tugas besar sistem bangunan irigasi

Upload: marsa-achadian

Post on 08-Jul-2018

255 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    1/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    BAB I

    PENDAHULUAN 

    1.1 

    Latar Belakang

    Dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat, sumber daya air di

    Indonesia menjadi salah satu kekayaan yang sangat penting. Air merupakan hal

     pokok bagi kehidupan manusia, baik untuk konsumsi langsung, sanitasi maupun

    untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, misalnya untuk pertumbuhan tanaman,

     peternakan maupun untuk tenaga listrik. Jumlah kebutuhan air yang sangat besar,

    sedang volume air relatif tetap membuat manusia harus berupaya untuk

    memanfaatkan sumber daya air seefisien mungkin. Dan karena letak sumber airtersebar di seluruh penjuru bumi dan terkadang tidak dapat dijangkau manusia,

    sehingga manusia harus mencari cara untuk dapat menjangkau sumber air tersebut

    untuk selanjutnya digunakan dalam berbagai hal dalam kehidupan.

    1.2 Tujuan

    Perancangan yang didasarkan keahlian serta pengelolaan yang seksama

    merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tingkat efisiensi pemanfaatan air

    yang dibutuhkan di masa datang. Perancangan memerlukan adanya konsepsi, rencana

    kontruksi dan operasi serta sarana pemanfaatan air.

    1.3 Pembatasan Masalah

    Pada dasarnya perancangan kontruksi bangunan air tersebut bukan hanya

    didasarkan pada pengetahuan Teknik Sipil, tetapi juga bidang Geologi, pengairan,

    ekonomi, social, listrik, mesin dan sebagainya. Setiap proyek pengembangan sumber

    daya air akan menghadapi masalah yang unik dan harus diatasi secara khusus,

    sehingga semuanya didasarkan pada pengalaman-pengalaman dilapangan. Kondisi-

    kondisi khusus setiap proyek harus diatasi melalui penerapan pengetahuan dasar

     berbagai disiplin ilmu terpadu.

    Data yang dibutuhkan untuk perencanaan bangunan utama dalam suatu jaringan

    irigasi adalah :

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    2/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    a.  Data Topografi

    Adalah peta yang meliputi seluruh daerah aliran sungai, peta situasi untuk letak

     bangunan utama, gambar-gambar potongan memanjang dan melintang sungai baik di

    sebelah hulu maupun hilir dari kedudukan bangunan utama.

     b. 

    Data Hidrologi

    Adalah data aliran sungai yang meliputi data banjir yang handal. Data ini harus

    mencakup beberapa periode ulang daerah hujan, tipe tanah, dan vegetasi yang

    terdapat di daerah aliran.

    c.  Data Morfologi

    Adalah kandungan sedimen, kandungan sedimen dasar (bed load) maupun

    iyayang ( suspended load ) termasuk distribusi ukurannya.

    d. 

    Data Mekanika Tanah

    Adalah bahan pondasi , bahan kontruksi , sumber bahan timbunan, batu untuk

     pasangan batu kosong, agregat untuk beton, batu belah untuk pasangan batu,

     parameter tanah yang harus digunakan

    e.  Standar untuk Perencanaan

    Adalah peraturan dan standar yang telah ditetapkan secara nasional, seperti PBI

     beton, daftar baja, kontruksi kayu Indonesia dan sebagainya. Peraturan ini dirangkum

    dalam sebuah buku dengan judul KP-02.

    f.  Data Lingkungan dan Ekologi

    Adalah lampiran dari sebuah daftar lembaga-lembaga dan instasi pemerintah

    yang menyediakan informasi dan data mengenai pokok masalah yang dihadapi.

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    3/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    BAB II

    DASAR TEORI

    2. 1 Peta Jaringan Irigasi

    Peta jaringan irigasi adalah satu gambaran kesatuan saluran dan bangunan

    yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan,

     pembagian, pemberian dan penggunaannya. Secara hirarki jaringan irigasi dibagi

    menjadi jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan utama meliputi bangunan,

    saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari

     bangunan dan saluran yang berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang

    mendapatkan air dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi.

    Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas,

     jaringan irigasi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu (1) jaringan irigasi

    sederhana, (2) jaringan irigasi semi teknis, dan (3) jAringan irigasi teknis.

    2. 1. 1  Jaringan Irigasi Sederhana

    Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu

    kelompok petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalammengukur dan mengatur masih sangat terbatas. Ketersediaan air biasanya melimpah

    dan mempunyai kemiringan yang sedang sampai curam, sehingga mudah untuk

    mengalirkan dan membagi air. Jaringan irigasi sederhana mudah diorganisasikan

    karena menyangkut pemakai air dari latar belakang sosial yang sama. Namun

     jaringan ini masih memiliki beberapa kelemahan antara lain, (1) terjadi pemborosan

    air karena banyak air yang terbuang, (2) air yang terbuang tidak selalu mencapai

    lahan di sebelah bawah yang lebih subur, dan (3) bangunan penyadap bersifat

    sementara, sehingga tidak mampu bertahan lama. 

    2. 1. 2  Jaringan Irigasi Semi Teknis. 

    Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen

    ataupun semi permanen.Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan

     bangunan pengambil dan pengukur.Jaringan saluran sudah terdapat beberapa

     bangunan permanen, namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    4/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    mengatur dan mengukur.Karena belum mampu mengatur dan mengukur dengan baik,

    sistem pengorganisasian biasanya lebih rumit.

    2. 1. 3 

    Jaringan Irigasi TeknisJaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen.

    Bangunan sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping

    itu terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan

     pengukuran dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak tersier.

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    5/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    Untuk memudahkan sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian, disusun

    suatu organisasi petak yang terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier, petak

    kuarter dan petak sawah sebagai satuan terkecil.

    1. 

    Petak PrimerPetak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang

    mengambil langsung air dari saluran primer.Petak primer dilayani oleh

    satu saluran primer yang mengambil air langsung dari bangunan

     penyadap. Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat

    dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder.

    Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi daerah saluran

     primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari saluran primer.

    2.  Petak Sekunder

    Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang

    kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder.Biasanya petak

    sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran

     primer atau sekunder.Batas-batas petak sekunder pada urnumnya berupa

    tanda topografi yang jelas misalnya saluran drainase.Luas petak

    sukunder dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi topografi daerah

    yang bersangkutan.

    Saluran sekunder pada umumnya terletak pada punggung mengairi

    daerah di sisi kanan dan kiri saluran tersebut sampai saluran drainase

    yang membatasinya. Saluran sekunder juga dapat direncanakan sebagai

    saluran garis tinggi yang mengairi lereng lereng medan yang lebih

    rendah.

    3.  Petak Tersier

    Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing

    seluas kurang lebih 8 sampai dengan 15 hektar.Pembagian air,

    eksploitasi dan perneliharaan di petak tersier menjadi tanggungjawab

     para petani yang mempunyai lahan di petak yang bersangkutan dibawah

     bimbingan pemeintah.Petak tersier sebaiknya mempunyai batas-batas

    yang jelas, misalnya jalan, parit, batas desa dan batas-batas

    lainnya.Ukuran petak tersier berpengaruh terhadap efisiensi pemberian

    air. Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh dalam penentuan luas

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    6/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

     petak tersier antara lain jumlah petani, topografi dan jenis tanaman.

    Apabila kondisi topografi memungkinkan, petak tersier sebaiknya

     berbentuk bujur sangkar atau segi empat. Hal ini akan memudahkan

    dalam pengaturan tata letak dan perabagian air yang efisien.Petak tersier sebaiknya berbatasan langsung dengan saluran

    sekunder atau saluran primer. Sedapat mungkin dihindari petak tersier

    yang terletak tidak secara langsung di sepanjang jaringan saluran irigasi

    utama, karena akan memerlukan saluran muka tersier yang mebatasi

     petak-petak tersier lainnya.

    2. 2 Metode Penman Monteith

    Metode Penman-Monteith merupakan metode penduga evapotranspirasi

    terbaik yang direkomendasikan FAO sebagai metode standar sedangkan metode

     pendugaan lain baik digunakan dalam iklim tertentu (Lascanao dan Bavel 2007;

    Smith 1992). Metode ini merupakan metode yang diadopsi dari metode Penman yang

    dikombinasikan dengan tahanan aerodinamik dan permukaan tajuk. Metode Penman

    mengalami berbagai perkembangan sehingga dapat digunakan untuk menduga

    evapotranspirasi pada permukaan yang ditanami dengan menambahkan faktor

    tahanan permukaan (rs) dan tahanan aerodinamik (ra). Persamaan ini terdapat

     parameter penentu pertukaran energi dan berhubungan dengan fluks bidang tanaman

    (Allen et al. 1998).

    Metode ini dapat menghasilkan pendugaan ET0  pada lokasi luas dan

    memiliki data yang lengkap. Metode ini memberikan hasil terbaik dengan kesalahan

    mimimum untuk tanaman acuan. Metode Penman-Monteith memiliki kelebihan dan

    kekurangan. Kelebihan tersebut yaitu dapat diaplikasikan secara global tanpa perlu

    adanya tambahan parameter lain, selain itu metode ini sudah dikalibrasi dengan

     beberapa software dan beberapa jenis lisimeter (Allen et al. 1998). Kelemahan utama

    dalam metode ini adalah membutuhkan data meteorologi yang cukup banyak seperti

    suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan radiasi matahari. Dimana hanya beberapa

    stasiun cuaca yang menyediakan data tersebut dalam per jam dan harian (Irmak et al.

