tugas gerontik - pengkajian tb
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim
paru.Tuberculosis juga dapat ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges,
ginjal, tulang, dan nodus limfe.Agens infeksius utama, Mycobacterium tuberculosis,
adalah batang-aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap
panas dan sinar ultraviolet.
Tuberculosis merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia.Angka
mortalitas dan morbiditasnya terus meningkat.TB sangat erat kaitannya dengan
kemiskinan, malnutrisi, temapat kumuh, perumahan di bawah standar, dan perawatan
kesehatan yang tidak adekuat.
The World Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB Control
2003 menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagai high-burden countries
terhadap TBC. Indonesia termasuk peringkat ketiga setelah India dan China dalam
menyumbang jumlah kasus TBC di dunia. Estimasi angka insidens TBC di Indonesia
berdasarkan pemeriksaan sputum (basil tahan asam/ BTA positif) adalah 128 per 100.000
untuk tahun 2003, sedangkan untuk tahun yang sama estimasi prevalensi TBC adalah 295
per 100.000 (WHO, 2005).
Jumlah penduduk lansia pada tahun 2006 sebesar ± 19 juta jiwa dengan usia harapan
hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2010, jumlah lansia sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia
harapan hidup 67,4 tahun. Sedangakan, pada tahun 2020 diprediksi jumlah lansia sebesar
28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun. (Ferry: 2009).
WHO memperkirakan di Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000 kematian akibat
TB dan terdapat 550.000 kasus TB. Sedangkan data Departemen Kesehatan pada tahun
2001 di Indonesia terdapat 50.443 penderita dengan TB BTA (+) yang diobati (23% dari
perkiraan penderita TB BTA (+). ¾ dari kasus berusia 15 – 49 tahun dan baru 20% yang
tercakup dalam program pembrantasan TB yang dilaksanakan pemerintah.
Hasil Survey Prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka
prevalensi TB BTA positif secara Nasional 110 per 100.000 penduduk. Secara Regional
prevalensi TB BTA positif di Indonesia dikelompokkan dalam 3 wilayah, yaitu: 1.
wilayah Sumatera angka prevalensi TB adalah 160 per 100.000 penduduk; 2. wilayah
Jawa dan Bali angka prevalensi TB adalah 110 per 100.000 penduduk; 3. wilayah
Indonesia Timur angka prevalensi TB adalah 210 per 100.000 penduduk. Khusus untuk
propinsi DIY dan Bali angka prevalensi TB adalah 68 per 100.000 penduduk. Mengacu
pada hasil survey prevalensi tahun 2004, diperkirakan penurunan insiden TB BTA positif
secara Nasional 3-4 % setiap tahunnya.
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis
(15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu
kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan
rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan
pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan
dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.
Tn. J merupakan pasien yang menderita TB, namun dari hasil pengkajian didapatkan
bahwa Tn. J kurang mengetahui tentang penyakit yang dideritanya, baik cara pencegahan
maupun pengobatan TB.Dengan prevalensi TB yang cukup tinggi yaitu 295 per 100.000
dan dari kasus yang sudah dipaparkan maka kami mengambil judul kasus ini.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, Tn. J dapat mengetahui tentang penyakit
yang dideritanya
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, Tn. J dapat:
Mengetahui cara mencegah penyakit yang dialami kambuh kembali
Taat menjalani pengobatan TBC
Mengetahui cara supaya tidak menularkan ke orang lain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosa.Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal
sebagai Batang Tahan Asam (BTA).Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit tuberculosis adalah basil tuberculosis yang termasuk
dalam genus Mycobacterium, suatu anggota dari family Mycobacteriaceae dan termasuk
dalam ordo Actinomycetalis.Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung,
tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab.Oleh karena itu
dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman (tidur), tertidur lama selama beberapa
tahun (Depkes, 2002).
