perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

69
PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR IRENIUS DOKE GOO 11517022 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS TAMA JAGAKARSA JAKARTA 2013

Upload: iren-doke

Post on 12-Jun-2015

19.149 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

PERENCANAAN IRIGASIDAN

BANGUNAN AIRIRENIUS DOKE GOO

11517022

FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS TAMA JAGAKARSAJAKARTA 2013

Page 2: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di

bidang pertanian menjadi prioritas utama. Berdasarkan UU No.7

tahun 1996 tentang pangan menyatakan bahwa perwujudan

ketahanan pangan merupakan kewajiban pemerintah bersama

masyarakat (Partowijoto, 2003).

Pembangunan saluran irigasi sebagai penunjang penyediaan

bahan pangan nasional tentu sangat diperlukan, sehingga

ketersediaan air di lahan akan terpenuhi walaupun lahan tersebut

berada jauh dari sumber air permukaan. Hal tersebut tidak terlepas

dari usaha teknik irigasi yaitu memberikan air dengan kondisi tepat

mutu, tepat ruang dan tepat waktu dengan cara yang efektif dan

ekonomis (Sudjarwadi, 1990).

Air merupakan sumber daya alam yang terbaharui melalui

daur hidrologi. Namun keberadaan air sangat bervariasi tergantung

lokasi dan musim. Ketersediaan air di daerah tropis (dekat dengan

katulistiwa) sangat besar dibandingkan dengan daerah lain misalnya

daerah gurun atau padang pasir. Ketersediaan air pada saat musim

basah (Oktober s/d April) lebih besar dibandingkan pada saat musim

kering (April s/d Oktober), dikarenakan pada musim kering

ketersediaan airnya sudah mulai berkurang.

Rekayasa manusia untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan

sumber daya air adalah dengan merubah distribusi air alami menjadi

distribusi air secara buatan yaitu diantaranya dengan membangun waduk.

Waduk merupakan suatu bangunan air yang digunakan untuk menampung

debit air berlebih pada saat musim basah supaya kemudian dapat

dimanfaatkan pada saat debit rendah saat musim kering. Distribusi 2

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 3: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

kebutuhan air irigasi pada tiap daerah akan diatur melalui waduk tersebut.

Dengan perencanaan saluran dan pintu air sepanjang wilayah penyaluran,

air irigasi kemudian di salurkan.

Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting

yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi.

Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan

oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara

normal. Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi

evapotranspirasi (ET), sejumlah air yang dibutuhkan untuk pengoperasian

secara khusus seperti penyiapan lahan dan penggantian air, serta

kehilangan selama pemakaian.

Dalam makalah ini kami menganalisa kebutuhan air irigasi di

daerah Kusamba Bali, dengan wilayah petak sawah keseluruhan yang

harus di aliri seluas 747,852 ha. Perencanaan tersebut meliputi

perencanaan debit saluran air, perencanaan dimensi saluran, perencanaan

pintu air, skema irigasi dan juga diagram alir perencanaan.

1.2. DEFINISI IRIGASI

Irigasi didefinisikan sebagai suatu cara pemberian air, baik secara

alamiah ataupun buatan kepada tanah dengan tujuan untuk memberi

kelembapan yang berguna bagi pertumbuhan tanaman.

Secara alamiah :

1. Secara alamiah air disuplai kepada tanaman melalui air hujan.

2. Cara alamiah lainnya, adalah melalui genangan air akibat banjir dari

sungai, yang akan menggenangi suatu daerah selama musim hujan,

sehingga tanah yang ada dapat siap ditanami pada musim kemarau.

Secara buatan :

3

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 4: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

Ketika penggunaan air ini mengikutkan pekerjaan rekayasa teknik

dalam skala yang cukup besar, maka hal tersebut disebut irigasi buatan

(Artificial Irrigation).

Irigasi buatan secara umum dapat dibagi dalam 2 (dua) bagian,

yaitu :

1. Irigasi Pompa (Lift Irrigation), dimana air diangkat dari sumber air yang

rendah ke tempat yang lebih tinggi, baik secara mekanis maupun

manual.

2. Irigasi Aliran (Flow Irrigation), dimana air dialirkan ke lahan pertanian

secara gravitasi dari sumber pengambilan air.

1.2. TUJUAN dan MANFAAT IRIGASI

1.2.1. Tujuan Irigasi.

Sesuai dengan definisi irigasinya, maka tujuan irigasi pada

suatu daerah adalah upaya rekayasa teknis untuk penyediaaan dan

pengaturan air dalam menunjang proses produksi pertanian, dari

sumber air ke daerah yang memerlukan serta mendistribusikan

secara teknis dan sistematis.

1.2.2. Manfaat Irigasi.

Adapun manfaat dari suatu sistem irigasi, adalah :

a. Untuk membasahi tanah, yaitu pembasahan tanah pada daerah

yang curah hujannya kurang atau tidak menentu.

b. Untuk mengatur pembasahan tanah, agar daerah pertanian

dapat diairi sepanjang waktu pada saat dibutuhkan, baik pada

musim kemarau maupun musim penghujan.

c. Untuk menyuburkan tanah, dengan mengalirkan air yang

mengandung lumpur dan zat-zat hara penyubur tanaman pada

daerah pertanian tersebut, sehingga tanah menjadi subur.

4

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 5: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

d. Untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah / rawa

dengan pengendapan lumpur yang dikandung oleh air irigasi.

e. Untuk pengelontoran air , yaitu dengan mengunakan air irigasi,

maka kotoran / pencemaran / limbah / sampah yang terkandung

di permukaan tanah dapat digelontor ketempat yang telah

disediakan (saluran drainase) untuk diproses penjernihan secara

teknis atau alamiah.

f. Pada daerah dingin, dengan mengalirkan air yang suhunya

lebih tinggi dari pada tanah, sehingga dimungkinkan untuk

mengadakan proses pertanian pada musim tersebut.

1.3. KELEBIHAN IRIGASI

Kelebihan dari pada dibangunannya suatu sistem irigasi dan

bangunan-nya, secara umum adalah sebagai berikut :

a. Mengatasi kekurangan pangan.

b. Meningkatkan produksi dan nilai jual hasil tanaman.

c. Peningkatan kesejahteraan masyarakat.

d. Pembangkit Tenaga Listrik.

e. Transportasi Air (Inland Navigation).

f. Efek terhadap Kesehatan.

g. Supply Air Baku.

h. Peningkatan Komunikasi / Transportasi.