    2003).

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    7/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    Penghitungan evapotranspirasi tanaman acuan dengan metode Penman-

    Monteith (Monteith, 1965) adalah :

     )U  ,( γ

     )

    a

    e

     s

    (eU 

     )T ( 

    γ

    n

     R ,

    o ET 

    23401

    2273

    9004080

     .......................................................... (1)

    Dengan pengertian :

    o ET    adalah evapotranspirasi tanaman acuan, (mm/hari).

     Rn   adalah radiasi matahari netto di atas permukaan tanaman, (MJ/m2/hari).

    T    adalah suhu udara rata-rata, (o C).

    U 2   adalah kecepatan angin pada ketinggian 2 m dari atas permukaan tanah, (m/s).

    e s   adalah tekanan uap air jenuh, (kPa).

    ea   adalah tekanan uap air aktual, (kPa).

      adalah kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu, (kPa/o C).

        adalah konstanta psikrometrik, (kPa/o C).

    (a)   Rndihitung dengan rumus :

    nl  Rns Rn R    ................................................................................................. (2)

    Dengan pengertian :

    ns R  adalah radiasi gelombang pendek, (MJ/m2/hari).

    nl 

     R  adalah radiasi gelombang panjang, (MJ /m2/hari).

    Besarnya   ns R adalah :

     s Rα)( ns R     1  .................................................................................................. (3)

    Dengan pengertian :

    α   adalah koefisien pantulan radiasi tajuk = 0,23 (nilai koefisien ini dipengaruhi oleh

    kondisi tanaman penutup lahannya, pada beberapa literature menggunakan kisaran

    nilai 0,23 –  0,25).

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    8/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

     s R   adalah radiasi matahari, (MJ/m2/hari).

    dan   s R dihitung dengan :

    a R ) N 

    n , ,(  s R   50250    ........................................................................................ (4)

    Dengan pengertian :

    n   adalah lama matahari bersinar dalam satu hari, (jam).

     N    adalah lama maksimum matahari bersinar dalam satu hari, (jam).

    a R   adalah radiasi matahari ekstraterestrial , (MJ/m2/hari).

     besarnya a R adalah :

     ) sωδδ s( ωr d  ,a R   sincoscossinsin637         ......................................... (5)

    dengan pengertian :

    r d    adalah jarak relatif antara bumi dan matahari.

    δ   adalah sudut deklinasi matahari, (rad).

        adalah letak lintang, (rad). Jika berada pada lintang utara nilainya positif, pada

    lintang selatan nilainya negatif.

     sω   adalah sudut saat matahari terbenam, (rad).

    dan  sω  dihitung dengan :

    δ)(  sω   tantanarccos      .................................................................................. (6)

    dengan pengertian :

    δ   adalah deklinasi matahari, (rad).

        adalah letak lintang, (rad).

    dan r d   dihitung berdasarkan persamaan di bawah ini (Duffie & Beckman, 1980) :

     J) ,(  , J)π 

    (  ,r d    01720cos03301365

    2cos03301    ..................... (7)

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    9/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

     besarnya  δ dihitungdengan (Duffie& Beckman, 1980) :

     ) , J  ,(  , ) , J π 

    (  ,δ   39101720sin4090391365

    2sin4090   .......................................

    (8)

    Dengan pengertian :

     J    adalah nomor urut hari dalam setahun (hari julian)

     Nilai  ) J  ,(    01720  pada persamaan (7) dan  ) , J  ,(    39101720    pada persamaan (8) dalam

    satuan radian.

    Besarnya nilai  J   secara matematis dapat dihitung dengan :

    a.  Untuk  J  Bulanan (Gommes, 1983):

     J  = Integer    )23,1542,30(    M   ................................................................ (8a)

     b.  Untuk  J  Harian (Craig, 1984):

     J  = integer    2)309

    275(     D M 

     ............................................................................ (8b)

    Dengan pengertian :

     M    adalah bulan (1-12)

     D   adalah hari dalam bulan (1 - 31)

    Jika tahun normal dan  M < 3, nilai  J   ditambah nilai 2

    Jika tahun kabisat dan  M > 2,  J   ditambah nilai 1, tahun kabisat adalah tahun yang habis

    dibagi dengan angka 4.

    Untuk melakukan penghitungan dengan periode 10 harian, maka nilai  J    diperoleh dari

     persamaan (8b) dengan  D  sama dengan 5, 15, dan 25 pada setiap bulannya.

    Besarnya N  dihitung dengan rumus:

     sωπ 

     N   24  ................................................................................................................ (9)

    dannl 

     R dihitung dengan:

    4k 

    T ζ  )vsεa( ε f  lu R

    ld  R

    nl  R    .................................................................. (10)

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    10/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    Dengan pengertian :

    nl  R   adalah radiasi gelombang panjang, (MJ /m

    2/hari).

    lu R   adalah radiasitermal yang dipancarkan oleh tanaman dan tanah ke atmosfer,

    (MJ/m2/hari).

    ld 

     R   adalah radiasi gelombang panjang termal yang dipancarkan dari atmosfer dan

    awan masuk ke permukaan bumi, (MJ/m2/hari).

     f     adalah faktor penutupan awan, tanpa dimensi.

    aε   adalah emisivitas efektif atmosfer.

    vsε   adalah nilai emisivitas oleh vegetasi dan tanah  0,98 (Jensen dkk., 1990).

    ζ   adalah nilai konstanta Stefan-Boltzman = 4,90 x 10-9 MJ/m2/K 4/hari.

    k T    adalah suhu udara rata-rata, (K).

    Faktor penutupan awan (f) dihitung dengan rumus (FAO No. 24, 1977):

    1090   , N 

    n , f      .......................................................................................................... (11)

    Emisivitas (   ,ε ) dihitung dengan rumus (Jensen dkk. ,1990) :

    ae , ,(  )aer br (a )vsεa( ε ,ε   140340   .....................................................(12)

    Dengan pengertian :

     ,ε   adalah emisivitas atmosfer

    ae   adalah tekanan uap air aktual (kPa).

    r a   adalah 0,34 - 0,44.

    r b   adalah negatif 0,25 - negatif 0,14.

    (b) Kecepatan angin pada ketinggian 2 m adalah :

     

      

     

     ) , z  ,( 

     , z U U 

    425867ln

    874

    2 ..................................................................................... (13)

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    11/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    Dengan pengertian :

    2U   adalah kecepatan angin pada ketinggian 2 m, (m/s).

     z U   adalah kecepatan angin pada ketinggian z m, (m/s).

     z   adalah ketinggian alat ukur kecepatan angin, (m).

    (c) Tekanan uap jenuh ( e s ) besarnya (Tetens, 1930) :

     

      

     

    3237

    2717exp6110

     ,T 

    T  , , se ......................................................................................... (14)

    (d) 

    Tekanan uap aktual ( ea ) dihitung dengan :

     RH  x seae   ...........................................................................................................(15)

    Dengan pengertian :

     RH   adalah kelembaban relatif rata-rata, (%).

    (e)  Kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu udara dihitung dengan

    (Murray, 1967) :

    23237

    4098

     ) ,(T 

     se

    ...................................................................................................... (16)

    Dengan pengertian :

      adalah kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu udara, (kPa/o C).

    T    adalah suhu udara rata-rata, (o C).

    e s   adalah tekanan uap jenuh pada suhu T  , (kPa).

    (f)  Konstanta psikrometrik (  

     ) dihitung dari (Brunt, 1952) :

     λ

     P  ,

    ελ

     P  pcγ   001630

    310    ............................................................................... (17)

    dengan pengertian :

       adalah konstanta psikrometrik, (kPa/o C).

    c p  adalah nilai panas spesifik udara lembap sebesar 1,013 kJ/kg/o C.

     P   adalah tekanan atmosfer, (kPa).

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    12/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

       adalah nilai perbandingan berat molekul uap air dengan udara kering = 0,622.

       adalah panas laten untuk penguapan, (MJ/kg).

    Tekanan atmosfer ( P ) dihitung dari (Burman dkk.,1987):

     Rη  g 

    koT 

     )o z (z η koT 

    o P  P 

     

     

     

         ............................................................................ (18)

    Dengan pengertian :

     P   adalah tekanan atmosfer pada elevasi z, (kPa).

     P o  adalah tekanan atmosfer pada permukaan laut, (kPa).

     z   adalah elevasi, (m).

     z o  adalah elevasi acuan, (m).

     g   adalah gravitasi = 9,8 m/s2.

     R  adalah konstanta gas spesifik = 287 J/kg/K.

    T ko  adalah suhu pada elevasi zo, (K).

       adalah konstanta lapse rate udara jenuh = 0,006 5 K/m.

    Jika tekanan udara pada suatu stasiun tidak tersedia, maka gunakan asumsi

    Tko = 293 K untuk T = 20o C dan Po = 101,3 kPa pada zo = 0.

    (g)  Panas laten untuk penguapan ( 

    ) dihitung dengan rumus (Harrison, 1963) :

     )T  ,(  , λ   x  3

    1036125012   ............................................................................... (19)

    dengan pengertian :

       adalah panas laten untuk penguapan, (MJ/kg).

