tugas-farmakologi antiepilepsi

Upload: dinnie-agustiani

Post on 14-Oct-2015

40 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

FARMAKOLOGI

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 Tugas-Farmakologi Antiepilepsi

    1/19

    TUGAS FARMAKOLOGI KLINIS I

    ANTI EPILEPSI

    Oleh :

    Jandia Sundari (1090701)

    Kelas/No. : C - 17

    Fakultas Farmasi Universitas Surabaya

    2011

  • 5/24/2018 Tugas-Farmakologi Antiepilepsi

    2/19

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI.............................................................................................................i

    BAB I

    I.1.

    I.2.

    BAB II

    II.1.

    II.2.

    BAB III

    III.1.

    III.2.

    III.3.

    III.4.

    BAB IV

    PENDAHULUAN...........................................................................1

    Definisi.............................................................................................1

    Epidemiologi....................................................................................1

    ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI............................................2

    Etilologi............................................................................................2

    Patofisiologi.....................................................................................4

    PENGOBATAN EPILEPSI...........................................................6

    Mekanisme umum obat anti epilepsi................................................6

    Obat-obat anti epilepsi.....................................................................6

    Petunjuk umum terapi obat anti epilepsi........................................12

    Pertimbangan khusus....................................................................13

    STATUS EPILEPTICUS.............................................................14

    DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................ii

  • 5/24/2018 Tugas-Farmakologi Antiepilepsi

    3/19

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Definisi

    Epilepsi adalah gejala terganggunya aktivitas listrik di otak yang diukur

    dengan electroencephalogram (EEG) karena berbagai etiologi. Epilepsi dapat

    terjadi disertai kejang secara periodik ataupun tanpa kejang. Dimana kejang yang

    terjadi secara berkepanjangan dan terus-menerus dapat mengakibatkan kematian

    pada penderita. Pasien epilepsi biasanya memilki gangguan lain yaitu, gangguan

    depresi, kecemasan, bahkan gangguan pada neuro endokrin. Pasien epilepsi

    kemungkinan juga mengalami keterlambatan perkembangan saraf pusat, masalah

    memori, dan penurunan kognitif. Pengobatan terhadap penderita epilepsi fokus

    terhadap terapi obat untuk menghilangkan kejang, serta gangguan penyertanya.

    Setiap tahun, sekitar 125.000 kasus baru epilepsi terjadi di Amerika,

    dimana 30% terjadi pada usia 18 tahun (pada dignosis) dan puncaknya terjadi

    pada bayi yang baru lahir. Tetapi saat ini orang-orang yang lanjut usia pun bisamengalaminya, bahkan relatif tinggi .

    I.2. Epidemiologi

    Pada 5 tahun pertama setelah pasien diyakini menderita epilepsi, tingkat

    kekambuhan kejang terjadi 23% hingga 80%. Kejang pada penderita epilepsi

    dapat timbul karena gangguan tumor, trauma kepala, gangguan metabolik, dan

    infeksi SSP. Kejang sering terjadi pada bayi di bawah usia 1 tahun dan pada

    orang dewasa setelah usia 55 tahun. Namun, jumlah terbesar dari pasien yang

    menderita epilepsi adalah antara usia 15 dan 64 tahun.

    Banyak kasus kejang yang terjadi pada pasien epilepsi tidak diketahui jelas

    penyebabnya, hal ini disebut dengan epilepsi idiopatik. Epilepsi ini biasanya

    banyak terjadi pada anak-anak. Faktor risiko yang paling banyak terjadi pada

  • 5/24/2018 Tugas-Farmakologi Antiepilepsi

    4/19

    epilepsi di semua kelompok usia adalah akibat trauma kepala (terutama pada

    pasien duramater dan hilang kesadaran), infeksi SSP, dan stroke.

    BAB IIETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

    II.1. Etiologi

    Kejang pada epilepsi terjadi karena pelepasan sebagian kecil neuron

    abnormal. Segala sesuatu yang mengganggu homeostasis normal neuron dan

    mengganggu stabilitas dapat memicu aktivitas abnormal dan kejang. Pasien yang

    memiliki keterbelakangan mental dan cerebral palsy akan meningkatkan risikokejang. Semakin tinggi derajat keterbelakangan mental (yang biasa diukur dengan

    IQ), semakin besar penderita tersebut dapat mengalami epilepsi. Namun,

    keterbelakangan mental tidak sama dengan epilepsi. Pada usia lanjut, onset kejang

    yang terjadi biasanya parsial. Penyebab kejang pada usia lanjut biasanya

    multifaktorial serta termasuk penyakit serebrovaskular dan neurodegenerative.

