tugas gbg part ii

30
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mineral merupakan suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisis dan kimia tetap dapat berupa unsur tunggal atau persenyawaan kimia yang tetap, pada umumnya anorganik, homogen, dapat berupa gas, padat, dan cair. Proses pembentukan mineral ini harus berasal dari alam, bukan dari hasil laboratorium, misalnya di alam zat dengan komposisi SiO 2 adalah mineral kuasa sedangkan apabila dibuat secara kimia, maka namanya adalah Silisium dioksida. Mineral bukan logam (gangue) merupakan bagian dari asosiasi mineral yang membentuk batuan dan bukan mineral bijih didalam suatu jebakan. Mineral bukan logam yang terbentuk biasanya berasosiasi dengan mineral lain, yang kemudian disebut dengan endapan mineral bukan logam. Beberapa jenis mineral bukan logam diantaranya adalah Gipsum, Bentonit, Zeolit, kalsit, Dolomit, Zeolit, dan lain – lain. Endapan mineral bukan logam erat kaitannya dengan penggolongan bahan galian yang didasarkan pada nilai strategis/ekonomis bahan galian terhadap Negara, Terdapatnya sesuatu bahan galian dalam alam (genesa), Penggunaan bahan galian bagi industri, Pengaruhnya terhadap kehidupan rakyat banyak, Pemberian kesempatan pengembangan pengusaha, Penyebaran pembangunan di Daerah.

Upload: alanmu7

Post on 25-Sep-2015

228 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

genesa bahan galian

TRANSCRIPT

20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mineral merupakan suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisis dan kimia tetap dapat berupa unsur tunggal atau persenyawaan kimia yang tetap, pada umumnya anorganik, homogen, dapat berupa gas, padat, dan cair. Proses pembentukan mineral ini harus berasal dari alam, bukan dari hasil laboratorium, misalnya di alam zat dengan komposisi SiO2 adalah mineral kuasa sedangkan apabila dibuat secara kimia, maka namanya adalah Silisium dioksida.

Mineral bukan logam (gangue) merupakan bagian dari asosiasi mineral yang membentuk batuan dan bukan mineral bijih didalam suatu jebakan. Mineral bukan logam yang terbentuk biasanya berasosiasi dengan mineral lain, yang kemudian disebut dengan endapan mineral bukan logam. Beberapa jenis mineral bukan logam diantaranya adalah Gipsum, Bentonit, Zeolit, kalsit, Dolomit, Zeolit, dan lain lain. Endapan mineral bukan logam erat kaitannya dengan penggolongan bahan galian yang didasarkan pada nilai strategis/ekonomis bahan galian terhadap Negara, Terdapatnya sesuatu bahan galian dalam alam (genesa), Penggunaan bahan galian bagi industri, Pengaruhnya terhadap kehidupan rakyat banyak, Pemberian kesempatan pengembangan pengusaha, Penyebaran pembangunan di Daerah.

Jadi yang termasuk golongan endapan mineral non logam adalah material-material berupa padat, cairan atau gas. Material-material tersebut bisa berbentuk mineral, batuan, persenyawaan hidrokarbon atau berupa endapan garam. Contoh endapan ini adalah mika, batuan granit, batubara, minyak dan gas bumi, halit dan lain-lain.

Penambangan Mineral bukan logam (non-logam) seperti zeolit, bentonit, gypsum dan sebagainya kurang diperhatikan dan diminati oleh beberapa investor pertambangan dibandingkan dengan penambangan golongan mineral logam seperti emas, perak, besi dan tembaga. Hal tersebut dikarenakan kurang adanya publikasi yang jelas akan manfaat dari mineral bukan logam tersebut, dan jika ditelaah lebih jauh banyak para ahli yang menganggap remeh akan kegunaan dari mineral bukan logam. Menindaklanjuti hal tersebut, kelompok kami akan melalukan suatu penjelasan mengenai mineral bukan logam dari segi keterdapatannya dialam, kegunnaannya, genesanya, serta penyebarannya.

1.2 Maksud dan Tujuan

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk mengetahui prospek pemanfaatan bahan galian mineral bukan non logam (golongan C) dari berbagai daerah yang ada di Indonesia, untuk digunakan sebagai bahan bangunan. Adapun tujuannya adalah agar pemanfaatan bahan galian mineral bukan non logam (golongan C) untuk bahan bangunan dapat dilakukan secara efektif dan efisien, serta pemmanfaatan dan kelestarian lingkungan di sekitarnya bisa tetap terjaga.

1.3 Sasaran

Makalah ini khusus ditujukan untuk mahasiswa jurusan Teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang yang sedang mempelajari mata kuliah Genesa Bahan Galian. Selain itu, karya tulis ini juga ditujukan untuk para pembaca baik mahasiswa Teknik pertambangan sendiri maupun mahasiswa jurusan lain yang ingin mempelajari dan mengetahui mengenai endapan mineral non logam.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Mineral Bukan Logam

Mineral bukan logam sebenarnya memeliki pengertian bahwa, suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisis dan kimia tetap dapat berupa unsure non logam (B, C, Cl, Br, Si, S, dll) tunggal atau persenyawaan kimia yang melibatkan unsure non logam seperti SiO2 yang tetap, pada umumnya anorganik, homogen, dapat berupa gas, padat, dan cair. Mineral bukan logam atau bisa disebut dengan istilah gangue merupakan bagian dari asosiasi mineral yang membentuk batuan dan bukan mineral bijih didalam suatu jebakan. Mineral bukan logam yang terbentuk biasanya berasosiasi dengan mineral lain, yang kemudian disebut dengan endapan mineral bukan logam. Beberapa jenis mineral bukan logam diantaranya adalah Gipsum, Bentonit, Zeolit, kalsit, Dolomit, Zeolit, dan lain lain.