Mycobacterium adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang, non
motil, pada pewarnaan gram maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan
asam.Oleh karena itu M. tuberculosis disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA.Pada
dinding sel M. tuberculosis lapisan lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan
peptidoglikan yang ada dibawahnya, hal ini menurunkan permeabilitas dinding sel,
sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, yaitu suatu molekul
lain dalam dinding sel M. tuberculosis, yang berperan dalam interaksi antara inang dan
patogen, sehingga M. tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag (Anonim,
2009).
C. Gejala Klinis
Tuberculosis paru termasuk insidious. Sebagian besar pasien menunjukkan demam
tingkat rendah , keletihan, anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat malam, nyeri
dada dan batuk menetap. Batuk pada awalnya mungkin nonproduktif, tetapi dapat
berkembang kea rah pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptysis.
Tuberculosis dapat mempunyai manifestasi atipikal apada lansia, seperti perilaku
tidak biasa dan perubahan status mental, demam, anoreksia, da penurunan berat
badan.Basil TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman.
D. Cara penularan
Tuberkulosis adalah penyakit menular, artinya orang yang tinggal serumah dengan
penderita atau kontak erat dengan penderita yang mempunyai risiko tinggi untuk
tertular.Sumber penularannya adalah pasien TB paru dengan BTA positip terutama pada
waktu batuk atau bersin, dimana pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei).Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan
dahak dan umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama.Jadi, faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB
paru ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut (Depkes, 2008).
E. Evaluasi Diagnostik
Diagnosis tuberculosis ditegakkan dengan mengumpulkan riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, rontgen dada, usap basil tahan asam (BTA), kultur sputum, dan tes
kulit tuberculin. Rontgen dada biasanya menunjukkan lesi pada lobus atas. Sputum pagi
hari untuk kultur BTA dikumpulkan. Usap BTA akan menunjukkan apakah terdapat
Mycobacterium, yang menandakan diagnosis tuberculosis.
F. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan TB paru adalah untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan mata rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.Jenis, sifat dan dosis yang digunakan untuk TB
paru sebagaimana tertera dalam Tabel 1.
Tabel 1
Jenis, sifat, dan dosis OAT
Jenis OAT Sifat Dosis (mg/kg) Harian Dosis (mg/kg)
3 x seminggu
Isoniasid (H) Bakterisid 5 10
(4-6) (8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10
(8-12)
10
(8-12)
Pyrazinamid (Z) Bakterisid 25
(20-30)
35
(30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15
(12-18)
-
Etambutol € Bakteriostatik 15
(15-20)
30
(20-35)
(Depkes, 2008)
Pengobatan TB paru menurut Depkes RI (2002) dilakukan dengan prinsi-prinsip
sebagai berikut :
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai kategori pengobatan.
2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung
oleh seorang Pengawas Menelan Obat ( PMO ).
3. Pengobatan TB paru diberikan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan
lanjutan.
Pengkajian Tn. J
A. Data Umum
1. Nama Lansia : Tn. J
2. Usia : 75 th
3. Agama : Islam
4. Suku : Jawa
5. Jenis kelamin : laki-laki
6. Alamat : Ciputat
7. Nama wisma : panti wredha werning wardoyo wiswa surtikanti
8. Pendidikan : SMA
9. Riwayat pekerjaan : Buruh
10. Status perkawinan : Duda
11. Pengasuh wisma : Supri
12. Jumlah lansia diwisma : 45 orang
B. Dimensi Biofisik
1. Riwayat penyakit
Tn. J mengeluh atas batuk sesak yang diderita klien dalam beberapa tahun belakangan
ini. Tn. J tidak mngetahui mempunyai hipertensi. TD tanggal 30 Agustus 2012:
160/90 mmHg, Tn. J pernah dilakukan Rongten dan tes tuberculin dan hasilnya positif
TBC.
