paper tugas ak fertilitas

38
PAPER Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah ANALISIS KEPENDUDUKAN Disusun oleh : Ahmad Mushthofa As’Adi 092110101018 Adi Purnomo 112110101141 Anindyka Widya Putri 112110101019 Anita 112110101082 Avianti Rahma Dianita 112110101014 Devi Asri Saraswati 112110101120 Ecy Haqy Zhanah H 112110101051

Upload: maratush-sholihah

Post on 19-Dec-2015

45 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Paper Tugas Ak Fertilitas

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Tugas Ak Fertilitas

PAPER

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

ANALISIS KEPENDUDUKAN

Disusun oleh :

Ahmad Mushthofa As’Adi 092110101018

Adi Purnomo 112110101141

Anindyka Widya Putri 112110101019

Anita 112110101082

Avianti Rahma Dianita 112110101014

Devi Asri Saraswati 112110101120

Ecy Haqy Zhanah H 112110101051

Emy Dwi Astuti 112110101164

Hafifah Khoiriyah Anwar 112110101146

Hafis Nur Wicaksono 112110101154

M. Syukron Ma’mun 112110101071

Mirza Khoirotul Fauziah 112110101112

Muhibatul Karimah 112110101006

Rafika Respitasari 112110101070

Yevi Dwi Yulia Nur Avita 112110101107

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: Paper Tugas Ak Fertilitas

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi

yang nyata dari seorang wanita atau kelompok wanita. Dengan kata lain

fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fertilitas

mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk.

Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu

terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda

kehidupan; misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan sebagainya

(Mantra, 2003:145).

Seorang perempuan yang secara biologis subur (fecund) tidak selalu

melahirkan anak-anak yang banyak, misalnya dia mengatur fertilitas dengan

abstinensi atau menggunakan alat-alat kontrasepsi. Kemampuan biologis

seorang perempuan unuk melahirkan sangat sulit untuk diukur. Ahli

demografi hanya menggunakan pengukuran terhadap kelahiran hidup (live

birth).

Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran

mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia

dapat melahirkan lebih dari seorang bayi. Disamping itu seorang yang

meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut

tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya seorang perempuan yang

telah melahirkan seorang anak tidak berarti resiko melahirkan dari perempuan

tersebut menurun.

B. KONSEP

Dalam analisis fertilitas dikenal beberapa konsep tentang kelahiran, yaitu

lahir hidup, lahir mati, dan abortus. Berikut ini definisi menurut Perserikatan

Bangsa – bangsa (PBB) atau united nations dan organisasi kesehatan dunia

(world Health Organization - WHO).

Live birth

Lahir hidup (live birth) adalah kelahiran seorang bayi tanpa

memperhitungkan lamanya di dalam kandungan dimana sibayi

Page 3: Paper Tugas Ak Fertilitas

menunjukkan tanda – tanda kehidupan pada saat dilahirkan. Misalnya,

pada si bayi ada napas (bernapas), ada denyut jantung, ada denyut tali

pusat, atau gerakan – gerakan otot.

Still birth

Lahir Mati (Still Birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan

yang sudah berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukan tanda –

tanda kehidupan pada saat dilahirkan.

Abortus

Aborsi adalah peristiwa kematian bayi dalam kandungan dengan umur

kehamilan kurang dari 28 minggu. Ada dua macam aborsi, yaitu sebagai

berikut.

a. Aborsi disengaja (induced abortion) adalah peristiwa pengguran

kandungan karena alasan kesehatan atau karena alasan non kesehatan

lainnya, seperti malu dan tidak menginginkan janin anak yang

dikandung.

b. Aborsi tidak disengaja atau secara spontan (spontaneus abortion) adalah

peristiwa pengguguran kandungan karena janin tidak dapat

dipertahankan lagi dalam kandungan.

Konsep Masa Reproduksi (Childbering age)

Masa usia reproduksi adalah usia di mana seorang perempuan mampu

untuk melahirkan (subur), yakni kurun waktu sejak mendapat haid pertama

(menarche) dan berkhir pada saat berhenti haid (menopause). Dalam

analisis fertilitas, pada umumnya umur 15 – 49 tahun dijadikan rujukan

sebagai masa subur (reproduksi) seorang wanita.

D. SUMBER DATA

a. Registrasi / pencacatan rutin

Cara pengumpulannya prospektif, yaitu pencatatan yang kontinyu

terhadap tiap - tiap peristiwa kelahiran, di laksanakan oleh Kantor

Pemerintahan Dalam Negeri (yg melaksanakan adl KaDes dan

perangkatnya) dilakukan dengan sistem pasif.

b. Sensus

Page 4: Paper Tugas Ak Fertilitas

Suatu proses keseluruhan dari pengumpulan, pengolahan, penyajian,

dan penilaian data penduduk yang menyangkut: geografi dan migrasi

penduduk, rumah tangga, karakteristik sosial dan demografi, kelahiran dan

kematian, pendidikan, dan ekonomi, sensus penduduk bersifat aktif,

individu, universal (menyeluruh), serentak, dan periodik (dilaksanakn tiap

thn yg berakhiran angka 0).

c. Survei

Biasanya dijadikan satu dg penelitian kematian (mortalitas) yg disebut

dengan penelitian statistik vital, informasi yg dikumpulkan lebih luas dan

mendalam, dilaksanakan dg sistem sampel/ dlm bentuk studi kasus.

