57859332 tugas rancang roda gigi belt conveyer

43
Perancangan Roda Gigi TUGAS RANCANG RODA GIGI BELT CONVEYER OLEH HOWARD (080401036) DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: jong-java

Post on 25-Nov-2015

123 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

gear unit

TRANSCRIPT

  • Perancangan Roda Gigi

    TUGAS RANCANG

    RODA GIGI

    BELT CONVEYER

    OLEH

    HOWARD (080401036)

    DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • Perancangan Roda Gigi

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Belt conveyor digunakan pada berbagai industri sebagai transportasi berbagai material

    dalam lingkungan industri tersebut. Material yang diangkut mulai dari raw material hingga

    hasil produksi, termasuk memindahkan material antar work stasion. Dengan menggunakan

    belt conveyor dapat menghemat biaya produksi serta meningkatkan laju produksi. Untuk itu

    perlu dilakukan penelitian tentang prestasi belt conveyor, agar dapat dipakai sebagai acuan

    belt conveyor berikutnya.

    1.2 Tujuan

    Merancang dan menghitung ukuran-ukuran utama dari belt conveyor dan roda gigi

    didasarkan pada perhitungan teoritis.

    1.3 Manfaat

    1. Dapat mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja belt conveyor

    2. Dapat mengetahui cara kerja dari belt conveyor secara menyeluruh

    1.4 Batasan masalah

    Dalam perancangan ini,yang akan dirancang ulang adalah rodagigi yang digunakan

    pada belt conveyor dengan spesifikasi :

    Daya Motor : 30,5 Hk

    Putaran : 31,4 Rpm

    Material : Batubara

    1.5 Sistematika Penulisan

    Penulisan laporan tugas akhir ini disusun menggunakan sistematika sebagai berikut :

    Bab I Pendahuluan

    Menjelaskan pendahuluan tentang studi kasus dan pemecahan masalah yang berisi

  • Perancangan Roda Gigi

    antara lain :

    Latar belakang permasalahan, Tujuan, Manfaat, Batasan Permasalahan, dan

    Sistematika penulisan.

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Deskripsi singkat tentang conveyor, macam-macam conveyor, pemilihan alat

    pemindah bahan yang sesuai dengan pengunaan,roda gigi, macam-macam roda gigi

    dan pengunaanya

    Bab III Perancangan Belt Conveyor

    Perhitungan perhitungan dimensi belt conveyor termasuk tebal belt,lebar belt dan

    sudut maximum belt conveyor.

    Bab IV Perancangan Roda Gigi

    Perhitungan Perhitungan poros,naaf,perbandingan putaran dengan roda gigi.

    BAB V Kesimpulan dan Saran

  • Perancangan Roda Gigi

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Conveyor

    Jenis mesin conveyor sangat banyak dan masing-masing berbeda menurut prinsip

    pengoperasiannya, bentuk desain peralatan serta arah pemindahan. Untuk mempersempit

    kajian menjadi lebih sederhana, mesin conveyor diklasifikasikan menurut bentuknya.

    Menurut prinsip operasinya, mesin conveyor dibagi atas mesin dengan aksi terputus

    dan kontiniu. Mesin aksi terputus meliputi berbagai jenis transportasi darat yaitu kereta api,

    lori, traktor dan lain-lain. Sedangkan mesin aksi kontiniu meliputi berbagai jenis conveyor,

    instalasi transport dan hidroulik pnuematik.

    Siklus operasi adalah sifat dari mesin aksi terputus. Secara umum, mesin ini

    beroperasi berdasarkan prinsip timbal balik, yaitu membawa muatan pada satu arah kosong

    ke arah yang berlawanan. Kadang-kadang lintasan berbentuk sirkuit tertutup dan memiliki

    sejumlah cabang. Sedangkan sifat spesifik mesin aksi kontinu adalah membawa material

    tanpa pemutusan.

    Menurut jenis material yang ditangani, mesin conveyor dibedakan atas mesin beban

    curah, beban satuan atau kombinasinya.

    Mesin kontinu bisa dibagi atas beberapa kelompok :

    1. Menurut bagaimana daya penggerak ditransmisikan terhadap beban :

    a) Menggunakan peralatan mekanik.

    b) Peralatan gravitasi.

    c) Menggunakan peralatan pneumatik.

    d) Menggunakan peralatan hidraulik.

    2. Menurut tujuan dan prinsip aksi :

    a) Conveyor stasioner.

    b) Peralatan pemindah.

    c) Peralatan pneumatik.

    d) Peralatan hidraulik.

    Conveyor dapat pula dibagi atas :

  • Perancangan Roda Gigi

    1. Dilengkapi dengan bagian penarik fleksibel. Seperti belt, bucket, dan lain-lainnya.

    2. Tanpa bagian penarik.

    Mesin dengan bagian penarik fleksibel memiliki sifat yaitu, beban berpindah

    bersamaan dengan bagian penarik. Bagian penarik fleksibel mentransmisikan gerakan ke

    pembawa beban. Pada rancangan tertentu muatan menggelinding sepanjang alur stasioner.

    Bagian pembawa beban bergerak horizontal atau miring dan didukung oleh roller atau idler.

    Sedangkan screw conveyor, conveyor getar, roller conveyor serta tabung pemindah yang

    berputar merupakan jenis conveyor tanpa bagian penarik.

    Jenis tertentu mesin conveyor memindahkan beban pada arah garis lurus (horizontal,

    sedikit miring, vertikal atau sedikit membentuk sudut dengan bidang vertikal). Jenis lainnya

    mempunyai bentuk lintasan yang tidak teratur.

    Sebagai contoh, roller kereta dan beberapa jenis conveyor selalu disusun secara

    horizontal atau sedikit miring. Beban dipindahkan pada satu arah atau suatu sirkuit tertutup

    di biadang horizontal. Pada bucket elevator, arah gerakan adalah vertikal atau sedikit miring

    terhadap bidang vertikal. Sedangkan pada belt conveyor, lintasannya adalah horizontal atau

    miring, dimana sudut kemiringannya dibatasi oleh kecendrungan material berguling atau

    menggelinding secara spontan kearah sumbu longitudinal conveyor.

    Lintasan yang kompleks adalah lintasan yang membawa beban jauh melewati bidang

    horizontal dan vertikal, yang merupakan bentuk umum untuk bucket conveyor, bucket

    elevator, dan tray conveyor. Untuk lintasan yang tidak teratur bisa menggunakan conveyor

    pneumatic.

    Beberapa jenis conveyor dengan arah tertentu bisa dimodifikasi untuk memungkinkan

    pergerakan kearah lain. Contohnya, srew conveyor, yang biasanya dirancang untuk

    pengangkutan secara mendatar atau sedikit miring, tapi dapat dimodifikasi untuk mengangkat

    beban secara vertikal.

    Secara umum pemilihan peralatan pemindah ditentukan oleh faktor-faktor teknis berikut :

    1. Sifat material yang akan dipindahkan. Suatu analisis sifat fisik dan mekanik material yang

    dipindahkan akan memperkecil batas dalam pemilihan jenis peralatan pemindah yang

    cocok untuk dipakai.