2. Riwayat pencegahan penyakit
a. Riwayat monitoring tekanan darah
Tn. J mengatakan bahwa ia tidak pernah pergi ke poliklinik yang ada di panti
untuk memeriksakan kesehatan dasarnya sehingga tidak pernah tahu tekanan
darah tingginya. Tn J hanya periksa ke RSDK untuk memeriksakan sesaknya
Tanggal 30 agustus 2010 : TD 160/90mmHg,TD tanggal 31 agustus 2010
160/100mmHg
b. Skrining kesehatan yang dilakukan
Tn. J pernah dilakukan rontgen dan tes tuberkulin dan hasilnya positif TB
c. Status gizi
1) Masalah pada mulut
Gigi belakang Tn. J berlubang-lubang
2) Perubahan berat badan
Mengalami penurunan berat badan sebanyak 10kg,BB sekarang : 50 kg
IMT: 20,1
3) Masalah nutrisi
Klien mengatakan makan 3x sehari dengan menu sayur,nasi,lauk dan klien
mengatakan tidak suka kalau tidak makan asin
4) Masalah kesehatan yang dialami saat ini
Klien mengeluh batuk sesak yang diderita klien,dan merasa sangat terganggu
dengan penyakit ini. (tapi tidak berpengaruh)
5) Pemeriksaan tanda-tanda vital
TD : 160/100mmHg, N : 87x/menit, Rr : 18x/menit, S : 36,7C
TB : 158 cm , BB : 50 Kg
6) Keluhan spesifik klien
Klien juga mengeluh setiap selesai batuk belum merasa lega karena dahaknya
belum keluar banyak .Tn J mengungkap sesak napasnya ini dikarenakan
penyakit asma yg dideritanya
7) Wawancara dengan pengasuh dalam
Pengasuh mengungkapkan kalau Tn j telah positif TBC dan telah
diperiksakan ke RSDK dan sekarang menjalani pengobatan. Obat klien
langsung diberikan kepada klien 1 kaplet dan diberitahu minumnya 3 tablet
sebelum makan pagi.
C. Dimensi Psikologi
1. Status Kognitif
Berdasarkan hasil pengkajian dengan the short portable mental status
queionnare(SPMSQ)
The short portable mental status quessionare
+ - Pertanyaan Jawaban
+ Tanggal berapa hari
ini(tgl,bln,thn)
Tanggal 25 september
2012
+ Hari apa sekarang Selasa
+ Apa nama tempat ini Panti wredha
+ Berapa nomor tetepon anda 01724651
+ Berapa umur anda 75 tahun
+ Kapan anda lahir 1936
+ Siapa presiden anda sekarang Pak SBY
+ Siapa presiden sebelumnya Bu megawati
+ Siapa nama kecil ibu anda Ibu ida
- Dimana alamat anda -
Jumlah kesalahan total:
Tn. J mempunyai skor kesalahan 1
Penilaian:
Kesalahan 0-2 : fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : kerusakan intelektual sedang
Kesalahn 8-10 : kerusakan intelektual berat
Berdasarkan hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa Tn. Jo memiliki
fungsi intelektual utuh.
2. Status Depresi(pengukuran dengan skala depresi)
Geriatric depression scale
No Item Ya Tidak
1. Apakah anda merasa nyaman dalam kehidupan ini? V
2. Apakah anda mengalami perubahan dalam
melakukan aktivitas dan hobi?
V
3. Apakah anda merasa hidup ini hampa? V
4. Apakah anda merasa sering bosan? V
5. Apakah anda optimis terhadap masa depan? V
6. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi? V
7. Apakah anda merasa bahagia sepanjang waktu? V
8. Apakah anda sering merasa sendirian? V
9. Apakah anda lebih senang berada dirumah dari
pada keluar rumah dan mengerjakan sesuatu yang
V
baru?
10
.
Apakah anda mempunyai masalah dengan daya
ingat?
V
11
.
Apakah anda senang dengan kehidupan saat ini? V
12
.
Apakah anda merasa tidak beharga? V
13
.
Apakah saat ini anda bersemangat? V
14
.
Apakah anda merasa situasi ini tidak anda
harapkan?
V
15
.
Apakah anda merasa orang lain lebih baik dari pada
anda?
V
Penilaian : jika nilai 8 atau lebih jawaban ya,maka terindikasi depresi
Hasil pada Tn. J : jawaban Ya ada 5, terdiri dari Ya pertanyaan positif ada 3.
