tugas fartoks 2 obat-obat genetik denny.docx

23
TUGAS “OBAT-OBAT DENGAN PERBEDAAN METABOLISME GENETIK YANG BERBEDA” Disusun Oleh: Nama : D E N N Y Nim : 11.01.034 SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

Upload: denny-deny

Post on 22-Oct-2015

36 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS Fartoks 2 Obat-Obat Genetik Denny.docx

TUGAS

“OBAT-OBAT DENGAN PERBEDAAN METABOLISME

GENETIK YANG BERBEDA”

Disusun Oleh:

Nama : D E N N Y

Nim : 11.01.034

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

MAKASSAR

2013

Page 2: TUGAS Fartoks 2 Obat-Obat Genetik Denny.docx

1. Pengaruh obat terhadap pemberian kepada manusia yang beraneka

ragam dari orang ke orang

Berdasarkan perbedaan sifat-sifat fisiknya, secara antropologis manusia

digolongkan dalam berbagai suku dan ras. Penggolongan ini didasarkan atas

perbedaan parameter morfologis yang antara lain terdiri dari warna kulit,

warna dan tekstur rambut, tinggi badan, bentuk raut muka, bentuk hidung,

dan sebagainya yang membedakan suku-suku tertentu dengan suku lainnya.

Dalam pendekatan secara genomik, perbedaan-perbedaan morfologis

tersebut ternyata disebabkan oleh adanya beberapa gen yang bertanggung

jawab terhadap perbedaan fenotip dari masing-masing etnik.

Dalam hal ini secara tidak langsung dibahas mengenai ilmu

farmakogenetik. Dimana farmakogenetik itu sendiri adalah merupakan sutau

ilmu yang mempelajari tentang pengaruh faktor genetik terhadap respon

suatu obat dalam tubuh dapat diartikan pula sebagai ilmu yang

mengidentifikasi interaksi antara obat dan gen individual.   Hal ini didasarkan

atas terjadinya perbedaan respon tiap individu bila mengkonsumsi suatu

obat. Perbedaan tersebut dapat kita tinjau dari efek yang ditimbulkannya

apakah meningkatkan efek, menurunkan efek atau justru cenderung

meningkatkan toksisitas obat. Dasar pengetahuan tentang farmakogenetik

dapat digunakan untuk memodifikasi dalam penemuan obat maupun nasib

obat dalam tubuh.

Page 3: TUGAS Fartoks 2 Obat-Obat Genetik Denny.docx

2. Ras-ras yang berbeda dalam hal metabolisme secara genetik

Ras-ras yang berbeda metabolismenya secara genetik secara tidak

langsung terbahas pada studi farmakogenetik. Studi ini berguna untuk

mempelajari adanya perbedaan antar kelompok etnik dalam hal pengaruh

atau respons terhadap obat, yang kemungkinan karena adanya perbedaan

dalam frekuensi gena yang ada dalam populasi dari masing-masing

kelompok etnik tersebut. Sebagai contoh yang menarik adalah perbedaan

antar kelompok etnik dalam metabolisme (asetilasi) obat-obat tertentu seperti

isoniazid, dapson, sulfadimidin, prokainamid, dan hidralazin. Dalam hal

kemampuan asetilasi obat-obat ini maka individu-individu dalam populasi

akan terbagi secara tegas menjadi fenotipe asetilator cepat dan asetilator

lambat, dan sifat ini ditentukan oleh suatu gen otosom, yakni sifat asetilator

cepat ditentukan oleh gen dominan otosom sedangkan sifat asetilator lambat

oleh gen resesif otosom. Yang menarik ternyata frekuensi asetilator ini

berbeda antar masing-masing kelompok etnik oleh karena adanya perbedaan

dalam frekuensi gena asetilasi dalam populasi. Proporsi asetilator lambat

pada berbagai kelompok etnik bervariasi sebagai berikut:

Eskimo : 5%Jepang : 10%Cina : 20%Melayu : 35%Indian-Amerika : 40%Ras Kaukasoid : 50%Ras Negroid : 50-100%

Page 4: TUGAS Fartoks 2 Obat-Obat Genetik Denny.docx

a. Perbedaan polimorfisme genetik dalam proses secara farmakokinetik

(proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat).

Proses absorpsi. Kemungkinan polimorfisme genetik dalam proses

absorpsi dapat diperkirakan kalau individuindividu dengan ciri-ciri

genetik tertentu, tidak dapat mengabsorpsi obat, nutriensia atau

vitamin-vitamin karena tidak mempunyai faktor pembawa (carrier)

spesifik untuk obat atau nutriensia atau vitamin yang bersangkutan.