Mineral non-logam adalah mineral yang tidak mempunyai unsur logamnya. mineral logam sering jadi pengotor dalam mineral logam dan umumnya tidak bernilai ekonomis. bila mineral logam terdapat dalam jumlah yang banyak dan hadir bersama-sama dengan mineral logam disebut mineral gangue. bila hadir bersama-sama mineral non-logam disebut waste mineral. Yang termasuk golongan endapan mineral non logam adalah material-material berupa padat, cairan atau gas. Material-material tersebut bisa berbentuk mineral, batuan, persenyawaan hidrokarbon atau berupa endapan garam. Contoh endapan ini adalah mika, batuan granit, batubara, minyak dan gas bumi, halit dan lain-lain.

2.2 Proses Pembentukan Endapan Mineral Bukan Logam

Pada dasarnya proses pembentukan endapan mineral dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu proses internal atau endogen dan proses eksternal atau eksogen. Endapan mineral yang berasal dari kegiatan magma atau dipengaruhi oleh faktor endogen disebut dengan endapan mineral primer. Sedangkan endapan endapan mineral yang dipengaruhi faktor eksogen seperti proses weathering, inorganic sedimentasion, dan organic sedimentation disebut dengan endapan sekunder, membentuk endapan plaser, residual, supergene enrichment, evaporasi/presipitasi, mineral-energi (minyak&gas bumi dan batubara dan gambut).

Mineral non logam (gangue) yang umum dijumpai dapat dikelompokan menjadi :

a. Mineral Hipogene yang dimaksudakn sebagai mineral yang terbentuk bersama sama dengan mineral lain dan belum mengalami pelapukan.

Contoh : Barit (BaSO4) , Garnet, Kalsit (CaCO3), dll

b. Mineral supergene adalah mineral yang merupakan hasil proses pelapukan

Contoh : Gipsum (CaSO42H2O).

Proses pembentukan mineral bukan logam bisa saja terbentuk berdasarkan proses internal atau endogen maupun eksternal atau eksogen. Pembentukan endapan mineral internal, yang meliputi:

1. Kristalisasi dan segregrasi magma: Kristalisasi magma merupakan proses utama dari pembentukan batuan vulkanik dan plutonik.

2. Hydrothermal: Larutan hydrothermal ini dipercaya sebagai salah satu fluida pembawa bijih utama yang kemudian terendapkan dalam beberapa fase dan tipe endapan.

3. Lateral secretion: erupakan proses dari pembentukan lensa-lensa dan urat kuarsa pada batuan metamorf.

4. Metamorphic Processes: umumnya merupakan hasil dari contact dan regional metamorphism.

5.Volcanic exhalative (= sedimentary exhalative); Exhalations dari larutan hydrothermal pada permukaan, yang terjadi pada kondisi bawah permukaan air laut dan umumnya menghasilkan tubuh bijih yang berbentuk stratiform.

Proses eksternal atau eksogen pembentukan endapan mineral yaitu meliputi:

1. Mechanical Accumulation; Konsentrasi dari mineral berat dan lepas menjadi endapan placer (placer deposit).

2. Sedimentary precipitates; Presipitasi elemen-elemen tertentu pada lingkungan tertentu, dengan atau tanpa bantuan organisme biologi.

3. Residual processes: Pelindian (leaching) elemen-elemen tertentu pada batuan meninggalkan konsentrasi elemen-elemen yang tidak mobile dalam material sisa.

4.Secondary or supergene enrichment; Pelindian (leaching) elemen-elemen tertentu dari bagian atas suatu endapan mineral dan kemudian presipitasi pada kedalaman menghasilkan endapan dengan konsentrasi yang lebih tinggi.

2.3Klasifikasi Kelompok Endapan Mineral Bukan Logam

Asosiasi kelompok endapan mineral dan batuan masing-masing mempunyai cirri asosiasi komposisi unsure kimia, dapat diklasifikasikan dalam grup tertentu, misalnya:

1.Endapan mineral magmatic dicirikan dengan kelompok unsure Cr, Ni, Ti, Cu, V, C, Bi (Segresi); Be, B, Li, Mo, W, P, F, REE, U, Th (pegmatit); F, Cl, Sn, Mo, W, Au, Cu (pneumotolitik); Al, Zn, W, Mo, Fe, Cu, Au, Sn (Skarn); Cu, Pb, Zn, Au, Ag, Fe, Co, B, U, Ni, Sb, As, Hg (hidrotermal); Fe, Cu, Pb, Zn, Au (Exhalative sub marine/kuroko).