Sehingga 5-3= 2, dapat disimpulkan bahwa Tn. Jo tidak mengalami depresi.
3. Keadaan Emosi
Keadaan emosi Tn. J labil. Saat dikaji Tn j komunikatif,mampu bekerja sama
dengan perawat dan mampu meberi jawaban yang sesuai dengan pernyataan.namun
kadang-kadang Tn. J mudah tersinggung
D. Dimensi Fisik
1. Luas Wisma: 850 m2
Kondisi dan komposisi wisma, fasilitas-fasilitas yang ada di wisma.
Jawaban:
Kondisi : layak ditempati oleh lansia karena tidak membahayakan lansia.
Fasilitas : kamar tidur, meja, lemari, bangku, dan ruang berkumpul.
Kepadatan : Dalam satu kamar di tempati oleh dua lansia, dengan luas kamar 5x3
m
2. Keadaan lingkungan di dalam wisma.
a. Penerangan
Penataan jumlah ruangan, kondisi pintu, dan jendela wisma untuk suplai cahaya.
Jawaban:
Jumlah pintu : 13 pintu, yang dapat dibuka hanya 9 pintu.
Jendela : 18 jendela, yang dapat dibuka 2 jendela.
Jumlah lampu :lampu terdapat di setiap ruangan dan di lorong jalan menuju
tiap ruangan di wisma
b. Kebersihan dan kerapihan
Berdasarkan observasi secara langsung tentang kebersihan dan kerapihan ruangan-
ruangan wisma.
Jawaban:
Kebersihan : kurang bersih dikarenakan pasien suka meludah sembarangan,
dan banyak baju kotor yang tidak terpakai
c. Pemisahan ruangan antara laki-laki dan perempuan.
Kondisi adakah pemisahan ruangan antara klien laki-laki dengan klien perempuan.
Jawaban:
Ya, ruangan tidur antara laki-laki dan perempuan terpisah.
d. Sirkulasi udara
Berdasarkan observasi sirkulasi udara dari pintu dan jendela yang dibuka atau
ditutup.
Jawaban:
Terdapat 18 jendela dan hanya bisa dibuka 2.
Terdapat 13 pintu dan hanya 9 pintu yang dibuka
e. Keamanan
Mengkaji kondisi lantai apakah licin atau tidak, kondisi dan pencahayaan kamar
mandi, apakah terdapat alarm tanda bahaya dan jalur evakuasi yang diketahui oleh
klien, dan kondisi-kondisi lain yang dapat membahayakan klien.
Jawaban:
Lantai : tidak licin, warna lantai putih
Kamar mandi : tidak terdapat pegangan di kamar mandi, terdapat satu lampu
di kamar mandi, keset di depan kamar mandi terbuat dari karet
Tanda alarm bahaya: tidak terdapat tanda alarm bahaya
f. Sumber air minum
Air yang dikonsumsi klien berasal dari, kualitas air yang digunakan seperti apa.
Untuk pengelolaan air minum dilakukan oleh pihak mana.Air minum dimasak
terlebih dahulu sebelum di minum.Sedangkan untuk mandi menggunakan sumber
darimana, jarak sumur dengan septictank berapa kilometer.
Jawaban:
Kualitas air : air bersih, jernih, dan tidak berbau.
Sumber air minum : diberikan dan disediakan oleh pihak
wisma.
Jarak sumur dengan septictank : 50 meter.
g. Ruang berkumpul bersama
Bagaimanakah kondisi ruang berkumpul dari para klien.
Jawaban:
Ruang berkumpul strategis, berada di tengah ruangan wisma.
E. Dimensi Sosial
1. Hubungan lansia dengan lansia di dalam wisma
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan klien dan hal apa saja yang bisa
dilakukan klien yang berhubungan dengan klien-klien lain yang ada di wisma.
Jawaban:
Pasien mampu berkomunikasi dengan lansia lain di dalam wisma.
2. Hubungan antara lansia dengan lansia di luar wisma.
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan klien tentang hubungan klien dengan
klien di luar wisma tempat tinggalnya dan keaktifan klien dalam acara-acara panti.
