tugas kelompok dimas fadhlul ramadhan industri karet dan kulit

28
INDUSTRI KARET DAN KULIT 1. Karet Karet alam adalah jenis karet pertama yang dibuat sepatu. Sesudah penemuan proses vulkanisasi yang membuat karet menjadi tahan terhadap cuaca dan tidak larut dalam minyak, maka karet mulai digemari sebagai bahan dasar dalam pembuatan berbagai macam alat untuk keperluan dalam rumah ataupun pemakaian di luar rumah seperti solsepatu dan bahkan sepatu yang semuanya terbuat dari bahan karet.Sebelum itu usaha-usaha menggunakan karet untuk sepatu selalu gagal karena karet manjadi kaku di musim hujan dan lengket serta berbau dimusim panas seperti yang pernah dilakukan oleh Roxbury Indian Rubber Company pada tahun 1833 dengan cara melarutkan karet alam terpentingdan mencampurnya dengan hitam karbon untuk menghasilkan karet keras yang tahan air. Sebelum perang dunia kedua, karet alam tersedia dalam jumlah besardi pasaran dunia. Dengan berkembangnya kebutuhan manusia seiiring dengan berkembangnya pengetahuan, sangat dirasakan keterbatasan dari karet alam, antara lain tidak tahan pada suhu tinggi. Pengembangan karet sintetik sesudah perang dunia kedua lebih banyak ditujukan untuk memperoleh karet yang sifat-sifatnya tidak dimiliki oleh karet alam,antara lain karet tahan minyak, karet tahan panas, dll. Oleh karena itulah ilmu pengetahuan didorong agar mampu membuat terobosan baru agar kelemahan yang ada dapat ditutupi.Sehingga pada perang dunia kedua pengembangan industri karetdilakukan.Struktur dasar karet alam adalah rantai linear unit isoprene (C5H8)yang berat molekul rata- ratanya tersebar antara 10.000 - 400.000. Sifat-sifat mekanik yang baik dari karet alam menyebabkannya dapat digunakan untuk berbagai keperluan umum seperti sol sepatu dan telapak ban kendaraan. Pada suhu kamar, karet tidak berbentuk kristal padat dan juga tidak berbentuk cairan. 2.Kulit Pada masa prasejarah, penggunaan kuli sangat familiar sebagai sarana penutup organ vital tubuh dan melindungi tubuh dari ancaman cuaca luar yang dingin. Kulit segar (kulit baru ditanggalkan dari hewannya) yang disimpan dan dikeringkan tanpa proses pengawetanakan cepat mengalami kerusakan. Kulit segar memiliki sifat mudah busuk karena merupakan media yang baik untuk tumbuh dan berkembang biaknya mikroorganisme. Kerusakan karena mikroorganismeini akan berpengaruh terhadap kualitas kulit jadi (leather), sehingga perlu adanya pengolahan atau pengawetan (penyamakan) agar tidak mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.

Upload: dimasfadhlulramadhan

Post on 15-Nov-2015

35 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

umb

TRANSCRIPT

INDUSTRI KARET DAN KULIT

1. Karet

Karet alam adalah jenis karet pertama yang dibuat sepatu. Sesudah penemuan proses vulkanisasi yang membuat karet menjadi tahan terhadap cuaca dan tidak larut dalam minyak, maka karet mulai digemari sebagai bahan dasar dalam pembuatan berbagai macam alat untuk keperluan dalam rumah ataupun pemakaian di luar rumah seperti solsepatu dan bahkan sepatu yang semuanya terbuat dari bahan karet.Sebelum itu usaha-usaha menggunakan karet untuk sepatu selalu gagal karena karet manjadi kaku di musim hujan dan lengket serta berbau dimusim panas seperti yang pernah dilakukan oleh Roxbury Indian Rubber Company pada tahun 1833 dengan cara melarutkan karet alam terpentingdan mencampurnya dengan hitam karbon untuk menghasilkan karet keras yang tahan air. Sebelum perang dunia kedua, karet alamtersedia dalam jumlah besardi pasaran dunia. Dengan berkembangnya kebutuhan manusia seiiring dengan berkembangnya pengetahuan, sangat dirasakan keterbatasan dari karet alam, antara lain tidak tahan pada suhu tinggi. Pengembangan karet sintetik sesudah perang dunia kedua lebih banyak ditujukan untuk memperoleh karet yang sifat-sifatnya tidak dimiliki oleh karet alam,antara lain karet tahan minyak, karettahan panas, dll. Oleh karena itulah ilmu pengetahuan didorong agar mampu membuat terobosan baru agar kelemahan yang ada dapat ditutupi.Sehingga pada perang dunia kedua pengembangan industri karetdilakukan.Struktur dasar karet alam adalah rantai linear unit isoprene (C5H8)yang berat molekul rata-ratanya tersebar antara 10.000 - 400.000. Sifat-sifat mekanik yang baik dari karet alam menyebabkannya dapat digunakan untuk berbagai keperluan umum seperti sol sepatudan telapak ban kendaraan. Pada suhu kamar, karet tidak berbentuk kristal padat danjuga tidak berbentuk cairan.

2.Kulit

Pada masa prasejarah, penggunaan kuli sangat familiar sebagai sarana penutup organ vital tubuh dan melindungi tubuh dari ancaman cuaca luar yang dingin. Kulit segar (kulit baru ditanggalkan dari hewannya) yang disimpan dan dikeringkan tanpa proses pengawetanakan cepat mengalami kerusakan. Kulit segar memiliki sifat mudah busuk karena merupakan media yang baik untuk tumbuh dan berkembang biaknya mikroorganisme. Kerusakan karenamikroorganismeini akan berpengaruh terhadap kualitas kulit jadi (leather), sehingga perlu adanya pengolahan atau pengawetan (penyamakan) agar tidak mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.

Bagaimana Sejarah perkembangan industri karet dan kulit di dunia?

Bagaimana sifat dari karet dan kulit?

Bagamana klasifikasi dari karet dan kulit?

Bagaimana proses pengolahan industri karet dankulit?

Bagaimana cara pengolahan limbah karet dan kulit?

Sejarah Karet dan Kulit

Karet/Lateks

Pada dasarnya karet bisa berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet (atau dikenal dengan istilah lateks), maupun produksi manusia (sintetis). Saat pohon karet dilukai, maka getah yang dihasilkan akanjauhlebihbanyak. Sumberutamagetahkaretadalahpohon karet.ParaHevea Brasiliensis (Euphorbiaceae) karet telah digunakan sejak lama untuk berbagai macam keperluan antara lain bola karet, penghapus pensil, baju tahan air, dll. Saat Christopher Columbus dan rombongannya menemukan benua Amerika pada tahun 1476, mereka terheran-heran melihat bola yang dimainkan orang-orang Indian yang dapat melantun bila dijatuhkan ke tanah. Disinilah sejarah karet dimulai, tetapi baru pada tahun 1530 ada laporan tertulis mengenai gummi optimum, sebutan Pietro Martire dAnghiera untuk karet. Pada tahn 1535, Ahli sejarah mengenai bangsa Indian, Captain Gonzale Fernandez de Oveida menulis bahwa dia melihat 2 tim orang Indian yang bermain bola. Bola itu terbuat dari campuran akar, kayu, dan rumput, yang dicampur dengan suatu bahan (lateks) kemudian dipanaskan di atas unggun dan dibulatkan seperti bola. Bola orang Indian ini bisa melambung lebih tinggi daripada bolayang umum dibuat orang-orang Eropa waktu itu. Oviedo mengatakan bahwa bila bola buatan Indian itu dijatuhkan, bola itu bisa melambung lebih tinggi dan kemudian jatuh, lalu melambung lagi walaupun agak rendah dari pada lambungan yang pertama, dst saat ini Asia menjadi sumber karet alami. Awal mulanya karet hanya hidup di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil dikembangkan di Asia Tenggara.

Kehadiran karet di Asia Tenggara berkat jasa dari Henry Wickham saat ini, negara-negara Asia menghasilkan 93% produksi karet alam, yang terbesar adalah Thailand, diikuti oleh Indonesia, danMalaysia. Karet sintetik berkembang pesat sejak berakhirnya perang dunia kedua tahun 1945. Saat ini lebih dari 20 jenis karet sintetik terdapat dipasaran dunia. Sifat-sifat, spesial karak teristik dan harga karet sangat bervariasi. Pengetahuan tentang keuntungan dan kekurangan karet sangat membantu dalam pemilihan karet termurah dan cocok dengan spesifikasipenggunaannya.Sebelum perang dunia kedua, hanya karet alam tersedia dalamjumlahbesardipasarandunia.Denganberkembangnyakebutuhan manusia seiiring dengan berkembangnya pengetahuan, sangat dirasakan keterbatasan dari karet alam, antara lain tidak tahan pada suhu tinggi.Pengembangan karet sintetik sesudah perang dunia kedua lebih banyak ditujukan untuk memperoleh karet yang sifat-sifatnya tidakdimiliki oleh karet alam, antara lain karet tahan minyak, karet tahan panas, dll

Kulit

Penggunaan kulit sebagai utama untuk melindungi tubuh telah lama dikenal manusia pada masa purba di mana manusia memanfaatkan kulit hewan yang diburunya sebagai alat untuk menutupi bagian vital tubuhnya. Kulit yang digunakan pada waktu itu belum melaui proses penyamakan seperti sekarang, melainkan cukup dipanasakan sampai kering agar ringan ketika dipakai. Setelah ditemukan proses pembuatan pakaian dengan menggunakan kapas yang dibuat menjadi benang, penggunaan bahan kulit sebagai bahan pakaian mulai meredup karena memang sulit didapatkan dan mahal harganya. Tetapi pada perang dunia pertama, jaket kulit dipopulerkan oleh para pilot pesawat terbang dengan tujuan menstabilkan suhu tubuh pilot pada ketinggian ribuan kaki di udara, dimana keadaan angin dansuhunya sangat ekstrim.

Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah menjadi kulit jadi. Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri yang didorong perkembangannya sebagai penghasil devisanon migas. Potensi penyamakan kulit di Indonesia pada tahun 1994 terdiri dari 586 jumlah perusahaan yang terdiri dari industri kecil sebesar 489 unit dan industri menengah sebesar 8 unit, dengan kapasitas produksi sebesar 70,994 ton ( Dirjen industri aneka 1995). Industri Penyamakan kulit sebagai salah satu Industri yang proses limbah yang masih sering dipermasalahkan, dan mempunyai konsekwen untuk dapat mencemari lingkungan yang ada disekitarnya baik melaluiair, tanah dan udara. Salah satu contoh kasus terjadinya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah Industri Kulit yang ada di Garut.

Sifat Karet dan Kulit

1. Karet

Struktur dasar karet alam adalah rantai linear unit isoprene (C5H8) yang berat molekul rata-ratanya tersebar antara 10.000 - 400.000. Karet alam mengandung beberapa bahan antara lain: karet hidrokarbon, protein, lipid netral, lipid polar, karbohidrat, garam anorganik, dll. Protein dalam karet alam dapat mempercepat vulkanisasi atau menarikair dalam vulkanisat. Beberapa lipid ada yang merupakan bahan pencepatatau antioksidan. Protein juga dapat meningkatkan heat build up tetapi dapat juga meningkatkan ketahanan sobek. Karet alam lama kelamaan dapat meningkat viskositasnya atau menjadi keras. Ada jenis karet alam yang sudah ditambah bahan garam hidroksilamin sehingga tidak bisa mengeras dan disebut karet CV (contant viscosity). Karet alam bisamengkristal pada suhu rendah (misalkan-26C).

2. Kulit

Kulit merupakan organ terbesar dari tubuh yang menutupi seluruh permukaan tubuh dan mempunyai beberapafungsi yang penting besarnya 10-12% dari tubuh. Kulit adalah lapisan luar tubuh hewan ( kerangka luar ) tempatbulu hewan tumbuh (Sunarto, 2000disitasi oleh Aidilrahmat etal )senada denganpernyataanSuardanaet al(2008)bahwa kulit adalah lapisan luar tubuh binatang yang merupakan suatu kerangka luar, tempat bulu binatang itu tumbuh. Kulit mamalia terbagi menjadi beberapa bagian dari segi histology menurutJudoamidjojo (1981) yaitu : Epidermisadalah lapisan luarkulit,Corium (derma) adalah bagian pokok tenunan kulit yang akan diubahmenjadi kulit samak. dan,Hypodermis(subcutis), yang dikenal sebagai lapisan daging atau tenunan lemak, yang dihilangkan pada saat proses flesing pada proses penyamakan. Bagian bagian kulit dapat dilihat dalam Irisan penampang kulit dan keterangannya Franson 1981disitasi oleh Hoeruman(2000):

Tidak semua bagian kulit sama kualitasnya dalam satu lembar kulit, dijelaskan oleh Suardana et al,(2008). jenis kulit berdasarkan kualitasnya sebagai berikut :1. Bagian punggung adalah bagian kulit yang letaknya ada padapunggung dan mempunyai jaringan struktur yang paling kompakluasnya 40 % dari seluruh luas kulit.2. Bagian leher mempunyai kriteria kulitnya agak tebal, sangatkompak tetapi ada beberapa kerutan.3.Bagianbahukulitnyalebihtipis,kualitasnyabagus,hanyaterkadang ada kerutan yang dapat mengurangi kualitas.4. Bagian perut dan paha struktur jaringan kurang kompak, kulittipis dan mulur.Dalam dunia industri kulit ada dua istilah yang menonjol yaitu hide dan skin. Hide adalah istilah kulit mentah yang berasal dari hewan berukuran besar dan berumur dewasa, misalnya : sapi, kerbau, unta, badak dan paus. Skin adalah kulit mentah yang berasal dari hewan yang berukuran kecil, misalnyadomba, kambing, babi,dan reptil atau hewan besar yang belum dewasa misalnya : anak sapi dan anak kuda (Sharpouse, 1957 disitasi oleh Hoeruman, 2000).

Klasifikasi Karet dan Kulit

1. Klasifikasi Karet

Untuk mendapatkan barang karet dengan mutu yang baik, perlu dilakukan analisis karet beserta bahan kimia yang digunakan sebagai adiktif dalam pembuatan kompon karet, baik terhadap barang karet yang belum divulkanisasi maupun yang sudah divulkanisasi. Analisis barang karet dapat dilakukan berupa pengujian sifat fisika dan analisis kimia, analisis kimia yang dilkukan meliputi analisis jenis bahan dan analisis jumlah setiap bahan yang terdapat dalam barang karet. Sedangkan analisis fisika meliputi uji ketebalan, kuat tarik, kekerasan, perpanjangan putus, ketahanan sobek, bobot jenis, ketahanan kikis, ketahanan retak lenturdan organoleptis. Analisis jenis bahan yang digunakan bertujuan untuk memberikan informasi mengenai jenis karet, bahan pelunak, bahan pengisi, bahan pencepat, antioksidan dan bahan kimia karet lainnya. Analisis jumlah memberikan informasi tentang komposisi bahan utama penyusun barang karet yaitu karet, serta bahan pelunak, karbonblack, abu dan ekstrak acetone. Hasil analisis dapat digunakan sebagaidasar perkiraan dalam pembuatan barang karet atau yang lebih baik.

Pengujian Fisis

Sifat-sifat fisis yang diuji dalam praktikum ini meliputi; uji tarik, uji kemuluran, dan ujiketahanan sobek. Pengujian kuat tarik; pada vulkanisat sol luar sepatu adalah langkah pertama menyiapkan vulkanisat sol luar sepatu dengan menipiskannya terlebih dahulu dengan mesin grading setelah itu sol dipotong menurut mal uji kuat tarik. Setelah contoh uji siap dilakukan pengukuran ketebalan contoh uji pada 3 titik yang berbeda dan dirata-ratakan hasilnya sebagai tebal contoh uji kemudian diukur luasnya dan kemudian contoh uji dijepit pada mesin tes tensil streght setelah semua terjepit atur satuan pada mesin tes tensil streght dalam satuan kg, kemudian dilakukan penarikan dengan kecepatan 500 mm/menit sampai contoh uji terputus. Untuk menentukan jarak antara dua tanda dapat diketahui dengan cara mengukur jarak tersebut dengan penggaris. Kemudian dilakukan perhitungan dengan persamaan ;

Uji ketahanan sobek langkah pertama yaitu memotong karet vulkanisat sol luar sepatu sesuai dengan mal contoh uji ketahanan sobek.Setelah siap contoh uji dibelah sampai garis tengah dan kemudian kedua belahan dijepitkan pada pada mesin tes tensil streght dan dilakukan penarikan dengan kecepatan 500 mm/menit sampai contoh uji terputus. Kemudian dilakukan perhitungan dengan persamaan;

Pengujian dengan TG/DTA

Deferensial thermonalyse ialah suatu metoda analisa yang menggunakan perubahan suhu (panas) dari pada zat yang akan dianalisakan.Kromatografi gas biasanya dipakai untuk analisa sampel yang berbentuk gas atau cairan dan padatan yang mudah menguap, sampel atau campuran yang hendak diperiksa disuntikan sedikit kedalam arusgas inert seperti N2,H2, He, Ar atau CO2yang mengalir melalui kolom yang berisi suatu medium. Sampel ini terbawa oleh gas inert mengalir melalui medium tadi, yang mempunyai sifat dapat berinteraksi dengan kompone-komponen dalam campuran, dan akan menghambat aliran masing-masing komponen. Besarnya hambatan ini bagi masing-masing komponen berbeda-beda, sehingga komponen-komponen keluar dari kolom tidak bersama-sama akan tetapi satu persatu. Selanjutnya gas yang keluar dari kolom ini dilewetkan melalui suatu detektor, hambatan tadi disebabkan karena adanya absorpsi atau partisi oleh medium terhadap masing-masing komponen. Besarnya gaya adsorpsi atau partisi tersebut, khas bagi masing-masing komponen. Perbedaan absorpsi atau partisiinilah yang memungkinkan pemisahan dalam kolomtadi.TG/DTA adalah alat analisis yang digunakan untuk menganlisis bahan yang berbentuk padatan dengan menggunakan perubahan suhu untuk mengetahui jenis dansifat-sifat bahan yang dianalisa.

Pengujian Kimia

Salah satu analisis dari barang karet adalah analisis jenis dan analisisjumlah.Sebelummelakukan analisisjenisdananalisisjumlahterhadap contoh barang karet dilakukan persiapan (sampling). Contoh dibersihkan dan jika mengandung bahan serat atau logam, bagian karetnya dipisahkandari bahan bahan tersebut. Jika terdiri dari beberapa lapisan karet yangjelas,karettersebut dipisahkandanbagian bertemunyalapisandibuang.Bagian yang akan diuji digunting menjadi potongan potongan kecil dengan ukuran sisi 2 mm. Sistematika analisis jenis dan analisis jumlah di Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor, dimulai dengan melakukan uji pendahuluan terhadap contoh barang karet, yaitu uji bakar dan uji Lassaigne. Dari ujitersebut akan diketahui jenis ataugolongan polimernya, sehingga dapat ditentukan pelarut yangsesuaiuntukmengekstraksicontoh. Asetonbiasanya digunakansebagai pelarut untukmengeksraksi hampir semua polimer kecuali beberapa polimer tertentu seperti karet kloropren, karetnitril dan poliuretanmanggunakan metanol sebagai pelarut.Dari ekstraksi didapatkan 2 bagian, yaitu bagian ekstrak yangbiasanya disebut ekstrak aseton dan bagian karet. Ekstrak aseton dipisahkan dengan kolom kromatografi menjadi dua bagian, yaitu fraksiheksan yang mengandung bahan pelunak, serta fraksi aseton yangmengandung bahan pencepat dan antioksidan. Jenis bahan pelunakditentukan dengan alat TLC. Biasanya cukup diketahui golongan bahanpencepat dan antioksidan yang dapat diketahui dengan melakukan spottest.Bagian karet setelah dipirolisis dipakai sebagai contoh uji analisisjenispolimer.Bagiankaretjugadigunakansebagaicontohujianalisis barang karet gunamengetahui komposisi beberapa bahan dalam barangkaret, yaitu polimer, carbonblack, abu dan bahan pelunak. Jenis polimer ditentukan dengan alat IR, sedangkan analisis jumlah dilakukan dengan menggunakan alat TGA. Bagian karet yang dipirolisis akan meninggalkan sisa berupa residu pirolisat. Residu ini diabukan dengan memanaskannya lebih lanjut. Abu yang didapat ditentukan dengan alat IR. IR untuk menentukan jenis bahan pengisinya. Analisis kemurnian dilakukan untuk mengetahui apakah suatu bahan kimiakaret masih dalam bentuk aslinya, serta masih memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan pencampur pengolahan karet. Yang dimaksud dengan bahan kimia karet adalah bahan pencepat, bahan pelunak, antioksi dan, penyetabil dan bahan bahan lain yang diperlukan dalam jumlah sedikit sebagai bahan penbantu dalam pengolahan karet.Analisis dilakukan dengan menggunakan TLC atauIR.Identifikasi blooming dilakukan untuk mengetahui apakahnoda yangtimbul pada permukaan barang karet berasal dari bahan kimia dari barang karet tersebut yang muncul ke permukaan dan mengetahui jenis bahan penyebab blooming tersebut. Identifikasi staining dilakukan untukmengetahui apakah timbul perubahan warna pada permukaan karet apabila bersentuhan dengan bahan bahan tertentu, misalnya logam besidan tembaga, serta untuk mengetahui jenis bahan kimia penyebab staining tersebut. Analisis jenis bahan bahan tersebut dilakukan dengan alat TLC atau spot test.

2. Klasifikasi Kulit

Usaha dibidang pengolahan kulit mempunyai prospek jangka panjang yang cukup bagus, sehinggabanyak bermunculan perusahaan perusahaan pengolahan kulitbaik skala nasional maupun internasional dalam pemasarannya, untuk menyeragamkan mutu/kualitas produkkulit di indonesia. Maka berdasarkan hal tersebut pemerintah indonesia menerbitkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untukstandarseleksikulit mentah standar industri, antara lain sebagai berikut : Kulit Domba Mentah Basah Standar ini meliputi Diskripsi, klasifikasi, persyaratan, penandaan dan pengemasan serta pengambilan contoh. yaitu sebagai berikut : DiskripsiKulit Domba Mentah Basah adalah kulit yang diperoleh dari hasil pemotongan ternak domba, dimana kulit tersebut telah dipisahkan dari seluruh bagian dagingnya, baik yang segar maupun yang digarami PersyaratanKriteria danspesifikasia. Bau, berbau khas kulit dombab. Warna dan kebersihan, merata, segar/cerah, bersih dan tidak ada warna yangmencurigakanc. Bulu, tidak rontokd. Ukuran kulit, dasar penentuan ukuran kulit dipergunakan lembar kulit atau panjang kulit dalam cm/feetsquaree. Elastisitas, cukup elastisf. Kandungan air Kulit mentah segar, maksimum 66 % Kulit mentah garaman, maksimum 25 %

Cacat

a. Mekanis : luka cambukan, goresan potongan pisau dan lainlainb. Parasit : caplak, lalat dan lain lain Bahan pengawet, garam Na CL khusus untuk kulit garaman Teknik, kontaminasi dan hygienec)

Teknik

Kulit setelah dipisahkan dari karkas kemudian dibersihkan dari sisa-sisa daging/lemak yang menempel pada kulit. Kemudian kulit diawetkan dengan penggaraman dengan 2 cara yaitu:a. Sistem pencelupan dalam larutan garam yaitu setelah kulit dibersihkan kemudian dicelupkan kedalam larutan garamjenuhselama24jam,laluditiriskankemudianditaburi kristal garam secukupnya untuk kemudian ditumpuk pada tempatnya.b. Sistem penaburan garam kristal yaitu setelah kulitdibersihkan lalu ditaburi kristal garam secukupnya untuk kemudian ditumpuk pada tempatnya Catatan : penumpukan kedua cara ini diperhatikan agar tumpukan kulit paling bawa diberi alas papan dan jangan mencuci kulit dengan air sebelum kulit digarami. Kulit siapuntuk di proseslebih lanjut di industri penyamakan kulit.

KontaminasiTidak terkontaminasi oleh mikroorganisme dan serangga sertalarvanya.

HygieneTempat penyimpanan harus bersih dan mudah dikontrol.

Mutukulita. Mutu kuit I, dengan syarat berbau kulit khas kulit domba cerah bersih, tidak ada cacat (lubang-lubang , penebalankulit). Kandungan airnya pada kulit mentah segar maksimum 66 %, sedangkan pada kulit mentah garaman25%.b. Mutu II, dengan syarat berbau khas kulit domba, cerah,bersih, cukupelastis, terdapat sedikitcacat diluardaerahpunggung (croupon) dan bulu tidak rontok. Kandunganairnya pada kulit mentah segar maksimum 66 %, sedangkan pada kulitmentah garaman maksimal25 %. c. Mutu kulit III, dengan syarat berbau khas kulit domba,warna tidak cerah, kurang elastis, tidak utuh/banyak cacat danadakerontokanbulu,Kandunganairnyapadakulit mentah segar maksimum 66 %, sedangkan pada kulitmentah garaman maksimal 25 %.d. Afkir / Reject,e. Menyimpang dari mutu I,II, dan III

Penandaan dan pengemasan

Penandaan Mutu kulit I Mutu kulit II Mutu kulit III Pengemasan Kulit dikemas berdasarkan lasifikasi mutu dengan memakai label yang berisi Nama pemilik Mutu kulit Jumlah lembar kulith)

Pengambilan contoh

Cara pengambilan contoh, untuk setiap mutu contoh (sample) diambil secara acak 5 % dari jumlah lembar kulit atau minimal 1(satu) lembar kulit, diuji organ oleptis dan diambil oleh petugas yang bersertifikat dan berpengalaman yang ditetapkan oleh direktur jendral peternakan atau pejabat yang ditunjuk olehnya.Pemeriksaan organ oleptik dengan nomor : Nomor 008-MP /SPI- NAK.

3. Kulit KambingMentah BasahStandar ini meliputi Diskripsi, Klasifikasi, Persyaratan, Penandaan dan Pengemasan serta pengambilan contoh, yaitu sebagai berikut : Deskripsi Kulit kambing mentah basah adalah kulit yang diperoleh dari hasil pemotongan ternak kambing, dimana kulittersebut telah dipisahkan dari seluruh bagian dagingnya, baik yang segar maupun yang digarami. Persyaratanan

a. Kriteria dan spesifikasi

Bau, berbau khas kulit kambing Warna dan kebersihan, merata, segar/cerah, bersih dan tidak ada warna yang mencurigakan. Bulu, tidak rontok. Ukuran kulit, dasar penentuan ukuran kulit dipergunakan lembar kulit atau panjang kulit dalamcm/feet square. Elastisitas, cukup elastis- Kandungan air > Kulit mentah segar, maksimum 66 % > Kulit mentah garaman, maksimum 25 %

b. Cacat

- Mekanis : luka cambukan, goresan potongan pisau dan lainlain- Termis : cap bakar/terkena api- Parasit : caplak, lalat dan lain lain- Termis : cap bakar/terkena api Bahan pengawet, garam Na CL khusus untuk kulitgaraman Tehnik, kontaminasi dan hygiene

c. Teknik

Kulit setelah dipisahkan dari karkas kemudian dibersihkan dari sisa-sisa daging/lemak yang menempel pada kulitd) Kemudian kulit diawetkan dengan penggaraman dengan 2 cara yaitu: Sistem pencelupan dalam larutan garam yaitu setelah kulit dibersihkan kemudian dicelupkan kedalam larutan garam jenuhselama24jam,laluditiriskankemudianditaburi kristal garam secukupnya untuk kemudian ditumpuk pada tempatnya. Sistem penaburan garam kristal yaitu setelah kulit dibersihkan lalu ditaburi kristal garam secukupnya untuk kemudian ditumpuk pada tempatnya. Catatan: penumpukan kedua cara ini diperhatikan agar tumpukan kulit paling bawa diberi alas papan dan jangan mencuci kulit dengan air sebelum kulitdigarami.Kulit siapuntuk diproseslebih lanjut di industri penyamakan kulit.

KontaminasiTidak terkontaminasi oleh mikroorganisme dan serangga sertalarvanya.

HygieneTempat penyimpanan harus bersih dan mudah dikontrol.

Kualitas KulitKlasifikasi kualitas kulit domba mentah segar menurut (Purnomo, 1985 disitasi oleh Hoeruman, 2000), adalah sebagai berikut : Kelas satu. Kulit harus berasal dari hewan sehat, pemotongan dan persiapan yang benar, bebas dari lemak,sisa daging dan kontaminasi tanda cacat. Setiap tanda,irisan, bekas penyakit, kerontokan rambut, hancur,kerusakan karena asap, air dan serangga atau penyimpanan yangjelekakanmenurunkankelaskulit.Berat kulitharus450 g atau lebih Kelas dua. Kulit kelas dua seperti kulit kelas satu tetapiterdapat sedikit kerusakan pada satu sisi saja. Berat kulittidak boleh kutang dari 340 g. Kelas tiga. Kulit kelas tiga mungkin menunjukan dua daricacatcacat dibawah ini : Tanda cap kecil Irisan dan lubang pada bagian perut Sedikit rusak atau bulu rontok pada bagian perut Kerusakan oleh asap, air, serangga pada bagian tepi.Berat kulit tidak boleh kurang dari 300 g Kelas empat. Kulit kelas empat adalah semua kulit dibawahkulit kelas tiga .berat kulit harus lebih dari 200 g. Kelas reject/penolakan. Kulit ditolak bila beratnya kurang dari 230 g, berasal dari hewan mudadan yang menunjukan kerusakan ekstensif dari berbagai sebab pada bagian tengah,sehingga tidak memadai untukdisamak

Pengolahan Karet dan Kulit

1. Karet / Lateks

Penerimaan Lateks Kebun Tahap awal dalam pengolahan karet adalah penerimaan lateks kebun dari pohon karet yang telah disadap. Lateks pada mangkuk sadap dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian disaring untuk memisahkan kotoran serta bagian lateks yang telah mengalami prakoagulasi. Setelah proses penerimaan selesai, lateks kemudian dialirkan ke dalam bak koagulasi untuk proses pengenceran dengan air yang bertujuan untuk menyeragamkan Kadar Karet Kering.

PengenceranTujuan pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya dapat dijaga tetap. Pengenceran dapat dilakukan dengan penambahan air yang bersih dan tidak mengandung unsur logam, pH air antara 5.8-8.0, kesadahan airmaks. 6 serta kadar bikarbonat tidak melebihi 0.03 %. Pengenceran dilakukan hingga KKK mencapai 12-15 %. Lateks dari tangki penerimaan dialirkan melalui talang dengan terlebih dahulu disaring menggunakan saringan aluminium Pedoman Teknis PengolahanKaret SitYang Diasap(Ribbed Smoked Sit).Lateks yang telah dibekukan dalam bentuklembaran-lembaran (koagulum).

PembekuanPembekuan lateks dilakukan di dalam bak koagulasi dengan menambahkan zat koagulan yang bersifat asam. Pada umunya digunakan larutan asam format/asam semut atau asam asetat /asamcuka dengan konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan dosis 4 ml/kgkaret keringDasarPengolahanKaret.Jumlahtersebutdapat diperbesar jika di dalam lateks telah ditambahkan zat antikoagulan sebelumnya. Penggunaan asam semut didasarkan pada kemampuannya yang cukup baik dalam menurunkan pH lateks sertaharga yang cukup terjangkau bagi petani karet dibandingkan bahan koagulan asam lainnya. Tujuan dari penambahan asam adalah untuk menurunkan pH lateks pada titik isoelektriknya sehingga lateks akan membeku atau berkoagulasi, yaitu pada pH antara 4,5-4,7. Asam dalam hal ini ion H+ akan bereaksi dengan ion OH- pada protein dan senyawa lainnya untuk menetralkan muatan listrik sehingga terjadi koagulasi pada lateks. Penambahan larutan asam diikuti dengan pengadukan agar tercampur ke dalam lateks secara merata serta membantu mempercepat proses pembekuan. Pengadukan dilakukan dengan 6-10 kali maju dan mundur secara perlahan untuk mencegah terbentuknya gelembung udara yang dapat mempegaruhi mutu sit yang dihasilkan. Kecepatan penggumpalan dapat diatur dengan mengubah perbandingan lateks, air dan asam sehingga diperolehhasil bekuan atau disebut juga koagulum yang bersih dan kuat.Lateks akan membeku setelah 40 menit. Proses selanjutnya ialah pemasangan plat penyekat yang berfungsi untuk membentuk koagulum dalam lembaran yang seragam.

Kualifikasi Ragam Sit RSS 1 Kelas ini harus memenuhi persyaratan yaitu, sit yang dihasilkan harus benar-benar kering, bersih, kuat, tidak ada cacat, tidak berkarat, tidak melepuh serta tidak ada benda-benda pengotor.Jenis RSS 1 tidak bolehada garis-garis pengaruh dari oksidasi, sit lembek, suhu pengeringan terlalu tinggi, belum benar-benar kering, pengasapan berlebihan, warna terlalu tua serta terbakar. Bila terdapat gelembung-gelembung berukuran kecil (seukuranjarumpentul)masihdiperkenankan,asalkanletaknyatersebarmerata. Pembungkusan harus baik agar tidak terkontaminasijamur.Tetapi,bilasewaktuditerimaterdapatjamurpada pembungkusnya, masih dapat diizinkan asalkan tidak masuk kedalam karetnya.

RSS 2Kelas ini tidak terlalu banyak menuntut kriteria. Standar RSS 2 hasilnya harus kering, bersih, kuat, bagus, tidak cacat, tidakmelepuh dan tidak terdapat kotoran. Sit tidak diperkenankan terdapat noda atau garis akibat oksidasi, sit lembek, suhu pengeringan terlalu tinggi, belum benar-benar kering, pengasapan berlebihan, warna terlalu tua serta terbakar. Sit kelas ini masih menerima gelembung udara serta noda pohon yang ukurannya agak besar (dua kali ukuran jarum pentul). Zat-zat damar danjamurpadapembungkus,kulitluarbandelaataupadasitdidalamnya masih dapat ditorerir. Tetapi bila sudah melebihi 5%dari bandela, maka sit akan ditolak.

RSS 3Standar karet RSS 3 harus kering, kuat, bagus, tidak cacat, tidak melepuh dan tidak terdapat kotoran. Bila terdapat cacat warna, gelembung udara besar (tiga kali ukuran jarum pentul), atau pun noda-noda dari kulit tanaman karet, masih ditorerir. Namun, tidak diterima jika terdapat noda atau garis akibat oksidasi, sit lembek,suhu pengeringan terlalu tinggi, belum benar-benar kering,pengasapan berlebihan, warna terlalu tua serta terbakar. Jamur yang terdapat pada pembungkus kulit luar bandela serta menempel pada sit tidak menjadi masalah, asalkan jumlahnya tidak melebihi 10% dari bandela dimana contohdiambil.

RSS 4Standar karet RSS 4 harus kering, kuat,tidak cacat, tidak melepuh serta tidak terdapat pasir atau kotoran luar. Yang diperkenankan adalah bila terdapat gelembung udara kecil-kecil sebesar 4 kaliukuran jarum pentul, karet agak rekat atau terdapat kotoran kulitpohon asal tidak banyak. Mengizinkan adanya noda-noda asalkanjernih.Sitlembek,suhupengeringanterlalutinggidankaret terbakar tidak bisa diterima. Bahan damar atau jamur kering pada pembungkus kulit bagian luar bandela serta pada sit, asalkan tidakmelebihi 20% dari keseluruhan masih mungkin untuk kelas RSS4.

RSS 5Karet yang dihasilkan harus kokoh, tidak terdapat kotoran ataubenda asing, kecuali yang diperkenankan. Dibanding dengan kelas RSS yang lain RSS 5 adalah yang terendah standarnya. Bintik-bintik, gelembung kecil, noda kulit pohon yang besar,karet agak rekat, kelebihan asap dan sedikit belum kering masih termasuk dalam batas toleransi. Bahan damar atau jamur kering pada pembungkus kulit bagian luar bandela serta pada sit, asalkan tidak melebihi 30% dari keseluruhan masih mungkin untuk kelasRSS 5. Pengeringan pada suhu tinggi dan bekas terbakar tidak diperkenankan untuk jenis kelas ini .

4. Penggilingan Penggilingan dilakuan setelah proses pembekuan selesai. Hasil bekuan atau koagulum digiling untuk mengeluarkan kandungan air, mengeluarkan sebagian serum, membilas, membentuk lembarantipis dan memberi garis pada lembaran. Untuk memperoleh lembaran sit,koagulum digiling dengan beberapa gilingan rol licin, rol belimbing dan rol motif (batik). Setelah digiling, sit dicuci kembali dengan air bersih untuk menghindari permukaan yang berlemak akibat penggunaan bahan kimia, membersihkan kotoran yang masih melekat serta menghindari agar sit tidak menjadi lengket saat penirisan. Koagulum yang telahdigiling kemudian ditiriskan diruang terbuka dan terlindung dari sinar matahari selama 1-2 jam.Tujuan penirisan adalah untuk mengurangi kandungan air didalam lembaran sit sebelum proses pengasapan. Penirisan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari terjadinya cacat pada sit yang dihasilkan, misalnya timbul warna yang seperti karat akibat teroksidasi. Penirisan dilakukan pada tempat teduh dan terlindungdari sinar matahari.

5. SortasiSit yang telah matang dari kamar asap diturunkan kemudian ditimbang dan dicatat dalam arsip produksi. Proses sortasi dilakukan secara visual berdasrkan warna, kotoran, gelembung udara, jamur dan kehalusan gilingan yang mengacu pada standard yang terdapat pada SNI 06-0001-1987. Secara umum sit diklasifikasikan dalam mutu RSS 1, RSS 2, RSS 3, RSS 4, RSS 5 dan Cutting. Cutting merupakan potongan dari lembaran yang terlihat masih mentah, atauter dapat gelembung udara hanya padasebagian kecil, sehingga dapat digunting.

2. Kulit

Penyamakan kulit (memasak atau memproses kulit binatang agar menjadi berwarna, tahan lama, dan halus) terdiri atas banyak prosespanjang, dan garis besarnya dibagi 3 proses utama yaitu proses awal (beam house atau proses rumah basah), proses penyamakan, danfinishing.a. Proses awal terdiri atas : PerendamanMaksud perendaman ini adalah untuk mengembalikan sifat-sifat kulit mentah menjadi seperti semula, lemas, lunak dansebagainya. Kulit mentah kering setelah ditimbang, kemudian direndam dalam 800- 1000 % air yang mengandung 1 gram/ literobat pembasah dan antiseptic, misalnya tepol, molescal, cysmolandan sebagainya selama 1- 2 hari. Kulit dikerok pada bagian dalamkemudian diputar dengan drum tanpa air selama 1/5 jam, agar seratkulit menjadi longgar sehingga mudah dimasuki air dan kulit lekasmenjadi basah kembali. Pekerjaan perendaman diangap cukupapabila kulit menjadi lemas, lunak, tidak memberikan perlawanandalam pegangan atau bila berat kulit telah menjadi 220- 250% dariberat kulit mentah kering, yang berarti kadar airnya mendekati kulitsegar (60%-65%). Pada proses perendaman ini, penyebab pencemarannya ialah sisa desinfektan dan kotoran- kotoran yang berasal dari kulit. Untuk mengembalikan kadar air yang hilang selama proses pengeringan sebelumnya, kulit basah lebih mudah bereaksi dengan bahan kimia penyamak, membersihkan dari sisakotoran, darah, garam yang masih melekat pada kulit. PengapuranMaksud proses pengapuran ialah : Menghilangkan epidermis dan bulu. Menghilangkan kelenjar keringat dan kelenjar lemak. Menghilangkan semua zat-zat yang bukan collagen yang aktif menghadapi zat-zat penyamak.Cara mengerjakan pengapuran, kulit direndam dalam larutan yang terdiri dari 300-400 % air (semua dihitung dari berat kulit setelah direndam), 6-10 % Kapur Tohor Ca (OH)2, 3-6 % NatriumSulphida (Na2S). Perendaman ini memakan waktu 2-3 hari. Dalam proses pengapuran ini mengakibatkan pencemaran yaitu sisa-sisa. Ca (OH)2, Na2S, zat-zat kulit yang larut, dan bulu yang terepas. Pengapuran berfungsi membengkakan kulit untuk melepas sisa daging, menyabunkan lemak pada kulit, pembuangan sisik,pembuangan daging.

3. Pembelahan (Splitting).Untuk pembuatan kulit atasan dari kulit mentah yang tebal (kerbau-sapi) kulit harus ditipiskan menurut tebal yang dikehendaki dengan jalan membelah kulit tersebut menjadi beberapa lembaran dan dikerjakan dengan mesin belah ( Splinting Machine). Belahan kulit yang teratas disebut bagianrajah (nerf), digunakan untuk kulitatasan yang terbaik. Belahan kulit dibawahnya disebut split, yang dapat pula digunakan sebagai kulit atasan, dengan diberi nerf palsu secara dicetak dengan mesin press (Emboshing machine), padatahap penyelesaian akhir. Selain itu kulit split juga dapat digunakan untuk kulit sol dalam, krupuk kulit, lemkayu dll. Untuk pembuatankulit sol, tidak dikerjakan proses pembelahan karena diperlukan seluruh tebal kulit.4. Pembuangan Kapur(deliming)Oleh karena semua proses penyamakan dapat dikatakanberlangsung dalam lingkungan asam maka kapur didalam kulitharus dibersihkan sama sekali. Kapur yang masih ketinggalan akanmengganggu proses- proses penyamakan. Misalnya : Untuk kulit yang disamak nabati, kapur akan bereaksi dengan zat penyamak menjadi Kalsium Tannat yang berwarna gelapdan keras mengakibatkan kulit mudah pecah. Untuk kulit yang akan disamak krom, bahkan kemungkin anakan menimbulkan pengendapan Krom Hidroksida yangsangat merugikan. Pembuangan kapur akan mempergunakan asam atau garamasam, misalnya H2 SO4, HCOOH, (NH4)2SO4, Dekaltal dll. Pembuangan kapur berguna untuk menghilangkan kapur dan menetralkan kulit dari suasana basa, menghindari pengerutan kulit, menghindari timbulnya endapan kapur, pengikisan protein.5. Pengasaman (Pickle)Proses ini dikerjakan untuk kulit samak dan krom atau kulit samak sintetis dan tidak dikerjakan untuk kulit samak nabati atau kulit samak minyak. Maksud proses pengasaman untuk mengasamkan kulit pada pH 3- 3,5 tetapi kulit kulit dalam keadaan tidak bengkak, agar kulit dapat menyesuaikan dengan pH bahan penyamak yang akan dipakai nanti. Selain itu pengasaman juga berguna untuk: Menghilangkan sisa kapur yang masih tertinggal. Menghilangkan noda- noda besi yang diakibatkan oleh Na2S, dalam pengapuran agar kulit menjadi putih bersih.Pengasaman (pickle) untuk memberikan suasana asam pada kulit sehingga lebih sesuai dengan senyawa penyamak dan kulit lebih tahan terhadap seranga bakteri pembusuk). Pada kulit sapi, dilakukan proses pembuangan bulu menggunakan senyawa Na2S.

b. Proses penyamakan.Sesuai dengan jenis kulit, tahapan proses penyamakan bisa berbeda. Kulit dibagi atas 2 golongan yaitu hide (untuk kulit berasaldari binatang besar seperti kulit sapi, kerbau, kuda dll), dan skin(untuk kulit domba, kambing, reptil dll). Jenis zat penyamak yang digunakan mempengaruhi hasil akhir yang diperoleh. Penyamak nabati (tannin) memberikan warna coklat muda atau kemerahan, bersifat agak kaku tetapi empuk, kurang tahan terhadap panas. Penyamak mineral paling umum menggunakan krom. Penyamakkrom menghasilkan kulit yang lebih lemas, lebih tahan terhadap panas. Lewat proses penyamakan, dilakukan proses pemeraman yaitu menumpuk atau menggantung kulit selama 1 malam dengan tujuan untuk menyempurnakan reaksi antara molekul bahan penyamak dengan kulit.

c. Proses Penyelesaian (Finishing)

Untuk menentukan kualitas hasil akhir (leather). Terdiri atasbeberapa tahapan proses yang bervariasi sesuai dengan jenis kulit, bahan penyamak yang digunakan, dan kualitas akhir yang diinginkan. Proses finishing akan membentuk sifat-sifat khas pada kulit sepertikelenturan, kepadatan, dan warna kulit.

1. Proses perataan (setting out). Bertujuan untuk menghilangkan lipatan-lipatan yang terbentuk selama proses sebelumnya dan mengusahakan terciptanya luasan kulit yang maksimal. Proses perataan sekaligus juga akan mengurangi kadar air karena kandungan air dfalam kulit akan terdorong keluar (striking out).2. Pengeringan (mengurangi kadar air kulit sampai batas standar biasanya 18 - 20 %).3. Pelembaban (menaikkan kandungan air bebas dalam kulit untuk persiapan perlakuan fisik diproses selanjutnya).4. Pelemasan (melemaskan kulit dan mengembalikan kerutan-kerutan sehingga luasan kulit menjadi normal kembali).5. Pementangan (untuk menambah luas kulit).6. Pengampelasan (untuk menghalukan permukaan kulit). Kulitsamakan bisa dicat untuk memperindah tampilan kulit.

Pengolahan Limbah Karet dan Kulit

Karet

b.pengolahan secara Kimia

1. Kulit

Limbah cair industri penyamakan kulit nampak paling menonjol dibandingkan limbah padat maupun gasnya karena volumenya yang cukup banyak yaitu 30-70 L/Kg bahan baku yang diolah dari awal. Disamping volume yang banyak, zat- zat pencemaran yang terkandung dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan dampak yang paling cepat berpengaruh adalah berbau busuk dan kadang- kadang secara visual nampak berbuih banyak. Secara umum air limbah penyamakan kulit mengandung bagian-bagian dari kulit seperti bulu, sisa daging,potongan kulit dan bahan kimiasisa dari yang ditambahkan dalam proses penyamakan kulit.Untuk mengantisipasi peningkatan jumlah limbah yang dibuang ke sungai, pada awal 1980-an, saat Garut dipimpin olehBupati Taufik Hidayat, ada rencana untuk merelokasi sentra industri kulit Sukaregang, namun tidak terealisasi. Oleh penerusnya, Bupati Toharudin Gani rencana tersebut kembali dicoba diwujudkan namun tak juga berhasil. Karena berbagai hambatan itu, akhirnya yang dapat dilaksanakan adalah revitalisasi. Artinya, lokasi Sukaregang akan ditata sedemikian rupa, termasuk ditetapkannya zona-zona industri serta pembatasan jumlah industri dengan dilengkapi instalasi pengelolaan air limbah (IPAL). Untuk revitalisasi inipemerintah pusat memberi bantuan untuk membangun dua buah instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) pada 1992 agar air dari Sukaregang dapat kembali bersih saat dialirkan ke sungai. IPAL tersebut baru dapat beroperasi pada 1994, namun persoalan limbah tidak selesai karena jumlah IPAL yang ada tidak sesuai dengan jumlah limbah yang dihasilkan industri kulit Sukaregang. Kesadaran masyarakat pengusaha akan persoalan limbah ini juga kurang mendukung. Hingga kini hanya beberapa yang mau membangun IPAL sendiri. Padahal, untuk menangani masalah limbah idealnya setiap perusahaan memiliki satu mesin recovery sendiri. Secara garis besar proses pengolahan limbah cair penyamakan kulit adalah sebagai berikut: Pemisahan Padatan Kasar Segresi Ekualisasi Koagulasia.Pemisahan Padatan Kasar Sebelum diolah air limbah perlu disaring terlebih dahulu untuk menghilangkan padatan kasar yang dapat menutup pipa, pompa-pompa dan saluran- saluran. Pada proses ini lebih dari 30% padatan tersuspensi total dalam cairan air limbah dapat dihilangkan dengan saringan.

SegresiPada tahap ini dilakukan pemisahan cairan-cairanlimbah yang mempunyai sifat khas dan memerlukanperlakuan tertentu untuk menangani zat pencemar agarnanti setelah dicampur dengan cairan limbah yang laintidak menimbulkan kontradiksi yang merugikan. Adapuncairan-cairan limbah dari proses penyamakan kulit yangperlu dipisahkan adalah:Cairan limbah pengapuran (buang bulu) Cairan limbah ini banyak mengandung Sulfida dari Na2S atau NaHS sisa dari proses buang bulu sebagai agensia perontok bulu/ rambut. Sebelum prosespengolahan segresi air limbah pada proses buang bulu berwarna putih kehijauan dan kotor, dengan konsntrasi pH10-12,5 dengan total solid 16.000- 45.000 mg/l. Namun setelah proses pengolahan dapat menetralisir asam, serta kandungan slfida yang terkandung didalamnya dapat teratasi. Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara:

Oksidasi Katalitik Sulfida,Yaitu dengan aerasi dan pemberian mangansebagai katalisator. Seharusnya hal ini dilakukan setiaphari untuk menghindari bau busuk (H2S) dari air limbah tampungan. Aerasi dapat dilakukan pada tangki yang memanjang keatas (tinggi) dan udara dihembuskan daribagian dasar melalaui difusir atau dapat juga memakai aerator. Pengendapan LangsungFero sulfat dan feri klorida dapat digunakan untuk menghilangkan sulfida dari larutandenganpengendapan. Pengolahan ini akan menurunkan pH karenahidroksidanya mengendap. Cairan limbah Krom. Pengendapan krom relatif mudah dilakukan, pengendapan limbah krom dapat mempengaruhi biaya produksi / pengolahan limbahnya. Pada pengolahan ini menghasilkan cairan supernatan yang hampir bebaskrom dan juga dapat menurunkan BOD.

EkualisasiProses pengolahan pada bak ekualisasi bertujuan untuk penghilangan sulfida dan krom agar dapat menghemat air yang dapat mengencerkan limbah kapran dan cairan limbah krom sebelum diolah lebih lanjut. Pada tahapan ini juga meningkatkan efisiensi pengolahan dan untuk menghindari rancangan baik yang diantisipasi untuk aliran puncak (PeakFlow) maka dilakukan sistem pengaturan laju aliran dan pencampuran seluruh air limbah.Praktek pencampuran ini meberi kesempatan terjadinya proses netralisasi dan pengendapan. Oleh karena itu sebaiknya air limbah dicampur dengan baik dan intensif,misalnya dengan mixer atau blower mengingat dalam bakini padatan tersuspensinya dijaga jangan samapai mengendap dan kondisi air limbahnya harus aerobik, hal inidapat dicapai dengan menghembuskan udara dari dasar bak melaluai beberapa difuser untuk memasok O2 yang intensif.Tenaga yang diperlukana untuk mengaduk kira- kira 30watt/m2 air limbah. Jika dilakukan injeksi udara pada baksedalam 2-4 m, aliran udara optimalnya 3-4 m3/jam perm2 permukaan bak. Dalam bak ekualisasi dapat dilakukan pergantian garam- garam aluminium maka penghilangan Nitrogen melalui proses nitrifikasi/denitrifikasi perlu dilakukan. Pada tahapan ini untuk meningkatkan efisiensi pengolahan dan untuk menghindari rancangan baik yang diantisipasi untuk aliran puncak (Peak Flow) maka dilakukan sistem pengaturan laju aliran dan pencampuran seluruh air limbah. Koagulasi

Pada tahapan ini dilakukan perlakuan fisiko kimiawi untuk menghilangkan BOD dan padatan. Dengan perlakuan fisiko kimiawi yang relatif mudah dan sederhana dapat menghilangkan >95% padatantersuspensi dan BOD sekitar 70%. Untuk menghilangkan BODsepenuhnya dapat dilakukan dalam pengolahan proses biologis selanjutnya.Perlakuan fisiko kimia terhadap air limbah penyamakan kulit terdiri dari perlakuan awal dengan pemberian penggumpal yang dilanjutkan dengan pemberian pengendap sampai dengan pemisahan lumpurannya untuk dibuang. Efesiensi penggumpalan dapat diperoleh dengan penambahan larutan pengendap yang berupa larutan poly elektrolit anionik rantai panjang dengan konsentrasi 1-10 mg/l. Pengolahan Limbah Cair denganProses BiologisDalam persyaratan baku mutu air limbah, maka perlu adanya pegolahan sekunder. Pilihan cara pengolahansekunder untuk air limbah penyamakan kulit sebagaiberikut:1. Filter biologis.Filter biologis dalam pengolahan limbah penyamakan kulit sering tidakdipertimbangkan. Lumpur aktif (kolam oksidasi).Pengolahan lumpur aktif pada prinsipnya adalah mempertemukan antara air limbah yang mengandung bahan pengencer organik dengan sejumlah besar bakteri aerob dan mokroorganisme lain yang terkandung dalam lumpur biologis (lumpur aktif). Pengolahan dengan lumpur aktif berbeban ringan sangat sesuai untuk air limbah penyamakan kulit. Caraini dikenal deng oksidasi kolam pasveer. Lumpur aktifkonvensional.Jika dibandingkan dengan cara konvensional yang berbeban berat, maka waktu yang diperlukan adalah 2-4 hari dan beban organik yang ringan lebih mudah menahan variasi keadaan air limbah dan beban mendadak yang menjadi proses penyamakan kulit, dengan demikian lumpur yang dihasilkan berkurang. Kolam oksidasi pasveer relatif lebih murah, dan pemeliharaannya mudah, jika dioprasikan sebagaimana mestinya dapat menghasilkan air limbah terolah dengan BOD , 20mg/l. Pengolah dengan lumpur aktif konvensional (beban berat) dapat dipilih dengan carapegolahan sekundernya jika lahan yang ada sangat tebatas. Oksidasi berlangsung terus menerus dalam bkaerasi karena itu kebutuhan aerasinya juga agakintensif ( sampai kra- kira 1 Kw/ kg BOD). Waktu tingga l yang diperlukan hanya 6-12 jamsudah cukup.

2. Lagun (kolam)Ada pendekatan lain bagi daerah pedesaan atau yang memiliki lahan luas, yaitu kolam dapat dibuat dengan biaya rendah dan perawatan pengolahan juga sangatmudah. Ada beberapa pilihannya :

Kolam aerob Dapat mengurangi sampai >85% BOD dalam waktu 10 hari, namun biasanya kolam tersebut mengeluarkan pencemaran udara dan memungkinkan terbentuknya kembali sulfida bersamaan dengan terlepasnya gas H2S. Hal inisesuai bila hanya untuk pemanfaatan ruang/ahandan biaya kolam-kolam tersebut rendah, sedangkan yang diperlukan hanya membuat kedalaman 3meter.

Kolam Fakultatif.Dengan 2 lapisan (zone) pengolahan yaitu lapisan aerob (yang ada di atas, berhubungan denganudara) dal lapisan anaerob (zone di bawahnya).Biasanya berukuran lebih besar dari an aerob dankurang efektif. Kolam ini lebih mengandalkan kekuatn fotosintetik dengan demikian tergantung pada perubahan musim dan tidak dapat diperiksa/dipantau dengan baik.

Kolam AerasiKolam ini sudah banyak dioperasikan di banyak perusahaan dan membutuhkan tenaga 10 30 w/m3yang biasanya digunakan adalah aerator permukaan mekanik.Simpulan

Karet berasal dari lateks atau getah karet dan pada perkembangannya dihasilkan secara sintetik. Karet menjadi sangat familiar setelah goodyear menemukan teknik untuk memperkeras karet yang disebut sebagai prosesvulkanisasi. Sedangkan kulit sudah mulai digunakan sejak zaman prasejarahsebagai pakaian. Struktur dasar karet alam adalah rantai linear unit isoprene (C5H8) yang berat molekul rata-ratanya tersebar antara 10.000 - 400.000. Karet alam mengandung beberapa bahan antara lain: karet hidrokarbon, protein, lipidnetral, lipid polar, karbohidrat, garam anorganik, dll.Sedangkan untuk kulit terbagi menjadi beberapa bagian darisegi histologymenurutJudoamidjojo(1981)yaitu : Epidermis adalah lapisan luar kulit,Corium(derma) adalah bagian pokok tenunan kulit yang akan diubah menjadi kulit samak. dan,Hypodermis(subcutis), yang dikenal sebagai lapisan daging atau tenunan lemak, yang dihilangkan padasaat proses flesing pada proses penyamakan. Untuk menentukan kualifikasi karet dapat dilakukan dengan analisis barang karet berupa pengujian sifat fisika dan analisis kimia, analisis kimia yang dilkukan meliputi analisis jenis bahan dan analisis jumlah setiap bahan yang terdapat dalam barang karet. Sedangkan analisis fisika meliputi uji ketebalan, kuat tarik, kekerasan, perpanjangan putus, ketahanan sobek, bobotjenis,ketahanankikis,ketahananretaklenturdanorganoleptis.Sedangkan untuk kualifikasi kulitsudah ditentukan berdasarkan SNI.Proses pengolahan karet terdiri dari:1.Penerimaan Lateks Kebun2.Pengenceran3.Pembekuan4.Penggilingan5.Sortasi

Proses pengolahan kulit terdiri dari:1.Proses awal:PerendamanPengapuran Pembelahan (Splitting)Pembuangan Kapur ( Deliming ) Pengasaman (Pickle)2.Proses penyamakan.3.Proses Penyelesaian (Finishing)Proses pengolahan limbah karet sampai saat ini masih menjadi msalah,tapi untuk mengurngi dampak negatif yang bisa ditimbulkan prosespengolahan limbah bisa dilakukan secara fisika, biologi dan kimia. Sedangkanuntuk kulit proses pengolahan limbah dilakukan dengan pemisahan padatan kasar, segresi, ekualisasi dan koagulasi.

Saran

Industri karet dan kulit telah banyak membantu dalam meningkatkan kesejahtraan masyarakat, memberikan lapangan pekerjaan dan sebagai sumber devisa bagi negara. Tetapi pengelolaan yang tidak disertai dengan kesadaran lingkungan akan menghasilkan dampak negatif bagi ekologi. Seperti pengolahan kulit di Garut yang telah mencemari lingkungan. Diharapkan adanya penyuluhan-penyuluhan dan bantuan teknologi agar para pengusaha, khususnya home industry dapat mengolah limbah hasil produksi sehingga tidak merugikan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKABalai Penelitian Perkebunan Sembawa. 1981. Penyadapan Tanaman Karet. Seri Pedoman No.1. Badan Penelitidan Pengembangan Pertanian: Palembang.Judoamidjodjo, Mulyono. 1981. Defek-defek Pada Kulit Mentah dan Kulit Samak.Bhatara Karya Aksara: Jakarta.Purnomo, B. 1985. Pengetahuan Dasar Teknologi Penyamakan Kulit. AkademiTeknologi Kulit. Yogyakarta.Suseno, Rs. Suwarti.1989. Pedoman Teknis Pengolahan Karet Sit Yang Diasap(Ribbed Smoked Sit). BalaiPenelitian Perkebunan Bogor: Bogor.Tim Penulis PS. 2005. Karet ; Strategi Pemasaran Budidaya dan Pengolahannya.Penebar Swadaya: Jakarta.Triwijoso, Sri Utami. 1995. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea. DalamKumpulan Makalah : In House Training, Pengolahan Lateks Pekat danKaret Mentah. No : 1.Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor: Bogor.Wijayadi Swarnam. 2005. Teknologi Limbah Edisi Spesial. Pusat PengembanganTeknologi Limbah Cair: Jakarta.Zuhra, Cut Fatima. 2006. Karet. Karya Tulis Ilmiah. Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara:Medan.