2.Endapan mineral sedimentasi dicirikan kelompok unsure Cu, Pb, Mn, Ag, Au (Supergen); Ni, Fe, Al (residual, laterit); Au, Pt, Ti, Cr, gems (plaser); gypsum (evaporit); mineral energi: batubara, migas (organic); lempung, pasir, pebble, gravel, karbonat, feldspar, sirtu (klastik): karbonat (kimia, organik).

3.Endapan mineral metamorfik dicirikan kelompok unsure Au, U, Mg, Al, Pb, Cu, Zn (regional metamorfik).

Jadi pada dasarnya, kelompok endapan mineral bukan logam yang erat kaitannya dengan ciri unsure non logam itu kebanyakan diklasifikasikan dalam hasil group Endapan mineral sedimentasi. Namun tidak semua endapan mineral bukan logam dihasilkan oleh proses sedimentasi dan bisa saja pemebentukan mineral nonlogam dihasilkan oleh proses magmatic dan metamorfik tergantung dari kandungan unsure non logamnya.

2.4Hubungan antara Konsep Geologi dengan proses mineralisasi

Konsep geologi adalah konsep mengenai proses-proses geologi yang berlangsung secara menerus dan berulang sepanjang sejarah geologi. Proses-proses tersebut sering diikuti dengan pembentukan endapan mineral. Pada saat-saat dan tempat-tempat tertentu pembentukkan endapan mineral terutama bijih bisa efektif dan terdapat dalam jumlah yang cukup banyak.

Konsep geologi yang mula-mula muncul adalah konsep geologi klasik yang dikemukakan oleh STILLE. Kemudian atas dasar penemuan bukti-bukti lapangan dan hipotesa serta sintesa yang dilakukan para penyelidik, maka muncullan konsep geologi modern/ Konsep Tektonik Lempeng. Konsep geologi modern ini makin lama makin berkembang dan bertambah banyak penganutnya.

2.4.1Konsep Geologi Klasik (Stille)

Fase I (Initiale vulcanismus)

Geosinklin terjadi sedimentasi dan pembebanan

Karena beban, terjadi proses penurunan

Pada geosinklin, terjadi intrusi/ ekstrusi yang menimbulkan batuan Kompleks Ophiolite

Batuan tersebut bersifat ultrabasa basa, terdiri dari peridotit, dunit, gabro dan sering bercampur dengan batuan sedimen disekitarnya

Fase II (Syn-orogenic Plutonism)

Logam ekonomis yang sering ditemukan berupa Ni dan Cr

Untuk mengimbangi gaya penurunan, timbul tekanan pada arah lateral

Karena tekanan berlangsun terus, batuan sedimen mulai mengalami proses perlipatan

Selama perlipatan, sebagian batuan mengalami proses metamorfosis

Setelah penurunan dan tekanan berhenti, terjadi pengangkatan dan perlipatan yang efektif

Proses tersebut diikuti oleh perembesan magma granitis/ granodioritis/tonalit dan sering membawa endapan bijih (Sn, Au, Ag, Pb, Cu, Zn)

Fase III (Subsequent Vulcanismus)

Proses pengangkatan bisa sampai ke permukaan bumi disertai timbulnya gunung-gunung berapi dengan komponen fragmen lepas batuan beku dan batuan sekitarnya

Sebagian besar batuannya bersifat andesitis-basaltis

Kadang-kadang batuan tersebut mengandung mineral bijih Fe & Ti

Bentuk morfologinya berupa geantiklin yang merupakan daerah lipatan subsequent vulcanismus

Fase IV (Finale Vulcanismus)

Gunungapi yang terbentuk akhirnya mati disertai endapan material gunungapi serta sisa-sisa aktivitas terakhir (Post Volcanic Activity)

Karena erosi, maka batuan eruptif yang telah terbentuk terkikis, membentuk dataran rendah yang luas (plateau, platform). Daerah tersebut disebut telah mengalami konsolidasi, misal Paparan Sunda

Endapan bijih yang bias ditemukan antara lain berupa S, P, As, Be, Fe, Mo, Pb (Post Volcanic Activity) dan endapan bijih sekunder.

2.4.2Konsep Geologi Modern atau Konsep Tektonik Lempeng

Unsur-unsur Tektonik Lempeng :

1. Cekungan Laut Dalam (deep ocean) : Potensi ekonominya relative kecil (Mn,Co,Ni,Cu). Jenis jebakan yang mungkin ada berupa sulfide Cu Pb Zn, seperti di P. Cyprus

1. Palung (trench) : Kecil sekali ditemukan jebakan mineral ekonomis

1. Busur Palung Terpisah (Arctrench Gap) : Jebakan mungkin pada batuan sedimen, akibat intrusi dan arus panas, kemungkinan Pb Zn dan endapan Placer.