    2. Kapasitas peralatan. Jika kapasitas yang diinginkan besar, pertimbangan ekonomis akan

    menentukan pemilihan pada peralatan yang cocok dan murah. Peralatan yang dipilih harus

  • Perancangan Roda Gigi

    bisa memindahkan material secara kontinu dan cepat. Harus diingat bahwa peningkatan

    laju pemindahan akan menurunkan berat beban yang mampu diangkut dan meningkatkan

    kekompakan peralatan. Truk yang memindahkan muatan pada interval yang teratur akan

    efisien bila kapasitas pemindah besar, kecepatan tinggi dan waktu pengisian serta

    pembongkaran cepat.

    3. Arah dan panjang lintasan pemindah merupakan faktor penting dalam pemilihan jenis

    peralatan. Hal lain yang juga sama pentingnya adalah lay out dari titik pengisian dan

    pembongkaran. Jenis mesin tertentu dapat dirubah arahnya dengan mudah dan berbagai

    jenis dapat membawa untuk jarak yang jauh.

    4. Tumpukan material di bagian ujung dan pangkal. Metode pengisian dan pembongkaran

    material memiliki peranan penting pada pemilihan jenis mesin pemindah. Beberapa jenis

    peralatan mampu mengisi sendiri sedangkan jenis lain membutuhkan pengisian khusus.

    Tumpukan material bisa dipindahkan ke masin conveyor dengan menggunakan bucket

    scraper, pengumpan khusus atau disimpan pada kantong khusus yang akan

    menjatuhkannya ke mesin. Mesin mengambil material langsung dari onggokan tanpa perlu

    peralatan khusus.

    5. Tahap-tahap proses pemindahan beban. Jika penanganan mekanik dilakukan di dalam

    workshop, aliran teknologi merupakan faktor penting dalam pemilihan mesin pemindah,

    pada umumnya mesin memindah dihubungkan dengan siklus terhadap produksi

    keseluruhan.

    6. Kondisi lokal spesifik seperti luas dan bentuk daerah pembuangan, topografi, jenis dan

    rancangan bangunan, lay out mesin dan peralatan produksi, kelembaban dan kandungan

    debu, tersedia uap dan gas, temperature lingkungan dan lain-lainnya. Hal lain yang juga

    penting apakah mesin pemindah dipasang di dalam atau di luar ruangan. Pada kasus

    terakhir, kondisi iklim harus diperhatikan dalam perancangan, perawatan dan pelumasan

    mesin.

    Pemilihan mesin pemindah sangat dipengaruhi oleh standarisasi dari pembuat mesin

    dalam rencana pengembangan pembuatan nantinya, jangka waktu operasi yang diinginkan,

    jenis daya yang tersedia, pertimbangan keseluruhan dan aturan keselamatan. Berdasarkan

    faktor-faktor teknis, mesin pemindah yang dipilih adalah yang dapat memberikan layanan

    terbaik.

    Biaya modal terdiri dari biaya awal, biaya pengiriman, biaya pemasangan dan biaya

    gedung serta kontruksi. Biaya opersi meliputi biaya pegawai, biaya kebutuhan daya, material

  • Perancangan Roda Gigi

    dan biaya perbaikan. Biaya umum dihubungkan dengan perawatan termasuk investasi modal

    awal yang menentukan kebutuhan biaya renovasi mesin.

    Mesin yang optimal adalah yang memenuhi semua persyaratan, derajat mekanisasi

    tinggi dan kondisi kerja yang paling menguntungkan. Mesin tersebut harus tahan lama

    sehingga dapat menekan biaya per unit dan mengembalikan modal secepat mungkin.

    2.1.1 Belt Conveyor

    Belt conveyor merupakan mesin dengan aksi kontinu dan dari segi lain termasuk

    conveyor yang menggunakan bagian penarik fleksibel. Prinsip dasar belt conveyor adalah

    memindahkan material diatas belt yang berjalan dengan menggunakan motor sebagai sumber

    tenaga dan diterukan oleh puli penggerak. Kemudian idler (komponen peluncur dibawah belt)

    akan ikut bergerak sebagai penyangga belt.

    Keuntungan belt conveyor:

    1. Aliran pengangkutan berlansung secara terus menerus, tanpa terputus sehingga kerja

    lebih maksimal.

    2. Cocok digunakan untuk membawa material dalam jumlah besar baik dalam jarak

    yang jauh maupun dekat.

    3. Dapat membawa material dalam arah yang tanjakan tanpa membahayakan operator

    jika dibandingkan menggunakan truk atau kereta diatas rel.

    4. Tidak mengganggu lingkungan karena tingkat kebisingan dan polusi yang rendah.

    Kelemahan belt conveyor:

    1. Sabuk sangat peka terhadap pengaruh luar, misalnya timbul kerusakan pada pinggir

    dan permukaan belt, sabuk bisa robek karena batuan yang keras dan tajam atau

    lepasnya sambungan sabuk.

    2. Apabila satu saja komponennya tidak berfungsi maka pemindahan material tidak

    dapat berjalan.

    3. Biaya perawatannya sangat mahal.

    Bagian-bagian utama belt conveyor dapat dilihat pada Gambar 2.1 yaitu:

    1. Rangka (frame) yang fungsinya untuk kedudukan belt conveyor itu sendiri yang

    biasanya dibuat dari baja profil.

  • Perancangan Roda Gigi

    2. Puli depan (head pulley).

    3. Puli penggerak (driving pulley) yang dihubungkan dengan motor.

    4. Puli ekor pengencang (tail pulley) yang terdapat pada ujung belakang, sehingga

    kedudukan puli dapat digeser, yang berfungsi untuk mengatur ketegangan belt.

    5. Belt.

    6. Idler bagian atas (pembawa).

    7. Idler bagian bawah (pembalik). Kedua jenis idler tersebut disangga oleh frame.

    8. Motor dan perlengkapan transmisi.

    9. Pencurah material (hopper).

    10. Corong pembongkar (discharge spout unit).

    11. Pembersih belt, digunakan untuk belt conveyor yang membawa material yang mudah

    lengket.

    12. Screw take-up sebagai pengencang belt.

    Gambar 2.1 Kontruksi umum belt conveyor

    Belt conveyor dapat digunakan untuk memindahkan berbagai unit material sepanjang

    arah horizontal atau pada suatu kemiringan tertentu pada berbagai industri. Contohnya pada

    industri pengecoran logam, tambang batubara, industri makanan dan lain-lain.

  • Perancangan Roda Gigi

    2.2 Roda gigi

    Roda gigi diklasifikasikan seperti dalam table 2.1. menurut letak poros, arah putaran,

    dan bentuk jalur gigi. Roda roda gigi yang terpenting yang disebutkan dalam table 2.1.

    diperlihatkan pada gambar 2.2.

    Roda gigi dengan poros sejajar adalah roda gigi dimana giginya berjajar pada dua

    bidang silinder (bidang jarak bagi); kedua bidang silinder tersebut bersinggungan dan yang

    satu menggelinding pada yang lain dengan sumbu tetap sejajar.

    Roda gigi lurus (a) merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur gigi yang sejajar

    poros. Roda gigi miring (b) mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada silinder jarak

    bagi. Pada roda gigi miring ini, jumlah pasangan gigi yang saling membuat kontak serentak

    (perbandingan kontak) adalah lebih besar daripada roda gigi lurus, sehingga perpindahan

    momen atau putaran melalui gigi gigi tersebut dapat berlangsung dengan halus. Sifat ini

    sangat baik untuk mentransmisikan putaran tinggi dan beban besar. Namun roda gigi miring

    memerlukan bantalan aksial dan kotak roda gigi yang lebih kokoh, karena jalur gigi yang

    berbentuk ulir tersebut memerlukan gaya reaksi yang sejajar dengan poros. Dalam hal roda

    gigi miring ganda (c) gaya aksial yang timbul pada gigi yang mempunyai alur berbentuk v

    tersebut, akan saling meniadakan. Dengan roda gigi ini, perbandingan reduksi, kecepatan

    keliling dan daya yang diteruskan dapat diperbesar, tetapi pembuatannya sukar. Roda gigi

    dalam (d) dipakai jika diinginkan alat transmisi dengan ukuran kecil dengan perbandingan

    reduksi besar , karena pinion terletak di dalam roda gigi. Batang gigi (e) merupakan dasar

    profil pahat pembuat gigi. Pasangan antara batang gigi dan pinion digunakan untuk merubah

    gerakan putar menjadi lurus dan juga sebaliknya.

    Tabel 2.1. Klasifikasi Roda Gigi

    Letak poros Roda gigi Keterangan

    Roda gigi dengan

    poros sejajar

    Roda gigi lurus (a) (Klasifikasi atas dasar

    bentuk alur gigi) Roda gigi miring (b)

    Roda gigi miring ganda (c)

    Roda gigi luar Arah putaran berlawanan

    Roda gigi dalam dan pinyon (d) Arah putaran sama

    Batang gigi dan pinyon (e) Gerakan lurus dan berputar

    Roda gigi dengan Roda gigi kerucut lurus (f) (Klasifikasi atas dasar

  • Perancangan Roda Gigi

    poros berpotongan Roda gigi kerucut spiral (g) bentuk jalur gigi)

    Roda gigi kerucut ZEROL

    Roda gigi kerucut miring

    Roda gigi kerucut miring ganda

    Roda gigi permukaan dengan

    poros berpotongan (h)

    (Roda gigi dengan poros

    berpotongan berbentuk

    istimewa)

    Roda gigi dengan

    poros silang

    Roda gigi miring silang (i)

    Kontak titik

    Batang gigi miring silang Gerakan lurus dan berputar

    Roda gigi cacing silindris (j)

    Roda gigi cacing selubung

    ganda (globoid) (k)

    Roda gigi cacing samping

    Roda gigi hyperboloid

    Roda gigi hipoid (l)

    Roda gigi permukaan silang

    Pada roda gigi kerucut, bidang jarak bagi merupakan bidang kerucut yang puncaknya

    terletak di titik potong sumbu poros. Roda gigi kerucut lurus (f) dengan gigi lurus, adalah

    yang paling mudah dibuat dan paling sering dipakai. Tetapi roda gigi ini sangat berisik

    karena perbandingan kontaknya yang kecil. juga konstruksinya tidak memungkinkan

    pemasangan bantalan pada kedua ujung poros porosnya. Roda gigi kerucut spiral (g),

    karena mempunyai perbandingan kontak yang lebih besar, dapat meneruskan putaran tinggi

    dan beban besar. Sudut poros kedua roda gigi kerucut ini biasanya dibuat 90.

    Dalam golongan roda gigi dengan poros bersilang, terdapat roda gigi miring silang (i),

    roda gigi cacing (j dan k), roda gigi hipoid (l) dan lain lain. Roda gigi cacing meneruskan

    putaran dengan perbandingan reduksi besar. Roda gigi macam (j) mempunyai cacing

    berbentuk silinder dan lebih umum dipakai. Tetapi untuk beban besar, cacing globoid atau

    cacing selubung ganda (k) dengan perbandingan kontak yang lebih besar dapat digunakan

    roda gigi hipoid adalah seperti yang dipakai pada roda gigi diferensial mobil. Roda gigi ini

    mempunyai jalur gigi berbentuk spiral pada bidang kerucut yang sumbunya bersilang, dan

    pemindahan gaya pada permukaan gigi berlangsung secara meluncur dan menggelinding.

  • Perancangan Roda Gigi

    Gambar 2.2. jenis-jenis roda gigi

    Roda gigi yang tidak disebutkan sebelumnya, semuanya mempunyai perbandingan

    kecepatan sudut tetap antara kedua poros. Tetapi di samping itu terdapat pula roda gigi yang

    perbandingan kecepatan sudutnya dapat bervariasi, seperti misalnya roda gigi eksentris, roda

    gigi bukan lingkaran, roda gigi lonjong seperti pada meteran air, dan sebagainya.ada juga

    roda gigi dengan putaran yang terputus putus dan roda gigi geneva yang dipakai misalnya

    untuk menggerakkan film pada proyektor bioskop.

    2.2.1 Roda gigi cacing

    Dalam mentransmisikan putaran dimana kedua letak poros tegak lurus satu sama lain

    maka roda gigi cacing adalah salah satu pilihan yang paling efektif. Dimana sistem transmisi

    dari roda gigi cacing ini terdiri dari dua bagian. Pertama, Poros cacing yang berbentuk poros

    yang bergerigi. Poros cacing inilah yang menerima putaran dari motor penggerak (motor

    listrik) dan sering disebut dengan worm. Kedua, roda gigi cacing yang berbentuk seperti roda

    gigi umumnya. Roda gigi ini menerima putaran dari worm dan roda gigi ini disebut

    wormgear.

    (l) Roda gigi hipoid

  • Perancangan Roda Gigi

    Gambar 2.3 Nama bagian-bagian roda gigi cacing

    Nama bagian-bagian roda gigi cacing adalah sebagai berikut.

    1. Diameter jarak bagi pada poros cacing (d1), diameter ini adalah perbandingan modus

    normal terhadap sudut kisar gigi cacing.

    2. Diameter jarak bagi pada roda gigi cacing (d2), ini adalah perkalian gaya yang sejajar

    terhadap poros (gaya aksial) dengan jumlah gigi pada roda cacing.

    =

    3. Kelonggaran puncak (c), ini merupakan celah antara kedua gear yang tidak bersetuhan

    terhadap gaya aksial.

    4. Tinggi kepala poros cacing,

  • Perancangan Roda Gigi

    5. Tinggi kaki poros cacing,

    6. Tinggi gigi,

    7. Diameter luar poros cacing,

    8. Diameter inti cacing,

    9. Diameter kepala roda cacing,

    10. Diameter lingkaran kaki dari roda cacing,

    11. Lebar roda cacing

    atau )+6,35

    12. Lebar sisi gigi efektif,

    13. Jari-jari lengkungan puncak gigi roda cacing,

    14. Diameter luar roda cacing,

  • Perancangan Roda Gigi

    15. Jarak sumbu,

    2.3 Material

    Material dikelompokkan atas dimensi, bentuk, berat, dan sifat-sifat khusus seperti

    mudah meledak, mudah terbakar, kerapuhan serta bentuk tumpukan (bulk) material. Bulk

    material dapat dibedakan atas tumpukan, butiran, atau serbuk (misalnya: biji besi, batubara,

    pasir cor, serbuk gergaji, semen dan lain-lain).

