tugas ekokes

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan. Dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dalam proses kehidupan seseorang. Tanpa adanya kesehatan yang baik maka tidak akan ada masyarakat yang produktif. Dalam kehidupan berbangsa, pembangunan kesehatan merupakan suatu hal yang bernilai sangat insentif. Nilai investasinya terletak pada tersedianya sumber daya yang senantiasa “siap pakai” dan terhindar dari ancaman penyakit.

Upload: arya-perdana-putra

Post on 26-Sep-2015

244 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

ekonomi kesehatan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangKesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan. Dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dalam proses kehidupan seseorang.Tanpa adanya kesehatan yang baik maka tidak akan ada masyarakat yang produktif. Dalam kehidupan berbangsa, pembangunan kesehatan merupakan suatu hal yang bernilai sangat insentif. Nilai investasinya terletak pada tersedianya sumber daya yang senantiasa siap pakai dan terhindar dari ancaman penyakit.Di Indonesia sendiri tak bisa dipungkiri bahwa trend pembangunan kesehatan bergulir mengikuti pola rezim penguasa. Ketika pemerintah negeri ini hanya memandang sebelah mata pada pembangunan kesehatan, maka kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat akan menjadi sangat memprihatinkan. Salah satu sub system kesehatan nasional adalah subsistem pembiayaan kesehatan. Jika ditinjau dari defenisi sehat, sebagaimana yang dimaksud oleh WHO, maka pembiayaan pembangunan perumahan dan atau pembiayaan pengadaan pangan, yang karena juga memiliki dampak terhadap derajat kesehatan, seharusnya turut pula diperhitungkan. Rekomendasi kebijakan dari Bank Dunia (2008) untuk negara-negara dengan middle-income untuk pembiayaan kesehatan adalah melihat efisiensi dan equitable mobilisasi penerimaan sebagai prioritas utama dalam kesehatan karena merupakan hal yang kritis mengenai sustainable dari penganggaran dan memastikan untuk kebutuhan jangka panjang dari transisi kesehatan.Pada akhir-akhir ini, dengan makin kompleksnya pelayanan kesehatan serta makin langkanya sumber dana yang tersedia, maka perhatian terhadap sub sistem pembiayaan kesehatan makin meningkat. Pembahasan tentang subsistem pembiayaan kesehatan ini tercakup dalam suatu cabang ilmu khusus yang dikenal dengan nama ekonomi kesehatan.

1.2. TujuanTujuan dari kajian ini untuk mengetahui hubungan dari prinsip efisiensi, equity dan sustainability dalam bidang ekonomi kesehatan serta penerapan dari prinsip tersebut dalam sistem kesehatan Indonesia

1.3. ManfaatPembaca dapat mengetahui hubungan dari prinsip efisiensi, equity dan sustainability dalam bidang ekonomi kesehatan serta penerapan dari prinsip tersebut dalam sistem kesehatan Indonesia

BAB IIKAJIAN KONSEPTUAL

Sektor kesehatan di Indonesia masih terjadi keterbatasan anggaran dan di saat yang bersamaan terjadi peningkatan kebutuhan dan permintaan terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Dibandingkan dengan negara tetangga yaitu Malaysia dan Thailand, pengeluaran untuk kesehatan di Indonesia lebih kecil. Total estimasi pengeluaran kesehatan per kapita pada tahun 2003 di Indonesia adalah US$ 33 sedangkan Malaysia US$ 149 dan Thailand US$ 90. (WHO,2008)Pembiayaan untuk sektor kesehatan di Indonesia diperoleh dari tiga sumber utama. Sekitar 65 persen berasal dari biaya swasta, yang sekitar 75 persennya berupa biaya yang dikeluarkan dari kantong sendiri. Kurang dari 2 persen berasal dari bantuan asing, yang terutama disalurkan melalui anggaran pemerintah dan sisanya dibiayai dengan pendapatan pemerintah umum. (Bank Dunia,2008). Masih tingginya pengeluaran out-of-pocket perlu mendapat perhatian yang besar dari pemerintah karena pengeluaran out-of-pocket merupakan cara yang paling tidak adil dalam membayar perawatan kesehatan dan menghambat perlindungan keuangan. Melalui subsidi untuk perawatan rumah sakit secara umum berdasarkan kajian Bank Dunia (2008) pengeluaran pemerintah lebih memihak kelompok berpenghasilan tinggi dibandingkan dengan masyarakat miskin. Rekomendasi kebijakan dari Bank Dunia (2008) untuk negara-negara dengan middle-income untuk pembiayaan kesehatan adalah melihat efisiensi dan equitable mobilisasi penerimaan sebagai prioritas utama dalam kesehatan karena merupakan hal yang kritis mengenai sustainable dari penganggaran dan memastikan untuk kebutuhan jangka panjang dari transisi kesehatan.