C. PENGUKURAN DAN TREND

a. Angka Kelahiran Kasar atau Crude Birth Ratio (CBR)

Angka Kelahiran Kasar dapat diartikan sebagai banyaknya kelahiran

hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan

tahun. Atau dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut :

CBR = B

Pm x k

Dimana :

CBR : Crude Birth Rate atau Angka Kelahiran Kasar

Pm : Penduduk pertengahan tahun

k : Bilangan konstan yang biasanya 1.000

B : Jumlah kelahiran pada tahun tertentu

Kebaikan dari perhitungan CBR ini adalah perhitungan ini sederhana,

karena hanya memerlukan keterangan tentang jumlah anak yang dilahirkan

dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Sedangkan kelemahan dari

perhitungan CBR ini adalah tidak memisahkan penduduk laki-laki dan

penduduk perempuan yang masih kanak-kanak dan yang berumur 50 tahun

keatas. Jadi angka yang dihasilkan sangat kasar.

b. Angka Kelahiran Umum atau General Fertility Rate (GFR)

Angka Kelahiran Umum adalah banyaknya kelahiran tiap seribu

wanita yang berumur 15-49 tahun atau 15-44 tahun. Dapat ditulis dengan

rumus sebagai berikut :

Page 5: Paper Tugas Ak Fertilitas

GFR = B

Pf (15−49) x k

Dimana :

GFR : Tingkat Fertilitas Umum

B : Jumlah kelahiran

Pf (15-49) : Jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun pada

pertengahan Tahun.

Kebaikan dari perhitungan GFR ini adalah perhitungan ini lebih

cermat daripada CBR karena hanya memasukkan wanita yang berumur 15-

49 tahun atau sebagai penduduk yang exposed to risk. Kelemahan dari

perhitungan GFR ini adalah tidak membedakan risiko melahirkan dari

berbagai kelompok umur, sehingga wanita yang berumur 40 tahun

dianggap mempunyai risiko melahirkan yang sama besarnya dengan

wanita yang berumur 25 tahun.

c. Angka Kelahiran menurut Kelompok Umur atau Age Specific Fertility

Rate (ASFR)

Terdapat variasi mengenai besar kecilnya kelahiran antar kelompok

penduduk tertentu, karena tingkat fertilitas penduduk ini dapat pula

dibedakan menurut: jenis kelamin, umur, status perkawinan, atau

kelompok-kelompok penduduk yang lain. Diantara kelompok perempuan

usia reproduksi (15-49) terdapat variasi kemampuan melahirkan, karena

itu perlu dihitung tingkat fertilitas perempuan pada tiap-tiap kelompok

umur Age Specific Fertility Rate (ASFR). Sehingga, ASFR dapat diartikan

sebagai banyaknya kelahiran tiap seribu wanita pada kelompok umur

tertentu, dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:

ASFR : Age Specific Fertility Rate

Bi : Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i

Pfi : Jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun

k : Angka konstanta 1.000

Kebaikan dari perhitungan ASFR ini adalah perhitungan ini lebih

cermat dari GFR Karena sudah membagi penduduk yang exposed to risk

ke dalam berbagai kelompok umur. Dengan ASFR dimungkinkan

Page 6: Paper Tugas Ak Fertilitas

pembuatan analisis perbedaan fertilitas (current fertility) menurut berbagai

karakteristik wanita. Dengan ASFR dimungkinkan dilakukannya studi

fertilitas menurut kohor. ASFR ini merupakan dasar untuk perhitungan

ukuran fertilitas dan reproduksi selanjutnya (TFR, GRR, dan NRR).

Kelemahan dari perhitungan ASFR ini adalah membutuhkan data

yang terinci yaitu banyaknya kelahiran untuk kelompok umur. Sedangkan

data tersebut belum tentu ada di tiap negara/daerah, terutama di negara

yang sedang berkembang. Jadi pada kenyataannya sukar sekali mendapat

ukuran ASFR. Kemudian pada perhitungan ini tidak menunjukkan ukuran

fertilitas untuk keseluruhan wanita umur 15-49 tahun.

d. Angka Kelahiran Total atau Total Fertility Rate (TFR)

Tingkat Fertilitas Total didefenisikan sebagai jumlah kelahiran hidup

laki-laki dan perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir

masa reproduksinya dengan catatan:

1. Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum

mengakhiri masa reproduksinya

2. Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode

waktu tertentu.

Tingkat Fertilitas Total menggambarkan riwayat fertilitas dari

sejumlah perempuan hipotesis selama masa reproduksinya. Dalam praktek

Tingkat Fertilitas Total dikerjakan dengan menjumlahkan tingkat fertilitas

perempuan menurut umur, apabila umur tersebut berjenjang lima tahunan,

dengan asumsi bahwa tingkat fertilitas menurut umur tunggal sama dengan

rata-rata tingkat fertilitas kelompok umur lima tahunan. Maka rumus dari

Tingkat Fertilitas Total atau TFR adalah sebagai berikut :

TFR = 5 (i = 1,2,…..)

Dimana:

ASFR = Angka kelahiran menurut kelompok umur.

i = Kelompok umur 5 tahunan, dimulai dari 15-19.

Kebaikan dari perhitungan TFR ini adalah TFR merupakan ukuran

untuk seluruh wanita usia 15-49 tahun, yang dihitung berdasarkan angka

kelahiran menurut kelompok umur (Hatmadji, 2004 :63).

Page 7: Paper Tugas Ak Fertilitas

2. Reproductive History (cummulative fertility)

a. Children Ever Born (CEB) atau jumlah anak yang pernah dilahirkan

CEB mencerminkan banyaknya kelahiran sekelompok atau

beberapa wanita selama reproduksinya; dan disebut juga paritas.

Kebaikan dari perhitungan CEB ini adalah mudah didapatkan

informasinya (di sensus dan survey) dan tidak ada referensi waktu.

Kemudian kelemahan dari perhitungan ini adalah angka paritas

menurut kelompok umur akan mengalami kesalahan karena kesalahan

pelaporan umur penduduk, terutama di negara sedang berkembang.