1.4. DIAGRAM POHON IRIGASI

Data mengenai luas lahan pertanian dan debit aliran irigasi dapat

disajikan dalam bentuk diagram pohon dan tabel ( lihat pada halaman

gambar pendukung ).

5

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 6: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

BAB II

DATA PERENCANAAN IRIGASI

2.1 Data Topografi

Data – data topografi yang diperlukan atau harus dibuat adalah :

a) Peta topografi dengan garis-garis ketinggian dan tata letak jaringan irigasi dengan skala 1 : 25.000 dan 1 : 5.000;

b) Peta situasi trase saluran berskala 1 : 2000 dengan garis-garis ketinggian pada interval 0,5 m untuk daerah datar dan 1,0 m untuk daerah berbukit-bukit;

c) Profil memanjang pada skala horisontal 1 : 2000 dan skala vertikal 1 : 200 (atau skala 1 : 100 untuk saluran berkapasitas kecil bilamana diperlukan);

d) Potongan melintang pada skala horisontal dan vertikal 1 : 200 (atau 1 : 100 untuk saluran-saluran berkapasitas kecil) dengan interval 50 m untuk bagian lurus dan interval 25 m pada bagian tikungan;

e) Peta lokasi titik tetap/benchmark, termasuk deskripsi benchmark.Penggunaan peta-peta foto udara dan foto (ortofoto dan peta garis) yang dilengkapi dengan garis ketinggian akan sangat besar artinya untuk perencanaan tata letak dari trase saluran. Peta-peta teristris masih diperlukan sebagai peta baku/peta dasar. Perkembangan teknologi photo citra satelit kedepan dapat dipakai dan dimanfaatkan untuk melengkapi dan mempercepat proses perencanaan jaringan irigasi. Kombinasi antara informasi pengukuran teristris dan photo citra satelit akan dapat bersinergi dan saling melengkapi.

Kelebihan foto citra satelit dapat diperoleh secara luas dan beberapa jenis foto landsat mempunyai karakteristik khusus yang berbeda, sehingga banyak informasi lain yang dapat diperoleh antara lain dengan program/software yang dapat memproses garis kontur secara digital. Foto-foto satelit ini bisa dipakai untuk studi awal, studi identifikasi dan

6

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 7: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

studi pengenalan. Kelemahan foto citra satelit tidak stereometris sehingga aspek beda tinggi kurang dapat diperoleh informasi detailnya tidak sepertipengukuran teristris, sedangkan dalam perencanaan irigasi presisi dalam pengukuran beda tinggi sangat penting. Meskipun demikian banyak informasi lain yang dapat dipakai sebagai pelengkap perencanaan jaringan irigasi antara lain sebagai cross check untuk perencanaan jaringan irigasi. Data-data pengukuran topografi dan saluran yang disebutkan di atas merupakan data akhir untuk perencanaan detail saluran. Letak trase saluran sering baru dapat ditetapkan setelah membandingbandingkan berbagai alternatif. Informasi yang diperoleh dari pengukuran trase saluran dapat dipakai untuk peninjauan trasependahuluan, misalnya pemindahan as saluran atau perubahan tikungan saluran. Letak as saluran pada silangan dengan saluran pembuang (alamiah) sering sulit ditentukan secara tepat dengan menggunakan peta topografi sebelum diadakan pengukuran saluran. Letak akhir bangunan utama dan bangunan silang tersebut hanya dapat ditentukan berdasarkan survei lapangan (dengan skala 1: 200 atau 1: 500). Lokasi trase saluran garis tinggi akan lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan topografi setempat daripada saluran yang mengikuti punggung medan.Saluran – saluran sekunder sering mengikuti punggung medan. Pengukuran trase untuk saluran tipe ini dapat dibatasi sampai pada lebar 75 m yang memungkinkan penempatan as saluran dan perencanaan potongan melintang dengan baik. Untuk saluran garis tinggi, lebar profil yang serupa cukup untuk memberikan perencanaan detail Akan tetapi, karena menentukan as saluran dari sebuah peta topografi sebelum pengukuran saluran lebih sulit, pengukuran peta trase umumnya ditentukan dengan as saluran yang ditentukan di lapangan.

7

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 8: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

2.2 Kapasitas Rencana2.2.1. Debit Rencana

Debit rencana sebuah saluran dihitung dengan rumus umum berikut :

Q= c x NFR x Ae

Dimana :Q = Debit rencana, l/dtc = Koefisien pengurangan karena adanya sistem golongan, (lihat pasal 2.2.4)NFR = Kebutuhan bersih (netto) air di sawah, l/dt/haA = Luas daerah yang diairi, hae = Efisiensi irigasi secara keseluruhan.

Jika air yang dialirkan oleh jaringan juga untuk keperluan selain irigasi, maka debit rencana harus ditambah dengan jumlah yang dibutuhkan untuk keperluan itu, dengan memperhitungkan efisiensi pengaliran. Kebutuhan air lain selain untuk irigasi yaitu kebutuhan air untuk tambak atau kolam, industri maupun air minum yang diambil dari saluran irigasi .

"Lengkung Kapasitas Tegal" yang dipakai sejak tahun 1891, tidak lagi digunakan untuk perencanaan kapasitas saluran irigasi. Alasannya adalah:

- sekarang telah ada metode perhitungan kebutuhan air di sawah yang secara lebih tepat memberikan kapasitas bangunan sadap tersier. jika dipakai bersama-sama dengan angka-angka efisiensi di tingkat tersier.

- pengurangan kapasitas saluran yang harus mengairi areal seluas lebih dari 142 ha, sekarang digabungkan dalam efisiensi pengaliran. Pengurangan kapasitas yang diasumsikan oleh Lengkung Tegal adalah 20 % untuk areal yang ditanami tebu dan 5 % untuk daerah yang tidak ditanami tebu.

8

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 9: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

Persentase pengurangan ini dapat dicapai jika saluran mengairi daerah seluas 710 ha atau lebih. Untuk areal seluas antara 710 ha dan 142 ha koefisien pengurangan akan turun secara linier sampai 0.