Jawaban:
Pasien bersosialisasi dengan lansia di dalam dan di luar wisma, serta selalu mengikuti
acara yang diadakan oleh panti
3. Hubungan antara lansia dengan keluarga
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan klien tentang hubungan klien dengan
anggota keluarga yang masih ada seperti anak, cucu, ataupun keluarga besar lainnya.
Jawaban:
Hubungan klien dengan anggota keluarganya cukup baik.
4. Hubungan antara lansia dengan pengasuh wisma.
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan klien tentang hubungan klien dengan
pengasuh setiap wisma yang menjadi tempat tinggal klien.
Jawaban:
Hubungan lansia dengan pengasuh wisma baik, klien sering berbincang-bincang
dengan pengasuhnya.
5. Kegiatan organisasi social
Berdasarkan wawancara maupun observasi secara langsung bagaimana klien
bersosialisasi dengan klien lain dank lien kita dalam keaktifannya mengikuti kegiatan-
kegiatan social yang ada dipanti.
Jawaban:
Klien sering ikut terlibat dalam organisasi social yang ada di wisma.
F. Dimensi Tingkah Laku
1. Pola makan
Bedasarkan observasi secara langsung, wawancara dengan klien, dan pengasuh panti
tentang pola makan klien setiap harinya termasuk tipe masakan kesukaan klien dan
tidak.
Jawaban:
Lansia makan 3x sehari, dengan menu nasi, sayur, dan lauk, lansia suka makan ikan
asin.
2. Pola tidur
Berdasarkan wawancara dengan klien bagaimanakah kualitas dan kuantitas dari tidur
klien setiap harinya.
Jawaban:
Setiap malam tidur nyenyak kecuali saat sesak nafasnya kambuh.
3. Pola eliminasi
a. BAK
Berdasarkan wawancara maupun observasi frekuensi dari klien dalam BAK.
Jawaban:
BAK 3-4 kali sehari
b. BAB
Berdasarkan wawancara maupun observasi frekuensi dari klien dalam BAB.
Jawaban:
BAB 1x sehari
4. Kebiasaan buruk lansia
Kebiasaan buruk yang sering dilakukan oleh klien yang berhubungan dengan perilaku
hidup tidak sehat sehingga memicu ataupun memperburuk kondisi kesehatan klien.
Jawaban:
Kebiasaan meludah sembarangan, batuk tidak ditutup mulutnya, mempunyai
kebiasaan merokok, dan mulai berhenti punya penyakit sesak nafas, melakukan batuk
tidak efektif.
5. Pelaksanaan pengobatan
Penjelasan dari klien tentang pelaksanaan pengobatannya bila klien menjalani
pengobatan tertentu.
Jawaban:
Lansia tidak pernah pergi ke poli klinik yang ada dip anti untuk memeriksa
kesehatannya.
6. Kegiatan olahraga
Berdasarkan observasi secara langsung, wawancara dengan klien dan pengasuh panti
tentang kebiasaan klien dalam melakukan olahraga baik yang dijadwalkan oleh pihak
panti maupun yang dilakukan klien secara mandiri.
Jawaban:
Klien tidak pernah olahraga.
7. Rekreasi
Kegiatan rekreasi atau hal-hal yang membuat klien merasa terhibur.
Jawaban:
Klien tidak pernah melakukan rekreasi.
8. Pengambilan keputusan
Mengobservasi kondisi lingkungan wisma siapakah yang mengambil keputusan dari
setiap klien yang diberikan asuhan keperawatan.
Jawaban:
Ketua wisma tersebut.
G. Demensi Sistem Kesehatan
1. Perilaku mencari pelayanan kesehatan.
Jawaban:
Saat sakit klien tidak melaporkan keluhannya pada petugas dan/atau petugas
kesehatan panti. Klien tidak pernah pergi ke poliklinik yang ada dipanti.
2. System pelayanan kesehatan.
a. Fasilitas kesehatan yang tersedia
Keterangan tentang fasilitas kesehatan yang ada didalam panti maupun yang
bekerjasama dengan pihak panti.
