tugas ak forensik

Upload: aisyahberry

Post on 10-Mar-2016

238 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

akuntansi forensik

TRANSCRIPT

UAS AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF Bagaimana Menelusur Aset Hasil Korupsi dari Kasus Tindak Pidana Korupsi oleh Mantan Bupati Klungkung, Bali dan Apa Saja Hasil Telusurannya

Dosen Pengampu : Dr. Husaini, SE, M.Si., Ak, CA

Oleh :Aisyah Beri HidayahC1C012140

UNIVERSITAS BENGKULUFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISJURUSAN AKUNTANSI2015I. Judul Bagaimana Menelusur Aset Hasil Korupsi dari Kasus Tindak Pidana Korupsi oleh Mantan Bupati Klungkung, Bali dan Apa Saja Hasil Telusurannya Kasus yang diangkat : Kasus korupsi yang dilakukan oleh Mantan Bupati Klungkung, Bali yang melakukan tindak pidana korupsi, gratifikasi, dan pencucian uang.

II. Latar BelakangKasus tindak pidana korupsi hampir setiap hari menjadi headline di berbagai media di Indonesia, baik media elektronik maupun media cetak. Selama tengah tahun pertama 2015, Indonesia Corruption Watch (ICW) memantau sebanyak 308 kasus dengan 590 orang tersangka. Total potensi kerugian negara dari kasus-kasus ini mencapai 1,2 triliun rupiah dan potensi suap sebesar 457,3 miliar rupiah. (http://www.antikorupsi.org/, 2015).Selama ini penanganan kasus tindak pidana korupsi dan upaya pemberantasannya telah dilakukan dan belum menunjukkan hasil yang optimal. Dengan banyaknya kasus yang terjadi, korupsi harus dipandang sebagai kejahatan luar biasa (extraordinary crime). (Jiantari dan Sugianto, 2013). Menurut Hakim (2014) dengan dipandangnya korupsi sebagai suatu kejahatan luar biasa, maka diperlukan metode penegakan hukum dalam memberantasnya. Metode penegakan hukum dapat melalui pembentukan suatu badan khusus yang mempunyai kewenangan luas, independen serta bebas dari kekuasaan manapun dalam pemberantasannya, maupun alat bukti yang memiliki sifat pembuktian yang kuat untuk mendukung pembuktian tindak pidana korupsi.Hakim (2014) menjelaskan bahwa keberhasilan pemberantasan tindak pidana korupsi sangat bergantung pada penyidikan dan pembuktian di persidangan serta tidak mengesampingkan pula proses lainnya seperti penyelidikan dan penuntutan. Penyidikan berperan untuk mengumpulkan fakta-fakta dan alat bukti, sedangkan pembuktian di persidangan adalah untuk membuktikan bahwa benar seorang terdakwa secara sah dan meyakinkan telah melakukan tindak pidana korupsi berdasarkan alat bukti yang sah. Dalam proses penyidikan tindak pidana korupsi, bantuan dari seorang ahli akuntan forensik sangat dibutuhkan. Pada umumnya penyidik meminta bantuan dari ahli akuntan forensik untuk mendeteksi letak kerugian keuangan negara, menghitung kerugian keuangan negara, mengungkap modus operandi tindak pidana korupsi, dan menghasilkan alat bukti untuk persidangan.Selain itu penelusuran aset (asset tracing) dan sekaligus pemulihan kerugiannya (loss recovery) juga merupakan bagian penting dari praktek akuntansi forensik. Pemberantasan korupsi seringkali memberi kesan bahwa satu-satunya tujuan investigasi adalah menjebloskan pelaku ke penjara, atau kebingungan siapa yang mau diseret ke meja hijau, apakah kita mau menjebloskan pelaku atau mau mendapatkan kembali kerugian yang telah diderita Negara, yang pada akhirnya semua pelaku tersebut dibiarkan bebas dengan harta hasil korupsinya yang bahkan mungkin tidak akan habis hingga tujuh keturunan jika hanya untuk membiayai kehidupan mereka. (Tuanakotta, 2010).Penelusuran asset sangat diperlukan ketika pelaku TPK (Tindak Pidana Korupsi) atau pihak yang harus membayar tuntutan ganti rugi sengaja menolak membayar dan menyembunyikan hartanya sehingga tidak dapat dirampas untuk negara atau dikenakan penyitaan. Penelusuran aset diharapkan membawa penyelidik, penyidik, atau penuntut kepada informasi dimana harta itu disembunyikan. Hal ini tidak serta merta bahwa kerugian dapat dipulihkan. Kalau harta yang disembunyikan di Indonesia, maka masih perlu ada proses hukum seperti pembuktian mengenai hak kepemilikan atas harta tersebut. Kalau hartanya berada di luar Indonesia, maka masalahnya menjadi lebih kompleks.

III. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam paper ini adalah bagaimana cara menelusur aset hasil korupsi dari kasus tindak pidana korupsi dan dalam paper ini kasus difokuskan pada kasus tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh mantan Bupati Klungkung, Bali.

IV. Kajian Pustaka a. Akuntansi ForensikTuanakotta (2010) menjelaskan bermula dari penerapan akuntansi dalam persoalan hukum, maka istilah yang dipakai adalah akuntansi (dan bukan audit) forensik. Perkembangan sampai dengan saat ini pun kadar akuntansi masih kelihatan, misalnya dalam perhitungan ganti rugi dalam pengertian sengketa maupun kerugian akibat kasus korupsi atau secara sederhana akuntansi forensik menangani fraud khususnya dalam pengertian corruption (korupsi) dan misappropriation of asset (penjarahan aset). Menurut D. Larry Crumbley dalam Tuanakotta (2010) secara sederhana dapat dikatakan, akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat untuk tujuan hukum. Artinya akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan yudisial atau administratif. Tuanakotta (2010) menjelaskan akuntansi forensik adalah ilmu akuntansi dalam arti luas termasuk auditing, pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam atau di luar pengadilan. Sedangkan Wiratmaja (2010) berpendapat akuntansi forensik merupakan formulasi yang dapat dikembangkan sebagai strategi preventif, detektif dan persuasif melalui penerapan prosedur audit forensik dan audit investigatif yang bersifat litigation suport untuk menghasilkan temuan dan bukti yang dapat digunakan dalam proses pengambilan putusan di pengadilan. Dari pengertian-pengertian akuntansi forensik di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi forensik adalah penerapan disiplin ilmu akuntansi yang berdasarkan keterampilan pada saat menginvestigasi dan menganalisis dan bertujuan untuk menyelesaikan masalah keuangan yang dilakukan berdasarkan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh hukum. b. Audit Investigasi dan Tujuannya Audit investigatif adalah serangkaian kegiatan mengenali (recognize), mengidentifikasi (identify), dan menguji (examine) secara detail informasi dan fakta-fakta yang ada untuk mengungkap kejadian yang sebenarnya dalam rangka pembuktian untuk mendukung proses hukum atas dugaan penyimpangan yang dapat merugikan keuangan suatu entitas (http://id.wikipedia.org, 2015).Menurut Tuanakotta (2010) tujuan dari dilakukannya Audit Investigatif antara lain untuk: Memberhentikan manajemen Memeriksa mengumpulkan dan menilai cukupnya dan relevannya bukti Melindungi reputasi dari karyawan yang tidak bersalah Menemukan dan mengamankan dokumen yang relevan untuk investigasi Menemukan asset yang digelapkan dan mengupayakan pemulihan dari kerugian yang terjadi Memastikan bahwa semua orang, terutama mereka yang diduga menjadi pelaku kejahatan, mengerti kerangka acuan dari investigasi tersebut, harapannya adalah bahwa mereka bersikap kooperatif dalam investigasi itu Memastikan bahwa pelaku kejahatan tidak bias lolos dari perbuatannya. Menyapu bersih semua karyawan pelaku kejahatan Memastikan bahwa perusahaan tidak lagi menjadi sasaran penjarahan Menentukan bagaimana investigasi akan dilanjutkan Melaksanakan investigasi sesuai standar, sesuai dengan peraturan perusahaan, sesuai dengan buku pedoman Menyediakan laporan kemajuan secara tertatur untuk membantu pengambilan keputusan mengenai investigasi di tahap berikutnya Memastikan pelakunya tidak melarikan diri atau menghilang sebelum tindak lanjut yang tepat