tugas gigi dan mulut_laisa azka_04054811416001
DESCRIPTION
edTRANSCRIPT
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Oleh :
Laisa Azka, S.Ked
04054811416001
Tutor : dr. Billy Sujatmiko, Sp.KG
DEPARTEMEN/BAGIAN GIGI DAN MULUT
RUMAH SAKIT MOHAMMAD HUSEIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
SOAL
1. Jelaskan mengenai kedalaman karies gigi D1-D6?
2. Progresivitas karies dari gigi utuh sampai harus dicabut?
3. Inervasi saraf gigi atas dan bawah?
4. Apa pengertian dari ?
- White spot/ lesi putih
- Iritasi pulpa
- Karies email
- Karies dentin
- Hiperemi pulpa
- Pulpitis reversible
- Pulpitis Irreversibel
- Nekrosis Pulpa
- Periodontitis
5. Pengertian dari trepanasi?
6. Pemberian antibiotik yang aman untuk ibu hamil. Contoh kasus ada ibu hamil
butuh pemberian antibiotic, tetapi ibu alergi penisilin, golongan antibiotik apa yang
diberikan?
7. Anatomi gigi?
JAWABAN
1. Karies gigi diklasifikasikan oleh ICDAS berdasarkan kedalamannya,
pembagiannya adalah sebagai berikut:
b. D1 : white spot yang terlihat jika gigi dikeringkan
c. D2 : white spot yang terlihat tanpa gigi dikeringkan
d. D3 : karies email (terdapat lesi minimal pada permukaan email
gigi)
e. D4 : karies dentin terbatas (Lesi email lebih dalam, tampak
bayangan
gelap dentin atau lesi sudah mencapai bagian dentino enamel
junction/DEJ)
f. D5 : karies dentin luas (Lesi telah mencapai dentin)
g. D6 : karies mencapai pulpa (Lesi telah mencapai pulpa)
2. Tahapan progesivitas karies pada gigi.
a. Karies Superfisialis
di mana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena.
Gambar Karies Superfisialis
b. Karies Media
di mana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.
Gambar Karies Media
c. Karies Profunda
di mana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah
mengenai pulpa.
Gambar Karies Profunda
3. Inervasi saraf pada gigi.
Saraf trigeminus adalah saraf yang berperan dalam mengirimkan sensasi dari kulit
bagian anterior kepala, rongga mulut dan hidung, gigi dan meninges (Lapisan otak). Saraf
Trigeminus memiliki tiga divisi (mata/oftalmik, rahang atas/maksilaris dan rahang
bawah/mandibula) yang selanjutnya diperlakukan sebagai saraf-saraf terpisah. Pada divisi
mandibula terdapat juga serabut saraf motorik yang mensarafi otot-otot yang digunakan
dalam mengunyah. Saraf Trigeminus merupakan saraf campuran dimana sebagian besar
merupakan serat saraf sensoris wajah, dan sebagian yang lain merupakan serat saraf
motoris dari otot mastikasi.
Anatomi Nervus Trigeminus
Nervus Trigeminus merupakan nervus cranialis yang terbesar dan melayani arcus
branchialis pertama. Nervus ini mengandung serat-serat branchiomotorik dan aferen
somatik umum (yang terdiri atas komponen ekteroseptif dan komponen proprioseptif),
dengan nuclei sebagai berikut :
a. Nucleus Motorius Nervus Trigemini
Dari Nucleus ini keluar serat-serat branchiomotorik yang berjalan langsung ke arah
ventrolateral menyilang serat-serat pedunculus cerebellaris medius (fibrae
pontocerebellares) dan pada akhirnya akan melayani m. Masticatores melalui rami motori
nervi mandibularis dan m. Tensor Veli Palatini serta m. Mylohyoideus.
b. Nucleus Pontius, Nervi Trigemini dan Nucleus Spinalis Nervi Trigemini
Kedua Nucleus ini menerima impuls-impuls eksteroseptif dari daerah muka dan daerah
calvaria bagian ventral sampai vertex.Di antara kedua nucleus di atas terdapat perbedaan
fungsional yang penting : di dalam nucleus Pontius berakhir serat-serat aferan N. V yang
relatif kasar, yang mengantarkan impuls-impuls rasa raba, sedangkan nucleus spinalis N.
V terdiri atas sel-sel neuron kecil dan menerima serat-serat N. V yang halus yang
mengantarkan impuls-impuls eksteroseptif nyeri dan suhu.
Gambar. Persarafan pada gigi dan rongga mulut.
Saraf trigeminal atau saraf kranial ke 5 terutama memberi persarafan pada kulit
muka, konjungtiva dan kornea, mukosa dari hidung , sinus-sinus dan bagian frontal dari
rongga mulut , juga sebagian besar dari duramater. Saraf ini keluar dari bagian lateral
pons berupa akar saraf motoris dan saraf sensoris. Akar saraf yang lebih kecil, yang
disebut juga portio minor nervi trigemini, merupakan akar saraf motoris.
Berasal dari nukleus motoris dari saraf trigeminal dibatang otak terdiri dari
serabut-serabut motoris, terutama mensarafi otot-otot pengunyah. Dalam perjalanannya
akar saraf ini melalui ganglion disebelah medial dari akar sensoris yang jauh lebih besar,
sebelum bergabung dengan saraf mandibularis pada saat melalui foramen ovale dari os.
Sphenoid. Akar sensoris saraf trigeminal yang lebih besar disebut dengan portio major
nervi trigemini yang memberi penyebaran serupa dengan akar-akar saraf dorsalis dari
saraf spinal. Akar-akar saraf sensoris ini akan melalui ganglion trigeminal ( ganglion
gasseri ) dan dari sini keluar tiga cabang saraf tepi yaitu cabang optalmikus, cabang
maksilaris dan cabang mandibularis. Cabang pertama yaitu saraf optalmikus berjalan
melewati fissura orbitalis superior dan memberi persarafan sensorik pada kulit kepala
mulai dari fissura palpebralis sampai bregma ( terutama dari saraf frontalis ) dan suatu
cabang yang lebih kecil ke bagian atas dan medial dari dorsum nasi. Konjungtiva, kornea
dan iris, mukosa dari sinus frontalis dan sebagian dari hidung, juga sebagian dari
duramater dan pia-arakhnoid juga disarafi oleh serabut, saraf sensoris dari saraf
ophtalmikus. Cabang kedua, yaitu saraf maksilaris memasuki fossa pterygopalatina
melalui foramen maksilaris superior memberikan cabang saraf zygomatikus yang menuju
ke orbita melewati fissura orbitalis inferior. Batang utamanya yaitu saraf infra orbitalis
menuju ke dasar orbita melewati fissura yang sama.
Sewaktu keluar dari foramen infra orbitalis, saraf ini terbagi menjadi beberapa cabang
yang menyebar di permukaan maksila bagian atas dari wajah bagian lateral dari hidung
dan bibir sebelah atas. Sebelum keluar dari foramen infra orbitalis, didapat beberapa
cabang yang mensarafi sinus maksilaris dan gigi-gigi molar dari rahang atas, ginggiva
dan mukosa mulut yang bersebelahan. Cabang yang ketiga, merupakan cabang yang
terbesar yaitu saraf mandibularis. Saraf ini keluar dari rongga kepala melalui foramen
ovale dari os sphenoid, selain terdiri dari akar-akar saraf motoris dari saraf trigeminal,
juga membawa serabut-serabut sensoris untuk daerah buccal, ke rahang bawah dan
bagian depan dari lidah, gigi mandibularis, ginggiva.
Cabang aurikulo temporalis yang memisahkan diri sejak awal, mensarafi daearah didepan
dan diatas daun telinga maupun meatus akustikus eksternus dan membrana tympani.
Serabut – serabut sensoris untuk duramater yang merupakan cabang – cabang dari ketiga
bagian saraf trigeminal berperan dalam proyeksi rasa nyeri yang berasal dari intrakranial.
Terdapat hubungan yang erat dari saraf trigeminal dengan saraf otonomik/simpatis,
dimana ganglia siliaris berhubungan dengan saraf ophtalmikus , ganglion pterygopalatina
dengan saraf maksilaris sedangkan ganglion otikus dan submaksilaris berhubungan
dengan cabang mandibularis. Nervus sensori yang terdapat pada bagian rahang dan gigi
dalam tubuh kita berasal dari suatu cabang nervus cranial yang ke-V atau dikenal juga
sebagai nervus trigeminal.
N. trigeminus berasal dari permukaan anterolateral pertengahan pons varoli
sebagai 2 akar (radices) yaitu: Portio major: radix sensorial yang terdiri atas komponen-
komponen sensorik dan portio minor: radix motorik yang terdiri atas komponen motorik.
Serabut portio major n. trigeminus muncul dari sisi lateral permukaan ventral pons varoli
sedangkan portio minor dari permukaan pons kira-kira 2mm- 5mm disebelah
medioanterior portio major. Radik ini kemudian akan berjalan ke anterior didalam fossa
crania anterior dimana berkas-berkas tersebut akan bergabung didalam ganglion
semilunare gasseri (ganglion trigeminal), ganglion ini terdapat di suatu lekukan pada
duramater yang dinamakan cavum trigeminus (cavum meckeli). Nervus trigeminus di
lepaskan dari ganglion semilunaris dan memiliki 3 cabang nervus yaitu N.
ophtalmicus,N. maxillaris dan N. mandibularis.
N. ophtalmicus terletak disebelah kaudal, N. mandibularis terletak rostral dan N.
maxillaries diantara keduanya. N. ophtalmicus dan N. maxillaries bersifat sensorik,
sedangkan N. mandibularis bersifat sensorik dan motorik. Kemudian meninggalkan
cavum cranii melalui foramen ovale bersama-sama dengan N. mandibularis
Nervus Maksilaris
Cabang maksila nervus trigeminus mempersarafi gigi-gigi pada maksila, palatum, dan
gingiva di maksila. Selanjutnya cabang maksila nervus trigeminus ini akan bercabang
lagi menjadi nervus alveolaris superior. Nervus alveolaris superior ini kemudian akan
bercabang lagi menjadi tiga, yaitu nervus alveolaris superior anterior, nervus alveolaris
superior medii, dan nervus alveolaris superior posterior. Nervus alveolaris superior
anterior mempersarafi gingiva dan gigi anterior, nervus alveolaris superior medii
mempersarafi gingiva dan gigi premolar serta gigi molar I bagian mesial, nervus
alveolaris superior posterior mempersarafi gingiva dan gigi molar I bagian distal serta
molar II dan molar III.
Nervus Mandibularis
Cabang awal yang menuju ke mandibula adalah nervus alveolar inferior. Nervus
alveolaris inferior terus berjalan melalui rongga pada mandibula di bawah akar gigi molar
sampai ke tingkat foramen mental. Cabang pada gigi ini tidaklah merupakan sebuah
cabang besar, tapi merupakan dua atau tiga cabang yang lebih besar yang membentuk
plexus dimana cabang pada inferior ini memasuki tiap akar gigi.
Selain cabang tersebut, ada juga cabang lain yang berkonstribusi pada persarafan
mandibula. Nervus buccal, meskipun distribusi utamanya pada mukosa pipi, saraf ini
juga memiliki cabang yang biasanya di distribusikan ke area kecil pada gingiva buccal di
area molar pertama. Namun, dalam beberapa kasus, distribusi ini memanjang dari caninus
sampai ke molar ketiga. Nervus lingualis, karena terletak di dasar mulut, dan memiliki
cabang mukosa pada beberapa area mukosa lidah dan gingiva. Nervus mylohyoid,
terkadang dapat melanjutkan perjalanannya pada permukaan bawah otot mylohyoid dan
memasuki mandibula melalui foramen kecila pada kedua sisi midline. Pada beberapa
individu, nervus ini berkontribusi pada persarafan dari insisivus sentral dan ligament
periodontal.
4. Pengertian dari:
a) White spot/ lesi putih: Proses awal terjadinya lubang gigi yang
timbul akibat pelepasan ion kalsium dan fosfat dari email gigi yang
disebut dengan demineralisasi namun pada fase ini permukaan gigi
masih utuh. Bercak putih (White spot) timbul akibat pelepasan ion
kalsium dan fosfat dari email gigi yang disebut dengan
demineralisasi.
b) Iritasi pulpa: Iritasi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan
enamel gigi mengalami kerusakan sampai batas dentino enamel
junction.
c) Karies email: Karies email merupakan karies yang terjadi pada
permukaan email gigi (lapisan terluar dan terkaras dari gigi), dan
belum terasa sakit hanya ada pewarnaan hitam atau cokelat pada
email. Apabila keseimbangan antara laju proses demineralisasi
dengan remineralisasi berlanjut maka permukaan lesi awal akan
runtuh akibat dari pelarutan apatie yang sudah melemah sehingga
menghasilkan kavitas.
d) Karies dentin: Merupakan karies yang sudah mencapai bagian
dentin (tulang gigi) atau bagian pertengahan antara permukaan
gigi dan kamar pulpa. Gigi biasanya terasa sakit bila terkena
rangsangan dingin, makanan asam dan manis.
e) Hiperemi pulpa: Hiperemi pulpa merupakan lanjutan dari iritasi
pulpa. Hyperemi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan
dentin mengalami kerusakan , terjadi sirkulasi darah bertambah
karena terjadi pelebaran pembuluh darah halus di dalam pulpa.
Pulpa terdiri dari saluran pembuluh darah halus, urat-urat
syaraf,dan saluran lympe.
f) Pulpitis reversible: Inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika
penyebabnya dilenyapkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa
akan kembali normal. Stimulus ringan atau sebentar seperti karies
insipien, erosi servikal, atau atrisi oklusal, sebagian besar prosedur
operatif, kuretase periodonsium yang dalam, dan fraktur email yang
menyebabkan tubulus dentin terbuka adalah faktor-faktor yang
dapat menyebabkan pulpitis reversibel.
g) Pulpitis Irreversibel: Inflamasi parah yang tidak akan bisa pulih
walaupun penyebabnya dihilangkan dan lambat atau cepat pulpa
akan menjadi nekrosis. Pulpa irreversible ini seringkali merupakan
akibat atau perkembangan dari pulpa reversible. Dapat pula
disebabkan oleh kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan
dentin yang luas selama prosedur operatif, trauma atau pergerakan
gigi dalam perawatan ortodontic yang menyebabkan terganggunya
aliran darah pulpa.
h) Nekrosis Pulpa: Suatu perubahan morfologis yang menunjukkan
kematian sel pada jaringan pulpa.
i) Periodontitis: Peradangan atau infeksi pada jaringan penyangga gigi
(= jaringan periodontium). Yang termasuk jaringan penyangga gigi
adalah gusi, tulang yang membentuk kantong tempat gigi berada,
dan ligamen periodontal (selapis tipis jaringan ikat yang memegang
gigi dalam kantongnya dan juga berfungsi sebagai media peredam
antara gigi dan tulang).
5. Trepanasi adalah?
Tujuan trepanasi adalah menciptakan drainase melalui saluran akar atau melalui tulang
untuk mengalirkan sekret Iuka serta untuk mengurangi rasa sakit, Iika rimbul abses alveolar akut,
berarti infeksi telah meluas dari saluxan aka: melalui pexiodontal apikalis sampai ke dalam
rulang periapels. Nanah dikelilingi oleh tulang pads apeks gigi dan ridak dapat mengalir ke luar.
Pada stadium ini belum tampak suatu pembengkakan. Perasaan sangat nyeri terutama bila
ditekan sehingga unluk menghilangkannya perlu segera dilakukan drainage.
Untuk itu dapat dipakai dua cara:
- Trepanasi melalui saluran akar.
- Trepanasi di daerah apeks akar.
Trepanasi melalui saluran akar
Usaha awal untuk memperoleh drainase adalah membuka saluran akar lebar-lebar sampai
melewati foramen apikalis dan saluran akar dibiarkan terbuka beberapa hari supaya
sekret dapat mengalir ke luan Ke dalam kavum pulpa dimasukkan kapas yang longgar
agar sisa makanan Lidak menutup jalan drainase. Setiap hzui kapas diganti dan saluran
dibersihkan dengan larutan garam fisiologis utau NaCl 5% bila sekret pus tidak ada lagi.
Dalam hal ini, Schroeder (1981) menganjurkan terapi altematif, yaitu pemberian preparat
antibiotik dan kortikosteroid (pasta Ledermix), dan menutup saluran dengan oksida seng
engenol. Setelah rasa sakit berkurang dan drainase telah berhenti, saluran akar dipreparasi
dengan sempuma dan diisi dengan bahan pengisi saluran akar.
Trepanasi Melalui Tulang
Trepanasi ini dikenal dengan nama fistulasi apikal.
6. Antibiotik dalam kehamilan.
Kehamilan akan mempengaruhi pemilihan antibiotik. Umumnya penisilin dan
sefalosporin dianggap sebagai preparat pilihan pertama pada kehamilan, karena
pemberian sebagian besar antibiotik lainnya berkaitan dengan peningkatan risiko
malformasi pada janin. Bagi beberapa obat antibiotik, seperti eritromisin, risiko tersebut
rendah dan kadang-kadang setiap risiko pada janin harus dipertimbangkan terhadap
keseriusan infeksi pada ibu.
Beberapa jenis antibiotika dapat menyebabkan kelainan pada janin. Hal ini terjadi karena
antibiotika yang diberikan kepada wanita hamil dapat mempengaruhi janin yang
dikandungnya melalui plasenta. Antibiotika yang demikian itu disebut teratogen.
Besarnya reaksi toksik atau kelainan yang ditimbulkan oleh antibiotika dipengaruhi oleh
besarnya dosis yang diberikan, lama dan saat pemberian serta sifat genetik ibu dan janin.
Pada manusia, periode terjadinya teratogenesis adalah mulai hari ke 17 sampai hari ke 54
post konsepsi. Perlu diingat bahwa hanya sekitar 2%-3% kejadian teratogenik
berhubungan dengan pajanan obat-obatan, sekitar 70% lainnya tidak diketahui. Sisanya
kemungkinan berhubungan dengan kelainan genetik atau pajanan lainnya. Antibiotik
yang bisa membahayakan tumbuh kembang janin. Masa paling krusial yang perlu
diwaspadai adalah pada trisemester pertama kehamilan.
Obat antibiotik golongan kuinolon harus dihindari ibu hamil karena berpotensi
menyebabkan kecacatan. Bila dikonsumsi saat hamil bisa menyebabkan gangguan
pertumbuhan tulang pada janin. Gangguan tulang yang sering dialami bayi akibat
antibiotik ini adalah terganggunya pertumbuhan tulang sehingga anak beresiko pendek.
Risiko lainnya adalah tidak menutupnya tulah belakang (spina bifida).
Sebuah penelitian yang telah dilaporkan di Archives of Pediatrics & Adolescent
Medicine menemukan, penisilin dan beberapa obat antibakteri lain yang umum
digunakan oleh perempuan hamil tidak memicu cacat lahir. Akan tetapi, beberapa
antibiotik lain, sepetrti sulfonamides dan nitrofurantoins dikaitkan dengan cacat lahir kronis
dan memerlukan perhatian ekstra.
Klasifkasi FDA tentang obat yang mempunyai efek terhadap janin.
Pada tahun 1979, FDA merekomendasikan 5 kategori obat yang
memerlukan perhatian khusus terhadap kemungkinan efek terhadap
janin.
A. Obat yang sudah pernah diujikan pada manusia hamil dan terbukti
tidak ada risiko terhadap janin dalam rahim. Obat golongan ini aman
untuk dikonsumsi oleh ibu hamil (vitamin)
B. Obat yang sudah diujikan pada binatang dan terbukti ada atau tidak
ada efek terhadap janin dalam rahim akan tetapi belum pernah
terbukti pada manusia. Obat golongan ini bila diperlukan dapat
diberikan pada ibu hamil (Penicillin).
C. Obat yang pernah diujikan pada binatang atau manusia akan tetapi
dengan hasil yang kurang memadai. Meskipun sudah dujikan pada
binatang terbukti ada efek terhadap janin akan tetapi pada manusia
belum ada bukti yang kuat. Obat golongan ini boleh diberikan pada ibu
hamil apabila keuntungannya lebih besar disbanding efeknya terhadap
janin (Kloramfenicol, Rifampisin, PAS, INH).
D. Obat yang sudah dibuktikan mempunyai risiko terhadap janin
manusia. Obat golongan ini tidak dianjurkan untuk dikonsumsi ibu
hamil. Terpaksa diberikan apabila dipertimbangkan untuk
menyelamatkan jiwa ibu (Streptomisin, Tetrasiklin, Kanamisin).
X. Obat yang sudah jelas terbukti ada risiko pada janin manusia dan
kerugian dari obat ini jauh lebih besar daripada manfaatnya bila
diberikan pada ibu hamil, sehingga tidak dibenarkan untuk diberikan
pada ibu hamil atau yang tersangka hamil.
Klasifikasi (FDA) untuk antibiotika dan risikonya terhadap janin
7. Anatomi Gigi.
Gigi mempunyai beberapa bagian, yaitu:
a. Bagian akar gigi, adalah bagian dari gigi yang tertanam di dalam tulang rahang dikelilingi
(dilindungi) oleh jaringan periodontal.
b. Mahkota gigi adalah bagian dari gigi yang dapat dilihat.
c. Cusp adalah tonjolan runcing atau tumpul yang terdapat pada mahkota.