1. Busur Kepulauan (Island Arc) : Daerah mineralisasi paling intensif (Cu, Mn, Au)

1. Cekungan Tepian (Marginal Basin) : apabila merupakan daerah kerak benua yang mengalami Oceanization, maka asosiasinya berupa Cu, Sn Pb Zn Au

1. Tepian Benua (Continental Margin) : Jebakan Timah dan Tungsten dari granit.

Pada umumnya, mineral yang ditemukan pada kerak bumi merupakan asosiasi dari beberapa unsur bukan dari singgle unsur ( unsur tunggal). unsur yang berdiri sendiri dan tidak berasosiasi dengan mineral lain di kerak bumi disebut sebagai native element. Mineral logam adalah mineral yang terdiri dari satu jenis unsur logam ataupun asosiasi unsur logam. Bila kehadiran unsur logam relati besar dan terikat secara kimiawi dengan unsur lain maka disebut mineral bijih/ore mineral. bijih atau ore adalah material yang terdiri dari gabungan mineral bijih dengan mineral lain yang dapat diambil logamnya dan bernilai ekonomis. Bila hanya satu logam yang dapat diambil dan bernilai ekonomis disebut singgle ore sedangkan bila lebih dari satu logam yang dapat diambil dan bernilai ekonomis maka disebut complex-ore.

Mineral non-logam adalah mineral yang tidak mempunyai unsur logamnya. mineral logam sering jadi pengotor dalam mineral logam dan umumnya tidak bernilai ekonomis. bila mineral logam terdapat dalam jumlah yang banyak dan hadir bersama-sama dengan mineral logam disebut mineral gangue. bila hadir bersama-sama mineral non-logam disebut waste mineral. Yang termasuk golongan endapan mineral non logam adalah material-material berupa padat, cairan atau gas. Material-material tersebut bisa berbentuk mineral, batuan, persenyawaan hidrokarbon atau berupa endapan garam. Contoh endapan ini adalah mika, batuan granit, batubara, minyak dan gas bumi, halit dan lain-lain.

2.5Beberapa Endapan Mineral Bukan Logam Ekonomis yang dihasilkan dari Proses Sedimentasi.

a. Sulfur

Belerang terdistribusi di kerak bumi dalam bentuk sulfat, sulfida, dan sulfur murni. Belerang merupakan komponen yang melimpah dan penting dalam gas vulkanik keluar bersama magma dan sering dijumpai pada mataair panas.

Endapan sedimen dari belereng ditemukan pada batuan bersulfat, dari oksidasi Hidrogen sulfida yang dihasilkan oleh magmatic dan reduksi larutan sulfat oleh bakteri anaerob.

Belerang diendapkan dari sulfat dan hydrogen sulfida pada tubuh air di kondisi reduksi dan bakteri anaerob (Desulfovibrio desulfuricans) terdapat. Sulfat juga tereduksi oleh Clostridium nigrificans pada hydrogen sulfida, dimana pada dioksidasi menjadi belerang dan air. Hidrogen sulfida menjadi berkonsentrasi tinggi pada beberapa air yang kurang oksigen yaitu lingkungan laut.

Reduksi sulfat oleh komposisi inorganik steril tidak dapat sempurna pada eksperimen yang dilakukan di zona akumulasi hydrogen sulfida di air dengan kedalaman 10 meter di Amsterdam. Hidrogen sulfida yang diproduksi bakteri di zona tersebut mencapai 45 kilogram per meter persegi selama 100 hari akumulasi. Eksperimen tersebut memberi penjelasan bahwa reduksi sulfat secara alami pada temperatur rendah mengharuskan sulfat direduksi secara anaerob.

Contoh endapan

Endapan sedimen belerang terbentuk di dekat Knibyshev, Sukeivo dan Chekur di Rusia. Endapan tersebut menggambarkan proses sedimentasinya. Komposisinya terdiri dari lapisan tipis gypsum dengan sedikit belerang murni, laminasi belerang dan kalsit, atau nodul-dnodul belerang pada batugamping bitumen. Belerang sering dalam kondisi murni atau bercampur bitumen; beberapa terkristalisasi kembali dan beberapa diiringi keterdapatan oolit. Indikasi sedimentasi di lagoon juga sering dijumpai. Endapan di Rusia ini berumur rata-rata Permian, kecuali di Chekur yang berumur Tersier atas di lapisan lempung lagoon. Mataair dengan hidrogen sulfida juga umum dijumpai dekat dengan endapan belerang, mungkin disebabkan hasil reaksi reduksi, yang terjadi pada waktu pembentukan oleh bakteri anaerob.

Endapan belerang di Sisilia dideskripsi berdasar reduksi bakteri anaerob yang menerus dengan proses oksidasi eksoterm pada belerang murni. Endapan ini merupakan contoh sedimentasi belerang. Formasinya terletak di cekungan terisolasi yang mencapai 7,5km dan berkisar satuan kilometer mendatar. Endapan tersebut terdiri dari batugamping yang terisi serpih bitumen dan gypsum, ditumpk lapisan marmer, lempung, dan batupasir yang pada recent terlipatkan dan tersesarkan. Belerang tersebut menyebar melalui pori batugamping dan terbentuk sebagai lapisan belerang dengan kisaran ketebalan sentimeter. Kandungan belerang tersebut berkisar 12%-50% dan rata-rata sebesar 26%.

b.Karbonat (CaCO3)

Pelarutan, transportasi, dan pengendapan dari kalsium dan magnesium karbonat menaikkan pengendapan dari batugamping komersial, dolomite, dan magnesite.