    Selama kejang, ada peningkatan besar suplai darah yang mengalir ke otak untuk

    membawa keluar CO2

    dan substrat bagi aktivitas metabolik saraf. Semakin lamakejang, semakin besar kemungkinan otak untuk menderita iskemia yang dapat

    mengakibatkan kerusakan saraf dan kerusakan otak. Juga, paparan glutamat

    secara terus-menerus juga dapat memicu kerusakan di saraf.

    Selain penyebab-penyebab yang telah disebutkan di atas, ada penyebab lain yaitu

    idiopatik (tidak diketahui penyebab) atau kriptogenik (penyebab tersembunyi).

    Serangan epilepsi dapat terjadi sebagai akibat non neurologik etiologi seperti

    kurang tidur, hipoglikemia, hiponatremia, ensefalopati metabolik, alkohol,penyalahgunaan obat dan keracunan obat. Namun, kejang ini tidak boleh diobati

    dengan obat anti epilepsi. Beberapa obat yang dapat memicu serangan epilepsi

    yaitu tramadol, bupropion, teofilin, beberapa obat antidepresan, beberapa

    antipsikotik, amfetamin, kokain, imipenem, lithium, penggunaan dosis penisilin

    atau sefalosporin secara berlebihan, dan simpatomimetik atau stimulan.

  • 5/24/2018 Tugas-Farmakologi Antiepilepsi

    5/19

    Jenis-jenis kejang yang umum terjadi pada penderita epilepsi :

    1.Tonik-klonik

    Ditandai dengan kehilangan kesadaran secara tiba-tiba disertai denganekstensi tonik klonik dan kontraksi berirama pada semua otot utama. Durasi

    kejang biasanya 1 sampai 3 menit. Kejang ini sering disebut sebagai "grand

    mal."

    2.Absence

    Tiba-tiba dan singkat. Durasinya hanya beberapa detik. Kehilangan kesadaran

    yang terjadi tanpa adanya kontraksi otot. Kejang ini sering disebut "petit

    mal."

    3.Mioklonik

    Pasien tidak mengalami kehilangan kesadaran, karena kejang berlangsung

    kurang dari 3 sampai 4 detik. Kejang yang dialami yaitu dengan mengangkat

    bahu atau seperti kedinginan pada tulang belakang. Kejang mioklonik dapat

    berkembang menjadi kejang tonik-klonik.

    4.Atonik

    Pasien mengalami kehilangan kesadaran. Pasien akan jatuh ketika mereka

    tidak berbaring atau duduk di kursi. Serangan ini sering digambarkan sebagai

    serangan falling out.

    Kejang yang dimulai di daerah lokal dari otak, didefinisikan sebagai kejang

    parsial. Ada tiga jenis kejang parsial, yaitu :

    1.

    2.

    Sederhana

    Pasien akan mengalami gerakan otot yang tidak terkontrol dari bagian tubuh

    mereka tanpa perubahan kesadaran. Jenis sensasi atau gerakan tergantung

    pada lokasi kejang di otak.

    Kompleks

    Meskipun kejang terlokalisir daerah otak tertentu. Kejang ini menyebabkan

    perubahan pada tingkat kesadaran pasien.

    3.Sekunder umum/ Secondarily Generalized

  • 5/24/2018 Tugas-Farmakologi Antiepilepsi

    6/19

    Kejang ini dimulai dari kejang sederhana atau kejang parsial kompleks dan

    melibatkan seluruh otak. Pasien akan mengalami aura. Jenis parsial ini

    merupakan awal kejang yang sebenarnya.

    Kejang

    Tonikklonik

    Absence

    Mioklonik

    Atonik

    Umum Parsial

    Sederhana

    Kompleks

    SecondarilyGeneralized

    II.2. Patofisiologi

    Kejang yang terjadi secara tiba-tiba melibatkan gangguan listrik dari

    korteks serebral. Muatan listrik di korteks serebral menjadi terlalu cepat, ritmis,

    dan sinkron. Fenomena ini terkait oleh kelebihan rangsangan neurotransmitter,

    kegagalan dari inhibisi neurotransmitter, atau kombinasi keduanya. Ketika

    glutamat dilepaskan dari pre sinaps neuron, dan menempel ke salah satu dari

    beberapa jenis reseptor pada post sinaps neuron. Sehingga membuka saluran

    membran untuk memungkinkan natrium atau kalsium mengalir ke neuron post

    sinaps, dan terjadi depolarisasi dan mentransmisikannya ke signal exitatory.