2.1. EKONOMIEkonomi adalah ilmu untuk membuat pilihan. Sumber daya di alam terbatas, sedang keinginan (wants) manusia tidak terbatas. Demikian juga jumlah dokter, perawat, obat-obatan, tempat tidur untuk perawatan inap, terbatas, sedang permintaan (demand) berbagai sumber daya di sektor kesehatan meningkat.Karena itu sumber daya kesehatanharus digunakandengan efisien dan berkeadilan (equitable). Sebagai sains, ekonomi dibagi dua bagian: ekonomi positif dan normatif. Ekonomi positif mempelajari penggunaan dan alokasi sumber daya yang efisien. Ekonomi positif mempelajari bagaimana pasar bekerja dan bagaimana intervensi akan mempengaruhi hasil. Ekonomi normatif mempelajari penggunaan dan alokasi sumber daya yang berkeadilan (equity). Ekonomi normatif mempelajari apa yang seharusnya diproduksi, sumber daya apa yang seharusnya digunakan dan bagaimana mendistribusikan barang.2.2. KELANGKAANIlmu ekonomi timbul berdasarkan gagasan bahwa kegiatan manusia dilakukan di dunia dengan sumber dayayang terbatas (scarcity). Pelayanan kesehatan (health care) dapat dipandang merupakan sebuah proses yang menggunakan sejumlah input untuk menghasilkan output, Input tersebut (disebut faktor produksi) dibagi menjadi 4 kategori:1. Lahan (land)sumber daya fisik. Sebagai contoh, gedung dan tanah Puskesmas, RS.2. Modal (capital)sumber daya yang diciptakan oleh manusia untuk membantu produksi,misalnya peralatan. Sebagai contoh, obat-obatan, alat-alat kedokteran, bahan habis pakai,kendaraan.3. Pekerja (labour)sumber daya manusia dalam arti orang sebagai pekerja. Sebagai contoh,dokter, perawat, bidan, paramedis, tenaga administrasi.4. Perusahaansumber daya manusia untuk mengorganisasi ketiga faktor untuk meproduksi barang dan pelaayanan.

Dalam ekonomi, kelangkaan disebabkan ketersediaan sumber daya terbatas, sedang keinginan (want) untuk menggunakan sumber daya itu tidak terbatas. Jika sebuah sumber daya digunakan untuk suatu pilihan.2.3. EKONOMI KESEHATANTerdapat banyak definisi ekonomi kesehatan. Salah satunya mendefinsikan ekonomi kesehatan sebagai ilmu yang mempelajari suplai dan demand sumber daya pelayanan kesehatan dan dampak sumber daya pelayanan kesehatan terhadap populasi. Tentu saja definisi hanya merepresentasikan sebagian kecil topik yang dipelajari dalam ekonomi kesehatan. Ekonomi kesehatan perlu dipelajari, karena terdapat hubungan antara kesehatan dan ekonomi. Kesehatan mempengaruhi kondisi ekonomi, dan sebaliknya ekonomi mempengaruhi kesehatan. Sebagai contoh.1. Kesehatan yang buruk seorang menyebabkan biaya bagi orang tersebut karena menurunnya kemampuan untuk menikmati hidup, memperoleh penghasilan, ataubekerja dengan efektif. Kesehatan yang lebih baik memungkinkan seorang untuk memenuhi hidup yang lebih produktif.2. Kesehatan yang buruk individu dapat memberikan dampak dan ancaman bagi orang lain.Sebagai contoh: Seorang yang terinfeksi penyakit infeksi dapat menular ke orang lain. Misalnya, AIDS.3. Kepala rumah tangga pencari nafkah yang tidak sehat atau sakit akan menyebabkan penurunan pendapatan keluarga, makanan dan perumahan yang buruk bagikeluarga.4. Anggota keluarga yang harus membantu merawat anggota keluarga yang sakit akan kehilangan waktu untuk mendapatkan penghasilan dari pekerjaan.5. Pekerja yang memiliki kesehatan buruk akan mengalami menurunan produktivitas.