2.2.2. Kebutuhan Air di Sawah.

Kebutuhan air di sawah untuk padi ditentukan oleh faktor – faktorberikut:1. cara penyiapan lahan2. kebutuhan air untuk tanaman3. perkolasi dan rembesan4. pergantian lapisan air, dan5. curah hujan efektif.Kebutuhan total air di sawah (GFR) mencakup faktor 1 sampai 4. Kebutuhan bersih (netto) air di sawah (NFR) juga memperhitungkan curah hujan efektif. Besarnya kebutuhan air di sawah bervariasi menurut tahap pertumbuhan tanaman dan bergantung kepada cara pengolahan lahan. Besarnya kebutuhan air di sawah dinyatakan dalam mm/ hari. Besarnya kebutuhan air irigasi pada lahan rawa perlu dilakukan perhitungan secara khusus mengingat asumsi besaran komponen kebutuhan air pada lahan rawa berbeda dengan sawah biasa. Besarnya kebutuhan air di sawah untuk tanaman ladang dihitung seperti pada perhitungan kebutuhan air untuk padi. Ada berbagai harga yang dapat diterapkan untuk kelima faktor di atas. Mengantisipasi ketersediaan air yang semakin terbatas maka perlu dicari terus cara budidaya tanaman padi yang mengarah pada penghematan konsumsi air. Cara pemberian air terputus / berkala ( intermittent irrigation ) memang terbukti efektif dilapangan dilapangan dalam usaha hemat air, namun mengandung kelemahan dalam membatasi pertumbuhan rumput. Beberapa metode lain salah satunya metode “ System of Rice Intensification ( SRI ) “ yang ditawarkan dapat dipertimbangkan. Sistem pemberian air terputus/berkala sesuai untuk daerah dengan debit tersedia aktual lebih rendah dari debi

9

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 10: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

andalan 80 %. Metode ini direkomendasi untuk dijadikan dasar perhitungan kebutuhan air, apabila memenuhi kondisi berikut ini :

Dapat diterima oleh petani Sumberdaya manusia dan modal tersedia Ketersediaan pupuk mencukupi Ketersediaan air terbatas

2.2.3. Efisiensi

Untuk tujuan-tujuan perencanaan, dianggap bahwa seperlima sampai seperempat dari jumlah air yang diambil akan hilang sebelum air itu sampai di sawah. Kehilangan ini disebabkan oleh kegiatan eksploitasi, evaporasi dan perembesan. Kehilangan akibat evaporasi dan perembesa umumnya kecil saja jika dibandingkan dengan jumlah kehilangan akibat kegiatan eksploitasi. Penghitungan rembesan hanya dilakukan apabila kelulusan tanah cukup tinggi. Pemakaian air hendaknya diusahakan seefisien mungkin, terutama untuk daerah dengan ketersediaan air yang terbatas. Kehilangankehilangan air dapat diminimalkan melalui :

A. Perbaikan sistem pengelolaan air1. Sisi operasional dan pemeliharaan (O&P) yang baik2. Efisiensi operasional pintu3. Pemberdayaan petugas O&P4. Penguatan institusi O&P5. Meminimalkan pengambilan air tanpa ijin6. Partisipasi P3A

B. Perbaikan fisik prasarana irigasi :1. Mengurangi kebocoran disepanjang saluran2. Meminimalkan penguapan3. Menciptakan sistem irigasi yang andal, berkelanjutan, diterima

petani.

10

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 11: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

Pada umumnya kehilangan air di jaringan irigasi dapat dibagi-bagi sebagai berikut :- 12.5 - 20 % di petak tersier, antara bangunan sadap tersier dan sawah- 5 -10 % di saluran sekunder- 5 -10 % di saluran utamaBesaran angka kehilangan di jaringan irigasi jika perlu didukung dengan hasil penelitian & penyelidikan. Dalam hal waktu, tenaga dan biaya tidak tersedia maka besaran kehilangan air irigasi bisa didekati dengan alternatif pilihan sebagai berikut :

- Memakai angka penelitian kehilangan air irigasi didaerah irigasi lain yang mempunyai karakteristik yang sejenis

- Angka kehilangan air irigasi praktis yang sudah diterapkan pada daerah irigasi terdekat.

Efisiensi secara keseluruhan (total) dihitung sebagai berikut : efisiensi jaringan tersier (et) x efisiensi jaringan sekunder (CS) x efisiensi jaringan primer (ep), dan antara 0,65- 0,79. Oleh karena itu kebutuhan bersih air di sawah (NFR) harus dibagi e untuk memperoleh jumlah air yang dibutuhkan di bangunan pengambilan dari sungai. Faktor-faktor efisiensi yang diterapkan untuk perhitungan saluran disajikan pada Tabel 2.1

11

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 12: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

Tingkat Kebutuhan Air Satuan

Sawah Petak Tersier

NFR(Kebutuhan bersih air di sawahTOR (kebutuhan air dibangunan sadap tersier)

(NFR x luas daerah) x 1et

(l/dt/ha)

(l/dt)

Petak Sekunder

SOR(kebutuhan air dibangunan sadap sekunder)

ΣTOR x x 1c3

(l/dt atau m³/dt)

Petak Primer

MOR (Kebutuhan air dibangunan sadap primer)

ΣTOR mc¹ ) x1e p

(l/dt atau m³/dt)

BendungDR (kebutuhan diversi)MOR sisi kiri danMOR sisi kanan

m³/dt

Tabel 2.1. Sistem kebutuhan air

Kehilangan yang sebenarnya di dalam jaringan bisa jauh lebih tinggi, dan efisiensi yang sebenarnya yang berkisar antara 30 sampai 40 % kadang- kadang lebih realistis, apalagi pada waktuwaktu kebutuhan air rendah. Walaupun demikian, tidak disarankan untuk merencanakan jaringan saluran dengan efisiensi yang rendah itu. Setelah beberapa tahun diharapkan efisiensi akan dapat dicapai.