Jadi ada kekurangan atau defect dalam absorpsi pada mekanisme

transport aktifnya. Namun ini secara teoritik, dalam kenyataannya

tidak banyak yang dijumpai atau diketahui. Tidak jelas apakah

malabsorpsi vitamin B-12 karena tidak adanya faktor intrinsik untuk

absorpsi pada individu-individu tertentu juga masuk dalam

polimorfisme genetik dalam proses absorpsi ini.

Proses distribusi. Polimorfisme genetik dalam proses distribusi

secara teoritik kemungkinan dapat terjadi apabila ada abnormalitas

ikatan protein terhadap obat tertentu oleh suatu fraksi protein

tertentu. Atau distribusi obat ke organ/jaringan tertentu (misalnya

uptake iodium oleh kelenjar tiroid) dengan suatu pembawa spesifik,

mengalami gangguan dan gangguan ini disebabkan oleh karena

faktor genetik. Dalam kenyataannya hal ini belum dilaporkan dalam

pustaka-pustaka standard.

Page 5: TUGAS Fartoks 2 Obat-Obat Genetik Denny.docx

Proses metabolisme. Bentuk-bentuk plimorfisme genetik yang

banyak dikenal adalah dalam proses metabolisme oleh karena

adanya keanekaragaman enzim yang berperan dalam metabolisme

obat, baik secara kuntitatif atau secara kualitatif. Umumnya karena

adanya perbedaan secara kuantitatif enzim oleh karena sintesis

enzim yang dipengaruhi oleh faktor genetik, misalnya perbedaan

antara asetilator cepat dan asetilator lambat lebih banyak

dikarenakan perbedaan aktifitas enzim asetil-transferase karena

jumlahnya yang berbeda.

Poses ekskresi. Kemungkinan adanya gangguan sekresi aktif di

tubuli renalis karena tidak adanya pembawa spesifik secara teoritik

dapat terjadi. Tetapi polimorfisme genetik dalam bentuk

terganggunya proses sekresi obat ini belum dikenali dan dilaporkan

dalam pustaka.

b. Proses farmakodinamik dalam proses interaksi antara molekul obat

dengan reseptornya, di mana terdapat kepekaan reseptor yang

abnormal terhadap molekul obat (kepekaan reseptor obat).

Kenaikan tekanan bola mata karena steroid. Pada beberapa

individu pemakaian steroid topikal (misalnya deksametason 0,1%)

secara berulang, dapat menyebabkan kenaikan bola mata. Bentuk

keanekaragaman genetik ini ditentukan oleh suatu gen otosom

resesif. Mekanismenya secara pasti tidak diketahui. Pada ras

Page 6: TUGAS Fartoks 2 Obat-Obat Genetik Denny.docx

kaukasoid, bentuk keanekaragaman genetik ini kurang lebih

mencapai 5% dari populasi. Fenotipe dalam populasi terbagi menjadi

3 kelompok, yakni,

Kelompok yang tidak memberikan reaksi kenaikan tekanan bola

mata atau hanya memberikan reaksi kenaikan sedikit (kurang

dari 5 mmHg) adalah individu-individu dengan genotipe dominan

homozigot LL, yang frekuensinya pada orang kaukasoid kurang

lebih 66%.

Kelompok yang memberikan reaksi kenaikan tekanan bola mata

antara kurang lebih 5-15 mmHg pada pemberian steroid topikal

pada mata adalah individu-individu dengan genotipe heterozigot

LH, dengan frekuensi pada populasi kaukasoid sebanyak kurang

lebih 29%.

Kelompok yang memberikan reaksi kenaikan tekanan bola mata

di atas 15 mmHg pada pemberian topikal steroid pada mata

adalah individu-individu dengan genotipe homozigot resesif HH,

dengan frekuensi kurang lebih 5%.

Hipertermia maligna. Suatu bentuk kelainan genetik yang jarang

tetapi pada umumnya kalau muncul akan berat dan fatal. Obat

penyebab adalah obat anestetika umum, biasanya suksametonium

atau halotan. Individu-individu dengan kelainan genetik ini kalau

mendapatkan anestetika tersebut akan menderita kenaikan suhu

Page 7: TUGAS Fartoks 2 Obat-Obat Genetik Denny.docx

badan yang sangat, disertai kekakuan otot secara menyeluruh,

sianosis, takikardia, keringat berlebihan, dan kenaikan frekuensi

pernafasan.

Ketidakmampuan mengecap feniltiokarbamid (PTC),

propiltiourasil (PTU) atau tiopenton. Ada beberapa individu secara

genetik tidak mampu mengecap pahitnya feniltiokarbamid (PTC).

Bentuk keanekaragaman genetik ini ditentukan oleh gen otosom

resesif. Pada orang-orang Kaukasoid frekuensinya kurang lebih 1/3

dari populasi. Makna klinik dari keanekaragaman genetik ini tidak

jelas benar. Walaupun seringkali dikaitkan dengan terjadinya goiter

toksik.