    Karakteristik bulk ditentukan oleh sifat mekanik dan sifat fisik seperti: ukuran

    bongkah, berat spesifik, kelembaban, mobilitas partikel, angle of repose (sudut tumpukan)

    dan abrasivitas.

    Distribusi kuantitatif partikel suatu bulk, menurut ukuranya dikenal sebagai ukuran

    bongkah dan mempunyai satuan mm. Dimensi linier material terdiri dari diagonal besar amaks

    dan diagonal kecil amin yang menentukan karakteristik partikel serta jumlah parameter untuk

    perhitungan alat pemindahan dan peralatan pembantunya. Bentuk ukuran bongkah dapat

    dilihat pada Gambar 2.3.

    k

    ` k

    Gambar 2.3 Dimensi Partikel Bulk

    Untuk menentukan ukuran bongkah material yang lebih besar dari 0,1 mm, dilakukan

    penyaringan secara bertingkat. Ukuran bongkah bulk material dengan ukuran partikel lebih

    kecil dari 0,1 mm ditentukan melalui metoda khusus, yaitu berdasarkan kecepatannya jika

    dimasukkan kedalam air atau udara.

    Menurut ukuran partikelnya, bulk material diklasifikasikan menjadi bongkah dengan

    ukuran besar, sedang, kecil, granular atau bubuk. Ukuran bongkah partikel dapat dilihat pada

    Tabel 2.2 berikut.

  • Perancangan Roda Gigi

    Tabel 2.2 Pengelompokan bulk material menurut ukuran partikelnya

    Load Group Size of largest characteristic particle a, (mm)

    Large-lumped

    Medium-lumped

    Small-lumped

    Granular

    Powdered

    Over 160

    60-160

    10-60

    0,5-10

    Below 0.5

    Ukuran bongkah bulk material harus diperhatikan karena akan berpengaruh dalam

    menentukan ukuran mesin pemindah material, hopper serta sistem salurannya. Berat spesifik

    bulk material adalah berat material per satuan volume dengan satuan ton/m3

    atau kg/m3. Berat

    dari bulk material yang berbentuk butiran atau serbuk diukur dengan peralatan khusus yang

    terdiri dari container dengan volume tertentu (1-3 liter), batang yang dipasangkan ke

    container dan kerangka berputar pada batang. Makin besar ukuran bongkah maka makin

    besar ukuran container yang dibutuhkan. Untuk menentukan berat bulk material, material

    dimasukkan kedalam container melalui kerangka sampai penuh. Putaran kerangka akan

    membuang kelebihan material dalam container.

  • Perancangan Roda Gigi

    BAB III

    PERANCANGAN BELT CONVEYOR

    3.1 Geometri Belt Conveyor

    Menurut lintasan dari gerakannya, belt conveyor dapat diklasifikasikan atas:

    1. Horizontal

    2. Miring

    3. Kombinasi miring dan horizontal

    Geometri dari belt conveyor dapat dilihat pada Gambar 3.1 yang memperlihatkan lintasan

    dari belt conveyor.

    Gambar 3.1Geometri belt conveyor

    Sudut kemiringan terhadap garis horizontal () tergantung pada faktor gesekan antara

    material yang dibawa dengan belt yang bergerak, sudut kemiringan tetap dari tumpukan

    material dan bagaimana cara material dibebankan keatas belt. Kemiringan yang dapat

    diizinkan pada belt conveyor dapat dilihat pada Tabel 3.1.

    Tabel 3.1 Sudut kemiringan maksimum yang diizinkan pada geometri belt conveyor untuk

    beberapa jenis material.

    Material Maximum

    angle of

    incline

    (),0

    Material Maximum

    angle of

    incline

    (),0

    Coal briquetted

    Gravel, washed and sized

    12

    12

    Sand, dry

    Sand, clamp

    18

    27

  • Perancangan Roda Gigi

    Grain

    Foundry sand, shaken out(burnt)

    Foundry sand, damp (ready)

    Crushed stone, unsized

    Coke, sized

    Coke unsized

    Sawdust, fresh

    Lime, powdered

    18

    24

    26

    18

    17

    18

    27

    23

    Ore, large-lumped

    Ore, crushed

    Anthracite, pebbles

    Coal, run of mine

    Coal, sized, small

    Cement

    Slag, anthraciote,

    damp

    18

    25

    17

    18

    22

    20

    22

    Material yang akan dibawa oleh belt conveyor adalah batubara. Batu bara ini belum di

    hancurkan melainkan batu bara yang baru keluar dari tambang sehingga sudut maximum

    yang diperbolehkan pada geometri belt conveyor ini adalah 18o.

    3.2 Belt

    Belt terbuat dari bahan tekstil, baja lembaran atau jalinan kawat baja. Belt yang

    terbuat dari tekstil berlapis karet paling banyak ditemukan dilapangan. Syarat-syarat belt:

    1. Tahan terhadap beban tarik.

    2. Tahan beban kejut.

    3. Perpanjang spesifik rendah.

    4. Harus fleksibel.

    5. Tidak menyerap air.

    6. Ringan.

    Belt yang digunakan pada belt conveyor terdiri dari beberapa tipe seperti bulu unta,

    katun dan beberapa jenis belt tekstil berlapis karet. Belt harus memenuhi persyaratan, yaitu

    kemampuan menyerap air rendah, kekuatan tinggi, ringan, lentur, regangan kecil, ketahanan

    pemisahan lapisan yang tinggi dan umur pakai panjang. Untuk persyaratan tersebut, belt

    berlapis karet adalah yang terbaik. Belt tekstil berlapis karet terbuat dari beberapa lapisan

    yang dikenal dengan plies. Lapisan-lapisan tersebut dihubungkan dengan menggunakan

    (vulkanisasi) atau dengan karet alam maupun sintetis. Belt dilengkapi dengan cover karet

    untuk melindungi tekstil dari kerusakan-kerusakan. Karena beberapa jenis material yang

    dibawa mempunyai sifat abrasif. Bentuk penampang belt diperlihatkan pada Gambar 3.2.

  • Perancangan Roda Gigi

    Gambar 3.2 Penampang belt

    1 : lapisan

    2 : cover

    b : tebal belt

    1 : bagian yang dibebani

    2 : bagian pembalik

    Jumlah lapisan belt tergantung lebar belt. Hubungan antara lebar belt dengan jumlah lapisan

    dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:

    Tabel 3.2 Jumlah lapisan belt yang disarankan.