Kemudian ada kecenderungan semakin tua semakin besar

kemungkinannya melupakan jumlah anak yang dilahirkan. Dan

kelemahannya fertilitas wanita yang telah meninggal dianggap sama

dengan yang masih hidup.

b. Child Woman Ratio (CWR)

CWR adalah hubungan dalam bentuk ratio antara jumlah anak di

bawah 5 tahun dan jumlah penduduk wanita usia reproduksi. Kebaikan

dari perhitungan CWR ini adalah untuk mendapatkan data yang

diperlukan tidak usah membuat pertanyaan khusus dan berguna untuk

indikasi fertilitas di daerah kecil sebab di Negara yang registrasinya

cukup baik pun, statistic kelahiran tidak ditabulasikan untuk daerah

yang kecil-kecil.

Kelemahan dari CWR ada tiga, pertama langsung dipengaruhi oleh

kekurangan pelaporan tentang anak, yang sering terjadi di Negara

sedang berkembang. Walaupun kekurangan pelaporan juga terjadi di

kelompok ibunya namun secara relatif kekurangan pelaporan pada

anak-anak jauh lebih besar. Kedua, dipengaruhi oleh tingkat mortalitas,

dimana tingkat mortalitas anak, khususnya di bawah satu tahun juga

lebih besar dari orang tua, sehingga CWR selalu lebih kecil daripada

tingkat fertilitas yang seharusnya. Ketiga, tidak memperhitungkan

distribusi umur dari penduduk wanita.

Dimana hal inilah yang menjadi variabel dependen dalam

penelitian ini, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-

Page 8: Paper Tugas Ak Fertilitas

variabel lainnya seperti PDRB perkapita, Angka Harapan Hidup, Indeks

Tingkat Pendidikan, Wanita berumur 15-49 tahun yang menggunakan

Alat Kontrasepsi dan Tingkat Urbanisasi dapat mempengaruhi tingkat

fertilitas di Indonesia.

Gross Reproduction Rate/ GRR

Angka yang menunjukkan rata-rata jumlah anak perempuan yang

dilahirkan oleh seorang wanita selama masa hidupnya, dengan mengikuti

pola fertilitas dan mortalitas yang sama seperti ibunya. Dalam reit

reproduksi kasar (GRR) tidak memperhitungkan unsur kematian. Rumus

perhitungan GRR yakni sebagai berikut.

GRR = 5 x å ASFRfi

Dimana:

GRR      = Angka Reproduksi Bruto

ASFRfi    = Angka Fertilitas menurut Kelompok Umur ke-i dari

kelompok berjenjang 5 tahunan

Kelemahannya :

Tidak memperhitungkan kemungkinan mati bayi wanita tersebut sebelum

masa reproduksinya.

Net Reproduction Rate/ NRR

Angka yang menunjukkan rata-rata jumlah anak perempuan yang

dilahirkan oleh seorang wanita selama hidupnya dan akan tetap hidup

sampai dapat menggantikan kedudukan ibunya, dengan mengikuti pola

fertilitas dan mortalitas yang sama seperti ibunya. Ukuran reit reproduksi

neto memperhitungkan pula unsur kematian. Adapun rumus

perhitungannya sebagai berikut:

NRR = 5 ΣASFR x rasio masih hidup hingga usia ibunya

D. DETERMINAN

FAKTOR DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS

Page 9: Paper Tugas Ak Fertilitas

Tingkat kelahiran di Indonesia tidak hanya angkanya yang relatif masih

tinggi, tetapi juga bervariasi antar status sosial, ekonomi, dan demografi.Dari

kajian fertilitas dengan pendekatan model yang Freedman berikan bersumber

dari pola pikir Davis dan Blake.SDKI sebagai sumber data utama cukup

memadai untuk melakukan pengujian terhadap faktor-faktor determinan

fertilitas.

a. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan erat kaitannya dengan perubahan sikap, perilaku,

pandangan, dan statussosial ekonomi suatu masyarakat.Dengan

perkembangan waktu tingkat pendidikan, terutama pendidikan wanita

semakin baik dibanding dengan waktu sebelum kemerdekaan.Wanita

yangmemperoleh kesempatan pendidikan tidak hanya di daerah perkotaan

saja, namun juga dialamiwanita di daerah perdesaan.Tingkat pendidikan

bila dikaitkan dengan fertilitas menunjukkan hubungan positif dan

signifikan, yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan semakin sedikit jumlah

anak yang dilahirkan. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan akan

mempengaruhi umur perkawinan pertama, yang pada akhirnya akan

mempengaruhi fertilitas. Wanita yang tingkat pendidikannya lebih tinggi

umumnya umur perkawinan pertama juga tinggi dan pada akhirnya akan

mempengaruhi jumlah anak yang dilahirkan yang akan lebih sedikit.

b. Umur mulai ‘kumpul’ pertama

Umur wanita sangat besar pengaruhnya terhadap fertilitas, hal ini

berkaitan dengan umur perkawinan pertama dan umur ‘kumpul’ pertama,

semakin bertambah umur wanita semakin banyak jumlah anak yang

dilahirkan. Oleh karena itu umur wanita dipakai sebagai variable kontrol.

Wanita yang berumur lebih tua biasanya umur kawinnya lebih muda,

dengan demikian tingkat pendidikannya juga lebih rendah dan keadaan

sosial ekonominya lebih rendah.Sebaliknya wanita-wanita muda jumlah

anaknya lebih sedikit, karena umur kawin pertamanyalebih tinggi, maka

tingkat pendidikannya juga lebih tinggi, dan keadaan sosial ekonominya

juga lebih baik.