Jadi pelayanan kesehatan yang lebih baik akan memberikan manfaat bagi individu dan masyarakat keseluruhan jika membawa kesehatan yang lebih baik. Status kesehatan penduduk yang baik meningkatkan produktivitas, meningkatkan pendapatan perkapita, meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.

2.4. NEEDS, DEMAND, DAN WANTSNeed (kebutuhan) adalah kuantitas barang atau pelayanan yang disecara objektif dipandang terbaikuntuk digunakan memperbaikikondisi kesehatan pasien. Need biasanya ditentukan oleh dokter,tetapi kualitas pertimbangan dokter tergantung pendidikan, peralatan, dan kompetensi dokter. Demand (permintaan) adalah barang atau pelayanan yang sesungguhnya dibeli oleh pasien.Permintaan tersebut dipengaruhi oleh pendapat medis dari dokter, dan juga faktor lain seperti pendapatan dan harga obat. Demand berbeda dengan need dan want. Wants (keinginan) adalah barang atau pelayanaan yang diinginkan pasien karena dianggapterbaik bagi mereka (misalnya, obat yang bekerja cepat). Wants bisa sama atau berbeda dengan need (kebutuhan) Pembedaan itu penting karena tujuannya adalah memenuhi semaksimal mungkin kebutuhan orang, dengan cara memperbaiki keputusan dokter, dan mendekatkan keinginan dan permintaansedekat mungkin dengan kebutuhan, melalui pendidikaan kesehatan, dan sebagainya.