Batugamping berasal dari laut maupun airtawar, dan magnesium mungkin bagian dari penggantian kalsium, memberikan batugamping dolomitik meskipun asal utamanya juga dolomite. Ketidakmurnian dari silica, clay, atau pasir umumnya terjadi, meskipun dalam jumlah sedikt dari fospat, besi, mangan, dan material karbonat. Kalsium berasal dari pelapukan batuan dan tertransportkan menuju cekungan sedimen sebagai bikarbonat, sebagian karbonat dan berlimpah sebagai karbonat.

Kalsium karbonat diendapkan pada kondisi Eh, namun kebanyakan pada pH yang tinggi. Kalsium karbonat juga diendapkan secara biologi dan mekanik. Karbon dioksida mempunyai peranan besar dalam proses inorganic karena larutan dari kalsium karbonat dilaut sangat bergantung padanya. Jika semua menghilang, kalsium karbonat akan terpresipitasi. Jumlah dari karbon dioksida di laut bergantung pada temperature air dan jumlah udara dalam air, sehingga keseimbangan di air terjadi. Karbon dioksida lebih banyak pada air dingin disbanding pada air hangat. Air laut hangan akan kehilangan karbon dioksida dan, meskipun itu jenuh partikel kalsium karbonat, presipitasi terjadi.

Endapan organic yang terbawa berupa algae, bakteri, koral, dan foraminifera. Kalsium karbonat juga terendapkan dengan fotosintesis dari tumbuhan. Kebanyakan dasar dari batugamping terdiri dari foraminifera, cangkang nummulites, atau koral, atau bentuk cangkang yang lebih besar (coquina).

Batugamping dapat terbentuk secara mekanik melalui pengendapan dari comminuted shell matter dan pasir koral., yang tersemenkan menjadi batugamping yang kompak. Kebanyakan batugamping diendapkan di bagian laut dangkal sampai laut agak dalam, bebas dari sedimen terrigenous .

Marl (napal), friable, inkoheren, batugamping murni, diendapakan di danau yang kalsium karbonatnya disuplai dari sungai atau mataair. Itu biasa terjadi di danau galsial, karena glaciers yang membentuk danau mendapatkan suplai batugamping dan air dingin yang dihasilkan banyak mengandung karbon dioksida dan, oleh karena itu pada larutan terdapat kalsium karbonat. Air dingin yang mencair kehilangan konten karbon dioksida di danau air hangat dan kalsium karbonat terlah terpresipitasi. Tumbuhan air dangkal, seperti Chara, kemungkinan sebagian besar marl diendapkannya.

Chalk, batugamping putih, yang banyak diendapkan di air dangkal dan terdiri dari presipitasi kimia dari kalsium karbonat dan cangkang foraminifera dan organism lain.

Dolomite terdiri dari karbonat ganda dari kalsium dan magnesium (54,35% CaCO3 dan 45,65% MgCO3), tapi pada batugamping dolomitik proporsi dari MgCO3 lebih kecil di dolomite.

Jadi, hampir semua yang disebut dolomite adalah batugamping dolomitik sesungguhnya; beberapa dari magnesium mungkin terlah tergantikan oleh besi atau mangan. Ketiga karbonat, dengan kalsium, dari percampuran isomorphus tanpa limit yang pasti. Beberapa dolomite bukan sedimen, tapi penggantian epigenetic dari batugamping. Dibawah kondisi laut yang pasti, magnesium di airlaut akan bereaksi dengan CaCO3 dari dolomit. Itu telah diketahui ,bagaimanapun, untuk di abstraksi dari airlaut menuju cangkang organism dan beberapa terumbu koral terdiri bagian dari dolomite. Pengotoran pada permukaan menunjukkan dolomite telah terinterkalasi dan seumur dengan batugamping.

Magnesit, karbonat dari magnesium, merupakan mineral industri yang pengting. Variasi sedimen ini terjadi berasosiasi dengan garam dan gipsum, atau shales dan batugamping., dan mengandap sebagai magnesium karbonat., bersama dengan beberapa kalsium karbonat dari air yang terkonsentrasi di danau asin. Nyatanya, pengendapan telah menbawa presipitasi kimia dengan subsequent dehydration. Diperkirakan, magnesium telah tertransport sebagai magnesium sulfat melalui air pemukaan maupun air bawah tanah dan berreaksi dengan dengan sodium karbonat menghasilkan hydromagnesit dan tidak dapat larut, yang terakumulasi sebagai sebuah presipitasi murni, dan sodium sulfat, yang dengan larutan garam yang lain yang terkandung di larutan tersebut. Contoh dari endapan sedimen terjadi di Kern Country, California, Nevada, Idaho, British Columbia. Dan Jerman

c.Lempung

Proses sedimentasi lempung berhubungan dengan transportasi bukan berdasarkan pelarutan tetapi melayang dalam pelarutnya, dan hasil pengendapannya dominan proses mekanik daripada kimia maupun organik. Mineral lempung menjadi endapan in-situ yang dibentuk dari sisa endapan atau ditransport dan dideposisi sebagai lempung. Lempung sedimen tersebar di laut, muara, danau, rawa, dan sungai berlempung.

