tugas individu

Upload: deviyanti-mala-grafina

Post on 09-Jul-2015

103 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TUGAS INDIVIDU KESELAMATAN BAHAN KIMIA PJMA: dra. Fatma Lestari M.Si., Ph.D

Nama : Deviyanti Mala Grafina NPM: 0906628294 Kelas: Kamis, 08.00-09.40 G304/305

Program S1 Reguler Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia 2011

3. Cobalah akses ke website Komite Responsible Care Indonesia: http://responsiblecare-

indonesia.or.id/index.php?page=home. Jelaskan visi, misi dan sejarah terbentuknya! VISI Menjadi pusat manajemen kimia Indonesia melalui implementasi Responsible Care yang berkelanjutan. MISI 1. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman mengenai Responsible Care oleh internal kami dan stakeholder luar. 2. Menjadikan KN-RCI sebagai pusat pelatihan dan penyedia Responsible Care. 3. Membantu anggota KN-RCI melalui manajemen area yang efektif mencapai kualitas tingkat tinggi dan kinerja Responsible Care yang tinggi. 4. Mewakili industri kimia Indonesia yang menjalankan program Responsible Care berhubungan dengan asosiasi-asosiasi Responsible Care dunia. Responsible Care adalah komitmen sukarela industri kimia di seluruh dunia untuk mencapai dan terus meningkatkan kinerja keselamatan, kesehatan dan lingkungan (SHE). SEJARAH

Responsible Care merupakan sebuah inisiatif yang dibentuk dan diadopsi oleh perusahaan-perusahaan kimia untuk terus meningkatkan kinerja keselamatan, kesehatan dan lingkungan dalam pekerjaan dan produk mereka, sebagai sikap responsif atas kekhawatiran publik. Responsible Care pertama kali diadopsi sebagai model baru untuk manajemen kimia oleh Asosiasi Produsen Kimia Kanada (CCPA) pada tahun 1985, dan sejak saat itu diadopsi oleh asosiasi-asosiasi kimia dan anggota mereka di 39 negara. Responsible Care adalah basis sebuah perubahaan budaya yang sangat signifikan dalam industri kimia, yang mengarahkan agar tercipta peningkatan kinerja dan taraf keterbukaan baru terhadap publik. Industri kimia dunia memiliki peranan yang penting bagi

masyarakat modern dalam memberikan solusi bagi permasalahan manusia, dimulai dari masalah kelaparan, penyakit dan sanitasi perumahan, transportasi, serta hiburan. Segala proses dan produk yang menghasilkan keuntungan-keuntungan ini terkadang berpotensi membahayakan kesehatan dan lingkungan, bila tidak diatur dengan benar. Hasilnya, publik akan khawatir atas produk dan operasi industri. Industri menyadari bahwa, pada dekade terakhir, terjadi masalah nyata pada performa perusahaan akan komitmennya untuk lingkungan, namun langkah-langkah besar sudah diambil sejak saat itu. Melalui pelaksanaan Responsible Care, industri kimia - yang dipimpin oleh para pemimpin dan CEO perusahaan - telah menghasilkan peningkatan kinerja Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan, serta semakin tanggap akan kekhawatiran publik mengenai penurunan resiko kimia. Responsible Care diperkenalkan kepada anggota Klub Industri Kimia Indonesia (Indonesian Chemical Industry Club (ICIC)), komunitas bisnis, serta industri lain (bukan ICIC) di Indonesia sejak 1994. Lalu sejak 1997 berkembang dengan terbentuknya sebuah organisasi yang mempromosikan inisiatif tersebut. Organisasi tersebut, Komite Nasional Responsible Care (Committee National Responsible Care Indonesia (KN-RCI)) terbentuk secara formal pada Januari 1997 dan didukung oleh 25 industri kimia, setelah melakukan konsultasi dengan pemerintah Indonesia yang memutuskan untuk mendukung pengimplementasian Responsible Care dan kemudian mendapat dukungan dari Direktur Industri Kimia, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan. Tujuan-tujuan KN-RCI: 1. Mewakili industri kimia Indonesia yang menjalankan program Responsible Care dan berhubungan dengan asosiasi-asosiasi Responsible Care di seluruh dunia. 2. Menciptakan, mendukung dan mengkoordinasi usaha-usaha yang dapat membantu para anggota mengimplementasikan program Responsible Care. 3. Membagi dan mempromosikan pengalaman-pengalaman terbaik program Responsible Care. 4. Mendukung dialog antara para anggota mengenai kekhawatiran publik tentang industri kimia. 5. Memberikan kontribusi kepada pemerintah dalam menciptakan hukum dan peraturan yang bertanggung jawab.

