tugas haccp kuliah sanitasi
DESCRIPTION
merupakan penerapan HACCP pada produk steak tempeTRANSCRIPT
TUGAS INDIVIDU
TEKNIK SANITASI INDUSTRI
PENERAPAN HACCP PADA PEMBUATAN STEAK TEMPE
DISUSUN OLEH :
NAMA : Febriana Intan Permata Hati
NIM : 13/346860/TP/10619
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016
Bahan pangan memiliki karakteristik mudah rusak dan mudah
terkontaminasi oleh bahan-bahan asing yang berada disekitarnya, akibatnya
mutu/kualitas dari bahan akan menurun dan konsumen merasa dirugikan. Untuk
mencegah hal tersebut terjadi dilakukan berbagai cara salah satunya adalah
menetapkan metode pengolahan pangan yang disepakati oleh dunia internasional.
Metode pengolahan pangan yang biasa digunakan oleh industry/instansi adalah
HACCP (Hazard Analysis & Critical Control Point), menurut Anonim (2015)
HACCP adalah sebuah metode operasi terstruktur yang dikenal secara
internasional yang bisa membantu organisasi dalam industri makanan dan
minuman untuk mengidentifikasi risiko keamanan pangan, mencegah bahaya
dalam keamanan pangan, dan menyampaikan kesesuaian hukum. Prinsip-prinsip
dan petunjuk HACCP untuk penerapannya sudah diadopsi oleh Komisi Codex
Alimentarius. Sistem HACCP berbasis pada pengetahuan dan mengidentifikasi
bahaya spesifik dan pengendaliannya khusus untuk menjamin keamanan pangan.
HACCP diperlukan oleh industry makanan maupun instansi yang membutuhkan
control yang ketat. HACCP dirancang untuk menyampaikan :
1. Komitmen ; menunjukkan komitmen pada pemangku kepentingan melalui
pemenuhan persyaratan legislasi (hukum)
2. Kepercayaan; pelanggan dan pemangku kepentingan dapat menambah
kepercayaan karena instansi/industry melakukan pendekatan yang serius
dan diatur dengan baik terkait keamanan pangan.
3. Manfaat kompetitif ; HACCP merupakan standar peraturan internasional
yang bisa membantu menjadi salah satu pemasok pilihan
4. Meningkatkan efisiensi ; jasa layanan system HACCP disediakan untuk
melengkapi persetujuan ISO 9000, yang menghemat waktu dan biaya
Industry yang menerapkan HACCP adalah Rumah Sakit Telogorejo bagian
Instalasi Gizi bergerak dalam bidang produk pengolahan makanan. Makanan yang
diolah salah satunya adalah steak tempe untuk pilihan makanan pasien kelas VIP.
Produk steak tempe diberikan menggunakan piring keramik dengan sealing
plastic. Dalam penerapan HACCP terdapat 7 prinsip yang harus di jalankan oleh
instansi tersebut yaitu :
1. Identifikasi bahaya potensi, analisa bahaya dan tindakan pencegahan
Deskripsi produk :
Nama Produk : Steak tempe
Komposisi : Tempe, telur, tepung, kecap, gula,
garam
Uraian produk : steak tempe merupakan salah satu
makanan yang dihidangkan kepada
pasien kelas VIP di RS Telogorejo.
Dibuat dari tempe yang dikukus
kemudian dihaluskan dan dibentuk
lonjong dengan ukuran 20 cm x 20 cm
dengan tambahan bumbu telur, kecap,
tepung, garam dan gula. Setelah
pemasakan disajikan pada piring
keramik dan ditutup menggunakan
plastic bening saat suhu masakan <41 F
Jenis pengemasan -
Syarat penyimpanan : Disimpan pada suhu ruang <6 jam
setelah disajikan
Masa kadaluarsa : 1 hari
Sasaran konsumen : pasien kelas VIP Rumah Sakit
Telogorejo
Cara distribusi : terdapat di daftar menu pasien kelas
VIP Rumah Sakit Telogorejo
Asal bahan baku : bahan local
Analisa bahaya pada produk steak tempe
Tabel 1. Analisa Bahaya
Prinsip 1Tahap/input Potensi bahaya Penyebab Risk. Sev. Sign. Tindakan pencegahan
1. Lingkungan (semua tahap)
Fisik:SeranggaRambut
Serangga yang masukAPD yang kurang
M H S Pemasangan pembunuh serangga, dan penolak seranggaPemakaian APD yang lengkap
2. Bahan baku yang datang
Fisik:Filt serangga / hewan
Spulier kurang memperhatikan lingkungan produksi
M M TS Inspeksi dan pembinaan ke pemasokGrading bahan baku
MikrobiologiKapang tahan asam
Supplier kurang higienis
M L TS Inspeksi dan pembinaan supplier, grading bahan baku
3. Penyimpanan sebelum proses
Mikrobiologi: kapang dapat tumbuh
Kapang dapat tumbuh pada tempe
M M TS Pengontrolan sto tempe pengolahan yang cepat (maksimum 3 hari)
4. Cutting Kimia:Karat terbawa produk
Terbentuk deposit karat pada mata pisau yang bisa mengkontaminasi bahan yang dipotong
M M TS Pemeliharaan peralatan sesuai SOP
5. Pemasakan Fisik:KaratPasir
Alat memasak berkarat dan APD kurang
M L TS Pemeriksaan rutin peralatan memasak dan pemasak menggunakan APD
6. Plating and Biologi: Hygiene dan sanitasi M M TS Penerapan hygiene dan sanitasi
weighing Kontaminasi mikroba dari pekerja
pekerja kurangSuhu proses tdak tercapai
sesuai SSOPPengontrolan suhu
Fisik:Filth (rambut)
Hygine dan sanitasi pekerja kurang
M M TS Penerapan hygiene dan sanitasi sesuai SSOP
7. Cooling Mikrobiologi:Kontaminasi mikroba dari air cooling
Air coling yang mengandung mikroba dapat mengkontaminasi produk
H H S Air cooling standar air minum dan disirkulasi
8. Packaging Fisik:Kerusakan kemasan
Kualitas kemasan tidak sesuai standar
L L TS Pengemasan sesuai SOP
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa pada tahap/input lingkungan (pada semua tahap) terdapat potensi bahaya fisik berupa serangga
dan rambut disebabkan serangga yang masuk dan APD yang tidak lengkap atau tidak sesuai dengan standarnya. Tindakan
pencegahan yang dilakukan dengan pemasangan pembunuhan serangga dan penolak serangga serta pemakaian APD yang lengkap.
Kemudian pada input bahan baku yang datang memiliki potensi bahaya yaitu fisik (filt serangga/hewan) dan mikrobiologi (kapang
tahan asam) penyebabnya adalah supplier kurang memperhatikan lingkungan produksi dan higienitas. Pada tahap penyimpanan
sebelum proses memiliki potensi bahaya yaitu kapang yang datang dari bahan tempe, tindakan pencegahan yang dapat dilakukan
adalah pengontrolan tempe pengolahan yang cepat (maksimum 3 hari). Cutting dilakukan ketika bahan mulai diolah, bahaya kimia
yang berpotensi adalah karat pada pemotong yang terbawa produk, berasal dari terbentuknya deposit karat pada mata pisau yang bisa
mengkontaminasi bahan yang dipotong , pencegahan yang dapat dilakukan adalah pemeliharaan peralatan sesuai SOP. Tahap
selanjutnya adalah pemasakan potensi bahaya yang terdapat pada tahap ini adalah karat pasir, disebabkan oleh alat memasak
berkarang dan APD yang kurang. Kegiatan pencegahan yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan rutin peralatan memasak dan
pemasak menggunakan APD. Plating and weighing merupakan tahap pengolahan setelah pemasakan tempe steak, potensi bahaya
yang dapat terjadi adalah kontaminasi mikrobia dari pekerja dan filth (rambut), penyebabnya adalah hygiene dan sanitasi pekerja
kurang dan suhu proses tidak tercapai, untuk pencegahannya dapat dilakukan dengan penerapan hygiene dan sanitasi sesuai SOP
serta pengontrolan suhu dari proses. Proses setelah plating dan weighing adalah proses cooling, cooling memiliki potensi bahaya
yaitu kontaminasi mikroba dari air cooling dan dapat dicegah dengan cara air cooling standar air minum dan disirkulasi. Dan yang
terakhir adalah tahap packaging memiliki potensi bahaya kerusakan pada kemasannya disebabkan kualitas kemasan tidak sesuai
standar, pencegahan yang dapat dilakukan adalah pengemasan sesuai dengan SOP.
Menentukan Critical Control Point (CCP)
Critical Control Point merupakan suatu titik kritis pada perusahaan untuk melalukan pemeriksaan kualitas/mutu dari
bahan yang sedang diproses. Pada proses pengolahan steak tempe terdapat beberapa titik CCP yaitu :
1. Bahan baku yang datang ; bahan baku yang memiliki kualitas bagus maka hasil yang diperoleh akan lebih banyak
sehingga melakukan pemeriksaan terhadap bahan baku yang akan digunakan pada proses.
2. Pemasakan ; pemasakan merupakan titik dimana bahan mulai mengalami proses pematangan dan menonaktifkan
bakteri yang terkandung dalam tempe.
3. Cooling ; cooling merupakan kegiatan untuk memperpanjang masa simpan dan mengurangi laju respirasi dari
bahan. Bahan yang melakukan respirasi menyebabkan bahan lebih mudah rusak.
4. Packaging ; setelah bahan sudah melewati proses cooling maka sudah siap dibungkus dengan kemasan tertentu
yang cocok dengan karakteristik bahan.
CCP dan lokasi Batas kritis Prosedur monitoring Tindakan koreksi Verifikasi PencatatanPrinsip 2 Prinsip 3 Prinsip 4 Prinsip 5 Prinsip 6 Prinsip 7
1. Bahan baku yang datang
Fisik:Tidak terlihat jamur atau kapang
Petugas QC melakukan pengecekan saat barang datang melalui fisik dan baunya
Dikembalikan Sumber bahan makanan diperiksa sesuai standar
Mengganti pemasok
2. Pemasakan Fisik :Suhu: 155 FAlat pemasakan tidak berkarat dan koki menggunakan alat pelindung diri
Cek suhu menggunakan termometer, Petugas QC melakukan pengecekan pada alat-alat masak dan petugas masak sebelum proses dimulai
Mengganti peralatan yang berkarat, menggunakan alat pelindung seperti masker, topi, celemek dan sarung tangan
Memastikan suhu internaltercapai dengan termometer batang, alat memasak diperiksa status kalibrasinya dan dipelihara sesuai kebutuhan
Review hasil inspeksi peralatan masak
3. Cooling Suhu: 135-41 F Suhu: 135-70 F pada 2 jam kemudian dari 70-41 F dalam waktu 4 jam
Segera panaskan >165 F jika waktu pendinginan tidak cukup, batalkan produk
Cek temperatur dengan termometer pada saat jam ke 1,5 dan 6
Buang jika produk sudah di suhu ruang selama 6 jam
4. Packaging Suhu: <41 F Cek suhu menggunakan termometer
Didinginkan kembali makanan sampai suhu <41 F atau kurang jika kurang dari 2 jam
Cek temperatur saat diantarkan dan diterima
Pastikan packaging makanan tertutup rapat
Batas kritis untuk setiap CCP
1. Pada CCP bahan baku yang datang titik kritis diamati dengan pengamatan fisik yaitu tidak terlihat jamur atau
kapang.
2. Pada CCP pemasakan titik kritis diamati dengan pengamatan fisik yaitu suhu mencapai 155 F, alat pemasakan
tidak berkarat dan koki menggunakan alat pelindung diri.
3. Pada CCP cooling titik kritis diamati dengan pengamatan fisik yaitu suhu berada diantara 135-41 F.
4. Pada CCP packaging yang datang titik kritis diamati dengan pengamatan fisik yaitu suhu berada dibawah 41 F
(<41 F).
Prosedur monitoring
1. Pada CCP bahan baku yang datang prosedur monitoring dilakukan dengan cara petugas Quality Control (QC)
melakukan pengecekan saat barang datng melalui fisik dan baunya.
2. Pada CCP pemasakan prosedur monitoring dilakukan dengan cara pengecekan suhu menggunakan termometer,
Petugas QC melakukan pengecekan pada alat-alat masak dan petugas masak sebelum proses dimulai.
3. Pada CCP cooling prosedur monitoring dilakukan dengan cara pengecekan suhu: 135-70 F pada 2 jam kemudian
dari 70 - 41 F dalam waktu 4 jam.
4. Pada CCP packaging prosedur monitoring dilakukan dengan cara yaitu pemeriksaan suhu menggunakan
termometer.
Tindakan koreksi
1. Pada CCP bahan baku yang datang prosedur koreksi dilakukan apabila terdapat kondisi yang bertentanggan
dengan batas kritis yaitu pengembalian.
2. Pada CCP pemasakan prosedur koreksi dilakukan apabila terdapat kondisi yang bertentanggan dengan batas kritis
yaitu mengganti peralatan yang berkarat, menggunakan alat pelindung seperti masker, topi, celemek dan sarung
tangan.
3. Pada CCP cooling prosedur koreksi dilakukan apabila terdapat kondisi yang bertentanggan dengan batas kritis
yaitu segera panaskan >165 F jika waktu pendinginan tidak cukup, batalkan produk.
4. Pada CCP packaging prosedur koreksi dilakukan apabila terdapat kondisi yang bertentanggan dengan batas kritis
yaitu dinginkan kembali makanan sampai suhu <41 F atau kurang jika kurang dari 2 jam.
Prosedur verifikasi
1. Pada CCP bahan baku yang datang prosedur verifikasi dilakukan dengan cara memeriksa sumber bahan makanan
apakah sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan
2. Pada CCP pemasakan prosedur verifikasi dilakukan dengan cara memastikan suhu internal tercapai dengan
termometer batang, alat memasak diperiksa status kalibrasinya dan dipelihara sesuai kebutuhan
3. Pada CCP cooling prosedur verifikasi dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan temperatur dengan
termometer pada saat jam ke 1,5 dan 6.
4. Pada CCP packaging prosedur verifikasi dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan temperatur saat
diantarkan dan diterima
Dokumentasi / pencatatan
1. Pada CCP bahan baku yang datang pencatatan dilakukan pada saat mengganti pemasok.
2. Pada CCP pemasakan pencatatan dilakukan pada saat hasil inspeksi peralatan masak
3. Pada CCP cooling pencatatan dilakukan pada saat produk disimpan pada cold storage, jika produk sudah di
suhu ruang selama 6 jam maka harus dibuang.
4. Pada CCP packaging pencatatan dilakukan pada saat mengemas bahan dan pastikan packaging makanan tertutup rapat.
Sumber :
Rencana Kerja Jaminan Mutu HACCP Steak Tempe, Rumah Sakit Telogorejo, 2014
Anonim, 2015. HACCP (Hazard Analysis & Critical Control Points ). Diakses dari http://www.id.lrqa.com/standards-and-
schemes/ haccp/#sthash .rNpENjiK.dpuf . Pada 16 Maret 2016. Pukul 22:17 WIB.