tugas besar sistem bangunan irigasi
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
1/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat, sumber daya air di
Indonesia menjadi salah satu kekayaan yang sangat penting. Air merupakan hal
pokok bagi kehidupan manusia, baik untuk konsumsi langsung, sanitasi maupun
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, misalnya untuk pertumbuhan tanaman,
peternakan maupun untuk tenaga listrik. Jumlah kebutuhan air yang sangat besar,
sedang volume air relatif tetap membuat manusia harus berupaya untuk
memanfaatkan sumber daya air seefisien mungkin. Dan karena letak sumber airtersebar di seluruh penjuru bumi dan terkadang tidak dapat dijangkau manusia,
sehingga manusia harus mencari cara untuk dapat menjangkau sumber air tersebut
untuk selanjutnya digunakan dalam berbagai hal dalam kehidupan.
1.2 Tujuan
Perancangan yang didasarkan keahlian serta pengelolaan yang seksama
merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tingkat efisiensi pemanfaatan air
yang dibutuhkan di masa datang. Perancangan memerlukan adanya konsepsi, rencana
kontruksi dan operasi serta sarana pemanfaatan air.
1.3 Pembatasan Masalah
Pada dasarnya perancangan kontruksi bangunan air tersebut bukan hanya
didasarkan pada pengetahuan Teknik Sipil, tetapi juga bidang Geologi, pengairan,
ekonomi, social, listrik, mesin dan sebagainya. Setiap proyek pengembangan sumber
daya air akan menghadapi masalah yang unik dan harus diatasi secara khusus,
sehingga semuanya didasarkan pada pengalaman-pengalaman dilapangan. Kondisi-
kondisi khusus setiap proyek harus diatasi melalui penerapan pengetahuan dasar
berbagai disiplin ilmu terpadu.
Data yang dibutuhkan untuk perencanaan bangunan utama dalam suatu jaringan
irigasi adalah :
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
2/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
a. Data Topografi
Adalah peta yang meliputi seluruh daerah aliran sungai, peta situasi untuk letak
bangunan utama, gambar-gambar potongan memanjang dan melintang sungai baik di
sebelah hulu maupun hilir dari kedudukan bangunan utama.
b.
Data Hidrologi
Adalah data aliran sungai yang meliputi data banjir yang handal. Data ini harus
mencakup beberapa periode ulang daerah hujan, tipe tanah, dan vegetasi yang
terdapat di daerah aliran.
c. Data Morfologi
Adalah kandungan sedimen, kandungan sedimen dasar (bed load) maupun
iyayang ( suspended load ) termasuk distribusi ukurannya.
d.
Data Mekanika Tanah
Adalah bahan pondasi , bahan kontruksi , sumber bahan timbunan, batu untuk
pasangan batu kosong, agregat untuk beton, batu belah untuk pasangan batu,
parameter tanah yang harus digunakan
e. Standar untuk Perencanaan
Adalah peraturan dan standar yang telah ditetapkan secara nasional, seperti PBI
beton, daftar baja, kontruksi kayu Indonesia dan sebagainya. Peraturan ini dirangkum
dalam sebuah buku dengan judul KP-02.
f. Data Lingkungan dan Ekologi
Adalah lampiran dari sebuah daftar lembaga-lembaga dan instasi pemerintah
yang menyediakan informasi dan data mengenai pokok masalah yang dihadapi.
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
3/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
BAB II
DASAR TEORI
2. 1 Peta Jaringan Irigasi
Peta jaringan irigasi adalah satu gambaran kesatuan saluran dan bangunan
yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan,
pembagian, pemberian dan penggunaannya. Secara hirarki jaringan irigasi dibagi
menjadi jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan utama meliputi bangunan,
saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari
bangunan dan saluran yang berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang
mendapatkan air dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi.
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas,
jaringan irigasi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu (1) jaringan irigasi
sederhana, (2) jaringan irigasi semi teknis, dan (3) jAringan irigasi teknis.
2. 1. 1 Jaringan Irigasi Sederhana
Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu
kelompok petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalammengukur dan mengatur masih sangat terbatas. Ketersediaan air biasanya melimpah
dan mempunyai kemiringan yang sedang sampai curam, sehingga mudah untuk
mengalirkan dan membagi air. Jaringan irigasi sederhana mudah diorganisasikan
karena menyangkut pemakai air dari latar belakang sosial yang sama. Namun
jaringan ini masih memiliki beberapa kelemahan antara lain, (1) terjadi pemborosan
air karena banyak air yang terbuang, (2) air yang terbuang tidak selalu mencapai
lahan di sebelah bawah yang lebih subur, dan (3) bangunan penyadap bersifat
sementara, sehingga tidak mampu bertahan lama.
2. 1. 2 Jaringan Irigasi Semi Teknis.
Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen
ataupun semi permanen.Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan
bangunan pengambil dan pengukur.Jaringan saluran sudah terdapat beberapa
bangunan permanen, namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
4/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
mengatur dan mengukur.Karena belum mampu mengatur dan mengukur dengan baik,
sistem pengorganisasian biasanya lebih rumit.
2. 1. 3
Jaringan Irigasi TeknisJaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen.
Bangunan sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping
itu terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan
pengukuran dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak tersier.
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
5/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
Untuk memudahkan sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian, disusun
suatu organisasi petak yang terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier, petak
kuarter dan petak sawah sebagai satuan terkecil.
1.
Petak PrimerPetak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang
mengambil langsung air dari saluran primer.Petak primer dilayani oleh
satu saluran primer yang mengambil air langsung dari bangunan
penyadap. Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat
dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder.
Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi daerah saluran
primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari saluran primer.
2. Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang
kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder.Biasanya petak
sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran
primer atau sekunder.Batas-batas petak sekunder pada urnumnya berupa
tanda topografi yang jelas misalnya saluran drainase.Luas petak
sukunder dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi topografi daerah
yang bersangkutan.
Saluran sekunder pada umumnya terletak pada punggung mengairi
daerah di sisi kanan dan kiri saluran tersebut sampai saluran drainase
yang membatasinya. Saluran sekunder juga dapat direncanakan sebagai
saluran garis tinggi yang mengairi lereng lereng medan yang lebih
rendah.
3. Petak Tersier
Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing
seluas kurang lebih 8 sampai dengan 15 hektar.Pembagian air,
eksploitasi dan perneliharaan di petak tersier menjadi tanggungjawab
para petani yang mempunyai lahan di petak yang bersangkutan dibawah
bimbingan pemeintah.Petak tersier sebaiknya mempunyai batas-batas
yang jelas, misalnya jalan, parit, batas desa dan batas-batas
lainnya.Ukuran petak tersier berpengaruh terhadap efisiensi pemberian
air. Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh dalam penentuan luas
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
6/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
petak tersier antara lain jumlah petani, topografi dan jenis tanaman.
Apabila kondisi topografi memungkinkan, petak tersier sebaiknya
berbentuk bujur sangkar atau segi empat. Hal ini akan memudahkan
dalam pengaturan tata letak dan perabagian air yang efisien.Petak tersier sebaiknya berbatasan langsung dengan saluran
sekunder atau saluran primer. Sedapat mungkin dihindari petak tersier
yang terletak tidak secara langsung di sepanjang jaringan saluran irigasi
utama, karena akan memerlukan saluran muka tersier yang mebatasi
petak-petak tersier lainnya.
2. 2 Metode Penman Monteith
Metode Penman-Monteith merupakan metode penduga evapotranspirasi
terbaik yang direkomendasikan FAO sebagai metode standar sedangkan metode
pendugaan lain baik digunakan dalam iklim tertentu (Lascanao dan Bavel 2007;
Smith 1992). Metode ini merupakan metode yang diadopsi dari metode Penman yang
dikombinasikan dengan tahanan aerodinamik dan permukaan tajuk. Metode Penman
mengalami berbagai perkembangan sehingga dapat digunakan untuk menduga
evapotranspirasi pada permukaan yang ditanami dengan menambahkan faktor
tahanan permukaan (rs) dan tahanan aerodinamik (ra). Persamaan ini terdapat
parameter penentu pertukaran energi dan berhubungan dengan fluks bidang tanaman
(Allen et al. 1998).
Metode ini dapat menghasilkan pendugaan ET0 pada lokasi luas dan
memiliki data yang lengkap. Metode ini memberikan hasil terbaik dengan kesalahan
mimimum untuk tanaman acuan. Metode Penman-Monteith memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan tersebut yaitu dapat diaplikasikan secara global tanpa perlu
adanya tambahan parameter lain, selain itu metode ini sudah dikalibrasi dengan
beberapa software dan beberapa jenis lisimeter (Allen et al. 1998). Kelemahan utama
dalam metode ini adalah membutuhkan data meteorologi yang cukup banyak seperti
suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan radiasi matahari. Dimana hanya beberapa
stasiun cuaca yang menyediakan data tersebut dalam per jam dan harian (Irmak et al.
