tugas kelompok 3 fermentasi asam drien
DESCRIPTION
asam drienTRANSCRIPT
PRODUK FERMENTASI TRADISIONAL INDONESIA
“TEMPOYAK/ASAM DRIEN”
Oleh :
Kelompok 3
1. Bambang Aji Nagan : 1205105010026
2. Donny Heansyah Putra : 1205105010052
3. T. Rushardiandi : 1205105010034
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2013-2014
BAB I
PENDAHULUAN
Fermentasi merupakan bentuk tertua dari bioteknologi Minuman
beralkohol (bir, anggur, tuak), Makanan terfermentasi (keju, yoghurt, tape, tempe,
petis, terasi). Orang Somaria dan Babilon kuno sudah minum bir sejak 6000 th
sebelum masehi. Orang Mesir sdh membuat adonan Kue Asam sejak th 4000
sebelum masehi .Sedangkan di Eropa, minuman anggur sudah dikenal jauh
dimasa lalu dengan proses fermentasi Perkembangan Bioteknologi Jaman sebelum
Louis Pasteur. Tujuan Fermentasi adalah untuk menghasilkan suatu produk
(bahan pakan) yang mempunyai kandungan nutrisi, tekstur, biological availability
yang lebih baik, disamping itu juga menurunkan zat anti nutrisinya (Darma,
2010).
Buah durian umumnya dikonsumsi segar yaitu langsung dikonsumsi,
dibuat sari buah atau ditambahkan ke dalam es krim. Untuk memperpanjang masa
simpan dan penganekaragaman produk, durian dapat pula diolah melalui
serangkaian pengolahan pengolahan. Pengolahan daging durian dapat
dikategorikan sebagai pengolahan yang melibatkan mikroba atau diproses secara
mikrobiologi (fermentasi) dan pengolahan secara fisika kimia(non-fermentasi).
Pengolahan secara mikrobiologi merupakan proses pengolahan yang
melibatkanbakteri asam laktat atau fermentasi. Produk yang dihasilkan dikenal
dengan sebutan tempoyak.Sedangkan produk olahan durian yang tidak melibatkan
mikrobiologi umumnya adalah lempok, selai, fruit leather ,dodol, keripik durian
dan lain lain(Yuliana, 2007).
Tempoyak atau asam drien yang sering dikenal didaerah pantai barat aceh
merupakan bumbu atau tambahan masakan yang sering digunakan. Pengolahan
durian ini sendiri menjadi asam drien masih dilakukan secara spontan , yaitu tanpa
mengontrol mikroorganisme yang tumbuh. Daging durian yang telah dipisahkan
dengan kulitnya lalu ditambahkan dengan garam dan di simpan di dalam lemari
es. Kunyit juga menjadi bahan tambahan dalam pengolahan asam drien ini.
Tempoyak populer di Sumatera (terutama Jambi, Palembang, dan
Lampung), Kalimantan, dan Malaysia. Menurut catatan sejarah, tempoyak tertulis
dalam Hikayat Abdullah bin Abdulkadir Munsyi sejak tahun 1836 sebagai salah
satu makanan kegemaran masyarakat Terengganu, Malaysia.
Durian fermentasi atau tempoyak digunakan sebagai bumbu masakan di
beberapa daerah beretnis Melayu seperti Lampung, Jambi, Sumatera Selatan,
Sumatera Barat (juga dikenal sebagai durian asam), Aceh (disebut Pekasam) dan
Kalimantan Barat. Nama tempoyak merupakan nama yang paling banyak
digunakan di masyarakat beretnis Melayu. Untuk menghasilkan tempoyak, buah
durian difermentasi dengan penambahan garam yang melibatkan mikroorganisme
bakteri asam laktat (Irwandi dan Che-Man, 1996; Morton, 1987; Battcock dan Ali,
1998; Gandjar, 2000; Yuliana, 2004).
BAB II
ISI
1. Fermentasi Durian
Fermentasi merupakan suatu perlakuan yang diberikan pada suatu hasil
pertanian dengan tujuan peningkatan mutu atau dengan tujuan pengawetan.
Perlakuan fermentasi yang diberikan pada durian ini merupakan jenis
fermentasi asam laktat. Namun, kata fermentasi mungkin tidak terlalu dikenal
pada mesyarakat. Di daerah pantai barat aceh, kata fermentasi durian ini
menjadi tempoyak lebih dikenal dengan kata “peu jruk drien”. Fermentasi
yang dilakukan pada kalangan masyarakat tradisional masih menggunakan
cara fermentasi spontan, yaitu fermentasi tanpa melakukan penambahan ragi
ataupun kultur murni lainya. Di kalangan masyarakat tradisional tempoyak
dapat dihasilkan hanya dengan menambahkan garam pada daging buah durian
yang telah dipisahkan dengan bijinya.