Gambar 1. Anatomi Gigi
Bentuk-bentuk Gigi Permanen
Orang dewasa biasanya mempunyai 32 gigi permanen, 16 di tiap rahang. Di tiap rahang
terdapat:
a. Empat gigi depan (gigi insisivus). Bentuknya seperti sekop dengan tepi yang lebar untuk
menggigit, hanya mempunyai satu akar. Gigi insisivus atas lebih besar daripada gigi yang bawah.
b. Dua gigi kaninus yang serupa di rahang atas dan rahang bawah. Gigi ini kuat dan menonjol di
“sudut mulut”. Hanya mempunyai satu akar.
c. Empat gigi pre-molar/gigi molar kecil. Mahkotanya bulat hampir seperti bentuk kaleng tipis,
mempunyai dua tonjolan, satu di sebelah pipi dan satu di sebelah lidah. Kebanyakan gigi pre-
molar mempunyai satu akar, bebrapa mempunyai dua akar.
d. Enam gigi molar. Merupakan gigi-gigi besar di sebelah belakang di dalam mulut digunakan
untuk menggiling makanan. Semua gigi molar mempunyai mahkota persegi, seperti blok-blok
bangunan. Ada yang mempunyai tiga, empat, atau lima tonjolan. Gigi molar di rahang atas
mempunyai tiga akar dan gigi molar di rahang bawah mempunyai dua akar.
Gambar 2. Bentuk-bentuk Gigi
Permukaan-permukaan Gigi
Nama-nama yang dipakai untuk menunjukkan permukaan gigi adalah:
a. Permukaan oklusal: permukaan pengunyahan gigi molar dan gigi pre-molar.
b. Permukaan mesial: permukaan paling dekat garis tengah tubuh.
c. Permukaan lingual: permukaan paling dekat lidah di rahang bawah, dirahang atas disebut
permukaan palatal.
d. Permukaan distal: permukaan paling jauh dari garis tengah.
e. Permukaan bukal: permukaan paling dekat bibir dan pipi.
f. Tepi insisal: gigi-gigi insisivus dan gigi-gigi kaninus mempunyai tepi potong sebagai
pengganti permukaan oklusal.
g. Permukaan proksimal: permukaan-permukaan yang berdekatan letaknya, misalnya:
permukaan mesial gigi tertentu dapat menyentuh permukaan distal gigi sampingnya. Kedua
permukaan itu disebut permukaan proksimal.
Jaringan Gigi
Gigi terdiri dari beberapa jaringan, yaitu:
a. Enamel
Enamel merupakan bahan yang tidak ada selnya dan juga merupakan satu-satunya komponen
dalam tubuh manusia yang tidak mempunyai kekuatan reparatif karena itu regenerasi enamel
tidak mungkin terjadi.
Struktur enamel gigi merupakan susunan kimia kompleks, sebagian besar terdiri dari 97%
mineral (kalsium, fosfat, karbonat, dan fluor), air 1% dan bahan organik 2%, yang terletak dalam
suatu pola kristalin. Karena susunan enamel yang demikian maka ion-ion dalam cairan rongga
mulut dapat masuk ke enamel bagian dalam dan hal ini memungkinkan terjadinya transport ion-
ion melalui permukaan dalam enamel ke permukaan luar sehingga akan terjadi perubahan
enamel.
b. Dentin
Seperti halnya enamel, dentin terdiri dari kalsium dan fospor tetapi dengan proporsi protein yang
lebih tinggi (terutama collagen). Dentin adalah suatu jaringan vital yang tubulus dentinnya berisi
perpanjangan sitoplasma odontoblas. Sel-sel odontoblas mengelilingi ruang pulpa dan
kelangsungan hidupnya bergantung kepada penyediaan darah dan drainase limfatik jaringan
pulpa. Oleh karena itu dentin peka terhadap berbagai macam rangsangan, misal: panas dan
dingin serta kerusakan fisik termasuk kerusakan yang disebabkan oleh bor gigi.
c. Cementum
Cementum adalah penutup luar tipis pada akar yang mirip strukturnya dengan tulang.
d. Pulpa
Pulpa terdapat dalam gigi dan terbentuk dari jaringan ikat yang berisikan urat-urat syaraf dan
pembuluh-pembuluh darah yang mensuplai dentin. Urat-urat syaraf ini mengirimkan rangsangan,
seperti panas dan dingin dari gigi ke otak, di mana hal ini dialami sebagai rasa sakit.
Rangsangan yang membangkitkan reaksi pertahanan adalah rangsangan dari bakteri (pada
karies), rangsangan mekanis (pada trauma, faktur gigi, preparasi kavitas, dan keausan gigi), serta
bisa juga disebabkan oleh rangsangan khemis misalnya asam dari makanan, bahan kedokteran
gigi yang toksik, atau dehidrasi dentin yang mungkin terjadi pada saat preparasi
kavitas/pengeboran gigi.