Keseluruhan efisiensi irigasi yang disebutkan di atas, dapat dipakai pada proyek-proyek irigasi yang sumber airnya terbatas dengan luas daerah yang diairi sampai 10.000 ha. Harga-harga efisiensi yang lebih tinggi (sampai maksimum 75 persen) dapat diambil untuk proyek- proyek irigasi yang sangat kecil atau proyek irigasi yang airnya diambil dari waduk yang dikelola dengan baik. Di daerah yang baru dikembangkan. yang sebelumnya tidak ditanami padi, dalam tempo 3 - 4 tahun pertama

12

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 13: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

kebutuhan air di sawah akan lebih tinggi daripada kebutuhan air di masa-masa sesudah itu. Kebutuhan air di sawah bisa menjadi 3 sampai 4 kalilebih tinggi daripada yang direncana. Ini untuk menstabilkan keadaan tanah itu.Dalam hal-hal seperti ini, kapasitas rencana saluran harus didasarkan pada kebutuhan air maksimum dan pelaksanaan proyek itu harus dilakukan secara bertahap. Oleh sebab itu, luas daerah irigasi harus didasarkan pada kapasitas jaringan saluran dan akan diperluas setelah kebutuhan air di sawah berkurang.Untuk daerah irigasi yang besar, kehilangan-kehilangan air akibat perembesan dan evaporasi sebaiknya dihitung secara terpisah dan kehilangan – kehilangan lain harus diperkirakan.

2.3 Rumus dan Kriteria Hidrolis2.3.1. Rumus Aliran

Untuk perencanaan ruas, aliran saluran dianggap sebagai aliran tetap, dan untuk itu diterapkan rumus Strickler.

V = K . R23 . I

12

R = AP

A = ( b + m h ) h

P = ( b + 2 h √1+m ²)

Q = V x A

b = n x h

Dimana :Q = debit saluran, m3/dt

13

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 14: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

v = kecepatan aliran, m/dtA = potongan melintang aliran, m2R = jari – jari hidrolis, mP = keliling basah, mb = lebar dasar, mh = tinggi air, mI = kemiringan energi (kemiringan saluran)k = koefisien kekasaran Stickler, m1/3/dtm = kemiringan talut (1 vertikal : m horizontal)

2.3.2. Koefisien Kekasaran StricklerKoefisien kekasaran bergantung kepada faktor – faktor berikut :- Kekasaran permukaan saluran- Ketidakteraturan permukaan saluran- Trase- Vegetasi (tetumbuhan), dan- SedimenBentuk dan besar/ kecilnya partikel di permukaan saluran merupakan ukuran kekasaran. Akan tetapi, untuk saluran tanah ini hanya merupakan bagian kecil saja dari kekasaran total. Pada saluran irigasi, ketidak teraturan permukaan yang menyebabkan perubahan dalam keliling basah dan potongan melintang mempunyai pengaruh yang lebih penting pada koefisien kekasaran saluran daripada kekasaran permukaan.Perubahan-perubahan mendadak pada permukaan saluran akan memperbesar koefisien kekasaran. Perubahan-perubaban ini dapat disebabkan oleh penyelesaian konstruksi saluran yang jelek atau karena erosi pada talut saluran. Terjadinya riak-riak di dasar saluran akibat interaksi aliran di perbatasannya juga berpengaruh terhadap kekasaran saluran. Pengaruh vegetasi terhadap resistensi sudah jelas panjang dan kerapatan vegetasi adalah faktor-faktor yang menentukan. Akantetapi tinggi air dan kecepatan aliran sangat membatasi pertumbuhan vegetasi. Vegetasi diandaikan minimal untuk hargaharga k yang dipilih dan dipakai dalam perencanaan saluran.

14

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 15: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

Pengaruh trase saluran terhadap koefisien kekasaran dapat diabaikan, karena dalam perencanaan saluran tanpa pasangan aka dipakai tikungan berjari-jari besar. Pengaruh faktor-faktor di atas terhadap koefisien kekasaran saluran akan bervariasi menurut ukuran saluran. Ketidak teraturan pada permukaan akan menyebabkan perubahan kecil di daerah potonga melintang di saluran yang besar daripada di saluran kecil. Koefisien-koefisien kekasaran untuk perencanaan saluran irigasi disajikan pada Tabel 3.1.Apakah harga-harga itu akan merupakan harga harga fisik yang sebenarnya selama kegiatan operasi, hal ini sangat tergantung pada kondisi pemeliharaan saluran. Penghalusan permukaan saluran dan menjaga agar saluran bebas dari vegetasi lewat pemeliharaan rutin akan sangat berpengaruh pada koefisien kekasaran dan kapasitas debit saluran.

Debit rencanam³/dt

km³/dt

Q > 10 455 < Q < 10 42,51 < Q < 5 40Q < 1 dan saluran tersier 35

Tabel 3.1. Harga – harga kekasaran koefisien Strickler (k) untuk saluran – saluran irigasi tanah.

2.3.3. Kemiringan Saluran

Untuk menekan biaya pembebasan tanah dan penggalian, talut saluran direncana securam mungkin. Bahan tanah, kedalaman saluran dan terjadinya rembesan akan menentukan kemiringan maksimum untuk talutyang stabil.

15

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 16: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

Kedalaman Air + Tinggi JagaanD(m)

Kemiringan minimum talut

D ≤ 1,0 1 : 11,0 < D ≤ 2,0 1 : 1,5

D> 2,0 1 : 2Tabel 3.3. Kemiringan talut mnimum untuk saluran timbunan yang dipadatkan dengan baik

16

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 17: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

BAB III

PETA

Dalam bab ini akan dijelaskan pembangunan jaringan irigasi di daerah Mbay,

Nusa Tenggara Timur.

Peta yang digunakan adalah peta topografi dengan skala 1 : 50.000,

17

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 18: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

3.1. PERENCANAAN PETAK

Ada tiga jenis petak yang akan dialiri yaitu petak tersier sebanyak 22 petak

dan petak sekunder sebanyak 8 petak dan petak primer sebanyak 2 petak.

3.1.1 Petak Tersier

Petak tersier yang kami bangun untuk daerah Mbay adalah sebanyak

22 petak sawah dengan perencanaan sebagai berikut :

1) Letak petak berada dibelakang pintu sadap dan hanya menerima air

dari bangunan sadap.

2) Rencana petak secara keseluruhan dapat mudah untuk dialiri air

dan mudah pula air buangan mengalir ke saluran drainasi.