6. Memberikan konsultasi kepada anggota mengenai cara penanganan isu keselamatan, kesehatan dan lingkungan. Keanggotaan penuh terbuka untuk seluruh perusahaan kimia yang memiliki komitmen untuk menjalankan inisiatif Responsible Care. 4. Carilah informasi ttg Globally Harmonized System:a. Sejarah, tujuan b. Deskripsi c. Sistem klasifikasi & labeling d. Hazard communication e. Msds berdasarkan sistem ini f. Implementasi di berbagai negara

Jawab a. Sejarah (1983) Isu Hazard Communication Standard di industri manufaktur (1987-1989) HCS diperluas yang mencakup semua industri dimana setiap

karyawannya berpotensi terhadap terkena bahaya dari zat kimia (1990) Isu upaya harmonisasi internasional dan pekerjaan (ILO) yang

berhubungan dengan keselamatan bahan kimia di tempat kerja, dukungan standar Safety Data Sheet dan pelabelan bahan kimia (1999) Penggantian nama dari UNCEDTG menjadi Committee of Experts on the

Transport of Dangerous Goods and on the Globally Harmonized System of Classification and Labeling of Chemicals (UNCETDG/GHS), bertanggung jawab untuk memelihara dan mempromosikan GHS (2002) KTT Dunia tentang Sustainable Development (WSSD), semua negara di

anjurkan untuk mengadopsi GHS tahun 2008 (2003) Pengesahan oleh Economic and Social Council of the United Nations,

edisi pertama diterbitkan (2004) Pemikiran awal EPA tentang penerapan GHS di pestisida

(2005) OSHA mengadopsi GHS, revisi pertama (2006) OSHA menerbitkan Advanced Notices of Proposed Rulemaking (ANPR) (2007) Revisi kedua, DOT mengadopsi GHS (2009) Revisi ketiga

b. Tujuan Tujuan dari GHS adalah untuk identifikasi bahaya instrinsik yang ditemukan dalam suatu zat kimia atau campuran dan untuk menginformasikan tentang bahaya dari bahan kimia tersebut. c. Deskripsi GHS (The Globally Harmonized System of Classification and Labelling Chemicals) merupakan sistem untuk standardisasi dan menyamakan klasifikasi dan pelabelan bahan-bahan kimia yang menggunakan pendekatan logis untuk: mendefinisikan dampak kesehatan, data fisik dan dampak lingkungan dari bahan kimia; membuat proses klasifikasi dengan menggunakan data yang ada pada bahan kimia tersebut dengan mendefinisikan kriteria hazard; dan mengomunikasikan informasi tentang bahaya serta langkah-langkah untuk memproteksi bahan kimia tersebut pada pelabelan dan Safety Data Sheet (SDS). GHS bukanlah suatu peraturan ataupun standar. Dokumen GHS melakukan penetapan klasifikasi bahaya dan risiko lalu menginformasikannya dengan jelas apakah bahan kimia tersebut aman atau tidak. Dokumen GHS hanya membantu negara-negara untuk mengembangkan dan memodifikasi program yang sudah ada dalam penanganan dan perlindungan terhadap bahan kimia.d. Sistem klasifikasi dan labelling

Klasifikasi merupakan titik mula dari hazard communication dari bahan kimia atau campuran dengan menetapkan kategori bahaya atau dengan menggunakan kriteria yang ditetapkan. Untuk beberapa kriteria menggunakan semi kuantitatif dan kualitatif. Data yang digunakan oleh GHS diperoleh dari tes, tinjauan literatur dan pengalaman. Kriteria bahaya fisik