Lempung laut dihasilkan dari suspensi transport mekanik pada air jernih lepas pantai. Lapisannya melampar luas, dengan ketebalan maksimum, dan komposisi seragam meskipun variasi sejajarnya juga diharapkan ada karena perbedaan suplai material sungai; variasi vertikal juga relatif sama. Lapisannya memiliki laminasi yang baik. Lempung laut terdistribusi secara luas pada formasi Paleozoik dan Mesozoik.

Lempung muara, sejak lempung mengendap di lengan laut dangkal, jumlahnya terbatas dan umumnya terdiri dari banyak laminasi pasir yang bertambah seiring suplai dari sumber material. Produk dari rawa juga berlaminasi banyak. Sebagai contoh yang terdapat sepanjang New Jersey di bagian bawah sungai Hudson dan Teluk Chesapeake.

Lempung danau terbentuk pada cekungan terpisah dan lapisan pasirnya berciri khusus. Umumnya ada di lapisan danau glacial. Sehingga, banyak diantaranya terbentuk oleh kumpulan material kasar dan halus, yang masing-masing kumpulan memperlihatkan kondisi cuaca dari tahun dimana akumulasi berkembang.

Lempung rawa diendapkan di bawah lapisan batubara, dan di atasnya sering ditemukan endapan dari pohon tua. Lapisan yang dibentuk lempung rawa relatif tipis, bentuk melensa, dan memperlihatkan laminasi kecil. Lempungnya lentur, umumnya mudah rusak, dan cenderung tanpa mineral tambahan. Sehingga, mineral ini banyak dicari di tempat dimana mereka terendapkan. Mineral ini hanya mengalami kondisi sebagai material yang terlarut dalam air yang dibawa sungai bergradien rendah menuju endapan rawa yang merupakan batas awal sedimen kasar terpilah oleh vegetasi, yang menempati bagian dalam cekungan. Apabila terdapat tandap-tanda mineral organik, merupakan sisa pengamatan yang dilakukan peneliti guna membersihkan endapan lempungnya.

Lempung sungai diendapkan di tempat yang terlindung pada dataran banjir selama waktu luapan air. Akibatnya, endapannya tertutup dan bertingkat sejajar pada material berpasir. Pembungkusnya adalah lempung halus yang sangat lentur, tetapi secara komposisi memiliki perberbedaan jenis. Sungai memungkinkan mengendapkan lempung delta pada cekungan yang terisolasi di delta. Lempung pada sungai selalu terdistribusi dengan pelamparan luas.

d.Fosfor (Phosphorus) / unsure P

Siklus sedimen dari fosfor sangat mengagumkan dan membingungkan. Terlarut dalam batuan, beberapa darinya memasuki soil, diabstraksi oleh tumbuhan, dari tumbuhan masuk ke tubuh hewan, dan kembali melalui kotoran dan tulang-tulang untuk diakumulasikan di endapan. Hal ini mungkin menngalami pelarutan kembali, mencapai laut, dan disana fosfor terendapkan atau terakumulasikan oleh kehidupan laut, diwujudkan dalam sedimen, dan kembali ke daratan melalui pengangkatan, dimana siklus baru yang mungkin akan terjadi.

Fosfat merupakan bagian dalam larutan di air karbonat dan ketidakhadiran kalsium karbonat, akan tetap di larutan tersebut.

Beberapa asam fosforik pada larutan mencapai laut, dimana akan di ekstraksi oleh organisme; beberapa diendapkan kembali sebagai fosfat sekunder, yang mungkin akan terlarutkan kembali dan sebagian tertahan di soil. Air rawa kaya material organil juga terlarutkan fosfat, dan beberapa campuran dari fosfor lebih dahulu terlarut sebagai koloid. Fosforus mungkin tertransporkan oleh sungai sebagai asam fosforik dan sebagai kalsium fosfat. Beberapa tertransportkan oleh burung-burung dan hewan.

e. Kristal Kuarsa (Unsur Si)

Kuarsa merupakan mineral yang paling umum yang ada di lapisan terluar kulit bumi. Secara kimia kuarsa merupakan silika atau silika dioksida SiO2. Dapat ditemukan dalam berbagai jenis batuan, batuan beku, sedimen maupun metamorf. Tingkat kekerasan kuarsa yaitu 7 dengan kilap kaca. Ketika Kristal kuarsa hancur, pecahan dipermukaan terlihat melengkung. Hal ini mengindikasikan jenis pecahan conchoidal.

Ketika pengkristalan mineral dengan rongga dalam batuan, kuarsa membentuk enam sisi prismatic atau hexagonal. Ketika pengkristalan tanpa rongga dalam batuan, terbentuk kuarsa dengan bentuk lebih kecil dan membulat. Kuarsa secara fisik dan kimia memiliki resistansi terhadap proses pelapukan. Oleh karena keberadaan kuarsa yang melimpah dan perbedaan bentuk kristal, kuarsa dikenal sebagai mineral ratusan tahun. Nama tersebut tidak diyakini dari asalnya, dimungkinkan berasal dari bahasa german quarz. Kuarsa yang ditemukan biasanya tidak selalu 100% kuarsa. Sebagian terisi oleh mineral pengotor yang menyebabkan adanya keanekaragaman warna. Kuarsa warna ungu dikenal sebagai amethyst,putih milky quartz, hitam smoky quartz, merah muda rose quartz, dan kuning atau orange citrine. Kuarsa tersusun oleh silicondioxide, atau silica (SiO2).