3) Bentuk petaknya tidak sama antara lebar dan panjangnya.

2.1 Petak Sekunder

Petak sekunder yang kami bangun untuk daerah Kusamba adalah

sebanyak 8 petak sawah dengan perencanaan sebagai berikut :

1) Setiap petak sekunder hanya menerima air dari satu bangunan

bagi yang terletak di saluran induk atau saluran sekunder lainnya,

serta tidak mendapat air suplesi dari saluran lain.

2) Rencana saluran sekunder terletak melalui punggung, untuk

memudahkan mengalirnya air irigasi ke sebelah kanan dan kiri, dan

air dapat mengairi keseluruh daerah yang akan diairi.

2.1 Petak Sekunder

Petak sekunder yang kami bangun untuk daerah Kusamba adalah

sebanyak 8 petak sawah dengan perencanaan sebagai berikut :

18

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 19: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

1) Setiap petak sekunder hanya menerima air dari satu bangunan

bagi yang terletak di saluran induk atau saluran sekunder lainnya,

serta tidak mendapat air suplesi dari saluran lain.

2) Rencana saluran sekunder terletak melalui punggung, untuk

memudahkan mengalirnya air irigasi ke sebelah kanan dan kiri, dan

air dapat mengairi keseluruh daerah yang akan diairi.

Flowchart Perencanaan Jaringan Irigasi

Tabel Debit aliran air irigasi di setiap saluran

19

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 20: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

Perhitungan Dimensi saluran

20

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 21: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

PERENCANAAN DIMENSI SALURAN IRIGASI

Tabel Debit aliran air irigasi di setiap saluran

Perhitungan Dimensi saluran :

SP AS 1

Q = 7,124 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 4 b =4h v = 0,70 m/s m = 1:1,5 k = 42,5 w1 =

0,75

A = bh + mh2 = 4h.h + 1,5.h2 = 5,5h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 4h + 2h√(1+〖1,5〗^2 ) = 7,60h

R = A/P=(5,5h^2)/7,60h=0,724h

Q = vA = 0,7 x 5,5h2 = 3,85h2 7,142 = 3,85h2 h = 1.855 m

Maka didapat :

21

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 22: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

h = 1,885 m b = 4h = 7,420 m

A = 18,926 m2 P = 14,108 m

R = 1,341 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= (0,7/(42,5∙〖1,341〗^(2⁄3) ))^2=0,00018 m

SK I AS

Q = 1,094 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 2 b =2h v = 0,523 m/s m = 1:1 k = 40

w1 = 0,5

A = bh + mh2 = 2h.h + 1.h2 = 3h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 2h + 2h√(1+1^2 ) = 4,828h

R = A/P=(3h^2)/4,828h=0,621h

Q = vA = 0,523 x3h2 = 1,569h2 1,09 = 1,569h2 h = 0.833 m Maka

didapat :

h = 0,833 m b = 2h = 1,666 m

A = 2,082 m2 P = 4,022 m

22

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 23: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

R = 0,517 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,523 )/(40∙〖0,517〗^(2⁄3) ))^2=0,00041 m

SK AS 2

Q = 1,446 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 2 b =2h v = 0,696 m/s m = 1:1 k = 35

w1 = 0,5

A = bh + mh2 = 2h.h + 1.h2 = 3h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 2h + 2h√(1+1^2 ) = 4,828h

R = A/P=(3h^2)/4,828h=0,621h

Q = vA = 0,696 x3h2 = 2.088h2 1.446 = 2.088h2 h = 0.832 m Maka

didapat :

h = 0,832 m b = 2h = 1,664 m

A = 2.077 m2 P = 4.017 m

R = 0,517 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= (0,696/(35∙〖0,517〗^(2⁄3) ))^2=0,00051 m

23

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 24: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

SK III AS

Q = 1,398 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 2 b =2h v = 0,543 m/s m = 1:1 k = 35

w1 = 0,5

A = bh + mh2 = 2h.h + 1.h2 = 3h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 2h + 2h√(1+1^2 ) = 4,828h

R = A/P=(3h^2)/4,828h=0,621h

Q = vA = 0,543 x3h2 = 1,629h2 1,398 = 1,629h2 h = 0.926 m Maka

didapat :

h = 0,926 m b = 2h = 1,852 m

A = 2,572 m2 P = 4,471 m

R = 0,575 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,543 )/(40∙〖0,575〗^(2⁄3) ))^2=0,00033 m

24

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 25: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

SK IVAS

Q = 1,750 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 2,5 b =2,5h v = 0,558 m/s m = 1:1,5 k = 40 w = 0,6

A = bh + mh2 = 2,5h.h + 1,5.h2 = 4h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 2,5h + 2h√(1+〖1,5〗^2 ) = 6,105h

R = A/P=(4h^2)/6,105h=0,655h

Q = vA = 0,558 x4h2 = 2,232h2 1,750 = 2,232h2 h = 0.885 m Maka

didapat :

h = 0,885 m b = 2,5h = 2,213 m

A = 3,133 m2 P = 5,403 m

R = 0,580 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,558 )/(40∙〖0,580〗^(2⁄3) ))^2=0,00041 m

SK V AS

25

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 26: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

Q = 1,094 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 2 b =2h v = 0,523 m/s m = 1:1 k = 40

w1 = 0,5

A = bh + mh2 = 2h.h + 1.h2 = 3h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 2h + 2h√(1+1^2 ) = 4,828h

R = A/P=(3h^2)/4,828h=0,621h

Q = vA = 0,523 x3h2 = 1,569h2 1,09 = 1,569h2 h = 0.833 m Maka

didapat :

h = 0,833 m b = 2h = 1,666 m

A = 2,082 m2 P = 4,022 m

R = 0,517 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,523 )/(40∙〖0,517〗^(2⁄3) ))^2=0,00041 m

SK VI AS

Q = 1,580 m3/dtk

Dari tabel didapat :

26

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 27: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

b/h = 2,5 b =2,5h v = 0,553 m/s m = 1:1,5 k = 40 w = 0,6

A = bh + mh2 = 2,5h.h + 1,5.h2 = 4h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 2,5h + 2h√(1+〖1,5〗^2 ) = 6,105h