Jawaban:
Poliklinik
b. Tindakan pencegahan terhadap penyakit
Bentuk-bentuk tindakan pencegahan penyakit yang dilakukan oleh pihak panti,
seperti program senam rutin, pemeriksaan kesehatan, membuang sampah pada
tempatnya, dan penyuluhan kesehatan.
Jawaban:
Senam rutin : senam 1x seminggu pada hari jumat
Pemeriksaan kesehatan : rutin setiap hari minggu.
c. Jumlah tenaga kesehatan
Keterangan jumlah tenaga kesehatan yang memfasilitasi panti.
Jawaban:
Jumlah petuga tidak sebanding dengan jumlah lansia sehingga tidak semua lansia
terpantau.
d. Jenis pelayanan kesehatan yang tersedia
Jenis-jenis pelayanan kesehatan yang ada dipanti baik pelayanan dalam bentuk
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative.
Jawaban:
Promotif : penyuluhan kesehatan pada lansia.
Preventif : mencegah lansia untuk mengurangi kebiasaan buruk seperti merokok.
Kuratif : memberikan pengobatan langsung pada lansia dengan
melakukan pemeriksaan di poliklinik.
Rehabilitative : memberi perawatan pada lansia yang membutuhkan
penanganan lanjut.
e. Frekuensi pelayanan yang tersedia
Keterangan frekuensi dari pelayanan kesehatan yang disediakan pihak panti.
Jawaban:
Pelayanan dilakukan setiap 3x seminggu.
Pemeriksaan Fisik
No Bagian/region Hasil Pemeriksaan Masalah Keperawatan Yang
Muncul
1 Kepala Hematoma (-), lesi (-), tidak
teraba massa
Tidak ada masalah
2 Wajah Simetris, lesi (-) Tidak ada masalah
3 Mata Konjungtiva ananemis, sklera
anikterik, pupil isokhor
Tidak ada masalah
4 Telinga Bersih, sekret (-), massa (-),
simetris
Tidak ada masalah
5 Mulut dan gigi Caries (+), dahak (+), mulut
lembab,
Resiko tinggi penyebaran
infeksi
6 Leher Pembesaran KGB (-), reflex
menelan (+)
Tidak ada masalah
7 Dada Pemeriksaan paru :
A : Ronkhi (+/+), wheezing (-)
I : Retraksi dinding dada (-),
ekspansi dada penuh
Pa : Traktil vemitus kanan lebih
redup dari pada kiri
Pe : Pekak
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas,
Gangguan pertukaran gas,
ketidakefektifan pola nafas
8 Jantung A : BJ 1 dan 2 murni, gallop (-)
I : IC(iktus cordis) (+)
Pa : IC teraba di intercostae ke
5,2 cm midclavicula sinistra
Tidak ada masalah
Pe : Konvigurasi bergeser
TD tgl 30 Agustus 2010 :
160/90 mmHg
TD tgl 31 Agustus 2010 :
160/100 mmHg
9 Abdomen A : Bising usus 6x/menit
I : Datar bergelambir, lesi (-)
Pa : Nyeri (-)
Pe : Timpani
Tidak ada masalah
10 Ekstremitas atas Tonus otot 5, lesi (-), refleks
(+/+), crt <3 detik
Tidak ada masalah
11 Ekstremitas bawah Tonus otot 5, lesi (-), varises
(-),refleks (+/+), edema (-/-)
Tidak ada masalah
12 Lain-lain Klien mengalami penurunan BB
dari sebelum sakit sebanyak 10
kg.