Dalam mengembangkan kriteria GHS untuk bahaya bahan kimia dibutuhkan data-data keadaan fisik. Di dalam GHS: Gas adalah zat atau campuran yang pada 50C memiliki tekanan uap yang lebih

besar dari 300 kPa atau benar-benar dalam keadaan gas pada 20C dan tekanan standar 101,3 kPa Cairan adalah zat atau campuran yang tidak berbentuk gas, memiliki titik lebur di 20C atau kurang pada tekanan standar 101,3 kPa Solid/padatan adalah zat atau campuran yang tidak memenuhi definisi dari gas atau cairan Bahaya fisik: Explosives, Flammable Gases, Flammable Aerosols, Oxidizing Gases, Gases Under Pressure, Flammable Liquids, Flammable Solids, Self-Reactive Substances Pyrophoric Liquids, Pyrophoric Solids, Self-Heating Substances, Substances which, in contact with water emit flammable gases, Oxidizing Liquids, Oxidizing Solids, Organic Peroxides, Corrosive to Metals Bahaya kesehatan: Acute Toxicity, Skin Corrosion/Irritation, Serious Eye

Damage/Eye Irritation, Respiratory or Skin Sensitization, Germ Cell Mutagenicity, Carcinogenicity, Reproductive Toxicology, Target Organ Systemic Toxicity - Single Exposure, Target Organ Systemic Toxicity - Repeated Exposure, Aspiration Toxicity Kerusakan lingkungan: hazardous to the aquatic environment, acute aquatic toxicity, chronic aquatic toxicity Elemen-elemen standar pada label yang digunakan dalam GHS adalah: Simbol (piktogram hazard): penyampaian kesehatan, informasi tentang bahaya

fisik

dan

lingkungan,

digunakan

GHS

untuk

mengklasifikasikan

dan

mengkategorikan bahaya Signal words: Danger or Warning digunakan untuk menunjukkan tingkat

keparahan suatu bahaya Hazard statements: kata-kata standar yang digunakan untuk klasifikasi bahaya dan

kategori yang menggambarkan sifat bahaya

e. Hazard communication Setelah bahaya kimia diklasifikasikan maka yang harus dilakukan adalah mengomunikasikannya kepada orang lain yang menjadi sasaran. Safety Data Sheet merupakan alat utama untuk mengomunikasikan risiko dari bahan kimia dengan label dan simbol yang mudah dimengerti. Prinsip yang digunakan dalam penginformasian bahaya ini diantaranya: Informasi harus disampaikan dengan lebih dari satu cara misalnya lewat tulisan dan simbol Komponen komprehensif dari sistem harus mempertimbangkan studi yang ada di dalam literatur dan buktii yang diperoleh dari tes/uji. Frasa yang digunakan untuk menunjukkan derajat (tingkat keparahan) dari suatu bahaya harus konsisten di seluruh bahaya, baik fisik, maupun lingkungan Komprehensif adalah tantangan bagi suatu budaya atau bangsa. Persamaan global telah membuat banyak kompleksitas. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pekerjaan yaitu: Filosofi yang berbeda dalam sistem yang ada bagaimana dan apa yang harus dikomunikasikan Perbedaan bahasa yang terdapat di seluruh dunia Kemampuan untuk menerjemahkan frasa yang mempunyai makna Kemampuan untuk memahami dan menanggapi secara tepat simbol/piktogram

f. Msds berdasarkan sistem ini Minimum information for an SDS 1. Identification of the substance or mixture and of the supplier

GHS product identifier. Other means of identification.

Recommended use of the chemical and restrictions on use. Supplier's details (including name, address, phone number, etc.). Emergency phone number. GHS classification of the substance/mixture and any national or regional information. GHS label elements, including precautionary statements. (Hazard symbols may be provided as a graphical reproduction of the symbols in black and white or the name of the symbol, e.g., flame, skull and crossbones.)

2.

Hazards identification

Other hazards which do not result in classification (e.g., dust explosion hazard) or are not covered by the GHS.

3.

Composition/information on ingredients

Substance

Chemical identity. Common name, synonyms, etc. CAS number, EC number, etc. Impurities and stabilizing additives which are themselves classified and which contribute to the classification of the substance.

Mixture

The chemical identity and concentration or concentration ranges of all ingredients which are hazardous within the meaning of the GHS and are present above their cutoff levels.

NOTE: For information on ingredients, the competent authority rules for CBI take priority over the rules for product identification. 4. First aid measures

Description of necessary measures, subdivided according to the different routes of exposure, i.e., inhalation, skin and eye contact, and ingestion.

Most important symptoms/effects, acute and delayed. Indication of immediate medical attention and special treatment needed, if necessary.

5.

Firefighting measures

Suitable (and unsuitable) extinguishing media. Specific hazards arising from the chemical (e.g., nature of any hazardous combustion products).

Special protective equipment and precautions for firefighters. Personal precautions, protective equipment and emergency procedures.

6.

Accidental release measures

Environmental precautions. Methods and materials for containment and cleaning up. Precautions for safe handling. Conditions for safe storage, including any incompatibilities. Control parameters, e.g., occupational exposure limit values or biological limit values. Appropriate engineering controls. Individual protection measures, such as personal protective equipment. Appearance (physical state, color, etc.). Odor. Odor threshold. pH. melting point/freezing point. initial boiling point and boiling range. flash point. evaporation rate. flammability (solid, gas). upper/lower flammability or explosive limits. vapor pressure. vapor density. relative density. solubility(ies). partition coefficient: n-octanol/water.

7.

Handling and storage

8.

Exposure controls/personal protection.

9.

Physical and chemical properties

autoignition temperature. decomposition temperature. Chemical stability. Possibility of hazardous reactions. Conditions to avoid (e.g., static discharge, shock or vibration). Incompatible materials. Hazardous decomposition products.

10. Stability and reactivity

11. Toxicological information

Concise but complete and comprehensible description of the various toxicological (health) effects and the available data used to identify those effects, including:

information on the likely routes of exposure (inhalation, ingestion, skin and eye contact); Symptoms related to the physical, chemical and toxicological characteristics; Delayed and immediate effects and also chronic effects from shortand long-term exposure;

Numerical measures of toxicity (such as acute toxicity estimates). Ecotoxicity (aquatic and terrestrial, where available). Persistence and degradability. Bioaccumulative potential. Mobility in soil. Other adverse effects. Description of waste residues and information on their safe handling and methods of disposal, including the disposal of any contaminated packaging.

12. Ecological information

13. Disposal considerations

14. Transport information

UN Number. UN Proper shipping name. Transport Hazard class(es). Packing group, if applicable.

Marine pollutant (Yes/No). Special precautions which a user needs to be aware of or needs to comply with in connection with transport or conveyance either within or outside their premises.

15. Regulatory information 16. Other information including information on preparation and revision of the SDS

Safety, health and environmental regulations specific for the product in question.

g. Implementasi di berbagai negara Di banyak negara sudah memiliki sistem peraturan ini sebagai acuan. Sistem ini mungkin mirip dengan sistem pendekatan tetapi masih butuh klasifikasi, pelabelan dan SDS untuk bahan kimia yang sama tetapi diawasi oleh badan otonom yg berbeda. Di Amerika ada persyaratan untuk klasifikasi dan pelabelan bahan kimia yaitu Consumer Product Safety Commission, the Department of Transportation, the Environmental Protection Agency, and the Occupational Safety and Health Administration.

6. Akseslah ke website K3L UI: a. Jelaskan ttg K3L UI b. Akses gunakan username dan password UI. carilah dokumen ttg Pedoman Keselamatan

Kerja di Laboraturiumc. Download video UI laboratory Safety, utk ditayangkan di kelas

Jawab a. Struktur & Organisasi K3L UI

Dalam rangka pembinaan Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Universitas Indonesia Depok telah ditunjuk seorang wakil manajemen/MR dan dibentuk suatu tim Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Tim P2K3). Tugas pokok tim ini adalah memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pemimpin perusahaan/manajemen di tempat kerja mengenai masalah-masalah K3L. Tugas dan wewenang Tim P2K3 diatur dalam Prosedur P2K3 (K3L-PRO-02). Tanggung jawab dan wewenang MR adalah 1. Sebagai wakil dari manajemen dalam memastikan bahwa sistem manajemen K3L dilaksanakan dan dipelihara Sesuai dengan persyaratan Permenaker 05/MEN/1996. 2. Melaporkan kepada manajemen mengenai kinerja sistem manajemen K3L untuk ditinjau dan ditingkatkan.

