laporan irigasi dan bangunan air

40
1 LAPORAN TUGAS IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Disusun oleh KELOMPOK V Armita Sharfina 39238 Iqbal Attaqi Abel 39365 Denny Herdanatha 40005 Dina Erlinawati 40071 JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014

Upload: armitasharfina

Post on 25-Sep-2015

667 views

Category:

Documents


175 download

DESCRIPTION

Perancangan irigasi dan bangunan air

TRANSCRIPT

  • 1

    LAPORAN TUGAS

    IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

    Disusun oleh

    KELOMPOK V

    Armita Sharfina 39238

    Iqbal Attaqi Abel 39365

    Denny Herdanatha 40005

    Dina Erlinawati 40071

    JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2014

  • 2

    DAFTAR ISI

    BAB 1 ...................................................................................................................... 3

    1.1 Pengertian ................................................................................................. 3

    1.2 Tujuan ....................................................................................................... 3

    1.3 Sumber Air Pengairan ............................................................................... 4

    1.4 Sistem Saluran .......................................................................................... 5

    1.5 Bangunan Pada Jaringan Irigasi ................................................................ 9

    1.6 Syarat syarat Susunan Petak Irigasi ..................................................... 17

    BAB 2 .................................................................................................................... 20

    1.7 Langkah Langkah Perencanaan Trase ................................................. 20

    1.8 Perhitungan Tampungan Saluran ............................................................ 28

    BAB 3 .................................................................................................................... 32

    1.9 Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (ETo) ....................................... 32

    1.10 Hujan Efektif (He) .................................................................................. 33

    1.11 Perhitungan Nilai Penguapan (Ep).......................................................... 33

    1.12 Perhitungan Nilai K desain ..................................................................... 34

    1.13 Perhitungan Kebutuhan Debit Per Petak ................................................ 35

    1.14 Perhitungan Kebutuhan Debit Bangunan ............................................... 35

    1.15 Perhitungan Kebutuhan Debit Saluran ................................................... 36

    BAB 4 .................................................................................................................... 37

  • 3

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    Bangunan dan saluran irigasi merupakan komponen penting dalam

    pembangunan suatu wilayah guna pemenuhan kebutuhan masyarakat. Keberadaan

    bangunan tersebut berfungsi untuk mengairi lahan sawah agar ketersediaan akan

    pangan tercukupi dengan baik. Bangunan irigasi telah dikenal sejak lama, terbukti

    dari banyaknya peninggalan sejarah yang memperlihatkan peradaban dengan

    sistem irigasi di dalamnya. Kebutuhan akan bangunan dan saluran irigasi secara

    tak langsung menggambarkan persoalan mengenai kebutuhan air yang yang kerap

    kali terjadi pada lingkup masyarakat.

    1.1 Pengertian

    Irigasi merupakan suatu ilmu yang memanfaatkan air untuk tanaman mulai

    dari tumbuh sampai masa panen. Air tersebut diambil dari sumbernya, dibawa

    melalui saluran, dibagikan kepada tanaman yang memerlukan secara teratur, dan

    setelah air tersebut terpakai, kemudian dibuang melalui saluran pembuang menuju

    sungai kembali. Irigasi dikehendaki dalam situasi:

    a. bila jumlah curah hujan lebih kecil dari pada kebutuhan tanaman;

    b. bila jumlah curah hujan mencukupi tetapi distribusi dari curah hujan tidak

    bersamaan dengan waktu yang dikehendaki tanaman

    1.2 Tujuan

    Tujuan pembuatan suatu bangunan air di sungai adalah sebagai upaya

    manusia untuk meningkatkan faktor yang menguntungkan dan memperkecil

    atau menghilangkan faktor yang merugikan dari suatu sumber daya air terhadap

    kehidupan manusia.

    Manfaat dari suatu bangunan air di sungai adalah untuk membantu

    manusia dalam kelangsungan hidupnya, dalam upaya penyediaan makanan nabati

    dan memperbesar rasa aman dan kenyamanan hidup manusia terutama yang hidup

    di lembah dan di tepi sungai.

  • 4

    Tujuan irigasi pada suatu daerah adalah upaya untuk penyediaan dan

    pengaturan air untuk menunjang pertanian, dari sumber air ke daerah yang

    memerlukan dan mendistribusikan secara teknis dan sistematis.

    Adapun tujuan suatusistem irigasi adalah :

    untuk membasahi tanah, yaitu membantu pembasahan tanah pada

    daerah yang curah hujannya kurang atua tidak menentu.

    untuk mengatur pembasahan tanah, yang dimaksudkan agar daerah

    pertanain dapat di airi sepanajng waktu, baik pada musim kemarau

    mupun pada musim penghujan.

    untuk menyuburkan tanah, yaitu dengan mengalirkan air yang

    mengandung lumpur pada daerah pertanian sehingga tanah dapat

    menerima unsur-unrur penyubur.

    untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah (rawa)

    dengan endapan lumpur yang dikandung oleh air irigasi.

    untuk penggelontoran air di kota, yaitu dengan menggunakan air

    irigasi, kotoran/sampah di kota digelontor ke tempat yang telah

    disediakan dan selanjutnya dibasmi secara alamiah.

    pada daerah dingin, dengan mengalirkan air yang suhunya lebih

    tinggi daripada tanah, dimungkinkan untuk mengadakan

    pertanianjuga pada musim tersebut.

    1.3 Sumber Air Pengairan

    A. Mata Air

    Dapat berupa sumur, sumur arthesis, merupakan air tanah yang

    mempunyai suhu relatif tetap dan banyak mengandung zat zat terlarut

    sehingga kandungan mineralnya berkurang.

    B. Air Sungai

    Debit Air Sungai cukup besar dibandingkan sumber air yang lain, banyak

    mengandung lumpur dan zat zat terlarut yang berguna bagi tanaman,

  • 5

    suhu air hampir sama dengan suhu atmosfir, dan pengambilan airnya

    relatif cukup muda.

    C. Air Waduk

    Waduk buatan dan waduk alamiah merupakan tempat penampungan air

    pada musim hujan. Air waduk mempunyai sifat sifat umum, yaitu:

    Sedikit mengandung lumpur, karena sebagian lumpurnya

    mengendap di dasar waduk.

    Banyak mengandung zat zat terlarut .

    Suhu permukaan hampir sama dengan suhu atmosfir, sedangkan

    suhu air di lapisan bawah relatif lebih rendah.

    1.4 Sistem Saluran

    A. Saluran Irigasi

    a. Jaringan Saluran Irigasi Utama

    Saluran primer membawa air dari jaringan utama ke saluran

    sekunderdan ke petak-petak tersier yang diairi.Batas ujung saluran

    primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir (lihat gambar 1.1.)

    Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petas

    tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas saluran

    sekunder adalah pada bangunan sadap terakhir.

  • 6

    Gambar 1.1Skema layout di daerah datar berawa-rawa

    Saluran pembaa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan

    sumber yang memberi air pada bangunan utama) kejaringan irigasi

    primer.

    Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke

    petak tersier yang terletak diseberang petak tersier lainnya.

    b. Jaringan Saluran Irigasi Tersier

    Saluran irigasi tersier membaa air dari bangunan sadap tersier di

    jaringan utama ke dalam petak tersier lalu di saluran kuarter. Batas

    ujung saluran ini adalah box bagi kuarter yang terakhir.

    Saluran kuarter membawa air daribox bagi kuarter melalui bangunan

    sadap tersier atau parit sawah ke sawah.

    c. Jaringan Saluran Pembuang Utama

    Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran pembuang

    sekunder keluar daerah irigasi. Saluran pembuang primer sering berupa

  • 7

    saluran pembuang alam yang mengalirkan kelebihan air ke sungai,

    anak sungai atau ke laut.

    Saluran pembuang sekunder menampung air dari jaringan pembuang

    tersir dan membuang air tersebut ke pembuang primer atau langsung

    ke pembuang alam dan keluar daerah irigasi.

    d. Jaringan Saluran Pembuang Tersier

    Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-petek tersier

    yang termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sarna danmenampung

    air, baik dari pembuangan kuarter maupun dari sawah-sawah. Air

    tersebut dibuang ke dalam jaringan pembuang sekunder.

    Saluran pembuang sekunder menerima buangan air dari saluran

    pembuang kuarter yang menampung air langsung dari sawah.

    B. Standar Tata Nama

    Nama-nama yang diberikan untuk petak, saluran, bangunan dan

    daerah irigasi harns jelas, pendek dan tidak mempunyai tafsiran ganda.

    Nama-nama yang dipilih dibuat sedemikan sehingga jika dibuat bangunan

    barn kita tidak perlu mengubah semua nama yang sudah ada.

    a. Daerah Irigasi

    Nama yang diberikan sesuai dengan nama daerah setempat, atau desa

    terdekat dengan jaringan bangunan utama atau sungai yang aimya

    diambil untuk keperluan irigasi. Apabila ada dua pengambilan atau

    lebih maka daerah irigasi tersebut sebaiknya diberi nama sesuai dengan

    desa-desa terdekat didaerah layanan setempat

    b. Jaringan Irigasi Utama

    Saluran irigasi primer sebaiknya diberi nama sesuai dengan daerah

    irigasi yang dilayani.

  • 8

    Saluran irigasi sekunder diberi nama sesuai dengan nama desa yang

    terletak di petak sekunder.

    Petak sekunder sebaiknya diberi nama sesuai dengan nama saluran

    sekunderya.

    c. Jaringan Irigasi Tersier

    Petak tersier diberi nama sesuai bangunan sadap tersier dari jaringan

    utama.

    Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama box yang

    terletak diantara kedua box. Box tersier diberi kode T, diikuti nomor

    urut menurut arah jarum jam, mulai dari box pertama dihilir bangunan

    sadap tersier, dst.

    Petak kuarter diberi nama sesuai dengan petak rotasi, diikuti dengan

    nomor urut menurut jarum jam. Diberi kode A, B, C, dst.

    Box kuarteri diberi kode K, diikuti dengan nomor urut menurut arah

    jarum jam (KI, K2, dst).

    Saluran kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang dilayani

    tetapi dengan huruf kecil (aI, a2, dst).

    d. Jaringan Pembuang

    Pada umumnya pembuang primer berupa sungai-sungai alamiah yang

    kesemuanya akan diberi nama. Apabila ada saluran-saluran pembuang

    primer baru yang akan dibuat, maka saluran-saluran itu harud diberi

    nama tersendiri. Jika saluran pembuang dibagi menjadi ruas-ruas maka

    masing-masing ruas akan diberi nama mulai dari ujung hilir.

    Pembuang sekunder pada umumnya bempa sungai atau anak sungai

    yang lebih keeil. Beberapa diantaranya sudah mempunyai nama yang

    tetap bisa dipakai, jika tidak sungai tersebut akan ditunjukan dengan

    sebuah hurnf d (d =drainase).

  • 9

    Pembuang tersier adalah pembuang kategori terkeeil dan akan dibagi-

    bagi menjadi mas-mas dengan debit seragam, masing-masing diberi

    nomor seri sendiri-sendiri.

    1.5 Bangunan Pada Jaringan Irigasi

    A. Bangunan Utama

    Bangunan utama (head works) dapat didefinisikan sebagai kompleks

    bangunan yang direncanakan di dan sepanjang sungai atau aliran air untuk

    membelokkan air ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk

    keperluan irigasi. Bangunan utama bisa mengurangi kandungan sedimen

    yang berlebihan, serta mengukur banyaknya air yang masuk.

    Bangunan utama terdiri dari bendung dengan peredam energi, satu atau

    dua pengambilan utama pintu bilas kolam olak dan (jika diperlukan)

    kantong lumpur, tanggul banjir pekerjaan sungai dan bangunan-bangunan

    pelengkap.

    Bangunan utama dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori,

    bergantung kepada perencanaannya. Berikut ini akan dijelaskan beberapa

    kategori.

    a. Bendung, Bendung Gerak

    Bendung (weir) atau bendung gerak (barrage) dipakai untuk

    meninggikan muka air di sungai sampai pada ketinggian yang

    diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier.

    Ketinggian itu akan menentukan luas daerah yang diairi (command

    area) Bendung gerak adalah bangunan yang dilengkapi dengan pintu

    yang dapat dibuka untuk mengalirkan air pada waktu terjadi banjir

    besar dan ditutup apabila aliran kecil. Di Indonesia, bendung adalah

    bangunan yang paling umum dipakai untuk membelokkan air sungai

    untuk keperluan irigasi.

  • 10

    b. Bendung karet

    Bendung karet memiliki dua bagian pokok yaitu tubuh bendung yang

    terbuat dari karet dan pondasi beton berbentuk plat beton sebagai

    dudukan tabung karet serta dilengkapi satu ruang kontrol dengan

    beberapa perlengkapan (mesin) untuk mengontrol mengembang dan

    mengempisnya tabung karet. Bendung berfungsi meninggikan muka

    air dengan cara mengembangkan tubuh bendung dan menurunkan

    muka air dengan cara mengempiskan tubuh bendung yang terbuat dari

    tabung karet dapat diisi dengan udara atau air. Proses pengisian udara

    atau air dari pompa udara atau air dilengkapi dengan instrumen

    pengontrol udara atau air (manometer).

    c. Pengambilan bebas

    Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang

    mengalirkan air sungai ke dalam jaringan irigasi, tanpa mengatur

    tinggi muka air di sungai. Dalam keadaan demikian, jelas bahwa muka

    air di sungai harus lebih tinggi dari daerah yang diairi dan jumlah air

    yang dibelokkan harus dapat dijamin cukup.

    d. Pengambilan dari Waduk

    Waduk (reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi pada waktu

    terjadi surplus air di sungai agar dapat dipakai sewaktu-waktu terjadi

    kekurangan air. Jadi, fungsi utama waduk adalah untuk mengatur

    aliran sungai.

    Waduk yang berukuran besar sering mempunyai banyak fungsi seperti

    untuk keperluan irigasi, tenaga air pembangkit listrik, pengendali

    banjir, perikanan dsb. Waduk yang berukuran lebih kecil dipakai untuk

    keperluan irigasi saja.

  • 11

    e. Stasiun pompa

    lrigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan

    secara gravitasi temyata tidak layak dilihat dari segi teknis maupun

    ekonomis. Pada mulanya irigasi pompa hanya memerlukan modal

    kecil, tetapi biaya eksploitasinya mahal.

    B. Bangunan Bagi dan Sadap

    Bangunan bagi dan sadap pada irigasi teknis dilengkapi dengan pintu dan

    alat pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah

    dan pada waktu tertentu.

    Namun dalam keadaan tertentu sering dijumpai kesulitan-kesulitan dalam

    operasi dan pemeliharaan sehingga muncul usulan sistem proporsional.

    Yaitu bangunan bagi dan sadap tanpa pintu dan alat ukur tetapi dengan

    syarat-syarat sebagai berikut:

    1. Elevasi ambang ke semua arah harus sama

    2. Bentuk ambang harus sama agar koefisien debit sama

    3. Lebar bukaan proporsional dengan luas sawah yang diairi

    Tetapi disadari bahwa sistem proporsional tidak bisa diterapkan dalam

    irigasi yang melayani lebih dari satu jenis tanaman dari penerapan sistem

    golongan.

    Untuk itu kriteria ini menetapkan agar diterapkan tetap memakai pintu dan

    alat ukur debit dengan memenuhi tiga syarat proporsional.

    a. Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik

    cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.

    b. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau

    sekunderke saluran tersier penerima.

    c. Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadi satu rangkaian

    bangunan.

    d. Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atau

    lebih (tersier, subtersier dan/atau kuarter)

  • 12

    C. Bangunanbangunan pengukur dan Pengatur

    Aliran akan diukur di hulu saluran primer, di cabang saluran jaringan

    primer dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier. Bangunan ukur

    dapat dibedakan menjadi bangunan ukur aliran atas bebas (free overflow)

    dan bangunan ukur alirah bawah (underflow).

    Beberapa dari bangunan pengukur dapat juga dipakai untuk mengatur

    aliran air.

    Untuk menyederhanakan operasi dan pemeliharaan, bangunan ukur yang

    dipakai di sebuah jaringan irigasi hendaknya tidak terlalu banyak, dan

    diharapkan pula pemakaian alat ukur tersebut bisa benar-benar mengatasi

    permasalahan yang dihadapi para petani.

    D. Bangunan Pengatur Muka Air

    Bangunan-bangunan pengatur muka air mengatur/mengontrol muka air di

    jaringan irigasi utama sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat

    memberikan debit yang konstan kepada bangunan sadap tersier.

    Bangunan pengatur mempunyai potongan pengontrol aliran yang dapat

    distel atau tetap. Untuk bangunan-bangunan pengatur yang dapat disetel

    dianjurkan untuk menggunakan pintu (sorong) radial atau lainnya.

    Bangunan-bangunan pengatur diperlukan di tempat-tempat di mana tinggi

    muka air di saluran dipengaruhi oleh bangunan terjun atau got miring

    (chute). Untuk mencegah meninggi atau menurunnya muka air di saluran

    dipakai mercu tetap atau celah kontrol trapesium (trapezoidal notch).

    E. Bangunan Pembawa

    Bangunan-bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir

    saluran. Aliran yang melalui bangunan ini bisa superkritis atau subkritis.

    a. bangunan pembawa dengan aliran superkritis

    Bangunan pembawa dengan aliran tempat di mana lereng medannya

    maksimum saluran. Superkritis diperlukan di tempat lebih curam

  • 13

    daripada kemiringan maksimal saluran. (Jika di tempat dimana

    kemiringan medannya lebih curam daripada kemiringan dasar saluran,

    maka bisa terjadi aliran superkritis yang akan dapat merusak saluran.

    Untuk itu diperlukan bangunan peredam).

    Bangunan terjun

    Dengan bangunan terjun, menurunnya muka air (dan tinggi

    energi) dipusatkan di satu tempat Bangunan terjun bisa

    memiliki terjun tegak atau terjun miring. Jika perbedaan tinggi

    energi mencapai beberapa meter, maka konstruksi got miring

    perlu dipertimbangkan.

    Got miring

    Daerah got miring dibuat apabila trase saluran rnelewati ruas

    medan dengan kemiringan yang tajam dengan jumlah

    perbedaan tinggi energi yang besar. Got miring berupa

    potongan saluran yang diberi pasangan (lining) dengan aliran

    superkritis, dan umurnnya mengikuti kemiringan medan

    alamiah.

    b. Bangunan pembawa dengan aliran Subkritis

    Gorong-gorong

    Gorong-gorong dipasang di tempat-tempat di mana saluran

    lewat di bawah bangunan (jalan, rel kereta api) atau apabila

    pembuang lewat di bawah saluran. Aliran di dalam gorong-

    gorong umumnya aliran bebas.

    Talang

    Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat di atas

    saluran lainnya, saluran pembuang alamiah atau cekungan dan

    lembah-lembah. Aliran di dalam talang adalah aliran bebas.

    Sipon

    Sipon dipakai untuk mengalirkan air irigasi dengan

    menggunakan gravitasi di bawah saluran pembuang, cekungan,

  • 14

    anak sungai atau sungai. Sipon juga dipakai untuk melewatkan

    air di bawah jalan, jalan kereta api, atau bangunan-bangunan

    yang lain. Sipon merupakan saluran tertutup yang direncanakan

    untuk mengalirkan air secara penuh dan sangat dipengaruhi

    oleh tinggi tekan.

    Jembatan sipon

    Jembatan sipon adalah saluran tertutup yang bekerja atas dasar

    tinggi tekan dan dipakai untuk mengurangi ketinggian

    bangunan pendukung di atas lembah yang dalam.

    Flum (Flume)

    Ada beberapa tipe flum yang dipakai untuk mengalirkan air

    irigasi melalui situasi-situasi medan tertentu, misalnya:

    - flum tumpu (bench flume), untuk mengalirkan air di

    sepanjang lereng bukit yang curam

    - flum elevasi (elevated flume), untuk menyeberangkan air

    irigasi lewat di atas saluran pembuang atau jalan air lainnya

    - flum, dipakai apabila batas pembebasan tanah (right of way)

    terbatas atau jika bahan tanah tidak cocok untuk membuat

    potongan melintang saluran trapesium biasa.

    Flum mempunyai potongan melintang berbentuk segi empat

    atau setengah bulat. Aliran dalam flum adalah aliran bebas.

    Saluran tertutup

    Saluran tertutup dibuat apabila trase saluran terbuka melewati

    suatu daerah di mana potongan melintang harus dibuat pada

    galian yang dalam dengan lereng-Iereng tinggi yang tidak

    stabil. Saluran tertutup juga dibangun di daerah-daerah

    permukiman dan di daerah-daerah pinggiran sungai yang

    terkena luapan banjir. Bentuk potongan melintang saluran

    tertutup atau saluran gali dan timbun adalah segi empat atau

    bulat. Biasanya aliran di dalam saluran tertutup adalah aliran

    bebas.

  • 15

    Terowongan

    Terowongan dibangun apabila keadaan ekonomi/anggaran

    memungkinkan untuk saluran tertutup guna mengalirkan air

    melewati bukit-bukit dan medan yang tinggi. Biasanya aliran di

    dalam terowongan adalah aliran bebas.

    F. Bangunan Lindung

    Diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari luar.

    Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan air

    buangan yang berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang

    berlebihan akibat kesalahan eksploitasi atau akibat masuknya air dan luar

    saluran.

    a. Bangunan Pembuang Silang

    Gorong-gorong adalah bangunan pembuang silang yang paling umum

    digunakan sebagai lindungan-luar; lihat juga pasal mengenai bangunan

    pembawa.

    Sipon dipakai jika saluran irigasi kecil melintas saluran pembuang yang

    besar. Dalam hal ini, biasanya lebih aman dan ekonomis untuk membawa

    air irigasi dengan sipon lewat di bawah saluran pembuang tersebut.

    Overchute akan direncana jika elevasi dasar saluran pembuang di sebelah

    hulu saluran irigasi lebih besar daripada permukaan air normal di saluran.

    b. Pelimpah (Spillway)

    Ada tiga tipe lindungan-dalam yang umum dipakai, yaitu saluran

    pelimpah, sipon pelimpah dan pintu pelimpah otomatis. Pengatur pelimpah

    diperlukan tepat di hulu bangunan bagi, di ujung hilir saluran primer atau

    sekunder dan di tempat-tempat lain yang dianggap perlu demi keamanan

    jaringan. Bangunan pelimpah bekerja otomatis dengan naiknya muka air.

    c. Bangunan Penggelontor Sedimen (Sediment Excluder)

  • 16

    Bangunan ini dimaksudkan untuk mengeluarkan endapan sedimen

    sepanjang saluran primer dan sekunder pada lokasi persilangan dengan

    sungai. Pada ruas saluran ini sedimen diijinkan mengendap dan dikuras

    melewati pintu secara periodik.

    d. Bangunan Penguras (Wasteway)

    Bangunan penguras, biasanya dengan pintu yang dioperasikan dengan

    tangan, dipakai untuk mengosongkan seluruh ruas saluran bila diperlukan.

    Untuk mengurangi tingginya biaya, bangunan ini dapat digabung dengan

    bangunan pelimpah.

    e. Saluran Pembuang Samping

    Aliran buangan biasanya ditampung di saluran pembuang terbuka yang

    mengalir pararel di sebelah atas saluran irigasi. Saluran-saluran ini

    membawa air ke bangunan pembuang silang atau, jika debit relatif kecil

    dibanding aliran air irigasi, ke dalam saluran irigasi itu melalui lubang

    pembuang.

    f. Saluran Gendong

    Saluran gendong adalah saluran drainase yang sejajar dengan saluran

    irigasi, berfungsi mencegah aliran permukaan (run off) dari luar areal

    irigasi yang masuk ke dalam saluran irigasi.Air yang masuk saluran

    gendong dialirkan keluar ke saluran alam atau drainase yang terdekat.

    G. Jalan dan Jembatan

    Jalan-jalan inspeksi diperlukan untuk inspeksi, eksploitasi dan

    pemeliharaan jaringan irigasi dan pembuang oleh Dinas Pengairan.

    Masyarakat boleh menggunakan jalan-jalan inspeksi ini untuk keperluan-

    keperluan tertentu saja.

    H. Bangunan Pelengkap

  • 17

    Tanggul-tanggul diperlukan untuk melindungi daerah irigasi terhadap

    banjir yang berasal dari sungai atau saluran pembuang yang besar. Pada

    umumnya tanggul diperlukan di sepanjang sungai di sebelah hulu bendung

    atau di sepanjang saluran primer.

    Bangunan-bangunan pelengkap yang dibuat di dan sepanjang saluran

    meliputi:

    - Pagar, rel pengaman dan sebagainya, guna memberikan pengaman

    sewaktu terjadi keadaan-keadaan gawat;

    - Tempat-tempat cuci, tempat mandi ternak dan sebagainya, untuk

    memberikan sarana untuk mencapai air di saluran tanpa merusak lereng;

    - Kisi-kisi penyaring untuk mencegah tersumbatnya bangunan (sipon dan

    gorong-gorong panjang) oleh benda-benda yang hanyut;

    - Jembatan-jembatan untuk keperluan penyeberangan bagi penduduk.

    - Sanggar tani sebagai sarana untuk interaksi antar petani, dan antara

    petani dan petugas irigasi dalam rangka memudahkan penyelesaian

    permasalahan yang terjadi di lapangan. Pembangunannya disesuaikan

    dengan kebutuhan dan kondisi petani setempat serta letaknya di setiap

    bangunan sadap/offtake.

    1.6 Syarat syarat Susunan Petak Irigasi

    Ukuran petak tersier bergantung pada besarnya biaya pelaksanaan

    jaringanirigasi dan pembuang (utama dan tersier) serta biaya eksploitasi dan

    pemeliharaanjaringan.

    Ukuran optimum suatu petak tersier adalah antara 50 - 100 ha.

    Ukurannyadapat ditambah sampai maksimum 150 ha jika keadaan topografi

    memaksademikian.

    Dipetak tersier yang berukuran kecil, efisiensi irigasi akan menjadi lebih

    tinggi karena :

    Diperlukan lebih sedikit titik-titik pembagian air.

    Saluran-saluran yang lebih pendek menyebabkan kehilangan air yang

    lebihsedikit.

  • 18

    Lebih sedikit petani yang terlibat, jadi kerja sarna lebih baik.

    Pengaturan (air) yang lebih baik sesuai dengan kondisi tanaman.

    Perencanaan lebih fleksibel sehubungan dengan batas-batas desa.

    Bentuk optimal suatu petak tersier bergantung pada biaya

    minimumpembuatan saluran, jalan dan box bagi. Apabila semua saluran

    kuarter diberi airdari satu saluran tersier, maka panjang total jalan dan

    saluran menjadi minimum.

    Dengan dua saluran tersier untuk areal yang sarna, maka panjang totaljalan

    dan saluran akan bertambah.

    Bentuk optimal petak tersier adalah bujur sangkar, karena pembagian air

    menjadi sulit pada petak tersier berbentuk memanjang.

    Kriteria untuk pengembangan petak tersier :

    Ukuranpetak tersier 50 - 100 ha

    Ukuran petak kuarter 8 - 15 ha

    Panjang saluran tersier < 1500 m

    Panjang saluran kuarter < 500 m

    Jarak antar saluran & pembuang < 300 m

  • 19

    Gambar 1.3 Sketsa layout Petak Tersier

  • 20

    BAB 2

    PERENCANAAN TRASE

    1.7 Langkah Langkah Perencanaan Trase

    A. Syarat Syarat Penentuan Lokasi Bendung

    Aspek yang mempengaruhi dalam pemilihan lokasi bendung:

    a) Pertimbangan topografi

    dipilih lembah sempit dan tidak terlalu dalam dengan

    mempetimbangkan topografi di daerah tangkapan air maupun

    daerah layanan irigasi

    b) Kemantapan geoteknik fondasi bendung

    dipilih dasar sungai yang mempunyai daya dukung kuat,

    stratigrafi lapisan batuan miring ke arah hulu, tidak ada sesar

    aktif, tidak ada erosi buluh, dan dasar sungai hilir bendung

    tahan terhadap gerusan air. Disamping itu diusahakan keadaan

    batuan tebing kanan dan kiri bendung cukup kuat dan stabil

    serta relatif tidak terdapat bocoran samping.

    c) Pengaruh hidraulik

    dipilih bagian sungai yang lurus. Jika bagian sungai lurus tidak

    didapatkan, lokasi bendung ditolerir pada belokan sungai;

    dengan syarat posisi bangunan intake harus terletak pada

    tikungan luar dan terdapat bagian sungai yang lurus di hulu

    bendung. Kalau yang terakhir inipun tidak terpenuhi perlu

    dipertimbangkan pembuatan bendung di kopur atau dilakukan

    rekayasa perbaikan sungai (river training).

  • 21

    d) Pengaruh regime sungai

    Hindari lokasi bendung pada bagian sungai dimana terjadi

    perubahan kemiringan sungai secara mendadak, dan hindari

    bagian sungai dengan belokan tajam. Pilih bagian sungai yang

    lurus mempunyai kemiringan relatif tetap sepanjang penggal

    tertentu.

    e) Tingkat kesulitan saluran induk

    lokasi bendung sedemikian sehingga pembangunan saluran

    induk dekat bendung tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mahal.

    Hindari trace saluran menyusuri tebing terjal apalagi berbatu.

    Usahakan ketinggian galian tebing pada saluran induk kurang

    dari 8 m dan ketinggian timbunan kurang dari 6 m.

    f) Ruang untuk bangunan pelengkap bendung

    Lokasi bendung harus dapat menyediakan ruangan untuk

    bangunan pelengkap bendung, utamanya untuk kolam

    pengendap dan saluran penguras dengan panjang dan lebar

    masing-masing kurang lebih 300 500 m dan 40 60 m.

    g) Luas layanan irigasi

    Lokasi bendung harus sedemikian sehingga dapat memberikan

    luas layanan yang memadai terkait dengan kelayakan sistem

    irigasi. Elaborasi tinggi bendung (yang dibatasi sampai dengan

    6 7 m), menggeser lokasi bendung ke hulu atau ke hilir, serta

    luas layanan irigasi harus dilakukan untuk menemukan

    kombinasi yang paling optimal.

    h) Luas daerah tangkapan air

    Lokasi bendung harus dipilih dengan mempertimbangkan luas

    daerah tangkapan, terkait dengan debit andalan yang didapat

  • 22

    dan debit banjir yang mungkin terjadi menghantam bendung.

    Hal ini harus dikaitkan dengan luas layanan yang didapat dan

    ketinggian lantai layanan dan pembangunan bangunan

    melintang anak sungai (kalau ada).

    i) Tingkat kemudahan pencapaian

    Lokasi bendung harus refatip mudah dicapai untuk keperluan

    mobilisasi alat dan bahan saat pembangunan fisik maupun

    operasi dan pemeliharaan. Kemudahan melakukan inspeksi

    oleh aparat pemerintah juga harus dipertimbangkan masak-

    masak.

    j) Biaya pembangunan

    dari berbagai alternatif lokasi bendung dengan

    mempertimbangkan faktor-faktor yang dominan, akhirnya

    dipilih lokasi bendung yang beaya konstruksinya minimal

    tetapi memberikan output yang optimal.

    k) Kesepakatan stakeholder

    apapun keputusannya, yang penting adalah kesepakatan antar

    pemangku kepentingan lewat konsultasi publik. Untuk itu

    direkomendasikan melakukan sosialisasi pemilihan lokasi

    bendung.

    B. Syarat Syarat Perencanaan Saluran Primer

    Aspek yang mempengaruhi perencanaan saluran primer :

    a) Data Topografi

    Data data topografi yang diperlukan atau harus dibuat adalah :

  • 23

    Peta topografi dengan garis-garis ketinggian dan tata letak

    jaringan irigasi dengan skala 1 : 25.000 dan 1 : 5.000

    Peta situasi trase saluran berskala 1 : 2000 dengan garis-

    garis ketinggian pada interval 0,5 m untuk daerah datar dan

    1,0 m untuk daerah berbukit-bukit

    Profil memanjang pada skala horisontal 1 : 2000 dan skala

    vertikal 1 : 200 (atau skala 1 : 100 untuk saluran

    berkapasitas kecil bilamana diperlukan)

    Potongan melintang pada skala horisontal dan vertikal 1 :

    200 (atau 1 : 100 untuk saluran-saluran berkapasitas kecil)

    dengan interval 50 m untuk bagian lurus dan interval 25 m

    pada bagian tikungan

    Peta lokasi titik tetap/benchmark, termasuk deskripsi

    benchmark.

    b) Kapasitas Rencana

    Debit Rencana

    Jika air yang dialirkan oleh jaringan juga untuk keperluan

    selain irigasi, maka debit rencana harus ditambah dengan

    jumlah yang dibu-tuhkan untuk keperluan itu, dengan

    memperhitungkan efisiensi peng-aliran. Kebutuhan air lain

    selain untuk irigasi yaitu kebutuhan air untuk tambak atau

    kolam, industri maupun air minum yang diambil dari

    saluran irigasi.

    Kebutuhan Air Sawah

    Besarnya kebutuhan air di sawah bervariasi menurut tahap

    pertumbuhan tanaman dan bergantung kepada cara

    pengolahan lahan. Besarnya kebutuhan air di sawah

    dinyatakan dalam mm/ hari. Kebutuhan air di sawah untuk

    padi ditentukan oleh faktor faktor : cara penyiapan lahan ,

  • 24

    kebutuhan air untuk tanaman, perkolasi dan rembesan,

    pergantian lapisan air, dan curah hujan efektif.

    Efisiensi

    Untuk tujuan-tujuan perencanaan, dianggap bahwa

    seperlima sampai seperempat dari jumlah air yang diambil

    akan hilang sebelum air itu sampai di sawah. Kehilangan ini

    disebabkan oleh kegiatan eksploitasi, evaporasi dan

    perembesan. Kehilangan akibat evaporasi dan perembesan

    umumnya kecil saja jika dibandingkan dengan jumlah

    kehilangan akibat kegiatan eksploitasi. Penghitungan

    rembesan hanya dilakukan apabila kelulusan tanah cukup

    tinggi.

    c) Data Geoteknik

    Hal utama yang harus diperhatikan dalam perencanaan saluran

    adalah stabilitas tanggul. kemiringan talut galian serta

    rembesan ke dan dari saluran. Data tanah yang diperoleh dari

    hasil penyelidikan tanah pertanian akan memberikan petunjuk

    umum mengenai sifat-sifat tanah di daerah trase saluran yang

    direncanakan.

    d) Data Sedimen

    Data sedimen terutama diperlukan untuk perencanaan jaringan

    pengambilan di sungai, kantong lumpur dan bangunan

    penggelontor sedimen pada lokasi persilangan saluran dengan

    sungai. Bangunan pengambilan dan kantong lumpur akan

    direncanakan agar mampu mencegah masuknya sedimen kasar

    (> 0,088 mm) ke dalam jaringan saluran. Pada ruas saluran

    Kantong lumpur ini sedimen diijinkan mengendap dan dikuras

    melewati pintu secara periodik.

  • 25

    C. Syarat Syarat Perencanaan Saluran Sekunder (Kuarter)

    a) Kapasitas Rencana

    Debit rencana untuk irigasiterus-menerus adalah kebutuhan

    rencana air di pintutersier (l/dt.ha) kali luas petak kuarter. Debit

    rencanaini dipakai di sepanjang saluran

    b) Elevasi Muka Air Rencana

    Untuk menentukan muka air rencana saluran, harus tersedia

    data-data topografi dalam jumlah yang memadai. Setelah

    layout pendahuluan selesai, trase saluran yang diusulkan

    diukur. Elevasi sawah harus diukur 7,5 meter di luar as saluran

    irigasi atau pembuang yang direncana tiap interval 50 m dan

    pada lokasi-lokasi khusus.

    Muka air di saluran kuarter sekurang-kurangnya 0,15 m di atas

    muka sawah. Ini berlaku di sepanjang saluran agar pembagian

    air ke petak-petak sawah dapat dilakukan dengan baik.

    c) Karakteristik Saluran

    Kecepatan aliran dan kemiringan saluran bergantung

    padasituasi topografi, sifat-sifat tanah dan kapasitas

    yangdiperlukan.

    Berdasarkan pengalaman lapangan, Fortier(1926)

    menyimpulkan bahwa untuk saluran irigasi dengankedalaman

    air kurang dari 0,90 m pada tanah lempunganatau lempung

    lanauan, kecepatan maksimum yang diizinkanadalah sekitar

    0,60 m/dt. Harga-harga Iebih rendah dapatdipakai untuk tanah

    pasiran, tetapi akan diperlukanpasangan untuk mengatasi

    kehilangan akibat perkolasi.

  • 26

    Harga batas gaya geser sebesar 1 kg/m2 (10 N/m2)diterapkan

    untuk saluran tersier dan kuarter.

    Di sini dianjurkan untuk merencanakan saluran irigasi dengan

    kriteria yang dirinci pada Tabel 2.1

    Tabel 2.1 Kriteria perencanaan untuk saluran irigasi tanpapasangan

    Catatan

    - Lebar dasar saluran akan sama dengan kedalaman air(b/h = 1)

    - Lebar tanggul akan lebih lebar daripada lebar minimumjika

    tanggul juga dipakai sebagai jalan petani atauinspeksi.

    D. Syarat Syarat Perencanaan Saluran Tersier

    a) Kapasitas Rencana

    Debit rencana untuk irigasi terusmenerusbagi semua ruas

    saluran tersier antara duaboks bagi adalah kebutuhan air irigasi

    rencana dipintu tersier (l/dt.ha) kali seluruh luas petak

    kuarteryang diairi.

  • 27

    b) Elevasi Muka Air Rencana

    Untuk menentukan muka air rencana saluran, harus tersedia

    data-data topografi dalam jumlah yang memadai. Setelah layout

    pendahuluan selesai, trase saluran yang diusulkan diukur.

    Elevasi sawah harus diukur 7,5 meter di luar as saluran irigasi

    atau pembuang yang direncana tiap interval 50 m dan pada

    lokasi-lokasi khusus.

    Muka air di saluran tersier sekurang-kurangnya 0,15 m di atas

    muka sawah. Ini berlaku di sepanjang saluran agar pembagian

    air ke petak-petak sawah dapat dilakukan dengan baik

    c) Karakteristik Saluran

    Kecepatan aliran dan kemiringan saluran bergantung pada

    situasi topografi, sifat-sifat tanah dan kapasitas yang diperlukan.

    Berdasarkan pengalaman lapangan, Fortier (1926)

    menyimpulkan bahwa untuk saluran irigasi dengan kedalaman

    air kurang dari 0,90 m pada tanah lempungan atau lempung

    lanauan, kecepatan maksimum yang diizinkan adalah sekitar

    0,60 m/dt. Harga-harga Iebih rendah dapat dipakai untuk tanah

    pasiran, tetapi akan diperlukan pasangan untuk mengatasi

    kehilangan akibat perkolasi.

    Harga batas gaya geser sebesar 1 kg/m2 (10 N/m2) diterapkan

    untuk saluran tersier dan kuarter.Bila gradienmedan curam dan

    kecepatan menjadi terlalu tinggi,diperlukan satu atau dua

    bangunan terjun, atau salurantersier harus diberi pasangan (got

    miring).

    Di sini dianjurkan untuk merencanakan saluran irigasi dengan

    kriteria yang dirinci pada Tabel 2.1

  • 28

    1.8 Perhitungan Tampungan Saluran

    Untuk pengaliran air irigasi, saluran berpenampung trapesium adalah

    bangunan pembawa yang paling umum dipakai dan ekonomis. Saluran tanah

    sudah umum dipakai untuk saluran irigsi karena biayanya jauh lebih murah

    dibandingkan dengan saluran pasangan. Untuk merencanakan kemiringan saluran

    mempunyai asumsi-asumsi mengenai parameter perhitungan, yang terlihat seperti

    tabel berikut ini :

    kemiringan faktor

    talut kekasaran k

    1:m

    0.15 - 0.30 1.0 1.0 35

    0.30 - 0.50 1.0 1.0 - 1.2 35

    0.50 - 0.75 1.0 1.2 - 1.3 35

    0.75 - 1.00 1.0 1.3 - 1.5 35

    1.00 - 1.50 1.0 1.5 - 1.8 40

    1.50 - 3.00 1.5 1.8 - 2.3 40

    3.00 - 4.50 1.5 2.3 - 2.7 40

    4.50 - 5.00 1.5 2.7 - 2.9 40

    5.00 - 6.00 1.5 2.9 - 3.1 42.5

    6.00 - 7.50 1.5 3.1 - 3.5 42.5

    7.50 - 9.00 1.5 3.5 - 3.7 42.5

    9.00 - 10.00 1.5 3.7 - 3.9 42.5

    10.00 - 11.00 2.0 3.9 - 4.2 45

    11.00 - 15.00 2.0 4.2 - 4.9 45

    15.00 - 25.00 2.0 4.9 - 6.5 45

    25.00 - 40.00 2.0 6.5 - 9.0 45

    debit

    dalam

    m3/dt

    perbandingan

    b/h

    n

    Tabel 2.2Parameter Perhitungan Untuk Kemiringan Saluran

    dimana k = koefisien kekasaran Strickter

    m = kemiringan talud

    n =perbandingan lebar dasar saluran dengan kedalaman air.

    Dengan informasi ini dimensi saluran dapat dihitung dengan cara

    dibawahini :

    Rumus Strickler : V = K R 2/3 I

  • 29

    R = A / P

    A = ( b + m h ) h

    P = ( b + 2 h 1 + m2 )

    Q = V x A

    b = n x h

    Dimana : Q= debit saluran, m3/dt

    v = kecepatan aliran, m/dt

    A= potongan melintang aliran, m2

    R= jari jari hidrolis, m

    P= keliling basah, m

    b= lebar dasar, m

    h= tinggi air, m

    I= kemiringan energi (kemiringan saluran)

    k= koefisien kekasaran Stickler, m1/3/dt

    m= kemiringan talut (1 vertikal : m horizontal)

    Gambar 2.1 Potongan Melintang Saluran (Trapesium)

    Rumus aliran di atas juga dikenal sebagai rumus Manning. Koefisien

    kekasaran Manning (n) mempunyai harga bilangan 1 dibagi dengan k.

    Untuk keperluan irigasi dipakai :

    Kecepatan minimum (V) = 0,25 mIdt

  • 30

    Lebar dasar minimal (b) = 0,30 m

    Tinggi jagaan (F), tergantung dari debit.

    Q (m3/det) F

    0.0 0.30 0.30

    0.30 0.50 0.40

    0.50 1.50 0.50

    1.50 15.00 0.60

    15.00 25.00 0.75

    > 25.00 1.00

    Tabel 2.3Hubungan Q dan F (tinggi jagaan).

    Jari-jari belokan pada As saluran adalah 3 - 7 kali lebar muka air.

    Lebar tanggul (w) tergantung dari jenis saluran seperti apda tabel di bawah

    ini :

    Saluran W

    Tersier dan kuarter 0.50

    Sekunder 1.00

    Induk 2.00

    Tabel 2.4 Hubungan Jenis Saluran dan W

    Puncak tanggul minimal 0,30 m diatas muka tanah persawahan.

    Kapasitas saluran ditentukan oleh luas areal, angka pengairan dan

    koefisien lengkung Tegal.

  • 31

  • 32

    BAB 3

    PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI

    Kebutuan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk

    memenuhi kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk

    tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui

    hujan dan kontribusi air tanah

    1.9 Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (ETo)

    Perhitungan Eto dilakukan berdasarkan rumus Penman yang telah di

    modifikasi untuk perhitungan pada daerah-daerah di Indonesia adala sebagai

    berikut:

    = ( + (1 )()( ))

    dimana:

    C adalah angka koreksi Penman yang besarnya mempertimbangkan

    perbedaan kecepatan angoin (u) siang dan malam

    W adalah fungsi dari elevasi dan temperatur

    Rn = Rns Rn1

    Rns = (1-r) x Rs

    Rs adalah lama penyinaran terhadap penguapan

    Rn1 adalah radiasi bersih gelombang panjang (f(t) x f(ed) x (n/N)

    f(t) adalah fungsi temperatur

    f(ed) adalah fungsi dari ed

    f(n/N) adalah fungsi dari lama penyinaran matahari

    f(u) adalah fungsi kecepatan angin

    r adalah pantulan radiasi matahari (%)

    ea adalah perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap

    ed = RH x ea

    RH adalah kelembaban

  • 33

    1.10 Hujan Efektif (He)

    Curah Hujan Efektif adala curah hujan yang jatuh selama masa tumbuh

    tanaman, yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan air konsumtif

    tanaman. Besarnya hujan efektif ditentukan dengan menggunakan asumsi

    sebagai berikut:

    Tabel 3.1 Besar Nilai Hujan Efektif

    Curah Hujan (mm/minggu) Hujan Efektif (mm/minggu)

    75 0.3 x (R-75) + 45

    1.11 Perhitungan Nilai Penguapan (Ep)

    Contoh Perhitungan :

    Nilai Penguapan (Ep) bulan Januari, minggu pertama dengan 3 kali

    penanaman padi:

    Ep1 = ETo x Kc1 = 3.66 x 1.20 = 4.392 mm/hari

    Ep2 = ETo x Kc2 = 3.66 x 1.35 = 4.941 mm/hari

    Ep3 = ETo x Kc3 = 3.66 x 1.32 = 4.831 mm/hari

    Kc adalah koefisien tanaman dimana pada soal ini merupakan tanaman

    padi. Nilai Kc dapat dilihat pada tabel dibawah ini

    Tabel 3.2 Nilai Kc untuk Tanaman Padi

    No. Kegiatan Nilai Kc

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    Pengolahan tanah

    Pembibitan

    Pembibitan

    Pertumbuhan

    Pertumbuhan

    Pertumbuhan

    1,00

    1,00

    1,00

    1,15

    1,20

    1,20

  • 34

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    Pertumbuhan

    Pertumbuhan

    Pertumbuhan

    Pertumbuhan

    Berbunga

    Berbuah

    Berbuah

    Berbuah

    Pemasakan

    Panen

    1,25

    1,25

    1,30

    1,35

    1,32

    1,35

    1,20

    1,05

    0,05

    0,00

    1.12 Perhitungan Nilai K desain

    Contoh Perhitungan :

    Data bulan Januari 2006 minggu pertama:

    - He = 39.38 mm/hari

    - Perkolasi (P) = 3.1 mm/hari

    - ETo = 3.66 mm/hari

    - Ep1 = 4.392 mm/hari

    - Ep2 = 4.941 mm/hari

    - Ep3 = 4.831 mm/hari

    KAA1 = Ep1 + perkolasi = 7.492 mm/hari

    KAA2 = Ep2 + perkolasi = 8.041 mm/hari

    KAA3 = Ep3 + perkolasi = 7.941mm/ari

    Jika KAAn He < 0 makan Kn = 0

    Jika KAAn He > 0 makan Kn = KAAN He

    K1 = KAA1 He = 7.492 39.98 < 0 maka K1 = 0 mm/hari

    K2 = KAA2 He = 8.041 39.98 < 0 maka K2 = 0 mm/hari

    K3 = KAA3 He = 7.941 39.98 < 0 maka K3 = 0 mm/hari

  • 35

    Konversi K1, K2, K3 dari mm/hari menjadi lt/dt/ha:

    Masing masing nilai K dikali dengan (105/(100 x 3600 x 24)) Sehingga

    diperoleh nilai :

    K1 = 0 lt/dt/ha

    K2 = 0 lt/dt/ha

    K3 = 0 lt/dt/ha

    Dari perhitungana diatas untuk data selama 5 tahun diambil nilai k yang terbesar.

    Nilai K yang

    1.13 Perhitungan Kebutuhan Debit Per Petak

    Peritungan Debit per petak dilakukan dengan menggunakan rumus

    =

    Dimana :

    Apetak adalah Luasan petak irigasi yang akan di aliri ( ha )

    Kmax adalah nilai K terbesardari golongan I, II, III (K desain)

    adalah angka efektifitas dari petak irigasi yang dialiri

    1.14 Perhitungan Kebutuhan Debit Bangunan

    Perhitungan kebutuhan debit bangunan dilakukan dengan menggunakan

    rumus:

    =

    Dimana:

    Qpetak adalah jumlah debit dari petak petak yang dialiri dari

    bangunan irigasi

    adalah angka efisiensi dari bangunan irigasi

  • 36

    1.15 Perhitungan Kebutuhan Debit Saluran

    Perhitungan kebutuhan debit saluran dilakukan dengan menggunakan rumus:

    =

    ()

    Dimana:

    Qbangunanadalah jumlah debit dari bangunan bangunan yang akan

    dialiri saluran tersebut

    f(l) adalah efisiensi dari saluran irigasi tersebut.

    f(l) untuk saluran terpanjang adalah 0.55 dan saluran terpendek adalah

    0.86

  • 37

    BAB 4

    PERHITUNGAN DIMENSI DETAIL BANGUNAN

    Perhitungan Dimensi Tampang Saluran menggunakan Rumus manning

    =

    = 1

    2

    3 1

    2

    dimana :

    A adalah luas penampang saluran

    V adalah kecepatan aliran air

    n adalah koefisien manning

    R adalah jari jari hydraulik

    R = A / P

    P adalah keliling basah penampang

    So adalah kemiringan dari saluran tersebut

    Contoh Perhitungan Perhitungan Dimensi Detail Bangunan untuk Saluran F5

    Saluran Sekunder Irigasi

    Q = 977,9 l/dt

    = 0.977 m3/dt

    n = 0.015

    So = 300

    85000 = 0.00353

    Tampang Trapesium

    Asumsi :

    b = 1,5 h

    m = 1

    tinggi jagaan = 0,2 m

  • 38

    Q = A x V

    = ( 1

    2 h ( b + (b + 2h)) x (

    1

    x (

    )

    2

    3 x 0,5 )

    0,997 = 2,5 2 x 1

    0,015 x (

    2,5 2

    1,5+22 )

    2

    3 x 0,003530,5

    Dari hasil solver, maka didapat nilai

    h = 0,52 m

    h total = 0,52 + 0,2

    = 0,72 m

    b = 1,5 x 0,72

    = 1,08 ~ 1,1 m

    Saluran Tersier pada Bangunan Bagi

    1) Q = 69,8 l/dt

    = 0,0698 m3/dt

    n = 0.015

    So = 300

    85000 = 0.00353

    Tampang Persegi

    m = 1

    b = 1.5 h

    0,72 m

    1,1 m

  • 39

    Tinggi jagaan = 0.2 m

    Q = A x V

    = (b x h) ( 1

    x (

    )

    2

    3 x 0,5)

    0,0698 = 1,52 x (( 2,5 2

    1,5+2 )

    2

    3 x (0,00353)0,5 )

    Dari hasil solver, maka didapat nilai,

    h = 0,23 m

    h total = 0,23 + 0,2

    = 0,43 m

    Sehingga,

    b = 1,5 x 0,43

    = 0,65 ~ 0,7 m

    2) Q = 95,76 l/dt

    = 0,09576 m3/dt

    n = 0.015

    So = 300

    85000 = 0.00353

    Tampang Persegi

    m = 1

    b = 1.5 h

    Tinggi jagaan = 0.2 m

  • 40

    Q = A x V

    = (b x h) ( 1

    x (

    )

    2

    3 x 0,5)

    0,0957 = 1,52 x (( 2,5 2

    1,5+2 )

    2

    3 x (0,00353)0,5 )

    Dari hasil solver, maka didapat nilai,

    h = 0,26 m

    h total = 0,26 + 0,2

    = 0,46 m

    Sehingga,

    b = 1,5 x 0,46

    = 0,69 ~ 0,7 m

    BAB 11.1 Pengertian1.2 Tujuan1.3 Sumber Air Pengairan1.4 Sistem Saluran1.5 Bangunan Pada Jaringan Irigasi1.6 Syarat syarat Susunan Petak Irigasi

    BAB 21.7 Langkah Langkah Perencanaan Trase1.8 Perhitungan Tampungan Saluran

    BAB 31.9 Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (ETo)1.10 Hujan Efektif (He)1.11 Perhitungan Nilai Penguapan (Ep)1.12 Perhitungan Nilai K desain1.13 Perhitungan Kebutuhan Debit Per Petak1.14 Perhitungan Kebutuhan Debit Bangunan1.15 Perhitungan Kebutuhan Debit Saluran

    BAB 4