R = A/P=(4h^2)/6,105h=0,655h

Q = vA = 0,553 x4h2 = 2,212h2 1,580 = 2,212h2 h = 0.845 m Maka

didapat :

h = 0,845 m b = 2,5h = 2,113 m

A = 2,856 m2 P = 5,159 m

R = 0,554 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,553 )/(40∙〖0,554〗^(2⁄3) ))^2=0,00043 m

ST I AS

Q = 0,324 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 1,5 b =1,5 h v = 0,362 m/sm = 1:1 k = 35 w = 0,4

A = bh + mh2 = 1,5h² + h2 = 2,5h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 1,5h + 2h√(1+1^2 ) = 4,328h

R = A/P=(2,5h^2)/4,328h=0,577h27

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 28: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

Q = vA = 0,362 x 2,5h2 = 0.905h2 0,342 = 0.905h2 h = 0.615 m

Maka didapat :

h = 0,615 m b = h = 0,923 m

A = 0,946 m2 P = 2.662 m

R = 0,355 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,362 )/(35∙〖0.355 〗^(2⁄3) ))^2=0,00020 m

ST II AS

Q = 0,378 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 1,5 b =1,5 h v = 0,389 m/sm = 1:1 k = 35 w = 0,4

A = bh + mh2 = 1,5h² + h2 = 2,5h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 1,5h + 2h√(1+1^2 ) = 4,328h

R = A/P=(2,5h^2)/4,328h=0,577h

Q = vA = 0,389 x 2,5h2 = 0.972h2 0,378 = 0.972h2 h = 0.624 m

Maka didapat :

h = 0,624 m b = h = 0,936 m

28

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 29: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

A = 0,973 m2 P = 2.701 m

R = 0,360 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,389 )/(35∙〖0.360 〗^(2⁄3) ))^2=0,00020 m

ST AS 3

Q = 0,450 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 1,5 b =1,5 h v = 0,425 m/sm = 1:1 k = 35 w = 0,4

A = bh + mh2 = 1,5h² + h2 = 2,5h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 1,5h + 2h√(1+1^2 ) = 4,328h

R = A/P=(2,5h^2)/4,328h=0,577h

Q = vA = 0,425 x2,5h2 = 1,0625h2 0,450 = 1,0625h2 h = 0.651 m

Maka didapat :

h = 0,651 m b = 1,5h = 0,977 m

A = 1,060 m2 P = 2,818 m

R = 0,376 m

29

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 30: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,425 )/(35∙〖0,376〗^(2⁄3) ))^2=0,00055 m

ST IV AS

Q = 0,471 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 1,5 b =1,5 h v = 0,435 m/sm = 1:1 k = 35 w = 0,4

A = bh + mh2 = 1,5h² + h2 = 2,5h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 1,5h + 2h√(1+1^2 ) = 4,328h

R = A/P=(2,5h^2)/4,328h=0,577h

Q = vA = 0,435 x2,5h2 = 1,0875h2 0,471 = 1,0875h2 h = 0.658 m

Maka didapat :

h = 0,658 m b = 1,5h = 0,987 m

A = 1,082 m2 P = 2,848 m

R = 0,380 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,435 )/(35∙〖0,380〗^(2⁄3) ))^2=0,00056 m

ST V AS30

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 31: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

Q = 0,404 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 1,5 b =1,5 h v = 0,402 m/sm = 1:1 k = 35 w = 0,4

A = bh + mh2 = 1,5h² + h2 = 2,5h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 1,5h + 2h√(1+1^2 ) = 4,328h

R = A/P=(2,5h^2)/4,328h=0,577h

Q = vA = 0,402 x 2,5h2 = 1,005h2 0,404 = 1,005h2 h = 0.634 m

Maka didapat :

h = 0,634 m b = 1,5h = 0,951 m

A = 1,005 m2 P = 2,744 m

R = 0,366 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,402 )/(35∙〖0,366〗^(2⁄3) ))^2=0,00051 m

ST V AS ka

Q = 0,673 m3/dtk

31

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 32: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

Dari tabel didapat :

b/h = 2 b =2h v = 0,485 m/s m = 1:1 k = 35

w1 = 0,4

A = bh + mh2 = 2h.h + 1.h2 = 3h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 2h + 2h√(1+1^2 ) = 4,828h

R = A/P=(3h^2)/4,828h=0,621h

Q = vA = 0,485 x 3h2 = 1,455h2 0,673 = 1,455h2 h = 0,680 m Maka

didapat :

h = 0,68 m b = 2h = 1,36 m

A = 1,387 m2 P = 3,283 m

R = 0.422 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,485 )/(35∙〖0,422〗^(2⁄3) ))^2=0,00042 m

ST VI AS

Q = 0,808 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 2 b =2h v = 0,504 m/s m = 1:1 k = 35

w1 = 0,4

32

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 33: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

A = bh + mh2 = 2h.h + 1.h2 = 3h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 2h + 2h√(1+1^2 ) = 4,828h

R = A/P=(3h^2)/4,828h=0,621h

Q = vA = 0,504 x3h2 = 1,512h2 0,808 = 1,512h2 h = 0.731 m Maka

didapat :

h = 0,731 m b = 2h = 1,462 m

A = 1,603 m2 P = 3,530 m

R = 0454 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,504 )/(35∙〖0,454〗^(2⁄3) ))^2=0,00060

ST VII AS

Q = 0,633 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 2 b =2h v = 0,476 m/s m = 1:1 k = 35

w1 = 0,4

A = bh + mh2 = 2h.h + 1.h2 = 3h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 2h + 2h√(1+1^2 ) = 4,828h

R = A/P=(3h^2)/4,828h=0,621h

33

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 34: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

Q = vA = 0,476 x 3h2 = 1,428h2 0,633 = 1,428h2 h = 1.216 m Maka

didapat :

h = 1,216 m b = 2h = 2,432 m

A = 4,436 m2 P = 5,871 m

R = 0,756 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,476 )/(35∙〖0,756〗^(2⁄3) ))^2=0,00027 m

ST VIII AS

Q = 0,579 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 2 b =2 h v = 0,466 m/s m = 1:1 k = 35 w = 0,4

A = bh + mh2 = 2h.h + 1.h2 = 3h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 2h + 2h√(1+1^2 ) = 4,828h