WANTSDEMANDNEEDSGambar 1. Konsep Needs, Demand, Wants2.5. DEMAND DAN SUPPLYDemand (permintaan) adalah apa yang diminta orang. Penyediaan (supply) adalah apa yang disediakan. Salah satu prinsip ekonomi menyatakan, pada pasar sempurna (perfect market), demand dan supply ditentukan secara independen. Artinya, produsen menentukan supply, konsumen menentukan demand. Harga barang naik atau turun hingga jumlah yang disuplai sama denganjumlah yang diminta, yaitu tercapainya ekuilbrium.Prinsip dasar ekonomi lainnya menyatakan, demand akan sama dengan supply pada pasar sempurna. Meskipun demand dan supply kesehatan dan pelayanan kesehatan tidak mengikuti pasar sempurna, tetapi bebrapa aspek supply dandemand tetap berlaku. Demand terhadap pelayanan kesehatan dapat dihitung berdasarkan: Bed occupancy Jumlah kunjungan rawat jalan Jumlah tes diagnostic dan sebagainyaMenurut teori ekonomi, demand ditentukan oleh beberapa faktor: harga (tarif), pendapatan,kesukaan (preferensi), dan barang alternatif. Harga - Makin tinggiharga, makin menurun demand pelayanan kesehatan Pendapatan individu - Makin rendah pendapatan, makin menurun demand pelayanan kesehatan. Harga dan ketersediaan komplemen dan substitusi - Harga barang substitusi (pengganti) yang menurun akan menurunkan demand suatu barang. Harga barang komplementer (pelengkap) yang menurun akan meningkatkan demand suatu barang.2.6. KARAKTERISTIK PELAYANAN KESEHATANPelayanan kesehatan berbeda dengan barang dan pelayanan ekonomi lainnya. Pelayanan kesehatan atau pelayanan medis sangat heterogen, terdiri atas banyak sekali barang dan pelayanan yang bertujuan memelihara, memperbaiki, memulihkan kesehatan fisik dan jiwa seorang. Karena sifat yang sangat heterogen, pelayanan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif. Beberapa karakteristik khusus pelayanan kesehatan sebagai berikut:1. Intangibility. Tidak seperti mobil atau makanan, pelayanan kesehatan tidak bisa dinilai olehpanca indera. Konsumen (pasien) tidak bisa melihat, mendengar, membau, merasakan,mengecap pelayanan kesehatan.2.2. Inseparability. Produksi dan konsumsi pelayanan kesehatan terjadi secara simultan(bersama). Makanan bisa dibuat dulu, untuk dikonsumsi kemudian. Tindakan operatif yangdilakukan dokter bedah pada saat yangsama digunakan oleh pasien.3. Inventory. Pelayanan kesehatan tidak bisa disimpan untuk digunakan pada saat dibutuhkan oleh pasien nantinya.4. Inkonsistensi. Komposisi dan kualitas pelayanan kesehatan yang diterima pasien dari dariseorang dokter dari waktu ke waktu, maupun pelayanan kesehatan yang digunakan antarpasien, bervariasi.Jadi pelayanaan kesehatansulit diukur secara kuantitatif.Biasanya pelayanan kesehatan diukur berdasarkan ketersediaaan (jumlah dokter atau tempat tidur rumah sakit per 1,000 penduduk) atau penggunaan (jumlah konsultasi atau pembedahan per kapita).2.7. EFISIENSIMenurut kamus besar bahasa Indonesia efisiensi adalah tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya) atau mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat, berdaya guna dan bertepat guna. Efisiensi terbagi menjadi tiga jenis yaitu:Efisiensi Produktif.Sebuah puskesmas atau RS mencapai efisiensi produktif jika memproduksi kuantitas output dengan kuantitas input seminimal mungkin, atau memproduksi semaksimal mungkin kuantitas output dengan kuantitas input yang tersedia (Clewer dan Perkins, 1998). Pada setting Puskesmas, output tersebut misalnya jumlah pasien yang diobatiEfisiensi Teknis.Sebuah puskesmas atau RS mencapai efisiensi teknis jika memproduksi kuantitas output dengan kombinasi biaya seminimal mungkin, atau memproduksi semaksimal mungkin kuaantitas output dengan biaya yang tersedia (Clewer dan Perkins, 1998).Efisiensi AlokatifEfisiensi alokatif terjadi jika, dengan distribusi pendapatan yang adadi masyarakat, tidak mungkin merealokasikan sumber daya untuk meningkatkan kesejahteraan seorang (dalam arti kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi barang) tanpa menyebabkan kesejahteraan paling tidak seorang lainnya menjadi lebih buruk. Efisiensi alokatif terjadi jika input maupun output digunakan sebaik mungkin dalam ekonomi sehingga tidak mungkin lagi diperoleh perbaikan kesejahteraan.2.8. KEADILAN (EQUITY)Keadilan (equity) tidak sama dengan kesamaan (equality). Untuk bisa adil tidak harus semua mendapatkan porsi yang sama.1. Horizontal equity. Equal treatment for equaalneed/ condition2. Vertical equity. Unequal treatment for unequal need/ condition, dan Health financing based on ability to pay.Hasil penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa kurangnya pemerataan pendapatan adalah salah satu faktor pada masalah kesehatan yang muncul, meskipun hal tersebut bukan satu-satunya faktor penyebab utama, karena kurangnya pendapatan mempengaruhi keterbatasannya mengakses pelayanan kesehatan yang memadai. Kurangnya kemampuan orang yang berpendapatan rendah memanfaatkan sikap ramah-tamah, teknologi, dan kondisi layak seperti bagi orang yang berpendapatan tinggi, sehingga perlakuan sosial ini membuat mereka semakin termarginalisasi. Oleh karena itu, pemerintah turun tangan dan mengintervensi untuk melindungi akses orang miskin terhadap pelayanan kesehatan dasar (WHO, World Health Report 2003).Kebijakan menentukan bagaimana uang, kekuasaan dan sumberdaya mengalir ke masyarakat, sehingga menjadi salah satu faktor determinan kesehatan. Advokasi kebijakan kesehatan publik semakin menjadi strategi yang penting yang dapat kita gunakan sebagai panduan dalam penentuan status kesehatan. Meskipun agenda kebijakan merupakan bagian dari strategi politik dengan kepentingan yang berbeda-beda, sistem pembiayaan dan legislasi pelayanan kesehatan yang tersedia bagi orang miskin adalah strategi pendekatan utama untuk mencapai pemerataan kesehatan.Pooling risk menjadi salah satu cara untuk mencapai pemerataan kesehatan. Pooling risk merupakan kontribusi yang dikumpulkan agar biaya perawatan kesehatan dimiliki oleh semua (ditanggung bersama) dan tidak ditanggung oleh individu pada