    Beberapa obat antiepilepsi (misalnya, phenytoin, carbamazepin, dan

    lamotrigin) bekerja dengan menghambat mekanisme ini, baik dengan

  • 5/24/2018 Tugas-Farmakologi Antiepilepsi

    7/19

    menghalangi pelepasan glutamat atau menghalangi natrium atau kalsium menuju

    neuron post sinaps, sehingga mencegah eksitasi yang berlebihan. Neurotransmitter

    penghambatan utama dalam korteks serebral adalah -aminobutyric acid (GABA).

    Neurotransmiter ini menempel pada membran saraf dan membuka saluran klorida.

    Ketika klorida menuju ke neuron, maka akan terjadi hiperpolarisasi dan kurang

    bersemangat. Beberapa obat antiepilepsi, terutama barbiturat dan benzodiazepin,

    bekerja dengan meningkatkan aksi GABA.

    Manifestasi klinis tergantung pada lokasi yang mengalami gangguan,

    tingkat iritabilitas dari sekitar wilayah otak, dan intensitas tekanan. Kelainan

    konduktansi kalium atau kekurangan ATPase terkait dengan transportasi ion dapat

    menyebabkan ketidakstabilan membran neuronal dan kejang. Neurotransmitter(misalnya, glutamat, aspartat, asetilkolin, norepinefrin, histamin,

    corticotropinreleasing faktor, purin, peptida, sitokin, dan hormon steroid)

    meningkatkan rangsangan dan propagasi dari aktivitas neuronal, sedangkan -

    aminobutyric acid (GABA) dan dopamin menghambat aktivitas neuron

    dan propagasi. Kekurangan neurotransmitter inhibisi seperti GABA atau

    peningkatan excitatory neurotransmitters seperti glutamat akan mempertinggi

    aktivitas neuronal yang abnormal. Aktivitas saraf yang normal juga tergantungpada pasokan glukosa, oksigen, natrium, kalium, klorida, kalsium, dan asam

    amino yang cukup.

    Beberapa jenis epilepsi mungkin timbul dari neurofisiologis abnormal yang

    berbeda. Pengendalian aktivitas neuronal abnormal dengan obat anti epilesi

    dicapai dengan meninggikan ambang neuron untuk listrik/rangsangan kimia atau

    dengan membatasi terjadinya kejang. Meningkatkan ambang batas yang paling

    mungkin adalah melibatkan stabilisasi membran neuron, sedangkan membatasi

    terjadinya kejang dengan melibatkan transmisi depresi sinaptik dan pengurangan

    konduksi saraf.

  • 5/24/2018 Tugas-Farmakologi Antiepilepsi

    8/19

    BAB III

    PENGOBATAN EPILEPSI

    III.1. Mekanisme umum obat anti epilepsi

    Mekanisme anti epilepsi yaitu menghambat pelepasan neuronal, dengan

    satu atau lebih cara, yaitu :

    1.

    2.

    3.

    Mengurangi permeabilitas membran sel ion, khususnya tegangan saluran

    natrium yang dapat menghasilkan potensial aksi.

    Meningkatkan aktivitas GABA (gamma-aminobutiryc acid), sehingga dapat

    meningkatkan permeabilitas membran ion klorida dan mengurangi

    rangsangan pada sel.

    Menghambat rangsangan neurotransmiter, misalnya glutamat dan aspartat.

    III.2. Obat-obat anti epilepsi

    Tabel Drug of choice untuk serangan kejang spesifik :