Page 10: Paper Tugas Ak Fertilitas

Umur sebagai variabel kontrol dalam analisis fertilitas adalah penting,

hal ini dapat dijelaskan bahwa pada umumnya semakin tua umur wanita,

maka semakin banyak jumlah anak yang dilahirkan. Selain itu umumnya

wanita mengalami masa reproduksi pada umur 15-49 tahun dan bervariasi

antara wanita satu dengan lainnya. Umur dalam analisis dikelompokkan

dalam lima tahunan.

c. Jumlah perkawinan

Jumlah perkawinan merupakan salah satu variabel antara yang secara

langsung berpengaruh terhadap fertilitas, dikatakan bahwa jumlah

perkawinan lebih dari sekali akan menurunkan tingkat fertilitas, karena

masa reproduksi yang mempunyai risiko untuk hamil bagi wanita yang

menikah lebih dari sekali lebih pendek. Namundari analisis bivariat

terlihat bahwa wanita yang kawinnya lebih dari satu kali rata-rata jumlah

anak lahir hidup justru lebih banyak bila dibandingkan dengan wanita

yang kawinnya satu kali.Hal ini kemungkinan disebabkan wanita yang

kawin lebih dari satu kali dalam melangsungkan pernikahan berikutnya

memang sudah memiliki anak banyak.

d. Penggunaan kontrasepsi

Wanita yang pernah dan sedang menggunakan kontrasepsi terlihat

fertilitasnya sedikit lebih tinggi daripada wanita yang tidak pernah atau

saat ini tidak menggunakan kontrasepsi.Dalam melihat hal ini kita harus

hati-hati menyikapinya, karena teori menyatakan bahwa pemakaian

kontrasepsi secara langsung dapat menurunkan fertilitas, namun dari studi

ini hasilnya sebaliknya justru wanita yang tidak pakai kontrasepsi jumlah

anaknya lebih banyak daripada wanita yang menggunakan

kontrasepsi.Kalau dicermati menurut umur, wanita berumur di bawah 40

tahun sebagian besar (83 persen) mempunyai jumlah anak lahir hidup

antara 1-2 anak dan umumnya mereka pernah dan saat ini menggunakan

kontrasepsi.Sedangkan wanita berumur di atas 40 tahun umumnya (72

persen) telah mempunyai lebih dari 5 anak dan kebanyakan mereka tidak

Page 11: Paper Tugas Ak Fertilitas

pernah memakai kontrasepsi dan saat ini juga tidak menggunakan

kontrasepsi.Ini menunjukkan bahwa wanita lebih muda mulai

menggunakan kontrasepsi lebih awal dsbanding wanita lebih tua.

e. Status sosial ekonomi

Telah disampaikan bahwa tingkat pendidikan erat kaitannya dengan

status sosial ekonomimasyarakat, wanita yang tingkat pendidikannya

tinggi pada umumnya status sosial ekonominya juga tinggi dan pada

akhirnya mempengaruhi jumlah anak yang dimiliki. Kecenderungan

wanita yang status sosial ekonominya tinggi jumlah anak yang dimiliki

lebih sedikit, karena umumnya pada mereka ini selain disibukkan dengan

pekerjaan juga kegiatan sosial kemasyarakatan, sehingga jumlah anak

yang banyak akan menghalangi kegiatan mereka. Hasil studi

memperlihatkan bahwa baik tingkat pendidikan maupun status kekayaan

wanita menunjukkan hubungan negatif dengan fertilitas.Semakin tinggi

tingkat pendidikan wanita dan semakin tinggi status kekayaan wanita,

semakin sedikit jumlah anak lahir hidup yang dimiliki.

f. Jumlah anak meninggal

Jumlah anak meninggal erat kaitannya dengan fertilitas. Dalam

analisis ini ditemukan bahwa jumlah anak meninggal mempunyai

pengaruh paling besar terhadap banyaknya jumlah anak lahir hidup,

demikian pula hasil studi sebelumnya juga menunjukkan hasil yang

sama(Irawan, 2004). Pola hubungan positip terlihat antara banyaknya

jumlah anak yang meninggal dengan banyaknya jumlah anak lahir hidup,

semakin banyak jumlah anak yang meninggal dalam suatu keluarga

semakin banyak pula jumlah anak yang dilahirkan hidup.Hal ini berkaitan

dengan upaya suatu keluarga untuk menggantikan anak yang telah

meninggal (replacement).Hasil menunjukkan bahwa 95 persen wanita

yang memiliki lebih dari 5 anak telah mengalami kematian lebih dari 3

anak yang meninggal, sedangkan wanita yang memiliki antara 1-2 anak

lahir hidup 59 persen tidak pernah mengalami kematian anaknya. Dengan

melihat kenyataan ini menunjukkan bahwa kelangsungan hidup anak

memang terancam, sehingga perlu meningkatkan kualitas hidup anak agar

Page 12: Paper Tugas Ak Fertilitas

anak bisa hidup sehat dan dapat bertahan hidup lebih lama.Jumlah anak

yang meninggal merupakan faktor determinan utama terhadap anak

lahirhidup, hal ini mengindikasikan bahwa ada kecenderungan masyarakat

mempunyai anak banyak karena takut bila ada kejadian di antara anaknya

yang meninggal, bisa jadi mempunyai anakbanyak karena ada di antara

anaknya yang meninggal.Untuk mengatasi hal ini upaya

pelayanankesehatan dan program KB perlu dilakukan lebih intensif.

g. Tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan yang rendah juga merefleksikan perilaku fertilitas

di Indonesia, ada kecenderungan keluarga menginginkan anak banyak

karena dapat membantu dalam memperoleh penghasilan keluarga.Tidak

mengherankan di beberapa tempat tenaga kerja di bawah umur

dipekerjakan untuk membantu menambah penghasilan keluarga.

Berdasarkan hasil studi ini dapat dirancang berbagai bentuk intervensi

apasaja yang bisa dilakukan dalam upaya menurunkan fertilitas.

h. Tempat Tinggal

Faktor tempat tinggal (desa, kota) merupakan faktor latar belakang

yang cukup berpengaruh terhadap tingkat fertilitas. Biasanya tingkat

fertilitas wanita daerah perkotaan relatif sedikit lebih rendah

dibandingkan dengan wanita daerah perdesaan. Hal ini kemungkinan

disebabkan karena segala akses sarana dan prasarana antar daerah

perkotaan dan perdesaan yang semakin baik.

i. Agama

Agama merupakan salah satu variabel pengaruh yang penting dalam

kaitannya dengan tingkat fertilitas. Menurut Hipotesis Theologi Khusus

(Particularized Theology Hypothesis), agama mempengaruhi fertilitas

karena doktrin-doktrin tertentu dari gereja, atau ideologi agama tentang

pembatasan kelahiran dan norma-norma besarnya keluarga. Misalnya,

gereja katolik mengajarkan hanya abstinensi dan pantang berkala saja

yang dapat diterima sebagai cara pembatasan kelahiran (Jones and

Nortman, 1968: 1). Menurut Kirk (1966), hubungan antara agama dan

Page 13: Paper Tugas Ak Fertilitas

fertilitas lebih erat pada kaum muslimin daripada pada agama lain.

Faktor-faktor yang mendorong tingginya fertilitas kaum muslimin antara

lain sebagian besar hidup dalam masyarakat pertanian tradisional, di

mana anak mempunyai peranan ekonomi yang penting dan tingkat

pendidikan relatif rendah. Selain itu ada dorongan dari agama untuk

kawin pada usia muda serta wanita mempunyai kedudukan rendah dan

kegiatannya terbatas pada rumah tangga saja.

j. Indeks Kekayaan Kuintil

Pada umumnya masyarakat dari golongan status ekonomi yang lebih

rendah mempunyai fertilitas yang relatif lebih tinggi dibanding dengan

golongan status ekonomi lebih tinggi. Dalam SDKI 2007 tidak

ditanyakan mengenai besarnya pendapatan, tetapi ditanyakan informasi

mengenai kepemilikan barang dalam rumah tangga, seperti radio, televisi,

atau mobil, serta karakteristik tempat tinggal dan fasilitas sanitasi.

Berdasarkan informasi ini dihitung Indeks Kekayaan Kuintil. Indeks

kekayaan dihitung dengan cara memberi penimbang tertentu terhadap

setiap aset rumah tangga melalui analisis komponen. Penimbang untuk

setiap rumah tangga dijumlahkan dan setiap individu diurutkan

berdasarkan besarnya jumlah penimbang dari rumah tangga dimana dia

berada. Kemudian dikelompokkan dalam kuintil penduduk, yaitu lima

kelompok dengan jumlah penduduk yang sama. Indeks kekayaan kuintil

ini digunakan sebagai pendekataan variabel pendapatan. Sebagai

pendekatan variabel pendapatan, indeks kekayaan kuintil diharapkan

mempengaruhi tingkat fertilitas. Dalam analisis ini diharapkan bahwa

wanita dari kelompok kuintil terbawah mempunyai tingkat fertilitas

tertinggi dibanding dengan kelompok kuintil lainnya. Indeks kekayaan

kuintil dibagi menjadi lima kelompok, yaitu terbawah, menengah bawah,

menengah, menengah atas, dan teratas.

k. Mendapatkan haid lagi setelah melahirkan (kurang dari 3 bulan)

Pada masa kini wanita banyak yang bekerja, sehingga pemberian ASI,

khususnya ASI eksklusif semakin pendek. Dengan tidak menyusui, maka

masa amenore semakin pendek, sehingga wanita akan mendapat haid lagi

Page 14: Paper Tugas Ak Fertilitas

setelah melahirkan semakin cepat. Cepatnya wanita mendapat haid

kembali setelah melahirkan kemungkinan untuk menjadi hamil setelah

melahirkan juga tinggi dan pada akhirnya akan mempengaruhi fertilitas.

Data SDKI 2007 menunjukkan bahwa persentase kelahiran pada wanita

dalam tiga tahun sebelum survei (9.882 kelahiran) yang sudah haid

sebanyak 50 persen wanita sudah haid kembali pada 2-3 bulan setelah

melahirkan.

l. Sudah ‘kumpul’ lagi setelah melahirkan (kurang dari 3 bulan)

Terlepas apakah wanita setelah melahirkan memberikan ASI eksklusif

atau tidak, atau wanita tersebut sudah haid kembali setelah melahirkan,

maka pasangan suami isteri yang telah melakukan hubungan seksual akan

mempunyai kemungkinan untuk menjadi hamil dan pada akhirnya akan

mempengaruhi fertilitas. Data SDKI 2007 menunjukkan bahwa

persentase kelahiran pada wanita dalam tiga tahun sebelum survei (9.882

kelahiran) yang sudah ‘kumpul’ sebanyak 57 persen wanita sudah

melakukan hubungan seksual setelah 2-3 bulan setelah melahirkan.

m. ASI Eksklusif (6 bulan)

Menurut teori menyusui setelah melahirkan dapat melindungi wanita

dari kehamilan melalui periode lamanya amenore (kembalinya haid).

Makin sering menyusui dan makin lama menyusui eksklusif (tidak

memberi makanan lainnya selain ASI) berhubungan dengan makin

lamanya amenore dan akan mempengaruhi fertilitas. Pada masyarakat

kebiasaan menyusui yang mempengaruhi tingkat fertilitas tidak

tergantung pada berapa anak yang dimiliki oleh sepasang suami isteri;

artinya mereka tidak melakukan itu demi mencapai besar keluarga yang

diinginkan atau untuk membatasi jumlah anak. Bahkan umumnya

masyarakat tidak mengetahui bahwa dengan menyusui wanita dapat

terhindar dari kehamilan.

E. Teori Fertilitas

1. Teori Transisi Demografi

Menjelaskan hubungan laju pertumbuhan penduduk dengan

tingkat pembangungan (level of modernisation) (Hugo, et.al, 1987).

Page 15: Paper Tugas Ak Fertilitas

2. Teori Sosiologi Fertilitas

Faktor- faktor yang mempengauhi tinggi rendahnya fertilitas

dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor demografi dan non demografi.

Faktor demografi diantaranya adalah struktur umur, perkawinan, umur

kawin pertama, paritas, disrupsi perkawinan, dan proporsi yang kawin.

Sedangkan faktor non demografi antara lain keadaan ekonomi

penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status perempuan,

urbanisasi, dan industrialisasi.

Kajian tentang fertilitas pada dasarnya bermula dari disiplin

sosiologi. Sebelum disiplin lain membahas secara sistematis tentang

fertilitas, kajian sosiologis tentang fertilitas sudah lebih dahulu

dimulai. Sudah amat lama kependudukan menjadi salah satu sub-

bidang sosiologi. Sebagian besar analisa kependudukan (selain

demografi formal) sesungguhnya merupakan analisis sosiologis. Davis

and Blake (1956), Freedman (1962), Hawthorne (1970) telah

mengembangkan berbagai kerangka teoritis tentang perilaku fertilitas

yang pada hakekatnya bersifat sosiologis.

Dalam tulisannya yang berjudul “The Social structure and

fertility: an analytic framework (1956)”2 Kingsley Davis dan Judith

Blake melakukan analisis sosiologis tentang fertilitas. Davis and

Blake mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas

melalui apa yang disebut sebagai “variabel antara” (intermediate

variables).

Menurut Davis dan Blake faktor-faktor sosial, ekonomi dan

budaya yang mempengaruhi fertilitas akan melalui “variabel antara”.

Ada 11 variabel antara yang mempengaruhi fertilitas, yang masing-

masing dikelompokkan dalam tiga tahap proses reproduksi sebagai

berikut:

Faktor Sosial Variable Antara Fertilitas

Page 16: Paper Tugas Ak Fertilitas

Intermediate variables of fertility

a.    Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan kelamin

(intercouse variables) pada usia reproduksi:

Faktor-faktor yang mengatur tidak terjadinya hubungan kelamin:

1) Umur mulai hubungan kelamin

2) Selibat permanen: proporsi wanita yang tidak pernah

mengadakan hubungan kelamin

3) Lamanya masa reproduksi sesudah atau diantara masa

hubangan kelamin:

- Bila kehidupan suami istri cerai atau pisah

- Bila kehidupan suami istri nerakhir karena suami

meninggal dunia

Faktor-faktor yang mengatur terjadinya hubungan kelamin

4) Abstinensi sukarela

5) Berpantang karena terpaksa (oleh impotensi, sakit, pisah

sementara)

6) Frekuensi hubungan seksual

b.    Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konsepsi (conception

variables):

7) Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh

faktor-faktor yang tidak disengaja

8) Menggunakan atau tidak menggunakan metode

kontrasepsi:

- Menggunakan cara-cara mekanik dan bahan-bahan

kimia

- Menggunakan cara-cara lain

9) Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh

faktor-faktor yang disengaja (sterilisasi, subinsisi, obat-

obatan dan sebagainya)

c.    Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dan kelahiran (gestation

variables)

Page 17: Paper Tugas Ak Fertilitas

10) Mortalitas janin yang disebabkan oleh faktor-faktor

yang tidak disengaja

11) Mortalitas janin oleh faktor-faktor yang disengaja

Menurut Davis dan Blake, setiap variabel diatas terdapat pada

semua masyarakat.Sebab masing-masing variabel memiliki pengaruh

(nilai) positif dan negatifnya sendiri-sendiri terhadap fertilitas. Misalnya,

jika pengguguran tidak dipraktekan maka variabel nomor 11 tersebut

bernilai positif terhadap fertilitas. Artinya, fertilitas dapat meningkat

karena tidak ada pengguguran. Dengan demikian ketidak-adaan variabel

tersebut juga suatu masyarakat masing-masing variabel bernilai negatif

atau positif maka angka kelahiran yang sebenarnya tergantung kepada

neraca netto dari nilai semua variabel.

Pentingnya norma-norma yang dianut oleh masyarakat yaitu norma

tentang besarnya keluarga. Selanjutnya norma-norma tentang besarnya

keluarga di pengaruhi oleh struktur sosial ekonomi. (Freedman, 1962).

3. Teori Ekonomi Fertilitas

Teori perilaku konsumen (theory of consumer behaviour)

mengasumsikan bahwa anak dianggap sebagai suatu jenis barang

konsumsi dimana anak dianggap sebagai aset atau investasi untuk

menggarap lahan sebagai sandaran hidup dan atau tabungan hari tua

(Todaro dan Smith, 2003: 313)

Menurut Leibenstein anak dilihat dari dua aspek yaitu aspek

kegunaannya (utility) dan aspek biaya (cost). Kegunaannya adalah

memberikan kepuasaan, dapat memberikan balas jasa ekonomi atau

membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang

dapat menghidupi orang tua di masa depan. Sedangkan pengeluaran untuk

membesarkan anak adalah biaya dari mempunyai anak tersebut. Biaya

memiliki tambahan seoarang anak dapat dibedakan atas biaya langsung

dan biaya tidak langsung. Yang dimaksud biaya langsung adalah biaya

yang dikeluarkan dalam memelihara anak seperti memenuhi kebutuhan

sandang dan pangan anak sampai ia dapat berdiri sendiri. Yang dimaksud

biaya tidak langsung adalah kesempatan yang hilang karena adanya

Page 18: Paper Tugas Ak Fertilitas

tambahan seoarang anak. Misalnya, seoarang ibu tidak dapat bekerja lagi

karena harus merawat anak, kehilangan penghasilan selama masa hamil,

atau berkurangnya mobilitas orang tua yang mempunyai tanggungan

keluarga besar (Leibenstein, 1958).

Menurut Leibenstein, apabila ada kenaikan pendapatan maka

aspirasi orang tua akan berubah. Orang tua menginginkan anak dengan

kualitas yang baik. Ini berarti biayanya naik. Pengembangan lebih lanjut

tentang ekonomi fertiitas dilakukan oleh Gary S. Becker dengan artikelnya

yang cukup terkenal yaitu “An Economic Analysis of Fertility”.

Menurut Becker anak dari sisi ekonomi pada dasarnya dapat

dianggap sebagai barang konsumsi (a consumption good, consumer’s

durable) yang memberikan suatu kepuasan (utility) tertentu bagi orang tua.

Bagi banyak orang tua, anak merupakan sumber pendapatan dan kepuasan

(satisfaction). Secara ekonomi fertilitas dipengaruhi oleh pendapatan

keluarga, biaya memiliki anak dan selera. Meningkatnya pendapatan

(income) dapat meningkatkan permintaan terhadap anak.

Di dalam setiap kasus, semua pendekatan ekonomi melihat

fertilitas sebagai hasil dari suatu keputusan rasional yang didasarkan atas

usaha untuk memaksimalkan fungsi utility ekonomis yang cukup rumit

yang tergantung pada biaya langsung dan tidak langsung, keterbatasan

sumberdaya, selera. Topik-topik yang dibahas dalam ekonomi fertilitas

antara lain berkaitan dengan pilihan-pilihan ekonomi seseorang dalam

menentukan fertilitas (jumlah dan kualitas anak). Pertimbangan ekonomi

dalam menentukan fertilitas terkait dengan income, biaya (langsung

maupun tidak langsung), selera, modernisasi dan sebagainya.

Sejalan dengan apa yang telah dikemukakan Becker, Bulato

menulis tentang konsep demand for children and supply of children.

Konsep demand for children dan supply of children dikemukakan dalam

kaitan menganalisis economic determinan factors dari fertilitas. Bulato

mengartikan konsep demand for children sebagai jumlah anak yang

dinginkan. Termasuk dalam pengertian jumlah adalah jenis kelamin anak,

kualitas, waktu memliki anak dan sebagainya.

Page 19: Paper Tugas Ak Fertilitas

F. STUDI KASUS

Perempuan dan Kebijakan Pengendalian Kelahiran

Masalah kesehatan Reproduksi terkait fungsi reproduksi atau

fertilitas permpuan secara umum dilihat sebagai suatu proses yang alami

atau kodrat perempuan. Namun dengan semakin terbukanya akses

perempuan ke dunia pendidikan dan kerja, fungsi reproduksi perempuan

berkembang menjadi program yang pelik. Tuntutan dunia kerja dan

keinginan mengembangkan kapabilitas. Membuat reproduksi harus

dikendalikan melalui pengunaan kontrasepsi.

Di sisi lain, pesatnya laju pertumbuhan penduduk – terutama di

negara sedang berkembang seperti di Indonesia – menyebabkan negara

juga perlu mengendalikan tingkat pertumbuhan penduduknya . Kondisi ini

dianggap tidak menguntungkan dari sisi pembangunan ekonomi.. Hal itu

diperkuat dengan kenyataan bahwa kualitas penduduk masih rendah

sehingga penduduk lebih diposisikan sebagai beban daripada modal

pembangunan. Logika seperti itu secara makro digunakan sebagai

landasan kebijakan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk

Secara mikro hal itu juga digunakan untuk memberikan justifikasi

mengenai pentingnya suatu keluarga melakukan pengaturan pembatasan

jumlah anak.

Pada awalnya masalah fertilitas lebih dipandang sebagai masalah

kependudukan, dan treatment terhadapnya dilakukan dalam rangka untuk

mencapai sasaran kuantitatif. Hal ini sangat jelas dari target atau sasaran di

awal program keluarga berencana dilaksanakan di Indonesia yaitu

menurunkan angka kelahiran total (TFR) menjadi separuhnya sebelum

tahun 2000. Oleh karena itu, tidaklah aneh apabila program keluarga

berencana di Indonesia lebih diwarnai oleh target-target kuantitatif.

Indikasi keberhasilan tersebut sangat jelas, misalnya terjadinya

penurunan TFR yang signifikan selama periode 1967 – 1970 sampai

dengan 1994 – 1997 . Selama periode tersebut TFR mengalami penurunan

dari 5,605 menjadi 2,788 (SDKI 1997). Atau dengan kata lain selama

periode tersebut TFR menurun hingga lima puluh persen. Bahkan pada

Page 20: Paper Tugas Ak Fertilitas

tahun 1998 angka TFR tersebut masih menunjukkan penurunan, yaitu

menjadi 2,6

Penurunan fertilitas tersebut terkait dengan (keberhasilan)

pembangunan sosial dan ekonomi, yang juga sering diklaim sebagai salah

satu bentuk keberhasilan kependudukan, khususnya di bidang keluarga

berencana di Indonesia.

Namun kritik tajam yang sering dikemukakan berkaitan dengan

program keluarga berencana adalah masih rendahnya kualitas pelayanan

KB (termasuk kesehatan), khususnya dalam level operasional di lapangan.

Kritik terhadap kualitas pelayanan (salah satunya tercermin dalam hal cara

pemerintah mempopulerkan alat kontrasepsi, misalnya melalui berbagai

jenis safari) sejak awal sudah muncul, tetapi hal itu dapat diredam

sehingga tidak meluas melalui berbagai cara .

Dalam pespektif yang lebih luas, persoalan fertilitas tidak hanya

berhubungan dengan jumlah anak sebab aspek yang terkait di dalamnya

sebenarnya sangat kompleks dan variatif, misalnya menyangkut perilaku

seksual, kehamilan tak dikehendaki, aborsi, PMS, kekerasan seksual, dan

lain sebagainya yang tercakup di dalam isu kesehatan reproduksi.

Pendekatan KB yang sangat top – down juga tidak sejalan dengan

rekomendasi konferensi internasional mengenai kependudukan dan

pembangunan (ICPD) di Cairo tahun 1994 dan konferensi dunia mengenai

perempuan dan pembangunan IV di beijing tahun 1995 mengenai hak

reproduksi, kesehatan reproduksi, dan pemberdayaan perempuan dimana

Indonesia telah menyetujui dan melaksanakannya secara konsekuen.

Sesungguhnya pengendalian penduduk tidak hanya menyasar pada

perempuan, namun karena perempuan mempunyai oragan reproduksi –

rahim – maka perempuanlah yang dijadikan target penggunaan alat

kontrasepsi sehingga cenderung mengabaika hak dan kesehatan

reproduksinya. Hal ini menjadi semakin buruk dengan kuatnya nilai – nilai

sosial yang bias gender yang membuka peluang bagi dominasi laki – laki

di segala aspek kehidupan.

Page 21: Paper Tugas Ak Fertilitas

Untuk itu sudah saatnya dilakukan perubahan paradigma pelayanan

kesehataan reproduksi yang berorientasi pada perempuan, yang lebih

menghargai hak reproduksi perempuan (women – centered reproduction

health ).

MENUJU PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI YANG

BERSPEKTIF JENDER

Berbicara tentang hak reproduksi dan kesehatan reproduksi tidak

lepas dari kualitas pelayanan kesehatan reproduksi, khusunya pelayanan

KB. Karena kesehatan reproduksi dan hak reproduksi hanya dapat

terpenuhi apabila didukung adanya pelayanan keluarga berencana yang

berkualitas.

Menurut Pandi dan Sambung pelayanan KB adalah pelayanan KB

yang memungkinakan klien untuk secara sadar dan bebas memilih alat –

alat kontrasepsi yang diinginkan, aman, dan terjangkau harganya, serta

memuaskan kebutuhan perepmpuan dan laki- laki. Sedangkan sutedi dan

Tan mendefinisikan tentang pelayanan KB yan bermutu sebagai pelayanan

yang memberikan informasi yang terbuka secara rasional dan diikuti

pelayanan oleh tenaga profesional dengan jaringan pelayanan yang

memiliki sistem rujukan yang dapat diandalkan (dalam Agus Dwiyanto

1996).

Pelayanan KB di Indonesia seperti juga di negara sedang

berkembang lainnya, menurut Philip (dalam Watie 1996) mempunyai tiga

tujuan pokok yaitu : Pertama, tujuan demografis untuk mengatasi

pertumbuhan penduduk yang dianggap sebagai penyebab kemiskinan,

keterblakangan, dan degradasi lingkungan; kedua, mempromosikan

kesehatan ibu dan anak untuk mencegah kematian maternal dan anak

melalui penjarakan anak; ketiga menegakkan hak- hak asasi manusia, yang

didefinisikan sebagai mengikutsertakan pengetahuan dan akses pada

kontrasepsi yang aman.

Metode kontrasepsi yang idelanya dipilih pasangan untuk

merencanakan, menunda, atau membatasi anak, direduksi hanya menyasar

kepada perempuan. Ini tampak dari jumlah kontrasepsi lebih 90 persennya

Page 22: Paper Tugas Ak Fertilitas

ditujukan kepada perempuan. Kecenderungan mempromosikan metode

kontrasepsi terpilih seperti implant, IUD, dan sterilisasi telah mengurangi

nilai lebih program KB.

Akses untuk mendapatkan informasi tentang metode kontrasepsi

dengan segala efek sampingnya merupakan hak reproduksi yang

mendasar, Progress Reports on Milenium Development Goals Indonesia

(2004) menyebutkan 11 persen kematian maternal di Indonesia

disebabakan oleh aborsi yang tidak aman. Kematian maternal di Indonesia

disebabkan olh aborsi yang tidak aman. Kematian maternal ini bisa

dicegah apabila perempuan mempunyai akses terhadap informasi dan

pelayanan kontrasepsi serta sadar akan komplikasi aborsi.

Berdasarkan data dan fakta diatas dirasa penting adanya pelayanan

kesehatan reproduksi yang lebih menghormati hak – hak reproduksi,

khusunya perepmpuan yang selama ini dikorbankan demi kepentingan

keluarga, masyarakat, maupun negara. Untuk itu pelayanan kesehatan

reproduksi yang berkulitas harus berpijak pada kesehatan reproduksi

wanita itu sendiri (Women – centered approach) .

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas hubungan yang timpang ini tercermin dalam

proses pengambilan keputusan menyangkut fungsi reproduksi, khusunya

perempuan yang selama ini dikorbankan demi kepentingan keluarga, masyarakat,

maupun negara. Untuk itu sudah saatnya dilakukan perubahan paradigma

pelayanan kesehatan reproduksi yang berorientasi pada perempuan, yang lebih

menghargai hak reproduksi perempuan (Women – centered approach) .

Page 23: Paper Tugas Ak Fertilitas

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18186/4/Chapter%20II.pdf

(diakses pada tanggal 9Februari 2013 )

http://nissaajah91.wordpress.com/2010/03/02/masalah-kependudukan-ditinjau-

dari sisi-fertilitas-pengaturan-kelahiran-kesehatan-reproduksi/ (diakses pada

tanggal 10 Februari 2013)

http://ppmb.unair.ac.id/files/Leaflet%20IKR%202012.pdf(diakses pada tanggal 9

Februari 2013 )

http://si.uns.ac.id/profil/uploadpublikasi/Jurnal/196307301990032002Perempuan

%20dan%20Kebijakan%20Pengendalian%20Kelahiran.pdf (diakses pada

tanggal 10 Februari 2013 )

http://banten.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?

ID=14&ContentTypeId=0x01003DCABABC04B7084595DA364423DE78

97(diakses pada tanggal 9 Februari 2013 )

Page 24: Paper Tugas Ak Fertilitas

http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/downloadDatabyId/

6954/6955.pdf (diakses pada tanggal 9Februari 2013 )

Iswarati. 2009 . Analisa Lanjut SDKI 2007 : Proximate Determinant Fertilitas Di

Indonesia . Jakarta : Puslitbang KB Dan Kesehatan Reproduksi Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusna/Hasil%20Penelitian/Analisis%20Lanjut/

Tahun%202009/Proximate%20Determinant%20%20FERTILITAS%20DI

%20INDONESIA.pdf.(Diakses pada 11 Februari 2013 )