dapat diambil Mengumpulkan cukup bukti yang dapat diterima pengadilan, dengan sumber daya dan terhentinya kegiatan perusahaan seminimal mungkin Memperoleh gambaran yang wajar tentang kecurangan yang terjadi dan membuat keputusan yang tepat mengenai tindakan yang harus diambil Mendalami tuduhan untuk menanggapinya secara tepat Memastikan bahwa hubungan dan suasana kerja tetap baik Melindungi nama baik perusahaan atau lembaga Mengikuti seluruh kewajiban hokum dan mematuhi semua ketentuan due diligence dan diklaim kepada pihak ketiga Melaksanakan investigasi dalam koridor kode etik Menemukan siapa pelaku dan mengumpulkan bukti mengenai niatnya Mengumpulkan bukti yang cukup untuk menindak pelaku dalam perbuatan yang tidak terpuji Mengidentifikasi praktek manajemen yang tidak dapat dipertanggung-jawabkan atau perilaku yang melalaikan tanggung jawab Mempertahankan kerahasiaan dan memastikan bahwa perusahaan atau lembaga ini tidak terperangkap dalam ancaman tuntutan pencemaran nama baik Mengidentifikasi saksi yang melihat atau mengetahui terjadinya kecurangan dan memastikan bahwa mereka memberikan bukti yang mendukung tuduhan atas dakwaan terhadap si pelaku. Memberikan rekomendasi mengenai bagaimana mengelola risiko terjadinya kecurangan ini dengan tepatc. Penelusuran Aset Menurut Tuanakotta (2010) bagaimana asset yang telah dikorupsi dapat ditelusuri, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan, bahkan mungkin beberapa diantaranya terlihat terlalu sederhana bagi seorang investigator, namun terkadang cara ini lebih ampuh untuk menjebak pelaku korupsi. Adapun berikut ini beberapa informasi yang dapat dijadikan sebagai sumber penelusuran asset:1. Laporan transaksi keuangan yang mencurigakan dan transaksi keuangan tunai yang dikirim penyedia jasa keuangan kepada PPATK2. Jaringan yang dimiliki pihak PPATK dengan Interpol yang ada di luar negeri3. Informasi lain adalah dari hasil penelitian dari orang-orang yang mengkhususkan diri dalam perburuan harta haram 4. Dibanyak negara ada macam-macam kantor pendaftaran yang informasinya terbuka untuk umum karena memang dimaksudkan untuk melindungi kepentingan umum5. Khusus untuk penyelenggara negara Keputusan Presiden Nomor 127 Tahun 1999 mengatur tentang pembentukan komisi pemeriksa kekayaan penyelenggara negara dan sekretaris jendral komisi pemeriksa kekayaan penyelenggara negara6. Pembocoran informasi oleh orang dalam. 7. Persengketaan yang terjadi di dalam suatu keluarga yang biasanya akan mengungkapkan asal muasal didapatnya harta benda tersebut8. Mengetahui kebiasaan etnik tertentu akan sangat membantu penelusuran aset 9. Psikologi manusia yang mendadak kaya atau mendadak kaya dengan jalan pintas terlihat dari pola pengeluaran 10. Masih berhubungan dengan kebiasaan etnis tertentu, advertensi mengenai perusahaan-perusahaan dalam iklan kematian 11. Kilau birokrat menyembunyikan harta korupsi, bentuk hartanya adalah deposito dan uang tunai dalam valuta asing khususnya US Dollar12. Kecapaian psikologis, usia lanjut, dan lain-lain dapat mendorong seseorang untuk menyerah13. Lembaga-lembaga tertentu dapat melakukan covert operations untuk menelusuri aset tersembunyi

V. Tampilan Kasus

Mantan Bupati Klungkung Divonis 12 Tahun PenjaraDENPASAR -Mantan Bupati Klungkung, I Wayan Candra, divonis 12 tahun penjara dalam kasus tindak korupsi pengadaan tanah untuk Dermaga Gunaksa. Vonis Ketua Majelis Hakim Hasoloan Sianturi dibacakan dalam sidang dengan agenda pembacaan putusan di Pengadilan Tipikor Denpasar, Rabu (24/6/2015).