Down’s syndrome. Anak-anak dengan sindrom ini ternyata

mempunyai kepekaan yang berlebihan terhadap obat-obat

antikolinergik, sehingga pemakaiannya harus hati-hati benar.

3. Obat-obat yang metabolismenya dipengaruhi secara genetik

a. Hidrogen-peroksida (suatu antiseptika)

Merupakan suatu variasi genetik di mana terdapat kekurangan enzim

katalase dalam sel-sel darah merah. Kelainan ini bersifat otosom

(tidak tergantung jenis kelamin) dan ditentukan oleh gen resesif.

Proporsi fenotipe ini dalam populasi kurang lebih 1%. Orang yang

menderita akatalasia, kalau terkena hidrogen-peroksida (suatu

antiseptika) akan mengalami hemolisis.

Page 8: TUGAS Fartoks 2 Obat-Obat Genetik Denny.docx

b. Suksametonium

Suksametonium adalah suatu senyawa ester kholin yang dipakai

dalam klinik sebagai pelemas otot lurik dalam anestesi umum.

Individu-individu tertentu yang mempunyai kepekaan berlebihan

terhadap obat ini, pada pemakaiandengan suksametonium akan

menderita apnea yang berkepanjangan karena paralisis otot-otot

pernafasan. Individuindividu seperti ini ternyata menderita kelainan

dimana terjadi kekurangan atau abnormalitas enzim pseu-

dokholinesterase yang sebenarnya berfungsi untuk memecah ester-

ester kholin dalam tubuh. Karena enzim pseudokholinesterase

aktifitasnya tidak optimal maka suksametonium tidak termetabolisir

dengan akibat paralisis otot

c. Fenitoin

Bentuk keanekaragaman farmakogenetik ini disebabkan karena

kekurangan enzim phenytoin 5-phenyl hydroxylase yang berperan

dalam reaksi hidroksilasi dalam metabolisme fenitoin. Ditentukan

oleh gen dominan otosom atau terikatpada kromosom X (x-linked).

Frekuensi relatif jarang, dengan dampak klinik kemungkinan

terjadinya peningkatan efektoksik fenitoin pada individu-individu ini.

d. Kumarin (coumarin sensitivity)

Page 9: TUGAS Fartoks 2 Obat-Obat Genetik Denny.docx

Merupakan akibat dari kekurangan fungsi enzim mixed-function

oxydase yang berfungsi mengkatalisir metabolisme bishidroksi-

kumarin. Ini merupakan enzim mikrosomal hepar yang berfungsi

dalam reaksi oksidasi metabolisme obat. Cara pewarisan genetiknya

tidak atau belum diketahui secara jelas.

e. Fenasetin

Bentuk ini disebabkan karena kekurangan enzim mixed-function

oxydase yang berfungsi dalam reaksi de-etilasi fenasetin. Individu-

individu dengan gangguan ini lebih mudah menderita met-

hemoglobinemia jika mendapatkan fenasetin. Diturunkan secara

otosomal resesif.

f. Tolbutamid

Bentuk ini juga disebabkan oleh karena kekurangan aktifitas dari

enzim mikrosomal mixed-function oxydase yang berfungsi dalam

reaksi oksidasi tolbutamid. Diturunkan secara otosomal.

g. Hidroksilasi debrisoquin

Bentuk ini relatif baru diketemukan pada awal tahun 80-an oleh Prof.

Eichebaum (Jerman) dan Prof. Inaba (Kanada). Individu-individu

yang menderita ini juga menderita gangguan hidroksilasi spartein,

guanoksan, dan mungkin fenasetin. Dampak dalam klinik sudah

banyak diteliti, tetapi sampai sekarang belum ada kejelasan,

demikian pula mengenai cara pewarisannya. Frekuensinya kira-kira

Page 10: TUGAS Fartoks 2 Obat-Obat Genetik Denny.docx

3% pada orang Kaukasoid. Di Indonesia kira-kira ditemukan pada 8%

dari populasi.

h. Isoniazid

Isoniazid merupakan obat yang digunakan sebagai antituberkolosis.