  • 5/24/2018 Tugas-Farmakologi Antiepilepsi

    9/19

    Tipe Kejang

    Parsial

    Pilihan Pertama

    Carbamazepin

    Fenitoin

    Lamotrigin

    Asam valproat

    Oxcarbazepin

    Alternatif

    Gabapentin

    Topiramid

    Levetiracetam

    Zonisamid

    Tiagabine,

    Primidone,

    Fenobarbital

    Felbamat

    Serangan umum

    Absence

    Mioklonik

    Tonik klonik

    -42Carbamazepin

    Asam valproat,

    Etosuximid

    Asam valproat,

    Clonazepam

    Fenitoin,

    Carbamazepin,

    Asam valproat

    Lamotrigin,

    Levetiracetam

    Lamotrigin,

    Topiramid,

    Felbamat,

    Zonisamid,

    LevetiracetamLamotrigin,

    Topiramid,

    Fenobarbital,

    Primidone,

    Oxcarbazepin,

    Levetiracetam

    Bertindak dengan menghambat pelepasan saluran natrium. Obat ini dapat

    ditingkatkan bioavailabilitasnya dengan adanya makanan. Obat ini dimetabolisme

    dihati 98% sampai 99% dari dosisnya (kebanyakan oleh CYP3A4), dan metabolit

  • 5/24/2018 Tugas-Farmakologi Antiepilepsi

    10/19

    utama adalah karbamazepin-10,11-epoksida yang aktif. Carbamazepin dapat

    mengalami autoinduksi; efek ini dimulai dalam waktu 3 sampai 5 hari dosis

    inisiasi dan dibutuhkan 21 sampai 28 hari untuk benar-benar bereaksi.

    Carbamazepin dianggap sebagai obat antiepilepsi pilihan pertama untuk kejang

    parsial yang baru didiagnosa. Hal ini juga berguna untuk kejang kejang umum

    primer yang tidak dianggap darurat. Efek samping neurosensorik (misalnya,

    diplopia, penglihatan kabur, nistagmus, ataksia, pusing, dan sakit kepala) adalah

    yang paling umum, terjadi pada 35% sampai 50% dari pasien.

    Carbamazepin dapat menyebabkan hiponatremia, kondisi yang mirip dengan

    sindrom sekresi hormon antidiuretik yang berlebih. Leukopenia adalah efek

    samping yang paling umum hematologi (hingga 10%) tetapi biasanya bersifatsementara. Ini. Penggunaan Carbamazepin dapat dilanjutkan kecuali jika jumlah

    sel darah putih (WBC) turun menjadi kurang dari 2500/mm3dan jumlah neutrofil

    mutlak turun menjadi kurang dari 1000/mm3. Ruam dapat terjadi pada 10%

    pasien. Efek samping lain termasuk hepatitis, osteomalacia, cacat konduksi

    jantung, dan lupus seperti reaksi. Carbamazepin dapat berinteraksi dengan obat

    lain dengan menginduksi metabolismenya. Asam valproat meningkatkan

    konsentrasi dari 10,11-epoksida metabolit tanpa mempengaruhi konsentrasicarbamazepin. Interaksi eritromisin dan klaritromisin (CYP3A4 inhibisi) dengan

    carbamazepine sangat signifikan. Dosis loading digunakan hanya pada pasien

    sakit kritis. Meskipun beberapa pasien, khususnya mereka yang menggunakan

    pengobatan monoterapi, dapat dipertahankan pada dua kali sehari dosis. Dosis

    yang lebih besar dapat diberikan pada waktu tidur. Peningkatan dosis dapat

    dilakukan setiap 2 sampai 3 minggu. Para berkelanjutan dan terkontrol-release

    bentuk dosis memungkinkan untuk dua kali sehari dosis. Etosuximid

    Mekanisme kerjanya adalah menghambat ikatan NADPH dengan aldehida

    reduktase , inhibisi natrium-kalium ATPase, penurunan Na+, memblokir Ca2+dan

    tergantung pada saluran K+, serta penghambatan saluran Ca2T-Type.

    Felbamat

  • 5/24/2018 Tugas-Farmakologi Antiepilepsi

    11/19

    Bertindak sebagai antagonis reseptor glisin. Obat ini biasanya digunakan untuk

    mengobati kejang lemah pada pasien dengan sindrom Lennox-Gastaut, dan juga

    efektif untuk kejang parsial. Karena laporan anemia aplastik (1 dalam 3000

    pasien) dan hepatitis (1 dalam 10.000 pasien), sekarang direkomendasikan hanya

    untuk pasien refrakter terhadap obat antiepilepsi lainnya. Apabila penggunaan

    felbamat bersama-sama fenitoin, asam carbamazepine, dan valproat sangat

    dianjurk untuk menurunkan dosis sekitar 30% untuk obat-obatan selain felbamat.