LINGKUP TANGGUNG JAWAB OSHE UI Team 1. 2. Penyusunan Sistem Manajemen K3L UI Pelaksanaan Program-program K3L yang sesuai dengan risk assessment dan kebutuhan UI, seperti misalnya program keselamatan di laboratorium (laboratory safety), keselamatan transportasi, keselamatan di dalam gedung (building safety), ergonomi untuk setiap aktivitas di kampus, baik diruangan maupun dalam aktivitas belajar mengajar, seperti misalnya cara yang tepat bekerja dengan komputer, promosi kesehatan bagi sivitas akademika 3. Sistem pencatatan dan digitalisasi kecelakaan di kampus UI

Implementasi di tiap fakultas akan terintegrasi dengan sistem di tiap fakultas dengan mengikutsertakan top manajer (Manajer Fasilitas, Kepala Lab) di tingkat fakultas untuk mereview dan melaksanakan program K3L. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB K3L Perusahaan dan manajemen perusahaan menetapkan peran, tanggung jawab dan wewenang untuk pelaksanaan SMK3L yang efektif. Penetapan ini harus meliputi penyediaan sumber daya manusia yang cukup, finansial, dan membentuk organisasi K3 (P2K3).

Tanggung jawab K3L ditetapkan berdasarkan data yang tersedia pada struktur organisasi perusahaan dan kebutuhan elemen Sistem Manajemen K3L. Hasilnya harus pula memuat penjabaran tanggung jawab setiap personel dan peraturan yang harus dijalankan. KEBIJAKAN UI KEBIJAKAN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN

Universitas Indonesia (UI) adalah kampus modern, komprehensif, terbuka, multi budaya, dan humanis yang mencakup disiplin ilmu yang luas. Secara simultan UI selalu berusaha menjadi salah satu Universitas riset atau institusi akademik terkemuka di dunia. Sebagai Universitas riset, upaya-upaya pencapaian tertinggi dalam hal penemuan, pengembangan dan difusi pengetahuan secara regional dan global selalu dilakukan. Sementara itu, dalam proses pencapaian dan melaksanakan pengembangan akademik, aktifitas penelitian serta operasinal pendukung lainnya, Universitas Indonesia berkomitmen untuk mengutamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) bagi seluruh sivitas akademi, karyawan, mahasiswa, mitra kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja secara berkesinambungan dengan:

Menyediakan alat dan peralatan serta dan memelihara lingkungan kerja yang aman dan sehat Menjamin risiko K3L yang timbul akibat aktivitas kerja dikendalikan sampai tingkat risiko yang dapat diterima oleh Universitas Indonesia Mencapai zero accident (nihil kecelakaan), mencegah cedera dan penyakit akibat kerja Menjamin tersedianya sumberdaya yang handal dalam melaksanakan K3L Mematuhi seluruh peraturan perundangan dalam bidang K3L yang relevan dengan proses bisnis Universitas Indonesia sebagai persyaratan minimum K3L

Upayaupaya tersebut akan diimplementasikan dalam Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan(SMK3L) yang terintegrasi dalam manajemen perusahaan serta dilakukan perbaikan dan peninjauan secara periodik untuk peningkatan yang berkelanjutan.

Referensihttp://responsiblecare-indonesia.or.id/index.php?page=home (diakses pada 22 September 2011 pukul 08.22)

http://www.osha.gov/dsg/hazcom/ghs.html (diakses pada 22 September 2011 pukul 08.15)http://k3l.ui.ac.id/ (diakses pada 22 September 2011 pukul 08.40)