    T   adalah suhu udara rata-rata, (o C).

    Bangunan bendung merupakan bangunan utama yang dibangun di sungai untuk

    memenuhi kebutuhan air irigasi. Jenis bangunan yang dipilih harus disesuaikan dengan

     jumlah air yang ada di sungai tersebut, daerah yang akan dialiri , jenis tanaman yang akan

    dikembangkan dan sebagainya. Air yang diambil dari sungai harus dapat mengalir secara

    gravitasi dan harus bisa mengurangi sedimen serta kemungkinan untuk mengukur air

    masuk kejaringan irigasi. Mengingat tempat kedudukan, lahan yang akan dialiri dankondisi sungai yang ada maka dapat dibuat beberapa jenis bangunan utama yaitu :

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    13/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    2. 3 Bangunan Pengelak

    Lokasi bangunan pengelak dan pemilihan tipe yang paling cocok dipengaruhi

    oleh banyak faktor, yaitu :a.  sungai

     b. 

    elevasi yang diperlukan untuk irigasi

    c.  topografi pada lokasi yang direncanakan

    d.  kondisi geologi teknik pada lokasi

    e.  metode pelaksanaan

    2. 4 Bangunan Pengambilan

    Sesuai dengan tujuannya sebagai bangunan utama untuk pengambilan air

    irigasi, bendung dilengkapi dengan bangunan pengambilan tersebut, yaitu :

    1.   pengambilan sebaiknya dibuat sedekat mungkin dengan bangunan pembilas di

    kedua sisi.

    2.   pengambilan dapat dibuat dua sisi sungai atau satu sisi saja.

    3.   pengambilan dapat juga dilakukan dengan cara satu sisi dan satu bangunan sadap

     pada pilar pembilas , kemudian airnya disalurkan melalui siphon dalam tubuh

     bendung ke sisi lainnya.

    4.   pada pangkal bendung dibuat dinding sayap dan dinding pengarah, sehingga

    dihindari adanya aliran turbulensi di depan pengambilan.

    2. 5 Bangunan Pembilas

    Bangunan pembilas kantung Lumpur merupakan bangunan yang terletak antara

     pintu dan saluran. Fungsi bangunan pembilas adalah sebagai pembilas

    (penggelontor) sedimen di kantong Lumpur. Tata letak terbaik untuk katong Lumpur.

    Tata letak terbaik untuk kantong Lumpur saluran pembilas dan saluran primer adalah

    saluran pembilas merupakan kelanjutan bangunan kantong Lumpur dan tidak

    mengalami pembelokan. Bila pembilas terpaksa terletak menyamping (tidak lurus),

    maka dianjurkan dibuat dinding pelurus rendah yang curamnya sama dengan tinggi

    maksimum sedimen dalam kantong Lumpur.

    Guna mencapai pembilasan yang sempurna maka akhir bangunan pembilas

    yang masuk di sungai disarankan mempunyai beda tinggi yang cukup. Bila terlalu

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    14/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    curam (dalam) disarankan dilengkapi dengan bangunan terjun dalam kolam olak

    serta got miring sepanjang saluran. Kecepatan dalam saluran pembilas berkisar 1  –  

    1.5 m/dt dan besarnya debit pembilas adalah : Qs = 1,2 Qn (Qn = debit rata-rata yang

    lewat kantong Lumpur (m

    3

    /dt)).Guna mengetahui sejauh mana sedimen di kantong lumpur dapat dibilas

    dengan sempurna, maka diperlukan perhitungan efisiensi pembilas. Efisiensi

     pembilas tergantung dari besarnya gaya geser sedimen yang selalu mengendap.

    2. 6 Kantong Lumpur

    Kantong Lumpur adalah bangunan yang berfungsi mengendapkan fraksi-fraksi

    yang lebih beasr dan fraksi halus (0,06  –   0,07 mm) agar tidak masuk kejaringan

    irigasi biasanya ditempatkan dihilir bangunan pengambilan (intake).

    2.6.1 Penetapan lokasi kantong Lumpur  

    Keadaan topografi tepi sunagi maupun kemiringan sungai akan

    mempengaruhi perencanaan kantong Lumpur. Kemiringan sungai harus cukup

    curam untuk menciptakan kehilangan energi yang diperlukan untuk pembilasan di

    sepanjang kantong Lumpur. Kantong Lumpur dan bangunan –  bangunan pelengkap

     bendung memerlukan banyak ruang, oleh karena itu kemungkinan penempatannya

    harus ikut dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi bangunan utama. Apabila

    diperlukan dua bangunan pengambilan maka juga diperlukan dua buah kantong

    lumpur dalam keadaan penuh.

    2.6.2  Data perencanaan kantong lumpur

    Beberapa data digunakan untuk perencanaan kantong Lumpur, antara lain

    data topografi untuk penempatan kantong Lumpur

    Kemiringan yang memadai guna pekerjaan penggelontoran sedimen di kantong

    Lumpur.

    Data sedimen meliputi diameter sedimen :

    1. volume sedimen (diasumsikan sebesar 0.5 ml dari volume air yang mengalir

    dari kantong Lumpur).

    2. 

    kebutuhan irigasi di pintu pengambilan

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    15/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    2.5 Bangunan Pengambilan Bebas

    Bangunan pengambilan bebas ini dibuat untuk memungkinkan dibelokannya

    air sungai ke jarinagan irigasi tanpa merubah kondisi sungai tersebut, jika muka airsungai cukup tinggi untuk mencapai lahan yang akan dialiri. Bangunan tersebut

     berupa saluran pengelak yang dilengkapi dengan pintu air untuk memenuhi

    kebutuhan irigasi. Bangunan tersebut harus dapat mengambil air dengan jumlah yang

    cukup pada masa pemberian air irigasi tanpa memerlukan peninggian muka air di

    sungai. Meskipun hal ini jarang diaplikasikan, namun tidak ada salahnya dikemukan

    mengingat adanya kemungkinan suatu daerah yang daapt menggunakan jenis

     bangunan seperti ini.

    2.5.1  Bangunan Bendung

    Bangunan ini dibangun melintang sungai yang berfungsi untuk menaikkan

    muka air air di sungai , maka ada dua tipe yang dibangun, yaitu :

    a.  Bendung Pelimpah, atau biasa juga disebut Bendung Tetap .

    Bendung tetap adalah bangunan pelimpah melintang sungai yang

    memberikan tinggi muka air minimum pada bangunan pengambilan untuk

    keperluan irigasi. Bendung ini juga merupakan penghalang saat terjadi banjir

    sehingga air sungai menjadi tinggi dan tanpa kontrol yang baik akan dapat

    menyebabkan genangan di daerah hulu tersebut. Untuk sungai yang tidak mampu

    menampung tinggi luapan yang terjadi, tidak sesuai dengan bangunan ini.

     b.  Bendung Gerak

    Bendung ini dapat dihilangkan selama terjadi aliran besar yaitu dengan cara

    membuka pintu air atau mengempiskan bendung karet, sehingga masalah yang

    ditimbulkan selama banjir kecil saja. Bendung gerak dapat mengatur muka air di

    depan pengambilan agar air yang masuk tetap sesuai dengan kebutuhan irigasi.

    Bendung gerak memerlukan eksplotasi secara terus menerus karena pintunya harus

    tetap terjaga dan dioperasikan dengan baik dalam keadaan apapun.

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    16/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    BAB III

    PEMBAHASAN PERENCANAAN 

    3.1. Perencanaan Peta Jaringan Irigasi

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    17/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    Sistem jaringan irigasi yang akan direncanakan digambar terlebih dahulu. Hal

     penting dalam penggambaran adalah pengetahuan tentang peta. Degan pertolongan peta

    dapat diketahui daerah irigasi rencana, letak tempat-tempat, jalan kereta, aliran sungai dan

    lain-lain. Tahapan dalam perencanaan adalah pendahuluan dan tahap perencanaan akhir.Dalam peta tergambar garis kontur daerah ini. Dari garis kontur terlihat bahwa

    topografi daerah tidak terlalu datar. Pada beberapa daerah terdapat cekungan-cekungan

    dan bukit-bukit. Elevasi tertinggi adalah 110 dan elevasi terendah adalah 92,5. Pada daerah

    ini terdapat satu sungai besar yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air pada daerah

    irigasi. Daerah tepi sungai adalah daerah yang potensial untuk daerah persawahan sehingga

    darah ini sebagian besar digunakan untuk petak tersier. Jenis tanah daerah ini adalah loam

    yang sangat baik untuk pertumbuhan tanaman.

    Petak yang diambil sebagai percontohan adalah petak tersier. Petak ini kemudian

    digambar detail dengan skala 1 : 2500.

    Lay Out jaringan irigasi adalah suatu cara yang membedakan bagian-bagian yang terdapat

    dalam irigasi bentuknya serupa Lay Out Map. Lay Out Map berisi skema jaringan irigasi.

    Tujuan pembuatan skema jaringan irigasi adalah mengetahui jaringan irigasi, bangunan

    irigasi, serta daerah-daerah yang diairi meliputi luas, nama dan debit.

    1. 

    Bangunan utama (head work)

    2. 