    Belt width (B), mm Minimum and maximum number of

    plies, i

    300

    400

    500

    650

    800

    1000

    1200

    1400

    1600

    1800

    2000

    3-4

    3-5

    3-6

    3-7

    4-8

    5-10

    6-12

    7-12

    8-12

    8-12

    9-14

    Sedangkan untuk menentukan lebar dari belt , harus dilihat dari dimensi material yang akan

    diangkut, material yang diangkut berupa batubara dengan dimensi terlihat pada gambar 3.3

  • Perancangan Roda Gigi

    Gambar 3.3 Material yang diangkut Sumber : Enerka Dunlop, Conveyor Belt Technique Design and Calculation hal 36

    Lebar dari belt dapat dicari mengunakan table 3.3 jika ukuran material diketahui.

    Dengan ukuran material yang diangkut lebarnya kira-kira adalah 300mm(unsized).

    Tabel 3.3 Lebar Minimum Belt

    Sumber : Enerka Dunlop, Conveyor Belt Technique Design and Calculation hal 36

    Sedangkan untuk mengetahui ketebalan dari cover dapat dihubungkan dengan jenis

    material yang membebani belt. Sebab tiap jenis material mempunyai ukuran dan sifat fisik

    yang berbeda. Ketebalan belt dapat ditentukan dari Tabel 3.4.

    Tabel 3.4 Tebal cover yang disarankan pada belt tekstil berlapis karet untuk beban tumpukan

    dan beban satuan.

    Load characteristics Material Cover thickness, mm

    Loaded

    slide 1

    Return

    slide, 2

    Granular and powdered, non

    abrasive

    Section 1.01 Bulk load

    Grain, col dust

    15

    1.0

  • Perancangan Roda Gigi

    Fing-grained and small

    Lumped, abrasive, medium and

    heavy weight (a

  • Perancangan Roda Gigi

    Idler atas menyangga belt yang membawa beban. Idler atas bisa merupakan idler

    tunggal atau tiga idler. Sedangkan untuk idler bawah digunakan idler tunggal.

    Idler dibuat sedemikian rupa sehingga mudah untuk dibongkar pasang. Ini

    dimaksudkan untuk memudahkan perawatan. Jika salah satu komponen idler rusak, dapat

    dilakukan penggantian secara cepat.

    Diameter (D) idler tergantung pada lebar belt (B) yang disangganya. Hubungan antara lebar

    belt dengan diameter idler dapat dilihat pada Tabel 3.5.

    Tabel 3.5 Hubungan antara diameter roller idler dengan lebar belt.

    Sumber : Enerka Dunlop, Conveyor Belt Technique Design and Calculation hal 37

    Dalam perancangan, panjang idler Lid dibuat lebih panjang 100 s.d 200 mm dari lebar

    belt. Untuk saluran pemasangan komponen belt conveyor dapat dilihat pada Gambar 3.5.

    Jika idler pada loading zone adalah 11 0.51 dan pada belt bagian bawah 12 21.

    Training idler berfungsi untuk menjaga agar belt berjalan lurus dan efektif jika dipasang pada

    belt conveyor yang panjangnya lebih dari 50 meter. Jarak idler tergantung pada belt dan berat

    jenis dari beban seperti tertera pada Tabel 3.6.

  • Perancangan Roda Gigi

    Gambar 3.7 Susunan Idller pada belt conveyor [1]

    Tabel 3.6 Jarak maksimum idler pada belt conveyor.[1]

    Bulk weight

    of load, ton

    per cu m

    Spacing 1 for belt width B, mm

    400 500 650 800 1000 1200 1400 1600 to

    2000

    < 1

    = 1 to 2

    > 2

    1500

    1400

    1300

    1500

    1400

    1300

    1400

    1300

    1200

    1400

    1300

    1200

    1300

    1200

    1100

    1300

    1200

    1100

    1200

    1100

    1000

    1100

    1000

    1000

    3.4 Kapasitas Belt Conveyor

    Rumus untuk menentukan Kapasitas belt conveyor pada umumnya adalah

    Kapasitas (ton/hours) = 3,6 x Cross Sectional Area x Belt speed x Material density x

    Capacity factor .

    Dalam menentukan parameter-parameter diatas,dapat dilihat pada table dibawah ini :

  • Perancangan Roda Gigi

    Tabel 3.7 Cross Sectional Areas

    Untuk mendapatkan Cross sectional areas,telah diketahui Belt Widths : 800 mm , juga

    harus diketahui angle of surcharge. Angles of surcharge tergantung pada material yang

    dibawa,dapat dilihat pada table dibawah ini :

    Tabel 3.8 Properties Of Materials

  • Perancangan Roda Gigi

    Pada material batu bara didapatkan angle of surcharge : 25 o , dan juga density : 800kg/m

    3

    Untuk mendapatkan faktor kapasitas( capacity factor) dapat dilihat pada table dibawah ini

    Tabel 3.9 Capacity Factor

    Idle Troughing angles yang umum adalah 25 o,sehingga didapatkan capacity factor :1,10

    Untuk mendapatkan Belt Speed dapat dilihat pada table dibawah ini:

    Tabel 3.10 Belt Speed

    Didapatkan pada table,belt speednya adalah : 3,25 m/s

    Sehingga Kapasitas dari belt dapat dihitung yaitu :

    Q = 3,6 x 0,062 x 3,25 x 800 x 1,10

    = 638,35 ton / hour

  • Perancangan Roda Gigi

    BAB IV

    PERANCANGAN RODA GIGI

    4.1 Poros

    Poros (keseluruhannya berputar) adalah untuk mendukung suatu momen putar dan

    sering mendapat tegangan puntir dan tegangan lentur.

    Kadang poros ini dapat mengalami tegangan tarik, kelelahan, tumbukan atau

    pengaruh konsentrasi tegangan yang akan terjadi pada diameter poros yang terkecil atau pada

    poros yang terpasang alur pasak, hal ini biasanya dilakukan pada penyambungan atau

    penghubungan antar komponen agar tidak terjadi pergeseran.

    Gambar 3. 1 Poros

    Persyaratan khusus terhadap disain dan pembuatan poros adalah sambungan dari

    poros dan naaf dan dari poros dengan poros.

    Pembuatan poros adalah sampai diameter 150 mm adalah dari baja bulat (St42, St50,

    St70 dan baja campuran) yang diputar, dikupas atau ditarik. Dari lebih tebal ditempa menjadi

    jauh lebih kecil. Poros beralur diakhiri dengan penggosokan, dan dalam hal dikehendaki

    bulatan yang tepat. Tempat bantalan dan peralihan menurut persyaratan diputar halus,

    digosok, dipoles, dicetak dan pada pengaretan tinggi kemudian dikeraskan.

    Poros akan mengalami beberapa tegangan, diantaranya :

    1. Tegangan tarik

    2. Tegangan lentur

    3. Momen puntir

    4. Kelelahan

    5. tumbukan

  • Perancangan Roda Gigi

    4.1.1 Jenis-Jenis Poros

    Apabila dilihat dari pembebanan terhadap poros, maka poros dapat dibedakan atas

    tiga jenis, yaitu :

    a. Poros Transmisi

    Poros ini mengalami beban puntir murni dan lenturan serta daya yang ditransmisikan

    ke poros ini adalah melalui kopling, roda gigi, pulley dan sebagainya.

    b. Spindel

    Poros ini sering disebut dengan poros transmisi yang bentuknya relatif pendek seperti

    poros utama mesin perkakas, di mana beban utamanya berupa puntiran. Syarat yang

    perlu untuk poros ini dalah harus memiliki deformasi yang kecil dan juga ketelitian

    ukuran dan bentuknya.

    c. Gardan

    Poros ini digunakan untuk menahan puntiran dan kadang-kadang poros ini tidak

    melakukan gerakan putar. Poros ini banyak ditemukan pada kereta barang.