    Jika felbamate digunakan sebagai monoterapi, dosis dimulai pada 1200 mg / hari

    (15 mg / kg pada anak-anak) dan kemudian meningkat dengan 600 mg setiap 2

    minggu sampai dosis maksimum 3600 mg / hari (45 mg / kg anak)

    GabapentinMekanisme kerjanya dengan memodulasi tegangan sensitif pada saluran Ca2+dan

    meningkatkan kadar GABA. Obat ini merupakan pilihan kedua untuk pasien

    dengan kejang parsial yang telah gagal pengobatan awal juga pada pasien dengan

    gangguan kejang yang kurang parah, seperti baru-onset epilepsi parsial, terutama

    pada pasien usia lanjut. Bioavailabilitas menurun dengan peningkatan dosis. Efek

    samping yang umum adalah kelelahan, mengantuk, pusing, dan ataksia.

    Dosis dimulai pada 300 mg pada waktu tidur dan meningkat menjadi 300 mg duakali sehari pada hari kedua dan 300 mg tiga kali sehari pada hari ketiga.

    Kebanyakan dokter menggunakan dosis 2400-4800 mg / hari.

    Lamotrigin

    Lamotrigin bekerja memblok saluran natrium saraf, menghasilkan penghambatan

    dari tegangan tinggi aktivasi arus Ca2+, dan menginhibisi pelepasan

    neurotransmiter asam amino. Hal ini berguna sebagai terapi tambahan dan

    monoterapi pada orang dewasa dengan epilepsi parsial. Efek samping yang palingsering adalah diplopia, mengantuk, ataksia, dan sakit kepala. Ruam biasanya

    ringan sampai sedang, dapat juga terjadi tetapi Stevens-Johnson sindrom.

    Levetiracetam

    Leviracetam memiliki farmakokinetik linear dan tidak dimetabolisme oleh sistem

    P450 (CYP) dan UGT sitokrom. Hal ini efektif dalam pengobatan adjunctive

    kejang parsial pada orang dewasa yang telah gagal terapi awal.

  • 5/24/2018 Tugas-Farmakologi Antiepilepsi

    12/19

    Efek samping meliputi sedasi, kelelahan, dan kesulitan koordinasi. Dosis awal

    yang dianjurkan adalah 500 mg secara oral dua kali sehari, dan ini dapat

    ditingkatkan dengan 1000 mg / hari setiap 2 minggu sampai dosis yang dianjurkan

    maksimum 3000 mg / hari.

    Oxcarbazepine

    Oxcarbazepine (prodrug carbamazepin) secara struktural terkait dengan

    carbamazepine, tetapi dikonversi menjadi turunan monohidrat yang merupakan

    komponen aktif. Kerjanya memblok tegangan-sensitif saluran natrium,

    memodulasi saluran kalsium, dan meningkatkan konduktansi kalium.

    Pasien dengan gangguan ginjal yang signifikan mungkin memerlukan

    penyesuaian dosis. Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah pusing,mual, sakit kepala, diare, muntah, infeksi saluran pernafasan, sembelit, dispepsia,

    ataksia, dan gugup. Hal ini biasanya memiliki efek samping yang lebih sedikit

    daripada fenitoin, asam valproat, atau carbamazepine. Hiponatremia telah

    dilaporkan dalam hingga 25% dari pasien dan lebih mungkin pada orang tua.

    Sekitar 25% sampai 30% dari pasien yang memiliki ruam dengan carbamazepin

    akan memiliki cross-reaksi dengan oxcarbazepin. Penggunaan bersamaan

    oxcarbazepin dengan ethinyl estradiol dan levonorgestrel dapat membuat obat inikurang efektif. Oxcarbazepin dapat meningkatkan konsentrasi serum fenitoin dan

    penurunan konsentrasi serum lamotrigin (induksi UGT). Pada orang dewasa, dosis

    awal oxcarbazepin sebagai monoterapi adalah 300 mg sekali atau dua kali sehari.

    Hal ini dapat ditingkatkan dengan 600 mg / hari setiap minggu dengan dosis

    maksimum 2400 mg / hari. Untuk anak usia 4 sampai 16 tahun, dosis awal adalah

    8 sampai 10 mg / kg diberikan dua kali sehari, tidak melebihi 600 mg / hari.