Majelis hakim menilai terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi, gratifikasi, dan pencucian uang. "Menjatuhkan pidana 12 tahun penjara dan denda Rp1 miliar subsider enam bulan penjara," ujar Hasoloan.Vonis yang dijatuhkan kepada mantan Ketua DPC PDIP Klungkung itu jauh lebih ringan delapan tahun dari tuntutan jaksa yang meminta hakim menjatuhkan vonis 20 tahun penjara. Atas vonis tersebut, melalui kuasa hukumnya Warsa T Bhuana, Candra masih menyatakan pikir-pikir, dan hakim memberikan waktu hingga satu pekan.Candra didakwa dalam kasus korupsi yang merugikan keuangan negara sebanyak Rp9 miliar lebih untuk pengadaan tanah guna pembangunan Dermaga Gunaksa.Dia juga didakwa menerima grafitasi senilai Rp42 miliar lebih, serta menyembunyikan harta atau uang hasil korupusi senilai Rp60,2 miliar lebih, sehingga totalnya Rp111,2 miliar lebih.Candra yang ditahan sejak 26 Agustus 2014, didakwa menggunakan sejumlah pasal, yakni Pasal 2 Ayat (1) juncto Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah menjadi UU Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.Dia juga didakwa subsider Pasal 3 juncto Pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah menjadi UU Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP atas perbuatannya sehingga orang lain mendapatkan keuntungan.Perbuatan terdakwa I Wayan Candra berawal pada 22 Mei 2006 ketika menjabat sebagai Bupati Klungkung. Ia menerbitkan Keputusan Bupati Klungkung Nomor 183 Tahun 2006 tentang Penetapan Lokasi Pembangunan Dermaga di Klungkung Daratan yang berlokasi di bekas Galian C Gunaksa dan Desa Tangkas seluas 50 hektare. (ris)Sumber: http://news.okezone.com/read/2015/06/24/340/1170631/mantan-bupati-klungkung-divonis-12-tahun-penjara

VI. Pembahasan Dari kasus yang ditampilkan diatas maka diketahui jumlah kerugian yang ditanggung negara akibat perbuatan korupsi, gratifikasi, dan pencucian uang oleh mantan Bupati Klungkung adalah sebesar Rp 111,2 miliar lebih. Untuk itu berdasarkan sumber http://balipost.com pihak kejaksaan menyiapkan lima saksi ahli yang didatangkan tidak hanya dari BPKP, namun juga ada dari BPK, PPATK, ahli Pidana dan ahli Agraria. Seperti halnya saksi ahli dari BPKP dan BPK pihak kejaksaan juga meminta bantuan kepada saksi ahli lainnya untuk memeriksa kerugian keuangan Negara dan menelusuri aset yang diakibatkan dari tindak pidana korupsi, tindak pidana pencucian uang, dan gratifikasi yang dilkukan oleh I Wayan Candra ini. Pada intinya kelima saksi ahli yang disiapkan ini dikatakan memiliki peran penting untuk mengungkap kasus yang melibatkan tersangka. Saksi-saksi inilah yang nantinya bekerjasama dengan pihak penyelidik dan penyidik untuk menghasilkan suatu temuan untuk dijadikan alat bukti yang dapat menjerat tersangka. Kemudian saksi-saksi ahli dan penyidik nantinya juga bekerja sama untuk mancari dan menghasilkan suatu informasi yang dapat digunakan untuk menelusuri aset-aset yang telah dinikmati oleh sang koruptor dari hasil korupsinya. Tentu saja untuk memeriksa dan menghitung kerugian negara serta untuk menelusuri aset-aset apa saja yang telah di korupsi oleh sang koruptor, maka langkah-langkah audit investigatif harus diterapkan.

VII. Kesimpulan Dari informasi dan bukti yang di peroleh dari hasil audit yang dilakukan oleh para saksi ahli maka kasus korupsi, gratifikasi, dan tindak pidana pencucian uang yang dilakukan oleh tersangka mantan Bupati Klungkung, Bali yaitu I Wayan Candra maka hasil penelusuran aset dari proses audit yang dilakukan BPK dan BPKP adalah sebagai berikut :Aset yang berada di luar Bali yakni di Jakarta. Bentuk aset yang akan disita berupa gedung perkantoran yang berada di lantai 23. Penyidik juga menemukan tanah milik Candra yang diduga dibeli atas nama sopirnya. Pihak penidik juga akan menelusuri aset lainnya di Nusa Penida. Dari hasil temuan BPK, aset yang menjadi temuan mulai dari aset tetap atas gedung dan bangunan, aset tetap tanah, hingga aset kendaraan roda empat dan roda dua. Persoalan aset ini terungkap dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas laporan keuangan dengan nomor 10.A/LHP/XIX.DPS/05/2012. Dalam laporan dipaparkan aset tetap tanah per 31 Desember 2011 senilai Rp 93,36 miliar, di antaranya senilai Rp 3,25 miliar belum dapat ditelusuri. Dalam laporan keuangan tersebut juga dipaparkan aset-aset lainnya. Sementara untuk uang yang ada di sejumlah bank sudah dilakukan pemblokiran terhadap sejumlah rekening. Dan, hingga kini, kejaksaan tengah berupaya untuk mengajukan penyitaan aset aset Candra lainnya yang dalam kasus ini diduga sangat merugikan negara.

VIII. Saran Berdasarkan sumber yang dikutip beritadewata.com yang menyatakan bahwa ada keterlambatan dalam penahanan tersangka, maka diharapkan kepada pemerintah untuk dapat mempercepat proses audit yang dilakukan oleh BPKP dimana dalam berita tersebut dinyatakan bahwa proses audit ini setidaknya memakan waktu lima bulan. Tentu saja dalam waktu lima bulan tersangka mempunyai waktu yang cukup banyak untuk melakukan usaha-usaha untuk mengaburkan barang bukti atau menyimpan aset-aset yang belum ditelusuri ke tempat yang susah ditelusuri dan bahkan bisa sampai keluar negeri. Dan jika hal ini terjadi maka kerugian negara akibat dari ulah tersangka ini akan banyak dan pengembalian aset negara akan sedikit.

IX. Daftar Pustaka Digabriele, James A. 2008. An empirical investigation of the relevant skill of forensic accountants. Journal of Education for Business, 331-338.Hakim, Uminah. 2014. Eksistensi Akuntansi Forensik dalam Penyidikan dan Pembuktian Pidana Korupsi. Unnes Law Journal.http://bali.antaranews.com/berita/59551/kejaksaan-buru-aset-mantan-bupati-klungkunghttp://balipost.com/read/headline/2014/10/13/23432/kasus-tppu-tanah-candra-diduga-dibeli-atas-nama-sopirnya.htmlhttp://balipost.com/read/headline/2014/11/25/25873/terkait-kasus-candra-kejaksaan-siapkan-lima-saksi-ahli.htmlhttp://beritadewata.com/Hukum-dan-Kriminal/Hukum/Kasus-Gunaksa,-LSM-Demo-Kejari-Klungkung.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/AuditInvestigatif http://news.okezone.com/read/2015/06/24/340/1170631/mantan-bupati-klungkung-divonis-12-tahun-penjarahttp://www.antikorupsi.org/id/content/bulletin-mingguan-anti-korupsi-14-18-september-2015http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberita&kid=2&id=77710Iprianto. 2009. Persepsi Akademisi dan Praktisi Akuntansi Terhadap Keahlian Akuntan Forensik. Tesis. Universitas Diponegoro.Jiantari, Sugianto. 2013. Akuntansi Forensik : Perlukah Ada dalam Kurikulum Jurusan Akuntansi di Universits Tadulako? (Sebuah Pendekatan Analisis Wacana. Simposium Nasional Akuntansi XVI. Manado.Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.Wiratmaja, I Dewa Nyoman. 2010. Akuntansi Forensik Dalam Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.