    Sistyem saluran pembawa (irigasi)

    3.  Sistem saluran pembuang (drainase)

    4.  Primer unit, sekunder unit, tersier unit.

    5.  Lokasi bangunan irigasi

    6.  Sistem jalan

    7.   Non irigated area (lading)

    8. 

     Non irigatable area (tidak dapat dialiri)

    Misalnya :

    1. 

    daerah dataran tinggi

    2.  rawa (daerah yang tergenang)

    Saluran pembawa adalah saluran yang membawah air irigasi dari bangunan utama

    ke petak-petak sawah. Ada empat macam saluran pembawa, yaitu saluran primer,

    sekunder, tersier, dan kuarter.

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    18/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    Prinsip pembuatan saluran primer adalah direncanakan bedasarkan titik elevasi

    tertinggi dari daerah yang dapat dialiri. Jika daerah yang dialiri diapit oleh dua buah

    sungai, maka saluran dibuat mengikuti garis prmisah air. Saluran sekunder direncanakan

    melalui punggung kontur.Selain saluran pembawa, pada daerah irigasi harus terdapat saluran pembuang.

    Saluran pembuang dibuat untuk menampung buangan (kelebihan) air dari petak sawah.

    Sistem pembuangan ini disebut sistem drainase. Tujuan sistem drainase adalah

    mengeringkan sawah, membuang kelebihan air hujan, dan membuang kelebihan air irigasi.

    Saluran pembuangan di buat di lembah kontur.

    Tata warna peta adalah :

      Biru untuk jaringan irigasi

      Merah untuk jaringan pembuang

      Cokelat untuk jaringan jalan

      Kuning untuk daerah yang tidak dialiri

      Hijau untuk perbatasan Kabupaten, Kecamatan, desa dan kampung

      Merah untuk tata nama bangunan

      Hitam untuk jalan kereta api

    Skala Lay Out Map

      General Lay Out Map dan Topographic map adalah 1 : 5000

      Skema irigasi adalah 1 : 10000

      Skema unti tersier adalah 1 : 5000 atau 1 : 2000

    Standarisasi jaringan ukuran gravitasi :

     

    Ukuran petak tersier 50 –  100 Ha

      Ukuran petak kuartier adalah 8 –  15 Ha

      Panjang saluran tersier adalah 1500 km

      Panjang saluran kuartier adalah 500 km

      Jarak saluran kuartier ke pembangan adalah 300 km

    Dasar perencanaan lahan untuk jaringan irigasi adalah unit tersier. Petak tersier

    adalah petak dasar disuatu jaringan irigasi yang mendapatkan air irigasi dari suatu

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    19/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

     bangunan sadap tersier dan dilayani suatu suatu jaringan tersier. Faktor-faktor yang harus

    dipertimbangkan dalam pembuatan Lay Out tersier adalah :

    1.  Luas petak tersier

    2.  Batas-batas petak3.  Bentuk yang optimal

    4.  Kondisi medan

    5.  Jaringan irigasi yang ada

    6.  Eksploitasi jaringan

    Batas-batas untuk perencanaan lahan untuk daerah irigasi adalah sebagai berikut :

    1.  Batas alam

      Topografi (puncak gunung)

     

    Sungai

      Lembah

    2.  Batas Administrasi

    Untuk perencanaan detail jaringan pembawa dan pembuang diperlukan peta

    topografi yang akurat dan bisa menunjukkan gambarangambaran muka tanah yang ada.

    Peta topografi tersebut bisa dieroleh dari hasil pengukura topografi atau dari foto udara.

    Peta teesebut mencakup informasi yang berhubungan dengan :

      Garis kontur dengan interval

      Batas petak yang akan dicat

      Tata guna tanah, saluran pembuang dan jalan yang sudah ada serta

     bangunannya

      Tata guna tanah administratif

    Garis kontur pada peta menggambarkan medan daerah yang akan direncanakan.

    Topografi suatu daerah akan menentukan Lay 0ut serta konfigurasi yang paling efektif

    untuk saluran pembawa atau saluran pembuang. Dari kebanyakan tipe medan Lay Out

    yang cocok digambarkan secara sistematis. Tiap peta tersier yang direncanakan terpisah

    agar sesuai dengan batas alam dan topografi. Dalam banyak hal biasanya dibuat beberapa

    konfigurasi Lay Out jaringan irigasi dan pembuang.

    Klasifikasi tipe medan sehubungan dengan perencanaan daerah irigasi :

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    20/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    1.  Medan terjal kemiringan tanah 2 %

    Medan terjal dimasna tanahnya sedikit mengandung lempun rawan erosi karena

    aliran yang tidak terkendali. Erosi terjadi jika kecepatan air pada saluran lebih batas ijin.hal

    ini menyebabkan berkurangnya debit air yang lewat, sehingga luas daerah yng dialiri berkurang. Lay Out untuk daerah semacam ini dibuat dengan dua alternatif .Kemiringan

    tercuram dijumpai dilereng hilir satuan primer. Sepasang saluran tersier menggambil air

    dari saluran primer di kedua sisi saluran sekunder. Saluran tersier pararel dengan saluran

    sekunder pada satu sisi dan memberikan airnya ke saluran kuarter garis tinggi, melalui

     boks bagi kedua sisinya.

    2. 

    Medan gelombang, kemiringan 0,25-2,3%

    Kebanyakan petak tersier mengambil airnya sejajar dengan saluran sekunder yang

    akan merupakan batas petak tersier pada suatu sisi. Batas untuk sisi yang lainnya adalah

    saluran primer. Jika batas-batas alam atau desa tidak ada, batas alam bawah akan

    ditentukan oleh trase saluran garis tinggi dan saluran pembuang. Umumnya saluran yang

    mengikuti lereng adalah saluran tersier. Biasanya saluran tanah dengan bangunan terjun

    di tempat-tempat tertentu. Saluran kuarter akan memotong lereng tanpa bangunan terjun

    dan akan memberikan air karena bawah lereng. Kemungkinan juga untuk memberikan air

    ke arah melintang dari sawah satu ke sawah yang lain.

    3.  Medan berombak, kemiringan tanahnya 0,25-2% umumnya kurang dari 1%

    Saluran tersier diatur letaknya di kaki bukit dan memberikan air dari salah satu sisi.

    Saluran kuarter yang mengalir paralel atau dari kedua sisi saluran kuarter yang mungkin

    mengalir ke bawah punggung medan. Saluran pembuang umumnya merupakan saluran

     pembuang alami yang letaknya cukup jauh dari saluran irigasi. Saluran pembuang alami

     biasanya akan dilengkapi sistem punggung medan dan sistem medan. Situasi dimana

    saluran irigasi harus melewati saluran pembuang sebaiknya harus dihindari.

    4. 

    Medan sangat datar, kemiringan tanah 0,25%

    Bentuk petak irigasi direncanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

      Bentuk petak sedapat mungkin sama lebar dan sama panjang karena bentuk yang

    memanjang harus dibuat saluran tersier yang panjang akan menyulitkan

     pemeriksaan pemberian air dan pemeliharaan juga menyebabkan banyaknya airyang hilang karena rembesan ke dalam tanah dan bocoran keluar saluran.

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    21/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

      Petak yang panjang dengan saluran tersier ditengah-tengah petak tidak memberi

    cukup kesempatan pada air untuk meresap kedalam tanah karena jarak

     pengangkut yang terlalu pendek.

      Tiap petak yang dibuat harus diberi batas nyata dan tegas agar tidak terjadi

    keraguan dalam pemberian air.

      Tiap bidang tanah dalam petak harus mudah menerima dan membuang air yang

    sudah tidak berguna lagi.

      Letak petak berdekatan dengan tempat-tempat pintu pengambilan. Maksudnya

    agar pemeriksaan pemberian air pada intake tersier mudah dijalani petugas.

    Untuk perencanaan detail jaringan irigasi tersier dan pembuang, diperlukan peta

    topografi yang secara akurat menunjukkan gambaran muka tanah yang ada. Untuk masing-

    masing jaringan irigasi dan digunakan titik referensi dan elevasi yang sama.

    Peta-peta ini dapat diperoleh dari hasil-hasil pengukuran topografi (metode

    terestris) atau dari foto udara (peta ortofoto). Peta-peta ini harus mencakup informasi yang

     berkenaan dengan :

      Garis-garis kontur

      Batas-batas petak sawah

     

    Tata guna lahan

      Saluran irigasi, pembuang dan jalan-jalan yang ada beserta bangunannya

      Batas-batas administratif (desa, kampung)

      Rawa dan kuburan

      Bangunan

    Skala peta dan interval garis-garis kontur bergantung kepada keadaan topografi :

    Tabel definisi Medan untuk Topografi Makro 

    Kontur Medan Kemiringan Medan Skala Interval

    Sangat Datar 2 % 1 : 2000 1,0

    Selain itu juga akan diperhatikan kerapatan atau densitas titik-titik di petak-petak

    sawah agar arah aliran antar petak dapat ditentukan.

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    22/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    Peta ikhtisar harus disiapkan dengan skala 1 : 25000 dengan lay out  jaringan utama

    dimana petak tersier terletak. Peta ini harus mencakup trase saluran pembuang, batas-batas

     petak tersier dan sebagainya. Untuk penjelasan yang lebih rinci mengenai pengukuran dan

     pemetaan, lihat persyaratan teknis untuk Pemetaan Terestris dan pemetaan ortofoto

    3.2. Menentukan Kebutuhan Air Irigasi

    3.2.1. Menghitung Besarnya Evapotranspirasi Tanaman pada Daerah Irigasi

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    23/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    Lampiran 1 Data profil suhu udara rata-rata pada tiga ketinggian wilayah Situgede,

    Darmaga, Bogor Januari –  Desember 2009

    BulanRata-rata suhu udara (0C)

    4 meter 7 meter 10 meter

    1 24,0 24,0 24,0

    Januari 2 23,7 23,7 23,7

    3 24,4 24,4 24,3

    1 23,8 23,7 23,7

    Februari 2 24,3 24,3 24,2

    3 24,2 24,1 24,1

    1 24,7 24,7 24,7

    Maret 2 24,1 24,1 24,0

    3 24,2 24,2 24,1

    1 24,8 24,8 24,7April 2 25,2 25,1 25,1

    3 25,1 25,0 24,9

    1 25,2 25,1 25,1

    Mei 2 24,7 24,7 24,7

    3 25,1 25,1 25,1

    1 25,1 25,1 25,0

    Juni 2 25,0 25,0 24,9

    3 25,1 24,5 24,1

    1 24,8 24,8 24,7Juli 2 23,9 23,9 23,7

    3 24,1 24,1 24,0

    1 23,4 23,4 23,3

    Agustus 2 25,1 25,0 25,0

    3 24,7 24,5 24,6

    1 25,1 25,0 25,0

    September 2 24,8 24,8 24,7

    3 24,9 24,7 24,7

    1 24,9 24,8 24,8

    Oktober 2 25,1 25,0 25,13 24,4 24,4 24,5

    1 25,7 25,6 25,7

     November 2 24,4 24,4 24,4

    3 24,6 24,5 24,6

    1 24,7 24,6 24,6

    Desember 2 25,2 25,1 25,1

    3 24,7 24,6 24,6

    Lampiran 2 Data profil kelembaban udara rata-rata pada tiga ketinggian wilayah Situgede,Darmaga, Bogor Januari –  Desember 2009

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    24/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    BulanRata-rata kelembaban udara (%)

    4 meter 7 meter 10 meter

    1 79,0 78,0 77,0

    Januari 2 89,0 88,0 88,03 84,0 84,0 84,0

    1 89,0 88,0 88,0

    Februari 2 81,0 81,0 79,0

    3 85,0 84,0 84,0

    1 79,0 77,0 78,0

    Maret 2 79,0 78,0 77,0

    3 83,0 82,0 82,0

    1 84,0 83,0 82,0

    April 2 82,0 81,0 80,0

    3 80,0 79,0 78,01 82,0 81,0 80,0

    Mei 2 84,0 84,0 84,0

    3 77,0 76,0 75,0

    1 80,0 79,0 78,0

    Juni 2 78,0 77,0 77,0

    3 78,0 76,0 77,0

    1 75,0 74,0 73,0

    Juli 2 66,0 65,0 63,0

    3 72,0 71,0 71,0

    1 68,0 66,0 66,0

    Agustus 2 72,0 71,0 71,0

    3 69,0 67,0 67,0

    1 68,0 67,0 66,0

    September 2 74,0 73,0 72,0

    3 68,0 66,0 65,0

    1 81,0 79,0 79,0

    Oktober 2 75,0 74,0 74,0

    3 79,0 78,0 78,0

    1 76,0 74,0 75,0

     November 2 87,0 86,0 86,0

    3 84,0 83,0 82,0

    1 85,0 85,0 84,0

    Desember 2 77,0 75,0 75,0

    3 87,0 86,0 85,0

    Lampiran 3 Data profil kecepatan angin rata-rata pada tiga ketinggian wilayah Situgede,

    Darmaga, Bogor Januari –  Desember 2009

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    25/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    BulanRata-rata kecepatan angin (m/s)

    4 meter 7 meter 10 meter

    1 0,7 0,9 1,1

    Januari 2 0,7 0,8 0,9

    3 0,8 0,9 1,01 0,9 1,0 1,1

    Februari 2 0,9 1,1 1,2

    3 0,9 1,0 1,2

    1 1,0 1,2 1,4

    Maret 2 0,7 0,9 1,0

    3 0,6 0,8 1,6

    1 0,4 0,6 0,7

    April 2 0,5 0,7 0,8

    3 0,6 0,7 0,9

    1 0,5 0,7 0,8Mei 2 0,4 0,6 0,7

    3 0,4 0,7 0,8

    1 0,5 0,6 0,8

    Juni 2 0,4 0,6 0,7

    3 0,4 0,6 0,7

    1 0,5 0,6 0,7

    Juli 2 0,6 0,7 0,9

    3 0,6 0,7 0,9

    1 0,6 0,7 0,8

    Agustus 2 0,6 0,7 0,8

    3 0,7 0,8 0,9

    1 0,8 0,9 0,9

    September 2 0,7 0,8 0,9

    3 0,8 0,9 1,0

    1 0,6 0,7 0,8

    Oktober 2 0,6 0,7 0,8

    3 0,6 0,7 0,8

    1 0,6 0,7 0,8

     November 2 0,6 0,8 0,9

    3 0,8 0,9 1,0

    1 0,6 0,7 0,8

    Desember 2 0,7 0,8 1,0

    3 0,6 0,7 0,8

    Lampiran 4 Data jumlah intensitas radiasi matahari wilayah Situgede, Darmaga, Bogor

    Januari –  Desember 2009

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    26/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    BulanIntensitas Radiasi

    (MJ m-2 day-1)

    1 113,19

    Januari 2 88,15

    3 119,481 79,45

    Februari 2 104,17

    3 84,92

    1 133,23

    Maret 2 141,47

    3 140,28

    1 115,22

    April 2 114,47

    3 119,65

    1 107,52Mei 2 92,77

    3 124,57

    1 99,22

    Juni 2 111,45

    3 107,14

    1 113,53

    Juli 2 119,57

    3 126,16

    1 128,10

    Agustus 2 123,64

    3 144,92

    1 144,39

    September 2 138,96

    3 152,37

    1 122,73

    Oktober 2 145,52

    3 153,24

    1 141,39

     November 2 111,663 106,49

    1 125,98

    Desember 2 133,26

    3 105,86

    Lampiran 5 Data jumlah curah hujan wilayah Situgede, Darmaga, Bogor Januari –  Desember 2009

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    27/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    BulanCurah Hujan (mm)

    Harian 1 Harian 2 Harian 3

    Januari 29 200 38

    Februari 204 8 88

    Maret 44 81 137

    April 143 92 25

    Mei 309 78 184

    Juni 121 90 27

    Juli 46 1 84

    Agustus 1 23 7

    September 31 106 20

    Oktober 153 78 185

     Nopember 67 190 150

    Desember 114 62 83

    Lampiran 6 Hasil evapotranspirasi wilayah Situgede, Darmaga, Bogor Januari –  

    Desember 2009

    Bulan Pancikelas Aa

    Aerodinamik Penmanmonteith a

    PanciKelas

    PenmanMonteith b

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    28/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    Ab

    1 25,3 30,84 27,03 29,76 33,27

    Jan 2 14,1 21,14 21,47 17,09 24,52

    3 24,10 20,11 29,02 29,24 34,77

    1 13,20 22,95 19,05 16,01 23,20

    Feb 2 24,10 16,81 24,96 28,78 31,67

    3 21,20 23,73 20,47 25,77 24,90

    1 29,10 30,01 32,31 34,89 39,74

    Mar 2 31,60 37,51 34,92 37,36 42,45

    3 29,50 31,06 35,71 35,87 42,94

    1 25,80 33,84 29,36 31,37 34,58

    Apr 2 26,50 24,58 29,16 32,22 35,50

    3 25,50 21,01 30,21 30,94 36,73

    1 24,00 24,04 27,25 29,16 32,33

    Mei 2 20,80 28,45 24,07 25,25 28,953 26,30 37,80 32,03 31,09 38,89

    1 21,10 35,85 31,30 25,59 30,91

    Juni 2 26,00 39,20 34,47 31,54 33,98

    3 20,90 36,81 32,82 25,33 32,43

    1 25,40 42,66 31,56 30,05 33,78

    Juli 2 28,40 45,32 33,17 30,45 36,19

    3 32,30 47,81 35,11 36,86 38,85

    1 30,00 52,03 35,40 32,91 38,05

    Agust 2 27,70 50,20 34,78 31,15 38,24

    3 35,30 48,04 40,44 38,33 44,05

    1 37,20 51,50 40,80 42,01 45,16

    Sep 2 35,30 49,75 39,15 40,80 43,63

    3 37,00 51,36 42,47 41,02 45,93

    1 27,90 43,09 34,23 32,84 38,10

    Okt 2 32,10 41,26 40,68 37,89 44,77

    3 36,10 31,79 42,87 43,78 48,63

    1 33,10 36,37 39,61 39,66 42,64

     Nov 2 22,30 32,30 31,04 27,12 34,80

    3 20,50 25,67 29,48 24,91 32,76

    1 28,70 36,13 35,05 34,85 38,64

    Des 2 31,20 42,58 37,12 37,04 40,433 24,60 37,00 29,51 29,84 32,90

    (a) 

    Metode panci kelas A dengan nilai Kp=0.7, metode penman monteith dengan nilai ra

    dan rs menggunakan asumsi FAO penman monteith

    (b) 

    Metode panci kelas A dengan nilai Kp berdasarkan FAO, metode penman monteith

    dengan nilai ra dan rs menggunakan ketinggian 1.5 m, LAI periode kering=5 dan LAI

     periode basah = 6.