Kuarsa ditemukan dibanyak negara dan lingkungan geologi. Penghasil utama kuarsa adalah Negara USA dan Brazil. Kuarsa murni jarang digunakan dialam, kecuali sebagai batu permata. Negara penghasil kuarsa lainnya yaitu Canada, Brazil, German, Madagaskar, China, Afrika selatan dan Venezuela. Kuarsa berbentuk Kristal, digunakan sebagai batu permata yang cukup berharga seperti agate, jasper, onyx, carnelian, chalcedony, dll. Jenis permata kristalin meliputi amethyst, citrine, rose quartz, smoky quartz, dll. Selain itu digunakan untuk pembuatan berbagai jenis perhiasan yang dapat dibentuk secara manual ataupun dengan bantuan mesin.Selain untuk perhiasan, kuarsa juga dapat dimanfaatkan untuk pengukur tekanan, oscillator, resonator dan wave stabilizer. Oleh karena kemampuannya dalam mempolarisasikan cahaya dan transparan pada sinar ultraviolet, kuarsa digunakan untuk lampu sinar panas, prisma dan lensa spektrografi. Digunakan pula untuk pembuatan gelas, cat, refraktor, dan lain-lain.

f.Fluorpar (Unsur F)

Fluorpar terdapat di alam sebagai senyawa mineral fluorit (CaF2) atau kalsium florida. Mineral ini dapat ditemukan pada lingkungan geologi beragam. Fluorpar ditemukan pada granit (batuan beku), mengisi rekahan pada batupasir, dan deposit yang besar pada batugamping. Fluorpar sendiri merupakan nama komersial dari mineral ini.

Fluorpar merupakan mineral yang lunak, skala Mohs 4. Bentuk murni berwarna bening, sedangkan pengraruh pengotor menjadikan fluorit berwarna hijau, ungu, biru, kuning, hingga hitam. Sedangkan unsur fluorin sendiri merupakan unsur paling reaktif dan elektronegatif. Memiliki nomor atom 9 dan symbol atom F, termasuk golongan halogen. Gas yang ditimbulkannya korosif dan bereaksi baik dengan elemen organic maupun non organic. Dapat bersenyawa gas dengan elemen gas mulia seperti krypton, xenon, dan radon.

Negara yang memproduksi tambang fluorspar diantaranya adalah China, Meksiko, Afsel, dan negara lain. Kegunaannya sangat penting, terutama di bidang kimia, diantaranya : Senyawa fluorin digunakan dalam produksi uranium.Terdapat lebih dari 100 senyawa kimia fluor yang komersial, termasuk plastic bertemperatur tinggi.CFC (chloro fluoro carbon) digunakan dalam AC dan mesin pendingin.Unsur penting dalam air minum. AlF3 digunakan dalam produksi aluminum. Sebagai flux (menurunkan titik leleh) dalam pembuatan baja, kaca, enamel, dan material lain. HF digunakan dalam hampir semua produk kimia organik dan non organik yang mengandung fluorin.

2.8Beberapa Endapan Mineral Bukan Logam Ekonomis yang dihasilkan dari Proses Evaporasi.

a) Gypsum

Gipsum (CaSO4.2H2O) mempunyai kelompok yang terdiri dari gypsum batuan, gipsit alabaster, satin spar, dan selenit. Gipsum umumnya berwarna putih, namun terdapat variasi warna lain, seperti warna kuning, abu-abu, merah jingga, dan hitam, hal ini tergantung mineral pengotor yang berasosiasi dengan gypsum. Gipsum umumnya mempunyai sifat lunak, pejal, kekerasan 1,5 2 (skala mohs), berat jenis 2,31 2,35, kelarutan dalam air 1,8 gr/l pada 00C yang meningkat menjadi 2,1 gr/l pada 400C, tapi menurun lagi ketika suhu semakin tinggi.

Gipsum terbentuk dalam kondisi berbagai kemurnian dan ketebalan yang bervariasi. Gipsum merupakan garam yang pertama kali mengendap akibat proses evaporasi air laut diikuti oleh anhidrit dan halit, ketika salinitas makin bertambah. Sebagai mineral evaporit, endapan gypsum berbentuk lapisan di antara batuan-batuan sedimen batugamping, serpih merah, batupasir, lempung, dan garam batu, serta sering pula berbentuk endapan lensa-lensa dalam satuan-satuan batuan sedimen. Gipsum dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat terjadinya (Berry, 1959), yaitu: endapan danau garam, berasosiasi dengan belerang, terbentuk sekitar fumarol volkanik, efflorescence pada tanah atau goa-goa kapur, tudung kubah garam, penudung oksida besi (gossan) pada endapan pirit di daerah batugamping.

Gypsum

b) Arsen

Arsen merupakan unsur dengan nomor atom 33 dan symbol As, diklasifikasikan dalam unsur semilogam atau metalloid. Keterdapatannya dalam dua bentuk solid. Pertama bersifat rapuh, warna abu-abu logam, sedangkan bentuk lain berwarna kuning dan nonmetalik. Teroksidasi membentuk warna abu-abu gelap hingga hitam. Arsen dan senyawanya memiliki bau khas yang seperti bawang jika dihancurkan dengan benda keras.

Nama arsen berasal dari kata Latin arsenikon yang berarti orpiment. Orpiment adalah mineral berwarna kuning cerah dengan komposisi arsenik sulfida(As2S3). Arsenic sebagai native element jarang dijumpai. Mineral yang paling umum adalah arsenopirit, yaitu senyawa antara arsen, besi, dan sulfide. Mineral lain adalah realgar dan enargite.

Arsen lebih umum dihasilkan sebagai produk hasil dalam pengolahan bijih emas, tembaga, perak, dan logam lain. Pemisahan ini dilakukan agar arsen tidak mengkontaminasi lingkungan dengan sifatnya yang beracun. Arsen dalam jumlah signifikan sering berasosiasi dengan deposit emas-tembaga seperti di Chile dan Filipina. Penggunaan arsen antara lain :

Penggunaan arsen sebagai logam hanya sekitar 5%. Alloy dengan timbal, tembaga, dan logam lain untuk berbagai keperluanMetaloidnya digunakan untuk semikonduktor seperti silicon CCA (chromate sopper arsenate) digunakan untuk bahan kimia pengawet kayu dari kerusakan. Senyawa arsen digunakan untuk insektisida

c) Yodium

Iodin atau yodium adalah elemen dengan nomor atom 53 dan symbol I, merupakan salah satu unsure golongan halogen yang kereaktifannya terendah. Dalam bentuk solid, iodin tampak berwarna hitam kebiruan dan berkilauan. Saat iodin dipanaskan, padatannya akan mengalami sublimasi menjadi uap tanpa melalui fasa liquid.

Yodium secara primer terdapat dalam kondisi bawah permukaan yang brine/ jenuh garam, yang berasosiasi dengan endapan minyak dan gas bumi. Terdapat pula sebagai produk sampingan deposit nitrat yang disebut caliche deposit. Air laut mengandung sekitar 0,05 ppm, dan sekitar 76 miliar ton iodine terdapat di air laut. Rumput laut merupakan salah satu sumber utama iodine.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mineral non-logam adalah mineral yang tidak mempunyai unsur logamnya dan umumnya tidak bernilai ekonomis.

Yang termasuk golongan endapan mineral non logam adalah material-material berupa padat, cairan atau gas.

Material-material tersebut bisa berbentuk mineral, batuan, persenyawaan hidrokarbon atau berupa endapan garam. Contoh endapan ini adalah mika, batuan granit, batubara, minyak dan gas bumi, halit dan lain-lain.

Jadi pada dasarnya, kelompok endapan mineral bukan logam yang erat kaitannya dengan ciri unsure non logam itu kebanyakan diklasifikasikan dalam hasil group Endapan mineral sedimentasi. Namun tidak semua endapan mineral bukan logam dihasilkan oleh proses sedimentasi dan bisa saja pemebentukan mineral nonlogam dihasilkan oleh proses magmatic dan metamorfik tergantung dari kandungan unsure non logam yang tergantung didalamnya.

Beberapa contoh endapan mineral bukan logam yang ekonomis baik senyawa maupun unsure non logam misalnya adalah Kuarsa (SiO2), Yodium (I), Arsen (As), Gipsum (CaSO4.2H2O), Sulfur (S), Karbonat seperti Kalsit dolomit (CaCO3), dan lain lain.

3.2 Saran

Pada dasarnya Mineral non-logam adalah mineral yang tidak mempunyai unsur logamnya dan umumnya tidak bernilai ekonomis, namun semuanya itu dikatakan mineral ekonomis jika ada kualitas dan kuantitas yang menyertai endapan mineral non logam tersebut yang tergantung dari lingkungan pengendapan geologi beserta pendekatan penelitiannya. Jadi butuh pendekatan penelitian lebih lanjut, baik dari metode dan kegunaannya agar endapan mineral non logam dikatan bernilai ekonomis tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Sukandarrumidi, 2007, Geologi Mineral Logam, Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

Zulkarnaen, Iskandar, 2005, RINGKASAN HASIL PENELITIAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI MATERIAL LOGAM

Verdiansyah, Okki, 2006, KARBONATIT: PETROLOGI DAN GEOLOGI EKONOMI

http://id.wikipedia.org

http://geoajeh.net46.net/

http://moethia.blogspot.com/2007/09/pemanfaatan-sig.html

http://www.sumbawanews.com/berita/bisnis/potensi-mineral-kab.-sumbawa-dan ksb.html

http://jolbar.multiply.com/journal/item/12/

http://www.smenet.org/opaque-ore/plate%2045d.htm

http://portal.grdc.esdm.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=40&Itemid=30

http://primadanisblog.blogspot.com/2009/02/aplikasi-metoda-geofisika-dalam.html

http://www.geocities.com/safitrinatresc/kuliah1

http://www.dim.esdm.go.id/English/index.php?view=article&catid=32%3Amakalah-