R = A/P=(3h^2)/4,828h=0,621h

Q = vA = 0,466 x 3h2 = 1,398h2 0,579 = 1,398h2 h = 0.643 m Maka

didapat didapat :

34

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 35: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

h = 0,643 m b = 2h = 1,286 m

A = 1,240 m2 P = 3,105 m

R = 0,4 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,466 )/(35∙〖0,4〗^(2⁄3) ))^2=0,00045 m

ST IX AS

Q = 0,595 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 2 b =2 h v = 0,469 m/s m = 1:1 k = 35 w = 0,4

A = bh + mh2 = 2h.h + 1.h2 = 3h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 2h + 2h√(1+1^2 ) = 4,828h

R = A/P=(3h^2)/4,828h=0,621h

Q = vA = 0,469 x 3h2 = 1,407h2 0,595 = 1,407h2 h = 0.650 m Maka

didapat didapat :

h = 0,650 m b = 2h = 1,3 m

A = 1,268 m2 P = 3,138 m

R = 0,404 m

35

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 36: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,469 )/(35∙〖0,404〗^(2⁄3) ))^2=0,00044 m

ST X AS

Q = 0,584 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 2 b =2 h v = 0,467 m/s m = 1:1 k = 35 w = 0,4

A = bh + mh2 = 2h.h + 1.h2 = 3h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 2h + 2h√(1+1^2 ) = 4,828h

R = A/P=(3h^2)/4,828h=0,621h

Q = vA = 0,467 x 3h2 = 1,401h2 0,584 = 1,401h2 h = 0.645 m Maka

didapat didapat :

h = 0,645 m b = 2h = 1,290 m

A = 1,248 m2 P = 3,114 m

R = 0,401 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,467 )/(35∙〖0,401〗^(2⁄3) ))^2=0,00044 m

36

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 37: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

ST AS 11

Q = 0,377 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 1,5 b =1,5 h v = 0,388 m/sm = 1:1 k = 35 w = 0,4

A = bh + mh2 = 1,5h² + h2 = 2,5h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 1,5h + 2h√(1+1^2 ) = 4,328h

R = A/P=(2,5h^2)/4,328h=0,577h

Q = vA = 0,388 x 2,5h2 = 0.97h2 0,377 = 0.97h2 h = 0.623 m Maka

didapat :

h = 0,623 m b = 1,5h = 0,935 m

A = 0,970 m2 P = 2,697 m

R = 0,360 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,388 )/(35∙〖0,360〗^(2⁄3) ))^2=0,00051 m

ST XII AS

Q = 0,382 m3/dtk

37

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 38: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

Dari tabel didapat :

b/h = 1,5 b =1,5 h v = 0,391 m/sm = 1:1 k = 35 w = 0,4

A = bh + mh2 = 1,5h² + h2 = 2,5h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 1,5h + 2h√(1+1^2 ) = 4,328h

R = A/P=(2,5h^2)/4,328h=0,577h

Q = vA = 0,391 x 2,5h2 = 0.978h2 0,382 = 0.978h2 h = 0.625 m

Maka didapat :

h = 0,625 m b = 1,5h = 0,938 m

A = 0,977 m2 P = 2,705 m

R = 0,361 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,391 )/(35∙〖0,361〗^(2⁄3) ))^2=0,00029 m

ST XIII AS

Q = 0,382 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 1,5 b =1,5 h v = 0,391 m/sm = 1:1 k = 35 w = 0,4

A = bh + mh2 = 1,5h² + h2 = 2,5h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 1,5h + 2h√(1+1^2 ) = 4,328h

38

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 39: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

R = A/P=(2,5h^2)/4,328h=0,577h

Q = vA = 0,391 x 2,5h2 = 0.978h2 0,382 = 0.978h2 h = 0.625 m

Maka didapat :

h = 0,625 m b = 1,5h = 0,938 m

A = 0977 m2 P = 2,705 m

R = 0,361 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,391 )/(35∙〖0,361〗^(2⁄3) ))^2=0,00029 m

ST XIV AS

Q = 0,668 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 2 b =2 h v = 0,484 m/s m = 1:1 k = 35 w = 0,4

A = bh + mh2 = 2h.h + 1.h2 = 3h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 2h + 2h√(1+1^2 ) = 4,828h

R = A/P=(3h^2)/4,828h=0,621h

Q = vA = 0,484 x 3h2 = 1,452h2 0,668 = 1,452h2 h = 0.678 m Maka

didapat didapat :

39

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 40: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

h = 0,645 m b = 2h = 1,356 m

A = 1,379 m2 P = 3,274 m

R = 0,421 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,484 )/(35∙〖0,421〗^(2⁄3) ))^2=0,00053 m

ST XV AS

Q = 0,498 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 1,5 b =1,5 h v = 0,449 m/sm = 1:1 k = 35 w = 0,4

A = bh + mh2 = 1,5h² + h2 = 2,5h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 1,5h + 2h√(1+1^2 ) = 4,328h

R = A/P=(2,5h^2)/4,328h=0,577h

Q = vA = 0,449 x 2,5h2 = 1.123h2 0,498 = 1.123h2 h = 0.666 m

Maka didapat :

h = 0,666 m b = 1,5h = 0.999 m

A = 1,109 m2 P = 2,833 m

40

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 41: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

R = 0.385 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,449 )/(35∙〖0,385〗^(2⁄3) ))^2=0,00036 m

ST XVI AS ki

Q = 0,458 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 1,5 b =1,5 h v = 0,429 m/sm = 1:1 k = 35 w = 0,4

A = bh + mh2 = 1,5h² + h2 = 2,5h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 1,5h + 2h√(1+1^2 ) = 4,328h

R = A/P=(2,5h^2)/4,328h=0,577h

Q = vA = 0,429 x 2,5h2 = 1,073h2 0,458 = 1,073h2 h = 0.653 m

Maka didapat :

h = 0,653 m b = 1,5h = 0,980 m

A = 1,066 m2 P = 2,826 m

R = 0,377 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,429 )/(35∙〖0,377〗^(2⁄3) ))^2=0,00037 m

41

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 42: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

ST XVI AS ka

Q = 0,808 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 2 b =2h v = 0,504 m/s m = 1:1 k = 35

w1 = 0,4

A = bh + mh2 = 2h.h + 1.h2 = 3h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 2h + 2h√(1+1^2 ) = 4,828h

