tugas ca mamae

6
Drainase limfatik Kelenjar getah bening pectoralis (anterior), berlokasi di lipatan aksila anterior (di antara batas bawah M. Pectoralis mayor). Kelenjar getah bening Subscapular (posterior), berlokasi di lipatan aksila posterior (daerah batas lateral scapula). Drainasenya dari dinding belakang dada dan sebagain lengan. Kelenjar getah bening lateral, berlokasi di daerah humerus atas. Drainasenya dari lengan. Drainase dari KGB pusat di aksila, kemudian ke KGB infraclavicular dan supraclavicular. Sebagian drainase dari payudara ada yang langsung berhubungan dengan KGB infraclavicular. Persarafan payudara juga harus diperhatikan dalam proses pembedahan payudara, apabila ada kerusakan akibat proses pembedahan maka dapat terjadi defisit fungsional pada saraf yang terkena, sebagai contoh : Nervus Otot/ area persaraf an Defisit fungsional N. torasikus (of Bell) Serratus anterior Winging scapula N. torakodorsalis Latissim us dorsi Tidak dapat mendorong diri sendiri untuk

Upload: estilia

Post on 10-Jul-2016

220 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Drainase limfatik

Kelenjar getah bening pectoralis (anterior), berlokasi di lipatan aksila anterior

(di antara batas bawah M. Pectoralis mayor).

Kelenjar getah bening Subscapular (posterior), berlokasi di lipatan aksila

posterior (daerah batas lateral scapula). Drainasenya dari dinding belakang

dada dan sebagain lengan.

Kelenjar getah bening lateral, berlokasi di daerah humerus atas. Drainasenya

dari lengan.

Drainase dari KGB pusat di aksila, kemudian ke KGB infraclavicular dan

supraclavicular.

Sebagian drainase dari payudara ada yang langsung berhubungan dengan

KGB infraclavicular.

Persarafan payudara juga harus diperhatikan dalam proses pembedahan

payudara, apabila ada kerusakan akibat proses pembedahan maka dapat terjadi

defisit fungsional pada saraf yang terkena, sebagai contoh :

NervusOtot/area

persarafan Defisit fungsional

N. torasikus (of Bell) Serratus anterior

Winging scapula

N. torakodorsalis Latissimus dorsi

Tidak dapat mendorong diri sendiri untuk berdiri dari posisi duduk

N. pektoralis medial dan lateral Pektoralis mayor dan minor

Kelemahan dari otot pektoralis

N. interkostobrakhial Menyebrang axilla secara transversal menuju bagian dalam lengan

Anestesi pada bagian dalam lengan

Anemia malignansi ?

Patogenesis anemia penyakit merupakan interaksi antara sel tumor dengan sistem imun pejamu yang mendorong pengaturan inflamasi sitokin spesifik seperti interleukin -1 (IL 1), interferon gamma (IFN ƴ) dan faktor nekrosis tumor (TNF α). Peningkatan kadara sitokon ini akan menekan progenitor eritroid burst forming unit erythroid (BFU-E ) dan colony forming unit erythroid (CFU-E ) di sumsum tulang, mengganggu metabolisme besi dan mengurang produksi eritropoietin (EPO ). Kerusakan ginjal termasuk disfungsi renal oleh zat yang nefrotoksik akan menurunkan respon eritropoietin ( EPO ) terhadap anemia terutama saat pemberian kemoterapi. Umur eritrosit menjandi pendek sedangkan jumlah produksi sel yang baru tidak dapat mengkonpensasi. Hal inilah yang menyebabkan anemia. Perdarahan tumor juga akan meambah berat anemia.

Tumor yang bermetastasis ke sumsum tulang juga menimbulkan anemia. Metastasis merusak sel progenitor. Sel-sel sumsum tulang dan menurunkan produksi faktor pertumbuhan.

eritrofagositosis

TNF

Pemendekan usis

INF IL 1

Sel tumor

Eritrosit

anemia

Aktivasi sIstem imun

makrofag

Doubling time ?

Adalah waktu yang dibutuhkan sebuah masa tumor untuk tumbuh mecapai ukuran 2 kali lipat. Ditentukan ukuran tumor saat pemeriksaan pertama dan kedua dalam volume, dan ditentukan interval waktu antara pemeriksaan pertama dan kedua.

DT = 0,6315

α

Dimana :

α= In V1- InV0

T1-T0

DT : doubling tme

V0 : volume tumor pada saat meriksaan peertama

V1 : volume tumor pada saat pemeriksaan kedua

T1-T2: interval waktu antara pemeriksaan pertama dan pemeriksaan keedua (dalam hari ) biasanya dalam 30 hari

Volume tumor diukur dengan rumus :

V=4/3 πabc

A,b dan c adalah radius tumor diukur dari tiga aksis tumor

Berdasarkan doubling time, maka dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Fast growing : doubling time sampai dengan 30 hari2. Intermediate growing : doubling time 31-90 hari3. Slow growing : doubling tine lebih dari 90 hari

Meastasis karsinoma ke tulang ?

Fase metastasis

Metastasis menuju ke tulang merupakan hal yang kerap terjadi pada kanker payudara, beberapa diantaranya disertai komplikasi lain seperti simtoma hiperkalsemia, pathological fractures atau spinal cord compression. Metastasis demikian bersifat osteolitik, yang berarti bahwa osteoklas hasil induksi sel kanker merupakan mediator osteolisis dan mempengaruhi diferensiasi dan aktivitas osteoblas serta osteoklas lain hingga meningkatkan resorpsi tulang.

Tulang merupakan jaringan unik yang terbuat dari matriks protein yang mengandung kalsium dengan kristal hydroxyappatite sehingga mekanisme yang biasa digunakan oleh sel kanker untuk membuat ruang pada matriks ekstraselular dengan penggunaan enzim metaloproteinase matriks tidaklah efektif. Oleh sebab itu, resorpsi tulang yang memungkinkan invasi neoplastik terjadi akibat interaksi antara sel kanker payudara dengan sel endotelial yang dimediasi oleh ekspresi VEGF.VEGF merupakan mitogen angiogenik positif yang bereaksi dengan sel endotelial. Tanpa faktor angiogenik negatif seperti angiostatin, sel endotelial yang berinteraksi dengan VEGF sel kanker melalui pencerap VEGFR-1 dan VEGFR-2, akan meluruhkan matriks ekstraselular, bermigrasi dan membentuk tubulus.

Anemia in sepsis ?

Anemia merupakan salah satu kelainan yang sering dijumpai pada pasien sepsis. Hal ini desebabkan oleh beberapa faktor. Anemia akut dapat terjadi akibat pengambilan sampel darah berulang dan perdarahan yang sulit berhenti sebagai dampak dari gangguan koagulasi pada sepsis. Mediator inflamasi, seperti interleukin (IL 1 ) dan TNF α, dapat menghambat produksi hormon eritropoietin (EPO ), serta menekan eritropoiesis di sum-sum tulang. Bakteri yang masuk kedalam tubuh memerlukan zat besi untuk bereplikasi, sehingga sering terjadi penurunan kadar serum besi yang di butuhkan untuk produksi eritosit. Mekanisme pertahanan tubuh cenderung akan menurunkan metabolisme besi dan produksi EPO, sehingga memicu terjadinya amenia lebih lanjut. Selain itu terjadi pemendekan usia eritrosit akbat kelainan morfologi eritrosit yang terjadi.