    FenobarbitalFenobarbital merupakan obat pilihan untuk kejang neonatal, tetapi dalam situasi

    lain itu digunakan untuk pasien yang telah gagal menggunakan obat antiepilepsi

    lainnya. Fenobarbital adalah enzim inducer kuat. Jumlah fenobarbital yang

    diekskresikan lewat ginjal dapat ditingkatkan dengan memberikan diuretik dan

    alkalinizers kemih. Efek samping yang paling umum adalah kelelahan,

    mengantuk, dan depresi. Fenobarbital merusak kinerja kognitif. Pada anak-anak,

  • 5/24/2018 Tugas-Farmakologi Antiepilepsi

    13/19

    hiperaktivitas dapat terjadi. Etanol meningkatkan metabolisme fenobarbital, tetapi

    asam valproat, cimetidine, fenitoin, felbamat, dan kloramfenikol menghambat

    metabolismenya.

    Fenitoin

    Mengubah ion fluks fenitoin, sehingga mengubah depolarisasi, repolarisasi, dan

    stabilitas membran. Fenitoin adalah pilihan pertama untuk kejang umum dan

    kejang parsial. Makanan dapat memperlambat penyerapan. Rute intramuskular

    sebaiknya dihindari, karena penyerapan yang tidak menentu. Fosphenytoin aman

    dapat diberikan intravena dan intramuskuler. Fenitoin dimetabolisme di hati

    terutama oleh CYP2C9, tetapi CYP2C19 juga terlibat. Dalam situasi non akut,

    fenitoin dapat dimulai pada orang dewasa pada dosis oral 5 mg / kg /Efek samping yang umum tetapi biasanya transien adalah kelesuan, inkoordinasi,

    penglihatan kabur, disfungsi kortikal yang lebih tinggi, dan mengantuk. Pada

    konsentrasi yang lebih besar dari 50 mcg / ml, fenitoin dapat memperburuk

    kejang. Efek samping kronis termasuk hiperplasia gingiva, gangguan kognisi,

    hirsutisme, kekurangan vitamin D, osteomalacia, kekurangan asam folat,

    intoleransi karbohidrat, hipotiroidisme, dan neuropati perifer.

    Fenitoin rentan terhadap interaksi banyak obat. Fenitoin mengurangi penyerapanasam folat, tetapi penggantian asam folat meningkatkan clearance fenitoin dan

    dapat mengakibatkan hilangnya keampuhan.

    Tiagabine

    Tiagabine adalah inhibitor reuptake spesifik dari GABA ke dalam sel glial dan

    neuron lainnya. Obat ini digunakan sebagai pilihan kedua untuk pasien dengan

    kejang parsial yang telah gagal terapi awal. Efek samping yang paling sering

    dilaporkan adalah pusing. Efek samping lainnya adalah asthenia, gugup, tremor,dan diare. Efek samping ini biasanya bersifat sementara.

    Hal ini dioksidasi oleh enzim CYP3A4, dan penginduksi enzim yang

    meningkatkan clearance. Tiagabine dipindahkan dari protein dengan naproxen,

    salisilat, dan valproate. Tingkat dosis minimal yang efektif dewasa ini dianggap

    30 mg / hari. Dosis awal adalah 4 mg / hari, dan ini dapat ditingkatkan sampai 56

  • 5/24/2018 Tugas-Farmakologi Antiepilepsi

    14/19

    mg / hari dalam interval 4 sampai 8 mg / hari ditambah setiap minggu. Dosis

    biasanya dipakai adalah 32-56 mg sehari.

    Topiramat

    Topiramat mempengaruhi saluran sodium, reseptor GABA, dan antagonisme -

    amino-3-hidroksi-5-metil-4-isoxazole-4-asam propionat (AMPA) subtipe reseptor

    glutamat. Efek samping yang paling umum adalah ataksia, gangguan konsentrasi,

    kebingungan, pusing, kelelahan, parestesia, dan mengantuk. Nefrolitiasis terjadi

    pada 1,5% pasien. Hal ini juga dikaitkan dengan akut glaukoma sudut sempit,

    oligohydrosis, dan asidosis metabolik. Enzim penginduksi dapat menurunkan

    tingkat serum topiramate. Dosis awal adalah 12,5 sampai 50 mg / hari, meningkat

    12,5 sampai 50 mg / hari setiap minggu atau dua. Dosis minimal yang efektifadalah sekitar 200 mg / hari.

    Asam valproat dan sodium divalproat

    Asam valproat dapat meningkatkan sintesis atau menghambat degradasi GABA.

    Hal ini juga dapat mempotensiasi GABA tanggapan postsynaptic,mdan

    mempengaruhi saluran kalium. Ini adalah terapi pertama untuk kejang umum

    primer, seperti adanya, mioklonik, dan kejang lemah serta monoterapi kejang

    parsial. Hal ini juga dapat berguna dalam gangguan kejang campuran. Efeksamping biasanya ringan dan termasuk gastrointestinal (GI) keluhan, berat badan,

    mengantuk, ataksia, dan tremor. Keluhan GI dapat diminimalkan dengan

    perumusan enterik dilapisi atau dengan memberikan dengan makanan.

    Trombositopenia adalah umum tetapi responsif terhadap penurunan dosis.

    Toksisitas hematologi lainnya termasuk leukopenia dengan neutropenia

    sementara, erythroblastopenia transien, dan perubahan sumsum tulang.

    ZonisamideZonisamide adalah spektrum yang luas sulfonamida yang menginhibisi saluran

    sodium dengan mengurangi tegangan pada saluran Ca2+, juga memfasilitasi

    neurotransmisi dopaminergik dan serotonergik, lemah menghambat anhydrase

    karbonat, dan blok rilis K+. Zonisamide adalah protein 40% terikat dan memiliki

    waktu paruh 63-69 jam. Hal ini dimetabolisme oleh CYP3A4, dan sekitar 30%

    diekskresikan berubah. Efek samping yang paling umum termasuk mengantuk,

  • 5/24/2018 Tugas-Farmakologi Antiepilepsi

    15/19

    pusing, anoreksia, sakit kepala, mual, dan lekas marah. Gejala batu ginjal dapat

    terjadi pada 2,6% pasien. Reaksi hipersensitivitas dapat terjadi pada 0,02% pasien,

    dan sejarah alergi terhadap sulfonamida merupakan kontraindikasi. Pemantauan

    fungsi ginjal dapat dianjurkan pada beberapa pasien. Induser enzim dapat

    mengurangi paruh zonisamide sampai 27 sampai 36 jam. Dosis awal pada orang

    dewasa adalah 100 mg / hari, dan dosis harian yang meningkat sebesar 100 mg

    setiap 2 minggu sampai respon yang terlihat. Rentang dosis pada orang dewasa

    100-600 mg / hari

    III.3. Petunjuk umum terapi obat antiepilepsi

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    Terapi harus dimulai secara monoterapi (penggunaan satu macam obat)

    Terapi harus disesuaikan dengan jenis gangguan kejang, meskipun bebrapaobat antiepilepsi memiliki spektru yang luas. Misal pada penggunaan

    carbamazepin walaupun secara umum digunakan usebagai obat pilihan

    pertama pada epilepsi, tetapi harus dihindari pada pasien yang mengalami

    mioklonik karena dapat memperparah keadaanya.

    Pemilihan obat harus didasarkan oleh jenis kelamin dan usia, terutama bagi

    wanita harus menghindari obat-obat yang sifatnya teratogenesis dan yang

    dapat mempengaruhi penampilannya, misal hirsutisme akibat pemakaianfenitoin.

    Jika pada monoterapi tidak berhasil, maka harus ganti dengan kombinasi

    obat.

    Pengobatan pada pasien epilepsi tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba dan

    mendadak.

    Pasien dalam keadaan khusus harus ada penyesuaian dosis dalam terapinya.

    III.4. Pertimbangan khususObat antiepilepsi, topiramate dan oxcarbazepine, dapat menyebabkan

    kegagalan pengobatan pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral. Untuk

    epilepsi catamenial (kejang sebelum atau selama menstruasi) atau kejang yang

    terjadi pada saat ovulasi, obat antiepilepsi konvensional harus dicoba terlebih

    dahulu, namun terapi hormonal (agen progestasional) juga mungkin efektif. Obat

    antiepilepsi monoterapi lebih dianjurkan untuk wanita hamil (dengan epilepsi).

  • 5/24/2018 Tugas-Farmakologi Antiepilepsi

    16/19

    Convulsive NonconvulsiveInternational Traditional

    Terminology

    International Traditional

    Terminology

    Primary generalized

    SE

    Tonic-a,b

    clonica,c

    Tonicc

    Clonic

    Grand mal,epilepticusconvulsivus

    cAbsence Petit mal, spike-and-wave stupor, spike-and-slow-wave or3/s spike-and-wave,epileptic fugue,epilepsia minoracontinua, epileptic

    Pada wanita nonepileptik, barbiturat dan fenitoin berhubungan dengan

    malformasi jantung bawaan dan sumbing. Asam valproik dan carbamazepine

    berhubungan dengan spina bifida dan hipospadia. Hasil yang merugikan lainnya

    adalah pertumbuhan, psikomotor, dan keterbelakangan mental. Beberapa

    peristiwa ini dapat dicegah dengan asupan folat yang memadai; vitamin prenatal

    dengan asam folat (sekitar 0,4 sampai 5 mg / hari) harus diberikan kepada

    perempuan potensial subur yang mengkonsumsi obat antiepilepsi. Vitamin K, 10

    mg / hari secara oral, diberikan kepada ibu selama bulan terakhir sebelum

    melahirkan untuk mencegah gangguan hemoragik bayi baru lahir.

    BAB IV

    STATUS EPILEPTICUS

    Status epilepticus adalah keadaan medis dari epilepsi berupa kejang yang berulang

    tanpa periode atau kejang yang berlangsung selama lebih dari 30 menit.yang

    darurat. Ptofiosloginya adalah akibat peningkatan rangsangan (misalnya,glutamat, asetilkolin) atau penurunan inhibisi dari neurotrasmiter GABA yang

    menyebabkan kejang berkelanjutan dan kematian neuronal. Selama pasien

    mengalami status epilepticus, sistem GABA tidak berfungsi untuk menghambat

    kejang.

    Tabel klasifikasi status epilepticus secara internasional :

  • 5/24/2018 Tugas-Farmakologi Antiepilepsi

    17/19

    Myoclob

    nic

    Erratic

    d

    twilight, minor SE

    Secondarya,b

    generalized SE

    Tonic

    Partial seizures

    with secondary

    generalization

    a,bPartial SE Focal motor, focalsensory, epilepsia

    partialis continuans,adversive SE

    Simple partialSomatomotorDysphasicOther types

    Elementary

    Complexpartial

    Temporal lobe,psychomotor,epileptic fugue state,

    prolonged epilepticstupor, prolongedepileptic confusionalstate, continuousepileptic twilight

    stateaMost common in older children.

    bMost common in adolescents and adults.

    bMost common in infants and young children.

    dMost common in neonates.

    Lorazepam i.v. banyak digunakan sebagai pilihan awal status epilepticus,

    selain itu dapat digunakan clonazepam sebagai alternatif. Diazepam i.v. banyak

    digunakan secara luas sebagai obat pilihan pertama, tetapi cenderung

    menyebabkan hipotensi dan depresi pernafasan, dan efek antiepilepsinya habissetelah sekitar 20 menit, sehingga iv fenitoin juga harus diberikan pada waktu

    yang sama (dengan EKG pemantauan dan tekanan darah, karena dapat

    menimbulkan aritmia jantung aritmia dan hipotensi lebih lanjut). Untuk alasan ini

    beberapa menganggap fenobarbital untuk lebih aman. Jika fasilitas resusitasi tidak

    segera tersedia, diazepam dapat diberikan secara rektal.

  • 5/24/2018 Tugas-Farmakologi Antiepilepsi

    18/19

    DAFTAR PUSTAKA

    Bennet P.N, MD FRCP and M.J Brown, MA Msc FRCP. 2003.Clinical

    Pharmacology 9thEd. Newyork : Churchill Livingstone.

    Dipiro Joseph T, et all. 2005.Pharmacotheraphy A Pathophysiologic Approach6thEd. United States of America : Mc Graw Hill

    Dipiro Joseph T, et all. 2006.Pharmacotheraphy Handbook 6thEd.United States

    of America : Mc Graw Hill

    Dipiro Joseph T, et all. 2008.Pharmacotheraphy A Pathophysiologic Approach

    7thEd. United States of America : Mc Graw Hill

    Dipiro Joseph T, et all. 2008.Pharmacotheraphy Principle and Practice. United

    States of America : Mc Graw Hill

    Factor Stewart A, DO et all. 2005.Drug Induced Movement Disorders 2ndEd.

    Australia : Blackwell Futura

    Linn William D, et all. 2009.Pharmacotherapeutics in Primary Care.United

    States of America : Mc Graw Hill

  • 5/24/2018 Tugas-Farmakologi Antiepilepsi

    19/19

    Russell J Greene and Norman D Harris. 2008.Pathology and Therapeutics for

    Pharmacists A basis for clinical pharmacy practice 3rdEd. London :

    Pharmaceutical Press

    Wilkins and Lippincott William. 2009.Clinical Pharmacology Made Incredibly

    Easy! 3rdEd.