Studi terhadap kecepatan asetilasi isoniazid (N-asetilasi)

menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan asetilasi dari

masing-masing individu yang berdasarkan faktor genetiknya, memiliki

2 tipe, yaitu tipe asetilator cepat dan asetilator lambat. Reaksi

asetilasi itu sendiri merupakan reaksi pada jalur metabolisme obat

yang mengandung gugus amina primer, seperti amina aromatik

primer dan amina alifatik skunder. Sedangkan fungsi dari reaksi

asetilasi itu sendiri adalah untuk proses detoksifikasi, serta

mengubah obat/senyawa induk, menjadi senyawa metabolitnya yang

bersifat tidak aktif, lebih bersifat polar, agar selanjutnya mudah untuk

dieksresikan. Aktivitas dari obat INH sebagai antituberkolosis ini,

sangat tergantung pada tingkat kecepatan reaksi asetilasinya. . Bagi

orang barat (Amerika dan Eropa) 50% dari penduduknya ternyata

tergolong asetilator lambat, sedangkan untuk orang Jepang dan

Eskimo sebagian besar tergolong asetilator cepat.

i. 5-fluorouracil (5-FU)

Page 11: TUGAS Fartoks 2 Obat-Obat Genetik Denny.docx

Respon penggunaan 5-fluorouracil (5-FU) sebagai kemoterapi untuk

kanker kolon ternyata sangat bervariasi. Target enzim untuk 5-FU ini

adalah timidilat sintetase. Perbedaan respon ini berkaitan erat

dengan adanya polimorfisme gen yang bertanggungjawab terhadap

ekspresi enzim timidilat sintetase (TS). Enzim ini sangat penting

dalam sintesis DNA yaitu merubah deoksiuridilat menjadi

deoksitimidilat. Diketahui bahwa sekuen promoter dari gen timidilat

sintetase bervariasi pada setiap individu. Ekspresi yang rendah dari

mRNA TS berhubungan dengan meningkatnya kemungkinan sembuh

dari penderita kanker yang diobati dengan 5-FU. Sedangkan

penderita yang ekspresi mRNA TS tinggi ternyata tidak

memperlihatkan respon pengobatan dengan kemoterapi ini.

j. Warfarin

Pemetaan genotipe sangat membantu dalam penentuan dosis obat

yang diberikan, memprediksi kemungkinan munculnya efek toksik

suatu pengobatan, dan memungkinkan untuk melakukan pengobatan

secara individual berdasarkan sifat genotipe seseorang. Contoh

penelitian lainnya adalah  perbedaan respon penggunaan warfarin

sebagai antikoagulan. Respon terhadap warfarin ternyata sangat

bervariasi antar individu. Penggunaan warfarin yang tidak tepat dosis

seringkali menyebabkan perdarahan serius. Perbedaan respon

terhadap warfarin yang dimetabolisme oleh enzim sitokrom P450

Page 12: TUGAS Fartoks 2 Obat-Obat Genetik Denny.docx

yaitu CYP2C9, CYP3A5, sangat tergantung pada peran P-

glikoprotein yang ekspresinya disandi oleh gen adenosine

triphosphate-binding cassette, ABCB1 atau juga disebut dengan multi

dug resistance gene 1, MDR1. Variasi genetik dari gen ABCB1 yang

dianalisis dengan teknik minisequencing terhadap 210 penderita,

menunjukkan bahwa pemilihan dosis yang tepat untuk masingmasing

varian genetik sangat penting untuk mendapatkan respon obat yang

diinginkan.

Page 13: TUGAS Fartoks 2 Obat-Obat Genetik Denny.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Graham-Smith, D.G. & Aronson, J.K. (1985) The Oxford Textbook of Clinical Pharmacology and Drug Therapy. Oxford University Press, Oxford.

2. Rogers, H.J. Spector, R.G. & Trounce, J.R. (1981) A Textbook of Clinical Pharmacology. Holder & Stoughton, London.

Page 14: TUGAS Fartoks 2 Obat-Obat Genetik Denny.docx

LAMPIRAN

Page 15: TUGAS Fartoks 2 Obat-Obat Genetik Denny.docx

Tabel. Contoh nasib obat dalam tubuh kaitannya dengan faktor genetik

Obat Respon Mekanisme KerjaIsoniazid, hidralazin,prokainamid, sulfametazin, dapson

Asetilator cepat:

Respon     , toksisitas oleh                      derivate N-Asetil

Asetilator lambat;

Toksisitas meningkat

Perbedaan aktivitas enzim N-asetil transferase

Debrisokuin, metaprolol, lidokain, perheksilin

Hidroksilator ekstensif;

Respon

HIdroksilator lambat

Respon naik

Perbedaan salah satu sitokrom P450 hati yang mengoksidasi debrisokuin / spartein

S-mefenitoin, diazepam, omeprazol

Hidroksilator ekstensif;

Respon

HIdroksilator lambat

Respon naik

Perbedaan salah satu sitokrom P450 hati yang mengoksidasi S-mefenitoin

Suksinilkolin Apnea meningkat Aktivitas psedukolinesterse meningkat

Primakuin, klorokuin, kuinin, kuinidin, sulfa, sulfon, nitrofurantion, koramfenikol, aspirin, PAS

Hemolisis pada pemberian bersama obat-obat yang bersifat oksidator

Defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase