekerja di Departemen Safety, Nusirwan di Departemen Proces Maintenance, Zabur pekerja di Departemen Acounting, Mansyur Bethan pekerja di Departemen MEOP, dan Suryadi pekerja di Departemen MEOP PT Newmont Nusa Tenggara.

Dalam sidang tersebut, majelis hakim Pengadilan Hubungan Industrial mengembalikan gugatan 10 karyawan Newmont tersebut kepada kepada kuasa hukumnya. Majelis hakim menilai materi gugatan tersebut tidak memenuhi unsur yang dibutuhkan.

Bahkan majelis hakim mengajurkan agar gugatan tersebut disampaikan ke tingkat peradilan lebih tinggi (kasasi). Penolakan majelis hakim ini sekaligus menjadi putusan persidangan, agar penggugat dapat mengajukan gugatannya ke tingkat peradilan lebih tinggi.

Terkait dengan keputusan majelis hakim tersebut, kuasa hukum penggugat, Usep Syarif Hidayat menyatakan akan melakukan kasasi. Dia menilai proses yang dilakukan oleh manajemen PT NNT yang menskorsing karyawannya tidak dilakukan secara prosedur.  “Majelis hakim mengembalikan berkas, bukan menolak. Terkait dengan itu kita akan melakukan kasasi.Memang PHI itu harus berdasarkan pasal 83 ayat 1 Undang-undang nomor 2 tahun 2004 yang mengharuskan ada memori mediasi itu,” kata Usep.

Dia menjelaskan terdapat 68 karyawan Newmont yang menerima skorsing. Namun dari jumlah tersebut, sebanyak 41 orang yang bersedia, dan 17 orang belum menerima keputusan itu. Saat ini, lanjut Usep sebanyak 10 orang yang mengajukan gugatan.

Sedangkan kuasa hukum PT  NNT, Ridwan juga membenarkan bahwa proses gugatan tersebut tidak memenuhi persyaratan dalam persidangan. Terlebih mekanisme yang diatur dalam undang-undang tersebut sudah jelas mengatur prosedur gugatan. “Kami tidak melihat proses sidang ini aman atau tidak aman, tapi yang jelas persyaratannya belum terpenuhi,” ujarnya.

Ridwan juga mengaku tidak memiliki kapasitas menjawab perihal prosedur pertemuan (mediasi)

Page 16: TUGAS PENGADILAN KHUSUS

dua belah pihak (karyawan dan perusahaan) perihal gugatan 10 karyawan menyangkut status 'dirumahkan' oleh perusahaan.

Nusirwan salah seorang penggugat mengaku tidak terima dengan keputusan skorsing tersebut. Menurutnya keputusan skorsing tersebut merupakan keputusan yang sangat mengejutkannya.

Terlebih dia sudah 13 tahun bekerja di PT NNT dan tidak merasa pernah bersalah. Lagipula masa kerjanya di perusahaan tambang terbesar di NTBt ersebut masih delapan tahun lagi. “Tentu saya tidak terima dengan keputusan skorsing itu. Saya sudah tiga bulan sejak Oktober 2012 tidak dipekerjakan lagi di Newmont,” kata Nusirwan kepada wartawan di Mataram, Senin (21/1).

Sementara itu Ashar yang juga menggugat kebijakan PT Newmont Nusa Tenggara tersebut juga mengaku kecewa. Pasalnya proses skorsing yang dia terima cenderung sepihak tanpa prosedur. Terlebih hingga saat ini dia belum juga dipekerjakan. “Proses skorsing yang saya terima itu tanpa bersurat terlebih dulu, saya dikasih tahu begitu saja oleh pimpinan. Saya nggak terima keputusan itu karena saya nggak pernah salah, melanggar peraturan dan sebagainya,” ujar Ashar yang sudah 15 tahun bekerja di PT Newmont. Faizal Rizki