saat mereka jatuh sakit. Hal ini memerlukan solidaritas di dalam masyarakat (World Bank, 2006). Definisi lain bahwa pooling merupakan kontribusi yang digunakan untuk membeli atau menyediakan intervensi kesehatan yang tepat dan efektif (WHO, 2005). Dalam Peta Jalan Menuju JKN (2012), risk pooling (kegotong-royongan) adalah upaya bersama agar semua penduduk berkontribusi (membayar iuran/ pajak) agar terkumpul (pool) dana untuk membiayai pengobatan siapa saja yang sakit.Definisi pooling Risk memang sering tidak jelas. Memastikan perlindungan financial berarti bahwa tidak ada rumah tangga yang harus memberikan kontribusi pada program kesehatan sehingga yang bersangkutan akan jatuh ke dalam dan tidak bisa mengatasi kemiskinan ( ILO / STEP 2002). Mencapai tingkat perlindungan yang memadai membutuhkan pooling yang: mampu melakukan penyatuan terbesar dari risiko kesehatan dalam suatu populasi, sehingga memfasilitasi redistribusi antara individu yang beresiko tinggi dan individu yang berisiko rendah.Prinsip equity juga mensyarakatkan agar dalam proses pooling tersebut ada masyarakat yang berpenghasilan tinggi yang masuk namun mempunyai status kesehatan yang cukup. Dalam sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia fungsi pooling risk dapat melibatkan kementerian kesehatan atau pelayanan kesehatan nasional, organisasi jaminan sosial, asuransi kesehatan swasta sukarela, dan asuransi kesehatan berbasis masyarakat (seperti Jamkesda atau yang lainnya). Pooling risk dilakukan oleh Pemerintah pada APBD Daerah dan APBN Pusat untuk pelayanan kesehatan. Di dalam proses penyusunan APBN dan APBD pooling risk dapat ditetapkan untuk membantu masyarakat yang mempunyai risiko tinggi dan mempunyai kemampuan membayar rendah melalui perencanaan yang rasional. Sementara itu pooling di BPJS Kesehatan ada kemungkinan tidak memberikan komposisi yang baik. Peserta non-PBI yang mandiri ada kemungkinan berasal dari kelompok masyarakat yang sudah sakit atau cenderung sakit. Sementara yang sehat cenderung tidak masuk atau mempunyai asuransi kesehatan sendiri di luar BPJS. Hal ini dapat disebut sebagai contoh dari proses adverse selection. Sementara itu pooling the risk untuk pelayanan kesehan di badan asuransi swasta cenderung hanya untuk mereka yang mampu dan sehat. Keadaan ini yang perlu diperhatikan. Salah satu tujuan reformasi dalam sistem kesehatan, termasuk pembiayaan kesehatan adalah seperti mengurangi ketimpangan, mencegah orang jatuh ke dalam kemiskinan sebagai akibat dari biaya pengobatan, dan melindungi dan meningkatkan status kesehatan individu dan populasi dengan memastikan akses. Kebijakan untuk memberikan perlindungan keuangan dan mempromosikan kesetaraan tergantung pada bagaimana sistem kesehatan mengatur tiga fungsi pembiayaan kesehatan utama: revenue collection, pooling risk, dan purchasing. Semua fungsi pembiayaan kesehatan berperan penting dalam memastikan perlindungan keuangan dan mengurangi kesenjangan merupakan prinsip pokok namun sering paling sedikit dipahami. Mengapa?Equity kesehatan yanng dipahami sebagai keadilan dan pemerataan untuk pelayanan kesehatan sering kurang dipahami dengan benar. Dalam hal ini perlu dipelajari mengenai equity geografis dan equity sosial-ekonomi. Equity geografis berpijak pada perbedaan antar berbagai daerah dalam berbagai dimensi antara lain:a. Equity dalam status kesehatanContoh perbedaan equity antar propinsi adalah perbedaan tingkat kematian maternal antara populasi. Di Provinsi Yogyakarta, angka kematian ibu (AKI) adalah 125 kematian per 100.000 kelahiran hidup, sementara di Provinsi Papua, AKI mencapai angka 362 per 100.000 kelahiran hidup. Perbedaan ini tidak adil dan dapat dihindari.b. Equity dalam penggunaan layanan kesehatanPenggunaan layanan kesehatan seringkali dijadikan perbandingan dalam melihat ketimpangan antar populasi. Masyarakat yang hidup di DKI Jakarta dapat dengan mudah mengakses layanan kesehatan, dibandingkan dengan masyarakat yang hidup di Provinsi NTT misalnya. Contoh, persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di DKI Jakarta mencapai cakupan 98%, sementara ibu-ibu melahirkan di Provinsi Maluku Utara hanya mendapat cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 23% (SDKI, 2007). Contoh lain: Hemodialisis hanya didapatkan di Kupang untuk seluruh Propinsi NTT. Untuk mendapatkannya warga NTT harus terbang ke Kupang (P. Timor) dari berbagai pulau lain. Sementara itu di Yogya, untuk mendapatkan pelayanan hemodialisis pasien dapat naik becak. Mengapa bisa terjadi ketimpangan geografis yang tinggi? Apakah distribusi dokter dan fasilitas kesehatan juga adalah suatu inequity tersendiri? dan, apakah sistem kesehatan nasional Indonesia timpang?c. Equity secara sosial-ekonomiKebijakan dalam pembiayaan kesehatan tahun 2000-2007 telah berhasil memperbaiki pemerataan sosial ekonomi. Sebelum krisis, rumah sakit pemerintah maupun swasta cenderung digunakan oleh kalangan masyarakat mampu. Sebagian besar masyarakat miskin, belum atau bahkan tidak memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dikarenakan oleh keterbatasan sumber daya. Dapat disimpulkan bahwa berbagai kebijakan Jaminan pendanaan seperti Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan dan Askeskin berhasil mengurangi hambatan bagi masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan rumah sakit maupun fasilitas kesehatan non-rumah sakit lainnya. Adanya program perlindungan kesehatan bagi masyarakat mempunyai arah positif menuju semakin terlindunginya kaum miskin dan kaum rentan-miskin terhadap katastropik akibat pengeluaran kesehatan.Akan tetapi peraturan dalam JKN ada kemungkinan memperburuk penggunaan pelayanan kesehatan. Dengan terbukanya pintu bagi masyarakat kelas menengah dan atas untuk menjadi anggota BPJS dengan membayar premi yang kurang dari Rp 60 ribu sebulan, maka ada risiko terjadinya ketidak adilan sosial-eknomi. Secara ringkas dapat disebutkan bahwa kebijakan JKN dan BPJS mempunyai kemungkinan memperburuk ketidak-adilan geografis dan sosialekonomi.

2.9. SUSTAINABILITYDewasa ini masalah keberlanjutan (sustainability issues) merambah di semua bidang kehidupan manusia, isu sustainable development diawali dari pernyataan pentingnya kesadaran segenap pihak tentang berbagai isu lingkungan global. Pada dasarnya pembangunan berkelanjutan (sustainable development) pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka, sebagai suatu proses perubahan dimana pemanfaatan sumberdaya, arah investasi, orientasi pembangunan dan perubahan kelembagaan selalu dalam keseimbangan dan secara sinergis saling memperkuat potensi masa kini maupun masa mendatang untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia (Brundtland dalam Budihardjo & Sujarto, 1999). Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dalam aktivitasnya memanfaatkan seluruh sumberdaya, guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan pada dasarnya juga merupakan upaya memelihara keseimbangan antara lingkungan alami (sumberdaya alam hayati dan non hayati) dan lingkungan binaan (sumberdaya manusia dan buatan), sehingga sifat interaksi maupun interdependensi antar keduanya tetap dalam keserasian yang seimbang. Dalam kaitan ini, eksplorasi maupun eksploitasi komponen-komponen sumberdaya alam untuk pembangunan, harus seimbang dengan hasil/produk bahan alam dan pembuangan limbah ke alam lingkungan. Prinsip pemeliharaan keseimbangan lingkungan harus menjadi dasar dari setiap upaya pembangunan atau perubahan untuk mencapai kesejahteraan manusia dan keberlanjutan fungsi alam semesta.Desain berkelanjutan (sustainable design) yang merupakan salah satu penjabaran dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang lebih besar menitik beratkan pada konsep filosofi perancangan obyek fisik, lingkungan binaan, dan layanan untuk mematuhi prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan ekologi yang berkelanjutan. Dengan demikian maka desain berkelanjutan (sustainable design) adalah desain untuk mengatasi kondisi-kondisi yang terjadi dewasa ini terkait dengan krisis lingkungan global, pertumbuhan pesat kegiatan ekonomi dan populasi manusia, depresi sumber daya alam, kerusakan ekosistem dan hilangnya keanekaragaman hayati manusia. Desain berkelanjutan (sustainable design) berusaha mengurangi dampak negatif pada lingkungan, kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan, sehingga meningkatkan kinerja bangunan. Pada dasarnya pelaksanaan desain berkelanjutan (sustainable design) ini dapat diaplikasikan bentuk : Mikrokosmos, yang diwujudkan dalam bentuk benda untuk penggunaan sehari-hari Makrokosmos, yang diwujudkan dalam bentuk bangunan, kota dan fisik permukaan bumi. Bentuk inilah yang dapat diterapkan dibidang arsitektur, arsitektur lansekap, desain urban, perencanaan kota, teknik, desain grafis, desain industri, desain interior dan fashion design.Keberlanjutan ekonomi dari perspektif pembangunan memiliki dua hal utama, keduanya mempunyai keterkaitan yang erat dengan tujuan aspek keberlanjutan lainnya. Keberlanjutan ekonomi makro menjamin kemajuan ekonomi secara berkelanjutan dan mendorong efisiensi ekonomi melalui reformasi struktural dan nasional. Tiga elemen utama untuk keberlanjutan ekonomi makro yaitu efisiensi ekonomi, kesejahteraan ekonomi yang berkesinambungan, dan meningkatkan pemerataan dan distribusi kemakmuran. Hal tersebut diatas dapat dicapai melalui kebijaksanaan makro ekonomi mencakup reformasi fiskal, meningkatkan efisiensi sektor publik, mobilisasi tabungan domestik, pengelolaan nilai tukar, reformasi kelembagaan, kekuatan pasar yang tepat guna, ukuran sosial untuk pengembangan sumberdaya manusia dan peningkatan distribusi pendapatan dan aset.

Daftar PustakaAscobat Gani. 2012. Kebijakan kesehatan. Konsep Formulasi dan Evaluasi. Pusat Kajian Ekonomi & kebijakan kesehatan FKMUI. Jakarta.Askar Jaya. 2014. Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). Institute Pertanian Bogor.Bhisma Murti. Ekonomi Kesehatan. Bahan ajar kuliah. Universitas Sebelas Maret. 2012. Surakarta. Jawa Tengah.Huzen Rachmadi, Dewi Mulyahati. 2012. Ekonomi Kesehatan. Stikes Ahmad Yani. Yogyakarta.Intan Nina Sari, Widodo J. Pudjiraharjo. 2013. Ekuitas Dalam Pemberian Pelayanan Kesehatan (Equity In Healthcare Delivery). Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Vol. 1. No. 1 JanMar 2013. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga. Surabaya.Mahlil. Analisis kebijakan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat 1999. Perpustakaan Universitas Indonesia. Tesis. Available at: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=71684&lokasi=lokalNotoatmojo S. 2003. Pendidikan danPerilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.Priyoga I. 2010 Desain Berkelanjutan (sustainable design). Jurusan Teknik Arsitektur. Fakultas Teknik. Universitas Pandanaran. Semarang.Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan. 2011. Program Pelatihan Peningkatan Kapasitas Manajemen dan kepemimpinan Berbasis Kinerja di kabupaten/kota Papua. Modul.1. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.Trisnantoro L. 2005. Memahami penggunaan ilmu ekonomi dalam manajemen rumah sakitCet.2. Yogyakarta: Gama Press. pp: 118-23