    4.1.2 Dasar-Dasar Pemilihan Poros

    Dalam perancangan sebuah poros perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :

    a. Bahan Poros

    Bahan poros pada mesin biasanya menggunakan baja batangan yang ditarik dingin

    dan difinishing, dan juga dari baja karbon konstruksi untuk mesin yang dihasilkan

    dari ingot yang di-kill (baja yang dioksidasikan dengan ferro silikon dan dicor dengan

    kadar karbon yang terjamin). Untuk poros yang digunakan pada putaran dan daya

    yang tinggi, biasanya digunakan bahan dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang

    tahan aus. Diantaranya adalah baja Krom Nikel, baja Crom Nikel Molybdem.

    b. Kelelahan

    Pengaruh dari tumbukan dan konsentrasi tegangan pada poros harus diperhatikan

    bentuknya apakah diameter porosnya sudah sesuai dengan alur pasak yang akan

    menahan beban sehingga terjadi pengerasan dan lain-lain.

  • Perancangan Roda Gigi

    c. Kekakuan

    Poros harus kuat bila mengalami lenturan atau defleksi puntirnya yang besar sehingga

    terhindar dari getaran. Kekakuan poros dapat disesuaikan dengan jenis mesin yang

    menggunakan poros tersebut.

    d. Putaran Kritis

    Pada putaran yang tidak konstan akan mengakibatkan getaran pada poros tersebut,

    apalagi pergantian putaran dari putaran normal ke putaran maksimum. Untuk itu

    poros harus dirancang tahan terhadap putaran maksimumnya, yang disebut dengan

    putaran kritis. Oleh karena itu poros harus dirancang sedemikian rupa dan untuk lebih

    aman harus digunakan di bawah putaran kritisnya. Memang dalam perancangan

    poros ini harus kita sesuaikan dengan daya dan putaran yang harus dipindahkan

    khususnya untuk kopling.

    4.1.3 Perhitungan Momen Puntir Poros

    Poros yang digunakan pada worm gear disatukan dan ini akan mengalami beban

    puntir dan beban lentur, namun yang paling besar adalah momen puntir akibat putaran.

    Perhitungan kekuatan poros didasarkan pada momen puntir khususnya untuk poros gigi

    cacing.

    Data yang diketahui (dari brosur) adalah :

    Daya (P) : 30,5 dk

    Putaran (n) : 31,4 rpm

    P = 30.5 x 0.746 kW

    = 22,753 kW (data dari brosur)

    Maka untuk meneruskan daya dan putaran ini, terlebih dahulu dihitung daya

    perencanaannya (Pd).

    Pd = fc . P

    dimana :

    Pd = daya perencanaan (kW)

  • Perancangan Roda Gigi

    fc = faktor koreksi

    P = daya masukan (kW)

    Daya mesin (P) merupakan daya nominal output dari motor penggerak, daya inilah

    yang ditransmisikan melalui poros dengan putaran tertentu.

    Tabel 4.1. Jenis-jenis Faktor Koreksi Berdasarkan Daya yang akan Ditransmisikan

    Daya Yang Akan Ditransmisikan fc

    Daya rata-rata 1,2 2,0

    Daya maximum 0,8 1,2

    Daya Normal 1,0 1,5

    Sumber: Sularso,Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin

    Untuk perancangan poros ini diambil daya maksimum sebagi daya rencana dengan

    faktor koreksi sebesar fc = 1,2. Harga ini diambil dengan pertimbangan bahwa daya yang

    direncanakan akan lebih besar dari daya maksimum sehingga poros yang akan direncanakan

    semakin aman terhadap kegagalan akibat momen puntir yang terlalu besar.

    Pd = 1,2 . 22,753 kW

    = 27,3036 kW (daya rencana)

    4.1.4. Pemilihan Bahan

    Pemilihan suatu bahan yang akan digunakan dapat ditentukan dengan menghitung

    momen puntir (momen torsi rencana) yang dialami poros. Momen puntir rencana adalah:

    Mp = 9,74 . 105 .

    n

    Pd

    Mp = 9,74 . 105 x 27,3036 kW / 31,4 rpm

    = 846,933 kg.mm

    Dalam pemilihan bahan perlu diperhatikan beberapa hal seperti pada tabel berikut,

    dan kita dapat menyesuaikan dengan yang kita butuhkan.

  • Perancangan Roda Gigi

    Tabel 4.2. Batang baja karbon yang difinis dingin (Standar JIS)

    Lambang Perlakuan

    Panas

    Diameter

    (mm)

    Kekuatan

    Tarik

    (kg/mm2)

    Kekerasan

    HRC

    (HRB) HB

    S35C-D

    Dilunakkan

    20 atau

    kurang

    21 80

    58 79

    53 69

    (84) 23

    (73) 17

    -

    144 216

    Tanpa

    Dilunakkan

    20 atau

    kurang

    21 80

    63 82

    58 72

    (87) 25

    (84) 19

    -

    160 225

    Sularso, Dasar-dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Pradya Pramita, Jakarta 1994

    Tabel 4.3. Batang baja karbon yang difinis dingin (Lanjutan)

    Lambang Perlakuan

    Panas

    Diameter

    (mm)

    Kekuatan Tarik

    (kg/mm2)

    Kekerasan

    HRC (HRB) HB

    S45C-D Dilunakkan 20 atau

    kurang

    21 80

    65 86

    60 76

    (89) 27

    (85) 22

    -

    166 238

    Tanpa

    Dilunakkan

    20 atau

    kurang

    21 80

    71 91

    66 81

    12 30

    (90) 24

    -

    183 253

    S55C-D Dilunakkan 20 atau

    kurang

    21 80

    72 93

    67 83

    14 31

    10 26

    -

    188 260

    Tidak

    Dilunakkan

    20 atau

    kurang

    21- 80

    80 101

    75 91

    19 34

    16 30

    -

    213 285

    Sularso, Dasar-dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Pradya Pramita, Jakarta 1994

    Dalam pemilihan bahan perlu diketahui tegangan izinnya, yang dapat dihitung dengan

    rumus:

  • Perancangan Roda Gigi

    b

    a

    f1 f2

    S S

    dimana : a = tegangan geser izin (kg/mm2)

    b = kekuatan tarik bahan (kg/mm2)

    Sf1 = faktor keamanan yang tergantung pada jenis bahan, dimana untuk bahan S-

    C besarnya : 6,0.

    Sf2 = faktor keamanan yang bergantung dari bentuk poros, dimana harganya

    berkisar antara 1,3 3,0.