Penambahan garam menyebabkan penarikan air dan bahan bahan
bergizi dari jaringan bahan yang difermentasi, yang kemudian akan digunakan
sebagai substrat bagi pertumbuhan bakteri yang terlibat dalam fermentasi.
Fermentasi daging durian menjadi tempoyak dapat dilakukan secara spontan
dan atau dengan penambahan kultur atau ragi. Umumnya pembuatan
tempoyak di masyarakat dilakukan secara tradisional dan sifatnya spontan
tanpa penambahan inokulum atau kultur murni(Yuliana, 2007).
Durian sebagai bahan baku utama tempoyak mengandung 67 gram air,
28.3 gram karbohidrat, 2.5 gram lemak, 2.5 gram protein, dan 1.4 gram serat
per 100 gram. Selain itu, durian juga mengandung vitamin B1, B2, dan C,
serta kalium, kalsium, dan fosfor. Tempoyak sendiri memiliki kadar lactic
acid bacteria (LAB) yang tinggi. Lactic acid bacteria adalah bakteri yang
digunakan untuk fermentasi dan menimbulkan rasa asam pada tempoyak.
Pada tempoyak yang diberi inokulum, sejak awal fermentasi bakteri yang
terlibat adalah Pediococcus acidilactici. Tempoyak yang tidak diberi inoculum
memiliki mikroba selain Bakteri Asam Laktat (BAL) seperti khamir, jamur, dan
bakteri lainnya.
2. Mekanisme pembuatan tempoyak
Tempoyak dibuat dengan melakukan penambahan garam saat
proses pembuatan. Pada prinsinya, penambahan garam memicu terjadinya
pembentukan asam organik. Daging buah durian yang disiapkan sebagai
bahan pembuatan tempoyak, diberi penambahan garam sebanyak 5%
(w/w) dan di inkubasi selama kurang lebih lima belas hari.
Selama inkubasi berlangsung, terjadi suksesi berbagai jenis
mikroorganisme. Jenis mikroorganisme yang diketahui mengoloni antara
lain bakteri asam laktat, khamir, dan jamur. Berdasarkan penelitian yang
pernah dilakukan, jenis bakteri asam laktat yang mengolonisasi tempoyak
adalah Lactobacillus casei sub sp. rhamnosus yang bersifat fakultatif
heterofermentatif dan Lactobacillus fersantum yang bersifat
heterofermentatif. (Rahayu, 2005).
Bakteri yang terlibat dalam proses fermentasi akan memproduksi
beberapa jenis asam organik. Menurut Ekowati (1998) asam-asam organik
yang terbentuk meliputi asam butirat 7,3% untuk substrat daging buah
kuning dan 6,2% untuk substrat daging buah putih, asam laktat 1,6%
(daging buah putih) dan 1,7% (daging buah kuning). Kadar asam asetat
0,34% untuk daging buah putih dan 0,27% untuk daging buah kuning,
serta kadar asam malat dan sitrat kurang dari 0,01%. Sejauh ini belum ada
informasi tentang kemampuan pembentukan asam organik baik jumlah
dan jenisnya oleh masing-masing isolat bakteri asam laktat Lactobacillus
casei (B1) dan Lactobacillus fersantum (B2) dari tempoyak pada media
daging buah durian.
Perubahan pH selama proses fermentasi terjadi karena asam yang
dihasilkan. pH optimum untuk pertumbuhan bakteri asam laktat adalah 3-8
(Djakffar, dkk. 1996)
3. Cara pembuatan tempoyak
Di Indonesia, tempoyak ini dijumpai di Sumatera dan Kalimantan,
biasanya di buat oleh orang-orang Melayu dan juga Dayak. Di Malaysia,
tempoyak banyak dijumpai dan biasa menjadi bahan masakan pelengkap
seperti sambal. Adapun bahan yang digunakan dalam pembuatan tempoyak di
kalangan masyarakat tradisional adalah daging buah durian yang matang,
garam dan garam dengan bahan tambahan cabai rawit.
Adapun cara pembuatan tempoyak adalah sebagai berikut ;
1. Siapkan buah durian yang matang.
2. Pisahkan biji durian dari dagingnya. Yang dibutuhkan untuk
membuat tempoyak durian adalah dagingnya.
3. Berilah sedikit garam untuk memberi rasa asin pada daging durian,
tanpa menghilangkan rasa manisnya, lalu diaduk hingga rata.
4. Tambahkan sedikit cabai rawit yang sudah diulek. Aduk daging
durian sampai rata. Penambahan cabai tidak hanya memberikan
rasa pedas, namun juga mempercepat proses fermentasi.
5. Setelah selesai, simpan daging durian yang sudah diaduk tadi di
dalam wadah tertutup (lebih baik gunakan stoples dan simpan pada
suhu ruangan).
6. proses fermentasi durian (menjadi tempoyak) berlangsung selama
3-5 hari.
Pembuatan tempoyak sendiri berbeda di setiap daerah, di daerah NAGAN
RAYA atau di daerah pantai barat aceh berbeda dengan pembuatan tempoyak di
daerah Palembang atau yang telah dilampirkan diatas. Di daerah nagan raya,
tempoyak dapat dihasilkan dengan cara memisahkan daging dengan bijinya.
Daging yang telah dipisahkan tersebut lalu dipisahkan kandungan airnya dengan
menggunakan saringan. Kemudian daging durian yang telah dipisahkan dengan
kandungan airnya ditempatkan pada toples plastik pada suhu ruang. Penyimpanan
dilakukan selama 3-5 hari hingga rasa daging durian menjadi asam. Penambahan
kunyit juga dilakukan yang dipercayai agar jruek drien atau tempoyak tidak
“meukulat” atau berjamur.
7. Kandungan gizi pada tempoyak
Selain memiliki rasa yang nikmat ini, tempoyak memiliki
kandungan gizi yang cukup banyak. Di dalam tempoyak terdapat
beberapa kandungan gizi seperti Sodium kabrohidrat, serat protein,
kalsium, fosfor, karoten, potassium, zat besi, vitamin C, thiamin,
niacinribovalvin. Setiap 100 gram salat biji, mengandung 67 garm air, 228,3
garam karbonat, 2,5 garam lemak, 2,5 garam protein, 1,4 garm serat, serta
memiliki nilai enaergi sebesar 520 Kj. Durian juga mengandung vitamin
B1,B2, dan vitamin C serta kalium, kalsium, dan fosfor.
Durian sebagai bahan utam tempoyak ternyata memiliki gizi yang cukup
baik. Buah yang biasa dijuluki “King of Fruit” ini mengandung mengandung
vitamin B, C, E dan zat besi dan memiliki nilai energy sebesar 520 kJ. Selain
itu juga, durian memiliki manfaat berupa:
Sebagai pembersih darah
Mengandung protein lembut sehingga sering dikonsumsi oleh orang yang
ingin membentuk otot
Mengandung asam amino triptofan, durian mampu mengurangi rasa
gelisah, depresi dan mengobati insomnia.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tempoyak merupakan produk dari hasil fermentasi durian dengan
proses fermentasi asam laktat karena yang bekerja pada proses fermentasi
ini adalah jenis bakteri asam laktat. Fermentasi yang biasanya dilakukan
adalah secara spontan, yaitu tanpa penambahan ragi ataupun kultur murni
lainnya. Pembuatan tempoyak berbeda di setiap daerah dan nemanyapun
sangat beraneka ragam. Fermentasi durian sangat bermanfaat selain
sebagai bumbu masakan juga berguna untuk tindakan pada saat panen
raya.
DAFTAR PUSTAKA
Yuliana, N. PENGOLAHAN DURIAN (Durio zibethinus) FERMENTASI (TEMPOYAK). Jurnal Tekhnologi dan Industri Hasil Pertanian. Vol 12. No.2. 2007.
Ekowati, C.N. 1998. Mikroflora pada Fermentasi Daging Buah Durian (Tempoyak). Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi. Edisi Khusus Desember 1998:140-147. Unila Press. Bandar Lampung.
Irwandi., Che-Man, Y.B. (1996). Durian Leather: Development, Properties and Storage Stability. Journal of. Food Quality, 19 (6), 439-489
Morton, 1987. Morton, J. 1987. Durian. In Morton, J.F. (editor). 1987. Fruit of Warms Climates. Miami, Florida. P. 287-291
Battcock, M.,. Ali, S.A. 1998. Fermented Fruit and Vegetables. A global. Perspective. FAO. Agricultural Services Bulletin No. 134. Rome. Italy. P.90.
Gandjar, I. 2000. Fermentations of the Far East in Robinson, RK., Batt, CA and Patel, P.D.(editor). 2000. Encyclopedia of Food Microbiology, Vol 2. Academic Press, New York. London. P. 767-773.