BB : 50 kg
Tb : 158 cm
IMT: 20,1 (normal)
Tidak ada masalah
Genogram:
Tn. N Ny. K Tn. P Ny. M
Tn. Jo
75
Ny. M Tn. N Ny. M Ny. H
Ny. S
Ny. K
Tn. J Ny. Y
Pohon Masalah
1. Tuberculosis
M. tuberculosis
Inhalasi droplet
Bakteri mencapai alveolus
basil berdistribusi
(bakterimia) Reaksi antigen antibody
Merangsang interleukin-1 Reaksi radang
zat endogen pyrogen
Terjadi pengeluaran secret/ mucus
Postaglandin
Akumulasi secrer di jalan napas
Hipotalamus Bersihan jalan nafas tidak efektif
Menggeser Set poin anterior
dari titik normal difusi O2
respon menggigil kompensasi tubuh meningkatkan gerk. Pernafasan
peningkatan suhu tubuh
inefektif termoregulator sesak
peningkatan metabolisme tubuh
pemecahan cadangan makana n transport O2 terganggu
kebutuhan nurtrisi sel meningkat kelelahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubu kelemahan fisik
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Inefektif termoregulator
Gangguan pertukaran gas
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
atropi otot
keterbatasan aktifitas
2. Asma
Pencetus serangan
(alergen, emosi/stress, obat-obatan, infeksi)
Reaksi Antigen dan Antibodi
Release Vasoactive Substance
(histamin, bradikinin, anafilatoxin)
Konstriksi Otot Polos Permeabilitas Kapiler Sekresi Mukus
Bronchospasme Kontraksi Otot Polos Produksi Mukus
Edema mukosa
sesak napas hipersekresi
Obstruksi Saluran Nafas
Hiperventilasi
Distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah
Paru Gangguan difusi gas di alveoli
Gangguan toleransi aktifitas
Gangguan pola
Bersihan jalannafas tidak
gangguanPertukaran Gas
KetidakseimbanganNutrisi : Kurang darikebutuhan tubuh
Hipoxemia, Hiperkapnia
3. Hipertensi
Jenis kelaminumur Gaya hidup obesitas
hipertensi
Kerusakan vaskuler pembuluh darah
Perubahan struktur
Penyumbatan pembuluh darah
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
otak ginjal Pembuluh darah Retina
Nyeri kepala
Gangguan pola tidur
Suplai O2 otak menurun
sinkop
Gangguan perfusi
jaringan
Vasokonstriksi pembuluh darah ginjal
Blood flow munurun
Respon RAA
Rangsang aldosteron
Retensi Na
edema
sistemik
vasokonstriksi
Afterload meningkat
Penurunan curah jantung
Fatique
Intoleransi aktifitas
koroner
Iskemi miocard
Nyeri dada
Spasme arteriole
diplopia
Resti injuri
Resistensi pembuluh darah otak
Elastisitas , arteriosklerosis
DAFTAR PUSTAKA
Kelebihan volume cairan
Wilkinson, Judith M. 2007.buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan
criteria hasil NOC Edisi 7.jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E., dkk. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC. 1999
Rossernberg, Martha Craft, dan Kelly Smith. Nanda diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi.Yogyakarta : Digna Pustaka. 2010
Effendi, Ferry dkk. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2009.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. 2002. Jakarta: EGC
http://www.tbindonesia.or.id/pdf/Jurnal_TB_Vol_3_No_2_PPTI.pdfdiakses pada 26
September 2012 pukul 08.00 WIB
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/114/jtptunimus-gdl-noorainnyg-5672-2-10.bab-i.pdf
diakses pada 26 September 2012 pukul 08.00 WIB
http://sugenghartono.com/epidemiologi-tb-paru/
TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK
Kelompok 5
Ade Rininta Sawitri
Anggi Putri Dwi Pasi
Aresy Qurratul Aini
Hamidatu Ulfiyah
Nur Qomariyah
Risky Daya Mahes
Sih Utami Sri Hartati
Yanti Mulyanti
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Uin Syarif Hidayatullah Jakarta
2012
Pohon masalah
M. Tuberkulosa
Masuk paru-paru mencapai alveolus
Akumulasi secret di jalan napas kuman semakin menumpuk
Difusi O2 sesak
Tidak tahu cara melakukan batuk efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif
Gangguan pertukaran gas
Ketidakefektifan pola napas
Defisit pengetahuan
Resiko tinggi penyebaran infeksi