    Untuk Sf2 diambil sebesar 3,0 maka tegangan geser izin bahan S55C-D (AISI 1045), maka

    tegangan geser izin adalah:

    2

    2

    /43.6

    /72mmkg

    mmkga

    4.1.5. Perencanaan Diameter Poros

    Perencanaan untuk diameter poros dapat diperoleh dari rumus:

    dp =

    3/1

    ...1,5

    pbt

    a

    MCK

    dimana : dp = diameter poros (mm)

    a = tegangan geser izin (kg/mm2)

    Kt = faktor koreksi tumbukan, harganya berkisar 1,5 3,0

    Cb = faktor koreksi untuk terjadinya kemungkinan terjadinya beban lentur,

    dalam perencanaan ini diambil 1,2-2,3 karena diperkirakan tidak akan

    terjadi beban lentur.

    Mp = momen puntir yang ditransmisikan (kg.mm)

    Dalam hal ini faktor koreksi tumbukan pada range 1,5 3,0 diambil Kt = 2,8, supaya

    poros aman dari tumbukan. Dan dalam mekanisme ini beban lentur yang terjadi kemungkinan

    adalah kecil karena poros adalah relatif pendek, sehingga faktor koreksi untuk beban lentur

    Cb = 2, maka diameter poros dapat ditentukan sebagai berikut :

    dp =

    3/1

    846,93328,24

    1,5

    xxx

  • Perancangan Roda Gigi

    = 18,218 mm 19 mm

    Maka diameter poros yang diambil adalah 20 mm.

    4.1.6. Pemeriksaan Kekuatan Poros

    Hasil diameter poros yang dirancang harus diuji kekuatannya. Pemeriksaan dapat

    dilakukan dengan memeriksa tegangan geser yang terjadi akibat tegangan puntir yang dialami

    poros. Jika tegangan geser lebih besar dari tegangan geser izin dari bahan tersebut, maka

    perancangan akan dikatakan gagal.

    Besar tegangan geser yang timbul pada poros adalah :

    p = 3.

    .16

    d

    Mp

    dimana : p = tegangan geser akibat momen puntir (kg/mm2)

    Mp = momen puntir yang ditransmisikan (kg.mm)

    dp = diameter poros (mm)

    Untuk momen puntir (Mp)= 846,933 kg.mm, dan diameter poros dp= 20 mm, maka

    perhitungan tegangan gesernya adalah sebagai berikut:

    P = = 0,53kg/mm2

    Menurut hasil yang diperoleh dari perhitungan diatas, terlihat bahwa tegangan geser yang

    terjadi adalah lebih kecil daripada tegangan geser yang diizinkan p a (

    2/4 mmkg

    a ).

    Dengan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa poros ini aman untuk digunakan pada roda cacing

    yang dirancang untuk memindahkan daya dan putaran yang telah ditentukan.

    Gaya tangensial poros dapat dihitung dari:

    p

    p f2

    MF=

    d S

    dimana:

    F = Gaya tangensial (kg)

    Mp = Momen puntir (kg.mm)

    320.

    846,93316

    x

  • Perancangan Roda Gigi

    dp = Diameter poros (mm)

    Sf2 = Faktor keamanan yang tergantung pada bentuk poros dimana berkisar antara 1,3-

    3,0.

    Kita ambil Sf2 = 3, Maka:

    = 127 kg

    Diperoleh gaya tangensial poros tersebut 127 kg.

    4.2 Roda Gigi Cacing

    Berat (W) total dari conveyor adalah sebesar 1360 kg. factor koreksinya (fc) adalah

    1,2, sehingga berat rencana (Wd) adalah :

    Wd = fc . W

    = 1,2 x 1360 kg

    Wd = 1632 kg

    Jumlah ulir (gigi) cacing, z1 = 1, karena cacing pada umumnya menggunakan 1-8 gigi.

    Jadi, diambil perbandingan ulir cacing adalah 1.

    Jumlah gigi roda cacing, z2 = 40

    Sudut kisar, diambil berdasarkan kebutuhan.

    Tabel 5.1 Faktor Sudut Kisar Ky

    Sudut kisar Ky

    < 100 1

    = 100 - 250 1,25

    > 250 1,50

    Sumber: Dasar Pemilihan dan Perancangan Elemen Mesin, Sularso & Kiyokatsu Suga, Hal. 280

    yang diambil adalah sebesar 100, cacing dan porosnya merupakan satu kesatuan,

    maka modul aksialnya adalah,

  • Perancangan Roda Gigi

    ms

    ms

    ms 21,33 mm, cos 100 = 0,985

    misalkan DP = d

    z= 1,3, maka modul normal, mn = = 19,54 mm.

    ta=mn/ cos 100

    =62,02 mm,

    sehingga didapat modul normal, mn = 19,54 mm.

    ms = mn / cos

    = 19,54 / 0,985

    = 19,84 mm

    Maka, untuk mencari diameter lingkaran jarak bagi cacing d1 adalah sebagai berikut.

    d1 = z1.mn / sin

    = 1 x 19,54 (mm) / 0,174

    = 112,30 mm

    Diameter lingkaran jarak bagi roda cacing, d2 dapat dicari dari :

    d2 = z2 . ms

    = 40 x 19,84

    = 793,6 mm,

    Jarak sumbu poros dapat diketahui dengan :

    a = (d1 + d2)/2

    = (112,30 + 793,6)/2

    = 452,92 mm

    Maka, tinggi kepala gigi cacing hk adalah dapat ditentukan dengan rumus :

    hk = mn

    = 19,54 mm

  • Perancangan Roda Gigi

    Tinggi kaki gigi cacing diperoleh dari hubungan modus normal sehingga didapat :

    hf = 1,157 mn

    = 1,157 x 19,54

    = 22,61 mm

    Kelonggaran puncaknya adalah

    C = 0,157 mn

    = 0,157 x 19,54

    = 3,067 mm

    Tinggi gigi dapat dicari dari hubungan perkalian antara modus normal dengan 2,157.

    Sehingga diperoleh :

    H = 2,157 mn

    = 2,157 x 19,54

    = 42,147 mm

    Diameter luar roda cacing adalah :

    dk1 = d1 + 2hk

    = 112,30 + 2 (19,54)

    = 151,38 mm

    Diameter kaki roda cacing diperoleh

    dr1 = d1 2hf

    = 112,30 2 (22,61)

    = 67,08 mm

    Diameter kepala roda cacing diperoleh :

    dt = d2 + 2hk

  • Perancangan Roda Gigi

    = 793,6 + 2 (19,54)

    = 832,68 mm

    Diameter kaki roda cacing

    dr2 = d2 2hf

    = 793,6 - 2 (22,61)

    = 748,38 mm

    Lebar sisi gigi roda cacing,

    b = 0,577dk1 atau, b =2,38 (mn/cos ) + 6,35

    = 0,577 x 151,38 =2,38 (19,54/cos 10) + 6,35

    = 87,35 mm = 154,70 mm

    Jika sudut yang dibentuk oleh lengkungan gigi roda cacing adalah = 900, maka lebar

    roda cacing dapat dipilih disekitar 87,35 mm 154,70 mm.

    Maka, pemilihan lebar sisi gigi roda cacing adalah 125 mm.

    Jari-jari lengkungan puncak gigi roda cacing

    r1 = (d1/2) - hk

    = (112,30/2) 19,54

    = 36,61 mm

    Diameter luar roda cacing,

    dk2 = dt + 2[(d1/2) hk] (1 cos )

    = 832,68 + 2[(112,30/2) 19,54] (1- cos 900)

    = 905,9 mm

    Maka, lebar sisi gigi efektif dapat diperoleh :

    be = dk1 sin (/2)

    = 151,38 sin 45

  • Perancangan Roda Gigi

    = 107,04 mm

    Jadi, dari perhitungan didapat bahan rencana untuk poros cacing adalah SF50 dan

    bahan rencana untuk roda gigi cacing adalah FC19.

    ba = 5,5 kg/mm2 , maka dalam hal ini,

    z1 = 1 , z2 = 40 , mn = 19,54 mm

    Gigi cacing bersatu dengan poros dan bahan rencananya adalah SF50.

    Bahan untuk roda gigi cacing adalah FC19. Diperoleh bahwa dimensi rencana untuk roda gigi

    cacing adalah :

    d1 = 112,30 mm, d2 = 793,6 mm, b = 125 mm, = 900

    4.3 Bantalan

    Bantalan adalah eleman mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau

    gerak bolak-baliknya dapat berlangsung dengan halus, aman dan tahan lama. Bantalan harus

    cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik.

    Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh system akan menurun atau

    tak dapat bekerja secara semestinya.

    4.3.1. Klasifikasi Bantalan

    Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

    1. Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros

    a. Bantalan luncur. Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan

    bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan

    perantaraan lapisan pelumas.

    b. Bantalan gelinding. Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian

    yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru),

    rol atau rol jarum dan rol bulat.

    2. Atas dasar arah beban terhadap poros

    a. Bantalan radial. Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu

    poros.

  • Perancangan Roda Gigi

    b. Bantalan gelinding. Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros.

    c. Bantalan gelinding khusus. Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya

    sejajar dan tegak lurus sumbu poros.

    Bantalan yang akan digunakan adalah jenis bantalan gelinding atau yang biasa disebut

    bantalan bola radial alur dalam baris tunggal. Alasan pemilihan yang utama adalah karena

    koefisien gesekan yang sangat kecil dan juga didasarkan pada ketahanan bantalan dalam

    menerima beban aksial dan putaran tinggi.

    Langkah awal yang dilakukan dalam perencanaan bantalan adalah perhitungan

    terhadap beban dinamis yang merupakan penjumlahan beban radial dan beban aksial . Jenis

    bantalan yang dipilih.

    4.3.2. Perencanaan Bantalan Poros

    Pembebanan total pada poros dapat dilihat seperti pada Gambar 6.2

    Gambar 6.2 Pembebanan total pada poros

    1. Kekuatan bantalan

    Sebelumnya tentukan dulu momen (T) yang akan ditransmisikan.

  • Perancangan Roda Gigi

    T = 9,74. 105

    x

    Dimana dalam hal ini, PM adalah putaran motor yang telah ditentukan, yakni sebesar 22,753

    kW, i merupakan perbandingan gigi, yakni sebesar 40 : 1, maka, i = 40, dan nD adalah putaran

    drum sebesar 31.4 rpm, sehingga T diperoleh,

    T = 9,74. 105 x

    = 17,6. 103 kg.mm

    ..)d(d

    4

    m

    2

    1

    2

    o0b

    Dimana :

    mo = massa roda gigi.

    do = Diameter jarak bagi (mm)

    d1 = Diameter poros utama (mm)

    Gbr: 5.1. Bantalan b = lebar roda gigi (mm)

    = massa jenis roda gigi (7,65x10-6 Kg/mm3).

    Maka mo= 471 kg.

    Tabel 6.1 Faktor-faktor V, X, Y dan X0,Y0

    C0/Fa 5 10 15 20 25

    Fa/VFr e

    X 1

    Y 0

    Fa/VFr > e X 0,56

  • Perancangan Roda Gigi

    Sumber: Dasar Pemilihan dan Perancangan Elemen Mesin, Sularso & Kiyokatsu Suga, Hal. 212

    1. Perhitungan Faktor Umur Bantalan

    Faktor umur bantalan (fh) dicari dengan persamaan

    3

    1

    H

    h500

    Lf

    dimana : Lh = umur nominal bantalan. Direncanakan pemakaian sebentar-sebentar. Dari

    Lamp. 6 dipilih Lh = 7500 jam

    maka: 3

    1

    h500

    7500f

    = 2,47

    2. Perhitungan Faktor putaran

    Faktor putaran (fn) dicari dengan rumus

    3

    1

    nn

    33,3f

    ; dimana : n = putaran mesin (1250 rpm)

    fn = 0,3

    3. Pemilihan Bantalan

    Dari hasil yang diperoleh diatas, maka kapasitas nominal bantalan dapat dihitung

    dengan persamaan

    C = P . [fh / fn]

    = 117.80 kg [2.47/0.3]

    Y 1,26 1,49 1,64 1,76 1,85

    E 0,35 0,29 0,27 0,25 0,24

  • Perancangan Roda Gigi

    = 969.89 kg

    Dari hasil perhitungan diatas, maka nomor bantalan yang dipilih adalah 6007, dengan

    data-data sebagai berikut

    d = 35 mm, D = 62 mm, B = 14 mm, r = 1,5 mm

  • Perancangan Roda Gigi

    BAB V

    KESIMPULAN

    5.1. Kesimpulan

    Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan tugas perancangan roda gigi ini

    adalah sebagai berikut:

    1. Perancangan roda gigi yang tepat perlu memperhatikan bahan yang akan digunakan,

    dalam perancangan ini bahan-bahan yg digunakan adalah:

    a. Bahan untuk roda gigi cacing yang digunakan adalah baja FC 19 (ba=5,5kg/mm2).

    b. Bahan untuk poros roda gigi cacing digunakan baja S55C-D (2

    /4 mmkga )

    c. Bahan untuk poros cacing digunakan baja SF50 ( 250 /b

    kg m m )

    2. Bantalan yang dipilih adalah bantalan dengan nomor 6007.

    3. Daya output (Po) lebih kecil dibandingkan dengan daya motor rencana, hal ini

    disebabkan pemilihan faktor

  • Perancangan Roda Gigi

    DAFTAR PUSTAKA

    Enerka Dunlop, Conveyor Belt Technique Design and Calculation, Preston, Lancashire

    United Kingdom, 1994

    James Mangroves, Gere, Stephen P. Timoshenko, dan Hans J. Wospakrik (penerjemah),

    Mekanika Bahan, Edisi Kedua, Versi SI, Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1996.

    Joseph E. Shigley, Larry D. Mitchell, dan Gandhi Harahap (penerjemah) , Perencanaan

    Teknik Mesin, Edisi Keempat, Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1991

    Joseph E. Shigley, Larry D. Mitchell, dan Gandhi Harahap (penerjemah) , Perencanaan

    Teknik Mesin, Edisi Keempat, Jilid 2, Erlangga, Jakarta, 1991

    Robert L. Norton, Machine Design: An Integrated Approach, Prentice Hall, New Jersey,

    1996

    Sularso dan Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Pradnya

    Paramita, Jakarta, 1994

  • Perancangan Roda Gigi