2003).
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
7/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
Penghitungan evapotranspirasi tanaman acuan dengan metode Penman-
Monteith (Monteith, 1965) adalah :
)U ,( γ
)
a
e
s
(eU
)T (
γ
n
R ,
o ET
23401
2273
9004080
.......................................................... (1)
Dengan pengertian :
o ET adalah evapotranspirasi tanaman acuan, (mm/hari).
Rn adalah radiasi matahari netto di atas permukaan tanaman, (MJ/m2/hari).
T adalah suhu udara rata-rata, (o C).
U 2 adalah kecepatan angin pada ketinggian 2 m dari atas permukaan tanah, (m/s).
e s adalah tekanan uap air jenuh, (kPa).
ea adalah tekanan uap air aktual, (kPa).
adalah kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu, (kPa/o C).
adalah konstanta psikrometrik, (kPa/o C).
(a) Rndihitung dengan rumus :
nl Rns Rn R ................................................................................................. (2)
Dengan pengertian :
ns R adalah radiasi gelombang pendek, (MJ/m2/hari).
nl
R adalah radiasi gelombang panjang, (MJ /m2/hari).
Besarnya ns R adalah :
s Rα)( ns R 1 .................................................................................................. (3)
Dengan pengertian :
α adalah koefisien pantulan radiasi tajuk = 0,23 (nilai koefisien ini dipengaruhi oleh
kondisi tanaman penutup lahannya, pada beberapa literature menggunakan kisaran
nilai 0,23 – 0,25).
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
8/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
s R adalah radiasi matahari, (MJ/m2/hari).
dan s R dihitung dengan :
a R ) N
n , ,( s R 50250 ........................................................................................ (4)
Dengan pengertian :
n adalah lama matahari bersinar dalam satu hari, (jam).
N adalah lama maksimum matahari bersinar dalam satu hari, (jam).
a R adalah radiasi matahari ekstraterestrial , (MJ/m2/hari).
besarnya a R adalah :
) sωδδ s( ωr d ,a R sincoscossinsin637 ......................................... (5)
dengan pengertian :
r d adalah jarak relatif antara bumi dan matahari.
δ adalah sudut deklinasi matahari, (rad).
adalah letak lintang, (rad). Jika berada pada lintang utara nilainya positif, pada
lintang selatan nilainya negatif.
sω adalah sudut saat matahari terbenam, (rad).
dan sω dihitung dengan :
δ)( sω tantanarccos .................................................................................. (6)
dengan pengertian :
δ adalah deklinasi matahari, (rad).
adalah letak lintang, (rad).
dan r d dihitung berdasarkan persamaan di bawah ini (Duffie & Beckman, 1980) :
J) ,( , J)π
( ,r d 01720cos03301365
2cos03301 ..................... (7)
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
9/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
besarnya δ dihitungdengan (Duffie& Beckman, 1980) :
) , J ,( , ) , J π
( ,δ 39101720sin4090391365
2sin4090 .......................................
(8)
Dengan pengertian :
J adalah nomor urut hari dalam setahun (hari julian)
Nilai ) J ,( 01720 pada persamaan (7) dan ) , J ,( 39101720 pada persamaan (8) dalam
satuan radian.
Besarnya nilai J secara matematis dapat dihitung dengan :
a. Untuk J Bulanan (Gommes, 1983):
J = Integer )23,1542,30( M ................................................................ (8a)
b. Untuk J Harian (Craig, 1984):
J = integer 2)309
275( D M
............................................................................ (8b)
Dengan pengertian :
M adalah bulan (1-12)
D adalah hari dalam bulan (1 - 31)
Jika tahun normal dan M < 3, nilai J ditambah nilai 2
Jika tahun kabisat dan M > 2, J ditambah nilai 1, tahun kabisat adalah tahun yang habis
dibagi dengan angka 4.
Untuk melakukan penghitungan dengan periode 10 harian, maka nilai J diperoleh dari
persamaan (8b) dengan D sama dengan 5, 15, dan 25 pada setiap bulannya.
Besarnya N dihitung dengan rumus:
sωπ
N 24 ................................................................................................................ (9)
dannl
R dihitung dengan:
4k
T ζ )vsεa( ε f lu R
ld R
nl R .................................................................. (10)
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
10/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
Dengan pengertian :
nl R adalah radiasi gelombang panjang, (MJ /m
2/hari).
lu R adalah radiasitermal yang dipancarkan oleh tanaman dan tanah ke atmosfer,
(MJ/m2/hari).
ld
R adalah radiasi gelombang panjang termal yang dipancarkan dari atmosfer dan
awan masuk ke permukaan bumi, (MJ/m2/hari).
f adalah faktor penutupan awan, tanpa dimensi.
aε adalah emisivitas efektif atmosfer.
vsε adalah nilai emisivitas oleh vegetasi dan tanah 0,98 (Jensen dkk., 1990).
ζ adalah nilai konstanta Stefan-Boltzman = 4,90 x 10-9 MJ/m2/K 4/hari.
k T adalah suhu udara rata-rata, (K).
Faktor penutupan awan (f) dihitung dengan rumus (FAO No. 24, 1977):
1090 , N
n , f .......................................................................................................... (11)
Emisivitas ( ,ε ) dihitung dengan rumus (Jensen dkk. ,1990) :
ae , ,( )aer br (a )vsεa( ε ,ε 140340 .....................................................(12)
Dengan pengertian :
,ε adalah emisivitas atmosfer
ae adalah tekanan uap air aktual (kPa).
r a adalah 0,34 - 0,44.
r b adalah negatif 0,25 - negatif 0,14.
(b) Kecepatan angin pada ketinggian 2 m adalah :
) , z ,(
, z U U
425867ln
874
2 ..................................................................................... (13)
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
11/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
Dengan pengertian :
2U adalah kecepatan angin pada ketinggian 2 m, (m/s).
z U adalah kecepatan angin pada ketinggian z m, (m/s).
z adalah ketinggian alat ukur kecepatan angin, (m).
(c) Tekanan uap jenuh ( e s ) besarnya (Tetens, 1930) :
3237
2717exp6110
,T
T , , se ......................................................................................... (14)
(d)
Tekanan uap aktual ( ea ) dihitung dengan :
RH x seae ...........................................................................................................(15)
Dengan pengertian :
RH adalah kelembaban relatif rata-rata, (%).
(e) Kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu udara dihitung dengan
(Murray, 1967) :
23237
4098
) ,(T
se
...................................................................................................... (16)
Dengan pengertian :
adalah kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu udara, (kPa/o C).
T adalah suhu udara rata-rata, (o C).
e s adalah tekanan uap jenuh pada suhu T , (kPa).
(f) Konstanta psikrometrik (
) dihitung dari (Brunt, 1952) :
λ
P ,
ελ
P pcγ 001630
310 ............................................................................... (17)
dengan pengertian :
adalah konstanta psikrometrik, (kPa/o C).
c p adalah nilai panas spesifik udara lembap sebesar 1,013 kJ/kg/o C.
P adalah tekanan atmosfer, (kPa).
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
12/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
adalah nilai perbandingan berat molekul uap air dengan udara kering = 0,622.
adalah panas laten untuk penguapan, (MJ/kg).
Tekanan atmosfer ( P ) dihitung dari (Burman dkk.,1987):
Rη g
koT
)o z (z η koT
o P P
............................................................................ (18)
Dengan pengertian :
P adalah tekanan atmosfer pada elevasi z, (kPa).
P o adalah tekanan atmosfer pada permukaan laut, (kPa).
z adalah elevasi, (m).
z o adalah elevasi acuan, (m).
g adalah gravitasi = 9,8 m/s2.
R adalah konstanta gas spesifik = 287 J/kg/K.
T ko adalah suhu pada elevasi zo, (K).
adalah konstanta lapse rate udara jenuh = 0,006 5 K/m.
Jika tekanan udara pada suatu stasiun tidak tersedia, maka gunakan asumsi
Tko = 293 K untuk T = 20o C dan Po = 101,3 kPa pada zo = 0.
(g) Panas laten untuk penguapan (
) dihitung dengan rumus (Harrison, 1963) :
)T ,( , λ x 3
1036125012 ............................................................................... (19)
dengan pengertian :
adalah panas laten untuk penguapan, (MJ/kg).
T adalah suhu udara rata-rata, (o C).
Bangunan bendung merupakan bangunan utama yang dibangun di sungai untuk
memenuhi kebutuhan air irigasi. Jenis bangunan yang dipilih harus disesuaikan dengan
jumlah air yang ada di sungai tersebut, daerah yang akan dialiri , jenis tanaman yang akan
dikembangkan dan sebagainya. Air yang diambil dari sungai harus dapat mengalir secara
gravitasi dan harus bisa mengurangi sedimen serta kemungkinan untuk mengukur air
masuk kejaringan irigasi. Mengingat tempat kedudukan, lahan yang akan dialiri dankondisi sungai yang ada maka dapat dibuat beberapa jenis bangunan utama yaitu :
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
13/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
2. 3 Bangunan Pengelak
Lokasi bangunan pengelak dan pemilihan tipe yang paling cocok dipengaruhi
oleh banyak faktor, yaitu :a. sungai
b.
elevasi yang diperlukan untuk irigasi
c. topografi pada lokasi yang direncanakan
d. kondisi geologi teknik pada lokasi
e. metode pelaksanaan
2. 4 Bangunan Pengambilan
Sesuai dengan tujuannya sebagai bangunan utama untuk pengambilan air
irigasi, bendung dilengkapi dengan bangunan pengambilan tersebut, yaitu :
1. pengambilan sebaiknya dibuat sedekat mungkin dengan bangunan pembilas di
kedua sisi.
2. pengambilan dapat dibuat dua sisi sungai atau satu sisi saja.
3. pengambilan dapat juga dilakukan dengan cara satu sisi dan satu bangunan sadap
pada pilar pembilas , kemudian airnya disalurkan melalui siphon dalam tubuh
bendung ke sisi lainnya.
4. pada pangkal bendung dibuat dinding sayap dan dinding pengarah, sehingga
dihindari adanya aliran turbulensi di depan pengambilan.
2. 5 Bangunan Pembilas
Bangunan pembilas kantung Lumpur merupakan bangunan yang terletak antara
pintu dan saluran. Fungsi bangunan pembilas adalah sebagai pembilas
(penggelontor) sedimen di kantong Lumpur. Tata letak terbaik untuk katong Lumpur.
Tata letak terbaik untuk kantong Lumpur saluran pembilas dan saluran primer adalah
saluran pembilas merupakan kelanjutan bangunan kantong Lumpur dan tidak
mengalami pembelokan. Bila pembilas terpaksa terletak menyamping (tidak lurus),
maka dianjurkan dibuat dinding pelurus rendah yang curamnya sama dengan tinggi
maksimum sedimen dalam kantong Lumpur.
Guna mencapai pembilasan yang sempurna maka akhir bangunan pembilas
yang masuk di sungai disarankan mempunyai beda tinggi yang cukup. Bila terlalu
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
14/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
curam (dalam) disarankan dilengkapi dengan bangunan terjun dalam kolam olak
serta got miring sepanjang saluran. Kecepatan dalam saluran pembilas berkisar 1 –
1.5 m/dt dan besarnya debit pembilas adalah : Qs = 1,2 Qn (Qn = debit rata-rata yang
lewat kantong Lumpur (m
3
/dt)).Guna mengetahui sejauh mana sedimen di kantong lumpur dapat dibilas
dengan sempurna, maka diperlukan perhitungan efisiensi pembilas. Efisiensi
pembilas tergantung dari besarnya gaya geser sedimen yang selalu mengendap.
2. 6 Kantong Lumpur
Kantong Lumpur adalah bangunan yang berfungsi mengendapkan fraksi-fraksi
yang lebih beasr dan fraksi halus (0,06 – 0,07 mm) agar tidak masuk kejaringan
irigasi biasanya ditempatkan dihilir bangunan pengambilan (intake).
2.6.1 Penetapan lokasi kantong Lumpur
Keadaan topografi tepi sunagi maupun kemiringan sungai akan
mempengaruhi perencanaan kantong Lumpur. Kemiringan sungai harus cukup
curam untuk menciptakan kehilangan energi yang diperlukan untuk pembilasan di
sepanjang kantong Lumpur. Kantong Lumpur dan bangunan – bangunan pelengkap
bendung memerlukan banyak ruang, oleh karena itu kemungkinan penempatannya
harus ikut dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi bangunan utama. Apabila
diperlukan dua bangunan pengambilan maka juga diperlukan dua buah kantong
lumpur dalam keadaan penuh.
2.6.2 Data perencanaan kantong lumpur
Beberapa data digunakan untuk perencanaan kantong Lumpur, antara lain
data topografi untuk penempatan kantong Lumpur
Kemiringan yang memadai guna pekerjaan penggelontoran sedimen di kantong
Lumpur.
Data sedimen meliputi diameter sedimen :
1. volume sedimen (diasumsikan sebesar 0.5 ml dari volume air yang mengalir
dari kantong Lumpur).
2.
kebutuhan irigasi di pintu pengambilan
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
15/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
2.5 Bangunan Pengambilan Bebas
Bangunan pengambilan bebas ini dibuat untuk memungkinkan dibelokannya
air sungai ke jarinagan irigasi tanpa merubah kondisi sungai tersebut, jika muka airsungai cukup tinggi untuk mencapai lahan yang akan dialiri. Bangunan tersebut
berupa saluran pengelak yang dilengkapi dengan pintu air untuk memenuhi
kebutuhan irigasi. Bangunan tersebut harus dapat mengambil air dengan jumlah yang
cukup pada masa pemberian air irigasi tanpa memerlukan peninggian muka air di
sungai. Meskipun hal ini jarang diaplikasikan, namun tidak ada salahnya dikemukan
mengingat adanya kemungkinan suatu daerah yang daapt menggunakan jenis
bangunan seperti ini.
2.5.1 Bangunan Bendung
Bangunan ini dibangun melintang sungai yang berfungsi untuk menaikkan
muka air air di sungai , maka ada dua tipe yang dibangun, yaitu :
a. Bendung Pelimpah, atau biasa juga disebut Bendung Tetap .
Bendung tetap adalah bangunan pelimpah melintang sungai yang
memberikan tinggi muka air minimum pada bangunan pengambilan untuk
keperluan irigasi. Bendung ini juga merupakan penghalang saat terjadi banjir
sehingga air sungai menjadi tinggi dan tanpa kontrol yang baik akan dapat
menyebabkan genangan di daerah hulu tersebut. Untuk sungai yang tidak mampu
menampung tinggi luapan yang terjadi, tidak sesuai dengan bangunan ini.
b. Bendung Gerak
Bendung ini dapat dihilangkan selama terjadi aliran besar yaitu dengan cara
membuka pintu air atau mengempiskan bendung karet, sehingga masalah yang
ditimbulkan selama banjir kecil saja. Bendung gerak dapat mengatur muka air di
depan pengambilan agar air yang masuk tetap sesuai dengan kebutuhan irigasi.
Bendung gerak memerlukan eksplotasi secara terus menerus karena pintunya harus
tetap terjaga dan dioperasikan dengan baik dalam keadaan apapun.
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
16/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
BAB III
PEMBAHASAN PERENCANAAN
3.1. Perencanaan Peta Jaringan Irigasi
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
17/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
Sistem jaringan irigasi yang akan direncanakan digambar terlebih dahulu. Hal
penting dalam penggambaran adalah pengetahuan tentang peta. Degan pertolongan peta
dapat diketahui daerah irigasi rencana, letak tempat-tempat, jalan kereta, aliran sungai dan
lain-lain. Tahapan dalam perencanaan adalah pendahuluan dan tahap perencanaan akhir.Dalam peta tergambar garis kontur daerah ini. Dari garis kontur terlihat bahwa
topografi daerah tidak terlalu datar. Pada beberapa daerah terdapat cekungan-cekungan
dan bukit-bukit. Elevasi tertinggi adalah 110 dan elevasi terendah adalah 92,5. Pada daerah
ini terdapat satu sungai besar yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air pada daerah
irigasi. Daerah tepi sungai adalah daerah yang potensial untuk daerah persawahan sehingga
darah ini sebagian besar digunakan untuk petak tersier. Jenis tanah daerah ini adalah loam
yang sangat baik untuk pertumbuhan tanaman.
Petak yang diambil sebagai percontohan adalah petak tersier. Petak ini kemudian
digambar detail dengan skala 1 : 2500.
Lay Out jaringan irigasi adalah suatu cara yang membedakan bagian-bagian yang terdapat
dalam irigasi bentuknya serupa Lay Out Map. Lay Out Map berisi skema jaringan irigasi.
Tujuan pembuatan skema jaringan irigasi adalah mengetahui jaringan irigasi, bangunan
irigasi, serta daerah-daerah yang diairi meliputi luas, nama dan debit.
1.
Bangunan utama (head work)
2.
Sistyem saluran pembawa (irigasi)
3. Sistem saluran pembuang (drainase)
4. Primer unit, sekunder unit, tersier unit.
5. Lokasi bangunan irigasi
6. Sistem jalan
7. Non irigated area (lading)
8.
Non irigatable area (tidak dapat dialiri)
Misalnya :
1.
daerah dataran tinggi
2. rawa (daerah yang tergenang)
Saluran pembawa adalah saluran yang membawah air irigasi dari bangunan utama
ke petak-petak sawah. Ada empat macam saluran pembawa, yaitu saluran primer,
sekunder, tersier, dan kuarter.
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
18/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
Prinsip pembuatan saluran primer adalah direncanakan bedasarkan titik elevasi
tertinggi dari daerah yang dapat dialiri. Jika daerah yang dialiri diapit oleh dua buah
sungai, maka saluran dibuat mengikuti garis prmisah air. Saluran sekunder direncanakan
melalui punggung kontur.Selain saluran pembawa, pada daerah irigasi harus terdapat saluran pembuang.
Saluran pembuang dibuat untuk menampung buangan (kelebihan) air dari petak sawah.
Sistem pembuangan ini disebut sistem drainase. Tujuan sistem drainase adalah
mengeringkan sawah, membuang kelebihan air hujan, dan membuang kelebihan air irigasi.
Saluran pembuangan di buat di lembah kontur.
Tata warna peta adalah :
Biru untuk jaringan irigasi
Merah untuk jaringan pembuang
Cokelat untuk jaringan jalan
Kuning untuk daerah yang tidak dialiri
Hijau untuk perbatasan Kabupaten, Kecamatan, desa dan kampung
Merah untuk tata nama bangunan
Hitam untuk jalan kereta api
Skala Lay Out Map
General Lay Out Map dan Topographic map adalah 1 : 5000
Skema irigasi adalah 1 : 10000
Skema unti tersier adalah 1 : 5000 atau 1 : 2000
Standarisasi jaringan ukuran gravitasi :
Ukuran petak tersier 50 – 100 Ha
Ukuran petak kuartier adalah 8 – 15 Ha
Panjang saluran tersier adalah 1500 km
Panjang saluran kuartier adalah 500 km
Jarak saluran kuartier ke pembangan adalah 300 km
Dasar perencanaan lahan untuk jaringan irigasi adalah unit tersier. Petak tersier
adalah petak dasar disuatu jaringan irigasi yang mendapatkan air irigasi dari suatu
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
19/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
bangunan sadap tersier dan dilayani suatu suatu jaringan tersier. Faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam pembuatan Lay Out tersier adalah :
1. Luas petak tersier
2. Batas-batas petak3. Bentuk yang optimal
4. Kondisi medan
5. Jaringan irigasi yang ada
6. Eksploitasi jaringan
Batas-batas untuk perencanaan lahan untuk daerah irigasi adalah sebagai berikut :
1. Batas alam
Topografi (puncak gunung)
Sungai
Lembah
2. Batas Administrasi
Untuk perencanaan detail jaringan pembawa dan pembuang diperlukan peta
topografi yang akurat dan bisa menunjukkan gambarangambaran muka tanah yang ada.
Peta topografi tersebut bisa dieroleh dari hasil pengukura topografi atau dari foto udara.
Peta teesebut mencakup informasi yang berhubungan dengan :
Garis kontur dengan interval
Batas petak yang akan dicat
Tata guna tanah, saluran pembuang dan jalan yang sudah ada serta
bangunannya
Tata guna tanah administratif
Garis kontur pada peta menggambarkan medan daerah yang akan direncanakan.
Topografi suatu daerah akan menentukan Lay 0ut serta konfigurasi yang paling efektif
untuk saluran pembawa atau saluran pembuang. Dari kebanyakan tipe medan Lay Out
yang cocok digambarkan secara sistematis. Tiap peta tersier yang direncanakan terpisah
agar sesuai dengan batas alam dan topografi. Dalam banyak hal biasanya dibuat beberapa
konfigurasi Lay Out jaringan irigasi dan pembuang.
Klasifikasi tipe medan sehubungan dengan perencanaan daerah irigasi :
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
20/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
1. Medan terjal kemiringan tanah 2 %
Medan terjal dimasna tanahnya sedikit mengandung lempun rawan erosi karena
aliran yang tidak terkendali. Erosi terjadi jika kecepatan air pada saluran lebih batas ijin.hal
ini menyebabkan berkurangnya debit air yang lewat, sehingga luas daerah yng dialiri berkurang. Lay Out untuk daerah semacam ini dibuat dengan dua alternatif .Kemiringan
tercuram dijumpai dilereng hilir satuan primer. Sepasang saluran tersier menggambil air
dari saluran primer di kedua sisi saluran sekunder. Saluran tersier pararel dengan saluran
sekunder pada satu sisi dan memberikan airnya ke saluran kuarter garis tinggi, melalui
boks bagi kedua sisinya.
2.
Medan gelombang, kemiringan 0,25-2,3%
Kebanyakan petak tersier mengambil airnya sejajar dengan saluran sekunder yang
akan merupakan batas petak tersier pada suatu sisi. Batas untuk sisi yang lainnya adalah
saluran primer. Jika batas-batas alam atau desa tidak ada, batas alam bawah akan
ditentukan oleh trase saluran garis tinggi dan saluran pembuang. Umumnya saluran yang
mengikuti lereng adalah saluran tersier. Biasanya saluran tanah dengan bangunan terjun
di tempat-tempat tertentu. Saluran kuarter akan memotong lereng tanpa bangunan terjun
dan akan memberikan air karena bawah lereng. Kemungkinan juga untuk memberikan air
ke arah melintang dari sawah satu ke sawah yang lain.
3. Medan berombak, kemiringan tanahnya 0,25-2% umumnya kurang dari 1%
Saluran tersier diatur letaknya di kaki bukit dan memberikan air dari salah satu sisi.
Saluran kuarter yang mengalir paralel atau dari kedua sisi saluran kuarter yang mungkin
mengalir ke bawah punggung medan. Saluran pembuang umumnya merupakan saluran
pembuang alami yang letaknya cukup jauh dari saluran irigasi. Saluran pembuang alami
biasanya akan dilengkapi sistem punggung medan dan sistem medan. Situasi dimana
saluran irigasi harus melewati saluran pembuang sebaiknya harus dihindari.
4.
Medan sangat datar, kemiringan tanah 0,25%
Bentuk petak irigasi direncanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Bentuk petak sedapat mungkin sama lebar dan sama panjang karena bentuk yang
memanjang harus dibuat saluran tersier yang panjang akan menyulitkan
pemeriksaan pemberian air dan pemeliharaan juga menyebabkan banyaknya airyang hilang karena rembesan ke dalam tanah dan bocoran keluar saluran.
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
21/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
Petak yang panjang dengan saluran tersier ditengah-tengah petak tidak memberi
cukup kesempatan pada air untuk meresap kedalam tanah karena jarak
pengangkut yang terlalu pendek.
Tiap petak yang dibuat harus diberi batas nyata dan tegas agar tidak terjadi
keraguan dalam pemberian air.
Tiap bidang tanah dalam petak harus mudah menerima dan membuang air yang
sudah tidak berguna lagi.
Letak petak berdekatan dengan tempat-tempat pintu pengambilan. Maksudnya
agar pemeriksaan pemberian air pada intake tersier mudah dijalani petugas.
Untuk perencanaan detail jaringan irigasi tersier dan pembuang, diperlukan peta
topografi yang secara akurat menunjukkan gambaran muka tanah yang ada. Untuk masing-
masing jaringan irigasi dan digunakan titik referensi dan elevasi yang sama.
Peta-peta ini dapat diperoleh dari hasil-hasil pengukuran topografi (metode
terestris) atau dari foto udara (peta ortofoto). Peta-peta ini harus mencakup informasi yang
berkenaan dengan :
Garis-garis kontur
Batas-batas petak sawah
Tata guna lahan
Saluran irigasi, pembuang dan jalan-jalan yang ada beserta bangunannya
Batas-batas administratif (desa, kampung)
Rawa dan kuburan
Bangunan
Skala peta dan interval garis-garis kontur bergantung kepada keadaan topografi :
Tabel definisi Medan untuk Topografi Makro
Kontur Medan Kemiringan Medan Skala Interval
Sangat Datar 2 % 1 : 2000 1,0
Selain itu juga akan diperhatikan kerapatan atau densitas titik-titik di petak-petak
sawah agar arah aliran antar petak dapat ditentukan.
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
22/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
Peta ikhtisar harus disiapkan dengan skala 1 : 25000 dengan lay out jaringan utama
dimana petak tersier terletak. Peta ini harus mencakup trase saluran pembuang, batas-batas
petak tersier dan sebagainya. Untuk penjelasan yang lebih rinci mengenai pengukuran dan
pemetaan, lihat persyaratan teknis untuk Pemetaan Terestris dan pemetaan ortofoto
3.2. Menentukan Kebutuhan Air Irigasi
3.2.1. Menghitung Besarnya Evapotranspirasi Tanaman pada Daerah Irigasi
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
23/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
Lampiran 1 Data profil suhu udara rata-rata pada tiga ketinggian wilayah Situgede,
Darmaga, Bogor Januari – Desember 2009
BulanRata-rata suhu udara (0C)
4 meter 7 meter 10 meter
1 24,0 24,0 24,0
Januari 2 23,7 23,7 23,7
3 24,4 24,4 24,3
1 23,8 23,7 23,7
Februari 2 24,3 24,3 24,2
3 24,2 24,1 24,1
1 24,7 24,7 24,7
Maret 2 24,1 24,1 24,0
3 24,2 24,2 24,1
1 24,8 24,8 24,7April 2 25,2 25,1 25,1
3 25,1 25,0 24,9
1 25,2 25,1 25,1
Mei 2 24,7 24,7 24,7
3 25,1 25,1 25,1
1 25,1 25,1 25,0
Juni 2 25,0 25,0 24,9
3 25,1 24,5 24,1
1 24,8 24,8 24,7Juli 2 23,9 23,9 23,7
3 24,1 24,1 24,0
1 23,4 23,4 23,3
Agustus 2 25,1 25,0 25,0
3 24,7 24,5 24,6
1 25,1 25,0 25,0
September 2 24,8 24,8 24,7
3 24,9 24,7 24,7
1 24,9 24,8 24,8
Oktober 2 25,1 25,0 25,13 24,4 24,4 24,5
1 25,7 25,6 25,7
November 2 24,4 24,4 24,4
3 24,6 24,5 24,6
1 24,7 24,6 24,6
Desember 2 25,2 25,1 25,1
3 24,7 24,6 24,6
Lampiran 2 Data profil kelembaban udara rata-rata pada tiga ketinggian wilayah Situgede,Darmaga, Bogor Januari – Desember 2009
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
24/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
BulanRata-rata kelembaban udara (%)
4 meter 7 meter 10 meter
1 79,0 78,0 77,0
Januari 2 89,0 88,0 88,03 84,0 84,0 84,0
1 89,0 88,0 88,0
Februari 2 81,0 81,0 79,0
3 85,0 84,0 84,0
1 79,0 77,0 78,0
Maret 2 79,0 78,0 77,0
3 83,0 82,0 82,0
1 84,0 83,0 82,0
April 2 82,0 81,0 80,0
3 80,0 79,0 78,01 82,0 81,0 80,0
Mei 2 84,0 84,0 84,0
3 77,0 76,0 75,0
1 80,0 79,0 78,0
Juni 2 78,0 77,0 77,0
3 78,0 76,0 77,0
1 75,0 74,0 73,0
Juli 2 66,0 65,0 63,0
3 72,0 71,0 71,0
1 68,0 66,0 66,0
Agustus 2 72,0 71,0 71,0
3 69,0 67,0 67,0
1 68,0 67,0 66,0
September 2 74,0 73,0 72,0
3 68,0 66,0 65,0
1 81,0 79,0 79,0
Oktober 2 75,0 74,0 74,0
3 79,0 78,0 78,0
1 76,0 74,0 75,0
November 2 87,0 86,0 86,0
3 84,0 83,0 82,0
1 85,0 85,0 84,0
Desember 2 77,0 75,0 75,0
3 87,0 86,0 85,0
Lampiran 3 Data profil kecepatan angin rata-rata pada tiga ketinggian wilayah Situgede,
Darmaga, Bogor Januari – Desember 2009
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
25/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
BulanRata-rata kecepatan angin (m/s)
4 meter 7 meter 10 meter
1 0,7 0,9 1,1
Januari 2 0,7 0,8 0,9
3 0,8 0,9 1,01 0,9 1,0 1,1
Februari 2 0,9 1,1 1,2
3 0,9 1,0 1,2
1 1,0 1,2 1,4
Maret 2 0,7 0,9 1,0
3 0,6 0,8 1,6
1 0,4 0,6 0,7
April 2 0,5 0,7 0,8
3 0,6 0,7 0,9
1 0,5 0,7 0,8Mei 2 0,4 0,6 0,7
3 0,4 0,7 0,8
1 0,5 0,6 0,8
Juni 2 0,4 0,6 0,7
3 0,4 0,6 0,7
1 0,5 0,6 0,7
Juli 2 0,6 0,7 0,9
3 0,6 0,7 0,9
1 0,6 0,7 0,8
Agustus 2 0,6 0,7 0,8
3 0,7 0,8 0,9
1 0,8 0,9 0,9
September 2 0,7 0,8 0,9
3 0,8 0,9 1,0
1 0,6 0,7 0,8
Oktober 2 0,6 0,7 0,8
3 0,6 0,7 0,8
1 0,6 0,7 0,8
November 2 0,6 0,8 0,9
3 0,8 0,9 1,0
1 0,6 0,7 0,8
Desember 2 0,7 0,8 1,0
3 0,6 0,7 0,8
Lampiran 4 Data jumlah intensitas radiasi matahari wilayah Situgede, Darmaga, Bogor
Januari – Desember 2009
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
26/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
BulanIntensitas Radiasi
(MJ m-2 day-1)
1 113,19
Januari 2 88,15
3 119,481 79,45
Februari 2 104,17
3 84,92
1 133,23
Maret 2 141,47
3 140,28
1 115,22
April 2 114,47
3 119,65
1 107,52Mei 2 92,77
3 124,57
1 99,22
Juni 2 111,45
3 107,14
1 113,53
Juli 2 119,57
3 126,16
1 128,10
Agustus 2 123,64
3 144,92
1 144,39
September 2 138,96
3 152,37
1 122,73
Oktober 2 145,52
3 153,24
1 141,39
November 2 111,663 106,49
1 125,98
Desember 2 133,26
3 105,86
Lampiran 5 Data jumlah curah hujan wilayah Situgede, Darmaga, Bogor Januari – Desember 2009
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
27/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
BulanCurah Hujan (mm)
Harian 1 Harian 2 Harian 3
Januari 29 200 38
Februari 204 8 88
Maret 44 81 137
April 143 92 25
Mei 309 78 184
Juni 121 90 27
Juli 46 1 84
Agustus 1 23 7
September 31 106 20
Oktober 153 78 185
Nopember 67 190 150
Desember 114 62 83
Lampiran 6 Hasil evapotranspirasi wilayah Situgede, Darmaga, Bogor Januari –
Desember 2009
Bulan Pancikelas Aa
Aerodinamik Penmanmonteith a
PanciKelas
PenmanMonteith b
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
28/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
Ab
1 25,3 30,84 27,03 29,76 33,27
Jan 2 14,1 21,14 21,47 17,09 24,52
3 24,10 20,11 29,02 29,24 34,77
1 13,20 22,95 19,05 16,01 23,20
Feb 2 24,10 16,81 24,96 28,78 31,67
3 21,20 23,73 20,47 25,77 24,90
1 29,10 30,01 32,31 34,89 39,74
Mar 2 31,60 37,51 34,92 37,36 42,45
3 29,50 31,06 35,71 35,87 42,94
1 25,80 33,84 29,36 31,37 34,58
Apr 2 26,50 24,58 29,16 32,22 35,50
3 25,50 21,01 30,21 30,94 36,73
1 24,00 24,04 27,25 29,16 32,33
Mei 2 20,80 28,45 24,07 25,25 28,953 26,30 37,80 32,03 31,09 38,89
1 21,10 35,85 31,30 25,59 30,91
Juni 2 26,00 39,20 34,47 31,54 33,98
3 20,90 36,81 32,82 25,33 32,43
1 25,40 42,66 31,56 30,05 33,78
Juli 2 28,40 45,32 33,17 30,45 36,19
3 32,30 47,81 35,11 36,86 38,85
1 30,00 52,03 35,40 32,91 38,05
Agust 2 27,70 50,20 34,78 31,15 38,24
3 35,30 48,04 40,44 38,33 44,05
1 37,20 51,50 40,80 42,01 45,16
Sep 2 35,30 49,75 39,15 40,80 43,63
3 37,00 51,36 42,47 41,02 45,93
1 27,90 43,09 34,23 32,84 38,10
Okt 2 32,10 41,26 40,68 37,89 44,77
3 36,10 31,79 42,87 43,78 48,63
1 33,10 36,37 39,61 39,66 42,64
Nov 2 22,30 32,30 31,04 27,12 34,80
3 20,50 25,67 29,48 24,91 32,76
1 28,70 36,13 35,05 34,85 38,64
Des 2 31,20 42,58 37,12 37,04 40,433 24,60 37,00 29,51 29,84 32,90
(a)
Metode panci kelas A dengan nilai Kp=0.7, metode penman monteith dengan nilai ra
dan rs menggunakan asumsi FAO penman monteith
(b)
Metode panci kelas A dengan nilai Kp berdasarkan FAO, metode penman monteith
dengan nilai ra dan rs menggunakan ketinggian 1.5 m, LAI periode kering=5 dan LAI
periode basah = 6.
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
29/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI 2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
Lampiran 8 Contoh perhitungan menggunakan metode Penman Monteith
Tanggal Julian RH U2 U2 Tmax Tmin Trata e Tmax e Tmin es e(mb) e Tdew ea es-ea Δ P γ
date (%) (km/jam) ( m/s) (°C) (°C) (°C) (kPa) (kPa) (kPa) (kPa) (°C) (kPa) (kPa) (kPa°C-1
) (kPa) (kPa°C-1
)
Ra N n n/N Rs Rso Rs/Rso Rns
(MJ m-2 day-1) (jam) (jam) (MJ m-2
day-1
) (MJ m-2
day-1
) (MJ m-2
day-1
) (MJ m-2
day-1
)
σ(Tmax4) σ(Tmin)
4(σ(T)
4 rata rata) Rnl Rn G Rn-G Eto (mm/day)
[MJ m-2
day-1
] [MJ m-2
day-1
] [MJ m-2
day-1
] (MJ m-2
day-1
) [MJ m-2
day-1
] [MJ m-2
day-1
] [MJ m-2
day-1
]
Keterangan :
1 : Δ + γ (1 + 0,34 u2)
2 : γ + (900 / T + 273u2) (es-ea)
3 : 1,35 (R/Rso) - 0,35
4 : 0,34 - 0,14 (ea)-1
5 : 0,408Δ (Rn-G)
1 155 85
1 2 dr
37,9242,63
0,278 0,151 0,97
φ δ ωs
3 4
-0,1134 0,391 15,238
0,06626,001 3,362 0,48 0,202 99,0744,809 2,878 3,84 33,528 3,3531,6 0,4 32,2 23,4 26,3
2,160,080,6440,28
5
0,83 3,5110,011,11
23,43 0,74 13,2831,09 11,65 7,1 0,6 17,25
11,12
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
30/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
3.2.2. Menentukan Kebutuhan Air Irigasi Dengan Metode Penman Monteith
Penggunaan air untuk kebutuhan tanaman (consumtive use) dapat didekati
dengan menghitung evapotranspirasi tanaman, yang besarnya dipengaruhi oleh jenis
tanaman, umur tanaman dan faktor klimatologi. Nilai evapotranspirasi merupakan jumlah dari evaporasi dan transpirasi. Yang dimaksud dengan evaporasi adalah proses
perubahan molekul air di permukaan menjadi molekul air. Sedangkan transpirasi
adalah proses fisiologis alamiah pada tanarnan, dimana air yang dihisap oleh akar
diteruskan lewat tubuh tanaman dan diuapkan kembali melalui pucuk daun. Nilai
evapotranspirasi dapat diperoleh dengan pengukuran di lapangan atau dengan rumus-
rumus empiris. Untuk keperluan perhitungan kebutuhan air irigasi dibutuhkan nilai
evapotranspirasi potensial (ETo) yaitu evapotranspirasi yang terjadi apabila tersedia
cukup air. Kebutuhan air untuk tanaman adalah nilai Eto dikalikan dengan suatu
koefisien tanaman.
ET = kc x Eto.....................................................................................(3.2.1)
dimana : ET = Evapotranpirasi tanaman (mm/hari) ETo = Evaporasi tetapan/tanarnan
acuan (mm/hari) kc = Koefisien tanaman
3.3. Desain Hidraulik
3.3.1. Elevasi Puncak Mercu
Elevasi puncak mercu direncanakan dari elevasi sawah tertinggi. Perencanaan
elevasi puncak mercu direncanakan dengan memperhatikan beberapa hal, seperti kehilangan
energy dan jenis material yang terbawa. Perhitungan elevasi puncak mercu dengan asumsi
kehilangan energy dan tekanan jika dijumlahkan sebesar 1,5 m. Kehilangan energi tersebut
terdiri dari:
- Dari Sal. Tersier Ke Sawah = 0,1 m
-
Dari Sal. Sekunder Ke Tersier = 0,1 m
- Dari Sal. Induk Ke Sekunder = 0,1 m
-
Akibat Kemiringan Saluran = 0,15 m
- Akibat Bangunan Ukur = 0,4 m
- Dari Intake Ke Saluran Induk = 0,2 m
- Kantong Sendimen = 0,1 m
-
Tinggi Genangan = 0,15 m- Eksploitasi = 0,1 m
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
31/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
1
' )..(2 H K K n B B a peff
Kemudian elevasi puncak yang direncanakan dikontrol dengan hasil perhitungan antara
elevasi dasar saluran dekat pintu pengambilan dengan elevasi ambang dari jenis material
yang terbawa, seperti lanau, memiliki elevasi ambang 0,5 m. (KP-02, Hal 86) serta tinggi
bukaan maximum dari pintu pengambilan dan tinggi minimum pintu dari puncak. Keduaelevasi puncak yang didapat dibandingkan dengan pertimbangan agar sungai yang dibendung
dapat mengaliri keseluruhan daerah irigasi sampai ke area terjauh. Selain itu juga
memperhitungkan dampak dari material yang terbawa oleh air pada saluran.
3.3.2. Profil Bendung
A. Menghitung B Efektif / Lebar Mercu Efektif
Lebar efektif bendung diperkirakan dengan memperhatikan kontraksi aliran pada
pilar dan pangkal bendung. Gambar 3.1 direncanakan dalam KP-02, menyajikan mengenai
perencanaan lebar efektif bendung dan perencanaan seperti apa saja yang seharusnya
diberikan. Perhitungan lebar efektif bendung dapat dihitung dengan Persamaan 3.1.
…(3.1)
dimana : n = jumlah pilar tengah (Direncanakan 2 buah
dengan lebar pilar masing - masing 1 m)
Kp = koefisien kontraksi pilar (KP – 02 hal 40)
= 0,01 (Direncanakanpilar berujung bulat)
Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung = 0,1
H1 = Tinggi energi (m)
B = lebar mercu bruto / lebar mercu yang sebenarnya (m)
Gambar 3.1 Sketsa Perencanaan Lebar Bendung
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
32/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
23
1
'
3
2
3
2 H B g C Q eff d
99,0
10416,020,2
p
H C d
1
1
1
21
6,1
H ha
H
ha
C
B. Menghitung Tinggi Energi dari Puncak Mercu (H1)
(H1) merupakan tinggi permukaan air dihitung dari puncak mercu. (H1) dapat
dicari dengan menggunakan Persamaan 3.3 yang juga merupakan Rumus debit yangmelimpah diatas mercu.
…(3.3)
Dimana:
Q = Debit banjir rancangan (direncanakan 370 m3/dt)
Cd = 1,33 (Asumsi koefisien debit rancangan)
B’eff = lebar efektif bendung
H1 = Tinggi energy dari puncak mercu
C. Menghitung Koefisien Limpahan Mercu
Koefisien limpahan mercu direncanakan dengan menggunakan cara coba – coba
dengan menyamakan hasil koefisien limpahan desain (Cd) pada Persamaan 3.4 dengan
koefisien limpahan actual (C) yang didapat dari Persamaan 3.5. Berikut perhitungan
koefisien limpahan mercu.
…(3.4)
…(3.5)
Dimana:
p = Tinggi bendung yang direncanakan (m)
h = Tinggi energy dari puncak mercu
H1 = Tinggi energy dari puncak mercu
(Diasumsikan H1=h ; dan Cd = C)
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
33/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
2
3
1.'. H BC Q eff
D. Rating Curve Diatas Mercu
Rating curve merupakan perhitungan debit yang melimpah diatas mercu bendung.
Perhitungan rating curve dapat menggunakan Persamaan 3.6. Didalam menghitung ating
curve ada beberapa hal yang harus diketahui,
…(3.6)
yaitu nilai tinggi tekanan (H1), lebar efektif bendung dan nilai
koefisien limpahan actual yang sudah direncanakan dengan Persamaan 3.5.
Dimana:
Q = Debit Aliran diatas Mercu (m3/dt)
C = Koefisien Limpahan Actual
H1 = Tinggi energy dari puncak mercu (m)
Beff = Lebar Mercu Efektif (m)
3.3.3. Profil Mercu
Profil mercu yang digunakan adalah tipe ogee. Direncanakan mercu tipe ogee
dengan kemiringan permukaan hulu vertical k = 2, dan n = 1,85. Sketsa penampang mercu
tipe ogee dengan k = 2 dan n = 1,85, disajikan dalam Gambar 3.2. Pada Gambar 3.2
disebutkan bahwa mercu tersebut memiliki dua buah jari – jari yaitu R 1 dan R 2 beserta jarak
antara puncak mercu dengan jari – jari tersebut (X1 dan X2).
Gambar 3.2 Sketsa Penampang Mercu Tipe Ogee
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
34/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
A. Lengkung Hulu 1
Mercu tipe ogee memiliki dua jari – jari lingkaran sehingga dihitung untuk tiap
lingkarannya. Menghitung lingkaran yang pertama atau disebut juga dengan lengkung hulu
satu. Menentukan kordinat pusat dari lengkung hulu satu yang juga merupakan pusatlingkaran dari lingkaran pertama.
x1 = 0
y1 = El. Puncak - R 1
Kemudian kordinat pusat tersebut disubtitusikan kedalam Persamaan 3.7.
Dengan Persamaan 3.7 Sebagai berikut untuk mendapatkan nilai Y atau
elevasi lengkung hulu satu.
…(3.7)
B. Lengkung Hulu 2
Menghitung lingkaran yang kedua atau disebut juga dengan lengkung hulu dua.
Menentukan kordinat pusat dari lengkung hulu dua yang juga merupakan pusat lingkaran dari
lingkaran kedua.
= acos(X1/R 1)
X1 = -(R 1-R 2).cos(sudut)
Y1 = El. Puncak - R 1 + (R 1-R 2) x sin()
Kemudian kordinat pusat tersebut disubtitusikan kedalam Persamaan 3.8.
Dengan Persamaan 3.8 Sebagai berikut untuk mendapatkan nilai Y atau
elevasi lengkung hulu satu.
…(3.8)
C. Lengkung Hilir
Menghitung lengkung hilir pada mercu. Lengkung hilir merupakan bentuk
lengkungan yang nantinya akan dilewati oleh debit yang melimpah diatas mercu. Dalam
menghitung elevasi lengkungan di hilir dimulai dari titik x = 0 atau pada posisi puncak
mercu. dan kemudian secara bertahap menambahkan jarak untuk mendapatkan nilai Y
dengan menggunakan Persamaan 3.9.
22
11 x R y y
21
221 )( x x R y y
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
35/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
1.2 1 hz H z g Vz
2.
hz B
QVz
eff
…(3.9)
3.3.4. Profil Aliran
A. Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran digunakan untuk merencanakan nilai hz. hz diperoleh dengan
cara coba-coba dengan menyamakan kedua persamaan dibawah ini, yaitu Persamaan 3.10
dan Persamaan 3.11. Persamaan 3.10 dan Persamaan 3.11 merupakan rumus yang
digunakan untuk menghitung kecepatan aliran. Dengan data masukan sebagai berikut:
H1 = Tinggi energi di puncak mercu (m)
Ep = Elevasi Puncak (m)
Q = Debit banjir rencana (m3/dt)
g = Percepatan Gravitasi (m/dt2)
Leff = Lebar efektif mercu (m)
Data tersebut kemudian dimasukkan kedalam Persamaan 3.10 dan Persamaan 3.11, seperti
yang dibawah ini. Persamaan tersebut digunakan untuk mencari hz.
hz dicari untuk setiap elevasi mercu yang sudah direncanakan (Y), sampai mendapatkan nilai
pada Persamaan 3.10 dan Persamaan 3.11 yang mendekati sama.
…(3.10)
…(3.11)
Dimana:
Vz = Kecepatan aliran (m/dt)
Q = Debit banjir rancangan (m3/dt)
hz = Tinggi aliran yang melimpah (m)
H1 = Tinggi energy dari puncak mercu (m)
Beff = Lebar Mercu Efektif (m)
z = Beda tinggi antara elevasi puncak dengan elevasi bendung.
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)
85,01
85,1
.
.
H k
x puncak El y
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
36/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
z
z z
h g
V F
.
B. Froud Number
Menghitung froud number, froud number atau bilangan froud dicari untuk
mengetahui kriteria aliran seperti apa yang melimpah diatas mercu. Terdapat tiga kriteria atau
kondisi aliran pada umumnya yaitu, sub-kritis, kritis dan super kritis. Bilangan froud dapatdicari menggunakan Persamaan 3.12, dengan data masukan berupa kecepatan aliran (Vz),
tinggi elevasi muka air dari mercu (hz), dan percepatan gravitasi (g).
…(3.12)
Dimana:
Fz = Bilangan froud
Vz = Kecepatan aliran (m/dt)
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)
hz = Tinggi aliran yang melimpah (m)
3.3.5. Kolam Olakan
Perencanaan kolam olakan diambil dari KP-02 dengan merencanakan jenis aliran tenggelam
(y2 > 2/3 H1). Pada Gambar 3.3 disajikan sketsa perencanaan penampang kolam olakan pada
umumnya.
Gambar 3.3 Sketsa Penampang Kolam Olakan Secara Umum
A. Kecepatan Awal Loncatan
Kecepatan awal loncatan direncanakan dengan menggunakan Persamaan 3.13,
dimana data masukannya berupa percepatan gravitasi (g), tinggi energi (H1), dan selisih
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
37/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
).5,0(.2 11 z H g V
)1.81(2
2 Fr y y u
anatar elevasi puncak mercu dengan elevasi mercu yag sudah direncanakan (z). Berikut Hasil
perhitungan menggunakan Persamaan 3.13 yang juga merupakan rumus kecepatan awal
loncatan.
…(3.13)
Dimana:
V1 = Kecepatan awal loncatan (m/dt)
H1 = Tinggi energy dari puncak mercu (m)
z = Beda tinggi antara elevasi puncak dengan elevasi bendung.
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)
B. Kedalaman Konjugasi
Kedalaman konjugasi direncanakan dengan menggunakan Persamaan 3.14,
dimana data masukannya berupa bilangan froud (Fz), dan kedalaman air di awal loncatan
(yu). Dan sebelum kita dapat menentukan nilai kedalaman konjugasi (y2) terlebih dahulu
harus menentukan kedalaman air di awal loncatan (yu) dengan menggunakan Persamaan
3.15, dengan data masukan seperti percepatan gravitasi (g), Kecepatan awal loncatan (V1)
dan bilangan froud (Fz). Berikut Hasil perhitungan menggunakan Persamaan 3.15 yang
juga merupakan rumus untuk menentukan yu dan juga Persamaan 3.14 yang digunakan
untuk menentukan y2.
…(3.15)
…(3.14)
Dimana:
y2 = Kedalaman konjugasi (m)
V1 = Kecepatan awal loncatan (m/dt)
Fr = Bilangan froud
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)
g Fr
V yu
12
1
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
38/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
C. Panjang Kolam Olakan
Panjang kolam olakan dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.16, dengan
data masukan seperti kedalaman konjugasi (y2) dan tinggi ambang rencana (n). Berikut hasil
perhitungan dengan menggunakan Persamaan 3.16.L j = 5.(n + y2) … (3.16)
Dimana:
L = Panjang kolam olakan (m)
n = Tinggi ambang (m)
y2 = Kedalaman konjugasi
3.4 Perencanaan Bangunan Pengambilan Dan Bangunan Pembilas
Bangunan pengambilan dan pembilas merupakan bangunan utama dalam
perencanaan bendung. Kedua bangunan tersebut dilengkapi pintu yang bagian depannya
terbuka, dan besaran bukaan pintu tersebut bergantung pada kecepatan aliran yang dizinkan
(KP-02, hal. 84).
3.4.1. Bangunan Pengambilan
Perencanaan pintu pengambilan dalam KP-02 harus didasarkan pada kebutuhan
pengambilan untuk keseluruhan area irigasi. Kapasitas pengambilan harus sekurang –
kurangnya 120% dari kebutuhan pengambilan guna menambah fleksibilitas dan memenuhi
kebutuhan lebih tinggi (KP-02, hal. 84). Dari perencanaan sebelumnya telah direncanakan
beberapa data.
Luas daerah irigasi (A)
Kebutuhan air disawah (q)
Elevasi dasar sungai dekat pintu pengambilan
Elevasi dasar pintu pengambilan
Efisiensi irigasi
h1 (Tinggi muka air didepan pintu dari dasar pintu)
z (Kehilangan tinggi energi di muka pintu)
h2 (Tinggi muka air dibelakang pintu = h1-z)
a (Tinggi bukaan maksimum pintu)
b : h saluran primer
Kemiringan talud saluran primer
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
39/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
Eff AqQ p
Sketsa Perencanaan pintu pengambilan ini dapat dilihat pada Gambar 3.4. Pada
gambar tersebut dijelaskan bahwa ada dua tipe perencanaan pintu pengambilan, bergantung
dari jenis alirannya, yaitu aliran tidak tenggelam dan aliran tenggelam. Dan pada perencanaanini direncanakan menggunakan tipe aliran tenggelam.
Gambar 3.4 Sketsa Perencanaan Pin tu Pengambil an
(a) Ali ran T idak Tenggelam ; (b) Al ir an Tenggelam
A. Perhitungan Debit yang Dibutuhkan untuk Pengambilan
Debit yang dibutuhkan untuk pengambilan direncanakan dengan mengalikan luas
daerah irigasi dengan kebutuhan air perluasan daerah. Persamaan 4.17 dapat menjelaskan
perhitungan tersebut.
… (3.17)
Dimana :
Qp = Debit pengambilan (m3/dt)
A = Luas daerah irigasi (ha)
Eff = Efisiensi irigasi (80%)
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
40/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
z g baQ ..2..
AV Q
B. Perencanaan Dimensi Pintu dan Pilar
Perencanaan dimensi pintu dan pilar meliputi lebar dan jumlah yang nantinya
akan digunakan dalam bangunan pengambilan. Dalam perencanaan sebelumnya direncanakan
aliran tenggelam pada bangunan pengambilan, hal tersebut dikarenakan untuk mengantisipasitinggi muka air yang berubah – ubah (KP-02, hal 71).
Dan untuk merencanakan lebar pintu atau bukaan pada bangunan pengambilan
digunakan rumus debit untuk aliran tenggelam pada Persamaan 4.18.
...(3.18)
Dimana :
Q = Debit pengambilan (m3/dt)
= Koefesien debit direncanakan 0,8 (KP 02, hal 85)
a = Tinggi bukaan pintu (m)
g = Percepatan grafitasi (m/dt2)
b = Lebar pintu (m)
z = Kehilangan tinggi energi (KP 02, hal 85)
C. Perhitungan Dimensi Saluran Primer
Merencanakan dimensi saluran primer didasarkan pada luasan daerah irigasi dan
debit pengambilan yang telah direncanakan. Direncanakan menggunakan saluran berbentuk
trapesium. Perhitungan dapat dilakukan dengan Persamaan 3.19.
…(3.19)
Dimana: A = Luas saluran ( m2 )
V = Kecepatan air pada saluran primer (1 - 2 m/dt )
direncanakan 2 m/dt (KP-02, hal.84)
3.4.2. Bangunan Pembilas
Perencanaan bangunan pembilas juga harus didasarkan KP-02. Seperti yang
sudah kita ketahui, fungsi dari bangunan pembilas adalah membilas sedimen – sedimen yang
menumpuk dengan cara membuka pintu pembilas secara berkala. Data yang dibutuhkan
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
41/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
h g V c ..2
dalam merencanakan bangunan pembilas hampir sama dengan yang digunakan untuk
merencanakan bangunan pengambilan.
Lebar Pintu Pembilas (KP-02, Hal.88): 60% Lebar Pintu Pengambilan
Jadi perhitungan perencanaan bangunan pembilas sebagai berikut, terdiri dari
perencanaan kecepatan aliran pada bangunan pembilas dengan Persamaan 3.20(a) dan
Persamaan 3.20(b). lebar bangunan pembilas dengan Persamaan 3.21.
A. Kecepatan Aliran pada Pintu Pembilas
…(3.20)(a)
Dimana: g = Percepatan grafitasi (m/dt2)
h = Direncanakan 0,8 dari beda tinggi antara puncak mercudan dasar sungai
kemudian kecepatan aliran tersebut dikontrol terhadap kecepatan izin yang harus dialirkan.
Direncanakan V*.
Kecepatan geser Kritis
...(3.20)(b)
Dimana : g = percepatan gravitasi (9,81 m/s
2
)H = kedalaman air (m)
S = kemiringan saluran ( diasumsi 0,002)
Dan hasil perhitungan tersebut harus memenuhi syarat Vc>U*.
B. Lebar Pintu Pembilas ( Bp ) (KP 02 hal.88)
Bp = 60% x Lebar Total Bangunan Pengambilan …(3.21)
Kontrol Lebar Pintu Pembilas
= 1/10 B bendung ≤ B ≤ 1/6 B bendung (KP 02 hal. 88)
3.5. Analisis Stabilitas
Analisis stabilitas pada bendungan merupakan perhitungan gaya – gaya yang bekerja
pada bendungan tersebut. Gaya – gaya yang bekerja pada bendungan diantaranya tekanan air
aktif maupun pasif, gaya gempa, berat bangunan, dan beberapa gaya yang berpengaruh
lainnya.
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
42/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
Analisa stabilitas dilakukan pada dua kondisi yaitu kondisi normal (tidak ada aliran
diatas mercu) dan kondisi extreme (kondisi pada saat banjir rencana maksimum dan kondisi
saat gempa).
3.5.1. Stabilitas Terhadap Rembesan
Analisa stabilitas terhadap rembesan direncanakan menggunakan metode Lane seperti
yang diperlihatkan Persamaan 3.22 merupakan perbandingan antara panjang jalur rembesan
dibawah bangunan dengan beda tinggi muka air. Metode Lane memiliki nilai minimum untuk
angka rembesan yang kita rencanakan nanti, seperti yang disajikan pada Tabel 3.1.
…(3.22)
Dengan mengasumsikan menggunakan material dasar untuk bendungan berupa kerikil halus
dengan angka rembesan 4.
Tabel 3.1 Harga Minimum Angka Rembesan Lane
3.5.2. Tekanan Air Banjir
Tekanan air banjir direncanakan guna mendapatkan gaya – gaya yang bekerja akibat
tekanan air dibawah tubuh bendungan. Tekanan air banjir direncanakan dengan
menggunakan Persamaan 3.23(a) untuk merencanakan beda tinggi antara masing – masing
gaya dan Persamaan 3.23(b) untuk merencanakan besarnya gaya – gaya yang bekerja.
Persamaan 3.23:
Pi = Hi - ∆Hi …(a)
∆Hi = Lw/Cw …(b)
H
Lh Lv
Cw
3
1
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
43/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
3.5.3. Tekanan Tanah Aktif
Tekanan tanah aktif merupakan gaya yang dihasilkan oleh tanah disekitar tubuh
bendungan. Tekanan tanah aktif dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.24
…(3.24)
Dimana:
Fa = gaya tekan tanah aktif (kN)
γ' = berat volume tanah terendam (kN/m3) = 10 kN/m3 (KP 02, hal 117)
h = Kedalaman tanah (m)
φ = sudut gesek internal tanah (derajat) (Direncanakan 30o)
3.5.4. Stabilitas Terhadap Geser
Analisa stabilitas terhadap geser merupakan perhitungan untuk mengontrol apakah
tubuh bendungan yang direncanakan aman terhadap gaya geser atau horizontal akibat tekanan
tanah di sekitar tubuh bendungan. Umumnya untuk mengontrol tubuh bendungan terhadap
gaya geser digunakan Persamaan 3.25, dimana persamaan tersebut merupakan perbandingan
antara gaya – gaya yang bekerja yang kemudian diberikan faktor gesekan sesuai dengan
material dasar bendungan yang digunakan. Tabel 3.2 menyajikan harga – harga perkiraan
untuk koefisien gesekan.
…(3.25)
Tabel 3.2 Harga – Harga Perkiraan Untuk Koefisien Gesekan
H
V W f S
)(.
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
44/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15
MARSA ACHADIAN TYARPRATAMA | 135060107111002
3.5.5. Stabilitas Terhadap Guling
Analisa stabilitas terhadap guling merupakan perhitungan untuk mengontrol apakah
tubuh bendungan yang direncanakan aman terhadap gaya dorong atau momen akibat tekanantanah ataupun air dengan pusat guling pada titik J. Umumnya untuk mengontrol tubuh
bendungan terhadap gaya guling digunakan Persamaan 3.26, dimana persamaan tersebut
merupakan perbandingan antara gaya - gaya penahan guling dengan gaya penyebab guling.
Analisis stabilitas terhadap guling memiliki faktor keamanan pada kondisi normal sebesar 1,5
dan pada kondisi banjir sebesar 1,25.
…(3.26)
3.5.6. Stabilitas Terhadap Erosi Bawah Tanah (Piping)
Stabilitas terhadap piping dapat direncanakan dengan menggunakan Persamaan 3.27.
Stabilitas terhadap piping harus memenuhi faktor keamanan yang telah ditentukan yaitu 2
untuk kondisi banjir/extreme.
…(3.27)
Dengan data masukan diantaranya:
s (Kedalaman Tanah)
a (Tebal Lapisan Pelindung)
hs (Tekanan Air Pada Kedalaman s)
S guling momen
guling penahanmomen
sh
sa sS
)/1(
-
8/19/2019 TUGAS BESAR SISTEM BANGUNAN IRIGASI
45/45
SISTEM BANGUNAN IRIGASI2 15