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    29/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI 2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    Lampiran 8 Contoh perhitungan menggunakan metode Penman Monteith

    Tanggal Julian RH U2 U2 Tmax Tmin Trata e Tmax e Tmin es e(mb) e Tdew ea es-ea   Δ P   γ

    date (%) (km/jam) ( m/s) (°C) (°C) (°C) (kPa) (kPa) (kPa) (kPa) (°C) (kPa) (kPa)   (kPa°C-1

    ) (kPa)   (kPa°C-1

    )

    Ra N n n/N Rs Rso Rs/Rso Rns

    (MJ m-2 day-1) (jam) (jam) (MJ m-2

     day-1

    ) (MJ m-2

     day-1

    ) (MJ m-2

     day-1

    ) (MJ m-2

     day-1

    )

    σ(Tmax4)   σ(Tmin)

    4(σ(T)

    4 rata rata) Rnl Rn G Rn-G Eto (mm/day)

    [MJ m-2

     day-1

    ] [MJ m-2

     day-1

    ] [MJ m-2

     day-1

    ] (MJ m-2

     day-1

    ) [MJ m-2

     day-1

    ] [MJ m-2

     day-1

    ] [MJ m-2

     day-1

    ]

    Keterangan :

    1 : Δ + γ (1 + 0,34 u2)

    2 : γ + (900 / T + 273u2) (es-ea)

    3 : 1,35 (R/Rso) - 0,35

    4 : 0,34 - 0,14 (ea)-1

    5 : 0,408Δ (Rn-G)

    1 155 85

    1 2 dr

    37,9242,63

    0,278 0,151 0,97

    φ δ   ωs

    3 4

    -0,1134 0,391 15,238

    0,06626,001 3,362 0,48 0,202 99,0744,809 2,878 3,84 33,528 3,3531,6 0,4 32,2 23,4 26,3

    2,160,080,6440,28

    5

    0,83 3,5110,011,11

    23,43 0,74 13,2831,09 11,65 7,1 0,6 17,25

    11,12

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    30/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    3.2.2. Menentukan Kebutuhan Air Irigasi Dengan Metode Penman Monteith

    Penggunaan air untuk kebutuhan tanaman (consumtive use) dapat didekati

    dengan menghitung evapotranspirasi tanaman, yang besarnya dipengaruhi oleh jenis

    tanaman, umur tanaman dan faktor klimatologi. Nilai evapotranspirasi merupakan jumlah dari evaporasi dan transpirasi. Yang dimaksud dengan evaporasi adalah proses

     perubahan molekul air di permukaan menjadi molekul air. Sedangkan transpirasi

    adalah proses fisiologis alamiah pada tanarnan, dimana air yang dihisap oleh akar

    diteruskan lewat tubuh tanaman dan diuapkan kembali melalui pucuk daun. Nilai

    evapotranspirasi dapat diperoleh dengan pengukuran di lapangan atau dengan rumus-

    rumus empiris. Untuk keperluan perhitungan kebutuhan air irigasi dibutuhkan nilai

    evapotranspirasi potensial (ETo) yaitu evapotranspirasi yang terjadi apabila tersedia

    cukup air. Kebutuhan air untuk tanaman adalah nilai Eto dikalikan dengan suatu

    koefisien tanaman.

     ET = kc x Eto.....................................................................................(3.2.1)

    dimana : ET = Evapotranpirasi tanaman (mm/hari) ETo = Evaporasi tetapan/tanarnan

    acuan (mm/hari) kc = Koefisien tanaman

    3.3. Desain Hidraulik

    3.3.1. Elevasi Puncak Mercu 

    Elevasi puncak mercu direncanakan dari elevasi sawah tertinggi. Perencanaan

    elevasi puncak mercu direncanakan dengan memperhatikan beberapa hal, seperti kehilangan

    energy dan jenis material yang terbawa. Perhitungan elevasi puncak mercu dengan asumsi

    kehilangan energy dan tekanan jika dijumlahkan sebesar 1,5 m. Kehilangan energi tersebut

    terdiri dari:

    -  Dari Sal. Tersier Ke Sawah = 0,1 m

    Dari Sal. Sekunder Ke Tersier = 0,1 m

    -  Dari Sal. Induk Ke Sekunder = 0,1 m

    Akibat Kemiringan Saluran = 0,15 m

    -  Akibat Bangunan Ukur = 0,4 m

    -  Dari Intake Ke Saluran Induk = 0,2 m

    -  Kantong Sendimen = 0,1 m

    Tinggi Genangan = 0,15 m-  Eksploitasi = 0,1 m

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    31/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    1

    ' )..(2   H  K  K n B B a peff    

    Kemudian elevasi puncak yang direncanakan dikontrol dengan hasil perhitungan antara

    elevasi dasar saluran dekat pintu pengambilan dengan elevasi ambang dari jenis material

    yang terbawa, seperti lanau, memiliki elevasi ambang 0,5 m. (KP-02, Hal 86) serta tinggi

     bukaan maximum dari pintu pengambilan dan tinggi minimum pintu dari puncak. Keduaelevasi puncak yang didapat dibandingkan dengan pertimbangan agar sungai yang dibendung

    dapat mengaliri keseluruhan daerah irigasi sampai ke area terjauh. Selain itu juga

    memperhitungkan dampak dari material yang terbawa oleh air pada saluran.

    3.3.2. Profil Bendung

    A. Menghitung B Efektif / Lebar Mercu Efektif

    Lebar efektif bendung diperkirakan dengan memperhatikan kontraksi aliran pada

     pilar dan pangkal bendung. Gambar 3.1  direncanakan dalam KP-02, menyajikan mengenai

     perencanaan lebar efektif bendung dan perencanaan seperti apa saja yang seharusnya

    diberikan. Perhitungan lebar efektif bendung dapat dihitung dengan Persamaan 3.1. 

    …(3.1) 

    dimana : n = jumlah pilar tengah (Direncanakan 2 buah

    dengan lebar pilar masing - masing 1 m)

    Kp = koefisien kontraksi pilar (KP –  02 hal 40)

    = 0,01 (Direncanakanpilar berujung bulat)

    Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung = 0,1

    H1  = Tinggi energi (m)

    B = lebar mercu bruto / lebar mercu yang sebenarnya (m)

    Gambar 3.1 Sketsa Perencanaan Lebar Bendung

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    32/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    23

    1

    '

    3

    2

    3

    2  H  B g C Q   eff  d 

    99,0

    10416,020,2  

      

     

     p

     H C d 

     

      

     

     

      

     

    1

    1

    1

    21

    6,1

     H ha

     H 

    ha

     

    B. Menghitung Tinggi Energi dari Puncak Mercu (H1)

    (H1) merupakan tinggi permukaan air dihitung dari puncak mercu. (H1) dapat

    dicari dengan menggunakan Persamaan 3.3  yang juga merupakan Rumus debit yangmelimpah diatas mercu.

    …(3.3) 

    Dimana:

    Q = Debit banjir rancangan (direncanakan 370 m3/dt)

    Cd = 1,33 (Asumsi koefisien debit rancangan)

    B’eff  = lebar efektif bendung

    H1 = Tinggi energy dari puncak mercu

    C. Menghitung Koefisien Limpahan Mercu

    Koefisien limpahan mercu direncanakan dengan menggunakan cara coba  –  coba

    dengan menyamakan hasil koefisien limpahan desain (Cd) pada Persamaan 3.4  dengan

    koefisien limpahan actual (C) yang didapat dari Persamaan 3.5. Berikut perhitungan

    koefisien limpahan mercu.

    …(3.4) 

    …(3.5) 

    Dimana:

     p = Tinggi bendung yang direncanakan (m)

    h = Tinggi energy dari puncak mercu

    H1 = Tinggi energy dari puncak mercu

    (Diasumsikan H1=h ; dan Cd = C)

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    33/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    2

    3

    1.'.   H  BC Q eff  

    D. Rating Curve Diatas Mercu

    Rating curve merupakan perhitungan debit yang melimpah diatas mercu bendung.

    Perhitungan rating curve dapat menggunakan Persamaan 3.6. Didalam menghitung ating

    curve ada beberapa hal yang harus diketahui,

    …(3.6)  

    yaitu nilai tinggi tekanan (H1), lebar efektif bendung dan nilai

    koefisien limpahan actual yang sudah direncanakan dengan Persamaan 3.5.

    Dimana:

    Q = Debit Aliran diatas Mercu (m3/dt)

    C = Koefisien Limpahan Actual

    H1 = Tinggi energy dari puncak mercu (m)

    Beff  = Lebar Mercu Efektif (m)

    3.3.3. Profil Mercu

    Profil mercu yang digunakan adalah tipe ogee. Direncanakan mercu tipe ogee

    dengan kemiringan permukaan hulu vertical k = 2, dan n = 1,85. Sketsa penampang mercu

    tipe ogee dengan k = 2 dan n = 1,85, disajikan dalam Gambar 3.2. Pada Gambar 3.2

    disebutkan bahwa mercu tersebut memiliki dua buah jari  –  jari yaitu R 1 dan R 2 beserta jarak

    antara puncak mercu dengan jari –  jari tersebut (X1 dan X2).

    Gambar 3.2 Sketsa Penampang Mercu Tipe Ogee  

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    34/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    A. Lengkung Hulu 1

    Mercu tipe ogee memiliki dua jari  –   jari lingkaran sehingga dihitung untuk tiap

    lingkarannya. Menghitung lingkaran yang pertama atau disebut juga dengan lengkung hulu

    satu. Menentukan kordinat pusat dari lengkung hulu satu yang juga merupakan pusatlingkaran dari lingkaran pertama.

    x1  = 0

    y1  = El. Puncak - R 1 

    Kemudian kordinat pusat tersebut disubtitusikan kedalam Persamaan 3.7. 

    Dengan Persamaan 3.7  Sebagai berikut untuk mendapatkan nilai Y atau

    elevasi lengkung hulu satu.

    …(3.7) 

    B. Lengkung Hulu 2

    Menghitung lingkaran yang kedua atau disebut juga dengan lengkung hulu dua.

    Menentukan kordinat pusat dari lengkung hulu dua yang juga merupakan pusat lingkaran dari

    lingkaran kedua.

      = acos(X1/R 1)

    X1  = -(R 1-R 2).cos(sudut)

    Y1  = El. Puncak - R 1 + (R 1-R 2) x sin()

    Kemudian kordinat pusat tersebut disubtitusikan kedalam Persamaan 3.8. 

    Dengan Persamaan 3.8  Sebagai berikut untuk mendapatkan nilai Y atau

    elevasi lengkung hulu satu.

    …(3.8)

    C. Lengkung Hilir

    Menghitung lengkung hilir pada mercu. Lengkung hilir merupakan bentuk

    lengkungan yang nantinya akan dilewati oleh debit yang melimpah diatas mercu. Dalam

    menghitung elevasi lengkungan di hilir dimulai dari titik x = 0 atau pada posisi puncak

    mercu. dan kemudian secara bertahap menambahkan jarak untuk mendapatkan nilai Y

    dengan menggunakan Persamaan 3.9.

    22

    11   x R y y  

    21

    221   )(   x x R y y  

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    35/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    1.2 1     hz  H  z  g Vz 

    2.

    hz  B

    QVz 

    eff  

     

    …(3.9) 

    3.3.4. Profil Aliran

    A. Kecepatan Aliran

    Kecepatan aliran digunakan untuk merencanakan nilai hz. hz diperoleh dengan

    cara coba-coba dengan menyamakan kedua persamaan dibawah ini, yaitu Persamaan 3.10 

    dan Persamaan 3.11. Persamaan 3.10  dan Persamaan 3.11 merupakan rumus yang

    digunakan untuk menghitung kecepatan aliran. Dengan data masukan sebagai berikut:

    H1  = Tinggi energi di puncak mercu (m)

    Ep = Elevasi Puncak (m)

    Q = Debit banjir rencana (m3/dt)

    g = Percepatan Gravitasi (m/dt2)

    Leff   = Lebar efektif mercu (m)

    Data tersebut kemudian dimasukkan kedalam Persamaan 3.10 dan Persamaan 3.11, seperti

    yang dibawah ini. Persamaan tersebut digunakan untuk mencari hz.

    hz dicari untuk setiap elevasi mercu yang sudah direncanakan (Y), sampai mendapatkan nilai

     pada Persamaan 3.10 dan Persamaan 3.11 yang mendekati sama.

    …(3.10) 

    …(3.11) 

    Dimana:

    Vz = Kecepatan aliran (m/dt)

    Q = Debit banjir rancangan (m3/dt)

    hz = Tinggi aliran yang melimpah (m)

    H1 = Tinggi energy dari puncak mercu (m)

    Beff  = Lebar Mercu Efektif (m)

    z = Beda tinggi antara elevasi puncak dengan elevasi bendung.

    g = Percepatan gravitasi (m/dt2)

    85,01

    85,1

    .

    .

     H k 

     x puncak  El  y  

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    36/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

     z 

     z  z 

    h g 

    V  F 

    .

    B. Froud Number

    Menghitung froud number, froud number atau bilangan froud dicari untuk

    mengetahui kriteria aliran seperti apa yang melimpah diatas mercu. Terdapat tiga kriteria atau

    kondisi aliran pada umumnya yaitu, sub-kritis, kritis dan super kritis. Bilangan froud dapatdicari menggunakan Persamaan 3.12, dengan data masukan berupa kecepatan aliran (Vz),

    tinggi elevasi muka air dari mercu (hz), dan percepatan gravitasi (g).

    …(3.12) 

    Dimana:

    Fz = Bilangan froud

    Vz = Kecepatan aliran (m/dt)

    g = Percepatan gravitasi (m/dt2)

    hz = Tinggi aliran yang melimpah (m)

    3.3.5. Kolam Olakan

    Perencanaan kolam olakan diambil dari KP-02 dengan merencanakan jenis aliran tenggelam

    (y2 > 2/3 H1). Pada Gambar 3.3 disajikan sketsa perencanaan penampang kolam olakan pada

    umumnya.

    Gambar 3.3 Sketsa Penampang Kolam Olakan Secara Umum

    A. Kecepatan Awal Loncatan

    Kecepatan awal loncatan direncanakan dengan menggunakan Persamaan 3.13,

    dimana data masukannya berupa percepatan gravitasi (g), tinggi energi (H1), dan selisih

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    37/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    ).5,0(.2 11   z  H  g V   

    )1.81(2

    2     Fr  y y  u

    anatar elevasi puncak mercu dengan elevasi mercu yag sudah direncanakan (z). Berikut Hasil

     perhitungan menggunakan Persamaan 3.13  yang juga merupakan rumus kecepatan awal

    loncatan.

    …(3.13) 

    Dimana:

    V1 = Kecepatan awal loncatan (m/dt)

    H1 = Tinggi energy dari puncak mercu (m)

    z = Beda tinggi antara elevasi puncak dengan elevasi bendung.

    g = Percepatan gravitasi (m/dt2)

    B. Kedalaman Konjugasi

    Kedalaman konjugasi direncanakan dengan menggunakan Persamaan 3.14,

    dimana data masukannya berupa bilangan froud (Fz), dan kedalaman air di awal loncatan

    (yu). Dan sebelum kita dapat menentukan nilai kedalaman konjugasi (y2) terlebih dahulu

    harus menentukan kedalaman air di awal loncatan (yu) dengan menggunakan Persamaan

    3.15, dengan data masukan seperti percepatan gravitasi (g), Kecepatan awal loncatan (V1)

    dan bilangan froud (Fz). Berikut Hasil perhitungan menggunakan Persamaan 3.15  yang

     juga merupakan rumus untuk menentukan yu  dan juga Persamaan 3.14  yang digunakan

    untuk menentukan y2.

    …(3.15) 

    …(3.14) 

    Dimana:

    y2 = Kedalaman konjugasi (m)

    V1 = Kecepatan awal loncatan (m/dt)

    Fr = Bilangan froud

    g = Percepatan gravitasi (m/dt2)

     

      

      

      

     

     g  Fr 

    V  yu

    12

    1

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    38/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    C. Panjang Kolam Olakan

    Panjang kolam olakan dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.16, dengan

    data masukan seperti kedalaman konjugasi (y2) dan tinggi ambang rencana (n). Berikut hasil

     perhitungan dengan menggunakan Persamaan 3.16.L j  = 5.(n + y2) … (3.16) 

    Dimana:

    L = Panjang kolam olakan (m)

    n = Tinggi ambang (m)

    y2 = Kedalaman konjugasi

    3.4 Perencanaan Bangunan Pengambilan Dan Bangunan Pembilas 

    Bangunan pengambilan dan pembilas merupakan bangunan utama dalam

     perencanaan bendung. Kedua bangunan tersebut dilengkapi pintu yang bagian depannya

    terbuka, dan besaran bukaan pintu tersebut bergantung pada kecepatan aliran yang dizinkan

    (KP-02, hal. 84).

    3.4.1. Bangunan Pengambilan

    Perencanaan pintu pengambilan dalam KP-02 harus didasarkan pada kebutuhan

     pengambilan untuk keseluruhan area irigasi. Kapasitas pengambilan harus sekurang  –  

    kurangnya 120% dari kebutuhan pengambilan guna menambah fleksibilitas dan memenuhi

    kebutuhan lebih tinggi (KP-02, hal. 84). Dari perencanaan sebelumnya telah direncanakan

     beberapa data.

      Luas daerah irigasi (A)

      Kebutuhan air disawah (q)

      Elevasi dasar sungai dekat pintu pengambilan

      Elevasi dasar pintu pengambilan

      Efisiensi irigasi

      h1 (Tinggi muka air didepan pintu dari dasar pintu)

      z (Kehilangan tinggi energi di muka pintu)

      h2 (Tinggi muka air dibelakang pintu = h1-z)

      a (Tinggi bukaan maksimum pintu)

       b : h saluran primer

      Kemiringan talud saluran primer

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    39/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

     Eff   AqQ p  

     

    Sketsa Perencanaan pintu pengambilan ini dapat dilihat pada Gambar 3.4. Pada

    gambar tersebut dijelaskan bahwa ada dua tipe perencanaan pintu pengambilan, bergantung

    dari jenis alirannya, yaitu aliran tidak tenggelam dan aliran tenggelam. Dan pada perencanaanini direncanakan menggunakan tipe aliran tenggelam.

    Gambar 3.4 Sketsa Perencanaan Pin tu Pengambil an

    (a) Ali ran T idak Tenggelam ; (b) Al ir an Tenggelam

    A. Perhitungan Debit yang Dibutuhkan untuk Pengambilan

    Debit yang dibutuhkan untuk pengambilan direncanakan dengan mengalikan luas

    daerah irigasi dengan kebutuhan air perluasan daerah. Persamaan 4.17 dapat menjelaskan

     perhitungan tersebut.

    … (3.17) 

    Dimana :

    Qp = Debit pengambilan (m3/dt)

    A = Luas daerah irigasi (ha)

    Eff = Efisiensi irigasi (80%)

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    40/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

     z  g baQ   ..2.. 

     AV  Q  

    B. Perencanaan Dimensi Pintu dan Pilar

    Perencanaan dimensi pintu dan pilar meliputi lebar dan jumlah yang nantinya

    akan digunakan dalam bangunan pengambilan. Dalam perencanaan sebelumnya direncanakan

    aliran tenggelam pada bangunan pengambilan, hal tersebut dikarenakan untuk mengantisipasitinggi muka air yang berubah –  ubah (KP-02, hal 71).

    Dan untuk merencanakan lebar pintu atau bukaan pada bangunan pengambilan

    digunakan rumus debit untuk aliran tenggelam pada Persamaan 4.18.

    ...(3.18) 

    Dimana :

    Q = Debit pengambilan (m3/dt)

      = Koefesien debit direncanakan 0,8 (KP 02, hal 85)

    a = Tinggi bukaan pintu (m)

    g = Percepatan grafitasi (m/dt2)

     b = Lebar pintu (m)

    z = Kehilangan tinggi energi (KP 02, hal 85)

    C. Perhitungan Dimensi Saluran Primer  

    Merencanakan dimensi saluran primer didasarkan pada luasan daerah irigasi dan

    debit pengambilan yang telah direncanakan. Direncanakan menggunakan saluran berbentuk

    trapesium. Perhitungan dapat dilakukan dengan Persamaan 3.19. 

    …(3.19)

    Dimana: A = Luas saluran ( m2 ) 

    V = Kecepatan air pada saluran primer (1 - 2 m/dt )

    direncanakan 2 m/dt (KP-02, hal.84)

    3.4.2. Bangunan Pembilas

    Perencanaan bangunan pembilas juga harus didasarkan KP-02. Seperti yang

    sudah kita ketahui, fungsi dari bangunan pembilas adalah membilas sedimen  –  sedimen yang

    menumpuk dengan cara membuka pintu pembilas secara berkala. Data yang dibutuhkan

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    41/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    h g V c   ..2

    dalam merencanakan bangunan pembilas hampir sama dengan yang digunakan untuk

    merencanakan bangunan pengambilan.

      Lebar Pintu Pembilas (KP-02, Hal.88): 60% Lebar Pintu Pengambilan

    Jadi perhitungan perencanaan bangunan pembilas sebagai berikut, terdiri dari

     perencanaan kecepatan aliran pada bangunan pembilas dengan Persamaan 3.20(a) dan

    Persamaan 3.20(b). lebar bangunan pembilas dengan Persamaan 3.21.

    A. Kecepatan Aliran pada Pintu Pembilas

    …(3.20)(a) 

    Dimana: g = Percepatan grafitasi (m/dt2)

    h = Direncanakan 0,8 dari beda tinggi antara puncak mercudan dasar sungai

    kemudian kecepatan aliran tersebut dikontrol terhadap kecepatan izin yang harus dialirkan.

    Direncanakan V*.

    Kecepatan geser Kritis

    ...(3.20)(b) 

    Dimana : g = percepatan gravitasi (9,81 m/s

    2

    )H = kedalaman air (m)

    S = kemiringan saluran ( diasumsi 0,002)

    Dan hasil perhitungan tersebut harus memenuhi syarat Vc>U*.

    B. Lebar Pintu Pembilas ( Bp ) (KP 02 hal.88)

    Bp = 60% x Lebar Total Bangunan Pengambilan …(3.21) 

    Kontrol Lebar Pintu Pembilas

    = 1/10 B bendung ≤ B ≤ 1/6 B bendung (KP 02 hal. 88) 

    3.5. Analisis Stabilitas

    Analisis stabilitas pada bendungan merupakan perhitungan gaya  –  gaya yang bekerja

     pada bendungan tersebut. Gaya –  gaya yang bekerja pada bendungan diantaranya tekanan air

    aktif maupun pasif, gaya gempa, berat bangunan, dan beberapa gaya yang berpengaruh

    lainnya.

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    42/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    Analisa stabilitas dilakukan pada dua kondisi yaitu kondisi normal (tidak ada aliran

    diatas mercu) dan kondisi extreme (kondisi pada saat banjir rencana maksimum dan kondisi

    saat gempa).

    3.5.1. Stabilitas Terhadap Rembesan

    Analisa stabilitas terhadap rembesan direncanakan menggunakan metode Lane seperti

    yang diperlihatkan Persamaan 3.22 merupakan perbandingan antara panjang jalur rembesan

    dibawah bangunan dengan beda tinggi muka air. Metode Lane memiliki nilai minimum untuk

    angka rembesan yang kita rencanakan nanti, seperti yang disajikan pada Tabel 3.1.

    …(3.22) 

    Dengan mengasumsikan menggunakan material dasar untuk bendungan berupa kerikil halus

    dengan angka rembesan 4.

    Tabel 3.1 Harga Minimum Angka Rembesan Lane 

    3.5.2. Tekanan Air Banjir

    Tekanan air banjir direncanakan guna mendapatkan gaya  –  gaya yang bekerja akibat

    tekanan air dibawah tubuh bendungan. Tekanan air banjir direncanakan dengan

    menggunakan Persamaan 3.23(a) untuk merencanakan beda tinggi antara masing  –  masing

    gaya dan Persamaan 3.23(b) untuk merencanakan besarnya gaya –  gaya yang bekerja.

    Persamaan 3.23:

    Pi = Hi - ∆Hi  …(a) 

    ∆Hi = Lw/Cw …(b) 

     H 

     Lh Lv

    Cw

      3

    1

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    43/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    3.5.3. Tekanan Tanah Aktif

    Tekanan tanah aktif merupakan gaya yang dihasilkan oleh tanah disekitar tubuh

     bendungan. Tekanan tanah aktif dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.24 

    …(3.24) 

    Dimana:

    Fa = gaya tekan tanah aktif (kN)

    γ' = berat volume tanah terendam (kN/m3) = 10 kN/m3 (KP 02, hal 117)

    h = Kedalaman tanah (m)

    φ = sudut gesek internal tanah (derajat) (Direncanakan 30o)

    3.5.4. Stabilitas Terhadap Geser

    Analisa stabilitas terhadap geser merupakan perhitungan untuk mengontrol apakah

    tubuh bendungan yang direncanakan aman terhadap gaya geser atau horizontal akibat tekanan

    tanah di sekitar tubuh bendungan. Umumnya untuk mengontrol tubuh bendungan terhadap

    gaya geser digunakan Persamaan 3.25, dimana persamaan tersebut merupakan perbandingan

    antara gaya  –   gaya yang bekerja yang kemudian diberikan faktor gesekan sesuai dengan

    material dasar bendungan yang digunakan. Tabel 3.2  menyajikan harga  –   harga perkiraan

    untuk koefisien gesekan.

    …(3.25) 

    Tabel 3.2 Harga  –  Harga Perkiraan Untuk Koefisien Gesekan 

     H 

    V W   f  S 

      )(.

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    44/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15

    MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002

    3.5.5. Stabilitas Terhadap Guling

    Analisa stabilitas terhadap guling merupakan perhitungan untuk mengontrol apakah

    tubuh bendungan yang direncanakan aman terhadap gaya dorong atau momen akibat tekanantanah ataupun air dengan pusat guling pada titik J. Umumnya untuk mengontrol tubuh

     bendungan terhadap gaya guling digunakan Persamaan 3.26,  dimana persamaan tersebut

    merupakan perbandingan antara gaya - gaya penahan guling dengan gaya penyebab guling.

    Analisis stabilitas terhadap guling memiliki faktor keamanan pada kondisi normal sebesar 1,5

    dan pada kondisi banjir sebesar 1,25.

    …(3.26) 

    3.5.6. Stabilitas Terhadap Erosi Bawah Tanah (Piping)

    Stabilitas terhadap piping dapat direncanakan dengan menggunakan Persamaan 3.27.

    Stabilitas terhadap piping harus memenuhi faktor keamanan yang telah ditentukan yaitu 2

    untuk kondisi banjir/extreme.

    …(3.27) 

    Dengan data masukan diantaranya:

    s (Kedalaman Tanah)

    a (Tebal Lapisan Pelindung)

    hs (Tekanan Air Pada Kedalaman s)

    S  guling momen

     guling  penahanmomen

     sh

     sa sS 

      )/1(  

  • 8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI

    45/45

    SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15