R = A/P=(3h^2)/4,828h=0,621h

Q = vA = 0,504 x3h2 = 1,512h2 0,808 = 1,512h2 h = 0.731 m Maka

didapat :

h = 0,731 m b = 2h = 1,462 m

A = 1,603 m2 P = 3,530 m

R = 0,454 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,504 )/(35∙〖0,454〗^(2⁄3) ))^2=0,00060

42

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 43: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

ST XVII AS

Q = 0,485 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 1,5 b =1,5 h v = 0,443 m/sm = 1:1 k = 35 w = 0,4

A = bh + mh2 = 1,5h² + h2 = 2,5h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 1,5h + 2h√(1+1^2 ) = 4,328h

R = A/P=(2,5h^2)/4,328h=0,577h

Q = vA = 0,443 x 2,5h2 = 1.108h2 0,485 = 1,108h2 h = 0,661 m

Maka didapat :

h = 0,661 m b = 1,5h = 0,992 m

A = 1,092 m2 P = 2,861 m

R = 0,382 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,443 )/(35∙〖0,382〗^(2⁄3) ))^2=0,00036 m

SP I BW

43

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 44: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

Q = 0,926 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 2 b =2 h v = 0,512 m/s m = 1:1 k = 35 w = 0,4

A = bh + mh2 = 2h.h + 1.h2 = 3h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 2h + 2h√(1+1^2 ) = 4,828h

R = A/P=(3h^2)/4,828h=0,621h

Q = vA = 0,512 x 3h2 = 1,536h2 0,926 = 1,536h2 h = 0.776 m Maka

didapat didapat :

h = 0,776 m b = 2h = 1,552 m

A = 1,807 m2 P = 3,747 m

R = 0,482 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,512 )/(40∙〖0,482〗^(2⁄3) ))^2=0,00042 m

SK I BW

Q = 0,486 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 1,5 b =1,5 h v = 0,443 m/sm = 1:1 k = 35 w = 0,4

44

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 45: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

A = bh + mh2 = 1,5h² + h2 = 2,5h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 1,5h + 2h√(1+1^2 ) = 4,328h

R = A/P=(2,5h^2)/4,328h=0,577h

Q = vA = 0,443 x 2,5h2 = 1.1075h2 0,486 = 1.1075h2 h = 0.662 m

Maka didapat :

h = 0,662 m b = 1,5h = 0,933 m

A = 1,096 m2 P = 2,865 m

R = 0,382 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,443 )/(35∙〖0,382〗^(2⁄3) ))^2=0,00047 m

ST BW 1

Q = 0,264 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 1 b = h v = 0,338 m/s m = 1:1 k = 35 w = 0,4

A = bh + mh2 = h² + h2 = 2h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = h + 2h√(1+1^2 ) = 3,828h

R = A/P=(2h^2)/3,828h=0,522h

45

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 46: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

Q = vA = 0,338 x2h2 = 0,676h2 0,264 = 0,676h2 h = 0.961 m Maka

didapat :

h = 0.961 m b = h = 0,961 m

A = 1,847 m2 P = 3,679 m

R = 0,502 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,338 )/(35∙〖0.502 〗^(2⁄3) ))^2=0,00018 m

ST II BW

Q = 0,275 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 1 b = h v = 0,342 m/s m = 1:1 k = 35 w = 0,4

A = bh + mh2 = h² + h2 = 2h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = h + 2h√(1+1^2 ) = 3,828h

R = A/P=(2h^2)/3,828h=0,522h

Q = vA = 0,342 x2h2 = 0,684h2 0,275 = 0,684h2 h = 0.634 m Maka

didapat :

h = 0,634 m b = h = 0,634 m

46

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 47: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

A = 1,804 m2 P = 2,427 m

R = 0,331 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,342 )/(35∙〖0,331 〗^(2⁄3) ))^2=0,00032 m

SK II BW

Q = 0,608 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 2 b =2 h v = 0,472 m/s m = 1:1 k = 35 w = 0,4

A = bh + mh2 = 2h.h + 1.h2 = 3h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 2h + 2h√(1+1^2 ) = 4,828h

R = A/P=(3h^2)/4,828h=0,621h

Q = vA = 0,472 x 3h2 = 1,416h2 0,608 = 1,416h2 h = 0.655 m Maka

didapat didapat :

h = 0,655 m b = 2h = 1,310 m

A = 1,287 m2 P = 3,163 m

R = 0,407 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,472 )/(40∙〖0,407〗^(2⁄3) ))^2=0,00055 m

47

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 48: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

ST III BW

Q = 0,363 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 1,5 b =1,5 h v = 0,382 m/sm = 1:1 k = 35 w = 0,4

A = bh + mh2 = 1,5h² + h2 = 2,5h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 1,5h + 2h√(1+1^2 ) = 4,328h

R = A/P=(2,5h^2)/4,328h=0,577h

Q = vA = 0,382 x 2,5h2 = 0,955h2 0,363 = 0,955h2 h = 0.616 m

Maka didapat :

h = 0,616 m b = 1,5h = 0,924 m

A = 0,949 m2 P = 2,666 m

R = 0,356 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,382 )/(35∙〖0,356〗^(2⁄3) ))^2=0,00029 m

48

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa

Page 49: Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air

Tugas Irigasi dan Bangunan Air II

ST IV BW

Q = 0,310 m3/dtk

Dari tabel didapat :

b/h = 1,5 b =1,5 h v = 0,355 m/sm = 1:1 k = 35 w = 0,4

A = bh + mh2 = 1,5h² + h2 = 2,5h2

P = b + 2h√(1+m^2 ) = 1,5h + 2h√(1+1^2 ) = 4,328h

R = A/P=(2,5h^2)/4,328h=0,577h

Q = vA = 0,355 x 2,5h2 = 0,887h2 0,310 = 0,887h2 h = 0.591 m

Maka didapat :

h = 0,591 m b = 1,5h = 0,887 m

A = 0,873 m2 P = 2,558 m

R = 0,341 m

I=(v/(k.R^(2⁄3) ))^2= ((0,355 )/(35∙〖0,341〗^(2⁄3) ))^2=0,00031 m

49

Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa